Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna)
ataupun ganas (maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala
(intra cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Diagnosa
tumor otak ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan
penunjang yaitu pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi. Dengan
pemeriksaan klinis kadang sulit menegakkan diagnosa tumor otak apalagi
membedakan yang benigna dan yang maligna, karena gejala klinis yang
ditemukan tergantung dari lokasi tumor, kecepatan pertumbuhan masa tumor
dan cepatnya timbul gejala tekanan tinggi intrakranial serta efek dari masa
tumor kejaringan otak yang dapat menyebabkan kompresi, infasi dan
destruksi dari jaringan otak.
Jumlah penderita kanker otak masih rendah, yakni hanya enam per
100.000 dari pasien tumor/kanker per tahun, namun tetap saja penyakit
tersebut masih menjadi hal yang menakutkan bagi sebagian besar orang.
Pasalnya, walaupun misalnya tumor yang menyerang adalah jenis tumor
jinak, bila menyerang otak tingkat bahaya yang ditimbulkan umumnya lebih
besar daripada tumor yang menyerang bagian tubuh lain.
Tumor susunan saraf pusat ditemukan sebanyak ± 10% dari neoplasma
seluruh tubuh, dengan frekuensi 80% terletak pada intrakranial dan 20% di
dalam kanalis spinalis. Di Indonesia data tentang tumor susunan saraf pusat
belum dilaporkan. Insiden tumor otak pada anak-anak terbanyak dekade 1,
sedang pada dewasa pada usia 30-70 dengan pundak usia 40-65 tahun.
Tumor otak terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel
abnormal secara sangat cepat pada daerah central nervous system (CNS). Sel
ini akan terus berkembang mendesak jaringan otak yang sehat di sekitarnya,
mengakibatkan terjadi gangguan neurologis (gangguan fokal akibat tumor
dan peningkatan tekanan intrakranial). Hal ini ditandai dengan nyeri kepala,
nausea, muntah dan papil edema. Penyebab dari tumor belum diketahui.

1
Namun ada bukti kuat yang menunjukan bahwa beberapa agent bertanggung
jawab untuk beberapa tipe tumor-tumor tertentu. Agent tersebut meliptu
faktor herediter, kongenital, virus, toksin, dan defisiensi immunologi. Ada
juga yang mengatakan bahwa tumor otak dapat terjadi akibat sekunder dari
trauma cerebral dan penyakit peradangan. (Fagan Dubin, 1979; Larson, 1980;
Adams dan Maurice, 1977; Merrit, 1979).
Untuk Penatalaksanaan tumor otak, yang perlu diperhatikan adalah
usia, general health, ukuran tumor, lokasi tumor dan jenis tumor. Metode
yang dapat digunakan antara lain: pembedahan, radiotherapy, dan
chemotherapy. Seorang Perawat berperan untuk membuat asuhan
keperawatan yang tepat bagi klien dengan tumor otak serta
mengimplementasikannya secara langsung mulai dari pengkajian, diagnosa,
hingga intervensi yang harus diberikan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari tumor otak?
2. Apa manifestasi klinis dari tumor otak?
3. Bagaimana etiologi dari tumor otak?
4. Bagaimana patofisiologi dari tumor otak?
5. Apa saja pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada penderita
tumor otak?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari tumor otak?
7. Apa saja komplikasi dari tumor otak?
8. Bagaimana prognosis dari tumor otak?
9. Bagaimana woc (web of caution) dari tumor otak?
10. Bagaimana asuhan keperawatan yang harus dilakukan pada penderita
tumor otak?

2
C. TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami definisi tumor otak.
2. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis dari tumor otak.
3. Mengetahui dan memahami etiologi/ faktor pencetus tumor otak.
4. Mengetahui dan memahami patofisiologi tumor otak.
5. Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang pada tumor otak.
6. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan tumor otak.
7. Mengetahui dan memahami komplikasi dari tumor otak.
8. Mengetahui dan memahami prognosis dari tumor otak.
9. Mengetahui dan memahami WOC tumor otak.
10. Menjelaskan asuhan keperawatan pasien dengan tumor otak.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Tumor intrakranial termasuk juga lesi desak ruang (lesi/berkas
organ yang karena proses pertumbuhannya dapat mendesak organ yang
ada di sekitarnya, sehingga organ tersebut dapat mengalami gangguan)
jinak maupun ganas, yang tumbuh di otak meningen dan tengkorak. Oleh
karena penderita tumor otak datang dengan berbagai gejala yang
membingungkan, maka diagnosis menjadi sukar. Tumor otak dapat terjadi
pada semua umur, tidak jarang menyerang anak-anak di bawah usia 10
tahun, tetapi paling sering terjadi pada orang dewasa selama dekade
kelima dan keenam.
Tumor otak memiliki banyak klasifikasi. Klasifikasi yang mungkin
paling mudah dipahami adalah klasifikasi menurut kernahan dan seyre, di
mana diberi nama sesuai dengan nama sel yang terserang, baik sel pada
susunan saraf orang dewasa, pada pembuluh darah maupun pada gangguan
perkembangan (kongenital). Stadium keganasannya diberi tingkatan dari I
sampai IV (IV adalah yang paling ganas)
Tumor tertentu lebih sering terjadi pada suatu kelompok tertentu.
Pada masa bayi dan anak-anak, tumor fosa superior jauh lebih sering dari
pada lesi suprantentorial (fossa media atau anterior) yang lebih sering
djumpai pada orang dewasa. Tumor otak pada anak kemungkinan besar
adalah astrositoma ganas dari serebelum tingkat I atau II. Pada individu
setengah umur atau tua, tumor otak yang paling sering adalah glioblastoma
mutiforme, yaitu jenis glioma yang paling ganas, ditandai oleh kecepatan
pertumbuhan tmor yang cepat.

4
B. ETIOLOGI
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti
walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor
yang perlu ditinjau, yaitu:
1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan
kecuali pada meningioma, astrocytoma dan neurofibroma dapat
dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau
penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi
pertumbuhan baru memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain
jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk
memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-
bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi
dalam tubuh. Ada kalanya sebagian dari bangunan embrional
tertinggal dalam tubuh menjadi ganas dan merusak bangunan di
sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada
kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat
memicu terjadinya suatu glioma. Meningioma pernah dilaporkan
terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan
besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi
virus dalam proses terjadinya neoplasma tetapi hingga saat ini belum
ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor
pada sistem saraf pusat.

5
5. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas
dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik
seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan
percobaan yang dilakukan pada hewan.
6. Trauma Kepala

C. KLASIFIKASI
Tumor otak dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Berdasarkan Jenis Tumor
a. Jinak
1) Acoustic neuroma
2) Meningioma
Sebagian besar tumor bersifat jinak, berkapsul, dan tidak
menginfiltrasi jaringan sekitarnya tetapi menekan struktur yang berada
di bawahnya. Pasien usia tua sering terkena dan perempuan lebih sering
terkena dari pada laki-laki. Tumor ini sering kali memiliki banyak
pembuluh darah sehingga mampu menyerap isotop radioaktif saat
dilakukan pemeriksaan CT scan otak.
3) Pituitary adenoma
4) Astrocytoma (grade I)
b. Malignant
1) Astrocytoma (grade 2,3,4)
2) Oligodendrogliom
Tumor ini dapat timbul sebagai gangguan kejang parsial yang dapat
muncul hingga 10 tahun. Secara klinis bersifat agresif dan
menyebabkan simptomatologi bermakna akibat peningkatan tekanan
intrakranial dan merupakan keganasan pada manusia yang paling
bersifat kemosensitif.

6
3) Apendymoma
Tumor ganas yang jarang terjadi dan berasal dari hubungan erat pada
ependim yang menutup ventrikel. Pada fosa posterior paling sering
terjadi tetapi dapat terjadi di setiap bagian fosa ventrikularis. Tumor ini
lebih sering terjadi pada anak-anak daripada dewasa. Dua faktor utama
yang mempengaruhi keberhasilan reseksi tumor dan kemampuan
bertahan hidup jangka panjang adalah usia dan letak anatomi tumor.
Makin muda usia pasien maka makin buruk progmosisnya.

2. Berdasarkan Lokasi
a. Tumor Supratentorial
Hemisfer otak, terbagi lagi :
1) Glioma
a) Glioblastoma multiforme
Tumor ini dapat timbul dimana saja tetapi paling sering
terjadi di hemisfer otak dan sering menyebar kesisi kontra lateral
melalui korpus kolosum.
b) Astroscytoma
c) Oligodendrogliom
Merupakan lesi yang tumbuh lambat menyerupai
astrositoma tetapi terdiri dari sel-sel oligodendroglia. Tumor
relative avaskuler dan cenderung mengalami klasifikasi
biasanya dijumpai pada hemisfer otak orang dewasa muda.
2) Meningioma
Tumor ini umumnya berbentuk bulat atau oval dengan
perlekatan duramater yang lebar (broad base) berbatas tegas karena
adanya psedokapsul dari membran araknoid.Pada kompartemen
supratentorium tumbuh sekitar 90%, terletak dekat dengan tulang
dan kadang disertai reaksi tulang berupa hiperostosis. Karena
merupakan massa ekstraaksial lokasi meningioma disebut sesuai
dengan tempat perlekatannya pada duramater, seperti Falk (25%),
Sphenoid ridge (20%), Konveksitas (20%), Olfactory groove

7
(10%), Tuberculum sellae (10%), Konveksitas serebellum (5%),
dan Cerebello-Pontine angle.
Karena tumbuh lambat defisit neurologik yang terjadi juga
berkembang lambat (disebabkan oleh pendesakan struktur otak di
sekitar tumor atau letak timbulnya tumor). Pada meningioma
konveksitas 70% ada di regio frontalis dan asimptomatik sampai
berukuran besar sekali. Sedangkan di basis kranii sekitar sella
turcika (tuberkulum sellae, planum sphenoidalis, sisi medial
sphenoid ridge) tumor akan segera mendesak saraf optik dan
menyebabkan gangguan visus yang progresif.
a) Tumor Infratentorial
b) Schwanoma akustikus
c) Tumor metastasisc
Lesi-lesi metastasis menyebabkan sekitar 5 % – 10 % dari
seluruh tumor otak dan dapat berasal dari setiap tempat primer.
Tumor primer paling sering berasal dari paru-paru dan payudara.
Namun neoplasma dari saluran kemih kelamin, saluran cerna,
tulang dan tiroid dapat juga bermetastasis ke otak.
Meningioma merupakan tumor terpenting yang berasal dari
meningen, sel-sel mesotel, dan sel-sel jaringan penyambung
araknoid dan dura.
3) Hemangioblastoma
Neoplasma yang terdiri dari unsur-unsur vaskuler
embriologis yang paling sering dijumpai dalam serebelum.

8
D. PATOFISIOLOGI
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis progesif. Gejala-gejala
terjadi berurutan. Hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam
pemeriksaan klien. Gejala-gejalanya sebaiknya dibicarakan dalam suatu
perspektif waktu.
Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh 2
faktor gangguan fokal, disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial.
Gangguan fokal terjadi apabila penekanan pada jaringan otak dan
infiltrasi/invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan
neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor yang
tumbuh paling cepat.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang
tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri
pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan
mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro
dihubungkan dengan kompresi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan
otak. Beberapatumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak
sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis fokal.
Peningkatan tekanan intra kranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor :
bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor
dan perubahan sirkulasi cerebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan
bertambahnya massa, karena tumor akan mengambil ruang yang relatif dari
ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan oedema dalam
jaruingan otak. Mekanisme belum seluruhnyanya dipahami, namun diduga
disebabkan selisih osmotik yang menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena
dan oedema yang disebabkan kerusakan sawar darah otak, semuanya
menimbulkan kenaikan volume intrakranial. Observasi sirkulasi cairan
serebrospinaldari ventrikel laseral ke ruang sub arakhnoid menimbulkan
hidrocepalus.
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa, bila terjadi
secara cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya.

9
Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari/berbulan-bulan untuk
menjadi efektif dan oelh karena itu tidak berguna apabila tekanan intrakranial
timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan
volume darahintra kranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan
intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak
diobati mengakibatkan herniasi ulkus atau serebulum. Herniasi timbul bila
girus medialis lobus temporals bergeser ke inferior melalui insisura tentorial
oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan men ensefalon
menyebabkab hilangnya kesadaran dan menenkan saraf ketiga. Pada herniasi
serebulum, tonsil sebelum bergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh
suatu massa posterior. Kompresi medula oblongata dan henti nafas terjadi
dengan cepat. Intrakranialyang cepat adalah bradicardi progresif, hipertensi
sistemik (pelebaran tekanan nadi dan gangguan pernafasan).

10
E. WOC
Radiasi Tauma Infeksi Toksin
Radiasi Trouma

Tumor Otak
Tumor ventrikel dan
hipotelamus

Gangguan fokal Bertambahnya massa

Somnelensia diabetes
Penyerapan cairan tumor insipidus,obesitas
Penekanaan pada jaringan otak
ifiltrasi/invasi langsung pada perenkim otak
dengan kerusakan jaringan neuron

Obtruksi vena

Perubahan suplai darah akibat tekanan yang Lobus oksipitalis


ditimbulkantumor yang tumbuh menyebabkan
neurosis jaringan otak

edema
Perubahan suplai
Serangan darah a
kejang
kehilangan fungsi secara akut sesuai
area yang terkena
peningkatan tekanan
intrakranial

11
tumor lobus parietal tekanan pada daerah bertambahnya masa dlm perubahn sirkulasi Terbentuknya TIK ↑
& lintasanBrt
motorik di tengkorak cairan serebropinal edema sekitar
Gejala perubahan dekat tum paru
hemiparese
mental Hemiparesis,
ataksia, & ganggaun
bicara obtruksi
Mekanisme kompensasi dari TIK cairancerebrospinal Ancaman kematian

Lobus parasentalis Tumor serebum


ujung tubuh kortek
Hernia hidrosepalus cemas
unkus/serreberum

kelemahan pada papilidema dini dan


Parasentaliskelemahan
kaki& ektremitas sering menimbulkan
pd wajah lidah & ibu
nyeri kepala nuchal
jari
gangguan pergerakan
kompresi medula oblongata
herniasi menekan
Hambatan msensefalon
mobilitas fisik

henti pernapaasan, Pola napsa


Hilangnya kesadaran & tidak evektif
neusea,muntah
sarf otak tertekan
,
tertekan
nutrisi
kurangdari
risiko cidera defisit perawatan diri kebutuhan
12
traksi dan pergeseran struktur Resiko kekurangan
peta nyeri dlm rongga volume cairan
intrakranial

nyeri kepala

pembengkakan papilla saraf papiledema


optikus

13
F. SIGN AND SYMPTOM
Menunjukan gejala klinis yang tersebar bila tumorini menyebabkan
peningkatan TIK serta tanda dan gejala local sebagai akibat daritumor yang
mengganggu bagian spesifik dari otak.
1. Gejala peningkatan tekanan intrakranial disebabkan oleh tekanan yang
berangsur – angsur terhadap otak akibat pertumbuhan tumor. Pengaruhnya
adalah gangguan keseimbangan yang nyata antara otak,
cairanserebrospinal dan darah serebral. Semua terletak di tengkorak.
Gejala yang banyak terjadi akibat tekanan intra cranial yaitu :
a. Sakit kepalaMeskipun tidak selalu ada tetapi ini banyak terjadi pada
pagi haridan menjadi buruk oleh karena batuk,menegang atau
melakukangerakan yang tiba-tiba. Keadaan ini disebabkan oleh
serangan tumor,tekanan atau penyimpangan struktur sensitive nyeri,
atau oleh karenaedema yang mengiringi adanya tumor.
b. Muntah kadang - kadang dipengaruhi oleh asupan makanan,yang
selalu disebabkan adanya iritasi pada pusat vagal di medulla.
c. Papiledema ( edema pada saraf optik) ada sekitar 70 – 75 % dari
pasien dan dihubungkan dengan gangguan penglihatan seperti
penurunan ketajaman penglihatan, diplopia ( pandangan ganda) dan
penurunan lapangan pandang
d. Perubahan kepribadian
e. Adanya variasi penurunan focal motorik, sensor dan disfungsi saraf
cranial
2. Gejala terlokalisasi. Lokasi gejala – gejala terjadi spesifik sesuai dengan
gangguan daerah otak yang terkena,menyebabkan tanda-tanda yang
ditunjukkan local,seperti padaketidaknormalan sensori dan motorik,
perubahan penglihatan dan kejang.
a. Tumor korteks motorik memanifestasikan diri dengan menyebabkan
gerakan seperti kejang yang terletak pada satu sisi tubuh yang disebut
kejang jacksonian
b. Tumor lobus oksipital menimbulkan manifestasi visual, hemionopsia
homonimus kontralateral (hilangnya penglihatan pada setengah

14
lapang pandangan pada sisi yang berlawanan dari tumor)dan
halusinasi penglihatan.
c. Tumor serebral menyebabkan pusing ataksia (kehilangan
keseimbangan ) atau gaya berjalan sempoyongan dengan
kecrendrungan jatuh kesisi yang lesi, otot-otot tidak terkoordinasidan
mistagmus (gerakan mata berirama tidak disengaja)
biasanyamenimbulkan gerakan horizontal.
d. Tumor lobus frontal sering menyebabkan gangguan
kepribadian, perubahan status emosional dan tingkah laku, dan
disintegrasi perilaku mental, pasien kurang merawat diri.
e. Tumor sudut serebropontin biasanya diawali pada sarung
saraf akustik dan memberikan rangkaian gejala yang timbul dengan
semuakarakteristik gejala pada tumor otak. Yaitu: tisnitus dan
kelihatanvertigo, kesemutan dan terasa gatal-gatal pada wajah dan
lidah,terjadi kelemahan atau paralisis , karena pembesaran
tumor menyerang serebelum mungkin ada abnormalitas pada
fungsimotorik.
f. Tumor intracranial dapat menghasilkan gangguan
kepribadian,konfusi, gangguan funsi bicara dan gangguan gaya
berjalan teutama pada pasien lansia.

G. MANIFESTASI KLINIS
Tumor otak menyebabkan manifestasi klinik terbesar diebabkan oleh
peningkatantekanan intrakranial serta tanda dan gejala lokal sebagai akibat
dari tumor yangmenganggu bagian spesifik dari otak.
Gejala yang umumnya timbul akibat peningkatan tekanan intrakranial
adalah sakit kepala, muntah dan papiledena. Nyeri kepala.Barangkali nyeri
kepala merupakan gejala yang paling sering dijumpai pada penderitaotak.
Nyeri dapat digambarkan bersifat dalam, terus menerus, tumpul, dan kadang-
kadang hebat sekali. Nyeri ini paling hebat pada waktu pagi hari dan menjadi
lebih berat oleh aktivitas yang biasanya dapat meningkatkan tekanan

15
intracranial sepertimembungkuk, batuk, atau mengejan sewaktu buang air
besar (bab).
Nyeri kepala yangdihubungkan dengan tumor otak disebabkan oleh traksi
dan pergeseran struktur pekanyeri dalam rongga intracranial. Struktur ini
termasuk arteri, vena, sinus-sinus venadan saraf otak. Muntah terjadi sebagai
akibat rangsangan pada pusat muntah pada medulla oblongataakibat terjadinya
peningkatan TIK. Muntah dapat terjadi tanpa didahului mual dandapat
proyektil.PapiledemaPapiledema disebabkan oleh statis vena yang
menimbulkan pembengkakan papillasaraf optikus. Bila terlihat pada
pemeriksaan funduskopi, hal ini mengisyaratkan peningkatan TIK. Menyertai
papiledema dapat terjadi ggn penglihatan, termasuk pembesaran bintik mata
dan amaurosis fugaks (saat dimana penglihatan berkurang)Gejala
terlokalisasiTanda dan gejala lain dari tumor otak cenderung mempunyai nilai
lokasi dimanatumor tersebut yang dapat mengganggu fungsi dari bagian-
bagian tersebut.
Tumor korteks motorik; menyebabkan gerakan seperti kejang pada satu
sisi tubuhyang disebut kejang jaksonian.Tumor lobus oksipital; menimbulkan
manifestasi visual , hilangnya pandangan padasetengah lapangan pandang
pada sisi yang berlawanan dengan tumor dan halusinasi penglihatan.Tumor
serebelum; menyebabkan pusing, ataksia atau gaya berjalan
yangsempoyongan dengan cenderung jatuh kesisi yang lesi, otot-otot tidak
terkoordinasidan nistagmus biasanya menunjukkan gerakan horizontal.
Tumor lobus frontal; sering menyebabkan ggn kepribadian, perubahan
statusemosional serta tingkah laku dan disintegrasi perilaku mental. Pasien
sering menjadiekstrim yang tidak teratur dan kurang merawat diri serta
menggunakan bahasa cabul.
Tumor sudut serebelopontin; biasanya diawali pada saraf akustik dan
memberirangkaian gejala yang timbul dengan semua karakteristik gejala pada
tumor otak yaitu:Tinitus dan kelihatan vertigo, serta diikuti perkembangan
saraf-saraf yang mengarahterjadinya tuli (ggn fungsi saraf cranial
VIII)Berikutnya kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan lidah (berhubungan
dgn saraf cranial V)Selanjutnya terjadi kelemahan atau paralysis (keterlibatan

16
saraf cranial VII)Akhirnya karena pembesaran tumor yang menekan
serebelum, mungkin adaabnormalitas pada fungsi motorik.Tumor intracranial
dapat mengakibatkan ggn kepribadian, konfusi ggn fungsi bicaradan gangguan
gaya berjalan terutama pada pasien lansia.
Tipe tumor yang palingsering adalah meningioma, glioblastoma, dan
metastase serebral dari bagian lainBeberapa tumor tidak selalu mudah
ditemukan, karena tumor-tumor tersebut berada pada daerah tersembunyi dari
otak (daerah ang fungsinya tidak dapat ditentukan dgn pasti). Perkembangan
dan gejala menentukan apakah tumor tsb berkembang ataumenyebar.

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. CT scan dan MRI
Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur
investigasi awal ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau
tanda-tanda penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda
spesifik dari sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit membedakan
tumor dari abses ataupun proses lainnya.
2. Foto polos dada
Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu
metastasis yang akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun
multiple pada otak.
3. Pemeriksaan cairan serebrospinal
Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker
tumor. Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien
dengan massa di otak yang besar. Umumnya diagnosis histologik
ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi, sebagai cara yang tepat
untuk membedakan tumor dengan proses-proses infeksi (abses cerebri).
4. Biopsi stereotaktik
Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang
dalam dan untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi
prognosis.

17
5. Angiografi Serebral
Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor
serebral.
6. Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati
tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada
waktu kejang.

I. PENATALAKSANAAN
Faktor –faktor Prognostik sebagai Pertimbangan Penatalaksanaan
1. Usia
2. General Health
3. Ukuran Tumor
4. Lokasi Tumor
5. Jenis Tumor
PenatalaksanaanTindakan terhadap tumor otak adalah paliatip dan
melibatkan penghilangan atau mengurangi simtomatologi serius.
Pendekatan terapeutik ini mencakup radiasi, yang menjadi dasar
pengobatan, pembedahan (biasanya pada metastase intracranial tunggal),
kemoterapi.
Kortikosteroid dapat membantu mengurangi sakit kepala dan
perubahankesadaran. Hal ini dianggap bahwa kortikosteroid
(deksametason, prednison)menurunkan radang sekitar pusat metastase dan
menurunkan edemasekitarnya. Obat-obat lain mencakup agen-agen
osmotic (manitol, gliserol) untuk menurunkan cairan pada otak, yang
ditunjukkan dengan penurunan TIK. Obat-obat anti kejang (penitoin)
digunakan untuk mencegah dan mengobatikejang.Bila pasien mempunyai
nyeri hebat, morfin dapat diinfuskan kedalam ruangepidural atau
subaraknoid melalui jarum spinal dan kateter sedekat mungkinke segmen

18
spinal dimana nyeri dirasakan. Morfin disis kecil diberikan padainterval
yang ditentukan.
Untuk tumor otak ada tiga metode utama yang digunakan dalam
penatalaksaannya:
1. Surgery
Terapi Pre-Surgery :
i. Steroid ® Menghilangkan swelling, contoh dexamethason
ii. Anticonvulsant ® Untuk mencegah dan mengontrol kejang, seperti
carbamazepin
iii. Shunt ® Digunakan untuk mengalirkan cairan cerebrospinal
Pembedahan merupakan pilihan utama untuk mengangkat tumor.
Pembedahan pada tumor otak bertujuan utama untuk melakukan
dekompresi dengan cara mereduksi efek massa sebagai upaya
menyelamatkan nyawa serta memperoleh efek paliasi. Dengan
pengambilan massa tumor sebanyak mungkin diharapkan pula jaringan
hipoksik akan terikut serta sehingga akan diperoleh efek radiasi yang
optimal.
Diperolehnya banyak jaringan tumor akan memudahkan evaluasi
histopatologik, sehingga diagnosis patologi anatomi diharapkan akan
menjadi lebih sempurna. Namun pada tindakan pengangkatan tumor
jarang sekali menghilangkan gejala-gelaja yang ada pada penderita.
2. Radiotherapy
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam
penatalaksanaan proses keganasan. Berbagai penelitian klinis telah
membuktikan bahwa modalitas terapi pembedahan akan memberikan hasil
yang lebih optimal jika diberikan kombinasi terapi dengan kemoterapi dan
radioterapi.
Sebagian besar tumor otak bersifat radioresponsif (moderately
sensitive), sehingga pada tumor dengan ukuran terbatas pemberian dosis
tinggi radiasi diharapkan dapat mengeradikasi semua sel tumor. Namun
demikian pemberian dosis ini dibatasi oleh toleransi jaringan sehat
disekitarnya. Semakin dikit jaringan sehat yang terkena maka makin tinggi

19
dosis yang diberikan. Guna menyiasati hal ini maka diperlukan metode
serta teknik pemberian radiasi dengan tingkat presisi yang tinggi.
Glioma dapat diterapi dengan radioterapi yang diarahkan pada
tumor sementara metastasis diterapi dengan radiasi seluruh otak.
Radioterapi jyga digunakan dalam tata laksana beberapa tumor jinak,
misalnya adenoma hipofisis.
3. Chemotherapy
Pada kemoterapi dapat menggunakan powerfull drugs, bisa
menggunakan satu atau dikombinasikan. Tindakan ini dilakukan dengan
tujuan untuk membunuh sel tumor pada klien. Diberikan secara oral, IV,
atau bisa juga secara shunt. Tindakan ini diberikan dalam siklus, satu
siklus terdiri dari treatment intensif dalam waktu yang singkat, diikuti
waktu istirahat dan pemulihan. Saat siklus dua sampai empat telah lengkap
dilakukan, pasien dianjurkan untuk istirahat dan dilihat apakah tumor
berespon terhadap terapi yang dilakukan ataukah tidak.
Komplikasi Tumor Otak :
1) Edema Serebral
Peningkatan cairan otak yang berlebih yang menumpuk disekitar lesi
sehingga menambah efek masa yang mendesak (space-occupying).
Edema Serebri dapat terjadi ekstrasel (vasogenik) atau intrasel
(sitotoksik).
2) Hidrosefalus
Peningkatan intracranial yang disebabkan oleh ekspansin massa
dalam rongga cranium yang tertutup dapat di eksaserbasi jika terjadi
obstruksi pada aliran cairan serebrospinal akibat massa.
3) Herniasi Otak
Peningkatan intracranial yang terdiri dari herniasi sentra, unkus, dan
singuli.
4) Epilepsi
5) Metastase ketempat lain

20
J. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian
1. Data Demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur,
agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin,
status perkawinan, dan penanggung biaya.

2. Riwayat Sakit dan Kesehatan


a) Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh nyeri kepala
b) Riwayat penyakit saat ini
Klien mengeluh nyeri kepala, muntah, papiledema, penurunan
tingkat kesadaran, penurunan penglihatan atau penglihatan double,
ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia), hilangnya
ketajaman atau diplopia.
c) Riwayat penyakit dahulu
Klien pernah mengalami pembedahan kepala
d) Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang
mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu
riwayat keluarga dengan tumor kepala.
e) Pengkajian psiko-sosio-spirituab
Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental,
kesulitan mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan
hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur pembedahan, adanya
perubahan peran.

21
3. Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )
Sebaiknya dilakukan per system (B1-B6) dengan fokus pemeriksaan
fisik pada pemeriksaan B3 (Brain) yang terarah dan
dihubungkandengan keluhan-keluhan dari klien.
a) B1 (Breathing) : Inspeksi, pada keadaan lanjut yang disebabkan
adanya kompresi padamedulla oblongata didapatkan adanya
kegagalan pernafasan.Pengkajian inspeksi pernafasan pada klien
tanpa kompresi medullaoblongata didapatkan tidak ada kelainan.
Palpasi thoraks didapatkan taktilpremitus seimbang kanan dan kiri.
Auskultasi tidak didapatkan bunyi nafastambahan.
b) B2 (Blood) : Pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya
kompresi pada medullaoblongata didapatkan adanya kegagalan
sirkulasi . pengkajian pada klientanpa kompresi medulla oblongata
didapatkan tidak ada kelainan. TD biasanormal, tidak ada
peningkatan heart rate.
c) B3 (Brain) : Tumor otak sering menyebabkan berbagai deficit
neurology tergantung darigangguan fokal dan adanya peningkatan
TIK. Pengkajian B3 merupakan pemeriksaan focus dan lebih
lengkap dibandingkan dengan pengkajian padasystem lainnya.
Trias klasik pada tumor kepala adalah nyeri kepala, muntahdan
papiledema.
d) B4 (Bladder) : Lnkontinensia urine yang berlanjut menunjukkan
kerusakan neurologis yangluas
e) B5 (Bowel) : Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu
makan menurun, mualdan muntah pada fase akut. Mual dan
muntah terjadi sebagai akibatrangsangan pusat muntah pada
medulla oblongata. Muntah paling seringterjadi pada anak-anak
dan berhubungan dengan peningkatan tekananintracranial disertai
pergeseran batang otak. Muntah dapat terjadi tanpadidahului mual
dan dapat berupa muntah proyektil.

22
f) B6 (Bone) : Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena
kelemahan , kehilangan sensorik ,mudah lelah menyebabkan
masalah pada pola aktivitas dan istirahat.

4. Diagnosa Keperawatan
1) Risiko tinggi peningkatan tekanan intrakranial berhubungan
dengandesak ruang oleh massa tumor intrakranial dan edema serebral.
2) Risiko cedera yang berhubungan dengan gangguan dalam cara berjalan,
vertigo, dan/ atau gangguan penglihatan, sekunder akibat
kompresi/ perubahan tempat jaringan otak.
3) Ansietas yang berhubungan dengan implikasi kondisi danketidakpastian
masa yang akan datang
4) Deficit perawatan diri yang berhubungan dengan
ketidakmampuanuntuk melakukan/ kesulitan dalam pelaksanaan
aktivitas hidup sehari-harisekunder akibat kerusakan sensorik-motorik.
5) Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d
peningkatan pemakaian energi untuk metabolism, asupan nutrisi yang
kurang, mual,muntah.
6) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan sensorik-
motorik.
7) Nyeri akut: sakit kepala yang berhubungan dengan kompresi/
perubahantempat jaringan otak dan peningkatan tekanan intrakranial.
8) Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan
muntahsekunder akibat peningkatan tekanan intrakranial

23
b. Intervensi Keperawatan
1) Risiko tinggi peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengandesak
ruang oleh massa tumor intrakranial dan edema serebral.
Tujuan : tidak terjadi peningkatan TIK pada klien
Kriteria hasil : klien tidak gelisah , klien tidak mengeluh nyeri kepala, mual-
muntah, dan muntah GCS :4,5,6, tidak terdapat papilidema,TTV dalam
batas normal

INTERVENSI RASIONAL

Kaji factor penyebab dari situasi /keadaan Deteksi dini untuk memprioritaskanintervensi,
dari individu / penyebab koma / penurunan mengkaji status neurologis /tanda-tanda
perfusi jaringan dankemungkinan penyebab kegagalan untuk menentukan perawatan
peningkatanTIK kegawatan atautindakan pembedahan
Monitor ttv tiap 4 jam Suatui keadaan normal bila sirkulasiserebral
terpelihara dengan baik ataufluktasi ditandai
dengan tekanan darahsistemik, penurunan dari
otoregulator kebanyakan merupakan tanda
penurunandifusi local vaskularisasi darah
serebral.Dengan peningkatan tekanan
darah(diastolic) maka dibarengi
dengan peningkatan tekanan darah
intracranial.Adanya peningkatan tekanan
darah, bradikardi, distrimia,
dispneamerupakan tanda terjadinya
peningkatanTIK
Evaluasi pupil Reaksi pupil dan pergerakan kembalidari
pergerakan bola mata merupakantanda dari
gangguan saraf jika batangotak terkoyak.
Keseeimbangan saraf antara simpatik dan
parasimpatikmerupakan respons reflex saraf
cranial.

24
Monitor temperature dan pengaturansuhu Panas merupakan reflex
lingkungan darihipotalamus.Peningkatan kebutuhan
metabolism danO akan menunjang
peningkatan TIK
Berikan periode istirahat antara Tindakan terus-menerus dapatmeningkatkan
tindakan perawatan dan batasi lamanya TIK oleh efek rangsangankumulatif
prosedur
Kurangi rangsangan ekstra dan berikanrasa Memberikan suasana yang tenang
nyaman seperti massage dapatmengurangi respon psikologis
punggung,lingkungan , lingkungan yang danmemberikan istirahat
tenang,sentuhan yang ramah, dan suasana untuk mempertahankan TIK yang rendah
yangtidk gaduh
Cegah / hindarkan terjadinya Mengurangi tekanan intrathorakal
valsavamaneuver. danintraabdominal sehingga
menghindarkan peningkatan TIK
Bantu klien jika batuk,muntah Aktivitas ini dapat meningkatkan intra
thoraks/tekanan dalam thoraks dantekanan
dalam abdomen dimanaaktivitas ini dapat
meningkatkan tekananTIK.
Kaji peningkatan istirahat dan tingkahlaku Tingkah nonverbal ini dapat
pada pagi hari. merupakanindikasi peningkatan TIK
ataumemberikan repleks nyeri di mana
klientidak mampu mengungkapkan
keluhansecara verbal, nyeri yang tidak
menurundapat meningkatkan TIK
Palpasi pada pembesaran atau Dapat meningkatkan respon otomatisyang
pelebaran bladder , pertahankan drainase potensial menaikkan TIK
urinesecara paten jika digunakan dan
jugamonitor terdapatnya konstipasi
Berikan penjelasan pada pasien dankeluarga Meningkatkan kerjasama dalammeningkatkan
tentang sebab akibat peningkatan TIK perawatan klien danmengurangi kecemasan.
Observasi tingkat kesadaran GCS Perubahan kesadaran

25
menunjukkan peningkatan TIK dan
bergunamenentukan lokasi dan
perkembangan penyakit
Kolaborasi pemberian O2 sesuai Mengurangi hipokemia, dimana
indikasi dapatmeningkatkan vasodilatasi serebral ,
danvolume darah serta menaikkan TIK
Berikan obat deuritik osmotic Deuretik mungkin digunakan pada faseakut untuk
contohnyadexametason, metal prednisolon mengalirkan air dari sel otak dan mengurangi
edema serebral danTIK.
Berikan analgesic narkotik contohkodein Untuk menurunkan inflamasi (radang)dan
mengurangi edema jaringan

2) Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan kompresi pada pusat


pernapasan di medulla oblongata, kelemahan otot-otot pernapasan,kegagalan
fungsi pernapasan.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan
adanya peningkatan pola napas kembali efektif.
Kriteria hasil : pasien memperlihatkan frekuensi pernapasan yang
efektif,mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru, adaptif mengatasi
factor-faktor penyebab

INTERVENSI RASIONAL

Berikan posisi yang nyaman , Meningkatkan inspirasi


biasanyadengan peninggian kepala maksimalmeningkatkan ekspansi paru
tempat tidur.Baik kesisi yang sakit. danventilasi pada sisi yang tidak sakit
Dukung klien untuk duduk klien untuk
duduk sebanyak mungkin
Observasi fungsi pernapasan , Disters pernapasan dan perubahan pada
catatfrekuensi pernapasan , dispnea tanda vital dapat terjadi sebagaiakibat
atau perubahan TTV stres fisiologi dan nyeri ataudapat
menunjukkan terjadinya
syok sehubungan dengan hipoksia.

26
Jelaskan pada klien bahwa Pengetahuan apa yang diharapkandapat
tindakantersebut dilakukan untuk mengurangi ansietas
menjaminkeamanan danmengembangkan kepatuhan
klienterhadap rencana terapeutik.
Pertahankan prilaku tenang, bantu Membantu klien mengalami
klienuntuk mengontrol diri efek fisiologi hipoksia yang
denganmenggunakan pernapasan lebih dapatdimanifestasikan sebagai
lambat dandalam ketakutan /ansietas.
Taruhlah kantung resusitasi di Kantung resusitasi / manual
sampingtempat tidur dan manual ventilasisangat berguna
ventilasi untuk sewaktu-waktu dapat untuk mempertahankan fungsi
digunakan pernapasan jika terjadi gangguan pada
alatventilator secara mendadak
Kolaborasi dengan tim kesehatan Kolaborasi dengan tim kesehatan
lainmisalnya dokter, radiologi, dan lainuntuk mengevaluasi
fisioterapi. perbaikankondisi klien atas
1. Pemberian antibiotic pengembangan parunya.
2. Pemberian analgesic
3. Fisioterapi dada
4. Konsul foto thorak

3) Risiko cedera yang berhubungan dengan gangguan dalam cara berjalan,


vertigo, dan/ atau gangguan penglihatan, sekunder akibat
kompresi/ perubahan tempat jaringan otak.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidak
terjadicedera.
Kriteria hasil : Pasien mampu menyatakan pemahaman faktor ang
terlibatdalam kemungkinan cidera.Menunjukkan perubahan perilaku, pola
hidup untuk menurunkan faktor risiko dan untuk melindungi diri
daricedera.Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk
meningkatkankeamanan

27
INTERVENSI RASIONAL

Usahakan lantai tidak licin dan basah Meminimalkan klien jatuh


Pasang side rail Menghindari klien terjatuh pada
saatistiraha
Anjurkan pada keluarga klien Untuk meningkatkan menjagakeamanan
untuk selalu menemani klien
dalam beraktivitas

4) Ansietas yang berhubungan dengan implikasi kondisi danketidakpastian masa


yang akan datang.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan rasa cemas
klien berkurang
Kriteria hasil : klien dapat mengakui dan mendiskusikan rasa
takutmengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang situasitampak rileks
dan melaporkan ansietas berkurang sampai padatingkat dapat diatasi

INTERVENSI RASIONAL

Kaji status mental tingkat ansietas Gangguan tingkat kesadaran


dari pasien/keluarga.Catat adanya tanda- dapatmempengaruhi ekspresi rasa
tanda verbal ataunon verbal takut tetapitidak menyangkal
keberadaannya. Derajatansietas akan
dipengaruhi bagaimanainformasi
tersebut diterima oleh individu
Jelaskan dan siapkan u/ Dapat meringankan ansietas
tindakan prosedur sebelum dilakukan terutamaketika pemeriksaan tersebut
melibatkanotak
Berikan kesempatanpasien Mengungkapkan rasa takut secara
u/mengungkapkan isi pikiran terbukadimana rasa takut dapat
dan perasaan takutnya titujukan
Berikan dukungan terhadap perencanaan Meningkatkan perasaan akan
gaya hidup yang nyatasetelah sakit keberhasilandalam penyembuhan

28
dalam dalamketerbatasannya tetapi
sepenuhnyamenggunakan kemampuan/
kapasitas pasien

5) Deficit perawatan diri yang berhubungan dengan ketidakmampuanuntuk


melakukan/ kesulitan dalam pelaksanaan aktivitas hidup sehari-harisekunder
akibat kerusakan sensorik-motorik.
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan personal
hygieneterpenuhi
Kriteria hasil : klien dapat menunjukkan gaya hidup untuk kebutuhan
merawatdiriKlien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuaidengan
tingkat kemampuan

INTERVENSI RASIONAL

Kaji kemampuan dan tingkat penurunan Membantu dalam mengantisipasi


dalam melakukan ADL danmerencanakan pertemuan
kebutuhanindividual
Menyadarkan tingkah laku / Klien memerlukan empati, tetapi
sugestitindakan pada perlumengetahui perawatan yang
penindungankelemahan. Pertahankan konsistendalam menangani klien.
support pola pikir, izinkan klien Sekaligusmeningkatkan harga diri,
melakukan tugas, beri umpan balik memandirikanklien, dan menganjurkan
positif untuk usahanya klien untuk terusmencoba
Rencanakan tindakan untuk menangani Klien akan mampu melihat dan
defisit penglihatan memakanmakanan, akan mampu
melihat keluar masuknya orang ke
ruangan
Beri kesempatan untuk menolong Mengurangi ketergantungan
diriseperti ekstensi untuk berpijak
padalantai atau ke toilet

29
Kaji kemampuan komunikasi Ketidakmampuan berkomunikasi
untuk BAK dengan perawat dapat menimbulkan
masalah pengosongan kandung kemih
oleh karenamasalah neurogenik
Identifikasi kebiasaan BAB. Meningkatkan latihan dan
Anjurkanminum dan meningkatkan menolongmencegah konstipasi
istirahat
Pemberian supositoria dan Pertolongan utama terhadap fungsi
pelumasfeses / pencahar bowellatau BAB
Konsul ke dokter terapi okupasi Untuk mengembangkan terapi
danmelengkapi kebutuhan khusus
6) Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan pemakaian
energi untuk metabolism, asupan nutrisi yang kurang, mual,muntah.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan
nutrisiklien terpenuhi.
Kriteria hasil: Pasien mengerti tentang pentingnya nurisi bagi
tubuh.Memperlihatkan kenaikan berat badan sesuai dengan hasil pemeriksaan
laboraturium

INTERVENSI RASIONAL

Evaluasi kemampuan makan klien Klien dengan tracheostomy tube


mungkinsulit untuk makan, tetapi klien
denganendotracheal tube dapat
menggunakanmag slang atau member
makanan parenteral
Monitor keadaan otot yang Menunjukkan indikasi kekurangan
menurundan kehilangan lemak energyotot dan mengurangi fungsi otot-
subkutan ototpernapasan
Kajilah fungsi system Fungsi system gastrointestinal
gastrointestinalyang meliputi suara sangat penting untuk memasukan
bising usus, catatterjadi perubahan di makanan.Ventilator dapat menyebabkan
dalam lambungseperti mual dan kembung pada lambung dan perdarahan

30
muntah. Observasi perubahan lambung
pergerakan usus misalnyadiare ,
konstipasi
Anjurkan pemberian cairan Mencegah terjadinya dehidrasi
2500cc/hari selama tidak terjadi akibat penggunan ventilator selama
gangguan jantung tidak sadar dan mencegah terjadinya
konstipasi.
Kolaborasi Diet tinggi kalori, protein,
a.Aturlah diet yang diberikan karbohidratsangat diperlukan selama
sesuaikeadaan klien b.Lakukan pemasanganventilator untuk
pemeriksaan laboratoriumyang mempertahankan fungsiotot-otot
diindikasikan seperti serum,transferin, respirasi. b.Memberikan informasi yang
BUN/Creatinin, danglukosa tepattentang keadaan nutrisi yang
dibutuhkanklien

7) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan sensorik-motorik.


Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan Klien
mampumelaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya
Kriteria hasil:
Tidak terjadi kontraktur sendi
Bertambahnya kekuatan otot
Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.

INTERVENSI RASIONAL

Kaji kemampuan Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan


secarafungsional/luasnya kerusakan dandapat memberikan informasi
awaldan dg cara yang teratur mengenai pemulihan
Letakkan pada posisi telungkup Membantu mempertahankan
satuatau dua kali sehari jika pasien ekstensi pinggul fungsional
dapatmentoleransinya
Mulailah melakukan laihan Meminimalkan atropi otot,
rentanggerak aktif dan pasif pada meningkatkansirkulasi, membantu

31
semuaekstrimitas saat masuk mencegah kontraktur
Sokong ekstrimitas dalam Mencegah kontraktur dan
posisifungsionalnya, gunakan papan memfasilitasikegunaannya jika
kakiselama periode paralisis flaksid berfungsi kembal
Tempatkan bantal di bawah aksila Mencegah adduksi bahu dan fleksi siku
u/malakukan abduksi pada tangan
Posisikan lutut dan panggul Mempertahankan posisi fungsional
dalam posisi ekstensi

8) Nyeri akut: sakit kepala yang berhubungan dengan kompresi/


perubahantempat jaringan otak dan peningkatan tekanan intrakranial.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan nyeri
dapat berkurang / hilang
Kriteria hasil :secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau
dapatmengidentifikasikan aktivitas yang meningkat ataumenurunkan nyeri,
klien tidak gelisah, skala nyeri 0

INTERVENSI RASIONAL

elaskan dan bantu klien Pendekatan dengan menggunakan


dengantindakan pereda nyeri non nonfarmakologi telah menunjukkan
farmakologidan non invasive keefektifandalam mengurangi nyeri
Ajarkan teknik relaksasi masase Dapat melancarkan peredaran darah
sehinggakebutuhan oksigen oleh
jaringan akanterpenuhi dan akan dapat
menguranginyerinya
Ajarkan metode distraksi selama Mengalihkan perhatian ke hal-hal
nyeriakut yangmenyenangkan
Observasi nyeri dan tingkat Untuk mencegah kemungkinan
responmotorik klien komplikasidan melakukan intervensi
yang tepat
Kolaborasi pemberian analgesik Analgesik memblok lintasan nyeri

32
sehingganyeri akan berkurang

9) Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan muntahsekunder


akibat peningkatan tekanan intrakranial.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan
cairanterpenuhi.
Kriteria hasil : Menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan
olehhaluaran urine adekuat, tanda vital stabil, membran mukosalembab,
turgor kulit baik

Awasi tanda vital, pengisian kapiler, Indikator keadekuatan volume sirkulasi.


statusmembran mukusa, turgor kulit
Diskusikan strategi untuk Membantu pasien menerima
menghentikanmuntah dan penggunaan perasaan bahwa akibat muntah
laktasik/ diuretik dan/atau penggunaan laksatif/ diuretik
mencegahkehilangan cairan lanjut
Identifikasi rencana untuk Melibatkan pasien dalam rencana
meningkatkanatau mempertahankan untuk memperbaiki ketidakseimbangan
keseimbangancairan optimal misal akanlebih besar kesempatan
jadwal masukancairan untuk berhasilnya.

33
c. Evaluasi
1) Dx 1 : Klien tidak gelisah.Klien tidak mengeluh nyeri kepala, mual-
muntah, dan muntah.GCS :4,5,6, TTV dalam batas normal.Tidak
terdapat papilidema.
2) Dx 2: Pasien memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif.Terjadi
perbaikan pertukaran gas-gas pada paru, adaptif mengatasi factor faktor
penyebab.
3) Dx 3:Pasien mampu menyatakan pemahaman faktor ang terlibat
dalamkemungkinan cidera.Menunjukkan perubahan perilaku, pola
hidup untuk menurunkan faktor risiko dan untuk melindungi diri dari
cedera.Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan
keamanan.
4) Dx 4 : Klien dapat mengakui dan mendiskusikan rasa
takut.Mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang situasi.Tampak
rileks dan melaporkan ansietas berkurang sampai pada tingkatdapat
diatasi.
5) Dx 5 : Klien dapat menunjukkan gaya hidup untuk kebutuhan merawat
diri.Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan
tingkatkemampuan.
6) Dx 6 : Pasien mengerti tentang pentingnya nurisi bagi
tubuh.Memperlihatkan kenaikan berat badan sesuai dengan
hasil pemeriksaan laboraturium.
7) Dx 7 : Tidak terjadi kontraktur sendi.Bertambahnya kekuatan otot.Klien
menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.
8) Dx 8 : Pasien melaporkan nyeri berkurang.Pasien dapat
mengidebtifikasi activitas yang meningkatkan ataumengurangi
nyeri.Pasien tampak relaks.Skala nyeri 0.
9) Dx 9 : Haluaran urine adekuat.Tanda vital stabil.Membran mukosa
lembab.Turgor kulit baik

34
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Otak manusia adalah struktur pusat pengaturan yang memiliki volume


sekitar 1.350cc atau sekitar 2% dari berat orang dewasa dan terdiri atas 100
juta sel saraf atau neuron. Metabolisme otak digunakan kira – kira 18% dari
total konsumsi oksigen oleh tubuh. Berat otak hanya 2,5 % dari berat badan
seluruhnya tapi otak merupakan organ yang paling banyak menerima darah
dari jantung yaitu 20% dari seluruh darah yang mengalir ke seluruh bagian
tubuh (Lumantobing, 2001).

Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan
ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak.
(price, A. Sylvia, 1995: 1030). Penyebab tumor hingga saat ini masih belum
diketahui, tetapi sekarang telah diadakan penelitian mengenai herediter, sisa-
sisa embrional, radiasi, virus, substansi-substansi zat karsinogenik, trauma
kepala. Penatalaksaan pasien dengan tumor otak dapat dilakukan pembedahan,
kemoterapi, dan radioterapi.

B. Saran
Perawat hendaknya mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien
dengan tumor otak secara holistik didasari dengan pengetahuan yang
mendalam mengenai penyakit tersebut.
Klien dan keluarganya hendaknya ikut berpartisipasi dalam penatalaksaan
serta meningkatkan pengetahuan tentang tumor otak yang dideritanya.

35
DAFTAR PUSTAKA

Baughman,Diace C dan Joann C. Hackley.2000. Buku Saku Keperawatan Medikal


Bedah. Jakarta : EGC

Price, Sylvia A dan Lorrane M. Wilson.2006. Patofisologi Konsep Klins Proses


Proses Penyakit Vol 2. Jakarta : EGC

Judha,Mohamad.2011. Sistem Persarafan dalam asuhan keperawatan.


Yogyakarta : Gosyen Publishing.

36

Anda mungkin juga menyukai