Anda di halaman 1dari 10

1.

Klasifikasi tumor otak

 Berdasarkan jenis tumor

a. Jinak

1. Acousticneuroma

2. Meningioma

Sebagian besar tumor bersifat jinak, berkapsul, dan tidak menginfiltrasi


jaringan sekitarnya tetapi menekan struktur yang berada di bawahnya. Pasien
usia tua sering terkena dan perempuan lebih sering terkena dari pada laki-laki.
Tumor ini sering kali memiliki banyak pembuluh darah sehingga mampu
menyerap isotop radioaktif saat dilakukan pemeriksaan CT scan otak.
3. Pituitaryadenoma

4. Astrocytoma (gradeI)

b. Malignant

1. Astrocytoma (grade2,3,4)

2. Oligodendroglioma

Tumor ini dapat timbul sebagai gangguan kejang parsial yang dapat muncul
hingga 10 tahun. Secara klinis bersifat agresif dan menyebabkan
simptomatologi bermakna akibat peningkatan tekanan intrakranial dan
merupakan keganasan pada manusia yang paling bersifat kemosensitif.
3. Apendymoma

Tumor ganas yang jarang terjadi dan berasal dari hubungan erat pada
ependim yang menutup ventrikel. Pada fosa posterior paling sering terjadi
tetapi dapat terjadi di setiap bagian fosa ventrikularis. Tumor ini lebih sering
terjadi pada anak-anak daripada dewasa. Dua faktor utama yang mempengaruhi
keberhasilan reseksi tumor dan kemampuan bertahan hidup jangka panjang
adalah usia dan letak anatomi tumor. Makin muda usia pasien maka makin
burukprogmosisnya.
 Berdasarkan lokasi

1. Tumor supratentorial Hemisfer otak, terbagi lagi:


1. Glioma:
Glioblastomamultiforme

Tumor ini dapat timbul dimana saja tetapi paling sering terjadi di hemisfer otak
dan sering menyebar kesisi kontra lateral melalui korpus kolosum.
i) Astroscytoma

ii) Oligodendroglioma

Merupakan lesi yang tumbuh lambat menyerupai astrositoma tetapi terdiri dari
sel-sel oligodendroglia. Tumor relative avaskuler dan cenderung mengalami
klasifikasi biasanya dijumpai pada hemisfer otak orang dewasa muda.
2. Meningioma

Tumor ini umumnya berbentuk bulat atau oval dengan perlekatan duramater
yang lebar (broad base) berbatas tegas karena adanya psedokapsul dari
membran araknoid. Pada kompartemen supratentorium tumbuh sekitar 90%,
terletak dekat dengan tulang dan kadang disertai reaksi tulang berupa
hiperostosis. Karena merupakan massa ekstraaksial lokasi meningioma disebut
sesuai dengan tempat perlekatannya pada duramater, seperti Falk (25%),
Sphenoid ridge (20%), Konveksitas (20%), Olfactory groove (10%),
Tuberculum sellae (10%), Konveksitas serebellum (5%), dan Cerebello-
Pontine angle. Karena tumbuh lambat defisit neurologik yang terjadi juga
berkembang lambat (disebabkan oleh pendesakan struktur otak di sekitar
tumor atau letak timbulnya tumor). Pada meningioma konveksitas 70% ada di
regio frontalis dan asimptomatik sampai berukuran besar sekali. Sedangkan di
basis kranii sekitar sella turcika (tuberkulum sellae, planum sphenoidalis, sisi
medial sphenoid ridge) tumor akan segera mendesak saraf optik dan
menyebabkan gangguan visus yang progresif.
2. Tumorinfratentorial

1. Schwanomaakustikus

2. Tumormetastasisc

Lesi-lesi metastasis menyebabkan sekitar 5 % – 10 % dari seluruh tumor


otak dan dapat berasal dari setiap tempat primer. Tumor primer paling
sering berasal dari paru-paru dan payudara. Namun neoplasma dari saluran
kemih kelamin, saluran cerna, tulang dan tiroid dapat juga bermetastasis ke
otak.
a. Meningioma

Meningioma merupakan tumor terpenting yang berasal dari meningen, sel-


sel mesotel, dan sel-sel jaringan penyambung araknoid dan dura.
b. Hemangioblastoma

Neoplasma yang terdiri dari unsur-unsur vaskuler embriologis yang paling


sering dijumpai dalam serebelum.
3. Etiologi

Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti walaupun telah
banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu:
a. Herediter

Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrocytoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota
sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap
sebagai manifestasi pertumbuhan baru memperlihatkan faktor familial yang jelas.
Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk
memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
b. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic CellRest)

Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang


mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Ada kalanya
sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh menjadi ganas dan
merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada
kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
c. Radiasi

Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu
glioma. Meningioma pernah dilaporkan terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
d. Virus

Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses
terjadinya neoplasma tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi
virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
e. Substansi-substansikarsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah
diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-
ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.
f. Trauma Kepala

4. Patofisiologi

Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis. Gejala-gejala terjadi berurutan.


Hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan klien. Gejala-gejalanya
sebaiknya dibicarakan dalam suatu perspektif waktu.
Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh 2 faktor
gangguan fokal, disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial. Gangguan fokal terjadi
apabila penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi/invasi langsung pada parenkim otak
dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar terjadi pada
tumor yang tumbuh paling cepat.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya
bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan
dengan gangguan cerebrovaskuler primer. Serangan kejang sebagai manifestasi
perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan kompresi invasi dan perubahan suplai
darah ke jaringan otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim
otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis fokal.
Peningkatan tekanan intra kranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor :
bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor dan perubahan
sirkulasi cerebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa, karena
tumor akan mengambil ruang yang relatif dari ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas
menimbulkan oedema dalam jaringan otak. Mekanisme belum seluruhnyanya dipahami,
namun diduga disebabkan selisih osmotik yang menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena
dan oedema yang disebabkan kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan
kenaikan volume intrakranial. Observasi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel
laseral ke ruang sub arakhnoid menimbulkan hidrocepalus.
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa, bila terjadi secara
cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme
kompensasi memerlukan waktu berhari-hari/berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan
oelh karena itu tidak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme
kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intra kranial, volume cairan
serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan
tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi ulkus atau serebulum. Herniasi timbul
bila girus medialis lobus temporals bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh
massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan men ensefalon menyebabkan hilangnya
kesadaran dan menenkan saraf ketiga. Pada herniasi serebulum, tonsil sebelum bergeser
ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medula
oblongata dan henti nafas terjadi dengan cepat. Intrakranial yang cepat adalah bradicardi
progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi dan gangguan pernafasan).

5. Tanda dan gejala Menurut lokasi tumor:


- Lobus frontalis

Gangguan mental / gangguan kepribadian ringan : depresi, bingung, tingkah laku


aneh, sulit memberi argumenatasi/menilai benar atau tidak, hemiparesis, ataksia, dan
gangguan bicara.
- Kortek presentalis posterior

Kelemahan/kelumpuhan pada otot-otot wajah, lidah dan jari

- Lobus parasentralis

Kelemahan pada ekstremitas bawah

- Lobus oksipitalis

Kejang, gangguanpenglihatan

- Lobus temporalis

Tinitus, halusinasi pendengaran, afasia sensorik, kelumpuhan otot wajah

- Lobus Parietalis

Hilang fungsi sensorik, kortikalis, gangguan lokalisasi sensorik, gangguan


penglihatan
- Cerebulum

Papil oedema, nyeri kepala, gangguan motorik, hipotonia, hiperekstremitas Tanda


dan Gejala Umum :
- Nyeri kepala berat pada pagi hari, main bertambah bila batuk,membungkuk
- Kejang

- Tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial : Pandangan kabur, mual,muntah,


penurunan fungsi pendengaran, perubahan tanda-tanda vital,afasia.
- Perubahan kepribadian

- Gangguan memori

- Nyeri kepala

- Papiloedema

- Muntah

5. Pemeriksaan diagnostic

1. Rontgent tengkorakbanterior-posterior

2. EEG

3. CTScan

4. MRI

5. Angioserebral

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian :

1. Data klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, golongan darah, penghasilan, alamat, penanggung jawab,dll
2. Riwayat kesehatan:

- keluhan utama

- Riwayat kesehatan sekarang

- Riwayat Kesehatan lalu

- Riwayat Kesehatan keluarga

3. Pemeriksaan fisik:

 Saraf : kejang, tingkah laku aneh, disorientasi, afasia, penurunan/kehilangan memori,


afek tidak sesuai,berdesis
 Penglihatan : penurunan lapang pandang, penglihatan kabur

 Pendnegaran : tinitus, penurunan pendengaran,halusinasi

 Jantung : bradikardi,hipertensi

 Sistem pernafasan : irama nafas meningkat, dispnea, potensial obstruksi jalan nafas,
disfungsi neuromuskuler
 Sistem hormonal : amenorea, rambut rontok, diabetes melitus

 Motorik : hiperekstensi, kelemahan sendi

Diagnosa Keperawatan :

1. Gangguan pertukaran gas b.d disfungsi neuromuskuler (hilangnya kontrol terhadap otot
pernafasan ), ditandai dengan : perubahan kedalamam nafas, dispnea, obstruksi jalan
nafas, aspirasi.
Tujuan : Gangguan pertukaran gas dapat teratasi
Tindakan :
- Bebaskan jalannafas

- Pantau vitalsign

- Monitor pola nafas, bunyi nafas

- Pantau AGD

- Monitor penurunan gas darah

- Kolaborasi O2

2. Gangguan rasa nyaman, nyeri kepala b.d peningkatan TIK, ditandai dengan : nyeri kepala
terutama pagi hari, klien merintih kesakitan, nyeri bertambah bila klien batuk, mengejan,
membungkuk
Tujuan : rasa nyeri berkurang
Tindakan :
- Pantau skala nyeri

- Berikan kompres dimana pada area yangsakit

- Monitor tandavital
- Beri posisi yang nyaman

- Lakukan massage

- Observasi tanda nyeri non verbal

- Kaji faktor defisit, emosi dari keadaan seseorang

- Catat adanya pengaruh nyeri

- Kompres dingin pada daerah kepala

- Gunakan teknik sentuhan yang terapeutik

- Observasi mual,muntah

- Kolaborasi pemberian obat : analgetik, relaksan, prednison,antiemetik

3. Resiko tinggi cidera b.d disfungsi otot sekunder terhadap depresi SSP, ditandai dengan :
kejang, disorientasi, gangguan penglihatan, pendengaran
Tujuan : tidak terjadi cidera
Tindakan :
- Identifikasi bahaya potensial pada lingkungan klien

- Pantau tingkatkesadaran

- Orientasikan klien pada tempat, orang, waktu,kejadian

- Observasi saat kejang, lama kejang,antikonvulsi,

- Anjurkan klien untuk tidak beraktifitas

4. Perubahan proses pikir b.d perubahan fisiologi, ditandai dengan disorientasi, penurunan
kesadaran, sulit konsentrasi
Tujuan : mempertahankan orientasi mental dan realitas budaya
Tindakan :
- Kajii rentangperhatian

- Pastikan keluarga untuk membandingkan kepribadian sebelum mengalami trauma


dengan respon klien sekarang
- Pertahankan bantuan yang konsisten oleh staf, keberadaan staf sebanyakmungkin

- Jelaskan pentingnya pemeriksaan neurologis

- Kurangi stimulus yang merangsang, kritik yang negatif


- Dengarkan klien dengan penuh perhatian semua hal yang diungkapkan
klien/keluarga
- Instruksikan untuk melakukanrileksasi

- Hindari meninggalkan kliensendiri

5. Gangguan perfusi serebral b.d hipoksia jaringan, ditandai dengan peningkatan TIK,
nekrosis jaringan, pembengkakakan jaringan otak, depresi SSP dan oedema
Tujuan : gangguan perfusi jaringan berkurang/hilang
Tindakan :
- Tentukan faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu, yang dapat
menyebabkan penurunan perfusi dan potensial peningkatan TIK
- Catat status neurologi secara teratur, badingkan dengan nilai standart

- Kaji respon motorik terhadap perintah sederhana

- Pantau tekanan darah

- Evaluasi : pupil, keadaan pupil, catat ukuran pupil, ketajaman penglihatan dan
penglihatan kabur
- Pantau suhulingkungan

- Pantau intake, output,turgor

- Beritahu klien untuk menghindari/ membatasi batuk,untah

- Perhatikan adanya gelisah meningkat, tingkah laku yang tidak sesuai

- Tinggikan kepala 15-45derajat

6. Cemas b.d kurang informasi tentangprosedur Tujuan : rasa cemas berkuang

Tindakan :

- Kaji status mental dan tingkat cemas

- Beri penjelasan hubungan antara proses penyakit dangan gejala

- Jawab setiap pertanyaan dengan penuh perhatian

- Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan takut

- Libatkan keluarga dalam perawatan


DAFTAR PUSTAKA

Reeves C, J. (2021). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.

Suddart, Brunner. (2020). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. EGC.

Anda mungkin juga menyukai