Anda di halaman 1dari 65

Asuhan Keperawatan

Pasien Tumor Otak


Dr. Mayer Derold Panjaitan, S.Kp., M.Kep
Pendahuluan

• Tumor otak merupakan penyebab kematian yang


kedua dari semua kasus kanker yang terjadi pada
pria berusia 20-39 tahun. Selama periode 2009-2013
terdapat 173 kasus.
• Dari 173 kasus secara keseluruhan diketahui bahwa
wanita lebih banyak terkena tumor otak dibanding
pria dengan perbandingan 1,8:1.
• Selain itu diketahui bahwa meningioma merupakan
tumor terbanyak dengan 100 kasus dari 173
kasus(57,8%) diikuti oleh astrositoma dengan 50
kasus (28,9%) dengan lokasi tumor terbanyak pada
frontal (30,1%).
 Penatalaksanaan tumor otak dapat melalui terapi
operasi jika obat-obatan antiedema otak tidak dapat
diberikan secara terus menerus, terapi konservatif
yang meliputi radioterapi, kemoterapi dan
imunoterapi.
 Radioterapi dilakukan untuk menghancurkan tumor
dengan dosis yang masih dapat diteleransi oleh
jaringan normal yang ditembusnya.
 Kemoterapi digunakan untuk tumor otak astrositoma,
glioblastoma dan astrositoma anaplastik beserta
variannya.
 Imunoterapi diguanakan jika terdapat gangguan
fungsi imunologi tubuh.
Defenisi
Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang
ditimbulkan karena ada desakan ruang baik jinak
maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen,
dan tengkorak. (Sylvia.A, 1995: 1030).
Tumor otak berasal dari jaringan neuronal,
jaringan otak penyokong, sistem retikuloendotelial,
lapisan otak, dan jaringan perkembangan residual,
atau dapat bermetastasis dari karsinoma sistemik
(Price & Wilson, 2006).
Tumor otak adalah neoplasma pada bagian
intracranial SSP. Tumor otak primer berasal dari
otak, sedangkan tumor otak sekunder merupakan
pindahan dari tempat asal lain.( Tucker, susan
martin, dkk.2007 )
Tumor otak merupakan salah satu tumor
susunan saraf pusat, baik ganas maupun tidak.
Tumor ganas disusunan saraf pusat adalah
semua proses neoplastik yang terdapat dalam
ruang intracranial atau dalam kanalis spinalis,
yang mempunyai sebagian atau seluruh sifat-
sifat proses ganas spesifik seperti yang berasal
dari sel-sel saraf di meningen otak, termasuk
juga tumor yang berasal dari sel penunjang
(neuroglia), sel epitel pembuluh darah, dan
selaput otak.(Batticaca, Fransisca.B. 2008)
Tumor otak adalah proliferasi
dan pertumbuhan tak
terkendali sel-sel di dalam
dan di sekitar jaringan otak.
Etiologi

Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui


secara pasti, walaupun telah banyak penyelidikan yang
dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :
1. Herediter
• Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga
jarang ditemukan kecuali pada meningioma, astrositoma
dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota
sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-
Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi
pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang
jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada
bukti-buakti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-
faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
Etiologi

2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)


• Bangunan-bangunan embrional berkembang
menjadi bangunan-bangunan yang mempunyai
morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam
tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari
bangunan embrional tertinggal dalam tubuh,
menjadi ganas dan merusak bangunan di
sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat
terjadi pada kraniofaringioma, teratoma
intrakranial dan kordoma.
3. Radiasi
 Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap
radiasi dan dapat mengalami perubahan degenerasi,
namun belum ada bukti radiasi dapat memicu
terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa
meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
4. Virus
 Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada
binatang kecil dan besar yang dilakukan dengan
maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam
proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini
belum ditemukan hubungan antara infeksi virus
dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
5. Substansi-substansi Karsinogenik
 Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah
lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa
ada substansi yang karsinogenik seperti
methylcholanthrone, nitroso- ethyl-urea. Ini
berdasarkan percobaan yang dilakukan pada
hewan.
6. Trauma
 Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya
meningioma (neoplasma selaput otak). Pengaruh
trauma pada patogenesis neoplasma susunan saraf
pusat belum diketahui.
PENYEBAB TUMOR
1. Diduga radiasi ionisasi pertumbuhan
tumor. Radiasi ionisasi adalah energi
radiasi tinggi yang menyebabkan
kerusakan pada molekul DNA, sehingga
menyebabkan mutasi yang menyebabkan
kanker.
2. Kebiasaan hidup berisiko :merokok dan
konsumsi alcohol.
3. Genetik dan hormonal, zat karsinogenik,
dan zat kimia tertentu (pestisida,
herbisida).
Klasifikasi
 Tumor otak dapat terjadi pada area
otak baik pada jaringan otak
maupun pada jaringan
pendukungnya. Seperti halnya jenis
tumor-tumor yang lain, pada tumor
otak ada yang berkembang sangat
cepat dan berkembang lambat.
 Tumor otak dikelompokkan menjadi
2 bagian yaitu Tumor otak primer
merupakan tumor yang asli berasal
dari jaringan otak dan Tumor otak
sekunder merupakan tumor otak
yang terjadi akibat metastase dari
bagian lain.
Schwannoma berasal dari sel Schwann
yang membungkus persarafan
Ependimoma berasal dari sel yang
membatasi bagian dalam otak
Meningioma berasal dari meningen
(jaringan yang melapisi bagian luar otak)
Adenoma berasal dari sel-sel kelenjar
Osteoma berasal dari struktur tulang pada
tengkorak
Hemangioblastoma berasal dari
pembuluh darah.
Tumor Otak Primer : Dari Dalam Otak
 Glioma berasal dari jaringan yang mengelilingi
dan menyokong sel-sel saraf, beberapa
diantaranya bersifat ganas
 Glioblastoma multiformis merupakan jenis
yang paling sering ditemukan
Astrositoma anaplastik, pertumbuhannya
sangat cepat
Astrositoma, pertumbuhannya lambat
 Oligodendroglioma
 Meduloblastoma, jarang terjadi, biasanya
menyerang anak-anak sebelum mencapai
pubertas
 Sarkoma dan adenosarkoma merupakan
kanker yang jarang terjadi, yang tumbuh dari
struktur selain sel saraf.
Patofisiologi

 Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik


progresif.
 Gangguan neurologik pada tumor otak biasanya
dianggap disebabkan oleh dua faktor : gangguan
fokal disebabkan oleh tumor dan kenaikan
tekanan intracranial.
 Gangguan fokal terjadi apabila terdapat
penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau
invasi langsung pada parenkim otak dengan
kerusakan jaringan neuron.
 Perubahan suplai darah akibat tekanan yang
ditimbulkan tumor yang bertumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak
 Peningkatan tekanan intrakranial : bertambahnya massa
dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan
perubahan sirkulasi cairan serebrospinal.
 Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan.
Obstruksi vena dan edema yang disebabkan oleh
kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan
kenaikan volume intracranial dan meningkatkan tekanan
intracranial.
 Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral
ke ruangan subaraknoid menimbulkan hidrosefalus.
 Perubahan fisiologi lain terjadi akibat peningkatan
intracranial yang cepat adalah bradikardia progresif,
hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi), dan
gangguan pernafasan.
Manifestasi Klinis
 Dapat berupa perubahan mental yang
ringan (psikomotor asthenia):
 Mudah tersinggung,
 Emosi,
 Labil, pelupa,
 Perlambatan aktivitas mental dan
sosial,
 Kehilangan inisiatif dan spontanitas,
 Ansietas dan depresi.
 Gejala ini berjalan progresif dan dapat
dijumpai pada 2/3 kasus.
Nyeri Kepala
 Diperkirakan 1% penyebab nyeri
kepala adalah tumor otak dan 30%
gejala awal tumor otak adalah nyeri
kepala. Gejala lanjut diketemukan
70% kasus. Adanya nyeri kepala
dengan psikomotor asthenia perlu
dicurigai tumor otak.

Muntah
 Terdapat pada 30% kasus dan
umumnya meyertai nyeri kepala.
Lebih sering dijumpai pada tumor
di fossa posterior, umumnya
muntah bersifat proyektil dan tak
disertai dengan mual.
Kejang
Kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada
25% kasus, dan lebih dari 35% kasus pada stadium lanjut.
Diperkirakan 2% penyebab bangkitan kejang adalah tumor
otak. Perlu dicurigai penyebab bangkitan kejang adalah
tumor otak bila:
 Bangkitan kejang pertama kali pada usia lebih dari 25 thn
 Mengalami post iktal paralisis
 Mengalami status epilepsi Resisten thd obat2 epilepsy
 Bangkitan disertai dengan gejala tekanan tinggi
intrakranial lain
Gejala Tekanan Tinggi
Intrakranial (TTIK)
 Berupa keluhan nyeri kepala di
daerah frontal dan oksipital yang
timbul pada pagi hari dan malam hari,
muntah proyektil dan penurunan
kesadaran. Pada pemeriksaan
diketemukan papil udem. Keadaan ini
perlu tindakan segera karena setiap
saat dapat timbul ancaman herniasi.
 Selain itu dapat dijumpai parese N.VI
akibat teregangnya N.VI oleh TTIK.
Tumor-tumor yang sering
memberikan gejala TTIK tanpa
gejala-gejala fokal maupun
lateralisasi adalah meduloblatoma,
spendimoma dari ventrikel III,
haemangioblastoma serebelum, dan
craniopharingioma.
Gejala Berdasarkan Lokasi & Fungsi
Otak Yang Diserang

Tumor pada Lobus Frontal:


- Perubahan perilaku dan kepribadian
- Penurunan kemampuan menilai sesuatu
- Penurunan daya penciuman
- Penurunan daya ingat
- Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh
- Penurunan fungsi mental/kognitif
- Penurunan penglihatan dan radang syaraf mata
Tumor pada Lobus Parietal:
- Penurunan kemampuan bicara
- Tidak bisa menulis
- Tidak mampu mengenali seseorang
- Kejang-kejang
- Disorientasi ruang
Tumor pada Lobus Temporal:
 Penurunan kemampuan
bicara
Tumor pada Lobus Oksipital:
 Kejang-kejang
 Kehilangan penglihatan
 Kadang tanpa gejala sama
pada salah satu atau
sekali
kedua belah mata
 Kejang-kejang
Tumor pada Fosa Posterior: Tumor pada Cerebello Pontin Angie:
- Gangguan berjalan - Gangguan pendengaran
- Nyeri kepala
- Muntah
Tumor pada Batang Otak:
 Perubahan perilaku dan emosional (lebih sensitif, mudah
tersinggung)
 Sulit bicara dan menelan
 Mengantuk
 Sakit kepala, terutama pada pagi hari
 Kehilangan pendengaran
 Kelemahan syaraf pada salah satu sisi wajah
 Kelemahan syaraf pada salah satu sisi tubuh
 Gerakan tak terkontrol
 Kehilangan penglihatan, kelopak mata menutup, juling, dll.
 Muntah
Tumor pada Selaput Otak:
- Sakit kepala
- Kehilangan pendengaran
- Gangguan bicara
- Inkontinensi (tidak mampu mengontrol buang air kecil/besar)
- Gangguan mental dan emosional (apatis, anarkis, dll)
- Mengantuk berkepanjangan
- Kejang-kejang
- Kehilangan penglihatan

Tumor pada Kelenjar Pituitary:


- Berhenti menstruasi (amenorrhea)
- Memproduksi air susu
- Impotensi
Tumor pada Hipotalamus:
- Gangguan perkembangan seksual pada anak-anak
- Kerdil
- Berhenti menstruasi (amenorrhea)
- Gangguan cairan dan elektrolit

Tumor pada Ventrikel:


- Hidrosefalus
- Leher kaku
- Kepala miring
- Nyeri kepala mendadak
- Penglihatan kabur
- Penurunan kesadaran
Diagnosis

 Bagi seorang ahli bedah saraf dalam menegakkan diagnosis


tumor otak adalah dengan mengetahui informasi jenis tumor,
karakteristiknya, lokasinya, batasnya, hubungannya dengan
system ventrikel, dan hubungannya dengan struktur vital otak
misalnya sirrkulus willisi dan hipotalamus. Selain itu juga
diperlukan periksaan radiologist canggih yang invasive
maupun non invasive.
 Pemeriksaan non invasive mencakup ct scan dan mri bila perlu
diberikan kontras agar dapat mengetahui batas-batas tumor.
 Pemeriksaan invasive seperti angiografi serebral yang dapat
memberikan gambaran system pendarahan tumor, dan
hungannya dengan system pembuluh darah sirkulus willisy
selain itu dapat mengetahui hubungan massa tumor dengan
vena otak dan sinus duramatrisnya yang vital itu.
 Untuk menegakkan diagnosis pada penderita yang
dicurigai menderita tumor otak yaitu melalui
anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologik yang
teliti, adapun pemeriksaan penunjang yang dapat
membantu yaitu CT-Scan dan MRI.
 Dari anamnesis kita dapat mengetahui gejala-
gejala yang dirasakan oleh penderita yang
mungkin sesuai dengan gejala- gejala yang telah
diuraikan di atas. Misalnya ada tidaknya nyeri
kepala, muntah dan kejang.
 Sedangkan melalui pemeriksaan fisik neurologik
mungkin ditemukan adanya gejala seperti edema
papil dan deficit lapangan pandang.
Komplikasi

Adapun komplikasi yang dapat kita


temukan pada pasien yang
menderita tumor otak ialah :
1. Gangguan fisik neurologis
2. Gangguan kognitif
3. Gangguan tidur dan mood
4. Disfungsi seksual
Diagnosa Penunjang

1. Rontgen tengkorak dan angiografi


2. Computed tomography (CT) scan
atau magnetic resonance imaging
(MRI)
3. Electroencephalogram (EEG). Tes
ini mengukur aktivitas listrik otak.
4. Pemeriksaan cairan cerebrospinal.
5. Biopsi jaringan. Bila ada dugaan
tumor ganas,, dipandu oleh CT
scan atau MRI.
Diagnosis Banding
Gejala yang paling sering dari tumor otak
adalah peningkatan tekanan intrakranial,
kejang dan tanda deficit neurologik fokal
yang progresif. Setiap proses desak ruang
di otak dapat menimbulkan gejala di atas,
sehingga agak sukar membedakan tumor
otak dengan beberapa hal berikut :
 Abses intraserebral
 Epidural hematom
 Hipertensi intrakranial benigna
 Meningitis kronik.
Penatalaksanaan

 Pilihan terapi tumor otak seperti halnya pada


kanker jenis lain, yaitu operasi, kemoterapi, dan
radioterapi.
 Obat-obatan lain untuk mengontrol gejala
termasuk obat untuk mengontrol edema otak
atau akumulasi cairan,
 Diuretik untuk mengurangi pembengkakan otak,
 Analgesik untuk mengurangi rasa sakit,
 Antasida untuk mengurangi stres ulkus
 Antikonvulsan untuk mengurangi kejang.
Therapi/Tindakan
1. Pembedahan
 Pembedahan dilaksanakan untuk menegakkan
diagnosis histologik dan untuk mengurangi efek akibat
massa tumor. Kecuali pada tipe-tipe tumor tertentu yang
tidak dapat direseksi.
 Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu
pembedahan tumor otak yakni: diagnosis yang tepat,
rinci dan seksama, perencanaan dan persiapan pra
bedah yang lengkap, teknik neuroanastesi yang baik,
kecermatan dan keterampilan dalam pengangkatan
tumor, serta perawatan pasca bedah yang baik,
 Berbagai cara dan teknik operasi dengan menggunakan
kemajuan teknologi seperti mikroskop, sinar laser,
ultrasound aspirator, bipolar coagulator, realtime
ultrasound yang membantu ahli bedah saraf
mengeluarkan massa tumor otak dengan aman.
CRANIOTOMY
 Craniotomy adalah perbaikan pembedahan,
reseksi atau pengangkatan pertumbuhan atau
abnormalitas didalam kranium ; terdiri atas
pengangkatan dan penggantian tulang tengkorak
untuk memberikan pencapaian pada struktur
intrakranial.
 Craniotomy adalah pengangkatan bagian dari
tulang tengkorak termasuk melakukan pembuatan
lubang dengan bor.
2. Radiotherapi
 Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya
tapi tidak jarang pula merupakan therapi
tunggal.Adapun efek samping : kerusakan kulit di
sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada
nervus atau otot pectoralis, radang tenggorkan.
3. Chemotherapy
 Jika tumor tersebut tidak dapat disembuhkan dengan
pembedahan, kemoterapi tetap diperlukan sebagai
terapi tambahan dengan metode yang beragam.
 Pada tumor-tumor tertentu seperti meduloblastoma
dan astrositoma stadium tinggi yang meluas ke
batang otak, terapi tambahan berupa kemoterapi dan
regimen radioterapi dapat membantu sebagai terapi
paliatif.
 Pemberian obat-obatan anti tumor yang sudah
menyebar dalam aliran darah.Efek samping :
lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan,
kerontokan membuat, mudah terserang penyakit.
4. Manipulasi hormonal.
 Biasanya dengan obat golongan
tamoxifen untuk tumor yang sudah
bermetastase
5. Terapi Steroid
 Steroid secara dramatis mengurangi
edema sekeliling tumor intrakranial,
namun tidak berefek langsung terhadap
tumor.
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
- Keluhan Utama
- RPS ( Riwayat Penyakit Saat ini )
- RPD ( Riwatay Penyakit Dahulu )
- Pemeriksaan Saraf Cranial
- Pemeriksaan Fisik
Masalah Keperawatan
 Gangguan perfusi cerebral
 Nyeri akut
 Resiko cidera
 Gangguan mobilitas fisik
 Ansietas
 Resiko kekurangan nutrisi
Konsep Dasar
Keperawatan Pengkajian
1. Riwayat keluarga tumor
2. erpapar radiasi berlebih.
3. Adanya riwayat masalah
Pola persepsi visual- hilang ketajaman
kesehatan dan penglihatan dan diplopia
pemeliharaan
4. Kecanduan Alkohol,
5. Perokok berat
6. Gangguan kepribadian /
halusinasi
1. Riwayat epilepsy
2. Nafsu makan hilang
3. Adanya mual, muntah
selama fase akut Pola
4. Kehilangan sensasi pada nutrisi
lidah, pipi dan tenggorokan metabolik
5. Kesulitan menelan
(gangguan pada refleks
palatum dan Faringeal)
Pola
Eliminasi

1. Perubahan pola berkemih dan


2. Buang air besar (Inkontinensia)
3. Bising usus negative
1. Gangguan tonus otot terjadinya
kelemahan otot,
Pola 2. Gangguan tingkat kesadaran
3. Resiko trauma karena epilepsy
Aktivitas 4. Hamiparase, ataksia
dan Latihan 5. Gangguan penglihatan
6. Merasa mudah lelah, kehilangan
sensasi (Hemiplefia)

Susah untuk beristirahat Pola tidur &


dan atau mudah tertidur Istirahat
1. Pusing
2. Sakit kepala
3. KelemahanTinitus, Afasia motorik
4. Hilangnya rangsangan sensorik
kontralateral
5. Gangguan rasa pengecapan,
penciuman dan penglihatan
6. Penurunan memori, pemecahan
masalah
7. kehilangan kemampuan
masuknya rangsang visual
8. Penurunan kesadaran sampai
dengan koma.
9. Tidak mampu merekam gambar
10.Tidak mampu membedakan
kanan/kiri
1. Perasaan tidak berdaya
dan putus asa Pola persepsi dan
2. Emosi labil dan kesulitan konsep diri
untuk mengekspresikan

1. Masalah bicara
2. Metidakmampuan dalam Pola peran dan
berkomunikasi (kehilangan hubungan dengan
komunikasi verbal/ bicara sesama
pelo)

1. Adanya gangguan
Reproduksi seksualitas dan
dan penyimpangan seksualitas
seksualitas 2. Pengaruh/hubungan
penyakit terhadap seksualitas
1. Adanya perasaan
cemas,takut,tidak sabar ataupun
marah
2. Mekanisme koping yang biasa
digunakan
3. Perasaan tidak berdaya, putus asa Pola mekanisme
4. Respon emosional klien terhadap koping dan toleransi
status saat ini terhadap stres
5. Orang yang membantu dalam
pemecahan masalah
6. Mudah tersinggung

Sistem
Kepercayaan Apakah kegiatan ibadah
Agama yang terganggu
dianut
Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan peningkatan tekanan intrakranial,
pembedahan tumor, edema serebri.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
penekanan medula oblongata.
3. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial.
4. Resiko cedera berhubungan dengan vertigo sekunder
terhadap hipotensi ortostatik
5. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan
efek afasia pada ekspresi atau interpretasi.
6. Perubahan persepsi sensori perseptual berhubungan
dengan kerusakan traktus sensori dengan perubahan
resepsi sensori, transmisi, dan integrasi
7. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan efek kemoterapi dan
radio terapi
Diagnosa Keperawatan Pre-Op
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual, muntah dan tidak nafsu
makan / pertumbuhan sel-sel kanker
2. Nyeri kepala berhubungan dengan proses
pertumbuhan sel-sel kanker pada otak/mendesak otak.
3. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan
gangguan pergerakan dan kelemahan.
4. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan
dengan kerusakan sirkulasi serebral.
5. Gangguan harga diri berhubungan dengan
ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra diri
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan
penanganan penyakit berhubungan dengan
kurangnya informasi
7. Kecemasan berhubungan dengan rencana
pembedahan
Diagnosa Keperawatan Pre-Op
1. Nyeri yang berhubungan dengan efek
dari pembedahan
2. Gangguan harga diri berhubungan
dengan ketergantungan, perubahan
peran, perubahan citra diri.
3. Kurang pengetahuan tentang tumor
otak yang berhubungan dengan
ketidaktahuan tentang sumber informasi
4. Kecemasan yang berhubungan dengan
penyakit kronis dan masa depan yang
tidak pasti.
Intervensi
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan
tekanan intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri.
Tujuan : Perfusi jaringan membaik ditandai dengan tanda-tanda vital stabil.
Kriteria hasil :
 Tekanan perfusi serebral >60mmHg, tekanan intrakranial <15mmHg,
tekanan arteri rata-rata 80-100mmHg
 Menunjukkan tingkat kesadaran normal
 Orientasi pasien baik
 RR 16-20x/menit
 Nyeri kepala berkurang atau tidak terjadi
Intervensi Rasional
1) Monitor secara berkala tanda dan gejala peningkatan TIK
 Kaji perubahan tingkat kesadaran, orientasi, memori, periksa nilai
GCS
 Kaji tanda vital dan bandingkan dengan keadaan sebelumnya
 Kaji fungsi autonom: jumlah dan pola pernapasan, ukuran dan
reaksi pupil, pergerakan otot
 Kaji adanya nyeri kepala, mual, muntah, papila edema, diplopia
kejang
2) Ukur, cegah, dan turunkan TIK
 Pertahankan posisi dengan meninggikan bagian kepala 15-300,
hindari posisi telungkup atau fleksi tungkai secara berlebihan
 Monitor analisa gas darah, pertahankan PaCO2 35-45 mmHg, PaO2
>80mmHg
 Kolaborasi dalam pemberian oksigen
3) Hindari faktor yang dapat meningkatkan TIK
 Istirahatkan pasien, hindari tindakan keperawatan yang dapat
mengganggu tidur Pasien
 Berikan sedative atau analgetik dengan kolaboratif.
 Mengetahui fungsi retikuler aktivasi sistem dalam batang otak, tingkat
kesadaran memberikan gambaran adanya perubahan TIK
 Mengetahui keadaan umum pasien, karena pada stadium awal tanda vital
tidak berkolerasi langsung dengan kemunduran status neurologi
 Respon pupil dapat melihat keutuhan fungsi batang otak dan pons
 Merupakan tanda peningkatan TIK
 Peninggian bagian kepala akan mempercepat aliran darah balik dari otak,
posisi fleksi tungkai akan meninggikan tekanan intraabomen atau
intratorakal yang akan mempengaruhi aliran darah balik dari otak
 Menurunnya CO2 menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah
 Memenuhi kebutuhan oksigen
 Keadaan istirahat mengurangi kebutuhan oksigen
 Mengurangi peningkatan TIK
2. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial.
Tujuan : Nyeri yang dirasakan berkurang atau dapat
diadaptasi oleh klien
Kriteria hasil :
 Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang
atau dapat diadaptasi
 Klien tidak merasa kesakitan.
Intervensi Rasional
1) Teliti keluhan nyeri: intensitas, karakteristik,
lokasi, lamanya, faktor yang memperburuk dan
meredakan.
2) Instruksikan pasien/keluarga untuk melaporkan nyeri
dengan segera jika nyeri timbul.
3) Berikan kompres dingin pada kepala.
4) Mengajarkan tehnik relaksasi dan metode distraksi
5) Kolaborasi analgesic
6) Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal
seperti ekspresi wajah, gelisah, menangis/meringis,
perubahan tanda vital.
3. Resiko cedera berhubungan dengan vertigo sekunder
terhadap hipotensi ortostatik.
Tujuan : Diagnosa tidak menjadi masalah aktual
Kriteria hasil :
 Pasien dapat mengidentifikasikan kondisi-kondisi yang
menyebabkan vertigo
 Pasien dapat menjelaskan metode pencegahan
penurunan aliran darah di otak tiba-tiba yang
berhubungan dengan ortostatik.
 Pasien dapat melaksanakan gerakan mengubah
posisi dan mencegah drop tekanan di otak yang tiba-
tiba.
 Menjelaskan beberapa episode vertigo atau pusing.
Intervensi
1) Kaji tekanan darah pasien saat pasien mengadakan
perubahan posisi tubuh.
2) Diskusikan dengan klien tentang fisiologi hipotensi
ortostatik.
3) Ajarkan teknik-teknik untuk mengurangi hipotensi
ortostatik
4. Kerusakan komunikasi verbal b.d efek afasia pada ekspresi atau
intepretasi.
Tujuan : Tidak mengalami kerusakan komunikasi verbal dan menunjukkan
kemampuan komunikasi verbal dengan orang lain dengan cara yang dapat
di terima.
Kriteria Hasil :
 Pasien dapat mengidentifikasi pemahaman tentang masalah
komunikasi.
 Pasien dapat membuat metode komunikasi dimana
kebutuhan dapat diekspresikan
 Pasien dapat menggunakan sumber-sumber dengan tepat
Intervensi
1) Perhatikan kesalahan dalam komunikasi dan berikan umpan balik.
2) Minta pasien untuk menulis nama atau kalimat yang pendek. Jika tidak
dapat menulis, mintalah pasien untuk membaca kalimat yang pendek.
3) Berikan metode komunikasi alternative, seperti menulis di papan
tulis, gambar. Berikan petunjuk visual (gerakan tangan, gambar-
gambar, daftar kebutuhan, demonstrasi).
4) Katakan secara langsung dengan pasien, bicara perlahan, dan dengan
tenang. Gunakan pertanyaan terbuka dengan jawaban “ya/tidak”
selanjutnya kembangkan pada pertanyaan yang lebih komplek sesuai
dengan respon pasien.
5. Perubahan persepsi sensori perseptual berhubungan
dengan kerusakan traktus sensori dengan perubahan
resepsi sensori, transmisi, dan integrasi.
Tujuan : Pasien mampu menetapkan dan menguji
realitas serta menyingkirkan kesalahan persepsi sensori.
Kriteria hasil
 Pasien dapat mengenali kerusakan sensori
 Pasien dapat mengidentifikasi prilaku yang dapat
mengkompensasi kekurangan
 Pasien dapat mengungkapkan kesadaran tentang
kebutuhan sensori dan potensial terhadap
penyimpangan.
Intervensi
1) Bantu pasien mengenali dan mengkompensasi
perubahan sensasi.
2) Berikan rangsang taktil, sentuh pasien pada area
dengan sensori utuh, missal : bahu, wajah, kepala.
3) Berikan tidur tanpa gangguan dan periode istirahat.
4) Pertahankan adanya respons emosional berlebihan,
perubahan proses berpikir, misal : disorientasi, berpikir
kacau.
6. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan efek kemoterapi dan radioterapi.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dengan adekuat
Kriteria hasil :
 Antropometri: berat badan tidak turun (stabil)
 Biokimia: albumin normal dewasa (3,5-5,0) g/dl Hb normal (laki-laki
13,5-18 g/dl, perempuan 12-16 g/dl)
 Clinis: tidak tampak kurus, terdapat lipatan lemak, rambut tidak
jarang dan merah
 Diet: klien menghabiskan porsi makannya dan nafsu makan bertambah
Intervensi
1) Kaji tanda dan gejala kekurangan nutrisi: penurunan berat badan,
tanda-tanda anemia, tanda vital
2) Monitor intake nutrisi pasien
3) Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.
4) Timbang berat badan 3 hari sekali
5) Monitor hasil laboratorium: Hb, albumin
6) Kolaborasi dalam pemberian obat antiemetik
TERIMA KASIH & God Bless

Anda mungkin juga menyukai