Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN
ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR OTAK
DOSEN PENGAMPU : Ns Endah Fitriasari S.Kep. M.Kep

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK VIII

1. PITER RESIRWAWAN NIM. 14201190


2. RAMJAS TUASALAMONY NIM. 1420119058
3. SUN TATISINA NIM. 1420119004
4. TRISDA NIM. 1420119072
5. VERO ANGGI J SAMLOY NIM. 1420119076

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


YAYASAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MALUKU
HUSADA
2021/2022
Scenario II
Seorang perempuan berusia 32 tahun dirawat di perawatan saraf dengan
keluhan nyeri kepala hebat, hilang timbul dan rasa berdenyut diseluruh
kepala, mual dan muntah. Dan tidak bisa melihat satu minggu yll. GCS:
15, skala nyeri 5, kekuatan 5 5/3 3, gangguan pada nervus optikus,
gelisah dan sulit tidur. TD 110/80mmHg, Nadi 60x/menit, RR
16x/menit, suhu 36,7oC. Nafsu makan menurun, terpasang kateter urine
dan diberikan manitol 100cc/5Jam drips. Hasil CT Scan: SOL
Intracranial.
Berdasarkan kasus diatas diskusikan :
1. Definisi Penyakit
2. Etiologi
3. Manifestasi Klinis
4. Patofisiologi
5. WOC Penyakit
6. Pemeriksaan Penunjang
7. Penatalaksanaan
Kata-kata sukar :
 Nervus optikus terdiri dari serabut saraf sensorik yang
menghantarkan rangsangan dari retina ke otak untuk fungsi
penglihatan. Nervus optikus berperan dalam proses
penglihatan (visual) termasuk ketajaman penglihatan atau
diplopia, lapang pandang, penglihatan warna, cahaya dan
refleks akomodasi.

 GCS (glasgow coma scale) adalah skala yang dipakai untuk


mengetahui tingkat kesadaran. Dulu, skala ini digunakan
pada orang yang mengalami cedera kepala

 Manitol adalah jenis alkohol gula yang digunakan sebagai


pemanis dan obat-obatan. Sebagai pemanis digunakan
dalam makanan bagi penderita diabetes karena kurang
terserap oleh usus. Sebagai obat, digunakan untuk
mengurangi tekanan pada mata, seperti pada glaukoma, dan
untuk menurunkan peningkatan tekanan intrakranial

 SOL intrakranial didefinisikan sebagai neoplasma, jinak


atau ganas, primer atau sekunder, serta hematoma atau
malformasi vaskular yang terletak di dalam rongga
tengkorak.
LAPORAN PENDAHULUAN
TUMOR OTAK

1. Kasus
Tumor otak

2. Proses Terjadinya Masalah

A. Pengertian
Tumor otak merupakan neoplasma, baik yang jinak maupun
ganas, dan lesi-lesi desak ruang yang lain, yang berasal dari
inflamasi kronik yang tumbuh dalam otak, meningen atau
tengkorak. Tumor otak terdapat yang benigna dan tumor otak
maligna.
Tumor otak benigna merupakan pertumbuhan jaringan otak
secara abnormal namun tidak ganas. Tumor otak maligna
merupakan pertumbuhan jaringan abnormal yang berpotensi
ganas yang dapat menyusup atau menyebar di jaringan
sekitarnya maupun bermetastasis ke jaringan yang jauh melalui
aliran darah. Tumor otak di bagi 2 yaitu :

1) Tumor otak primer


Tumor otak primer dapat berasal dari otak itu sendiri atau
jaringan yang menutup otak, seperti membran meninges,
syaraf tengkorak, kelenjar pituitary atau kelenjar pineal.
Tumor otak primer dimulai ketika sel normal mengalami
mutasi pada DNA-nya. Mutasi ini menyebabkan sel tumbuh
secara tidak terkendali dan tetap hidup saat sel yang lain
mati.
Ada beberapa jenis tumor otak primer. Masing-masing
dinamakan berdasarkan sel yang terkait, antara lain: acoustic
neuroma (schwannoma), astrocytoma, juga dikenal dengan
nama glioma, yang terdiri dari anaplastic astrocytoma dan
glioblastoma, ependymoma, ependymoblastoma, germ cell
tumor, medulloblastoma, meningioma, neuroblastoma,
oligodendroglioma, dan pineoblastoma.

a) Glioma : tumor yang tersusun dari neuroglia dalam


setiap tahap perkembangannya; kadang-kadang
diperluas mencakup semua neoplasma otak dan medula
spinalis intrinsik, seperti astrositoma, ependimomas, dan
lain-lain. Sejumlah tumor yang bisa dikelompokkan
glioma:
 Glioblastoma: setiap astrositoma yang ganas,
biasanya terdapat pada otak tetapi tidak terdapat
pada batang otak atau medula spinalis.
 Astrocytomas: tumor yang terdiri dari astrosit; jenis
tumor yang paling lazim dan juga ditemukan di
sepanjang sistem saraf pusat; diklasifikasikan
berdasarkan histologi atau dalam hubungannya
dengan keganasan (I-IV).
 Oligodendrogliomas: neoplasma dari dan tersusun
dari oligodendrosit (sel oligodendroglia; sel neo-
neural yang berasal dari ectodermal, membentuk
bagian struktur adventisial (neuroglia) sistem
saraf pusat.
 Ependymomas : neoplasma, biasanya tumbuh
lambat dan jinak, terdiri dari sel-sel ependimal
(membran yang melapisi ventrikel otak dan kanalis
sentralis medula spinalis) yang terdiferensiasi.

b) Meningioma: tumor pada selaput pelindung otak


(meninges) jinak yang tumbuh lambat, biasanya terletak
bersebelahan dengan dura mater (lapisan yang paling
luar, paling kuat dari tiga selaput otak (meninges) dan
sumsum tulang belakang), yang dapat menginvasi tulang
tengkorak atau menyebabkan hiperostosis (pertumbuhan
jaringan bertulang yang berlebihan), dan sering
menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial anatomi;
lebih banyak menyerang wanita daripada pria,terutama
usia 50-60 tahun. Wanita lebih sering menderita
meningioma karena reseptor hormon progesteron yang
mempunyai GP1 dan GP2 (GP = glikoprotein) : memberi
sifat pengenal pada molekul yang terlibat dalam lalulintas
di dalam sel menyebabkan timbulnya meningioma.
 Angioblastic meningioma: meningioma yang
mengandung banyak pembuluh darah dari berbagai
ukuran;
 Convexity meningioma: beragam kelompok
meningioma yang terletak antara sulkus otak,
biasanya di sebelah anterior fisura ronaldi;
 Psammomatous meningioma: meningioma yang
mengandung banyak badan psammoma (badan
psammoma; tumor seperti pasir : yang berasal dari
jaringan berserat dari meninges atau koroid atau
struktur tertentu; terbentuk dari kumpulan kalsium
yang tampak mikroskopik).

c) Medulloblastomas: tumor, ganas embrional invasif otak


kecil yang lebih sering terjadi pada anak-anak; sel yang
tidak terdeferensiasi pada tabung neural yang bisa
berkembang baik menjadi neuroblast maupun
spongioblas.

d) Gangliogliomas: ganglioneuroma (neoplasma jinak yang


tersusun atas serabut saraf dan sel ganglion masak) pada
sistem saraf pusat.

e) Schwannomas: neoplasma yang berasal dari sel schwann


(selubung mielin) neuron, meliputi neurofibroma (tumor
saraf tepi akibat proliferasi (reproduksi atau multiplikasi
bentuk serupa, khususnya sel schwann yang abnormal)
dan neurilemomas (tumor selubung saraf perifer
(neurilema), jenis tumor neurogenik yang paling umum,
biasanya jinak).

2) Tumor otak sekunder/ metastasik


Tumor otak sekunder metastatik adalah tumor yang
dihasilkan dari kanker yang berasal dari bagian tubuh lain
dan kemudian merambat ke otak.
Tumor otak sekunder paling sering terjadi pada orang yang
memiliki catatan dengan kanker. Tapi dapat juga terjadi
walaupun jarang, tumor otak metastatik merupakan tanda
awal kanker yang dimulai dari bagian tubuh lainnya. Kanker
apapun dapat menyebar ke otak, tapi jenis yang paling umum
antara lain. kanker payudara, kanker usus besar, kanker
ginjal, kanker paru-paru, dan melanoma.

B. Etiologi
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara
pasti walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan.
Adapun factor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu:

1) Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang
ditemukan kecuali pada meningioma, astrocytoma dan
neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota
sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber
yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru
memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis
neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk
memikirkan adanya factor-faktor hereditas yang kuat pada
neoplasma.
2) Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi
bangunan-bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi
yang terintegrasi dalam tubuh. Ada kalanya sebagian dari
bangunan embrional tertinggal dalam tubuh menjadi ganas
dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan
abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma
intrakranial dan kordoma.
3) Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan
dapat mengalami perubahan degenerasi namun belum ada
bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma,
Meningioma pernah dilaporkan terjadi setelah timbulnya
suatu radiasi.
4) Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang
kecil dan besar yang dilakukan dengan maksud untuk
mengetahui peran infeksi 1irus dalam proses terjadinya
neoplasma tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan
antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada
sistem saraf pusat.
5) Gaya Hidup
Penelitian telah menunjukkan bahwa makanan seperti
makanan yang diawetkan, daging asap atau acar tampaknya
berkorelasi dengan peningkatan resiko tumor otak. Di
samping itu, resiko tumor otak menurun ketika individu
makan lebih banyak buah dan sayuran.
6) Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan
luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang
karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitrosoethyl urea.
Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan
7) Trauma Kepala
Cedera kepala dapat menimbulkan tumor otak jika mengenai
neuron dan tidak bisa diperbaiki lagi. Kerusakan otak yang
dijumpai pada trauma kepala dapat terjadi melalui 2 cara :
- Efek segera dari trauma pada fungsi otak
- Efek lanjutan dari respons sel-sel otak terhadap trauma.
Kerusakan neurologik segera disebabkan oleh suatu benda
atau serpihan tulang yang menembus dan merobek jaringan
otak, oleh pengaruh kekuatan atau energi yang diteruskan ke
otak dan oleh efek akselerasi-deselerasi pada otak. Derajat
kerusakan yang terjadi disebabkan pada kekuatan yang
menimpa, makin besar kekuatan, makin parah kerusakan.
Kerusakan terjadi waktu energi atau kekuatan diteruskan ke
otak. Banyak energi yang diserap oleh lapisan pelindung
yaitu rambut, kulit kepala dan tengkorak, tetapi pada trauma
hebat penyerapan ini tidak cukup untuk melindungi otak. Sisa
energi diteruskan ke otak, menyebabkan kerusakan otak.
Kekuatan akselerasi dan deselerasi menyebabkan
bergeraknya isi dalam tengkorak yang keras sehingga
memaksa otak membentur permukaan dalam tengkorak
pada tempat yang berlawanan dengan benturan.

C. Patofisiologi
Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap
disebabkan oleh 2 faktor gangguan fokal, disebabkan oleh
tumor dan tekanan intrakranial.
Gangguan fokal terjadi apabila penekanan pada jaringan otak
dan infiltrasi/invasi langsung pada parenkim otak dengan
kerusakan jaringan neuron. Tentu saja disfungsi yang paling
besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan
tumor yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak.
Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi
sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat
dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer. Serangan
kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro
dihubungkan dengan kompresi invasi dan perubahan suplai
darah ke jaringan otak. Beberapa tumor membentuk kista yang
juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat
gangguan neurologis fokal.
Peningkatan tekanan intra kranial dapat diakibatkan oleh
beberapa faktor : bertambahnya massa dalam tengkorak,
terbentuknya oedema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi
cerebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya
massa, karena tumor akan mengambil ruang yang relatif dari
ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan
oedema dalam jaruingan otak. Mekanisme belum
seluruhnyanya dipahami, namun diduga disebabkan selisih
osmotik yang menyebabkan perdarahan. 0bstruksi vena dan
oedema yang disebabkan kerusakan sawar darah otak, semuanya
menimbulkan kenaikan volume intracranial. Observasi sirkulasi
cairan serebrospinal dari ventrikel laseral ke ruang sub
arakhnoid menimbulkan hidrocepalus.
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa,
bila terjadi secara cepat akibat salah satu penyebab yang telah
dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi memerlukan
waktu berhari-hari/berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan
oelh karena ity tidak berguna apabila tekanan intrakranial
timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja
menurunkan volume darah intra kranial, volume cairan
serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel
parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan
herniasi ulkus atau serebulum. Herniasi timbul bila girus
medialis lobus temporals bergeser ke inferior melalui insisura
tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan
mensensefalon menyebabkan hilangnya kesadaran dan
menenkan saraf ketiga. Pada herniasi serebulum, tonsil sebelum
bergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa
posterior. Kompresi medula oblongata dan henti nafas terjadi
dengan cepat. Intrakranial yang cepat adalah bradicardi
progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi dan
gangguan pernafasan).

D. Tanda Dan Gejala

1. Sakit Kepala ( Nyeri )


Nyeri dapat digambarkan bersifat dalam terus-menerus,
tumpul, dan kadang-kadang hebat sekali. Nyeri ini paling
hebat saat pagi hari dan menjadi lebih hebat saat beraktivitas
yang biasanya meningkatkan TIK, seperti membungkuk,
batuk, atau mengejan sewaktu buang air besar. Nyeri kepala
akibat tumor otak disebabkan oleh traksi dan pergeseran
struktur peka nyeri (arteri, vena, sinus-sinus vena, dan saraf
otak) dalam rongga intrakranial. Nyeri kepala oksipital
merupakan gejala pertama dalam tumor fosa posterior. Bila
keluhan nyeri kapala terjadi menyeluruh maka kurang dapat
ditentukan lokasinya dan biasanya menunjukkan pergeseran
aktensif kandungan intracranial akibat peningkatan ICP.
2. Mual Muntah
Gejala ini terjadi akibat rangsangan pusat muntah di
medulla oblongata. Muntah paling sering terjadi pada anak
dan berhubungan dengan peningkatan ICP disertai
pergeseran batang otak. Muntah dapat terjadi tanpa didahului
mual dan dapat bersifat proyektil.
3. Papiledema
Papilla edema adalah penumpukan cairan yang berlebih pada
pupil. Disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan
pembengkakan dan perbesaran diskus optikus. Bila terlihat
pada pemeriksaan funduskopi, tanda ini mengisyaratkan
peningkatan ICP. Dapat terjadi gangguan penglihatan yang
berkaitan dengan papilledema. Gangguan ini adalah
perbesaran bintik dan amaurosis fugaks(ketika pengihatan
berkurang).
4. Lokalisasi Gejala
Karena fungsi-fungsi dari bagian-bagian berbeda dari otak
yang tidak diketahui, lokasi tumor dapat ditentukan, pada
bagiannya, dengan mengidentifikasi fungsi yang dipengaruhi
oleh adanya tumor.
a) Obus frontalis
Gangguan mental/gangguan kepribadian ringan: depresi,
bingung, tingkah laku aneh, sulit memberi
argumenatasi/menilai benar atau tidak, hemiparesis
ataksia, dan gangguan bicara.
b) Kortek presentalis posterior
Kelemahan/kelumpuhan pada otot-otot wajah, lidah dan
jari
c) Lobus parasentralis
Kelemahan pada ekstremitas bawah
d) Lobus oksipitalis
Kejang, gangguan penglihatan
e) Lobus temporalis
Tinitus, halusinasi pendengaran, afasia sensorik,
kelumpuhan otot wajah
f) Lobus Parietalis
Hilang fungsi sensorik, kortikalis, gangguan lokalisasi
sensorik, gangguan penglihatan
g) Cerebulum
Papil oedema, nyeri kepala, gangguan motorik,
hipotonia, hiperekstremitas esndi

E. Penatalaksanaan
Tumor yang tidak terobati dapat menyebabkan kematian,
salah satu peningkatan TIK (Tekanan Intra Kranial) atau
dari kerusakan otak. Pasien dengan tumor otak harus diobati
segera bila memungkinkan sebelum kerusakan neurologis
tidak dapat diubah. Tujuannya adalah mengangkat dan
memusnakan semua tumor atau banyak kemungkinan tanpa
meningkatnya neurologik (kebutaan) atau tercapainya gejala-
gejala dengan mengangkat sebagian. Salah satu variasai dapat
digunakan pendekatan spesifik bergantung tipe tumor
bergantung pada tipe tumor, lokasinya dan kemampuannya
untuk dicapai dengan mudah.

1) Pembedahan
Tumor jinak seringkali dapat ditangani dengan eksisi komplet
dan  pembedahan merupakan tindakan yang kuratif. untuk
tumor primer  maligna atau tumor sekunder biasanya sangat
sulit disembuhkan. Pembedahan tumor primer seringkali
diindikasikan untuk mencapai diagnosis histologis, dan jika
mungkin untuk meringankan gejala dengan mengurangi
massa tumor.
Pemeriksaan histologis dari biopsi tumor dapat
mengkonfirmasi apakah lesi merupakan suatu glioma dan
bukan neoplasma lainnya, misalnya limfoma, atau bahkan
kondisi non neoplasia, misalnya abses. Kadang-kadang
pembedahan tidak  disarankan, misalnya pada pasien dengan
kecurigan gioma derajat rendah dengan gejala epilepsy.
Pembedahan juga tidak tepat dilakukan  pada metastasis otak
multiple, dimana diagnosannya jelas, walaupun  beberapa
metastasis soliter dapat ditangani dengan reseksi.
2) Radioterapi
Glioma dapat diterapi dengan radioterapi yang diarahkan
pada sebagian tumor sementara metastasis diterapi dengan
radiasi seluruh otak.
3) Radiografi Tengkorak
Memberikan informasi : struktur tulang, penebalan, dan
kalsifikasi; posisi kelenjar pinealis, posisi sela tursika.
4) EEG (Echoensefalogram)
Memberikan informasi perubahan kepekaan neuron,
pergeseran kandungan intraserebral.
5) Scan Otak Radioaktif 
Memperlihatkan daerah akumulasi abnormal dari zat
radioaktif.
6) Terapi Medikamentosa
Antikonvulsan untuk epilepsy, kortikosteroid
(dekstametason), untuk   peningkatan TIK. Steroid juga dapat
memperbaiki defisit neurologis fokal sementara dengan
mengobati oedema otak. Kortikosteroid boleh digunakan
sebelum pengobatan sesuai dengan diperbolehkannya
penggunaan obat ini yang didasari melalui evaluasi dignostik
dan kemudian menurunkan oedema serebral dan
meningkatkan kelancaran serta pemulihan lebih cepat.
7) Kemoterapi
Diindikasikan pada beberapa kasus glioma, sebagian acuan
pembedahan dan radioterapi, dengan penganasan unit
spesialitik neuro onkologi. Terapi radiasi, merupakan dasar
pada beberapa tumor otak,  juga menurunkan timbuln!a
kembali tumor yang tidak lengkap.

F. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik

1. CT Scan dan MRI : memperlihatkan semua tumor


intrakranial dan menjadi prosedur in1estigasi awal ketika
penderita menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-
tanda penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah satu
tanda spesifik dari sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang
sulit membedakan tumor dari abses ataupun proses lainnya.
2. Foto Polos Dada : dilakukan untuk mengetahui apakah
tumornya berasal dari suatu metastasis yang akan
memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada
otak.
3. Pemeriksaan Cairan Serebrospinal : dilakukan untuk melihat
adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi
pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien
dengan massa di otak yang besar. Umumnya diagnosis
histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi,
sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan
proses-proses infeksi (abses cerebri).
4. Biopsi stereotaktik : dapat digunakan untuk mendiagnosis
kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberikan dasar-
dasar pengobatan dan informasi prognosis.
5. Angiografi Serebral : memberikan gambaran pembuluh darah
serebral dan letak tumor serebral.
6. Elektroensefalogram (EEG) : mendeteksi gelombang otak
abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan dapat
memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada
waktu kejang

G. Komplikasi

1. Edema Serebral
Peningkatan cairan otak yang berlebih yang menumpuk
disekitar lesi sehingga menambah efek masa yang mendesak
(space-occuupying). Edema Serebri dapat terjadi ekstrasel
(vasogenik) atau intrasel (sitotoksik).
2. Hidrosefalus
Peningkatan intracranial yang disebabkan oleh ekspansin
massa dalam rongga cranium yang tertutup dapat di
eksaserbasi jika terjadi obstruksi pada aliran cairan
serebrospinal akibat massa.
3. Herniasi Otak
Peningkatan intracranial yang terdiri dari herniasi sentra,
unkus, dan singuli.
4. Epilepsi
Metastase ketempat lain
ASUHAN KEPERAWATAN
TUMOR OTAK
1. Data yang perlu dikaji :

a. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh nyeri kepala
b. Riwayat penyakit saat ini
Klien mengeluh nyeri kepala, muntah, papilledema, penurunan
tingkat kesadaran, penurunan penglihatan atau penglihatan
double, ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia),
hilangnya ketajaman atau diplopia.
c. Riwayat penyakit dahulu
Klien pernah mengalami pembedahan kepala
d. Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang
mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang,
yaitu riwayat keluarga dengan tumor kepala.
e. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental,
kesulitan mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan
hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur pembedahan, adanya
perubahan peran.
f. Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review Of System )
Pemeriksaan fisik pada klien dengan tomor otak meliputi
pemeriksaan fisik umum per sistem dari observasi keadaan
umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2
(Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone).
1. Pernafasan B1 (breath)
- Inspeksi : bentuk dada simetris, pola napas biasanYa
tidak teratur, dyspnea, batuk, terlihat adanya retraksi
otot bantu napas.
- Auskultasi : suara napas vesikuler atau ada suara napas
abnormal misalnya rongkhi, stridor, dll.

2. Kardiovaskular B2 (blood)
- Auskultasi : irama jantung pada umumnya irregular,
bunyi jantung normal, tekanan darah meningkat
- Palpasi : akral hangat, nadi bradikardi
- Kaji adanya nyeri dada

3. Persyarafan B3 (brain)
- Penglihatan (mata), penurunan penglihatan, hilangnya
ketajaman atau diplopia.
- Pendengaran (telinga), terganggu bila mengenai lobus
temporal
- Penciuman (hidung), mengeluh bau yang tidak
biasanya, pada lobus frontal
- Pengecapan (lidah), ketidakmampuan sensasi
(parathesia atau anasthesia)
- Afasia : kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa,
kemungkinan ekspresif atau kesulitan berkata-kata,
reseotif atau berkata-kata komprehensif, maupun
kombinasi dari keduanya.
- Ekstremitas : kelemahan atau paraliysis genggaman
tangan tidak seimbang, berkurangnya refleks tendon.
- GCS : skala yang digunakan untuk menilai tingkat
kesadaran pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma
atau tidak) dengan menilai respon pasien terhadap
rangsangan yang diberikan.

4. Perkemihan B9 (bladder)
- Inspeksi : bentuk alat kelamin normal/tidak, uretra
normal/tidak, produksi urin normal/tidak.
- Kaji adanya kelainan seperti oliguria, hematuria,
polyuria, nokturia, dll.

5. Pencernaan B5 (bowel)
- Nafsu makan menurun/tidak
- Kaji adanya mual dan muntah
- Keadaan mulut bersih atau tidak
- Mukosa bibir lembap/ tidak

6. Muskuloskeletal/Integument B5 (bone)
- Keadaan umum klien biasanya mengalami kelelahan,
kaji kemampuan pergerakan sendi bebas atau tidak, kaji
kekuatan otot klien.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif b.d disfungsi neuromuskuler (hilangnya
kontrol terhadap otot pernafasan), ditandai dengan : perubahan
kedalamam nafas, dyspnea, obstruksi jalan nafas, aspirasi.
2. Nyeri akut b.d peningkatan TIK, ditandai dengan : nyeri kepala
terutama pagi hari, klien merintih kesakitan, nyeri bertambah
bila klien batuk, mengejang, membungkuk
3. Gangguan perfusi serebral b.d hipoksia jaringan, ditandai
dengan peningkatan TIK, nekrosis jaringan, pembengkakakan
jaringan otak, depresi SSP dan oedema
4. Perubahan proses pikir b.d perubahan fisiologi, ditandai dengan
disorientasi, penurunan kesadaran, sulit konsentrasi
5. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
6. Resiko tinggi cidera b.d disfungsi otot sekunder terhadap
depresi SSP, ditandai dengan : kejang, disorientasi, gangguan
penglihatan, pendengaran.

3. Rencana Tindakan Keperawatan


No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Dan Rasional
Keperawatan

1 Pola nafas tidak NOC : Respiratory status : NIC : Respiratory


efektif b.d airway patency monitoring
disfungsi Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau frekuensi,
neuromuskuler keperawatan selama 1x24 irama, dan kedalaman
(hilangnya kontrol jam pola nafas tidak efektif nafas
terhadap otot dapat teratasi dengan kriteria Rasional : memantau
pernafasan) hasil : keadaan umum klien
- Menunjukk 2. Perhatikan gambaran
an jalan dinding dada dan
nafas yang kesimetrisan, kaji
paten adanya penggunaan
( klien tidak otot bantuan
merasa pernapasan
tercekik, Rasional : mengetahui
irama kemampuan pernapasan
nafas, klien
frekuensi NIC : Airway Management
pernafasan 3. Berikan posisi yang
dalam nyaman: semofowler
rentang Rasional : tindakan non
normal, invasif dalam
tidak ada meringankan sesak
suara nafas nafas dengan
(abnormal) maksimalkan ventilasi
- Tanda- 4. Lakukan suction (bila
tanda vital perlu)
dalam Rasional : mengurangi
rentang secret
normal 5. Berikan terapi nebulizer
( tekanan Rasional :
darah, nadi, mengencerkan secret
pernapasan) NIC : Oxigen terapy.
. 6. Berikan oksigen sesuai
indikasi
Rasional : memberikan
bantuan oksigen
2 Gangguan  perfusi NOC: circulation status NIC : management
serebral b.d Setelah dilakukan tindakan peripheral sensation
hipoksia  jaringan keperawatan selama 2x24 1. Pantau keadaan umum
jam  perfusi jaringan klien (GCS)
cerebral dapat teratasi Rasional: memantau
dengan kriiteria hasil: keadaan umum klien
- Menunjukk 2. Pantau status cairan
an status termasuk
sirkulasi intake dan output
baik dengan Rasional: mencegah
indikator intake > output yang
tekanan menyebabkan
darah tekanan di dalam tubuh
dalam batas meningkat
normal. NIC : intra-cranial pressure
- Menunjukk monitor (ICT)
an 3. Pantau tanda-tanda
kemampua Vital
n kognitif Rasional: memantau
dengan keadaan umum klien
indikator 4. Monitor tekanan perfusi
mampu serebral
berkomunik Rasional: memantau
asi dengan tekanan intrakranial
jelas, agar tidak meningkat
mampu 5. Posisikan kepala lebih
berkonsentr tinggi
asi dan Rasional: mengurangi
orientasi, aliran
mampu darah ke otak sehingga
menginga, menurunkan TIK
menerima 6. Pertahankan keadaan
informasi tirah baring
dan Rasional : '
membuat meningkatkan
keputusan istirahat sebagai upaya
menurunkan TIK
7. Kolaborasi dalam
pemberian Obat-obatan
Rasional : prosedur dan
tindakan medis
3 Resiko tinggi NOC: fall pre1ention NIC : fall prevetion
cidera b.d behavior 1. Identifikas kelemahan
disfungsi otot Setelah dilakukan fisik atau kognitif yang
sekunder terhadap indakan keperawatan berpotensi
depresi SSP selama 1x24 jam resiko meningkatkan resiko
tinggi cidera dapat teratasi cidera
dengan kriteria hasil : Rasional: mengetahui
- Klien factor yang dapat
mampumen menyebabkan cidera
jelaskan klien
cara: 2. Pasang set rail di
metode samping kanan dan kiri
untuk bed klien
mencegah Rasional : membantu
cidera mencegah klien jatuh
- 0rientasi dari tempat tidur
orang, NIC : Dementia management
waktu, 3. Gunakan kontak mata
dan tempat saat
dengan baik interaksi dengan klien
- Klien Rasional : kontak mata
terbebas menunjukkan perhatian
dari risiko 4. Bicara dengan jelas dan
cidera pelan
- Klien Rasional: membantu
mampu klien berkonsentrasi
memodifika terhadap informasi
si gaya 5. Gunakan bahasa yang
hidup untuk Sederhana
mencegah Rasional : bahasa
cidera sederhana mudah
dicerna dan tidak
membingungkan klien

DAFTAR PUSTAKA
1) Batticaca, fransisca B.2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika
2) Goria M. Bulechek, Howard K. Butcher, Joanne M. Dochterman &
Cheryl M. Wagner. 2013 Nursing Interventions Classification
(NIC) Sixth, Edition. Mosby : United States of America.
3) Nanda International. 2013. Diagnosis Keperawatan Definisi Dan
Klasifikasi 2012 – 2014. Jakarta : EGC.
4) Nursing Care Plan. 2012. Nursing Management-Ineffective
Cerebral Tissue Perfusion related to Hidrorocephalus.
[Serial0nline].http://nanda-nursingcare
plan.Blogspot.Com/2012/06/nursing-management-ineffective
cerebral.html. [Diakses Tanggal 06 juli 2014].
5) Zulkarnain, Nuzulul Haq. 2011. Asuhan Keperawatan (Askep)
tumor otak.
[Serial 0nline]. http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikeldetail-
35597-Kep%20Neurobehaviour-askep%20Tumor%200tak.html.
[Diakses 06 juli2014].
6) Satyanegara.2010.Ilmu bedah Saraf. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama
7) Smeltzer, Suzanna C. 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah.jakarta:EGC.
8) Sue Moorhead, Maria Johnson, Meridean L. Maas, and Elisabeth
Swanson.2013 Nursing utcomes Classification (NOC) Fifth
Edtion Measurement Of Health utcomes. Mosby: United States of
America

Anda mungkin juga menyukai