Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DENGAN GANGGUAN SISTIM SARAF


PADA KASUS TUMOR OTAK

Disusun Oleh

BAIQ EYIN WAHYU APRIANI (004SYE18)

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG D3

MATARAM
2020

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan Laporan kasus pada Ny”N’’ dengan kasus Tumor otak

Laporan ini disetujui pada

Hari/tanggal :

Disusun Oleh:

BAIQ EYIN WAHYU APRIANI (004SYE18)

Pembimbing Lahan Pembimbing Pendidikan

(Hasan mahsad, Amd. Kep.) (Zuhratul Hajri., Ners M. Kep.)


LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA KASUS TUMOR OTAK

Nama Mahasiswa: Baiq eyin wahyu apriani

NIM : 004SYE18

Tanggal: 16 Maret s/d 21 Maret

Inisial Pasien : Ny’’S’’

Umur/No.Reg : 60 Thn

I. Masalah Keperawatan Medical Bedah


Gangguan system saraf
II. Landasan Teori
A. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi Fisiologi.

Gambar 1. Lapisan Otak Manusia (Sumber : wikipedia, 2018)

Otak dibungkus oleh selaput otak (meningen) yang terdiri dari 3 lapisan
yaitu:
1. Duramater: Lapisan luar, berasal dari jaringan ikat tebal dan kuat yang
bersifat liat, tebal, tidak elastis, berupa serabut dan berwarna abu-abu.
2. Arachnoid: Membran bagian tengah, bersifat tipis dan lembut. Berwarna
putih karena tidak dialiri darah, terdapat pleksus khoroid yang memproduksi
cairan serebrospinal (CSS) terdapat villi yang mengabsorbsi CSS pada saat
darah masuk ke dalam sistem (akibat trauma, aneurisma, stroke).
3. Piamater : Membran paling dalam, berupa dinding yang tipis, transparan
yang menutupi otak dan meluas ke setiap lapisan otak. Serebrum terdiri dari
4 lobus, yaitu:
1. Lobus frontal : Area ini mengontrol perilaku individu, membuat
keputusan, kepribadian, dan menahan diri. Lobus terbesar.
2. Lobus parietal : Lobus sensori, area ini menginterpretasikan sensasi,
mengatur individu mampu mengetahui posisi dan letak bagian tubuhnya.
3. Lobus temporal : Sensasi kecap, bau, dan pendengaran, ingatan jangka
pendek.
4. Lobus oksipital : menginterpretasikan penglihatan.
Diensefalon terdiri dari talamus, hipotalamus, dan kelenjar hipofisis.
1. Talamus : Pusat penyambung sensasi bau dan nyeri.
2. Hipotalamus : Bekerja sama dengan kelenjar hipofisis untuk
mempertahankan keseimbangan cairan dan mempertahankan pengaturan
suhu tubuh. Sebagai pusat lapar dan mengontrol BB, pengatur tidur,
tekanan darah, perilaku agresif, seksual, respon emosional.
3. Kelenjar hipofisis : Hipofisis lobus anterior memproduksi hormon
pertumbuhan, hormon prolaktin, TSH, ACTH, LH. Lobus posterior berisi
hormon ADH.
Batang otak, terdiri dari otak tengah, pons, medula oblongata.
1. Otak tengah/mesencephalon, bagian yang menghubungkan diencephalon dan
pons. Fungsi utama menghantarkan impuls ke pusat otak yang berhubungan
dengan pergerakan otot, penglihatan dan pendengaran.
2. Pons Menghantarkan impuls ke pusat otak.
3. Medula oblongata, merupakan pusat refleks guna mengontrol fungsi
involunter seperti pernafasan, bersin, menelan, batuk, pengeluaran saliva,
muntah.
Sirkulasi Serebral
Pembuluh darah yang mendarahi otak tardiri dari :
1. Sepasang pembuluh darah karotis
2. Sepasang pembuluh darah vertebralis
Suplai darah ke Medula Spinalis
Menerima nutrisi melalui cabang-cabang arteri vetebralis melalui cabang
aorta thorakalis dan aorta abdominalis. Arteri medula spinalis dan sistem vena
berjalan secara paralel satu dengan lainnya dan mempunyai hubungan
percabangan yang luas untuk mencukupi suplay darah ke jaringan-jaringan.
Dibentuk oleh pleksus koroideus, dan bersirkulasi dalam ventrikel-ventrikel
dan ruang subaraknoid. CSF terdiri dari air, elektrolit, oksigen,
karbondioksida, glukosa dan sedikit protein, serta konsentrasi kalium dan
klorida yg tinggi. Produksi dan reabsorbsi CSF berlangsung konstan serta
volume total CSF sekitar 125 cc dengan kecepatan sekresi CSF perhari 500 –
750 cc. Tekanan dalam cairan CSF sekitar 5 sampai 12 cm H2O.
B. Konsep Teori
1. Pengertian Tumor Otak
Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan
ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak.
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun
ganas (maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial)
atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak
dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel
tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri disebut tumor otak primer dan bila
berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti kanker paru, payudara, prostate,
ginjal, dan lain-lain disebut tumor otak sekunder. (Mayer. SA,2002) dalam Febri
(2012).
2. Klasifikasi Tumor Otak
Tumor otak dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Berdasarkan Jenis Tumor
a. Jinak
1) Acoustic neuroma
2) Meningioma
3) Pituitary adenoma
4) Astrocytoma (grade I)
Sebagian besar tumor bersifat jinak, berkapsul, dan tidak menginfiltrasi
jaringan sekitarnya tetapi menekan struktur yang berada di bawahnya.
Tumor ini sering kali memiliki banyak pembuluh darah sehingga mampu
menyerap isotop radioaktif saat dilakukan pemeriksaan CT scan otak.
b. Malignant
1) Astrocytoma (grade 2,3,4)
2) Oligodendroglioma : Tumor ini dapat timbul sebagai gangguan kejang
parsial yang dapat muncul hingga 10 tahun. Secara klinis bersifat
agresif dan menyebabkan simptomatologi bermakna akibat peningkatan
tekanan intrakranial dan merupakan keganasan pada manusia yang
paling bersifat kemosensitif.
3) Apendymoma : Tumor ganas yang jarang terjadi dan berasal dari
hubungan erat pada ependim yang menutup ventrikel. Tumor ini lebih
sering terjadi pada anak-anak daripada dewasa. Dua faktor utama yang
mempengaruhi keberhasilan reseksi tumor dan kemampuan bertahan
hidup jangka panjang adalah usia dan letak anatomi tumor. Makin muda
usia pasien maka makin buruk progmosisnya.

2. Berdasarkan Lokasi
a. Tumor Supratentorial
Hemisfer otak, terbagi lagi :
1. Glioma :
1) Glioblastoma multiforme
Tumor ini dapat timbul dimana saja tetapi paling sering terjadi di
hemisfer otak dan sering menyebar kesisi kontra lateral melalui
korpus kolosum.
2) Astroscytoma
3) Oligodendroglioma
4) Merupakan lesi yang tumbuh lambat menyerupai astrositoma tetapi
terdiri dari sel-sel oligodendroglia. Tumor relative avaskuler dan
cenderung mengalami klasifikasi biasanya dijumpai pada hemisfer
otak orang dewasa muda.
2. Meningioma
Tumor ini umumnya berbentuk bulat atau oval dengan perlekatan
duramater yang lebar (broad base) berbatas tegas karena adanya
psedokapsul dari membran araknoid. Meningioma merupakan tumor
terpenting yang berasal dari meningen, sel-sel mesotel, dan sel-sel
jaringan penyambung araknoid dan dura.
3. Tumor Infratentorial
4. Schwanoma akustikus
5. Tumor metastasisc
6. Hemangioblastoma
Neoplasma yang terdiri dari unsur-unsur vaskuler embriologis yang
paling sering dijumpai dalam serebelum.
3. Etiologi
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti walaupun
telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu
ditinjau, yaitu:
a. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali
pada meningioma, astrocytoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada
anggota-anggota sekeluarga.
b. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh menjadi
ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat
terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
c. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya
suatu glioma. Meningioma pernah dilaporkan terjadi setelah timbulnya suatu
radiasi.
d. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses
terjadinya neoplasma tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara
infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
e. Substansi-substansi karsinogenik
Substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea.
Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.
f. Trauma Kepala
g. Perilaku Buruk
Kebiasaan buruk seperti kebiasaan merokok dan meminum minuman
beralkohol.
h. Makanan Kurang Sehat
i. Sering memakan makanan berlemak dan juga makanan yang kurang seratnya,
seperti makanan instan di toko-toko makanan yang mengandung bahan
pengawet (natrium benzoat) dan juga bahan pewarna, makanan berlemak
(kolesterol).
j. Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di pabrik pembuat bahan kimia atau pabrik yang
memakai bahan kimia dalam proses produksinya.
4. Tanda Dan Gejala
1. Gejala tumor otak secara umum

Gejala klinis pada tumor otak secara umum dikenal dengan istilah trias
klosis tumor otak, yaitu:

a. Nyeri kepala
Nyeri kepala merupakan gejala tersering, dapat bersifat dalam, terus-
menerus, tumbuh, dan kadang-kadang hebat sekali. Nyeri paling hebat
pada pagi hari dan lebih berat saat beraktivitas sehingga dapat
meningkatkan TIK pada saat membungkuk, batuk, dan mengejan pada
saat BAB. Nyeri kepala dapat berkurang bila diberi aspirin dan kompres
air dingin di daerah yang sakit. Lokasi yang sering menimbulkan nyeri
terjadi di 1/3 daerah tumor dan 2/3 di dekat atau di atas tumor.
b. Mual dan muntah
Mual (nausea) dan muntah (vomit) terjadi sebagai akibat rangsangan
pusat muntah pada medulla oblongata. Sering terjadi pada anak-anak dan
berhubungan dengan peningkatan TIK yang disertai pergeseran batang
otak. Muntah dapat terjadi tanpa didahului mual dan dapat proyektil.
2. Papil edema
Papil edema disebabkan oleh stress vena yang menimbulkan pembengkakan
papilla saraf optikus. Bila terjadi pada pemeriksaan oftalmoskopi (funduskopi),
tanda ini mengisyaratkan terjadi tekanan TIK. Kadang disertai gangguan
penglihatan, termasuk pembesaran bintik buta dan amaurosis fugaks (saat-saat di
mana penglihatan berkurang. ( Batticaca, Fransisca.B. 2008)
3. Gejala spesifik tumor otak yang berhubungan dengan lokasi:
a Lobus frontal
1) Menimbulkan gejala perubahan kepribadian
2) Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese kontra
lateral, kejang fokal
3) Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia
4) Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster
kennedy
5) Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia
b Lobus parietal
1) Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi
homonym
2) Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada girus
angularis menimbulkan gejala sindrom gerstmann’s
c Lobus temporal
1) Akan menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor, yang
didahului dengan aura atau halusinasi
2) Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia dan hemiparese
3) Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan gejala
choreoathetosis, parkinsonism.
d Lobus oksipital
1) Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan
penglihatan
2) Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia
berkembang menjadi hemianopsia, objeckagnosia
e Tumor di ventrikel ke III

Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala


menimbulkan obstruksi dari cairan serebrospinal dan terjadi peninggian
tekanan intrakranial mendadak, pasen tiba-tiba nyeri kepala, penglihatan
kabur, dan penurunan kesadaran

f Tumor di cerebello pontin angie


1) Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma
2) Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya berupa
gangguan fungsi pendengaran
3) Gejala lain timbul bila tumor telah membesar dan keluar dari daerah
pontin angel
g Tumor Hipotalamus
1) Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe
2) Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan
perkembangan seksuil pada anak-anak, amenorrhoe,dwarfism, gangguan
cairan dan elektrolit, bangkitan
h Tumor di cerebelum
1) Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat terjadi
disertai dengan papil udem
2) Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan spasme
dari otot-otot servikal
i Tumor fosa posterior
1) Diketemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai
dengan nystacmus, biasanya merupakan gejala awal dari
medulloblastoma. (Bram Al Azri:2013)
j Tumor batang otak
Tumor pada batang otak bisa menyebabkan mudah goyah dan kesulitan
dalam berjalan, otot-otot muka melemah, penglihatan buram, kesulitan
berbicara, dan menelan.
5. Komplikasi
1. Edema Serebral
Peningkatan cairan otak yang berlebih yang menumpuk disekitar lesi
sehingga menambah efek masa yang mendesak (space-occupying). Edema
Serebri dapat terjadi ekstrasel (vasogenik) atau intrasel (sitotoksik).
2. Hidrosefalus
Peningkatan intracranial yang disebabkan oleh ekspansin massa dalam
rongga cranium yang tertutup dapat di eksaserbasi jika terjadi obstruksi pada
aliran cairan serebrospinal akibat massa.

3. Herniasi Otak
4. Peningkatan intracranial yang terdiri dari herniasi sentra, unkus, dan singuli.
5. Epilepsi
6. Metastase ketempat lain (Febri : 2012)
6. Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis. Gejala neurologik pada tumor
otak biasanya dianggap disebabkan oleh 2 faktor gangguan fokal, disebabkan oleh
tumor dan tekanan intrakranial. Gangguan fokal terjadi apabila penekanan pada
jaringan otak dan infiltrasi/invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan
jaringan neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor yang
tumbuh paling cepat.  Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan
tumor yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah
arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan
mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer (Febri,
2012).
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro dihubungkan
dengan kompresi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak.
Beberapatumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya
sehingga memperberat gangguan neurologis fokal. Peningkatan tekanan intra
kranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor : bertambahnya massa dalam
tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi
cerebrospinal.
Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa, karena tumor akan
mengambil ruang yang relatif dari ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas
menimbulkan oedema dalam jaruingan otak. Mekanisme belum seluruhnyanya
dipahami, namun diduga disebabkan selisih osmotik yang menyebabkan
perdarahan. Obstruksi vena dan oedema yang disebabkan kerusakan sawar darah
otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intrakranial. Observasi sirkulasi
cairan serebrospinaldari ventrikel laseral ke ruang sub arakhnoid menimbulkan
hidrocepalus.
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa, bila terjadi secara
cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme
kompensasi memerlukan waktu berhari-hari/berbulan-bulan untuk menjadi efektif
dan oelh karena itu tidak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darahintra
kranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi
sel-sel parenkim.
Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi ulkus atau
serebulum. Herniasi timbul bila girus medialis lobus temporals bergeser ke
inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi
menekan men ensefalon menyebabkab hilangnya kesadaran dan menenkan saraf
ketiga. Pada herniasi serebulum, tonsil sebelum bergeser ke bawah melalui
foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medula oblongata dan
henti nafas terjadi dengan cepat. Intrakranialyang cepat adalah bradicardi
progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi dan gangguan pernafasan),
Febri (2012).

7. Pemeriksaan Diagnostik Tumor Otak


1. CT scan dan MRI
Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur
investigasi awal ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau
tanda-tanda penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik
dari sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari
abses ataupun proses lainnya.
2. Foto polos dada
Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu
metastasis yang akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple
pada otak.
4. Pemeriksaan cairan serebrospinal
Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor.
Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan
massa di otak yang besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui
pemeriksaan patologi anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan
tumor dengan proses-proses infeksi (abses cerebri).
5. Biopsi stereotaktik 
Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan
untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.
6. Angiografi Serebral
Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.
7. Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor
dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu
kejang. (Nn:2013)

8. Penatalaksanaan
Faktor –faktor Prognostik sebagai Pertimbangan Penatalaksanaan
1. Usia
2. General Health
3. Ukuran Tumor
4. Lokasi Tumor
5. Jenis Tumor
Untuk tumor otak ada tiga metode utama yang digunakan dalam penatalaksaannya,
yaitu
a. Surgery
Terapi Pre-Surgery :
a. Steroid Menghilangkan swelling, contoh Dexamethasone
b. Anticonvulsant untuk mencegah dan mengontrol kejang, seperti
Carbamazepine.
c. Perawatan pre operasi pada pasien yang dilakukan pembedahan intracranial :
 Mengkaji keadaan neurologi dan psikologi pasien
 Memberi dukungan pasien dan keluarga untuk mengurangi perasaan-
perasaan takut yang dialami.
 Memberitahu prosedur tindakan yang akan dilakukan untuk meyakinkan
pasien dan mengurangi perasaan takut.
 Menyiapkan lokasi pembedahan, yaitu: kepala dengan menggunakan
shampo antiseptik dan mencukur daerah kepala.
 Menyiapkan keluarga untuk penampilan pasien yang dilakukan
pembedahan, meliputi :
 Balutan kepala.
 Edema dan ecchymosis yang biasanya terjadi dimuka.
 Menurunnya status mental sementara.
Surgery :
a. Ventriculoperitonel Shunt (VP Shunt) : Digunakan untuk mengalirkan cairan
cerebrospinal.
b. Pembedahan (Craniotomy) : Dilakukan untuk seluruh tipe kondisi patologi dari
otak untuk mengurangi TIK dan mengangkat tumor.
c. Perawatan post operasi, meliputi :
 Mengkaji status neurologi dan tanda-tanda vital setiap 30 menit untuk 4 - 6
jam pertama setelah pembedahan dan kemudian setiap jam. Jika kondisi
stabil pada 24 jam frekuensi pemeriksaan dapat diturunkan setiap 2 samapai
4 jam sekali.
 Monitor adanya cardiac aritmia pada pembedahan fossa posterior akibat
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
 Monitor intake dan output cairan pasien. Batasi intake cairan sekitar 1.500
cc / hari.
 Lakukan latihan ROM untuk semua ekstremitas setiap pergantian dinas.
 Pasien dapat dibantu untuk alih posisi, batuk dan napas dalam setiap 2 jam.
 Posisi kepala dapat ditinggikan 30 -35 derajat untuk meningkatkan aliran
balik dari kepala. Hindari fleksi posisi panggul dan leher.
 Cek sesering mungkin balutan kepala dan drainage cairan yang keluar.
 Lakukan pemeriksaan laboratorium secara rutin, seperti : pemeriksaan
darah lengkap, serum elektroit dan osmolaritas, PT, PTT, analisa gas darah.
 Memberikan obat-obatan sebagaimana program, misalnya :
antikonvulsi,antasida, atau antihistamin reseptor, kortikosteroid.
 Melakukan tindakan pencegahan terhadap komplikasi post operasi.
b. Radiotherapi
Radioterapi merupakan salah satu modalitas yang dapat dikombinasi dengan
terapi pembedahan dan kemoterapi akan memberikan hasil yang lebih optimal.
c. Chemotherapy
Kemoterapi dapat menggunakan satu atau dikombinasikan. Diberikan secara oral,
IV, atau bisa juga secara shunt. Tindakan ini diberikan dalam siklus, satu siklus
terdiri dari treatment intensif dalam waktu yang singkat, diikuti waktu istirahat dan
pemulihan. Saat siklus dua sampai empat telah lengkap dilakukan, pasien
dianjurkan untuk istirahat dan dilihat apakah tumor berespon terhadap terapi yang
dilakukan ataukah tidak.
III. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian

1.    Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan dan kesehatan

a. Riwayat keluarga denga tumor


b. Terpapar radiasi berlebih.
c. Adanya riwayat masalah visual-hilang ketajaman penglihatan dan
diplopia
d. Kecanduan Alkohol, perokok berat
e. Terjadi perasaan abnormal
f. Gangguan kepribadian / halusinasi
2.    Pola nutrisi metabolic

a. Riwayat epilepsy
b. Nafsu makan hilang
c. Adanya mual, muntah selama fase akut
d. Kehilangan sensasi pada lidah, pipi dan tenggorokan
e. Kesulitan menelan (gangguan pada refleks palatum dan Faringeal)

3.    Pola eliminasi

a. Perubahan pola berkemih dan buang air besar (Inkontinensia)


b. Bising usus negative

4.    Pola aktifitas dan latihan

a. Gangguan tonus otot terjadinya kelemahan otot, gangguan tingkat


kesadaran
b. Resiko trauma karena epilepsy
c. Hamiparase, ataksia
d. Gangguan penglihatan
e. Merasa mudah lelah, kehilangan sensasi (Hemiplefia)

5.    Pola tidur dan istirahat

Susah untuk beristirahat dan atau mudah tertidur

6.    Pola persepsi kognitif dan sensori

a. Pusing
b. Sakit kepala
c. Kelemahan
d. Tinitus
e. Afasia motorik
f. Hilangnya rangsangan sensorik kontralateral
g. Gangguan rasa pengecapan, penciuman dan penglihatan
h. Penurunan memori, pemecahan masalah
i. Kehilangan kemampuan masuknya rangsang visual
j. Penurunan kesadaran sampai dengan koma.
k. Tidak mampu merekam gambar
l. Tidak mampu membedakan kanan/kiri

7.    Pola persepsi dan konsep diri

a. Perasaan tidak berdaya dan putus asa


b. Emosi labil dan kesulitan untuk mengekspresikan

8.    Pola peran dan hubungan dengan sesame

a. Masalah bicara
b. Ketidakmampuan dalam berkomunikasi ( kehilangan komunikasi
verbal/ bicara pelo)

9.    Reproduksi dan seksualitas

a. Adanya gangguan seksualitas dan penyimpangan seksualitas


b. Pengaruh/hubungan penyakit terhadap seksualitas

10.  Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress

a. Adanya perasaan cemas,takut,tidak sabar ataupun marah


b. Mekanisme koping yang biasa digunakan
c. Perasaan tidak berdaya, putus asa
d. Respon emosional klien terhadap status saat ini
e. Orang yang membantu dalam pemecahan masalah
f. Mudah tersinggung

2. Pengkajian Sekunder Survei


a. Pemeriksaan fisik
Pasien nampak tegang, wajah menahan sakit, lemah. Kesadaran
somnolent, apatis, GCS : 4-5-6, T 120/80 mmHg, N 98 x/menit, S 374
0
C, RR 20 X/menit.
 Abdomen.
1) Inspeksi tidak ada asites, palpasi hati teraba 2 jari bawah iga,dan
limpa tidak membesar, perkusi bunyi redup, bising usus 14
X/menit.
2) Distensi abdominal dan peristaltic usus adalah pengkajian yang
harus dilakukan pada gastrointestinal.
 Ekstremitas : Mampu mengangkat tangan dan kaki. Kekuatan otot
ekstremitas atas 4-4 dan ekstremitas bawah 4-4., akral dingin dan
pucat.
  Integumen : Kulit keriput, pucat. Turgor sedang
 Pemeriksaan neurologis : Bila perdarahan hebat/luas dan mengenai
batang otak akan terjadi gangguan pada nervus cranialis, maka dapat
terjadi :
o Perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian,
konsentrasi, pemecahan masalah, pengaruh emosi/tingkah laku
dan memori).
o Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya, diplopia,
kehilangan sebagian lapang pandang, foto fobia.
o Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri), deviasi pada
mata.
o  Terjadi penurunan daya pendengaran, keseimbangan tubuh.
o Sering timbul hiccup/cegukan oleh karena kompresi pada nervus
vagus menyebabkan kompresi spasmodik diafragma.
o Gangguan nervus hipoglosus. Gangguan yang tampak lidah
jatuh kesalah satu sisi, disfagia, disatria, sehingga kesulitan
menelan.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri yang berhubungan dengan efek dari pembedahan
2. Deficit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan, ketidak
mampuan menelan makanan
3. deficit pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kongnitif, gangguan
fungsi kongnitif, keliru dalam mengikuti ajaran.
4. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan intergritas
struktur tulang, perubahan metabolism, penurunan kendali otot, penurunan
masa otot gangguan pergerakan dan kelemahan.
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
Tujuan  :  Nyeri yang dirasakan berkurang atau dapat diadaptasi oleh klien
Kriteria hasil :
a. Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang atau dapat
diadaptasi ditunjukkan penurunan skala nyeri. Skala = 1
b. Klien tidak merasa kesakitan.
c. Klien tidak gelisah

Intervensi :
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri

2. Identifikasi skala nyeri

3. Identifikasi respon non verbal

4. Identifaki factor yang memperberat dan memperingan nyeri

5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri


6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri

7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah di berikan

9. Monitor efek samping penggunaan analgesic

10. Berikan tekhnik non farmakologi

11. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri

12. Fasilitasi istirahat tidur

13. pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi nyeri

14. Jelaskan penyebab,periode, dan pemicu nyeri

15. Jelaskan strategi meredakan nyeri

16. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

17. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

18. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri

19. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2. Defisit nutrisi berhubungan dengan mual, muntah dan tidak nafsu makan /
pertumbuhan sel-sel kanker
Tujuan : Kebutuhsn nutrisi dapat terpenuhi setelah dilakukan keperawatan
Hasil yang diharapkan: Nutrisi klien terpenuhi, Mual berkurang sampai
dengan hilang.
Rencana tindakan :
1. identivikasi ststus nutrisi
2. identivikasi alergi dan intoleransi makanan
3. identivikasi makanan yang disukai
4. identivikasi kebutuhan kalori yang dibutuhkan
5. lakukan oral hygiene sebelum makan
6. sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
7. berikan makanan yang tinggi serat untuk mecegah konstivasi
8. berikanan makanan tinggi kalori dan protein
9. anjurkan posisi duduk, jika perlu
10. anjurkan makan sedikit-sedikit tapi sering
11. kolaborasikan pemberian medikasi sebelum makan
12. kolaborasikan dengan ahli gizi untuk menentukan jumblah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan
3. deficit pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kongnitif, gangguan
fungsi kongnitif, keliru dalam mengikuti ajaran.

Tujuan : Pengetahuan pasien bertambah mengenai kondisi dan penanganan


penyakit setelah dilakukan tindakan keperawatan

Kriteria Hasil : Pasien mengerti penyebab ginjal dan komplikasinya.

Intervensi

1. Identivikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi


2. Sediakan materi dan media tentang pendidikan kesehatan
3. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
4. Berikan kesempatan untuk bertannya
5. Jelaskan factor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
6. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
7. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku bersih
dan sehat
3. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan gangguan pergerakan dan
kelemahan.
Tujuan : Gangguan mobilitas fisik teratasi setelah dilakukan tindakan
keperawatan

Kriteria Hasil : Pasien mendemonstrasikan tehnik / prilaku yang


memungkinkan dilakukannya kembali aktifitas.

intervensi

1. Kaji derajat mobilisasi pasien dengan menggunakan skala


ketergantungan
( 0-4 )
2. Letakkan pasien pada posisi tertentu untuk menghindari kerusakan
karena tekanan.
3. Bantu untuk melakukan rentang gerak
4. Tingkatkan aktifitas dan partisipasi dalam merawat diri sendiri sesuai
kemampuan
5. Berikan perawatan kulit dengan cermat, masase dengan pelembab.
DAFTAR PUSTAKA

Davey, P. (2005). At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga

Herdman, T. H. (2012). Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014;


Alih Bahasa, Sumarwati, M.,Subekti, N.B. Jakarta : EGC.

Kasim, F., dkk. (2012). Informasi Spesialiate Obat Indonesia Volume 47 Tahun 2012-
2013. . Jakarta : PT. ISFI penerbitan.

Price, S. A., Wilson, L.M. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit:
Edisi 6 Volume 3. Jakarta : EGC.

Smeltzer, S.C., Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddart Edisi 8 Volume 3. Jakarta : EGC.

De.hasdianah HR, M.Si, dr,sentot Imam suprapto, mm (patologi dan patofisiloagi


penyakit) john budiisna1juli 2016

USU. 2010. Chapter II – Tumor Otak. Di akses pada tanggal 20 November 2015 di
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31137/4/Chapter%20II.pdf

Anonim. 2013. Tumor dan Kanker Otak. Di akses pada tanggal 20 November 2015 di
http://tumorkankerotak.blogspot.co.id/.
Febri. 2012. Asuhan Keperawatan Tumor Otak. DI akses pada tanggal 20 November
2015 di https://nersfebri.wordpress.com/2012/04/01/asuhan-keperawatan-askep-
tumor-otak/
LAPORAN KASUS

Asuhan Keperawatan Pada Ny”N” dengan Diagnosa medis Tumor Occipital di


Ruang Sendang gile Kelas Tiga RSUDP NTB Dari tanggal 16 s/d 21 Maret 2021

I. PENGKAJIAN
Hari/tgl Masuk RS : Jumat 12 Maret 2021
Jam Masuk RS : Siang jam 2:00
Tgl / Jam Pengkajian : Selasa 16 Maret 2021
Tanggal Operasi : Senin 15 Maret 2021
No. Kamar / Kelas : C.307 kelas dua
No MR : 169666
Rumah Sakit : RSUDP NTB

A. Data Biografi
1. Identitas Klien
Nama : Ny.N
Umur : 60 Tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Pendidikan : Tidak Tamat
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku : Sasak
Alamat : Dasan Baru, Wajegeseng, Lombok Tengah
2. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny.J
Umur : 41 Tahun
Alamat : Udayana, Mataram
Hub dg Klien : Anak
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama

Penglihatan kabur dan Sakit kepala

2. Riwayat penyakit sekarang

Keluarga Pasien mengatakan bahwa hampir 1 tahun ini pasien sering


mengeluh penglihatanya kabur, sakit kepa sampai tidak sadarkan diri, pasien
melakukan pengobat ke klinik mata terlebi dahulu tetapi karna tidak ada
perubahan sama sekali sehingga keluarga membawa pasien ke puskesmas
selaparang dan disana diberikan surat rujukan ke RSUD Provinsi untuk
pemeriksaan lebih lanjut, pada hari minggu pasien melakukan sitiscen di
daerah kepala dan terdapat tumor otak yang sudah membesar, pada saat itu
dokter menyarankan untuk oprasi segera.

keluarga pasien menyetujuinya, dimana oprasi dilakukan hari senin siang


pukul 02:00 oleh dr. Bambang SP.BS. pada hari selasa setelah oprasi pasien
dipindahkan ke ruangan sendang gile pada saat dilakukan anamese tingkat
kesadaran compos metis, terdapat GCS E:3 M:5 V:6 pasien mengeluh nyeri
dibagian kepala sekala nyeri 6, nyeri yang dirasakan terus menerus, pada saat
beraktivitas, berdurasi 8-9 menit,terlihat pasien meringis kesakitan BAB 1 kali
2 hari produksi urine 500/hari, mulkosa bibir kering, sedikit mual TTV.
TD:120/80 MmHg N:88 x/menit RR:20 x/menit S:36,6c Spo2:99 BB:53kg
Albumin: 3.0 HB:10.1

3. Riwayat penyakit dahulu


Pasien mengatakan bahwa tidak pernah mengalami sakit

4. Riwayat penyakit keluarga

Pasien mengatakan bahwa tidak ada penyakit keluarga

Genogram:
C. Riwayat pemenuhan kebutuhan Menurut Gordon
1. Pola Manajemen Kesehatan-Persepsi Kesehatan
Sebelum sakit: pasien mengatakan bahwa jarang berolah raga. Apa bila iya
merasakan sakit iya sering berobat ke dukun untuk diberikan air yang sudah
dijampi-jampi
Saat sakit: Pasien mengatakan bahwa bahwa tidak pernah berolahraga,
berekreasi, tetapi selalu mengunjungi pelayanan kesahatan dan berhenti
melakukan pengobatan kedukun

2. Pola Metabolik-Nutrisi
Sebelum sakit: Pasien mengatakan bahwa makan 3-4 x/hari dengan lauk pauk
yang beragam dan buah buahan, berat badan: 56kg
Saat sakit: Pasien mengatakan bahwa makan 3x/hari dengan nasi dan lauk tetapi
dengan porsi sedikit, makanan jarang iya habiskan, nafsu makanya
menurun,sedikit mual berat badan: 50kg

3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit: pasien mengatakan bahwa BAB 1 kali dalam sehari pada pagi
hari secara teratur dan BAK 3-4 perhari secara normal
Saat sakit: Pasien mengatakan bahwa BAB 1 kali dalam 2 hari tidak teratur dan
BAK 500 ml/perhari dibantu dengan kateter.

4. Pola Aktivitas - Latihan


Sebelum sakit: Pasien mengatakan bahwa aktivitas sehari-hari tetap iya lakukan
seperti, membersihkan rumah, memasak, dan mengurus anak
Saat sakit: Pasien mengatakan bahwa sudah tidak bias lagi beraktivitas sehari-
hari, membersihkan rumah aktivitasnya selalu dibantu oleh anaknya seperti
makan, minum, duduk, miring kiri kanan dan aktivitas lainnya.
5. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit: pasien mengatakan bahwa tidur 8-9 jam/ malam dan tidur siang 1
jam setiap harinnya
Saat sakit: pasien mengatakan bahwa tidur 9-10 jam/ malam dan tidur siang 4
jam setiap harinnya

6. Pola Persepsi-Kognitif
Sebelum sakit: pasien mengatakan bahwa penglihatanya kabur mendengar
dengan jelas dan dapat merasakan ransangan nyeri dari luar
Saat sakit: pasien mengatakan bahwa penglihatannya kabur mendengar dengan
jelas,nyeri pada bagian kepala sekala nyeri 6, nyeri yang dirasakan terus
menerus, pada saat beraktivitas, berdurasi 8-9 menit,

7. Pola konsep Diri- persepsi Diri


Sebelum sakit: pasien mengatakan bahwa tidak ada masalh pada harga diri, body
image, ideal diri,peran dan identitas diri
Saat sakit: : pasien mengatakan bahwa tidak ada masalh pada harga diri, body
image, ideal diri,tetapi pernanya sebagai istri dan ibu rumah tangga terganggu

8. Pola Hubungan-Peran
Sebelum sakit: pasien mengatakan bahwa dapat menjalankan peranya sebagai
ibu rumah tangga, mengurus anak dan suaminya.
Saat sakit: pasien mengatakan bahwa tidak dapat dapat menjalankan peranya
sebagai ibu rumah tangga yang mengurus anak dan suaminya

9. Pola Reproduktif-Seksualitas
Sebelum sakit: pasien mengatakan bahwa datang bulan selama 2 bulan sekali
dan dapat menjalankan perannya sebagai istri
Saat sakit: pasien mengatakan selama sakit dia tidak datang bulan dan tidak
dapat menjalankan perannya lagi sebagai seorang istri
10. Pola toleransi Terhadap Stres-Koping
Sebelum sakit : pasien mengatakan bahwa sering stress apabila ekonomi
terhambat tetapi pada saat mengalami tekanan pasien berileksasi untuk
mengurangi stress. apabila mengalami masalah pasien selalu bercerita kepada
suami dan anak-anaknya
Saat sakit: pasien mengatakan bahwa penyakit yang dialaminnya sering
membuat dia stres. apabila mengalami masalah pasien tetap bercerita kepada
suami, anak dan keluarganya

11. Pola Keyakinan-Nilai


Sebelum sakit: pasien mengatakan bahwa selalu beribadah tepat waktu sering
menghadiri pengajian rutin tiap bulan
Saat sakit: pasien mengatakan bahwa masih bias beribadah. Tetapi tidak bias
lagi menghadiri pengajian bulanan

D. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : compos metis
K/U (Keadaan Umum) : baik
Vital Sign : TD :80/70mmHg
Nadi :90 x/menit
Suhu : 37,3°C
RR :20 x/menit
Head To Toe Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi

Kepala: Simetris rambut Terdapat nyeri


dicukur semua, tidak tekan
ada kutu, terpasang
derain, di kepala
bagian kanan dan
Mata: terdapat luka post
oprasi. Tidak ada kelainan
Kelopak mata
Penglihatan kabur
Konjungtiva &
tidak ada icterus,
skelera,Kornea
konjungtiva anemis
Hidung: sekelera dan kornea Tidak ada nyeri
tidak ada kelainan tekan
Penciuman masih
tajam tidak ada
pernapasan cuping Tidak ada nyeri
Mulut: tekan
hidung

Indra pengecap
Leher: normal, terdapat
Tidak ada nyeri
adanya gigi
tekan
berlubang

Tidak ada Sonor Vesikuler


Thoraks: pembesaran kelenjar Tidak ada nyeri
tiroid, tidak ada tekan, tidak ada
Paru nyeri tekan masa,taktir
premitur kiri kanan
Tidak ada tarikan
sama
dinding dada
Suara Suara
Jantung jantung jantung
Tidak ada nyeri
Bentuk dada pekal batas S1,S2
tekan, tidak ada
simetris, pernapasan atas bawah Tunggal
benjolan, tidak ada
normal jantung
pembesran jantung
normal
tindak ada
pembesaran ,
batas kiri
dan kanan
normal tidak
ada
Bentuk abdomen pembesaran
cekung, warna
Abdomen: abdomen normal, Terdengar
bentuk simetris bunyi
Bising usus
timpani
10x/menit

Terpasang kateter
Tidak ada nyeri
Genitalia: tekan

Tidak ada kelainan,


terpasang infus
Ekstremitas atas: dibagian tangan Tidak ada nyeri
kanan tekan,tidak ada
Kanan
keringat berlebih
Kiri
Tidak ada kelainan/
Ekstremitas Bwh:
pembengkakan Tidak ada kelainan
Kanan dan nyeri tekan

Kiri
Kulit terlihat kering
Integumen: Crt kurang adari
4 4
4 4 dua menit

Kekuatan Otot:
E. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
JENIS PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NAIAI NORMAL
HEMATOLOGI
Hemoglobin 10.1 g/Dl 12.0-16.0
Leukosit 9990 /uL 400-10000
Eritrosit 3.77 Juta/Ul 3.50-5.00
Trombosit 175000 /Ul 150000-40000
Hematoktit 33 % 36-48
MC 86.4 Fl 80.0-100.0
MCH 26.8 Pg 26.0-34.0
MCHC 31.0 g/Dl 32.0-36.0
RDW-SD 18.1 fL 35.0-47.0
PDW 18.0 fL 9.0-13.0
MPV 5.7 fL 7.2-11.1
PCT 0.10 % 0.15-0.40
HITUNG JENIS
Basofil 0.5 % 0.0-1.0
Eosinofil 3.8 % 1.0-26.0
Neutrofil 70.6 % 50.0-70.0
Limfosit 17.6 % 20.0-40.0
Monosit 7.5 % 2.0-8.0
Basopil# 0.05 10’3/uL 0.00-0.10
Eosinofil# 0.38 10’3/Ul 0.00-0.40
Neutrofil# 7.06 10’3/Ul 1.50-7.00
Limfosit# 1.75 10’3/Ul 1.00-3.70
Monosit# 0.75 10’3/Ul 0.00-0.70

JENIS PEMERIKSAAN HASIL SATUA NILAI NORMAL


N
KLINIK
FUNGSI HATI
Albumin 3.0 mg/dL 3.8-5.5

F. Terapi yang didapat


Therapy :16/3/21
1. Ceptrinaxone 2gr /12 jam
2. Omz 100mg /12jam
3. Ondansentron 4ml /8 jam
4. Phenytoin100mg /8 jam
5. Kalnex 5ml /8 jam
6. Dexa 5ml /8 jam
7. Pct 500 ml/ 8 jam
8. Mannitol 100ml / 6 jam

G. Laporan Operasi (jika ada)


Tanggal Operasi : 15 maret 2021 siang jam 02:00
Operator : dr. Bambang SP.BS
Jenis Operasi :post kraniotomi eksersi tumor
Inst ruksi Post Operasi : Cek Leb 6 jam post oprasi
JENIS PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL
KIMIA KLINIK
FUNGSI GINJAL
Ureum 19 mg/dL 10-50
Kreatinin 0,8 mg/dL 0.6-1.1
FUNGSI HATI
Albumin 2.9 mg/dL 3.8-5.5
DIABETES
Glukosa darah sewaktu 173 mg/dL <160.00
ELEKTROLOT
Natrium (serum) 136 Mmol/L 135-146
Kalium(serum) 4.3 Mmol/L 3.4-5.4
Klorida(serum) 109 Mmol/L 95-108

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


A. Analisa Data
NO Simtom Etiologic Problem
1. S: Pasien mengeluh nyeri Agen pencetus nyeri Nyeri akut
dibagian kepala sekala nyeri 6,
nyeri yang dirasakan terus
menerus, pada saat beraktivitas, Luka post oprasi
berdurasi 8-9 menit,
O: Kesadaran compos metis,
terdapat GCS E:3 M:5 V:6, BAB Nyeri akut
1 kali 2 hari produksi urine
500/hari, terlihat mulkosa bibir
kering,TTV. TD:120/80 MmHg
N:88 x/menit RR:20 x/menit
S:36,6c Spo2:99 BB:50kg

3. S: nafsu makan menurun, makan Status kesehatan Deficit nutrisi


3x/hari dengen porsi dedikit dan menurun
tidak habis, sedikit mual
O: BAB 1 kali 2 hari produksi
urine 500/hari, makan 3 porsi Asupan nutrisi tidak
habis setengah ,terlihat mulkosa teratur
bibir kering,TTV. TD:120/80
MmHg N:88 x/menit RR:20
x/menit S:36,6c Spo2:99 Deficit nutrisi
BB:53kg Albumin: 3.0 HB:10.1

B. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas Masalah

1. Nyeri akut b/d Pasien mengeluh nyeri dibagian kepala sekala nyeri 6, nyeri
yang dirasakan terus menerus, pada saat beraktivitas, berdurasi 8-9 menit,
TTV. TD:120/80 MmHg N:88 x/menit RR:20 x/menit S:36,6c Spo2:99

2. Deficit nutrisi b/d nafsu makan menurun, makan 3x/hari dengen porsi dedikit
dan tidak habis, sedikit mual, BAB 1 kali 2 hari produksi urine 500/hari,
terlihat mulkosa bibir kering,TTV. TD:120/80 MmHg N:88 x/menit RR:20
x/menit S:36,6c Spo2:99 BB:53kg Albumin: 3.0 HB:10.1

III RENCANA KEPERAWATAN

Hr/Tgl/Jam Tujian dan Rencana tindakan Rasional


keritria hasil
selasa,16 Setelah 1.Identifikasi lokasi,
Maret 2021 dilakukan karakteristik, durasi, 1. Mengetahui
tindakan selama frekuensi, kualitas, tingkat nyeri
3x24 jam intensitas nyeri pasien
diharapkan 2. Identifikasi skala nyeri
1. rasa nyeri 3. Identifikasi respon non
berkurang verbal 2. Mengetahui
sampai tidak ada 4. Identifaki factor yang tingkat
2. pasien tidak memperberat dan ketidaknyaman
merasa kesakitan memperingan nyeri an yang
3. pasien tidak 5. Identifikasi pengetahuan dirasakn oleh
gelisah dan keyakinan tentang pasien
nyeri 3. Mengetahui
6. Identifikasi pengaruh respon
budaya terhadap respon nonverbal
nyeri karena nyeri
7. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas hidup 4. Mengetahui hal
8. Monitor keberhasilan yang
terapi komplementer memperberat
yang sudah di berikan dan
9. Monitor efek samping memperingan
penggunaan analgesic
10. Berikan tekhnik non 5. Mengetahui
farmakologi sejauh mana
11. Kontrol lingkungan pengetahuan
yang memperberat rasa dan keyakinan
nyeri tentang nyeri
12. Fasilitasi istirahat tidur 6. Mengetahui
13. pertimbangkan jenis dan pengaruh
sumber nyeri dalam budaya tentang
pemilihan strategi nyeri persepsi nyeri
14. Jelaskan
penyebab,periode, dan 7. Mengetahui
pemicu nyeri pengaruh
15. Jelaskan strategi nyeripada
meredakan nyeri kulaitas hidup
16. Anjurkan memonitor 8. Menilai
nyeri secara mandiri keberhasilan
17. Anjurkan menggunakan terapi
analgetik secara tepat 9. Mewaspadai
18. Ajarkan teknik efek samping
nonfarmakologis untuk yang tidak
mengurangi nyeri diharapkan
19. Kolaborasi 10. Mengurangi
pemberian analgetik, rasa nyeri
jika perlu pasien tanpa
menggunakan
obat
11. Mengontrol
lingkungan
tidak nyaman

12. Memenuhi
kebjtuhan
istirahat tidur
13.
Mengidentifik
asi nyeri

14. Memberikan
informasi
tentang nyeri

15. Memberikan
pengetahuan
meredakan
nyeri
16. Mengajarkan
menilai nyeri
mandiri

17. Membatasi
dosis
penggunaan
obat
18. Mengurangi
nyeri tanpa
oba

19. Mengurangi
nyeri dengan
obat
Setelah 1. identivikasi ststus nutrisi 1. untuk
dilakukan 2. identivikasi alergi dan mengetahui status
tindakan selama intoleransi makanan nutrisi pasien
3x24 jam 3. identivikasi makanan 2. untuk
diharapkan yang disukai meningkatkan
1. nafsu makan 4. identivikasi kebutuhan nafsu makan
meningkat kalori yang dibutuhkan pasien
2. makan dengan 5. lakukan oral hygiene 3. untuk
porsi banyak sebelum makan meningkatkan
3. Rasa mual 6. sajikan makanan secara nafsu makan
berkurang menarik dan suhu yang pasien
4. Adanya sesuai 4.untuk
peningkatan 7. berikan makanan yang mengetahui
berat badan tinggi serat untuk mecegah kalori/ hari yang
konstivasi harus pasien
8. berikanan makanan konsumsi
tinggi kalori dan protein 5.menjaga
9. anjurkan posisi duduk, kebersihan pasien
jika perlu 6.untuk
10. anjurkan makan sedikit- meningkatkan
sedikit tapi sering nafsu makan
11. kolaborasikan 7.untuk mencegah
pemberian medikasi konstivasi
sebelum makan 8. mencukupi
12. kolaborasikan dengan protein dan
ahli gizi untuk menentukan karbohidrat
jumblah kalori dan jenis pasien
nutrient yang dibutuhkan 9.untuk
memudahkan
pasien dalam
makan
10.agar
memudahkan
makanan dicerna
11.untuk
meningkatkan
nafsu makan
12.untuk
mencukupi kalori
dan nutrient
pasien.
IV. TINDAKAN KEPERAWATAN

No Respon
Hr/Tgl/jam Tindakan Keperawatan Paraf
Dx pasien/hasil
Rabu 17 1. 1.mengidentifikasi lokasi, 1.pasien berkerja sama,
maret 2021 karakteristik, durasi, frekuensi, menyebutkan lokasi,
kualitas, intensitas nyeri karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
2.mengidentifikasi skala nyeri
Jam 08: 32 intensitas nyeri
3. mengidentifikasi respon non
2. skala nyeri 6
verbal
3. pasien berkerja sama
4. mengidentifaki factor yang 4. Pasien mengerti dan
memperberat dan berkerja sama
memperingan nyeri 5. Pasien mengerti dan
berkerja sama
5.mengidentifikasi
6. pasien berkerja sama
pengetahuan dan keyakinan
7. pasien berkerja sama
tentang nyeri
8. pasien konperaktif
6. mengidentifikasi pengaruh 9. pasien mengatakan
budaya terhadap respon tidak ada efek samping
nyeri 10. pasien mengerti
11. pasien terlihat
7. mengidentifikasi pengaruh
nyaman
nyeri pada kualitas hidup
12. pasien istirahat
8. Memonitor keberhasilan dengan tenang
No Respon
Hr/Tgl/jam Tindakan Keperawatan Paraf
Dx pasien/hasil
terapi komplementer yang 13. pasien berkerja sama
sudah di berikan 14. pasien mengerti
15. pasien melakukan
9. Memonitor efek samping
instrupsi
penggunaan analgesic
16. pasien melakukanya
10.memberikan tekhnik non 17. pasien sudah tidak
farmakologi meringis
18. pasien melakukan
11.mengontrol lingkungan
19. pasien terlihat
yang memperberat rasa
nyaman
nyeri
20. TD: 12/70 N: 98
12.memfasilitasi istirahat tidur S:36,5 SPO2: 97

13.mempertimbangkan jenis
dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi nyeri

14.menjelaskan
penyebab,periode, dan
pemicu nyeri

15.menjelaskan strategi
meredakan nyeri

16.mengajurkan memonitor
nyeri secara mandiri

17.mengajurkan menggunakan
analgetik secara tepat

18.menganjarkan teknik
No Respon
Hr/Tgl/jam Tindakan Keperawatan Paraf
Dx pasien/hasil
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri

19.berkolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
20. Observasi TTV pasien

2. 1.pasien berkerja sama

1.mengidentivikasi ststus
2.pasien mengatakan
nutrisi
tidak ada alergi terhadap
2.mengidentivikasi alergi dan
makanan
intoleransi makanan
3. pasien mengatakan
3.mengidentivikasi makanan
semua makanan disukai
yang disukai
4.pasien berkerjasama
4. mengidentivikasi kebutuhan
5. pasien berkerjasama
kalori yang dibutuhkan
6.pasien memakan
5. menglakukan oral hygiene
makanan yang disajikan
sebelum makan
7. pasien mengerti
6.menyajikan makanan secara
8.pasien mengerti
menarik dan suhu yang sesuai
9. pasien duduk dengan
7. memberikan makanan yang
nyaman
tinggi serat untuk mecegah
10. pasien mengerti dan
konstivasi
berkerjasama
8.memberikanan makanan
11.pasien berkerjasama
tinggi kalori dan protein
12. pasien mengerti
9.menganjurkan posisi duduk,
13. TD: 120/80 N: 87 S:
jika perlu
37,0 RR: 18 SPO2: 98
10.menganjurkan makan
sedikit-sedikit tapi sering
No Respon
Hr/Tgl/jam Tindakan Keperawatan Paraf
Dx pasien/hasil
11.berkolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
12.kolaborasikan dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumblah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan

1.pasien berkerja sama,


1.mengidentifikasi lokasi, menyebutkan lokasi,
1. karakteristik, durasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri intensitas nyeri

2.mengidentifikasi skala nyeri 2. skala nyeri 4


3. pasien berkerja sama
3. mengidentifikasi respon non
4. Pasien mengerti dan
verbal
berkerja sama
4. mengidentifaki factor yang 5. Pasien mengerti dan
memperberat dan berkerja sama
memperingan nyeri 6. pasien berkerja sama
7. pasien berkerja sama
5.mengidentifikasi
8. pasien konperaktif
pengetahuan dan keyakinan
9. pasien mengatakan
tentang nyeri
tidak ada efek samping
6. mengidentifikasi pengaruh 10. pasien mengerti
budaya terhadap respon 11. pasien terlihat
nyeri nyaman
12. pasien istirahat
7. mengidentifikasi pengaruh
dengan tenang
No Respon
Hr/Tgl/jam Tindakan Keperawatan Paraf
Dx pasien/hasil
nyeri pada kualitas hidup 13. pasien berkerja sama
14. pasien mengerti
8. Memonitor keberhasilan
15. pasien melakukan
terapi komplementer yang
instrupsi
sudah di berikan
16. pasien melakukanya
9. Memonitor efek samping 17. pasien sudah tidak
penggunaan analgesic meringis
18. pasien melakukan
10.memberikan tekhnik non
19. pasien terlihat
farmakologi
nyaman
11.mengontrol lingkungan 20. TD: 100/80 N: 70 S:
yang memperberat rasa 36,5 RR: 20 SPO2: 99
nyeri

12.memfasilitasi istirahat tidur

13.mempertimbangkan jenis
dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi nyeri

14.menjelaskan
penyebab,periode, dan
pemicu nyeri

15.menjelaskan strategi
Jum’at 19 meredakan nyeri
maret 2021
16.mengajurkan memonitor
nyeri secara mandiri
Jam 09:00
17.mengajurkan menggunakan
No Respon
Hr/Tgl/jam Tindakan Keperawatan Paraf
Dx pasien/hasil
analgetik secara tepat

18.menganjarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri

19.berkolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
20. Observasi TTV pasien

1.pasien berkerja sama


1.mengidentivikasi ststus
nutrisi 2.pasien mengatakan
2.mengidentivikasi alergi dan tidak ada alergi terhadap
2.
intoleransi makanan makanan
3.mengidentivikasi makanan 3. pasien mengatakan
yang disukai semua makanan disukai
4. mengidentivikasi kebutuhan 4.pasien berkerjasama
kalori yang dibutuhkan 5. pasien berkerjasama
5. menglakukan oral hygiene 6.pasien memakan
sebelum makan makanan yang disajikan
6.menyajikan makanan secara 7. pasien mengerti
menarik dan suhu yang sesuai 8.pasien mengerti
7. memberikan makanan yang 9. pasien duduk dengan
tinggi serat untuk mecegah nyaman
konstivasi 10. pasien mengerti dan
8.memberikanan makanan berkerjasama
tinggi kalori dan protein 11.pasien berkerjasama
No Respon
Hr/Tgl/jam Tindakan Keperawatan Paraf
Dx pasien/hasil
9.menganjurkan posisi duduk, 12. pasien mengertip
jika perlu 13. TD: 100/70 N: 68 S:
10.menganjurkan makan 37,6 RR: 14 SPO2: 99
sedikit-sedikit tapi sering
11.berkolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
12. kolaborasikan dengan
ahli gizi untuk menentukan
jumblah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan
No Respon
Hr/Tgl/jam Tindakan Keperawatan Paraf
Dx pasien/hasil

V. EVALUASI KEPERAWATAN
Nama : Ny”N’’ No Registrasi :169666
Umur : 60 No Kamar :C.307

Hari/tgl/Jam No. Dx. Kep. Catatan Perkembangan/Evaluasi


Sabtu 19/03/20 1. S: pasien mengatakan bahwa rasa nyeri
berkurang dengan skala 4
O: Pasien terlihat masih meringis kesakitan,
TD=100/80 N=88 S=37'5
RR=20
A: Masalah nyeri akut belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

S: pasien mengatakan bahwa rnafsu


makan sedikit membaik,
O: . pasien makan dengan porsi sedikit,
Rasa mual berkuran, belum ada
2. peningkatan berat badan TD=110/80
N=88 S=37'5 RR=20

A: Masalah deficit Nutrisi belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai