DISUSUN OLEH :
Banjarmasin,07,juni, 2021
Siti rafiah
Nim : 11409719071
Mengetahui
A. DEFINISI
Tumor otak adalah lesi intra kranial yang menempati ruang dalam tulang
tengkorak. Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak
(benigna) ataupun ganas (maligna) membentuk massa dalam ruang
tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang
(medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat
berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal
dari jaringan otak itu sendiri disebut tumor otak primer dan bila berasal
dari organ-organ lain (metastase) seperti kanker paru, payudara,
prostate, ginjal, dan lain-lain disebut tumor otak sekunder.
Tumor otak atau glioma adalah sekelompok tumor yang timbul dalam
sistem saraf pusat dan dapat dijumpai beberapaderajat diferensiasi glia.
(Liau, 2012).Tumor otak adalah tumor jinak pada selaput otak atau satu
otak (Rosa Mariono, MA, Standard Asuhan Keperawatan, St.Carolus,
2009).Tumor otak adalah lesi intra kranial yang menempati ruang dalam
tulang tengkorak. Tumor otak suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak
(benigna) ataupun ganas (maligna), membentuk massa dalam ruang
tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang
(Medulla Spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat
berupa tumor primer maupun metastase. (Mansjoer, 2007 Apabila sel-sel
tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri disebut tumor otak primer dan
bila berasal dari organ-organ lain,di sebut tumor otak metastase.
B. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri Kepala
Merupakan gejala awal pada 20% penderita dengan tumor otak yang
kemudian berkembang menjadi 60%. Nyerinya tumpul dan intermitten.
Nyeri kepala berat juga sering diperhebat oleh perubahan posisi, batuk,
maneuver valsava dan aktivitas fisik. Muntah ditemukan bersama nyeri
kepala pada 50% penderita. Nyeri kepala ipsilateral pada tumor
supratentorial sebanyak 80 % dan terutama pada bagian frontal. Tumor
pada fossa posterior memberikan nyeri alih ke oksiput dan leher.
2. Perubahan Status Mental
Gangguan konsentrasi, cepat lupa, perubahan kepribadian, perubahan
mood dan berkurangnya inisiatif adalah gejala-gejala umum pada
penderita dengan tumor lobus frontal atau temporal. Gejala ini
bertambah buruk dan jika tidak ditangani dapat menyebabkan terjadinya
somnolen hingga koma.
3. Seizure
Adalah gejala utama dari tumor yang perkembangannya lambat seperti
astrositoma, oligodendroglioma dan meningioma. Paling sering terjadi
pada tumor di lobus frontal baru kemudian tumor pada lobus parietal dan
temporal.
4. Edema Papil
Gejala umum yang tidak berlangsung lama pada tumor otak, sebab
dengan teknik neuroimaging tumor dapat segera dideteksi. Edema papil
pada awalnya tidak menimbulkan gejala hilangnya kemampuan untuk
melihat, tetapi edema papil yang berkelanjutan dapat menyebabkan
perluasan bintik buta, penyempitan lapangan pandang perifer dan
menyebabkan penglihatan kabur yang tidak menetap.
5. Muntah
Muntah sering mengindikasikan tumor yang luas dengan efek dari massa
tumor tersebut juga mengindikasikan adanya pergeseran otak. Muntah
berulang pada pagi dan malam hari, dimana muntah yang proyektil tanpa
didahului mual menambah kecurigaan adanya massa intracranial.
6. Vertigo
Pasien merasakan pusing yang berputar dan mau jatuh.
C. ETIOLOGI
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti
walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-
faktor yang perlu ditinjau, yaitu:
a. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan
kecuali pada meningioma, astrocytoma dan neurofibroma dapat
dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau
penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi
pertumbuhan baru memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain
jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat
untukmemikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada
neoplasma.
b. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-
bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi
dalam tubuh. Ada kalanya sebagian dari bangunan embrional
tertinggal dalam tubuh menjadi ganas dan merusak bangunan di
sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada
kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
c. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi namun belum ada bukti radiasi
dapat memicu terjadinya suatu glioma. Meningioma pernah
dilaporkan terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
d. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan
besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran
infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma tetapi hingga saat ini
belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan
perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
e. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas
dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik
seperti methylcholanthrone, nitrosoethyl-urea. Ini berdasarkan
percobaan yang dilakukan pada hewan.
f. Trauma Kepala
D. ANATOMI
1. Otak besar
Otak besar atau cerebrum terdiri dari belahan otak kanan dan kiri.
Belahan otak kanan mengendalikan bagian tubuh kiri. Sebaliknya,
bagian otak kiri mengendalikan bagian tubuh sebelah kanan.
Beberapa fungsi penting otak, seperti mengolah bahasa dan berbicara,
berada pada salah satu belahan otak yang kemudian akan menjadi
bagian dominan. Dengan kata lain, orang yang dominan beraktivitas
dengan tangan kanan lebih banyak menggunakan otak kiri dan
sebaliknya.Tiap belahan otak memiliki empat bagian utama, yaitu:
a. Lobus frontal, yang terletak di bagian depan dan berfungsi untuk
mengatur cara berpikir, perencanaan, pemecahan masalah,
pergerakan fisik, dan memori jangka pendek
b. Lobus parietal, yang terletak di bagian tengah dan bertugas untuk
menafsirkan informasi sensorik, seperti cita rasa, suhu, dan sensasi
sentuhan
c. Lobus oksipital, yang terletak di bagian belakang dan berfungsi untuk
memproses gambaran dari mata dan mengaitkan informasi tersebut
pada memori yang ada dalam otak
d. Lobus temporal, yang terletak di bagian samping dan berfungsi untuk
memproses informasi dari indera penciuman, pengecap, dan
pendengaran. Bagian otak ini juga memiliki peran penting dalam
penyimpanan memori
2. Batang otak
Batang otak merupakan bagian otak yang terletak di bawah otak besar
dan di depan otak kecil. Batang otak menghubungkan otak ke sumsum
tulang belakang dan mengontrol banyak fungsi penting yang terkait
dengan detak jantung, tekanan darah, dan pernapasan. Batang otak
terdiri dari tiga bagian utama, yatu:
a. Pons, yaitu bagian terbesar dari batang otak yang terlibat dalam
koordinasi gerakan mata dan wajah, sensasi wajah, serta
pendengaran dan keseimbangan
b. Midbrain atau otak tengah, yang membantu mengontrol gerakan
mata dan memproses informasi visual dan pendengara
c. Medulla oblongata, yaitu bagian terendah dari otak yang bertindak
sebagai pusat kendali fungsi jantung dan paru-paru. Termasuk
mengatur banyak fungsi penting, seperti bernapas, bersin, dan
menelan
3. Otak kecil
Otak kecil atau cerebellum merupakan bagian otak yang di bawah
lobus okspital dan di belakang batang otak. Meski berukuran kecil, otak
kecil menyumbang lebih dari 50% dari jumlah total neuron atau unit
kerja sistem saraf pusat.Otak kecil atau cerebellum memainkan peran
penting dalam mengendalikan gerakan anggota tubuh dan
keterampilan motorik halus. Misalnya, gerakan jari saat melukis atau
melakukan operasi. Selain itu, otak kecil juga berfungsi dalam
mengontrol keseimbangan dan koordinasi otot bekerja bersama.
4. Memahami anatomi otak
Anatomi otak terbagi dalam 3 bagian utama, yaitu otak besar
(cerebrum), otak kecil (cerebellum), serta batang otak. Ketiga bagian
otak ini saling bekerja sama untuk menjalankan sistem tubuh.
E. PATOFISIOLOGI
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis. Gejala-gejala terjadi
berurutan. Hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam
pemeriksaan klien. Gejala-gejalanya sebaiknya dibicarakan dalam suatu
perspektif waktu. Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap
disebabkan oleh 2 faktor gangguan fokal, disebabkan oleh tumor dan
tekanan intrakranial. Gangguan fokal terjadi apabila penekanan pada
jaringan otak dan infiltrasi/invasi langsung pada parenkim otak dengan
kerusakan jaringan neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar terjadi
pada tumor yang tumbuh paling cepat.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang
tumbuhmenyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah
arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara
akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler
primer. Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan
neuro dihubungkan dengan kompresi invasi dan perubahan suplai darah
ke jaringan otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan
parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis
fokal.Peningkatan tekanan intra kranial dapat diakibatkan oleh beberapa
faktor :bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema
sekitar tumor dan perubahan sirkulasi cerebrospinal. Pertumbuhan tumor
menyebabkan bertambahnya massa, karena tumor akan mengambil
ruang yang relatif dari ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas
menimbulkan oedema dalam jaruingan otak. Mekanisme belum
seluruhnyanya dipahami, namun diduga disebabkan selisih osmotik yang
menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan oedema yang
disebabkan kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan
kenaikan volume intracranial. Observasi sirkulasi cairan serebrospinal
dari ventrikel laseral ke ruang sub arakhnoid menimbulkan hidrocepalus.
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa, bila terjadi
secara cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan
sebelumnya. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-
hari/berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak
berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme
kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intra
kranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan
mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan
tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi ulkus atau
serebulum. Herniasi timbul bila girus medialis lobus temporals bergeser
ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak.
Herniasi menekan men ensefalon menyebabkab hilangnya kesadaran
dan menenkan saraf ketiga. Pada herniasi serebulum, tonsil sebelum
bergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa
posterior. Kompresi medulla oblongata dan henti nafas terjadi dengan
cepat. Intrakranial yang cepat adalah bradicardi progresif, hipertensi
sistemik (pelebaran tekanan nadi dan gangguan pernafasan).
F. TANDA DAN GEJALA
Menurut lokasi tumor :
1. Lobus frontalis
Gangguan mental / gangguan kepribadian ringan : depresi, bingung,
tingkah laku aneh, sulit memberi argumenatasi/menilai benar atau
tidak, hemiparesis, ataksia, dan gangguan bicara.
2. Kortek presentalis posterior
Kelemahan/kelumpuhan pada otot-otot wajah, lidah dan jari
3. Lobus parasentralis
Kelemahan pada ekstremitas bawah
4. Lobus Oksipitalis
Kejang, gangguan penglihatan
5. Lobus temporalis
Tinitus, halusinasi pendengaran, afasia sensorik, kelumpuhan otot
wajah
6. Lobus Parietalis
Hilang fungsi sensorik, kortikalis, gangguan lokalisasi sensorik,
gangguan penglihatan
7. Cerebulum
Popil oedema, nyeri kepala, gangguan motorik, hipotonia,
hiperekstremitas sendi
8. Tanda dan Gejala Umum :
a. Nyeri kepala berat pada pagi hari, main bertambah bila batuk
membungkuk
b. Kejang
c. Tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial : Pandangan
kabur, mual, muntah, penurunan fungsi pendengaran, perubahan
tanda-tanda vital, afasia.
d. Perubahan kepribadian
e. Gangguan memori
f. Gangguan alam perasaan
9. Trias Klasik : Nyeri kepala,Popil oedem dan Muntah
G. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi yang dapat kita temukan pada pasien yang
menderita tumor otak ialah :
a) Gangguan fisik neurologist
b) Gangguan kognitif
c) Gangguan tidur dan mood
d) Disfungsi seksual.
H. PROGNOSIS
Meskipun diobati, hanya sekitar 25% penderita kanker otak yang bertahan
hidup setelah 2 tahun. Prognosis yang lebih baik ditemukan pada
astrositoma dan oligodendroglioma, dimana kanker biasanya tidak kambuh
dalam waktu 3-5 tahun setelah pengobatan. Sekitar 50% penderita
meduloblastoma yang diobati bertahan hidup lebih dari 5 tahun. Pengobatan
untuk kanker otak lebih efektif dilakukan pada:
1. Penderita yang berusia dibawah 45 tahun.
2. Penderita astrositoma anaplastik.
3. Penderita yang sebagian atau hampir seluruh tumornya telah diangkat
melalui pembedahan.
I. PELAKSANAAN
Pemeriksaan neuroradiologis yang dilakukan bertujuan untuk
mengidentifikasi ada tidaknya kelainan intra kranial, adalah dengan:
1. Rontgen foto (X-ray) kepala lebih banyak sebagai screening test, jika
ada tanda-tanda peninggian tekanan intra kranial, akan memperkuat
indikasi perlunya dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
2. Angiografi suatu pemeriksaan dengan menyuntikkan bahan kontras
ke dalam pembuluh darah leher agar dapat melihat gambaran
peredaran darah (vaskularisasi) otak.
3. Computerized Tomography (CT-Scan kepala) dapat memberikan
informasi tentang lokasi tumor tetapi MRI telah menjadi pilihan untuk
kebanyakan karena gambaran jaringan lunak yang lebih jelas
(Schober, 2010).
4. Magnetic Resonance Imaging (MRI), bisa membuat diagosa yang
lebih dini dan akurat serta lebih defititif. Gambar otak tersebut
dihasilkan ketika medan magnet berinteraksi dengan jaringan pasien
itu ( Satyanegara, 2010., Freedman,2009).
5. Radiotherapi
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang
pula merupakan therapi tunggal. Adapun efek samping : kerusakan
kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau
otot pectoralis, radang tenggorokan.
6. Chemotherapy
Pemberian obat-obatan anti tumor yang sudah menyebar dalam
aliran darah. Efek samping : lelah, mual, muntah, hilang nafsu
makan, kerontokan membuat, mudah terserang penyakit.
7. Manipulasi hormonal.
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk tumor yang sudah
bermetastase.
J. DATA PENUNJANG
Menurut Satyanegara (2005) pemeriksaan diagnostik yaitu :
1. Arterigrafi atau Ventricolugram : untuk mendeteksi kondisi patologi
pada sistem ventrikel dan cisterna.
2. CT – SCAN : Dasar dalam menentukan diagnosa.
3. Radiogram : Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai
struktur, penebalan dan klasifikasi, posisi kelenjar pinelal yang
mengapur; dan posisi selatursika.
4. Elektroensefalogram (EEG) : Memberi informasi mengenai
perubahan kepekaan neuron.
5. Ekoensefalogram : Memberi informasi mengenai pergeseran
kandungan intra serebral.
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Pada tahap ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat
rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang
dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien.
2. Keluhan Utama
Biasanya pada pasien dengan efusi pleura didapatkan
keluhan berupa : sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik
akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama
pada saat batuk dan bernafas serta batuk non produktif.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan
adanya tanda-tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa
berat pada dada, berat badan menurun dan sebagainya.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasienpernah menderita penyakit
seperti TBC paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan
sebagainya.Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya faktor predisposisi.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit- penyakit yang disinyalir sebagai penyebab
effusi pleura seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya.
6. Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana
cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap
tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.
7. Pengkajian Pola Fungsi
a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
b. Adanya tindakan medis danperawatan di rumah sakit
mempengaruhi perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi
kadang juga memunculkan persepsi yang salah terhadap
pemeliharaan kesehatan.
c. Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum
alcohol dan penggunaan obat-obatan bias menjadi faktor
predisposisi timbulnya penyakit.
d. Pola nutrisi dan metabolism
e. Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu
melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk
mengetahui status nutrisi pasien.
f. Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan
selama MRS pasien dengan effusi pleura akan mengalami
penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas dan
penekanan pada struktur abdomen.
g. Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses
penyakit. pasien dengan effusi pleura keadaan
umumnyalemah.
8. Pola eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai
kebiasaan defekasi sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan
umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bedrest
sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan
pada struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-
otot tractus digestivus.
C. INTERVENSI
D. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah berkesinambungan dan interaktif dengan
komponen lain dari proses keperawatan. Selama implementasi, perawat
mengkaji kembali pasien, modifikasi rencana asuhan, dan menuliskan
kembali hasil yang diharapkan sesuai kebutuhan. Untuk implementasi
yang efektif, perawat harus berpengetahuan banyak tentang tipe-tipe
intervensi,proses implementasi dan metode implementasi. Ada tiga fase
implementasi keperawatan yaitu :
a. Fase persiapan, meliputi pengetahuan tentang rencana, validasi
rencana, pengetahuan dan keterampilan mengimplementasikan
rencana, persiapan pasien dan lingkungan.
b. Fase operasional, merupakan puncak implementasi dengan
berorientasi dengn tujuan. Implementasi apat dilakukan dengan
intervensi indeoenden, dependen atau interdependen
c. Fase terminasi, merupakan terminasi perawat dengan pasien
setelah implementasi dilakukan
(potter and pery, 2005)
12. EVALUASI
Fase terakhir proses keperawatan adalah evaluasi terhadap
asuhan keperawatan yang diberikan. Hal yang dievaluasi adalah
keakuratan dan kualitas data, teratasi atau tidaknya maslah pasien, serta
pencapaian tujuan serta ketepatan ntervensi keperawatan.
Tujuan evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencanaa
keperawatan, menilai dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
melalui perbandingan pelayanan keperawatan mutu pelayanan
keperawatan yang diberikan serta hasilnya dengan standar yang telah
ditentukan terebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuhidajat, R. dkk. (2010), Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC
Price SA, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-pro. Di akses tanggal 06-
juli-2021
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC Di akses tanggal 06-juli-2021
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31137/4/Chapter%20II.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Tumor_otak