Anda di halaman 1dari 19

7

BAB II

TINJAUAN TEORI

Pada bab ini penulis akan menguraikan tinjauan teori asuhan keperawatan pada klien

dengan Tumor Otak meliputi pengertian patofisiologi penatalaksanaan, pengkajian,

diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

A. Pengertian

Tumor otak atau tumor intracranial adalah neoplasma atau proses desak ruang (space

occupying lesion atau space taking lision) yang timbul didalam rongga tengkorak

baik dalam kompartemen supratentotrial maupun infratentotrial. (Satyanegara 2015).

Tumor otak merupakan salah satu tumor susunan saraf pusat, baik ganas maupun

tidak. Tumor ganas disusunan saraf pusat adalah semua proses neoplastik yang

terdapat diruang intrakranial atau dalam kanalis spinalis, yang mempunyai sebagian

atau seluruh sifat-sifat proses ganas spesifik seperti yang berasal dari sel-sel saraf di

meningen otak termasuk juga tumor yang berasal dari sel penunjang(neuroglia), sel

epitel pembuluh darah, selaput otak. (Padmosantjojo, 2002).

Tumor otak adalah lesi intrakranial lokal yang menempati ruang didalam tengkorak.

Tumor otak promer berasal dari sel dan stuktur didalam otak. Tumor sekunder atau

mestastasik, terbentuk dari struktur-struktur di luar otak (paru, payudara, pankreas,

ginajal, dan kulit). (Susan C. Smeltzer 2012).

7
8

Tumor otak atau glioma adalah sekelompok tumor yang timbul dalam sistem saraf

pusat dan dapat dijumpai beberapa derajat diferensiasi glia (Liau, 2001). Apabila sel-

sel tumor berasal dari jaringan otak orgam-organ lain disebut tumor otak metastasis

Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Tumor otak adalah

pertumbuhan abnormal primer atau mestastasis atau berasal dari perkembangan yang

terjadi didalam otak atau struktur yang mendukung.

B. Patofisiologi

Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis progresif yang disebabkan oleh dua

faktor gangguan fokal oleh tumor dan kenaikan tekanan intrakranial (TIK).

Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan infiltrasu

atau nyaris langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan meuron.

Perubahan suplai idara akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh

menyebabkan nekrosis jaringan otak. Akibatkan terjadi kehilangan fungsi secara akut

dan dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer. Serangan kejang

sebagai manisfestasi perubahan kepekaan neuron akibat kompresi, invasi, dan

perubahan suplay darah kedalam jaringan otak. Peningkatan TIK dapat diakibatkan

oleh beberapa faktor seperti bertambahnya massa dalam tengkorak, edema sekitar

timor, dan perubahan diduga disebabkan oleh perbedaan tekanan osmosis yang

menyebabkan penyerapan cairan tumor. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan

oleh keruskan swar di otak menimbulkan peningkatan volume intrakranial dan

meningkatkan TIK.
9

Peningkatan TIK membahayakan jiwa jika terjadi dengan cepat. Me. Kenaikan

tekanan yang tidak diatasi akan mengakibatkan herniasi unkus serebellum. Herniasi

unkus timbul jika girus medialis lobus temporalis bergeser ke inferior melalui

insisura tentorial karena adanya masssa dalam hemister otak. Herniasi menekan saraf

otak ke 3, pada herniasi cerebellum, tinsil serebellum tergeser ke bawah melalui

foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medula oblongata dan

terhentinya pernapasan terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis lain yang terjadi

akibat peningkatan intakranial yang cepat adalah bradikardia progresif, hipertensi

sistemik, dan gangguan pernapasan kanisme kompresi memerlukan waktu berhari-

hari atau berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna

apabila tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme kopensasi ini meliputi volume

darah intrakranial, volume CSS, kandungan cairan intrasel, dan mengurangi sel-sel

parenkim otak.

Gejala klinis gejala pada tumor otak dikenal dengan trias klosis tumor otak, yaitu :

nyeri kepala, nyerikepala merupakan gejala tersering, dapat bersifat dalam, terus

menerus tumbuh, dan kadang-kadang hebat sekali. Nyeri paling berat yaitu pada pagi

hari dan lebih hebat pada saat beraktivitas sehingga dapat meningkatkan TIK pada

saat membungkuk, batuk, dan mengejan pada saat bab. Nyeri kepala dpat berkurang

bila diberi aspirin dan kompres air dingin di daerah yang sakit. Lokasi yang sering

menimbulkan nyeri terjadi di 1/3 daerah tumor dan 2/3 di dekat atau diatas timor.

Yang kedua ada mual dan muntah. Mual (nausea) dan muntah (vomit) terjadi sebagai

akibat rangsangan pusat muntah pada medula oblongata. Sering terjadi pada anak-

anak dan berhubungan dengan peningkatan TIK yang disertai pergeseran batang

otak. Muntah dapat terjadi tanpa didahului mual dan proyektil. Yang ketiga
10

papiledema yaitu disebabkan oleh stres vena yang menimbulakan pempengkakan

papila saraf optikus. Bila terjadi pada pemeriksaan oftalmoskopi (funduskopi), tanda

ini mengisyaratkan terjadi kenaikan TIK. Kadang disertai gangguan penglihatan,

termasuk pembesaran bintik buta dan amaurosis fugaks (saat-saat dimana

penglihatan mulai berkurang).

Faktor penyebab atau etiologi dari tumor otak hingga saat ini belum diketahui secara

pasti, walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor

yang perlu ditinjau yaitu: perta herediter riwayat tumor otak dalam satu anggota

keluarga jarang ditemukan kecuali meningioma, astrositoma, neurofibroma, dapat

dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga. Skleosis tuberculose atau penyakit

struge-weber yang dapat dianggap sebagai menisfestasi pertumbuhan baru,

memperlihatkan faktor yang famillia yang jelas. Selain jenis jenis neoplasma tersebut

tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk memikirkan adanya faktro-faktor hereditas

yang kuat pada neoplasma. Yang kedua sisa-sisa selembrional (embrionic cell rest)

bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan bangunan yang

mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya

sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan

bangunan embrional tertinggal dalam tubuh menjadi gana dan merusak bangunan

disekitar. Perkembangan abnormal itu dapat menjadi faktor pada kraniofaringioma,

teratoma intrakranial dan kardoma. Yang ke tiga radiasi. Radiasi jaringan dalam

sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan degenerasi,

namun belum ada bukti radiasi dapt memicu terjadinya glioma. Pernah dilaporkan

bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi. Yang empat yaitu virus

banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
11

dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses

terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara

infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat. Yang kelia adalah

substansi-substansi karsinogenik penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah

lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik

seperti methylclolanthorone, nitro-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang

dilakukan pada hewan.

Klasifikasi jenis tumor ganas susunan saraf pusat terdiri atas tumor ganas primer dan

tumor metastasis. Tumor ganas primer seperti astrosistroma, astrobiastoma,

oligodendroglioma, mixedglioma, epindioma, tumor pleksus khoroid, gliosarkoma,

meduloblastoma, dan limfoma serebral. Tumor metastasis adalah tumor yang berasal

dari manapun dari bagain tubuh yang umumnya terdapat ekstradural dalam kanalis

spinalis, karena penyebaran hematogen ke arah pleksus venosus peridural dan vena

vena di dalam pelvis, dinding rongga thoraks, dalam toraks, dan daerah leher

(Patmosantjojo, 2002). Tumor serebellum merupakan salah satu tumor intrinsik

posterior yang pada organ dewasa merupakan tumor metastasis tersering di hemister

serebellum lokal primer sesuai dengan lesi supratentorial (Saanin, 2002). Tumor ini

merupakan tumor metastasis 80% dan tumor ganas primer >90%pada anak terdapat

dalam ruang intrakranial tindakannnya adalah dengan kraniektomy.

Komplikasi dari tumor otak yaitu kemampuan kognitif dan logika yang lemah,

kehilangan ingatan masalah dalam penglihatan, pendengaran, bau atau ucapan karena

kerusakan saraf koma stroke, lemah di lengan dan kaki, paraplegia gangguan
12

hormonal, kebocoran cairan cerebrospinal kejang, meningitis , infeksi gangguan pada

kandung kemih dan usus, pneumonia, perubahan kepribadian.

C. Penatalaksanaan

Pemilihan terapi ditentukan oleh tipe dan letak tumor. Kombinasi terapi sering

dilakukan misalnya radiasi dengan pembedahan, atau kemoterapi. Pembedahan

intrakranial pada umumnya dilakukan untuk seluruh tioe kondisi patologi dari tumor

untuk mengurangi tekanan intrakranial dan mengangkat tumor. Pembedahan ini

dilakukan melalui pembukaan tengkorak yang disebut craniotomy. Obat-obatan yang

sering diberikan meliputi : kortikostreroid, antikolvusi, antasid dan laxatives.

1. Penatalaksanaan Medis

a. Terapi operatif

Eksis tumor dengan cara operasi dapat dilakukan dengan beberapa tehnik antara lain:

intralesional atau intrakapsuler. Teknik ini dilakukan dengan eksisi/kuretase tumor,

tudaj dianjurkan pada tumor ganas dan biasanya dilakukan pada kelompok low grade

tumor, misalnya giant cell tumor, eksisi marginal, adalah pengeluaran tumor diluar

dari kapsulnya. Tehnik ini terutama dilakukan pada tumor jinak atau tumor ganas

jenis low garade malignancy, eksisi luas (eksisi en-bloc). Pada eksisi luar, tumor

dikeluarkan secara utuh disertai jaringan disekitar tumor yang berupa pseudokapsul

atau jaringan yang bereaksi diluar. Tindakan eksisi luas dilakukan pada tumor ganas

dan biasanya dikombinasi dengan pemberian kemoterapi atau radioterapi pada

pre/pascaoperasi, operasi radikal. Operasi radikal dilakukan seperti pada eksisi luas

dan ditambah dengan pengeluaran seluruh tulang serta sendi dan jaringan sebagai

suatu bagian yang utuh. Cara ini biasanya berupa amputasi anggota gerak di atasnya
13

dan disertai pengeluaran sendi atasnya. Dengan staging yang tepat serta pemberian

kemoterapi untuk mengontrol penyebaran tumor, tindakan amputasi dapat

dihindarkan dengan suatu teknik yang disebut limbsparin surgery (limb-saving

procedure) yaitu berupa eksisi yang luas disertai dengan penggantian anggota gerak

dengan mempergunakan bone graft atau protesis yang disesuaikan dengan anggota

gerak tersebut yang dibuat khusus secara individu.

b. Radioterapi

Radiasi dengan energi tinggi merupakan suatu cara eradikasi tumor gans radiosensitif

dan dapat juga sebagain tindakan awal sebelum tindakan operasi dilakukan.

Kombinasi radioterapi dapat diberikan dengan kemoterapi. Radioterapi dilakukan

pada keadaan-keadaan yang in operable misalnya adanya metastasis keadaan local

yang tidak memungkinkan untuk tindakan operasi.

c. Kemoterapi

Kemoterapi merupakan pengobatan tambahan. Obat-obatan yang dipergunakan

adalah metotreksat, adriamsin, siklofosfamid, vinkristin, sisplatinum, pemberian

kemoterapi biasanya dilakukan pada pre/pasca operasi.

2. Penatalaksanaan Keperawatan

1. Memperhatikan kesehatannya Hal pertama yang harus Anda lakukan untuk

merawat pasien kanker adalah selalu memperhatikan kesehatannya. Seperti

memberikan jadwal waktu minum obat, memberikan mereka waktu istirahat yang

cukup, menejemen nyeri, dan olahraga yang cukup yang juga harus memberikan

instruksi tentang olah raga yang berguna untuk pasien kanker, atau juga bisa
14

melakukan olahraga yang sesuai dengan jenis kanker yang di anjurkan dokter.

Menganjurkan makanan untuk penderita kanker secara rutin seperti buah-buahan,

sayuran yang sehat.

2. Berikan rasa nyaman dan rileks

Sudah sepatutnya jika pasien kanker dirawat dengan baik, menganjurkan klien

istirahat yang cukup ciptakan suasana yang nyaman yang berguna untuk merelaksasi

tubuh untuk merilekskan fikiran. mendengarkan musik-musik favoritnya, dan banyak

lagi lainnya yang harus merawat pasien kanker agar mereka selalu merasa tidak di

asingkan dan merasa selalu ada banyak orang yang peduli dengannya.

3. Berikan didikan untuk pasien

Bagi Anda yang saat ini merawa pasien kanker hal yang terakhir yang harus Anda

lakukan adalah memahami karakter dari pasien, hal ini bertujuan agar anda bisa

memberikan didikan untuk pasien agar tidak mudah depresi atau juga frustasi.

Ceritakan tentang orang-orang yang telah mengidap penyakit kanker yang bisa

sembuh dengan menjalani berbagi pengobatan dan juga selalu tenang tanpa memiliki

beban fikiran.

3. Pemeriksaan diagnostik / laboratorium

a. Arterigrafi atau Ventricolugram : untuk mendeteksi kondis patologi pada sistem

ventrikel dan cisterna..

b. CT Scan dasar menentukan diagnose.

c. Radiogram : memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur,

penebalan, klasifikasi, posisi kelenjar pinelal yang mengapur, dan posisi silatursika.
15

d. Sidik otak radioaktif : memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat

radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang

menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif.

e. Elektroensefalogram (EEG): memberi informasi mengenai perubahan kepekaan

neuron.

f. Ekoensefalogram : memberi informasi mengenai pergeseran kandungan intra

serebral.

D. Pengkajian

Pengajian riwayat keperawatan : riwayat mengalami cedera kepala sebelumnya,

riwayat menderita infeksi susunan saraf pusat, keluhan sakit kepala menahun,

muntah pada saat bangun tidur tanda disertai nausea, penglihatan ganda, penurunan

secara akut penglihatan dan penurunan lapang pandang

Pengkajian pemeriksaan fisik : penurunan kesadaran stupor atau koma : pupil

melebar, atau pinpoint dan tidak bereaksi terhadap cahaya, palilledema kelemahan

saraf kranial VI: penurunan kekuatan motorik, hemiparesisi/ hemiplagia

ketidakmampuan mengikuti intruksi, diorientasi, keterbatasan menerima sensasi.

Pengkaian psikososial : usia, jenis kelamin, perekjaan, peran, tanggung jawab,

strategi koping yang biasa digunakan, kecemasan, ketakutan, penerimaan kondisi.

Pengkajian pengetahuan klien atau keluarga : pre dan post operasi : prognosis dan

kemungkinan antisipsidengan hal-hal yang biasa terjadi. Pemeriksaan susunan saraf

pusat yaitu :
16

1. Saraf I (Nervus Olfaktorius)

Nervus Olfaktorius adalah jenis saraf sensoris. Fungsinya adalah untuk menerima

rangsang dari hidung dan menghantarkannya ke otak untuk diproses sebagai sensasi

bau.

2. Saraf II (Nervus Optikus)

Nervus Optikus adalah jenis saraf sensoris. Fungsinya adalah untuk menerima

rangsang dari mata lalu menghantarkannya ke otak untuk diproses sebagai persepsi

visual (penglihatan).

3. Saraf III (Nervus Occulomotorius)

Merupakan saraf gabungan, yaitu jenis saraf sensoris dan motoris, tetapi sebagian

besar terdiri dari saraf motoric. Serabut sensorik membawa informasi indera otot

(kesadaran perioperatif) dari otot mata yang terinervasi ke otak. Fungsinya adalah

untuk menggerakkan sebagian besar otot bola mata.

4. Saraf IV (Nervus Trochlearis)

Merupakan saraf gabungan , tetapi sebagian besar terdiri dari saraf motorik dan

merupakan saraf terkecil dalam saraf kranial. Fungsinya adalah untuk menggerakkan

beberapa otot bola mata.

5. Saraf V (Nervus Trigeminus).

Saraf cranial terbesar, merupakan saraf gabungan tetapi sebagian besar terdiri dari

saraf sensorik. Bagian ini membentuk saraf sensorik utama pada wajah dan rongga

nasal serta rongga oral.

6. Saraf VI (Nervus Abdusen)

Merupakan saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari saraf motorik. Serabut

sensorik membawa pesan proprioseptif dari otot rektus lateral ke pons. Fungsinya

adalah untuk melakukan gerakan abduksi mata.


17

7. Saraf VII (Nervus Fasialis)

Merupakan saraf gabungan. Meuron motorik terletak dalam nuclei pons. Neuron ini

menginervasi otot ekspresi wajah, termasuk kelenjar air mata dan kelenjar saliva.

Neuron sensorik membawa informasi dari reseptor pengecap pada dua pertiga bagian

anterior lidah. Fungsinya adalah :

a. Sensorik untuk menerima rangsang dari bagian anterior lidah untuk diproses di

otak sebagai persepsi rasa

b. Motorik untuk mengendalikan otot wajah untuk menciptakak ekspresi

wajah

8. Saraf VIII (Nervus Vestibulocochlearis)

Hanya terdiri dari saraf sensorik dan memiliki dua cabang, yaitu : Cabang koklear

atau auditori menyampaikan informasi dari reseptor untuk indera pendengaran dalam

organ korti telinga dalam ke nuclei koklear pada medulla, ke kolikuli inferior, ke

bagian medial nuclei genikulasi pada thalamus dan kemudian ke area auditori pada

lobus temporal. Cabang vestibular membawa informasi yang berkaitan dengan

ekuilibrium dan orientasi kepala terhadap ruang yang diterima dari reseptor sensorik

pada telinga dalam. Fungsinya adalah :

a. Sensoris sistem vestibular untuk mengendalikan keseimbangan tubuh

b. Sensoris koklea untuk menerima rangsang dari telinga untuk diproses di otak

sebagai suara

9. Saraf IX (Nervus Glosofaringeal)

Merupakan saraf gabungan. Neuron motorik berawal dari medulla dan menginervasi

otot untuk wicara dan menelan serta kelenjar saliva parotid. Neuron sensorik

membawa informasi yang berkaitan dengan rasa dari sepertiga bagian posterior lidah

dan sensasi umum dari faring dan laring. Neuron ini juga membawa informasi
18

mengenai tekanan darah dari reseptor sensorik dalam pembuluh darah tertentu.

Fungsinya adalah :

a. Sensoris untuk merima rangsang dari bagian posterior lidah untuk diproses di otak

sebagai sensasi rasa

b. Motoris untuk mengendalikan organ-organ dalam

10. Saraf X (Nervus Vagus)

Merupakan saraf gabungan. Neuron motorik berasal dari dalam medulla dan

menginervasi hampir semua organ toraks dan abdomen. Neuron sensorik membawa

informasi dari faring, laring, trakea, esophagus, jantung dan visera abdomen ke

medulla dan pons. Fungsinya adalah :

a. Sensoris untuk menerima rangsang dari organ-organ dalam

b. Motoris untuk mengendalikan organ-organ dalam

11. Saraf XI (Nervus Asesorius)

Merupakan saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari serabut motorik.

Neuron motorik berasal dari dua area : bagian cranial berawal dari medulla dan

menginervasi otot volunteer faring dan laring, bagian spinal muncul dari medulla

spinalis serviks dan menginervasi otot trapezius dan sternokleidomastoideus. Neuron

sensorik membawa informasi dari otot yang sama yang terinervasi oleh saraf motorik

; misalnya otot laring, faring, trapezius dan otot sternokleidomastoid. Fungsinya

adalah untuk Mengendalikan pergerakan kepala.

12. Saraf XII (Nervus Hipoglosus)

Termasuk saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari saraf motorik. Neuron

motorik berawal dari medulla dan mensuplai otot lidah. Neuron sensorik membawa

informasi dari spindel otot di lidah. Fungsinya adalah untuk mengendalikan

pergerakan lidah.
19

Pengkajian lainnya meliputi :

1. Aktivitas dan istirahat

Gejala : kelemahan, keletiham, kesulitan dalam beraktivitas

2. Sirkulasi

Gejala : palpitasi, nyeri.

Kebiasaan : perubahan pada TD

3. Integritas ego

Gejala : alopesia, lesi, cacat pembedahan

Tanda : menyangkal, manarik diri, dan marah.

4. Eliminasi

5. Makanan/ cairan

Gejala : muntah proyektil, tidak nafsu makan,

Tanda : perubahan pada kelembapan atau turgoe kulit, penurunan berat badan.

6. Neosensori

Gejala: pusing, sinkope, hingga penurunan kesadaran

7. Nyeri/ kenyamanan

Gejala: nyeri, dan derajat bervariasi misalnya ketidaknyamanan ringan sampai berat

(dihubungkan dengan proses penyakit).

8. Perrnafasan

Gejala : merokok (tembakau, mariyuanan, hidup dengan seorang yang merokok)

9. Keamanan

Gejala : pemajanan bahan kimia toksik, pemajanan matahari yang lama.

Tanda : ruam kulit, ulserasi, demam.

10. Seksualitas
20

Gejala : masalah seksualitas misalnya dampak pada hubungan perubahan pada

tingkat kepuasan. Nuligravida lebih bedar dari usia 30 tahun. Multigravida, pasangan

seks miltifel, aktivitas seksual diri.

11. Interaksi sosial

Gejala : ketidakadekuatan / kelemahan sistem pendukung. Riwayat perkawinan

dengan yang mempunyai gen kanker.

12. Psikososial

Gejala: Ansietas, takut, tak berdaya, berduka, menyangkal, depresi dan gangguan

hubungan dengan orang lain.

E. Diagnosa Keperawatan

Nanda NIC NOC (2015) adalah sebagai berikut :

1. Perubahan perfusi jarinagn serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan

intrakranial.

2. Resiko kurang perawatan diri: kebersihan, makan, eliminasi, mobilisasi

berhubungan dengan gangguan kognitif atau neurologi.

3. Kecemasan berhubungan dengan nemerima ancama biologi atau psikologi..

4. Kurang pengetahuan berhubungan kurang informasi tentang proses penyakit dan

pelaksanaan perawatan dirumah.

G. Perencanaan dan Kriteria Hasil

1. Perubahan perfusi jarinagn serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan

intrakranial.

Tujuannya : klien mampu mempertahankanperfusi jaringan cerebral secara adekuat

Kriteria Hasil :
21

a. tidak ada penurunan kesadaran.

b.TTV dalam batas normal.

c. klien tidak mengalami penurunan kesadaran dan peningkatan tekanan intrakranial.

Intervensi :

1). Kaji tingakat kesadaran yiap 4 jam.

2). Gunakan pengkajian GCS untuk pengkajian secara cepat..

3). Kaji kualitas dan kekuatan otot wajah dan ekstremitas setiap 4-5 jam.

4). Monitir tanda tanda vital.

5). Pertahankan lingkungan agar tetap teang..

2. Resiko kurang perawatan diri: kebersihan, makan, eliminasi, mobilisasi

berhubungan dengan gangguan kognitif atau neurologi.

Tujuan : klien mampu melakukan perawatan diri untuk memenuhi kebutuhannya

Kriteria hasil :

a. badan bersih terhindar dari bau badan rambut bersih tidak lengket, terpenuhi

keinginan untuk eliminasi, malakukan aktivitas secara mandiri

Intervensi :

1). Kaji derajat kemampuan klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

2). Bantu dalam perawatan diri sesuai kebutuhan

3). Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan.

4). Ambulasi sebagaimana yang ditoleransi bantu sesuai kebutuhan dengan kursi roda

atau walker.

5). Tinggikan kepala tempat tidur 30-45 derajat


22

3. kecemasa berhubungan dengan meneriman ancaman biologi atau psikologi.

Tujuan : kecemasan berkurang, klien memperlihatkan penurunan kecemasan.

Kriteria hasil :

a. klien tampak tenang dan rileks, terhindar dari rasa takut maupun gelisah.

Intervensi :

1). Observasi tanda dan gejala kecemasan dan ketakuta, catat ekpresi verbal dan

nonverbal.

2). Gali perasaan anjurkan klien untuk mengungkapkan dan mendiskusikan

katakutannya diagnosa penyakit, dan terapi yang diberikan.

3). Berikan dukungan emosional

4). Bantu klien mengatasi kecemasan dengan memberikan informasi atau perawatan

yang sejelas jelasnya.

4. kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses

penyakit dan penatalaksaan perawatan dirumah.

Tujuan : klien memperlihatkan peningkatan pengetahuan

Kriteria Hasil :

a. mengungkapkan secara verbal pengetahuan tentang penatalaksanaan perawatan

dirumah,proses penyakit dan pengobatannya.

Intervensi :

1). Observasi tingkat pemahaman tentang proses penyakit dan pengobatan yang

diberikan.

2). Tekannkan kepada dokter untuk memberikan informasi menjalaskan tentang

penyakit, penyebab, tanda dan gejala serta pengobatan.

3). Anjurkan pada klien untuk bertanya mengenai kondisinya.


23

4). Jelaskan kebutuhan utuk terapi, kegunaan dan dosis obat-obatan yang

dikonsumsi, dan jelaskan untuk keseimbang diet

G. Implementasi

Tindakan keperawatan tersebut dilaksanakan sebagian oleh pasien itu sendiri. Oleh

perawat secara mandiri atau mungkin dilakukan secara kerjasama dengan anggota

team kesehatan lain misalnya : Ahli gizi dan Fisiotherapist, hal ini sangat tergantung

janis tindakan, kemampuan / keterangan pasien serta tenaga perawat itu sendiri.

Proses pelaksanaan dari proses keperawatan mempunyai lima tahap yaitu : Mengkaji

Ulang Klien Pengkajian adalah : suatu proses yang berkelanjutan yang difokuskan

pada suatu dimensi atau sistem. Setiap kali perawat berinteraksi dengan klien, data

tambahan dikumpulkan untuk mencerminkan kebutuhan fisik, perkembangan

intelektual emosional, sosial dan spiritual. Mencegah dan memodifikasi rencana

asuhan keperawatan meskipun rencana asuhan keperawatan telah dikembangkan

sesuai dengan diagnosa keperawatan yang elah teridentifikasi selama pengkajian.

Perubahan dalam status klien mungkin mengharuskan modifikasi rencana asuhan

keperawatan yang telah direncanakan. Mengidentifikasi bidang bantuan Beberapa

situasi keperawatan mengharuskan perawat untuk mencari bantuan-bantuan dapat

berupa tambahan tenaga. Mengimplementasikan intevensi keperawatan perawat

memilih intervensi keperawatan berikut metode untuk mencapai tujuan asuhan

keperawatan yaitu : membantu dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari,

mengkonsulkan dan memberikan penyuluhan pada klien dan keluarga, memberi

asuhan keperawatan langsung, mengawasi dan mengevaluasi kerja staf anggota yang

lain. Intervensi keperawatan dituliskan akan dikomunikasikan secara verval rencana

perawatan biasanya mencerminkan tujuan intervensi keperawatan. Setelah intervensi


24

keperawatan, respons klien terhadap pengobatan dicatatkan pada lembar catatan yang

sesuai dengan menuliskan waktu dan rincian tentang intervensi mendokumentasikan

bahwa prosedur telah diselesaikan. Pada waktu tenaga perawatan memberikan

asuhan keperawatan proses pengumpulan data analisa data berjalan terus menerus

guna perubahan / penyesuaian tindakan keperawatan. Beberapa faktur dapat

mempengaruhi pelaksanaan keperawatan antara lain: fasilitas / alat yang ada,

pengorganisasian pekerjaan perawat serta lingkungan fisik dimana asuhan

keperawatan dilakukan.

H. Evaluasi

Evaluasi adalah : proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang rencana

keperawatan langkah-langkah evaluasi terdiri dari mengumpulkan data

perkembangan pasien, menafsirkan (menginterprestasikan) perkembangan pasien

membandingkan data keadaan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan dengan

menggunakan kriteria pencapaian tujuan yang telah di latapkan, mengukur dan

membandingkan perkembangan pasien dengan standar normal yang berlaku. Ada

tiga alternatif dalam menafsirkan hasil evaluasi yaitu :

a. Tujuan tercapai

Tujuan tercapai bila pasien menunjukkan perubahan perilaku dan perkembangan

kesehatan sesuai dengan kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

b. Tujuan tercapai sebagian

Tujuan tercapai sebagian jika pasien menunjukkan perubahan dan perkembangan

kesehatan hanya sebagai dari kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
25

c. Tujuan tidak tercapai

Tujuan sama sekali tidak tercapai, jika pasien menunjukkan perubahan perilaku

dan perkembangan kesehatan atau bahkan timbul masalah baru.

Evaluasi dari revisi rencana perawatan dan berfikir kritis, sejalan dengan telah

dievaluasinya tujuan, penyesuaian terhadap rencana asuhan dibuat sesuai dengan

keperluan. Setelah melakukan evaluasi keperawatan tahap selanjutnya adalah

mencabut hasil tindakan keperawatan dokumentasi asuhan keperawatan

merupakan bukti jadi pelaksanaan keperawatan yang menggunakan metode

pendekatan proses keperawatan dan catatan respon klien terhadap tindakan medis,

tindakan keperawatan atau reaksi klien terhadap penyakitnya.

Anda mungkin juga menyukai