PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Kanker otak meliputi sekitar 85-90 % dari seluruh kanker susunan
saraf pusat. Di amerika serikat insidensi kanker otak ganas dan jinak
adalah 21,42 per 100.000 penduduk per tahun (7,25 per 100.000
penduduk untuk kanker otak ganas,14,17 per 100.000 penduduk per tahun
untuk tumor otak jinak). Angka insidens untuk kanker otak ganas di
seluruh dunia berdasarkan angka standar populasi dunia adalah 3,4 per
100.000 penduduk. Angka mortalitas adalah 4,25 per 100.000 penduduk
per tahun. Mortalitas lebih tinggi pada pria.data cancer registry dari RSK
Dharmais, RSCM,RS persahabatan, IAPI, KPKN.
Dari seluruh tumor primer susunan saraf pusat, astrositoma
anaplastik dan glioblastoma multiforme (GBM) meliputi sekitar 38 % dari
jumlah keseluruhan, dan meningioma dan tumor mesenkim lainnya 27 %.
sisanya terdiri dari tumor otak primer yang bervariasi, meliputi tumor
hipofisis, schwannoma ,limfoma SSP,oligodendroglioma, ependimoma,
astrositoma derajat rendah, dan meduloblastoma.
2. Tujuan
1. Menurunkan morbiditas kanker otak di Indonesia.
2. Membuat pedoman berdasarkan evidence based medicine untuk
membantu tenag a medis dalam diagnosis dan tatalaksana tumor
otak.
3. Mendukung usaha diagnosis dini pada masyarakat umum dan pada
kelompok resiko tinggi.
4. Meningkatkan usaha rujukan, pencatatan, dan pelaporan yang
konsisten.
5. Memberi rekomendasi bagi fasilitas pelayanan kesehatan primer
sampai dengan tersier serta penentu kebijakan untuk penyusunan
protocol setempat atau panduan praktik klinis (PPK), dengan
melakukan adaptasi terhadap pedoman nasional pelayanan
kedokteran (PNPK) ini.
1
3. Manfaat
1. Seluruh jajaran tenaga kesehatan yang terlibat dalam pengelolaan
kanker otak,sesuai relevansi tugas, wewenang, dan kondisi sarana
dan prasarana yang tersedia di pelayanan kesehatan masing-
masing.
2. Pembuat kebijakan di lingkungan rumah sakit,institusi pendidikan,
serta kelompok profesi terkait.
2
BAB 2
KONSEP MEDIS
1. Definisi
Tumor otak atau tumor intracranial adalah neoplasma atau proses
desak ruang (spece occupying lesion atau space taking lesion) yang timbul
dalam rongga tengkorak baik dalam kompartemen spratentotrional
maupun infratentotronal. (satyanegara)
Tumor otak adalahpaling umum kedua pada anak-anak, dan
merupakan penyebab utama kematian akibat kanker pada masa kanak-
kanak.Meskipun langkah signifikan telah dicapai dalam meningkatkan
kelangsungan hidup sebagian besar keganasan masa kanak-kanak, hasil
untuk anak-anak dengan tumor otak tetap buruk.
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna)
atupun ganas (maligna) membantuk massa dalam ruang tengkorak kepala
(intracranial)atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis).
Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer
maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu
sendiri disebut tumor otak primer dan apabila sel-sel tumor berasal dari
jaringan otak itu sendiri disebut tumor otak primer dan bila berasal dari
organ-organ lain (metastase) seperti kanker paru, payudara, prostate,
ginjal dan lain-lain disebut otak sekunder.
Glioblastomas adalah tumor otak heterogen dengan beragam fitur
genetik histopatologi dan molekuler. Meskipun pengobatan sebagai besar
difokuskan pada massa tumor yang meningkatkan kontras, kombinasi
pencitraan struktural dan molekuler canggih dapat meningkatkan
delineasi tumor yang lebih akurat dan menangkap heterogenitas
lgllioblastoma. Di sini kami menggambungkan MRI konvensional dengan
pencitraan difusi-pembobotan (DWI) dan karakteristik asam amino PET
untuk mengeksplorasi subkelompok glio-blastoma pencitraan dan
mengevaluasi potensi nilai prognostiknya.
3
2. Etiologi
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti,
walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor
yang perlu ditinjau, yaitu :
1) Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan
kecuali pada miningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat
dijumpa pada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau
penyakit sturge-weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi
pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas.
Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang
kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat
pada neoplasma.
2) Sisa-sisa sel embrional ( Embrionic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-
bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi
dalam tubuh. Tetapi adakalanya sebagian dari bangunan embrional
tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan
disekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada
kraniofaringioma, terutama intrakranial dan kordoma.
3) Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi
dapat memicu terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa
meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
4) Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan
besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran
infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga
saati ini belum ditemukan antara infeksi virus dengan
perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
4
5) Subtansi-subtansi karsinogenek
Penyelidikan tentang subtansi karsinogen sydah lama dan luas
dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada subtansi yang karsinogenik
seperti methylchulanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan
percobaan yang dilakukan pada hewan.
6) Trauma kepala
Trauma kepala yang dapat menyebabkan hematoma sehingga
mendesak massa otak akhirnya terjadin tumor otak
3. Prognoosis
Prognosis tergantung pada tipe tumor. Untuk glioblastoma multiforme
yang cepat membesar “rata-rata survival time” tanpa pengobatan adalah 12
minggu; dengan terapi pembedahan yang optimal dan radiasi, 32 minggu.
Beberapa astrositoma yang tumbuh mungkin menyebabkan gejala-gejala
minimal atau hanya serangan kejang-kejang selama 20 tahun atau lebih.
4. Manifestasi Klinis
1) Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis mungkin tidak spesifik yang dapat disebabkan oleh
edema dan peningkatan TIK atau spesifik yang disebabkan oleh lokasi
anatomi tertentu.
a. Perubahan Status Mental
Seperti pada gangguan neurologis atau bedah syaraf, perubahan
tingkat kesadaran atau sensoris dapat ditemukan.Perubahan status
emosional dan mental, seperti letargi dan mengantuk, kebingungan,
disorientasi, serta perubahan kepribadian dapat ditemukan.
b. Sakit kepala
Merupakan gejala awal pada 20% penderita dengan tumor otak
yang kemudian berkembang menjadi 60%.Nyerinya tumpul dan
intermitten. Nyeri kepala berat juga sering diperhebat oleh
perubahan posisi, batuk, maneuver valsava dan aktivitas
fisik.Muntah ditemukan bersama nyeri kepala pada 50%
penderita.Nyeri kepala ipsilateral pada tumor supratentorial
sebanyak 80 % dan terutama pada bagian frontal.Tumor pada fossa
5
posteriormemberikan nyeri alih ke oksiput dan leher. Sakit kepala
dapat terbatas atau keseluruhan.Biasanya intermiten dengan durasi
meningkat dan dapat diperparah dengan perubahan posisi atau
mengejan.Sakit kepala parah dan berulang pada klien yang
sebelumnya bebas sakit kepala atau sakit kepala berulang di pagi
hari yang frekuensi dan keparahannya meningkat dapat
menandakan suatu tumor intrakranial dan membutuhkan
pengkajian lebih lanjut.
c. Mual dan Muntah
Manifestasi klinis mual dan muntah dipercaya terjadi karena
tekanan pada medula, yang terletak pusat muntah.Klien sering
mengeluhkan sakit kepala parah setelah berbaring di ranjang.Saat
sakit kepala makin nyeri, klien juga dapat mengalami mual atau
muntah yang spontan. Selama episode muntah biasanya nyeri
kepala akan berkurang.
d. Papiledema
Kompresi pada nervus kranialis kedua, nervus optik, dapat
menyebabkan papiledema.Mekanisme patofisiologis yang
mendasari hal ini masih belum diapahami.Peningkatan tekanan
intrakranial mengganggu aliran balik vena dari mata dan
menumpuk darah di vena retina sentralis. Juga dikenal sebagai
“Choked disc”, papiledema umum pada klien dengan tumor
intrakranial dan mungkin merupakan manifestasi awal dari
peningkatan tekanan intrakranial. Papiledema awal tidak
menyebabkan perubahan ketajaman penglihatan dan hanya dapat
dideteksi dengan pemeriksaan oftalmologis.Papiledema parah
dapat bermanifestasi sebagai penurunan tajam penglihatan.
e. Kejang
Kejang, fokal atau umum, sering ditemui pada klien dengan tumor
intrakranial, terutama tumor hemisfer serebral.Kejang dapat
parsial atau menyeluruh.Kejang parsial biasanya membantu
membatasi lokasi tumor.
6
2) Manifestasi Lokal
Manifestasi klinis lokal disebabkan oleh kerusakan, iritasi, atau
kompresi dari sebagian otak tempat tumor terletak.
1) Kelemahan Fokal ( misal, hemiparesis)
2) Gangguan sensoris, antara lain tidak dapat merasakan
(anestesia), atau sensasi abnormal (Parestesia)
3) Gangguan bahasa
4) Gangguan koordinasi (misal, jalan sempoyongan)
5) Gangguan penglihatan seperti diplopia (pandangan ganda) atau
gangguan lapang pandang (monopia)
5. Klasifikasi
Klasifikasi stadium (Klasifikasi lesi primer susunan saraf pusat dilakukan
berdasarkan grading) :
a. WHO grade I : tumor dengan potensi proliferasi rendah, kurabilitas
pasca reseksi cukup baik.
b. WHO grade II : tumor bersifat infiltratif , aktivitas mitosis rendah,
namun sering timbul rekurensi. Jenis tertentu cenderung untuk bersifat
progresif ke arah derajat keganasan yang lebih tinggi.
c. WHO grade III : gambaran aktivitas mitosis jelas, kemampuan
infiltrasi tinggi, dan terdapat anaplasia.
d. WHO grade IV : mitosis aktif, cenderung nekrosis, pada umumnya
berhubungan dengan progresivitas penyakit yang cepat pada pre/post
operasi
Jenis – jenis Tumor otak berdasarkan WHO, tumor otak dibagi menjadi :
a. Tumors of the Neuroepithelial tissue :
1) Astrocytic tumor terdiri dari :
a) Pilocytic astrocytoma (grade I)
b) Diffuse Astrocytoma (grade II)
c) Anaplastic astrocytoma (grade III)
d) Glioblastoma multiforma (grade IV)
2) Oligodendroglioma tumors :
a) Oligodendroglioma (grade II)
7
b) Anaplastic oligodendroglioma (grade III)
3) Glioma campuran :
a) Oligoastrocytoma (grade III)
b) Anaplastic oligoastrocytoma (grade III)
b. Ependymal tumors
c. Choroid plexus tumors
d. Pineal Parenchymal tumors
e. Embryonal tumors :
a) Medulloblastoma
b) Primitive neuroectodermal tumors (PNET)
f. Meningeal tumors :Meningioma
g. Primary CNS Lymphoma
h. Germs cell tumors
i. Tumors of the sellar region
Brain metastase of the systemic cancers.
Klasifikasi tumor otak dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Berdasarkan jenis tumor
a. Jinak : Acoustik neuroma, miningioma, pituitary adenoma,
astrocytoma (grade 1)
b. Milignant : Astrocytoma (grade 2,3,4), oligodendroglioma,
apedyoma.
2) Berdasarkan Lokasi
a. Tumor intradural
a) Ekstra medular : Clueurohidroma miningioma
b) Intramedular :Oligodendroglioma,
hemangioblastoma, apendymoma, astrcytoma
b. Tumor Ekstradural
Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada
payudara, prostal,tiroid, paru-paru,ginjal dan lambung.
8
6. Patofisiolagi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis progresif yang
disebabkan oleh dua faktor yaitu gangguan fokal oleh tumor dan kenaikan
tekanan intracranial (TIK).Gangguan fokal terjadi apabila terdapat
penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi atau invasi langsung pada
parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang
tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak.Akibatnya terjadi kehilangan
fungsi secara akut dan dapat dikacaukan dengan gangguan
serebrovaskular primer.Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan
kepekaan neuron akibat kompresi, invasi, dan perubahan suplai darah ke
dalam jaringan otak.
Peningkatan TIK dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti
bertambahnya massa dalam tengkorak, edema sekitar tumor, dan
perubahan sirkulasi CSS. Tumor ganas menyebabkan edema dalam
jaringan otak yang diduga disebabkan oleh perbedaan tekanan osmosis
yang menyebabkan penyerapan cairan tumor.Obstruksi vena dan edema
yang disebabkan oleh kerusakan sawar di otak, menimbulkan peningkatan
volume intracranial dan meningkatkan TIK.
Peningkatan TIK membahayakan jiwa jika terjadi dengan
cepat.Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau
berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna
apabila tekanan intracranial timbul cepat.Mekanisme kompensasi ini
meliputi volume darah intrakranial, volum CSS, kandungan cairan
intrasel, dan mengurangi sel-sel parenkim otak. Kenaikan tekanan yang
tidak diatasi akan mengakibatkan herniasi untuk serebellum.
Herniasi unkus timbul jika girus medialis lobus temporalis bergeser ke
inferior melalui insisura tentorial karena adanya massa dalam hemisfer
otak. Herniasi menekan mesensefalon, menyebabkan hilangnya kesadaran
dan menekan saraf otak ke-3. Pada herniasi serebellum, tonsil serebellum
tergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu massaposterior.
9
Kompresi medulla oblongata dan terhentinya pernapasan terjadi
dengan cepat. Perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat peningkatan
intrakranial yang cepat adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik,
dan gangguan pernapasan.
7. Komplikasi
Menurut beberapa sumber salah satunya menurut
Ginsberg(2008) komplikasi yang dapat terjadi pada tumor otak antara lain:
10
3. Berkurangnya fungsi neurologis
Gejala berkurangnya fungsi neurologis karena hilangnya jaringan otak
adalah khas bagi suatu tumor ganas (Wim, 2002).Penurunan fungsi
neurologis ini tergantung pada bagian otak yang terkena tumor.
4. Ensefalopati radiasi
5. Metastase ke tempat lain
6. Kematian
8. Pemeriksaan Penunjang
1) Arterigrafi atau Venricolugram ; untuk mendeteksi kondisi
patologi pada sistem ventrikel dan cisterna.
2) CT-SCAN ;Dasar dalam menentukan diagnose
3) Radiogram ; memberikasn informasi yang sangat berharga
mengenai struktur, penebalan dan klasifikasi ; posisi kelenjar
pinelal yang mengapur ; dan posisi selatursika.
4) Sidik Otak Radioaktif ; memperlihatkan daerah-daerah akumulasi
abnormal dari zat radioaktif. Tumur otak mengakibatkan kerusakan
sawar darah otak yang menyebabkan akumulasi abnormal zat
radioaktif.
5) Elektroensefagram (EEG) ; memeberi informasi mengenai
perubahan kepekaan neoron
6) Ekoensefalogram ; memberi informasi mengenai pergeseran
kandungan intra serebal.
9. Penatalaksanaan
Faktor –faktor prognostik sebagai pertimbangan penatalaksanaan:
1. Usia
2. General Health
3. Ukuran Tumor
4. Lokasi Tumor
5. Jenis Tumor
Langkah pertama pada pengobatan tumor otak ialah pemberian
kortikostreoid yang
11
bertujuan untuk memberantas edema otak. Pengaruh kortikostreoid
terutama dapat dilihat pada keadaan-keadaan seperti nyeri kepala yang
hebat, deficit motorik, afasia dan kesadaran yang menurun. Beberapa
hipotesis yang dikemukakan: meningkatkan transportasi dan reasirbsi
cairan serta memperbaiki permeabilitas pembuluh darah. Jenis
kortikostreoid yang dipilih yaitu glukokortikoid; yang paling banyak
dipakai ialah deksametason, selain itu dapat diberikan prednisone atau
prednisolon.Dosis deksametason biasa diberikan 4-20 mg intravena setiap
6 jam untuk mengatasi edema vasogenik (akibat tumor) yang
menyebabkan tekanan tinggi intracranial (Greenberg et al., 1999). Selain
itu terapi suportif yang dapat dilakukan yaitu IVFD RL XX tetes/menit
(makro), ceftriaxon vial 1 gram/12 jam, ranitidine ampul 1 gram/12 jam,
dexamethason 1 ampul/6 jam.
Untuk tumor otak metode utama yang digunakan dalam penatalaksaannya,
yaitu :
1) Pembedahan
Tumor jinak sering kali dapat ditangani dengan eksisi komplet
danpembedahan merupakan tindakan yang berpotensi kuratif,
untuk tumor primer maligna, atau sekunder biasanya sulit
disembuhkan.Pembedahan tumor biasanya harus melalui diagnosis
yang histologis terlebih dahulu.
2) Terapi Medikamentosa
a) Antikonvulsan untuk epilepsy
b) Kortikosteroid (dekstrametason) untuk peningkatan tekanan
intrakranial. Steroid juga dapat memperbaiki defisit neurologis
fokal sementara dengan mengobati edema otak
c) Kemoterapi diindikasikan pada beberapa kasus glioma, sebagai
ajuvan pembedahan dan radioterapi dengan pengawasan unit
spesialistik neuro onkologi.
3) Terapi Radiasi
Radioterapi konvensional menghantarkan radiasi menggunakan
akselerator linier. Dosis standar untuk tumor otak primer kurang
12
lebih 6.000 Gy yang diberikan lima kali seminggu selama 6
minggu. Untuk klien dengan tumor metastasis, dosis standar radiasi
kurang lebih 3.000 Gy. Dosis pasti akan bergantung pada
karakteristik tumor, volume jaringan yang harus diradiasi biasanya
diberikan dalam periode yang lebih pendek untuk melindungi
jaringan normal di sekitarnya. Bentuk lain dari terapi radiasi,
walaupun tidak dianggap konvensional dan belum tersedia luas,
adalah terapi radiasi partikel berat, radioterapi neutron cepat,
terapi fotodinamik, dan terapi tangkapan neutron boron.Walaupun
penggunaannya luas, terapi radiasi bukan tanpa konsekuensi
13
BAB 3
KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengkajian Subjektif
No Kategori Pertanyaan untuk riwayat Rasional
kesehatan
1. Apa keluhan utama klien? Hal yang sering menjadi alas
an klien untuk meminta
pertolongan kesehatan
Biasanya berhubungan
dengan peningkatan tekanan
intracranial dan adanya
Gangguan fokal,
sepertinyerikepalamuntah-
muntah, kejang,
danpenurunan
tingkatkesadaran(PurbaIdham
Muchlis,2014).
14
Salah satu factor penyebab
pertumbuhan tumor
otakadalah Pola hidup (life
style). Pola hidup tidak sehat
bisa menjadi penyebab
kanker/ tumor secara umum
misalnya ;merokok, makanan
kurang serat dan lain- lain.
Sedang melakukan terapi
penyakit yang berkaitan
dengan radia si juga
berpengaruh radiasi bahan
kimia bisa menjadi pemicu
tumbuhnya kanker/ tumor.
(Wh. Sastrosudarmo, 2010)
3. Apakah klien Kaji adanya riwayat nyeri
memilikiriwayatpenyakitdahulu? kealapa damasa sebelumnya.
Pengkajian riwayat
Ini dapat mendukung
pengkajian dari riwayat
sekarang dan merupakan data
Dasar untuk mengkaji lebih
jauh dan untuk memberikan
tindakan selanjutnya
(PurbaIdham Muchlis,2014).
Salah satu factor
penyebabpertumbuhan tumor
otak adalah Riwayat trauma/
benturan. Benturan di kepala
walaupun cidera kepala rigan
harus tetap diwaspada, karena
perubahan jaringan yang
terbentur bisa menjadi
penyebab tumbuhnya
jaringan abnormal di otak
(Wh. Sastrosudarmo, 2010)
15
(Purba Idham Muchlis,2014).
16
b. pengkajian Objektif
Kategori Temuan Pada Pengkajian Temuan Abnormal
Normal : <120/180
17
Prahipertensi : 120-139/80-89
18
terhadap stimulus. lanjut tingkat kesadarn
2. Penilaian GCS klien tumor intrakranial
1) Membuka Mata biasanya berkisar pada
a. Spontan (4) tingkat letargi, stupor, dann
b. Terhadap semikomatosa. Jika klien
rangsangan suara (3) sudah mengalami koma,
c. Terhadap nyeri (2) penilaian GCS sangat
d. Tidak ada (1) penting untuk menilai
2) Respon Verbal tingkat kesadaran klien dan
a. Orientasi baik (5) bahan evaluasi untuk
b. Orientasi terganggu pemantauan pemberian
(4) asuhan.
c. Kata-kata tidak jelas 2. Fungsi Serebral
(3) Pengkajian ini meliputi
d. Suara tidak jelas (2) status mental, fungsi
e. Tidak ada respon (1) intelektual, dan lobus
3) Respon motorik frontal.
a. Mampu bergerak (6) (1) Status mental :
b. Melokalisasi nyeri Observasi penampilan,
(5) tingkah laku, nilai gaya
c. Fleksi menarik (4) bicara, ekspresi wajah,
d. Fleksi abnormal (3) dan aktivitas motorik
e. Ekstensi (2) klien. Pada klien tumor
f. Tidak ada respon (1) intarkranial tahap lanjut
biasanya status mental
Penentuan Keparahan
klien menglami
a. Ringan : GCS 13-15. Sadar perubahan.
penuh, membuka mata bila (2) Fungsi intelektual :
di panggil. Dapat terjadi Didapatkan penurunan
kehilangan kesadaran atau dalam ingatan dan
amnesia tetapi kurang dari memori, baik jangka
30 menit dan disorientasi. pendek maupun jangka
19
Tidak ada fraktur tengkorak, panjang. Penurunan
tidak ada kontusia cerebral, kemampuan berhitung
hematoma. dan kalkulasi. Pada
b. Sedang : GCS 9-12. beberapa kasus klien
Kehilangan kesadaran, mengalami „brain
namun masih menuruti damage‟ yaitu kesulitan
perintah yang sederhana untuk mengenal
atau amnesia lebih dari 30 persamaan dan
menit tetapi kurang dari 24 perbedaan yang tidak
jam. Dapat mengalami begitu nyata.
fraktur tengkorak. (3) Lobus Frontal : Tumor
c. Berat : GCS 3-8. lobus frontalis memberi
Kehilangan kesadaran dan gejala perubahan
atau terjadi amnesia lebih menta, hemiparesis,
dari 24 jam. Juga meliputi ataksia, dan gangguan
kontusio serebral serebral, bicara.
laserasi atau hematoma 3. Pemeriksaan Nervus
intracranial. Dengan Karnial
perhitungan GCS sebagai (1) Nervus II ( Optikus) :
berikut: Gangguan lapang
(a) Eye : nilai 1 atau 2 pandang disebabkan
(b) Motorik : nilai 5 atau <5 lesi pada bagian
(c) Verbal : nilai 2 atau 1 tertentu dari lintasan
3. Pemeriksaan Saraf Karnial visual. Papiledema
1) Nervus II ( Optikus ) disebabkan oleh stasis
Fungsi : Sensorik vena yang
khusus melihat menimbulkan
Tujuan pemeriksaan : pembengkakan papila
a. Mengukur saraf optikus.
ketajaman (2) Nervus III
penglihatan / visus (Okulomotorius), IV
dan menentukan (Troklearis) dan dan VI
20
apakah kelaianan (Abdusen) : Adanya
pada visus kelumpuhan unilateral
disebabkan oleh atau b V. Pada ilateral
kelaianan okuler dari saraf VI
lokal atau kelaianan memberikan
syaraf. manifestasi pada suatu
b. Mempelajari tanda adanya
lapangan pandangan glioblastoma
c. Memeriksa keadaan multiformis.
papil optik (3) Nervus VIII
(Verstibulocochlearis) :
Cara pemeriksaan : Jika
Pada neorolema di
pasien tidak mempunyai
dapatkan adanya tuli
keluhan yang berhubungan
persepsi. Tumor lobus
dengan nervus II dan
temporalis
pemeriksa juga tidak
menyebabkan tinitus
mencurigai adanya
dan halusinasi
gangguan, maka biasanya
pendengaran yang
dilakukan pemeriksaan
mungkiin diakibatkan
nervus II , yaitu : Ketajaman
iritasi korteks
penglihatan dan Lapangan
pendengaran temporalis
pandangan
atau korteks yang
Bila ditemukan kelainan, berbatasan.
dilakuakn pemeriksaan yang (4) Nervus IX
lebih teliti. Perlu dilakukan (Glosofaringeal) dan X
pemeriksaan oftalmoskopik. (Vagus) : Kemampuan
21
Rektus superior dan m. renggangan atau
Rektus inferior, m perpindahan anggota tubuh
levator palpebra, serabut dari sikap aslinya dan
visero motorik hiperekstensibilitas,
mengurus m. Sfingter gangguan berpakaian
pupil dan m. Siliare 5. Gerakan Involunter
(lensa mata). Kejang umum
3) Nervus IV (Troklearis) 6. Sistem Sensorik
Fungsi : Somatomotorik Nyeri kepala bersifat
Menginervasi m. dalam, terus-menerus,
Obliqus superior. Kerja tumpul, dan kadang-kadang
otot ini menyebabkan hebat sekali. Nyeri ini
mata dapat dilirikkan ke paling hebat waktu pagi
bawah dan nasal. hari dan menjadi lebih
4) Nervus VI (Abdusen) hebat oleh aktivitas yang
Fungsi : Somatomotorik biasanya meningkatkan
Meninervasi m. Rektus tekanan intrakarnial, seperti
eksternus (lateralis). membungkuk, batuk, atau
Kerja mata ini mengejan pada waktu
menyebabkan lirik mata buang air besar.
ke arah temporal. Untuk
N. III, IV dan VI
fungsinya saling
berkaitan. Fungsinya
ialah menggerakkan otot
mata ekstra okuler dan
mengangkat kelopak
mata. Searbut otonom N
III, mengatur otot pupil.
5) Nervus VIII
(Verstibulocochlearis)
Fungsi : Sensorik
22
khusus pendengaran dan
keseimbangan
Cara Pemeriksaan syaraf
kokhlerais :
a. Ketajaman
pendengaran
b. Tes swabach
c. Tes Rinne
d. Tes weber
6) Nervus IX
(Glosofaringeal)
Fungsi :
Somatomotorik,
viseromotorik,
viserosensorik,
pengecapan,
somatosensorik
7) Nervus X (Vagus)
Fungsi :
Somatomotorik,
viseromotorik,
viserosensorik,
somatosensorik N IX
dan N X diperiksa
bersamaan. Cara
Pemeriksaan Fungsi
motorik :
a. Pasien disuruh
menyebutkan
aaaaaa. Perhatikan
kualitas suara
pasien, apakah
23
suaranya normal,
berkurang, serak
atau tidak sama
sekali.
b. Pasien disuruh
memakan makanan
padat, lunak dan
menelan air.
c. Perhatikan apakah
ada kesalahan telan /
tidak bisa menelan /
disfagia.
d. Pasien disuruh
membuka mulut.
e. Perhatikan palatum
mole dan faring,
perhatikan sikap
palatum mole, arkus
faring dan uvula
dalam keadaan
istirahat dan
bagaimana pula
waktu bergerak,
misalnya waktu
bernafas atau
bersuara. Abnormal
bila letaknya lebih
rendah terhadap
yang sehat.
24
Pencernaan B5 Perhatikan bentuk dan gerakan Mual dan muntah terjadi akibat
(Bowel) abdomen, auskultasi suara peningkatan tekanan intracranial
perut/peristaltik, dengarkan adanya sehingga menekan pusat muntah
gas, airan atau massa dalam perut pada otak. Gejala mual dan
palpasi ringn atau palpasi dalam muntah ini biasanya akan diikuti
untuk mengetahui bentuk, nyeri, dengan penurunan nafsu makan
benjolan, turgor, letak dan pada pasien. Kondisi mulut
konsisten organ dan striktur intra bersih dan mukosa lembab.
abdiminal
25
c. PemeriksaanLaboratorium
Tomografiterkomput tadanya tumor pada langkah awal membua tgambar tiga dimensi otak
lebih jelas
Magnetik) jelas dan sangat baik untuk gambar otak. Dengan tingkat akurasi
26
otak. Pemeriksaan fungsional MRI
diagnosis banding.
27
terbaik untuk orang dengan
2. Diagnosa keperawatan
1) Dx. Risiko perfusi serebral
2) Dx. Ketidakefektifan pola nafas
3) Dx. Nyeri kronis
4) Dx. Deficit nutrisi
5) Dx. Gangguan mobilitas fisik
6) Dx. Risiko cedera
28
3. Asuhan keperawatan
N Diagnosa keperawatan NOC NIC Rasional
o
1 Resiko perpusi Observasi 1. Mengetahui
serebral tidak efektif fungsi
A. Perpusi jaringan 1. Monitor kualitas dan
reticular
(D.0017) serebral karakteristik
aktivitas
B. Koagulasi darah gelombang TIK
system
29
1. Tumor otak 1. Tekanan dengan nilai otak
2. Cedera kepala intracranial standard 3. Mengkaji adanya
kembali normal perubahan pada tingkat
2. Sakit kepala yang kesadaran dan potensial
dirasakan peningkatan TIK dan
berkurang atau bermanfaat dalam
tidak terjadi Mandiri menentukan
3. Menunjukan lokasi,perluasan dan
1. Sesuaikan kepala
tingkat kesadaran perkembangan kerusakan
tempat tidur untuk
normal ssp
mengoptimalkan
perpusi serebral
1. Agar tidak menekan vena
jugularis dan menghambat
HE
aliran darah yang akan
1. Berikan informasi meningkatkan TIK
kepada pasien dan
keluarga/orang
1. Agar keluarga dapat
penting lainya
mengetahui kondisi dari
30
Kolaborasi klien
1. Beritahu dokter
untuk peningkatan 1. Agar mendapatkan
TIK yang tidak penanganan lebih terutama
bereaksi sesuai dalam peningkatan TIK
peraturan perawatan
31
Respirasi tindakan keperawatan meringankan sesak 2. Agar klien mampu
dalam waktu ... x24 jam nafas meringankan sesak nafas
diharapkan pola nafas 3. Monitor status 3. Agar klien dapat
Definisi : inspirasi tidak efektif pada pasien pernapasan dan mengontrol pernafasan dan
dan/atau ekspirasi yang teratasi dengan kriteria oksigenasi oksigenasi
tidak memberikan hasil : sebagaimana Mandiri :
ventilasi adekuat mestinya
1. Agar jalan nafas klien tetap
stabil
1. frekuensi Mandiri :
Gejala dan tanda 2. Untuk mengurangi dypsnea
pernapasan dalam 1. Pertahankan
mayor : yang dirasakan
kisaran normal kepatenan jalan
3. Untuk memfasilitasi
Subjektif : Dispnea 2. irama pernapasan nafas
pencocokan ventilasi
dalam kisaran 2. Posisikan pasien
Objektif : pola nafas dengan tepat
normal untuk mengurangi
abnormal (mis, 4. Untuk memaksimalkan
dyspnea
takipnea, bradipnea, ventilasi dengan posisi yang
3. Posisikan untuk
hiperventilasi, benar
memfasilitasi
kussmaul, cheyne-
pencocokan
stokes)
ventilasi/perfusi
32
dengan tepat Health education :
4. Posisikan pasien
Gejala dan tanda 1. Agar klien mengetahui
untuk
minor : teknik pernapasan dengan
memaksimalkan
mengerecuti bibir
Subjektif : - ventilasi
2. Agar klien mampu
Objektif : Health education :
melakukan teknik
menurun mengerucutkan
Kolaborasi :
2. tekanan bibir, dengan tepat
kondisi klinis
terkait : Kolaborasi :
1. cedera
kepala
2. depresi
33
system saraf
pusat
3 Nyeri Kronik MANAJEMEN NYERI MANAJEMEN NYERI
(D.0078)
1. Kontrol nyeri Observasi Observasi
Kategor : 2. Tingkat nyeri
1. Melakukan 1. Ini dilakukan untuk
Psikologis
pengkajian mengetahui kapasitansi dan
Subkategori : nyeri Tujuan : setelah dilakukan komprehensif lokasi dari nyeri yang
dan tindakan keperawatan mengenai nyeri klien dirasakan klien. Hal ini juga
dalam waktu …… X 24 yang meliputi bisa dijadikan data utama
jam diharapkan dapat lokasi,karakteristik, sebagai rujukan untuk
kenyamanan
Nyeri Kronik nyeri yang onset/durasi, penanganan selanjutnya
dirasakan berkurang, frekuensi, intensitas Mandiri
34
dengan onset 2. Melaporkan nyeri masa lalu yang 3. Dilakukan agar nyeri yang
mendadak atau lambat yang terkontrol meliputi riwayat dirasakan klien akan
dan berintensitas ringan 3. Klien mampu nyeri kronik berkurang
hingga berat yang mengenali individu atau 4. Agar klien dapat
berlangsung lebih dari serangan nyeri keluarga mengantisipasi secara
3 bulan. 4. Klien mampu 3. Meminimalkan mandiri apa saja aktivitas
melaporkan gejala faktor yang yang dapat memacu atau
nyeri menimbulkan nyeri meredakan nyeri
Gejala dan Tanda pada klien Health Education
Mayor: 4. Gali bersama pasien
5. Agar klien dapat melakukan
Subjektif faktor-faktor yang
pengontrolan nyeri secara
1. Mengeluh nyeri dapat menurunkan
mandiri serta teknik ini
2. Merasa depresi atau memberatkan
dapat menurunkan respons
(tertekan) nyeri
nyeri
Objektif Healt Education
6. Bertujuan agar lokasi,
1. Tampak 5. Mengajarkan frekuensi dan skala nyeri
meringis mengenai dapat di identifikasi secara
2. Gelisah managemen nyeri mandiri serta dapat
35
3. Tidak mampu (teknik distraksi mentolerir nyeri
menutaskan misalnya, napas 7. Istirahat yang cukup
aktivitas dalam) bertujuan agar tubuh
Gejala dan Tanda 6. Mengajarkan klien membentuk energy dan
Minor untuk memonitor regenerasi sel yang baru.
nyeri (respon yang Hal ini ditujukan agar
Subjektif
dialami oleh pasien energy yang diproses dapat
1. Merasa takut
sendiri dapat membantu reaksi tubuh
mengalami
diidentifikasi) untuk mengurangi nyeri
cedera berulang
7. Anjurkan untuk yang dirasakan.
Objektif
istirahat agar Kolaborasi
1. Bersikap
meminimalkan nyeri
protektif 8. Penurunan nyeri
Kolaborasi
2. Waspada menggunakan metode
3. Pola tidur 8. Berikan individu farmakologi dilakukan agar
berubah penurunan nyeriyang meminimalisir nyeri yang
4. Anoreksia optimal dengan dirasakan klien
5. Fokus resep analgesik 9. Bertujuan agar dapat
menyempit 9. Kolaborasi dengan memberikan obat analgesic
36
6. Berfokus pada tenaga kesehatan yang sesuai dengan kondisi
diri sendiri profesional klien dengan efek samping
mengenai analgesik yang minim
efektif untuk pereda MANAJEMEN PEMBERIAN
nyeri OBAT
Observasi
37
samping obat 12. Untuk mengetahui
12. Monitor respon keefektifan tingkat
terhadap perubahan perubahan pengobatan pada
pengobatan klien.
Mandiri
38
obat-obatan kondisi klien
Healt Education Health Education
39
Kategori : Fisiologis 2. Keparahan mual & vital pasien perubahan pada pasien
muntah 2. Monitor perubahan 2. agar dapat mengetahui
Subkategori : Nutrisi
berat badan pasien perubahan berat badan
dan cairan
sebelum dan setelah pasien
Setelah dilakukan
dialisis 3. untuk mengetahui jumlah
tindakan keperawatan
Definisi : asupan 3. monitor makanan dan cairan yg
dalam waktu ... x24 jam
nutrisi tidak cukup makanan/cairan yg dikonsumsi
diharapkan deficit nutrisi
untuk memenuhi dikonsumsi dan 4. untuk mengetahui status
pada pasien teratasi
kebutuhan metabolisme dengan kriteria hasil : hitung asupan kalori gizi klien
harian 5. untuk mengetahui jumlah
4. monitor status gizi kalori dan asupan makanan
Gejala dan tanda 1. Asupan kalori 5. monitor kalori dan yang diperlukan
mayor : sepenuhnya asupan makanan Mandiri :
40
Kondisi Klinis terkait frekuensi muntah yang akurat dan jumlh kalori dan jenis
: 4. Tidak ada lagi catat output (pasien) nutrisi yang dibutuhkan
intensitas muntah 2. tentukan status gizi klien
- Kanker
pasien dan
kemampuan (pasien)
Health education :
untuk memenuhi
kebutuhan gizi 1. agar klien dan keluarga
41
untuk membawa kelebihan volume cairan
makanan favorit
pasien sementara yg
berada dirumah sakit
3. anjurkan pasien
untuk memantau
kalori dan intake
makanan
Kolaborasi :
1. konsultasikan
dengan dokter jika
tanda-tanda dan
gejala kelebihan
volume cairan
menetap atau
memburuk
5 GANGGUAN 1. Pergerakan Terapi Latihan : Kontrol Observasi
MOBILITAS FISIK Otot
42
(D0054) Setelah dilakukanan Observasi 1. Mengetahui dan mengontrol
Kategori : Fisiologis tindakan keperawatan 1. Monitor emosi emosi pasien, kardiovaskuler,
Subkategori: selama ...x24 jam pasien, dan mengetahui respon
Aktivitas/Istirahat diharapkan resiko cedera kardiovaskuler, dan fungsional terhadap aturan
dapat teratasi dengan respon fungsional dalam latihan
Definisi Kriteria Hasil : terhadap protokol
Keterbatasan dalam latihan Mandiri
1. Keseimbangan
gerakan fisik dari satu 1. Agar pasien mampu dalam
tubuh klien tidak
atau lebih ekstermitas melaksanakan aktivitas yang
terganggu
secara mandiri diberikan
2. Koordinasi tidak Mandiri
2. Untuk mengetahui tentang
terganggu
Penyebab 1. Tentukan kesiapan jadwal perawatan yang
3. Gerakan otot klien
1. Penurunan kendali pasien untuk terlibat diberikan dan agar bisa
tidak terganggu
otot dalam aktivitas atau mengetahui efek dari terapi
Gerakan sendi tidak
2. Penurunan massa protokol latihan yang diberikan selama latihan
terganggu
otot 2. Urutkan aktivitas 3. Memeriksa perkembangan atau
3. Penurunan kekuatan perawatan harian resesi komplikasi. Mungkin
otot untuk meningkatkan perlu menunda latihan
4. Kekakuan sendi efek dari terapi penambahan dan tahan sampai
43
5. Gangguan latihan tertentu penyembuhan lebih lanjut
muskuloskeletal terjadi.
4. memudahkan pergerakan pasien
dalam melakukan latihan
Gejala dan tanda
3. Insiasi pengukuran 5. Ini membantu dalam melatih
mayor
kontrol nyeri kembali jalur neuron,
Subjektif sebelum memulai mempromosikan respons
latihan/aktivitas proprioception dan motor
1. Megeluh sulit
mengerakkan 6. latihan dengan berolahraga
44
minor 6. Bantu pasien untuk otot dalam tubuh dalam
untuk membuat keadaan kaku, sehingga perlu
Subjektif
ptokol latihan dilakukan pemanasan untuk
1. Nyeri saat bergerak [meningkatkan] melonggarkannya agar siap
2. Enggan melakukan kekuatan, ketahanan, melakukan kegiatan bertenaga
pergerakan kelenturan dan menghindari terjadinya
Objektif cedera, sedangkan pendinginan
45
pendinginan melakukan latihan pergerakan
sebelum dan sesudah secara mandiri
protokol latihan
Kolaborasi
46
1. Jelaskan protokol
dan rasionalisasi
latihan pada pasien
dan keluarga
Kolaborasi
1. Kolaborasikan
dengan ahli terapi
fisik, okupasional,
rekreasional, dalam
menngembangkan
dan menerapkan
program latihan,
sesuai kebutuhan
2. Kolaborasikan
dengan pemberi
perawatan dirumah
terkait protokol
47
latihan dan
kegiatann sehari hari
bahaya atau kerusakan Kriteria Hasil : menjadi salah satu yang dapat
3. Monitor durasi periode diidentifikasi dalam
fsik yang menyebabkan 1. Kontraksi ketidaksadaran dan penanganan kejang berulang
seseorang tidak lagi kekuatan otot pada karakteristiknya 4. Bertujuan untuk
sepenuhnya sehat atau klien tidak
dalam kondisi baik mengidentifikasi
terganggu 4.
48
2. Tegangan otot 5. Monitor tingkat obat perkembangan ataupun
Faktor Resiko : tidak terganggu obatan anti epilepsi penyimpangan hasil setelah
Ekternal 3. Keseimbangan dengan benar penggunaan obat
1. Terpapar patogen gerakan yang
2. Terpapar zat kimia dilakukan klien
Mandiri
toksik tidak terganggu
3. Terpapar agen 4. Klien dapat 1. Jalan nafas efektif harus
49
6. Hipoksia jaringan pada klien
7. Kegagalan 5. Untuk mengantisipasi berapa
3. Tetap disisi klien selama
mekanisme lama kejang klien apabila
klien mengalami kejang
pertahanan tubuh terjadi berulang
4. Orientasikan [pasien]
8. Malnutrisi 6. Untuk mengetahui lebih lanjut
kembali setelah kejang
9. Perubahan fungsi kelainan apasaja yang
psikomotor ditimbulkan selama kejang
perubahan fungsi 5. Catat lama kejang
50
pendengaran 1. Pemberian obat yang benar
6. Penyakit Parkinson bertujuan dalam mengurangi
Health Education
7. Hipotensi aktivitas kejang yang
8. Kelainan nervus 1. Pandu gerakan klien berkepanjangan, yang dapat
vestibularis untuk mencegah mengurangi suplai oksigen ke
9. Retradasi mental terjadinya cedera otak
2. Bertujuan untuk meningkatkan
kesembuhan klien
Kolaborasi
1. Berikan obat-obatan
dengan benar
51
2. Berikan obat anti kejang
dengan benar
52
4. WOC
53
BAB 4
Glioma atau tumor otak merupakan salah satu penyakit yang mematikan
dan diderita oleh banyak orang diseluruh dunia.Tumor otak adalah pertumbuhan
sel-sel abnormal di dalam atau disekitr organ otak. Tingkatan tumor otak terbagi
dari tingkat 1 hingga tingkat 4. Pengelompokan ini didasari oleh perilaku tumor
itu sendiri, seperti lokasi tumbuhnya tumor, kecepatan pertumbuhan dan cara
penyebarannya. Tumor otak yang tergolong jinak 1 dan 2. Sedangkan pada tingkat
3 dan 4, biasanya sudah berpotensi menjadi kanker dan sering disebut menjadi
kanker dan sering disebut sebagai tumor otak ganas atau kanker otak. Pada tahun
2016 lembaga kesehatan dunia World Health Organization (WHO) mencatat
sebanyak 6,2 juta penduduk dunia menderita tumor otak (glioma). Berdasarkan
kondisi tersebut perlu adanya pemeriksaan glioma dengan menggunakan alat yaitu
salah satunya Magnetic Resonance Imaging (MRI) yang kemudian hasil citra MRI
otak akan di analisis atau didiagnosis oleh seorang dokter ahli akan tetapi
terkadang hasil analisis dokter masih bersifat subjektif dan membutuhkan waktu
yang cukup lama.
Citra yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra MRI otak (normal
dan glioma). Tahapan-tahapan yang akan dilakukan yaitu perbaikan citra
(grayscale, cropping, adaptive histogram equalization, median filter), segmentasi
citra menggunakan threshold otsu, ekstraksi citra menggunakan transformasi
wavelet diskrit (Discrete Wavelet Transform) haar dengan fitur yang diambil
adalah energi, standar deviasi dan mean (rata-rata), kemudian klasifikasi
menggunakan ANN (backpropagation) yang akan di identifikasi kedalam dua
kelas yaitu Normal dan tumor otak (glioma). Berdasarkan hasil klasifikasi dari
backpropagation dengan struktur yang telah ditentukan yaitu 25 hidden layer,
level dekomposisi sebanyak 4, tingkat kesalahan MSE sebesar 0,0000999 dan
menghasilkan nilai akurasi terbaik sebesar 91,67%, sensitivitas sebesar 100%, dan
spesifitas sebesar 85,71%
54
BAB 5
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tumor otak adalah paling umum kedua pada anak-anak, dan
merupakan penyebab utama kematian akibat kanker pada masa kanak-
kanak.Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti,
walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor
yang perlu ditinjau, yaitu : herediter, sisa embrional, radiasi,virus,
subtansi-subtansi karsinogenek, cedera kepala.
B. Saran
Dengan adanya Asuhan Keperawatan ini, para perawat mampu
mengetahui pemeriksaan apa saja yang dapat dilakukan pada penderita
Tumor Otak dan mampu mengaplikasikannya dengan lancar.
55
Daftar Pustaka
https://Ejournal.ukrida.ac.id>article>down/Tumor Otak.file
56
5. Tidashi H, Fumiio Y, Tomoko O, dkk. 2018. Journal Evaluation
Of Ischemic Complications In Removal Of Glial Tumor. Jepang
https://doi.org/10.1093/neuonc/noy148.800
http://www.academia.edu/27325844/Asuhan_Keperawatan_klien_dengan_Tumor
_Otak_Glios blastoma_Meningioma_dan_Cerebral_Metastasw_
57