DAN
ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR OTAK
DOSEN PENGAMPU : Ns Endah Fitriasari S.Kep. M.Kep
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK VIII
1. Kasus
Tumor otak
A. Pengertian
Tumor otak merupakan neoplasma, baik yang jinak maupun
ganas, dan lesi-lesi desak ruang yang lain, yang berasal dari
inflamasi kronik yang tumbuh dalam otak, meningen atau
tengkorak. Tumor otak terdapat yang benigna dan tumor otak
maligna.
Tumor otak benigna merupakan pertumbuhan jaringan otak
secara abnormal namun tidak ganas. Tumor otak maligna
merupakan pertumbuhan jaringan abnormal yang berpotensi
ganas yang dapat menyusup atau menyebar di jaringan
sekitarnya maupun bermetastasis ke jaringan yang jauh melalui
aliran darah. Tumor otak di bagi 2 yaitu :
B. Etiologi
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara
pasti walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan.
Adapun factor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu:
1) Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang
ditemukan kecuali pada meningioma, astrocytoma dan
neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota
sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber
yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru
memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis
neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk
memikirkan adanya factor-faktor hereditas yang kuat pada
neoplasma.
2) Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi
bangunan-bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi
yang terintegrasi dalam tubuh. Ada kalanya sebagian dari
bangunan embrional tertinggal dalam tubuh menjadi ganas
dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan
abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma
intrakranial dan kordoma.
3) Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan
dapat mengalami perubahan degenerasi namun belum ada
bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma,
Meningioma pernah dilaporkan terjadi setelah timbulnya
suatu radiasi.
4) Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang
kecil dan besar yang dilakukan dengan maksud untuk
mengetahui peran infeksi 1irus dalam proses terjadinya
neoplasma tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan
antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada
sistem saraf pusat.
5) Gaya Hidup
Penelitian telah menunjukkan bahwa makanan seperti
makanan yang diawetkan, daging asap atau acar tampaknya
berkorelasi dengan peningkatan resiko tumor otak. Di
samping itu, resiko tumor otak menurun ketika individu
makan lebih banyak buah dan sayuran.
6) Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan
luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang
karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitrosoethyl urea.
Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan
7) Trauma Kepala
Cedera kepala dapat menimbulkan tumor otak jika mengenai
neuron dan tidak bisa diperbaiki lagi. Kerusakan otak yang
dijumpai pada trauma kepala dapat terjadi melalui 2 cara :
- Efek segera dari trauma pada fungsi otak
- Efek lanjutan dari respons sel-sel otak terhadap trauma.
Kerusakan neurologik segera disebabkan oleh suatu benda
atau serpihan tulang yang menembus dan merobek jaringan
otak, oleh pengaruh kekuatan atau energi yang diteruskan ke
otak dan oleh efek akselerasi-deselerasi pada otak. Derajat
kerusakan yang terjadi disebabkan pada kekuatan yang
menimpa, makin besar kekuatan, makin parah kerusakan.
Kerusakan terjadi waktu energi atau kekuatan diteruskan ke
otak. Banyak energi yang diserap oleh lapisan pelindung
yaitu rambut, kulit kepala dan tengkorak, tetapi pada trauma
hebat penyerapan ini tidak cukup untuk melindungi otak. Sisa
energi diteruskan ke otak, menyebabkan kerusakan otak.
Kekuatan akselerasi dan deselerasi menyebabkan
bergeraknya isi dalam tengkorak yang keras sehingga
memaksa otak membentur permukaan dalam tengkorak
pada tempat yang berlawanan dengan benturan.
C. Patofisiologi
Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap
disebabkan oleh 2 faktor gangguan fokal, disebabkan oleh
tumor dan tekanan intrakranial.
Gangguan fokal terjadi apabila penekanan pada jaringan otak
dan infiltrasi/invasi langsung pada parenkim otak dengan
kerusakan jaringan neuron. Tentu saja disfungsi yang paling
besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan
tumor yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak.
Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi
sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat
dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer. Serangan
kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro
dihubungkan dengan kompresi invasi dan perubahan suplai
darah ke jaringan otak. Beberapa tumor membentuk kista yang
juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat
gangguan neurologis fokal.
Peningkatan tekanan intra kranial dapat diakibatkan oleh
beberapa faktor : bertambahnya massa dalam tengkorak,
terbentuknya oedema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi
cerebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya
massa, karena tumor akan mengambil ruang yang relatif dari
ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan
oedema dalam jaruingan otak. Mekanisme belum
seluruhnyanya dipahami, namun diduga disebabkan selisih
osmotik yang menyebabkan perdarahan. 0bstruksi vena dan
oedema yang disebabkan kerusakan sawar darah otak, semuanya
menimbulkan kenaikan volume intracranial. Observasi sirkulasi
cairan serebrospinal dari ventrikel laseral ke ruang sub
arakhnoid menimbulkan hidrocepalus.
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa,
bila terjadi secara cepat akibat salah satu penyebab yang telah
dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi memerlukan
waktu berhari-hari/berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan
oelh karena ity tidak berguna apabila tekanan intrakranial
timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja
menurunkan volume darah intra kranial, volume cairan
serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel
parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan
herniasi ulkus atau serebulum. Herniasi timbul bila girus
medialis lobus temporals bergeser ke inferior melalui insisura
tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan
mensensefalon menyebabkan hilangnya kesadaran dan
menenkan saraf ketiga. Pada herniasi serebulum, tonsil sebelum
bergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa
posterior. Kompresi medula oblongata dan henti nafas terjadi
dengan cepat. Intrakranial yang cepat adalah bradicardi
progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi dan
gangguan pernafasan).
E. Penatalaksanaan
Tumor yang tidak terobati dapat menyebabkan kematian,
salah satu peningkatan TIK (Tekanan Intra Kranial) atau
dari kerusakan otak. Pasien dengan tumor otak harus diobati
segera bila memungkinkan sebelum kerusakan neurologis
tidak dapat diubah. Tujuannya adalah mengangkat dan
memusnakan semua tumor atau banyak kemungkinan tanpa
meningkatnya neurologik (kebutaan) atau tercapainya gejala-
gejala dengan mengangkat sebagian. Salah satu variasai dapat
digunakan pendekatan spesifik bergantung tipe tumor
bergantung pada tipe tumor, lokasinya dan kemampuannya
untuk dicapai dengan mudah.
1) Pembedahan
Tumor jinak seringkali dapat ditangani dengan eksisi komplet
dan pembedahan merupakan tindakan yang kuratif. untuk
tumor primer maligna atau tumor sekunder biasanya sangat
sulit disembuhkan. Pembedahan tumor primer seringkali
diindikasikan untuk mencapai diagnosis histologis, dan jika
mungkin untuk meringankan gejala dengan mengurangi
massa tumor.
Pemeriksaan histologis dari biopsi tumor dapat
mengkonfirmasi apakah lesi merupakan suatu glioma dan
bukan neoplasma lainnya, misalnya limfoma, atau bahkan
kondisi non neoplasia, misalnya abses. Kadang-kadang
pembedahan tidak disarankan, misalnya pada pasien dengan
kecurigan gioma derajat rendah dengan gejala epilepsy.
Pembedahan juga tidak tepat dilakukan pada metastasis otak
multiple, dimana diagnosannya jelas, walaupun beberapa
metastasis soliter dapat ditangani dengan reseksi.
2) Radioterapi
Glioma dapat diterapi dengan radioterapi yang diarahkan
pada sebagian tumor sementara metastasis diterapi dengan
radiasi seluruh otak.
3) Radiografi Tengkorak
Memberikan informasi : struktur tulang, penebalan, dan
kalsifikasi; posisi kelenjar pinealis, posisi sela tursika.
4) EEG (Echoensefalogram)
Memberikan informasi perubahan kepekaan neuron,
pergeseran kandungan intraserebral.
5) Scan Otak Radioaktif
Memperlihatkan daerah akumulasi abnormal dari zat
radioaktif.
6) Terapi Medikamentosa
Antikonvulsan untuk epilepsy, kortikosteroid
(dekstametason), untuk peningkatan TIK. Steroid juga dapat
memperbaiki defisit neurologis fokal sementara dengan
mengobati oedema otak. Kortikosteroid boleh digunakan
sebelum pengobatan sesuai dengan diperbolehkannya
penggunaan obat ini yang didasari melalui evaluasi dignostik
dan kemudian menurunkan oedema serebral dan
meningkatkan kelancaran serta pemulihan lebih cepat.
7) Kemoterapi
Diindikasikan pada beberapa kasus glioma, sebagian acuan
pembedahan dan radioterapi, dengan penganasan unit
spesialitik neuro onkologi. Terapi radiasi, merupakan dasar
pada beberapa tumor otak, juga menurunkan timbuln!a
kembali tumor yang tidak lengkap.
F. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
G. Komplikasi
1. Edema Serebral
Peningkatan cairan otak yang berlebih yang menumpuk
disekitar lesi sehingga menambah efek masa yang mendesak
(space-occuupying). Edema Serebri dapat terjadi ekstrasel
(vasogenik) atau intrasel (sitotoksik).
2. Hidrosefalus
Peningkatan intracranial yang disebabkan oleh ekspansin
massa dalam rongga cranium yang tertutup dapat di
eksaserbasi jika terjadi obstruksi pada aliran cairan
serebrospinal akibat massa.
3. Herniasi Otak
Peningkatan intracranial yang terdiri dari herniasi sentra,
unkus, dan singuli.
4. Epilepsi
Metastase ketempat lain
ASUHAN KEPERAWATAN
TUMOR OTAK
1. Data yang perlu dikaji :
a. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh nyeri kepala
b. Riwayat penyakit saat ini
Klien mengeluh nyeri kepala, muntah, papilledema, penurunan
tingkat kesadaran, penurunan penglihatan atau penglihatan
double, ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia),
hilangnya ketajaman atau diplopia.
c. Riwayat penyakit dahulu
Klien pernah mengalami pembedahan kepala
d. Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang
mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang,
yaitu riwayat keluarga dengan tumor kepala.
e. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental,
kesulitan mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan
hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur pembedahan, adanya
perubahan peran.
f. Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review Of System )
Pemeriksaan fisik pada klien dengan tomor otak meliputi
pemeriksaan fisik umum per sistem dari observasi keadaan
umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2
(Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone).
1. Pernafasan B1 (breath)
- Inspeksi : bentuk dada simetris, pola napas biasanYa
tidak teratur, dyspnea, batuk, terlihat adanya retraksi
otot bantu napas.
- Auskultasi : suara napas vesikuler atau ada suara napas
abnormal misalnya rongkhi, stridor, dll.
2. Kardiovaskular B2 (blood)
- Auskultasi : irama jantung pada umumnya irregular,
bunyi jantung normal, tekanan darah meningkat
- Palpasi : akral hangat, nadi bradikardi
- Kaji adanya nyeri dada
3. Persyarafan B3 (brain)
- Penglihatan (mata), penurunan penglihatan, hilangnya
ketajaman atau diplopia.
- Pendengaran (telinga), terganggu bila mengenai lobus
temporal
- Penciuman (hidung), mengeluh bau yang tidak
biasanya, pada lobus frontal
- Pengecapan (lidah), ketidakmampuan sensasi
(parathesia atau anasthesia)
- Afasia : kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa,
kemungkinan ekspresif atau kesulitan berkata-kata,
reseotif atau berkata-kata komprehensif, maupun
kombinasi dari keduanya.
- Ekstremitas : kelemahan atau paraliysis genggaman
tangan tidak seimbang, berkurangnya refleks tendon.
- GCS : skala yang digunakan untuk menilai tingkat
kesadaran pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma
atau tidak) dengan menilai respon pasien terhadap
rangsangan yang diberikan.
4. Perkemihan B9 (bladder)
- Inspeksi : bentuk alat kelamin normal/tidak, uretra
normal/tidak, produksi urin normal/tidak.
- Kaji adanya kelainan seperti oliguria, hematuria,
polyuria, nokturia, dll.
5. Pencernaan B5 (bowel)
- Nafsu makan menurun/tidak
- Kaji adanya mual dan muntah
- Keadaan mulut bersih atau tidak
- Mukosa bibir lembap/ tidak
6. Muskuloskeletal/Integument B5 (bone)
- Keadaan umum klien biasanya mengalami kelelahan,
kaji kemampuan pergerakan sendi bebas atau tidak, kaji
kekuatan otot klien.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif b.d disfungsi neuromuskuler (hilangnya
kontrol terhadap otot pernafasan), ditandai dengan : perubahan
kedalamam nafas, dyspnea, obstruksi jalan nafas, aspirasi.
2. Nyeri akut b.d peningkatan TIK, ditandai dengan : nyeri kepala
terutama pagi hari, klien merintih kesakitan, nyeri bertambah
bila klien batuk, mengejang, membungkuk
3. Gangguan perfusi serebral b.d hipoksia jaringan, ditandai
dengan peningkatan TIK, nekrosis jaringan, pembengkakakan
jaringan otak, depresi SSP dan oedema
4. Perubahan proses pikir b.d perubahan fisiologi, ditandai dengan
disorientasi, penurunan kesadaran, sulit konsentrasi
5. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
6. Resiko tinggi cidera b.d disfungsi otot sekunder terhadap
depresi SSP, ditandai dengan : kejang, disorientasi, gangguan
penglihatan, pendengaran.
DAFTAR PUSTAKA
1) Batticaca, fransisca B.2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika
2) Goria M. Bulechek, Howard K. Butcher, Joanne M. Dochterman &
Cheryl M. Wagner. 2013 Nursing Interventions Classification
(NIC) Sixth, Edition. Mosby : United States of America.
3) Nanda International. 2013. Diagnosis Keperawatan Definisi Dan
Klasifikasi 2012 – 2014. Jakarta : EGC.
4) Nursing Care Plan. 2012. Nursing Management-Ineffective
Cerebral Tissue Perfusion related to Hidrorocephalus.
[Serial0nline].http://nanda-nursingcare
plan.Blogspot.Com/2012/06/nursing-management-ineffective
cerebral.html. [Diakses Tanggal 06 juli 2014].
5) Zulkarnain, Nuzulul Haq. 2011. Asuhan Keperawatan (Askep)
tumor otak.
[Serial 0nline]. http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikeldetail-
35597-Kep%20Neurobehaviour-askep%20Tumor%200tak.html.
[Diakses 06 juli2014].
6) Satyanegara.2010.Ilmu bedah Saraf. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama
7) Smeltzer, Suzanna C. 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah.jakarta:EGC.
8) Sue Moorhead, Maria Johnson, Meridean L. Maas, and Elisabeth
Swanson.2013 Nursing utcomes Classification (NOC) Fifth
Edtion Measurement Of Health utcomes. Mosby: United States of
America