Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN

INTRA OPERATIF CRANIOTOMI PADA TUMOR INTRAKRANIAL

DISUSUN OLEH :

Ristiana putri Apriliani 1511020101

PROGRAM STUDI S 1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tumor intrakranial termasuk juga lesi desak ruang (lesi/bekas organ yang karena
proses pertumbuhannya dapat mendesak organ yang ada disekitarnya, sehingga organ
tersebut dapat mengalami gangguan). Jinak maupun ganas, yang tumbuh di otak meningen
dan tengkorak. oleh karena itu penderita tumor otak datang dengan berbagai gejala yang
membingungkan, maka diagnosis menjadi sukar. Tumor otak dapat terjadi pada semua
umur, tidak jarang menyerang anak-anak di bawah usia 10 tahun, tetapi paling sering
terjadi pada orang dewasa selama dekade kelima dan keenam.
Tumor otak memiliki banyak klasifikasi. Klasifikasi yang mungkin paling mudah
dipahami adalah klasifikasi menurut kernahan dan sayre, di mana diberi nama sesuai
dengan nama sel yang terserang, baik sel pada susunan saraf orang dewasa, pada pembuluh
darah maupun pada gangguan perkembangan (kongenital). Stadium keganasannya diberi
tingkatan dari I sampai IV (IV adalah yang paling ganas).
Tumor tertentu lebih sering terjadi pada suatu kelompok umur tertentu. Pada masa
bayi dan anak-anak, tumor fossa posterior jauh lebih sering dari pada lesi supratentorial
(fossa media atau anterior) yang lebih sering dijumpai pada orang dewasa. Tumor otak
pada anak kemungkinan besar adalah astrositoma ganas dari serebelum tingkat I atau II.
Pada individu setengah umur atau tua, tumor otak yang paling sering adalah glioblastoma
multiforme, yaitu jenis glioma yang paling ganas, ditandai oleh kecepatan pertumbuhan
tumor yang cepat.
BAB II
LANDASAN TEORI TUMOR INTRAKRANIAL

A. Pengertian
Tumor otak atau tumor intracranial adalah neoplasma atau proses desak ruang (space
occupying lesion atau space taking lision) yang timbul didalam rongga tengkorak baik
didalam kompartemen supratentorial maupun infratentorial. (Satyanegara; Nanda NIC-
NOC edisi revisi jilid 3)
Tumor intrakranial (termasuk lesi desak ruang bersifat jinak maupun ganas, dan
timbul dalam otak, meningen, dan tengkorak. Tumor otak berasl dari jaringan neuronal,
jaringan otak penyokong, system retikuloendotelial, lapisan otak, dan jaringan
perkembangan residual, atau dapat bermetastasis dari karsinoma sistemik. Metastasis otak
disebabkan oleh keganasan sistemik dari kanker paru, payudara,melanoma, limfoma, dan
kolon. ( https://id.scribd.com /doc/87544921/Tumor-Otak-Komplit)
Tumor intrakranial termasuk juga lesi desak ruang (lesi / bekas organ yang karena
proses pertumbuhannya dapat mendesak organ yang ada disekitarnya, sehingga organ
tersebut dapat mengalami gangguan). Jinak maupun ganas, yang tumbuh di otak meningen
dan tengkorak.
B. Epidemiologi
Penderita tumor otak lebih banyak pada laki-laki (60,74 persen) dibanding perempuan
(39,26 persen) dengan kelompok usia terbanyak 51 sampai ≥ 60 tahun (31,85 persen);
selebihnya terdiri dari berbagai kelompok usia yang bervariasi dari 3 bulan sampai usia 50
tahun. Dari 135 penderita tumor otak, hanya 100 penderita (74,1 persen) yang dioperasi
penuli,s dan lainnya (26,9 persen) tidak dilakukan operasi karena berbagai alasan, seperti;
inoperableatau tumor metastase(sekunder). Lokasi tumor terbanyak berada di lobus
parietalis(18,2 persen), sedangkan tumor-tumor lainnya tersebar di beberapa lobus otak,
suprasellar, medulla spinalis, cerebellum, brainstem, cerebellopontine angle dan multiple.
Dari hasil pemeriksaan Patologi Anatomi (PA), jenis tumor terbanyak yang dijumpai
adalah; Meningioma (39,26 persen), sisanya terdiri dari berbagai jenis tumor dan lain-lain
yang tak dapat ditentukan. (Hakim. AA, 2005)
C. Anatomi dan Fisiologi Organ Terkait
Otak dibagi menjadi tiga bagian besar : serebrum, batang otak, dan serebelum. Semua
berada dalam satu bagian struktur tulang yang disebut sebagai tengkorak, yang juga
melindungi otak dari cedera. Empat tulang yang berhubungan membentuk tulang
tengkorak; tulang frontal, parietal, temporal dan oksipital. Pada dasar tengkorak terdiri dari
tiga bagian fosa-fosa, yaitu:
- Fosa anterior: berisi lobus frontal serebral bagian hemisfer.
- Bagian tengah fosa: berisi lobus parietal, temporal dan oksipital.
- Bagian fosa posterior: berisi batang otak dan medula.
1. Serebrum
Serebrum terdiri dari dua hemisfer dan empat lobus. Keempat lobus tersebut adalah:
a. Lobus frontal: merupakan lobus terbesar, terletak pada fosa anterior. Fungsinya:
untuk mengontrol prilaku individu, membuat keputusan, kepribadian dan
menahan diri.
b. Lobus parietal: lobus sensasi.
Fungsinya: Menginterpretasikan sensasi.dan Mengatur individu mampu
mengetahui posisi dan letak bagian tubuhnya.
c. Lobus temporal
Fungsinya: mengintegrasikan sensasi kecap, bau dan pendengaran. Ingatan
jangka pendek sangat berpengaruh dengan daerah ini.
d. Lobus oksipital: terletak pada lobus posterior hemisfer serebri.
Fungsinya: bertanggung jawab menginterpretasikan penglihatan.
2. Batang otak
Batang terletak pada fosa anterior. Bagian-bagian batang otak ini terdiri dari otak
tengah, pons, dan medula oblongata, otak tengah (midbrasia) menghubungkan pons
dan sereblum dengan hemisfer cerebrum, bagian ini berisi jalus sensorik dan motorik
dan sebagai pusat refleks pendengaran dan penglihatan.
3. Serebelum
Terletak pada fosa posterior dan terpisah dari hemisfer cerebral, lipatan dura meter
tentorium serebelum. Serebelum mempunyai dua aksi yaitu merangsang dan
menghambat dan tanggung jawab yang luas terhadap koordinasi dan gerakan halus.
Ditambah mengontrol gerakan yang benar, keseimbangan, posisi dan
mengintegrasikan input sensorik.
D. Klasifikasi
Klasifikasi tumor otak dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Berdasarkan jenis tumor
a. jinak : acoustik neuroma, meningioma, pituitary adenoma, astrocytoma
(grade1)
b. Malignant : astrocytoma( grade 2,3,4),oligodendroglioma,apendymoma
2. Berdasarkan Lokasi
a. Tumor Intradural
- Ekstramedular : cleurofibroma, meningioma
- Intramedular : oligodendroglioma, hemangioblastoma, apendymoma,
astrocytoma
b. Tumor Ekstradural
- Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara, prostal
tyroid, paru-paru, ginjal, dan lambung
E. Etiologi
Adapun factor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu:
1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota
keluarga. Sclerosis tuberose atau penyakit sturge-weber yang dapat dianggap sebagai
menifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan factor familial yang jelas. Selain
jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk memikirkan
adanya factor –faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
2. Sisa-sisa sel embrional
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang
mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya
sebagian dari bangunan embrional tertinggal di dalam tubuh, menjadi ganas dan
merusak bangunan di sekitarnya. Perkambangan abnormal itu dapat terjadi pada
kraniofaringioma, teratoma intracranial dan kordoma.

3. Radiasi
Jaringan dalam system saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya
glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang di
lakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya
neoplasma, tetapi hingga saat ini belum di temukan hubungan antara inveksi virus
dangan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
5. Subtansi-subtansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogenik sudah lama dan luas dilakukan. Kini
telah diakui bahwa ada substansi yang kersinogenik yang methylcholanthrone,
nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.
F. Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif. Gangguan neurologik pada
tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor : gangguan fokal disebebkan
oleh tumor dan kenaikan tekanan intracranial. Gangguan fokal terjadi apabila terdapat
penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak
dengan kerusakan jaringan neuron. Perubahan suplai darah akibat tekanan yang
ditimbulkan tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai
darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan
mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai gejala perunahan kepekaan neuron dihubungkan dengan
kompresi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Bebrapa tumor membentuk
kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat ganggguan
neurologist fokal. Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor
: bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan
sirkulasi cairan serebrospinal. Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi
vena dan edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya
menimbulkan kenaikan volume intracranial dan meningkatkan tekanan intracranial.
Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan subaraknoid
menimbulkan hidrosefalus.
Peningkatan tekanan intracranial akan membahayakan jiwa. Mekanisme kompensasi
memerlukan waktu lama untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tak berguna apabila
tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja
menurunkan volume darah intracranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan
intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim, kenaikan tekanan yang tidak diobati
mengakibatkan herniasi unkus atau serebelum yang timbul bilagirus medialis lobus
temporalis bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak.
Herniasi menekan mesensenfalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf
otak ketiga. Kompresi medula oblogata dan henti pernafasan terjadi dengan cepat.
Perubahan fisiologi lain terjadi akibat peningkatan intracranial yang cepat adalah
bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi), dan gangguan
pernafasan.
G. Etiologi ( virus, radiasi, gen, dll)
TUMOR OTAK
Pertumbuhan sel berlebih
Sel berkembang di otak
Pertumbuhan sel abnormal
Tidak dapat mengontrol pembelahan sel
DNA abnormal
Kerusakan nervous VII
Terjadi gangguan Neorologis (gg.Fokal & peningkatan tekanan intracranial)
Resiko cidera
Lesi pada otak
Dilatasi sel atrofi nervous VIII
Pathway

H. Manifestasi klinis
Menurut lokasi tumor :
1. Lobus frontalis : Gangguan mental/gangguan kepribadian ringan : depresi, bingung,
tingkah laku aneh, sulit memberi argumentasi/ menilai benar atau tidak, hemiparesis,
ataksia dan gangguan bicara.
2. Kortek presentalis posterior : kelemahan/ kelumpuhan pada otot-otot wajah, lidah dan
jari
3. Lobus parasentralis : kelemahan pada ekstremitas bawah
4. Lobus oksipital : kejang, gangguan penglihatan
5. Lobus temporalis : Tinitus, halusinasi pendengaran, afasia sensorik, kelumpuhan otot
wajah
6. Lobus parietalis : Hilang fungsi sensorik, kortikalis, gangguan lokalisasi sensorik,
gangguan penglihatan
7. Cereblum : Papil Oedema, nyeri kepala, gangguan motorik, hiperekstremitas sendi,
hipotonia
Tanda dan gejala umum :
1. Nyeri kepala berat pada pagi hari, makin tambah bila batuk, dan membungkuk
2. Kejang
3. Tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial : pandangan kabur, mual, muntah,
penurunan fungsi pendengaran, perubahan tanda-tanda vital, afasia
4. Perubahan kepribadian
5. Gangguan memori dan alam perasa
Trias klasik :
1. Nyeri kepala
2. Papil oedema
3. Muntah
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Arterigrafi atau Ventricolugram ; untuk mendeteksi kondisi patologi pada sistem
ventrikel dan cisterna
2. CT-SCAN ; Dasar dalam menentukan diagnosa
3. Radiogram ; Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur,
penebalan dan klasifikasi; posisi kelenjar pineal yang mengapur; dan posisi selatursika
4. Sidik otak radioaktif ; Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat
radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang
menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif
5. elektroensef alogram (EEG) ; Memberi informasi mengenai perubahan kepekaan
neuron
6. ekoensefalogram ; Memberi informasi mengenai pergeseran kandungan intra serebral
J. Penatalaksanaan
Penanganan yang dilakukan tergantung dari keadaan tumor tersebut, apakah masih bisa
dioperasi (operable) ataupun in operable. Sebelum dilakukan pembedahan, persiapan pre
operas harus dilakukan seperti pemeriksaan laboratorium lengkap, tes fungsi hati, ginjal,
EKG dan lain-lain.
1. Tindakan operatif dilakukan pada keadaan berikut antara lain :
a. Emergensi, misalnya pasien dengan penurunan kesadaran.
b. Elektif (direncanakan), misalnya pada penderita tumor otak stadium dini.
2. Tindakan operatif dengan radioterapi dan kemoterapi. Temozolomide dilakukan pada
kasus Anaplastic Oligodendroglioma (grade III). Untuk kasus Malignant glioma
dilanjutkan dengan interstitial radioterapi/ brachytherapy dengan radioaktif
irridium192 atau lodine-125 langsung ke tumor. Stereotactic radiotherapy dan
radiosurgery (linac dan gamma knife) dilakukan hanya terbatas pada lesi-lesi dengan
diameter tidak lebih dari 3-4 cm dan sangat potensial untuk malignant glioma yang
berada jauh di dalam otak. Pada tumor dengan metastase tunggal di otak, dilakukan
tindakan operatif terhadap tumornya tetapi disertai dengan Whole Brain Radiotherapy
(WBRT) ataupun dengan Stereotactic Radio Surgery (SRS). Selain itu, dilanjutkan
lagi dengan kemoterapi, seperti pada tumor small cell lung carcinoma, germ cell tumor
ataupun pada breast cancer.
Paliatif, dilakukan pada kasus-kasus yang tidak mungkin lagi operasi.
K. Masalah yang lazim muncul
1. Nyeri akut berdasarkan peningkatan tekanan intra cranial.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berdasarkan mual dan
muntah, penurunan intake makanan.
3. Kelebihan volume cairan berdasarkan gangguan mekanisme pengaturan di otak.
4. Resiko ketidakefektifan perfungsi jaringan otak berdasarkan penurunan suplai darah
ke jaringan otak (tumor otak).
5. Resiko jatuh berdasarkan gangguan penglihatan (kompresi saraf optikus).
6. Ketidak efektifan pola napas berdasarkan suplai O2 ke otot pernapasan.
7. Ketidak efektifan termoregulasi berdasarkan peningkatan suhu tubuh.
8. Hambatan komunikasi verbal berdasarkan kesulitan bicara.
L. Discharge planning
1. Konsultasikan tentang tindakan (pembedahan, kemoterapi, radiasi).
2. Terapi hormone.
Konsultasikan perawatan yang harus dilakukan selama dirumah serta larangan yang harus
dilakukan serta lakukan gaya hidup yang sehat.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas pasien:
Nama : Ny.H
Umur : 32 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Pendidikan Terakhir : SMA
Agama : Islam
Alamat : Ds. Karanggedang
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Status Perkawinan : Menikah
No.Register : 7210/16
Tanggal Masuk : 13 September 2016
Diagnosa Medis : Tumor Intrakranial
2. Riwayat Kesehatan (tanggal 13 september 2016)
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengeluh nyeri kepala, muntah, papiledema, penurunan tingkat
kesadaran, penurunan penglihatan, ketidakmampuan sensasi (parathesia atau
anasthesia), hilangnya ketajaman atau diplopia.
b. Riwayat Penyakit Dahulu :
- Pasien mengatakan sudah 1 tahun sering mengalami sakit kepala, tremor,
perubahan penglihatan, pusing, kesemutan pada bagian tubuh.
- Pernah dirawat di rumah sakit : Belum pernah dirawat di RS sebelumnya.
- Tindakan ( operasi ) : Tidak pernah
- Alergi : Tidak punya
3. Pemeriksaan Penunjang (tanggal 13 september 2016)
a. CT Scan
Kesannya tumor otak frontal bagian kanan, ukuran 6,24 x 4,53 cm, mendesak
garis tengah dan ventrikel lateralis kiri, edema sekitarnya.
b. Laboratorium
Hasil Normal
GDS 62 mg/dl 140 mg/dl
WBC 10,5 x 103/mm3 4,0 – 10,0.103/mm3
RBC 3,03 x 106/mm3 4,00 – 6,00.106/mm3
Albumin 1,6 gr/dl 3,5 – 5,5 gr/dl
HBg 9,2 gr/dl 12,0 – 16,0 L.g/dl
HCT 27,5% 37,0 – 48,0 L%
PLT 139 x 103/mm3 150 – 400 L.103/mm3

4. Pemeriksaan Fisik
a. TTV
b. Sistem integumentum
c. Sistem Kardiovaskuler
d. Sistem pernafasan
e. Sistem gastrointestinal
f. Sistem reproduksi
g. Sistem saraf
h. Validasi persiapan fisik pasien
5. Prinsip Tindakan Keperawatan Selama Pelaksanaan Operasi
a. Pengaturan Posisi
Posisi diberikan perawat akan mempengaruhi rasa nyaman pasien dan keadaan
psikologis pasien. Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan
posisi pasien adalah :
1) Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.
2) Umur dan ukuran tubuh pasien.
3) Tipe anaesthesia yang digunakan.
4) Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan (arthritis)
Prinsip-prinsip didalam pengaturan posisi pasien :
1) Atur posisi pasien dalam posisi yang nyaman.
2) Sedapat mungkin jaga privasi pasien, buka area yang akan dibedah dan
kakinya ditutup dengan duk.
3) Amankan pasien diatas meja operasi dengan lilitan sabuk yang baik yang
biasanya dililitkan diatas lutut. Saraf, otot dan tulang dilindungi untuk
menjaga kerusakan saraf dan jaringan.
4) Jaga pernafasan dan sirkulasi vaskuler pasien tetap adekuat, untuk
meyakinkan terjadinya pertukaran udara.
5) Hindari tekanan pada dada atau bagain tubuh tertentu, karena tekanan dapat
menyebabkan perlambatan sirkulasi darah yang merupakan faktor
predisposisi terjadinya thrombus.
6) Jangan ijinkan ekstremitas pasien terayun diluar meja operasi karena hal ini
dapat melemahkan sirkulasi dan menyebabkan terjadinya kerusakan otot.
7) Hindari penggunaan ikatan yang berlebihan pada otot pasien.
8) Yakinkan bahwa sirkulasi pasien tidak berhenti ditangan atau di lengan
b. Pengkajian Psikologis
1) menceritakan pada pasien apa yang sedang terjadi
2) menentukan status psikologis
3) memberikan peringatan akan stimuli nyeri
4) mengkomunikasikan status emosional pasien pada anggota tim kesehatan
yang berkaitan.
6. Periode Intraoperasi
Tindakan Keperawatan selama fase intraoperasi berfokus pada kondisi
emosiaonal dan juga factor fisik, seperti keamanan, posisi tubuh, menjaga
asepsis, dan mengontrol kondisi ruang bedah. Pengkajian pra operasi
membantu perawat merencanakan intervensi selama fase ini. Perawat tetap
bertindak sebagai penjaga klien, mengantisipasi komplikasi yang mungkin
terjadi. Bila dokter bedah focus melakukan tindakan bedah, tim anastesi
focus pada pernapasan dan mempertahankan stabilitas fifiologis, perawat
bertanggung jawab dengan semua aktivitas lain yang berlangsung di ruang
operasi.
7. Anggota Tim Pembedahan
Dokter bedah mengetuai tim pembedahan dan mengambil keputusan terkait
prosedur bedah tergantung prosedur bedah yang dilakukan, dokter bedah lain
atau perawat terdaftar yang menjalani pendidikan dan latihan tambahan dapat
bertindak sebagai asisten pertama (Registered Nurse First Assistant, RNFA).
Dokter anestesi atau certified registered nurse anesthetist (CRNA)
memberikan anestesi, meredakan nyeri, dan membuat klien relaks dengan
obat. Tim anestesi mempertahankan jalan napas, memastikan perukaran gas
yang adekuat, memonitor sirkulasi dan respirasi, menghitung perkiraan
kehilangan darah dan cairan, menginfus darah dan cairan, memberikan obat
untuk mempertahankan stabilitas hemodinamik, dan memberi tahu dokter
bedah segera bila terjadi komplikasi. Perawat yang ada di ruang bedah adalah
perawat terdaftar ( registered nurse, RN) dan anggota inti dari tim
pembedahan.
8. Peran Perawat Perioperatif
Perawat bertindak secara independen dan juga sebagai anggota tim. Beberapa
peran RN yang umum dilakukan dibahas di bawah ini.
a. Perawat Sirkulator
Perawat jenis ini merupakan salah satu perawat perioperative yang
utama. Perawat ini memeriksa klien sebelum operasi, merencanakan
tindakan keperawatan yang optimal selama operasi, mengoordinasikan
semua personel di ruang operasi, memonitor personel yang tidak
berlisensi dan memonitor cost compliance yang berhubungan dengan
prosedur di ruang operasi. Sirkulator tidak mengenakan pakaian steril
dan dapat masuk keluar ruang operasi. Selain merawat langsung klien,
sirkulator memiliki aktivitas spesifik selama pembedahan yaitu :
1) Memastikan semua peralatan berfungsi dengan baik.
2) Menjamin alat yang dipakai steril dan juga penyediaan barang
tersebut.
3) Mempersiapkan kulit.
4) Memonitor ruangan dan tim dari pelanggaran teknik steril.
5) Membantu tim anastesi dengan induksi dan monitoring fisiologis.
6) Mengurus spesimen.
7) Mengoordinasikan dengan departemen lain jika diperlukan, seperti
patologi dan radiologi.
8) Mencatat perawatan yang diberikan.
9) Meminimalisasi percakapan dan kemacetan di ruang operasi.
b. Perawat Scrub
Seorang RN atau surgical technician (ST) dapat melakukan peran
petugas scrub (instrumen). Tugasnya adalah mempersiapkan semua
peralatan yang diperlukan untuk prosedur, semua peralatan yang
dibutuhkan steril, mempertahankan kondisi steril pada area steril,
mengurus peralatan dan persediaannya selama operasi dan
membersihkan bila operasi telah selesai. Selama pembedahan petugas
scrub harus menghitung secara akurat jumlah spons, jarum, dan
peralatan di area steril dan menghitung peralatan yang sama bersama
dengan perawat sirkulator sebelum dan setelah operasi.
c. Registered Nurse First Assistant (RFNA)
RFNA adalah perawat perioperatif berpengalaman yang telah menjalani
pendidikan khusus tambahan. RFNA bekerja dengan dokter bedah utama
selama operasi. Perannya terpisah dengan perawat scrub. Tugas RFNA
mencakup pajanan terhadap area pembedahan, menggunakan instrument
untuk memegang dan memotong, retraksi dan menangani jaringan,
memberikan hemostasis dan menjahit. RFNA harus bekerja dengan
dokter bedah dan bukan praktisi independen.
d. Certified Registered Nurse Anesthetist (CRNA)
CRNA adalah perawat yang bertugas khusus memasukkan obat anestesi.
Agar dapat mengikuti program CRNA, seseorang harus memiliki gelar
sarjana sains di bidang keperawatan atau bidang lain yang sesuai
ditambah 1-2 tahun pengalaman bekerja di ICU dan pelayanan akut.
Perawat ini bekerja di bawah arahan dokter anestesi.
e. Manajer
Manajer ruang operasi memiliki pengalaman luas dan telah menjalani
pendidikan khusus di bidang manajemen. Manajer bisa saja merupakan
RN, tetapi rumah sakit saat ini lebih memilih sarjana keperawatan.
Banyak rumah sakit besar mensyaratkan Master of Science in Nursing
(MSN) dengan focus pada manajemen perawatan akut.
f. Pendidik
Pendidik bertanggung jawab untuk mengurusi staf yang melanjutkan
pendidikan, orientasi staf baru dan bekerja dengan staf untuk belajar
bagaimana menjadi instruktur untuk mahasiswa. Edukator dapat berasal
dari RN, tetapi biasanya perawat dengan gelar sarjana keperawatan atau
MSN yang berpengalaman sebagai perawat perioperatif lebih
diutamakan. Perawat ini juga dapat berperan sebagai perawat sirkulator
atau perawat spesialis klinis di luar tanggung jawab mereka sebagai
edukator.
g. Manajer Kasus
Manajer kasus perioperatif mengoordinasikan perawatan bagi klien
perioperatif. Posisi ini mensyaratkan pengalaman luas, kemampuan
berkomunikasi dan pengetahuan mengenai periode total pembedahan
mulai dari di rumah sebelum operasi sampai perawatan di rumah setelah
operasi.
h. Advanced Practice Nurse Clinical Nurse Specialist (Apn )
APN adalah RN dengan gelar dan keterampilan tahap lanjut. Perawat ini
minimal memiliki gelar Master di bidang keperawatan dan mendapat
sertifikasi sebagai perawat spesialis klinis atau Nurse Practitioner (NP).
APN adalah ahli klinis yang memiliki spesialis bedah ( misalnya
ortopedi, kardiovaskular). Peran mereka meliputi konsultasi, edukasi,
perawatan klien langsung, manajemen, menerjemahkan hasil penelitian
ke dalam praktik klinis yang terbaik. Seorang APN perioperatif tidak
selalu berada di ruang operasi, tetapi dapat berinteraksi dengan klien di
klinik, rumah, rumah sakit, atau tempat lain sesuai kebutuhan.
9. Dikamar Operasi
Asuhan keperawatan intraoperative pemberian anastesi pada bedah
kraniotomi pada prinsipnya sama dengan asuhan keperawatan pada saat
pemberian anastesi secara umum.
i. Prosedur
B. Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
DS : - Pengaturan posisi bedah dan Resiko cedera
TTV : trauma prosedur pembedahan
TD : 110/80mmHg
S :36,3
N :90 ×/menit
RR :20 ×/menit
DS : - Adanya port de entree luka Resiko infeksi
DO : pembedahan dan penurunan
TD : 110/80 mmHg imunitas sekunder efek anestesi.
S :
N :90 ×/menit
RR :20 ×/menit

C. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko cedera berhubungan dengan pengaturan posisi bedah dan trauma prosedur
pembedahan
2. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya port de entree luka pembedahan dan
penurunan imunitas sekunder efek anestesi
D. Prioritas Masalah
1. Resiko cedera berhubungan dengan pengaturan posisi bedah dan trauma prosedur
pembedahan
2. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya port de entree luka pembedahan dan
penurunan imunitas sekunder efek anestesi
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi Rasional
Kaji Ulang identitas pasien Perawat ruang operasi memeriksa kembali identitas dan kardeks
pasien. Lihat kembali lembar persetujuan tindakan, riwayat kesehatan,
hasil pemeriksaan fisik, dan berbagai hasil pemeriksaan diagnostik.
Pastikan bahwa alat protese dan barang berharga telah dilepas dan
periksa kembali rencana asuhkan perawatan preoperatif yang berkaitan
dengan rencama asuhan perawatan intraoperatif
Siapkan sarana scrub Sarana scub meliputi cairan antiseptik cuci tangan pada tempatnya,
gaun (terdiri gaun gelap kedap air dan baju bedah steril, duk penutup,
dan duk berlubang dalam kondisi lengkap dan siap pakai)
Lakukan persiapan meja Meja bedah pada pembedahan kraniotomi sama dengan meja bedah
bedah dan sarana lainnya.sarana pendukung seperti penahan bahu dan punggung
pendukung disiapkan pada saat pengaturan posisi.
Siapkan instrumen yang Manajemen instrumen dilakukan perawat instrumen sebelum
akan digunakan dalam pembedahan. Perawatn instrumen bertanggung jawab terhadap
bdeah kraniotomi kelengkapan instrumen bedah kraniotomi. Sebagai antisipasi di
perlukan isntrumen cadangan dalam suatutromol steril yang akan
memudahkan pengambulan apabila di perlukan tambahan isntrumen
Siapkan sarana pendukung Sarana pendukung seperti kateter urine, alat pengisap lengkap, spons
pembedahan dalam keadaan siap pakai.
Siapkan alat hemostatis dan Alat hemostatis merupakan fondasi fari tindakan operasi untuk
alat cadangan dalam kondisi mencegah terjadinya pendarahan serius akibat kerusakan pembuluh
siap pakai. darah arteri. Perawat memeriksa kemapuan alat tersebut siap pakai
untuk menghindari cedera akibat pendarahan intraoperasi.
Siapkan obat-obatan untuk Obat-obatan anestesi yang dipersiapkan meliputi obat pelemas otot dan
pemberian anestesi umum anestesi umum.
Siapkan alat-alat intubasi Intubasi endotrakeal untuk menjaga kepatenan jalan napas intraoperas.
endotrakeal Penata anestesi memeriksa kondisi lampu padalaringoskop. Kondisi
selang endotrakeal harus berfungsi optimal sebelum pemasangan
dilakukan.
Siapkan obat dan alat Selain pemantau, peralatan darurat dasar, obat-obatan dan protokol
emergensi pengobatan juga harus tersedia. Juga harus ada defilirahator yang
berfungsi baik. Peralatan jalan nafas juga diperlukan termasuk
laringoskop, selang endotrakeal, dan jalan napas oral dan nasal
faringeal. Selai itu, masker dan kantong resusitasi adalah alat penting
dan harus mudah diakses.
Lakukan pemasangan dua Pemasangan jalur iv pada kedua lengan dapat memenuhi kebutuhan
jalur intravena akibat deplesi cairan intra bedah kraniotomi yang dilakukan dalam
waktu yang lama.
Pasang hasil diagniotik pada Pemasangan hasil diagnostik akan memudahkan ahli bedah dalam
layar pembaca diagnostik. melakukan intervemsi dengan hasil diagnostik
Lakukan pemberian induksi Pemberian anestesi intra vena biasanya dilakukan oleh penata anestesi
anestesi secara intravena dengan sepengatuhan ahli anestesi. Pemberian induksi dilakukan
sebagaisuatu obat intravena pertama dengan tujuan menghambat saraf
dan menyebankan peralihan sementara pita suara dan otot pernapasan
selama selang endotrakeal terpasang.
Lakukan pemasangan Pemasangan manset tekanan pada area kaki akan mempermudah
manset tekanan darah pada dalam memonitor ttv tanpa menganggu proses pembedahan.
bagian distal tungkandan Pengaturan posisi lampu bedah akan mempermudah pajan dalam
atur pencahayaan melakukan intervensu bedah
Bantu ahli anestesi dalam Penata anestesi akan membatu melakukan penekanan tulang rawan
memasang selang krikoid dan menahan konektor saat pemasangan instubasi endotrakeal
endotrakeal dilakukan oleh ahli anestesi
Atur posisi endotrakeal Untuk menjaga kepatenan jalan napas selama pengaturan dan saat
dengan fiksasi optimal intraoperasi
Lakukan pengaturan posisi Teknik modifikasi terlentang pada bedah tumor intrakranial biasanya
bedah telentang dengan dipimpin langsung oleh ahli saraf, perawat anestesi membantu
modifikasi ,enempatkan selimut lembut pada bagian belakang tubuh dan pungung
serta memonitor kondisi hemodinantik dengan memberitahu ahli ahli
anestesi apabila terjadi perubahan pada layar monitor
Kaji kondisi organ oada Tempat yang rentan cedera pda posisi terlentang adalah belkang kepala
area yang rentan mengalami dan belakang bokong
cedera posisi bedah
Bandingkan status Mendeteksi kapan terjadinya penyebab cedera
neourovaskuler sebelum dan
sesudah operasi
Bantu ahli bedah dalam Pembuatan bedah dilakukan sebelumdilakukan desinfesi area bedag
membuat akses bedah utnuk memudakan membuat insisi bedah pada tengkorak
Lakukan manajemen asepsis - manajemen asepsis dilakukan untuk menghindari kontak dengan
intraoperasi zona steril meliputi pemakian baju bedah, pemakaian sarung
tangan, persiapan kulit pemasangan duk, penyerahan alat yang
akan diperlukan oleh perawat sirkulasi
- manajemen asepsis intraoperasi merupakan tanggung jawab
perawatn instrumen dengan mempertahankan integritas lapangan
steril selama pembedahan dan bertanggung jawabuntuk
mengkomunikasikan kepada tim bedah setiap pelanggaran tknik
aseptis atau kontaminasi yang terjadi selama pembedahan
Letaknan alat insisi dan Pelatakan isnsisi akan memudahkan ahli bedah dalam melakukan
kasa pada sisi arean bedah insisi. Beberapa kasa diperlukan untuk melakukan penghentian
pendarahan sementara.
Lakukan peran perawat Perawatn sirkulasi menfokuskan aktivitas manajemen kamar operasi
sirkulasidalam mendukung agar melacarkan pembedahan dapat dilaksanakan secara optimal sejak
pembedahan. pengaturan posisi bedah sampai dokter bedah selesai melakukan
penutupan luka bedah.
Bantu ahli bedah pada saat Insisi bedah memerlukan skalpel dan pisau bedah sesuai dengan area
dimulainya insisi yang akan dilakukan insisi. Perawat intrumen bertanggungjawab
menyerahkan alat insisi. Asisten pertaa berperan membntu menyerap
dara yang keluar dengan kasa akibat kerusakan vaskular pada area
insisi.
Bantu ahli bedah pada saat Pada saat mebuka jaringan, pasien mempunyai risiko cedera. Perawat
membuka jaringan asisten bedah membantu ahli bedah dengan membuka jaringan dengan
forsep secara hati-hati sambil mengikuti arahan ahli bedah.
Bantu ahli bedah dalam Pengangkatan tulang temporal dilakukan denganclevator dan palu. Pad
melepas tulang tengkorak saat ahli bedah melakukan penukulan elevaor, perawat mnurunkan
risiko cedera intervensi kraniotomi dengan menarik jaringan insisi
denganrefraktur
Letakan tulang tengkorak Tulang tengkorak akan dapat nertahan dalam lingkungan cairan sailine
kraniotomi pada cairan normal
saline normal steril
Bantu ahli bedah dalam Saat ahli bedah mealukan manipulasi traksi tengkorak, perawat ikut
melakukan manipulasi membantu agar dapat terlaksana akses bedah yang optimal
traksi tengkorak
Siapkan alat bedah saraf Bedah saraf bisanya menggunakan alat bedah mikroskopik yang akan
mikroskopik mempermudah ahli bedah dalam melaksanakanintervensi. Perawat
membantu mengatur alat agar mudah diakses ahli bedah
Bantu ahli bdeah dalam - prosedur penutupan jaringan dilkukan setelah tujuan pembedahan
melakukan penutupan sudah selesai dilaksanakan. Penutupan dilakukan lapis demi lapis
jaringan pada kepala sesuai arean atau raingan yang telah dilakukan pembedahan
- perawat intrumenmenurunkan risiko cedera dengan mempersiapkan
dan memilih saran penjahitn dan memperhatikan ketajaman jarum
jahit memilih benang jahitan yang sesuai yang akan dijahit dan
kondisi atau kelayakan intrumen agar jerusakan jaringan dapat
minimal
Lakukan perhitungan Perhitungan yang tepat akan mencegah tertinggalnya kasa pada area
jumlah kasa dan instrumen bedah sehingga menurunkan resiko cedera pada pasien
yang telah digunakan
Bersihkan area bedah dan Sebelum arean bedag bekas darah dan lainnya didesinfeksi dan
tutup luka bedah dibersihkan perawat menganfgkat duk dan penutup luka dengan kasa
dan diplester secara keseluruhan.
Rapikan dan bersihkan Intrumen dibersihkan di tempat pembersihan denganair yang
intrumen mengalir.perawat memberikna seluruh bagian instrumen dari sisa
pembedahan. Intrumen yang telah dikeringkan kemudian dipaketkan
untuk distreilkan kembali
Lakukan dokumentasi Catatan kperawatan intraoperatif diisi lengkap sebelum pasien
intraoperatif dipindahkan keruang pulih sadar agar asuhan keperawatan yang
diberikan bekesinambungan.

F. Dokumentasi perawatan intraoperative


Dokumentasi pada perawatan intraoperatif meliputi: jenis prosedur operasi, waktu masuk,
waktu anestesi, jenis anestesi dan insisi. Selain itu dicatat pula restrain yang digunakan,
alat pengontrol suhu dan alat pemantauan, adanya alergi, serta medikasi yang diberikan.
Dokumentasi ini juga meliputi lokasi drain, kateter, balutan, total masukan dan keluaran,,
jaringan yang diangkat, status isolasi, dan klasifikasi luka. Dokumentasi ini juga meliputi
kondisi pasien ketika akan keluar dari kamar operasi, keadaan sirkulasi, keadaan insisi,
nama anggota tim pembedahan dan lain-lain.
G. EVALUASI
1. Perawatan Pasien Di Ruang Pemulihan/Recovery Room
a) Pasang pengaman pada tempat tidur.
b) Monitor tanda vital : TN, Nadi, respirasi / 15 menit.
c) Beri O2 sesuai program.
d) Observasi adanya muntah.
e) Catat intake dan out put cairan.
Kriteria umum yang digunakan dalam mengevaluasi pasien :
a) Pasien harus pulih dari efek anaesthesi.
b) Tanda-tanda vital harus stabil.
c) Tidak ada drainage yang berlebihan dari tubuh.
d) Efek fisiologis dari obat bius harus stabil.
e) Pasien harus sudah sadar kembali dan tingkat kesadaran pasien telah sempurna.
f) Urine yang keluar harus adekuat ( 1cc/ Kg/jam). Jumlahnya harus dicatat dan
dilaporkan.
g) Semua pesan harus ditulis dan dibawa ke bangsal masing-masing.
h) Jika keadaan pasien membaik, pernyataan persetujuan harus dibuat untuk
kehadiran pasien tersebut oleh seorang perawat khusus yang bertugas pada unit
dimana pasien akan dipindahkan.
i) Staf dari unit dimana pasien harus dipindahkan, perlu diingatkan untuk
menyiapkan dan menerima pasien tersebut.
2. Pengangkutan Pasien ke Ruangan
Hal-hal yang harus diperhatikan selama membawa pasien ke ruangan antara lain :
a) Keadaan penderita serta order dokter.
b) Usahakan pasien jangan sampai kedinginan.
c) Kepala pasien sedapat mungkin harus dimiringkan untuk menjaga bila muntah
sewaktu-waktu, dan muka pasien harus terlihat sehingga bila ada perubahan
sewaktu-waktu terlihat

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Tumor intrakranial termasuk juga lesi desak ruang (lesi / bekas organ yang karena proses
pertumbuhannya dapat mendesak organ yang ada disekitarnya, sehingga organ tersebut dapat
mengalami gangguan ) jinak maupun ganas, yang tumbuh di otak meningen dan tengkorak.
oleh karena itu penderita tumor otak datang dengan berbagai gejala yang membingungkan,
maka diagnosis menjadi sukar. Tumor otak dapat terjadi pada semua umur, tidak jarang
menyerang anak-anak di bawah usia 10 tahun, tetapi paling sering terjadi pada orang dewasa
selama dekade kelima dan keenam.
Tindakan bedah Intrakranial atau disebut juga kraniotomi, merupakan suatu intervensi dalam
kaitannya dengan masalah-masalah pada Intrakranial. Artinya kraniotomi dilakukan dengan
maksud pengambilan sel atau jaringan intrakranial yang dapat terganggunya fungsi neorologik
dan fisiologis manusia atau dapat juga dilakukan dengan pembedahan yang dimasudkan
pembenahan letak anatomi intrakranial.
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, Tutu April.2012. Sistem Neurobehaviour. Jakarta: Selemba Medika. Editor: Aklia
Suslia
Black, Joyce M dan Jane Hokanson Hawks. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Buku
3. Indonesia: Media Edukasi. Editor: Aklia Suslia, dkk.
Mutaqin, Arif dan Kumala Sari.2009. Asuhan Keperawatan Perioperatif: Konsep, Proses, dan
Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika. Editor: Yayuk Hartanti
Tarwoto, dkk.2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Perarafan. Jakarta: CV.
Sagung Seto
http://dokumen.tips/documents/pathway-tumor-otak-okdoc-55c8074e3f32a.html
http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35597-Kep%20Neurobehaviour-
Askep%20Tumor%20Otak.html#popup
https://id.scribd.com/doc/124742717/Pathway-Tumor-Otak-OK-doc

Anda mungkin juga menyukai