Muntah
Terdapat pada 30% kasus dan
umumnya meyertai nyeri kepala.
Lebih sering dijumpai pada tumor
di fossa posterior, umumnya
muntah bersifat proyektil dan tak
disertai dengan mual.
Kejang
Kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada
25% kasus, dan lebih dari 35% kasus pada stadium lanjut.
Diperkirakan 2% penyebab bangkitan kejang adalah tumor
otak. Perlu dicurigai penyebab bangkitan kejang adalah
tumor otak bila:
Bangkitan kejang pertama kali pada usia lebih dari 25 thn
Mengalami post iktal paralisis
Mengalami status epilepsi Resisten thd obat2 epilepsy
Bangkitan disertai dengan gejala tekanan tinggi
intrakranial lain
Gejala Tekanan Tinggi
Intrakranial (TTIK)
Berupa keluhan nyeri kepala di
daerah frontal dan oksipital yang
timbul pada pagi hari dan malam hari,
muntah proyektil dan penurunan
kesadaran. Pada pemeriksaan
diketemukan papil udem. Keadaan ini
perlu tindakan segera karena setiap
saat dapat timbul ancaman herniasi.
Selain itu dapat dijumpai parese N.VI
akibat teregangnya N.VI oleh TTIK.
Tumor-tumor yang sering
memberikan gejala TTIK tanpa
gejala-gejala fokal maupun
lateralisasi adalah meduloblatoma,
spendimoma dari ventrikel III,
haemangioblastoma serebelum, dan
craniopharingioma.
Gejala Berdasarkan Lokasi & Fungsi
Otak Yang Diserang
1. Masalah bicara
2. Metidakmampuan dalam Pola peran dan
berkomunikasi (kehilangan hubungan dengan
komunikasi verbal/ bicara sesama
pelo)
1. Adanya gangguan
Reproduksi seksualitas dan
dan penyimpangan seksualitas
seksualitas 2. Pengaruh/hubungan
penyakit terhadap seksualitas
1. Adanya perasaan
cemas,takut,tidak sabar ataupun
marah
2. Mekanisme koping yang biasa
digunakan
3. Perasaan tidak berdaya, putus asa Pola mekanisme
4. Respon emosional klien terhadap koping dan toleransi
status saat ini terhadap stres
5. Orang yang membantu dalam
pemecahan masalah
6. Mudah tersinggung
Sistem
Kepercayaan Apakah kegiatan ibadah
Agama yang terganggu
dianut
Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan peningkatan tekanan intrakranial,
pembedahan tumor, edema serebri.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
penekanan medula oblongata.
3. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial.
4. Resiko cedera berhubungan dengan vertigo sekunder
terhadap hipotensi ortostatik
5. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan
efek afasia pada ekspresi atau interpretasi.
6. Perubahan persepsi sensori perseptual berhubungan
dengan kerusakan traktus sensori dengan perubahan
resepsi sensori, transmisi, dan integrasi
7. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan efek kemoterapi dan
radio terapi
Diagnosa Keperawatan Pre-Op
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual, muntah dan tidak nafsu
makan / pertumbuhan sel-sel kanker
2. Nyeri kepala berhubungan dengan proses
pertumbuhan sel-sel kanker pada otak/mendesak otak.
3. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan
gangguan pergerakan dan kelemahan.
4. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan
dengan kerusakan sirkulasi serebral.
5. Gangguan harga diri berhubungan dengan
ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra diri
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan
penanganan penyakit berhubungan dengan
kurangnya informasi
7. Kecemasan berhubungan dengan rencana
pembedahan
Diagnosa Keperawatan Pre-Op
1. Nyeri yang berhubungan dengan efek
dari pembedahan
2. Gangguan harga diri berhubungan
dengan ketergantungan, perubahan
peran, perubahan citra diri.
3. Kurang pengetahuan tentang tumor
otak yang berhubungan dengan
ketidaktahuan tentang sumber informasi
4. Kecemasan yang berhubungan dengan
penyakit kronis dan masa depan yang
tidak pasti.
Intervensi
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan
tekanan intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri.
Tujuan : Perfusi jaringan membaik ditandai dengan tanda-tanda vital stabil.
Kriteria hasil :
Tekanan perfusi serebral >60mmHg, tekanan intrakranial <15mmHg,
tekanan arteri rata-rata 80-100mmHg
Menunjukkan tingkat kesadaran normal
Orientasi pasien baik
RR 16-20x/menit
Nyeri kepala berkurang atau tidak terjadi
Intervensi Rasional
1) Monitor secara berkala tanda dan gejala peningkatan TIK
Kaji perubahan tingkat kesadaran, orientasi, memori, periksa nilai
GCS
Kaji tanda vital dan bandingkan dengan keadaan sebelumnya
Kaji fungsi autonom: jumlah dan pola pernapasan, ukuran dan
reaksi pupil, pergerakan otot
Kaji adanya nyeri kepala, mual, muntah, papila edema, diplopia
kejang
2) Ukur, cegah, dan turunkan TIK
Pertahankan posisi dengan meninggikan bagian kepala 15-300,
hindari posisi telungkup atau fleksi tungkai secara berlebihan
Monitor analisa gas darah, pertahankan PaCO2 35-45 mmHg, PaO2
>80mmHg
Kolaborasi dalam pemberian oksigen
3) Hindari faktor yang dapat meningkatkan TIK
Istirahatkan pasien, hindari tindakan keperawatan yang dapat
mengganggu tidur Pasien
Berikan sedative atau analgetik dengan kolaboratif.
Mengetahui fungsi retikuler aktivasi sistem dalam batang otak, tingkat
kesadaran memberikan gambaran adanya perubahan TIK
Mengetahui keadaan umum pasien, karena pada stadium awal tanda vital
tidak berkolerasi langsung dengan kemunduran status neurologi
Respon pupil dapat melihat keutuhan fungsi batang otak dan pons
Merupakan tanda peningkatan TIK
Peninggian bagian kepala akan mempercepat aliran darah balik dari otak,
posisi fleksi tungkai akan meninggikan tekanan intraabomen atau
intratorakal yang akan mempengaruhi aliran darah balik dari otak
Menurunnya CO2 menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah
Memenuhi kebutuhan oksigen
Keadaan istirahat mengurangi kebutuhan oksigen
Mengurangi peningkatan TIK
2. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial.
Tujuan : Nyeri yang dirasakan berkurang atau dapat
diadaptasi oleh klien
Kriteria hasil :
Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang
atau dapat diadaptasi
Klien tidak merasa kesakitan.
Intervensi Rasional
1) Teliti keluhan nyeri: intensitas, karakteristik,
lokasi, lamanya, faktor yang memperburuk dan
meredakan.
2) Instruksikan pasien/keluarga untuk melaporkan nyeri
dengan segera jika nyeri timbul.
3) Berikan kompres dingin pada kepala.
4) Mengajarkan tehnik relaksasi dan metode distraksi
5) Kolaborasi analgesic
6) Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal
seperti ekspresi wajah, gelisah, menangis/meringis,
perubahan tanda vital.
3. Resiko cedera berhubungan dengan vertigo sekunder
terhadap hipotensi ortostatik.
Tujuan : Diagnosa tidak menjadi masalah aktual
Kriteria hasil :
Pasien dapat mengidentifikasikan kondisi-kondisi yang
menyebabkan vertigo
Pasien dapat menjelaskan metode pencegahan
penurunan aliran darah di otak tiba-tiba yang
berhubungan dengan ortostatik.
Pasien dapat melaksanakan gerakan mengubah
posisi dan mencegah drop tekanan di otak yang tiba-
tiba.
Menjelaskan beberapa episode vertigo atau pusing.
Intervensi
1) Kaji tekanan darah pasien saat pasien mengadakan
perubahan posisi tubuh.
2) Diskusikan dengan klien tentang fisiologi hipotensi
ortostatik.
3) Ajarkan teknik-teknik untuk mengurangi hipotensi
ortostatik
4. Kerusakan komunikasi verbal b.d efek afasia pada ekspresi atau
intepretasi.
Tujuan : Tidak mengalami kerusakan komunikasi verbal dan menunjukkan
kemampuan komunikasi verbal dengan orang lain dengan cara yang dapat
di terima.
Kriteria Hasil :
Pasien dapat mengidentifikasi pemahaman tentang masalah
komunikasi.
Pasien dapat membuat metode komunikasi dimana
kebutuhan dapat diekspresikan
Pasien dapat menggunakan sumber-sumber dengan tepat
Intervensi
1) Perhatikan kesalahan dalam komunikasi dan berikan umpan balik.
2) Minta pasien untuk menulis nama atau kalimat yang pendek. Jika tidak
dapat menulis, mintalah pasien untuk membaca kalimat yang pendek.
3) Berikan metode komunikasi alternative, seperti menulis di papan
tulis, gambar. Berikan petunjuk visual (gerakan tangan, gambar-
gambar, daftar kebutuhan, demonstrasi).
4) Katakan secara langsung dengan pasien, bicara perlahan, dan dengan
tenang. Gunakan pertanyaan terbuka dengan jawaban “ya/tidak”
selanjutnya kembangkan pada pertanyaan yang lebih komplek sesuai
dengan respon pasien.
5. Perubahan persepsi sensori perseptual berhubungan
dengan kerusakan traktus sensori dengan perubahan
resepsi sensori, transmisi, dan integrasi.
Tujuan : Pasien mampu menetapkan dan menguji
realitas serta menyingkirkan kesalahan persepsi sensori.
Kriteria hasil
Pasien dapat mengenali kerusakan sensori
Pasien dapat mengidentifikasi prilaku yang dapat
mengkompensasi kekurangan
Pasien dapat mengungkapkan kesadaran tentang
kebutuhan sensori dan potensial terhadap
penyimpangan.
Intervensi
1) Bantu pasien mengenali dan mengkompensasi
perubahan sensasi.
2) Berikan rangsang taktil, sentuh pasien pada area
dengan sensori utuh, missal : bahu, wajah, kepala.
3) Berikan tidur tanpa gangguan dan periode istirahat.
4) Pertahankan adanya respons emosional berlebihan,
perubahan proses berpikir, misal : disorientasi, berpikir
kacau.
6. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan efek kemoterapi dan radioterapi.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dengan adekuat
Kriteria hasil :
Antropometri: berat badan tidak turun (stabil)
Biokimia: albumin normal dewasa (3,5-5,0) g/dl Hb normal (laki-laki
13,5-18 g/dl, perempuan 12-16 g/dl)
Clinis: tidak tampak kurus, terdapat lipatan lemak, rambut tidak
jarang dan merah
Diet: klien menghabiskan porsi makannya dan nafsu makan bertambah
Intervensi
1) Kaji tanda dan gejala kekurangan nutrisi: penurunan berat badan,
tanda-tanda anemia, tanda vital
2) Monitor intake nutrisi pasien
3) Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.
4) Timbang berat badan 3 hari sekali
5) Monitor hasil laboratorium: Hb, albumin
6) Kolaborasi dalam pemberian obat antiemetik
TERIMA KASIH & God Bless