Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN RESMI

INTERPROFESSIONAL EDUCATION

Oleh :
Kelompok P-2

Cahya Nurul Novembriawati K 100140187


Yurnanda Ambar M. K 100140188
Hanifa Failasufi K 100140190
Vionella Moutika Putri K 100140193
Rachmaini Setyawati K 100140194
Ahmad Trinata Ardi K 100140195
Intan Adevia Rosnarita K 100140196
Westri Tiara Puspa K 100140197
Galang Adi Wibowo K 100140198
Safira Rizky Labetubun K 100140203
Amanee Sabuding K 100140207
Ku-arfeeyah Yusoh K 100140208
Puzaimah Hayesaleh K 100140209
Abdulloh Hawae K 100140210
Miss Roinah Yama K 100140211

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
STOMACHACE IN HYPERTENSIVE PATIENT

A. KASUS
Seorang pria berusia 66 tahun berkunjung ke dokter umum karena
sakit kepala. Dia pernah mengalami sakit kepala 6 bulan. Sakit kepala
meningkat di pagi hari dan diatasi dengan minum asam mefenamat. Dia
juga telah mengalami nyeri epigastrik, mual, dan muntah selama 3 bulan.
Dia juga pernah mengalami hipertensi, penggunaan alkohol berlebihan, dan
merokok 20 batang rokok/hari.
Pada pemeriksaan, pasien itu komposisinya mentis. Suhu tubuh
pasien yaitu 36,7ºC, tekanan darah 190/100 mmHg, denyut nadi 108 denyut
per menit, RR 20x/menit, dan indeks massa tubuh 31,2. Hasil pemeriksaan
fisik dada normal kecuali kardiomegali. Tes hematologi rutin normal. Tes
glukosa darah, aspartate aminotransferase, dan alanine aminotransferase
normal. Pemeriksaan urine rutin normal
Obat yang digunakan adalah amlodipin 5 mg sekali sehari, HCT 25
mg sekali di pagi hari, dan asam mefenamat bila diperlukan. Dia tidak tahu
alergi obat. Beberapa jam setelah minum obat, ia mengalami nyeri
epigastrik, nuasea, dan vomiting tanpa melaena, hematemasis, dan diare.
Pemeriksaan ulang pada semua tes darah, termasuk penghitungan darah
lengkap, dan biokimia normal. Dokter menyarankan pemeriksaan
endoskopik jika mengeluh terus menerus atau semakin parah.

B. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Tn. A BMI : 31,2
Jenis Kelamin : Laki-laki Tanggal MRS : -
Ruang :- Diagnosa : Hipertensi komorbid
Umur : 66 tahun dengan sakit kepala dan dyspepsia
BB/TB :- Alergi :-
C. SUBYEKTIF (saat MRS)
1. Keluhan Utama (Chief Complaint)
Sakit kepala terutama pada pagi hari, nyeri epigastrik, mual dan muntah
2. Riwayat Penyakit Sekarang (History of Present Illness)
Sakit perut, hipertensi
3. Riwayat Penyakit Terdahulu (Past Medical History)
Hipertensi
4. Riwayat Penyakit Keluarga (Family History)
Tidak ada
5. Riwayat Sosial (Social History)
Perokok 20 batang per hari dan peminum alcohol
6. Riwayat pengobatan (Medication History)
Lama
Nama Obat Nama Generik Indikasi Rute Dosis Frekuensi Efek/kesulitan
Penggunaan
Antihipertensi Tekanan darah belum
Amlodipine Amlodipine Po 5 mg 1x sehari -
(IONI, 2008) terkontrol
Antihipertensi 1x sehari Tekanan darah belum
Hirdoclorotiazid Hirdoclorotiazid Po 25 mg -
(IONI, 2008) pagi hari terkontrol
Asam mefenamat Asam mefenamat Analgetik (IONI, 2008) Po - Jika perlu 6 bulan Nyeri epigastric, mual, muntah
D. OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik (Physical Examination)
TANGGAL

TD 190/100
mmHg

Suhu 36,7 oC

Nadi 10x/menit

RR 20x/menit

BMI 31.2

2. Kondisi klinis
Kondisi Klinis
Nyeri kepala √
Nyeri perut √
Mual √
Muntah √

3. Data laboratorium
a. Hematologi
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan
-/-/-
Eritrosit 4,0 – 5,0 (P) N
Juta/µL
(Sel Darah Merah) 4,5 – 5,5 (L)
Hemoglobin (Hb) 12,0 – 14,0 (P) N
g/dL
13,0 – 16,0 (L)
Hematokrit 40 – 50 (P) N
%
45 – 55 (L)
Hitung Jenis
Basofil % 0,0 – 1,0 N
Eosinofil % 1,0 – 3,0 N
Batang1 % 2,0 – 6,0 N
Segmen1 % 50,0 – 70,0 N
Limfosit % 20,0 – 40,0 N
Monosit % 2,0 – 8,0 N
Retikulosist % 0,5-2 N
Laju Endap Darah (LED) < 15 (P) N
Mm/jam
< 10 (L)
Leukosit 103/µL 5,0 – 10,0 N
(Sel Darah Putih)
MCH/HER Pg/sel 27 – 31 N
MCHC/KHER g/dL 32 – 36 N
MCV/VER fl 80 – 96 N
3
Trombosit 10 /µL 150 – 400 N
Prothrombin time/PT Detik 10-15 N
Activated Partial N
Detik 21-45
Thromboplastin Time/aPTT
Thrombin Time/TT Detik 16-24 N
Fibrinogen mg/dl 200-450 N
D-Dimer Mcg/ml Negative/<0,5 N
International Normalized N
0,8-1,2
Ratio/INR

b. Fungsi hati
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan
-/-/-
ALT (SGPT) < 23 (P) N
U/L
< 30 (L)
AST (SGOT) < 21 (P) N
U/L
< 25 (L)
Alkalin Fosfatase U/L 15 – 69 N
GGT (Gamma GT) U/L 5 – 38 N
Bilirubin Total mg/dL 0,25 – 1,0 N
Bilirubin Langsung mg/dL 0,0 – 0,25 N
Protein Total g/L 61 – 82 N
Albumin g/L 37 – 52 N

c. Elektrolit

Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan
-/-/-
Kreatinin 60 – 150 (P) N
U/L
70 – 160 (L)
Natrium mmol/L 134 – 145 N
Klorid mmol/L 94 – 111 N
Kalium mmol/L 3,5 – 5,0 N
BUN mg/dL 8 - 25 N
Ca2+ mg/dl 8,8-10,4 N
Asam Urat 2,4 – 5,7 (P) N
mg/dL
3,4 – 7,0 (L)
2+
Mg mg/dl 1,7-2,3 N

d. Analisa gas darah (AGD)


Nilai Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan
Rujukan -/-/-
Saturasi Oksigen (SaO2) %O2 95-99 N
Tekanan Parsial Oksigen 75-100 N
mmHg
(PaO2)
Tekanan Parsial CO2 35-45 N
mmHg
(PaCO2)
pH - 7,35-7,45 N
CO2 mEq/L 22-32 N
Anion Gap (AG) mEq/L 13-17 N

e. Profil lipid
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan
-/-/-
Kolesterol Total mg/dL 150 – 200 N
HDL 45 – 65 (P) N
mg/dL
35 – 55 (L)
LDL mg/dl <130 N
Trigliserid mg/dL 120 – 190 N

f. Lain-lain
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan
-/-/-
Gula Darah Sewaktu
mg/dL <200 N
(GDS)
Gula Darah Puasa (GDP) mg/dL 70 – 100 N
Gula Darah 2 jam PP mg/dL <200 N
Amilase U/L 30 – 130 N

E. ASSESMENT
1. Terapi Pasien

Tanggal
Nama Obat Rute Dosis Frekuensi
Asam mefenamat p.o - Bila perlu
Amlodipine p.o 5mg 1x sehari
Hidroklorthiazid p.o 25mg 1x sehari pagi hari
Parasetamol p.o 1000mg Maks.4x sehari
Valsartan p.o 160mg 1x sehari
Omeprazol p.o 20 mg 1x sehari

2. Mekanisme Kerja Masing-Masing Obat (Obat sebelumnya, obat


sekarang dan obat yang direkomendasikan)
a. Asam mefenamat
Menghambat enzim siklooksigenase-1 dan 2 (COX-1 dan 2), yang
menyebabkan penurunan pembentukan perkusor prostaglandin (DIH,
2009).
b. Amlodipine
Menghambat masuknya ion kalsium, merelaksasi otot polos jantung
vaskular dan vasodilatasi jantung (DIH, 2009).
c. Hidroklorthiazid
Menghambat reabsorpsi sodium di tubulus distal yang menyebabkan
kenaikan ekskresi sodium dan air (DIH, 2009).
d. Parasetamol
Menghambat sintesis prostaglandin di sistem syaraf dan perifer
memblok pembentukan implus nyeri, menghasilkan antipiretik dari
penghambatan pusat pengatur panas di hipotalamus (DIH, 2009).
e. Valsartan
Menghasilkan antagonisme langsung pada reseptor angiotensin II
(AT2), tidak seperti ACE inhibitor. Valsartan menggantikan
angiotensin II dari reseptor AT1 dan menghasilkan efek penurun
tekanan darah dengan melawan induksi vasokonstriksi AT1,
pelepasan aldosteron, pelepasan katekolamin, pelepasan vasopresin
arginin, asupan air, dan respon hipertrofik. Tindakan ini
menghasilkan blokade efek kardiovaskular angiotensin II yang lebih
efisien dan efek samping yang lebih sedikit dari ACE inhibitor (DIH,
2008).
f. Omeprazole
Menekan gastric basal dan menstimulasi sekresi asam dengan
menghambat sel parietal pompa H+/K+ ATP (DIH, 2008).
3. Problem Medik dan Drug Related Problems
 Problem medik
Problem Subyektif,
Terapi Analisis DRP Rekomendasi Monitoring
Medik Obyektif
Headache Subyektif : Asam mefenamat Tepat Indikasi: Rasional Tidak tepat Asam mefenamat Frekuensi
pusing setiap (bila perlu) Pasien mengalami pusing, obat ini obat dan tidak diganti dengan terjadinya sakit
pagi hari diindikasikan untuk nyeri ringan sampai tepat pasien. asetaminofen 1000 mg kepala.
selama 6 bulan sedang (IONI, 2008; 295). bila perlu, atau
maksimal 4 kali sehari ESO:
Tepat Pasien: Tidak Rasional (Dipiro 7th ed., 2008, alergi,
Pasien mengalami hipertensi sedangkan hal. 1010). hepatotoksik
asam mefenamat merupakan analgesik Drug of choice yang (IONI, 2008)
golongan NSAID yang merupakan drug lain tidak bisa
induced hipertensi (Dipiro 7th ed., hal. 140). digunakan karena
Sehingga dapat meningkatkan tekanan diklofenak memiliki
darah. persen efek samping
Asam mefenamat juga digunakan hati-hati peptic ulcer 60% pada
pada pasien geriatri, pengobatan jangka geriatri, ibuprofen,
lama harus dilakukan tes darah (IONI 2008, ketolorak, dan
hal. 295) naproxen memiliki
interaksi dengan ARB
Tepat Obat: Tidak Rasional sehingga menurunkan
Bukan drug of choice, sebab berdasarkan efek terapi analgetik
Dipiro edisi 9 (2012) hal. 555, pasien (DIH 17th ed, 2009).
dengan riwayat hipertensi dan sering
mengalami sakit kepala secara episodik
termasuk dalam headache type tension maka
diterapi dengan simple analgetic seperti,
acetamenofen, aspirin, diklofenak,
ibuprofen, naproxen, ketoprofen dan
ketorolak.

Tepat dosis: tidak rasional


Dosis 500 mg 3xsehari setelah makan dan
tidak boleh dikonsumsi lebih dari 7 hari
(IONI 2008 hal 296) sedangkan pasien
sudah 6 bulan mengalami sakit kepala dan
mengonsumsi asam mefenamat bila
kambuh. Hal ini dapat menyebabkan
gangguan saluran pencernaan, yaitu nyeri
epigastrik.

Efek samping yang timbul:


Pasien mengalami keluhan mual-muntah dan
nyeri epigastrik. Asam mefenamat
merupakan NSAID. Berdasarkan DIH
(2008), NSAID menyebabkan iritasi gastrik.
Problem Subyektif,
Terapi Analisis DRP Rekomendasi Monitoring
Medik Obyektif
Hipertensi Subyektif: Amlodipine 5 mg Tepat indikasi karena TD ≥ 160/100 mmHg Tidak tepat Non-Farmakologi: EfektifitasObat:
sakit kepala 1x sehari termasuk hipertensi stage 2 pasien Lifestyle modification TD
HCT 25 mg 1x tanpakomplikasi, maka diberikan kombinasi Menurut JNC 8
penghentian merokok
Obyektif: sehari pagi hari diuretic dan ACEI / ARB / BB / CCB (JNC; 2014 hal E1, TD
TD 7). dan konsumsi alkohol. untukpasien 60
190/100 tahunkeatas
mmHg Tidak tepat pasien karena pasien sering 150/90 mmHg.
mengalami nyeri kepala pada pagi hari dan Farmakologi:
hasil pemeriksaan darah pasien masih tinggi Penggunaan HCT ESO:
kemungkinan sakit kepala yang dirasakan 25mg 1x sehari tetap Valsartan :
karena tekanan darah yang tinggi. dilanjutkan. kelelahan, sakit
Amlodipin 5 mg 1x1 kepala, nyeri
Tepat Obat, HCT merupakan obat diuretic diganti dengan sendi, jarang
golongan thiazide, dan amlodipine Valsartan 80 atau 160 diare (IONI,
merupakan golongan CCB (DiPiro, 2008; mg 1x sehari 2008)
150) maksimum 320 mg HCT:
sehari (DIH, edisi 17) hipokalemi,
Tepat dosis, dosis HCT secara oral 12,5–50 susahtidur,hipot
mg/hari dan dosis oral amlodipine 5 mg 1 x ensi (IONI,
sehari (DIH edisi 17). 2008)
Subyektif,
Problem Terapi Analisis DRP Rekomendasi Monitoring
Obyektif
Medik
Dispepsia Subyektif : Omeprazole 20 mg Salah satu penyebab dyspepsia akut adalah Tidak ada Non-Farmakologi: Efektfitas obat:
Mual, muntah, 1 x sehari Lifestyle modification
penggunaan nonselektif NSAID (Koda- rasa mual dan
nyeri
menghentikan asam
epigastrik Kimble, 2013). Sebanyak 50% pasien yang muntah
mefenamat,
memakai NSAID dilaporkan mengalami berkurang atau
penghentian merokok
dyspepsia((Dipiro, 2008). hilang.
dan konsumsi alkohol.
Tepat Indikasi: Tepat. Omeprazole Rasa nyeri perut
merupakan obat golongan PPI yang berkurang atau
Farmakologi:
menekan sekresi asam lambung dan menghilang.
Terapi Omeprazol
stimulasi gastric (DIH ed 17, 2008).
(PPI) dengan dosis
Sehingga penggunaan omeprazole tepat. Efek samping:
oral 20 mg/ hari
Tepat Pasien: Tepat. Omeprazole memiliki Gangguan
dilanjutkan selama 4
kontraindikasi terhadap hipersensitivitas saluran cerna
minggu (Dipiro 7th Ed
omeprazole dan obat lain yang sejenis dalam (seperti mual,
2008; 560).
formulasi (DIH ed 17, 2008). Pasien tidak muntah, nyeri
Obat diminum pada
memiliki kontraindikasi terhadap hal lambung,
pagi hari sebelum
tersebut maka pasien cocok untuk kembung, diare
sarapan (DIH ed 17,
menggunakan omeprazole. dan konstipasi),
Tepat Obat: Tepat. Berdasarkan guideline 2008). sakit kepala dan
dyspepsia pada Koda-Kimble (2013: 668) pusing (IONI
pasien yang berusia diatas 55 tahun 2008; 55).
dyspepsia akut yang disebabkan oleh
induksi terapi nonselektif NSAID, pada Terhadap
penetilian meta-analisis telah menunjukkan kepatuhan
kemampuan efikasi dari obat golongan minum pasien
H2RA dan PPI. Sehingga pemilihan dan pasien
omeprazole dari golongan PPI tepat obat disarankan rutin
karena termasuk dalam drug of choice cek atu kontrol
dyspepsia. ke dokter.
Tepat Dosis: Tepat. Dosis omeprazole 20
mg 1 x sehari selama 4 minggu (BNF 61,
2011: 56; Dipiro, 2008 dan DIH ed 17,
2008).
 Drug Related Problems
DRUG RELATED
PERTANYAAN YES NO KOMENTAR
PROBLEMS (DRPs)
Korelasi obat dg masalah Adakah obat tanpa indikasi medis? √
medis
(Correlation between Adakah masalah medis yang tidak √ Mual dan muntah
drug therapy & medical diobati
problem)
Ketepatan Pengobatan Apakah obat yang digunakan efektif/ √ TD belum terkontrol
(Appropriate Therapy) mencapai hasil yang diinginkan dan mencapai goal
(therapeutic outcome)? terapi.
Apakah obat yang digunakan √ Asam mefenamat
dikontraindikasikan untuk pasien? tidak untuk pasien
hipertensi
Apakah obat yang digunakan merupakan √ Asam mefenamat
drug of choice ? bukan drug of choice
analgetik.
Apakah terapi non-obat diperlukan? √

Drug Regimen Apakah besaran dosis sudah tepat untuk √


pasien?
Apakah frekuensi pemberian sudah √
tepat?
Apakah lama pemberian obat sudah √ Asam mefenamat
tepat?
Duplikasi Adakah terjadi duplikasi terapi? √
terapi/Polifarmasi
Adverse Drug Reactions Adakah gejala/ masalah medis yang √ Ada asam mefenamat
disebabkan oleh obat? memperparah
hipertensi
Interaksi Obat Adakah interaksi obat-obat yg √
berdampak klinis?
Adakah interaksi obat- makanan yg √
berdampak klinis?
Adakah interaksi obat- pemeriksaan √
laboratorium yang berdampak klinis?
Alergi Obat/ Intoleransi Apakah terjadi alergi /intoleransi √
terhadap obat ?
Adherence/ Compliance Adakah masalah ketidak patuhan pasien √
terhadap penggunaan obat?
Apakah pasien mengalami hambatan/ √
kesulitan dalam penggunaan obat?
F. PEMBAHASAN
1. Definisi
Nyeri atau sakit kepala adalah rasa sakit sekitar kepala termasuk
nyeri di belakang mata serta perbatasan antara leher dan kepala bagian
belakang (Oleson dan Bonica, 1990).
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah arterial ysng
terus-menerus meningkat (BP/ Blood Pressure). JNC7
menglasifikasikan BP dewasa menjadi BP normal, prehipertensi,
hipertensi stage 1, dan hipertensi stage 2 (DiPiro 9, hal.87).
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani yang artinya “Pencernaan
sulit atau sulit” dan mengacu pada perasaan subyektif rasa sakit atau
ketidaknyamanan terutama terletak pada perut bagian atas (Koda
Kimble, 2013, hal.667).
2. Patofisiologi
 Sakit kepala
Sakit kepala /nyeri berasal dari jaringan myofacial. Setelah
diaktivasi struktur persepsi nyeri supraspinal, sakit kepala terjadi karena
modulasi sentral akibat datangnya rangsangan perifer (Dipiro 9th ed.,
2012).

 Hipertensi
Patofisiologi hipertensi dianta lain karena penyakit ginjal kronis,
koarktasio aorta, sindrom Cushing, drug inducd hipertensi, aldosteron
primer, hipertensi renovaskular, Sleep apnea, hipertiroid,
hiperparatiroid (Dipiro dkk, 2005). Hipertensi bisa terjadi karena
beberapa faktor, diantaranya adanya malfungsi pada RAAS, hormon
natiuretik, atau karena hiperinsulinemia. Hormon natriuretik
menghambat sodium dan potasium-adenosin trifosfat sehingga akan
mengganggu transport sodium melewati sel membran. Peningkatan
konsentrasi intraseluler sodium akan meningkatkan aliran darah dan
BP. Resisten Insulin dan Hiperinsulinemia. Insulin meningkatkan BP
dengan meningkatkan calsium intraseluler sehingga meningkatkan
resistensi pembuluh darah (Dipiro dkk, 2005).

 Dispepsia
Dispepsia akut berkaitan dengan makanan, alkohol, merokok,
atau stres. Dispepsia kronis terkait dengan penyebab yang mendasari
seperti PUD, GERD, atau keganasan atau mungkin tidak diketahui
penyebabnya (endoskopi-negatif, fungsional, dispepsia idiopatik).
Sekitar 40% pasien dengan dispepsia fungsional mengalami gangguan
patofisiologis yang menyebabkan berkurangnya kecepatan
pengosongan lambung. Ada juga bukti bahwa kerongkongan, lambung,
duodenum, dan daerah saluran GI lainnya bersifat hipersensitif dan
dapat dikaitkan dengan sindrom iritasi usus besar, terutama pada wanita
(Koda Kimble, et. al.,2009).

3. Ethiologi
 Sakit kepala
Sakit kepala bisa disebabkan oleh peristiwa stres tertentu, stress
dan depresi pada umumnya berperan sebagai faktor pencetus sekitar
87%, eksaserbasi maupun mempertahankan lamanya nyeri kepala.
Prevalensi life time depresi pada penduduk adalah sekitar 17%. Pada
penderita depresi dijumpai adanya defisit kadar serotonin dan
noradrenalin di otaknya. Sakit kepala juga dapat disebabkan karena
kurang makan, hindari makan atau minum sesuatu yang sensitif,
khususnya sebelum melakukan kegiatan fisik. Rasa lapar juga bisa
membuat kita sakit kepala. Pasalnya, pembuluh darah akan melebar
setiap kali kadar gula darah turun. Jadi, sebisa mungkin makan secara
teratur. Bekerja dalam posisi yang tidak enak juga dapat menyebabkan
sakit kepala misalnya kurangnya aktifitas fisik, kegiatan fisik yang
intens, termasuk aktifitas seksual, perubahan hormonal yang
berhubungan dengan menstruasi, kehamilan, atau penggunaan hormon,
penggunaan obat untuk sakit kepala yang berlebihan, kecemasan,
jadwal tidur yang berubah, dan depresi (DiPiro 2008,hal.1006).

 Hipertensi
Hipertensi dibagi menjadi 2 jenis yaitu hipertensi primer
(hipertensi esensial) dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer terjadi
dengan penyebab yang belum diketahui secara jelas seperti faktor
genetik dan mutasi gen (mengubah ekskresi kalikrein, pelepasan nitrit
oksida, ekskresi aldosteron, steroid adrenal dan angiotensinogen).
Sedangkan hipertensi sekunder terjadi dengan penyebabnya sudah
diketahui dengan jelas seperti renovaskular dan penyakit ginjal kronis,
dan penggunaan obat-obatan, baik secara langsung maupun tidak
langsung (DiPiro dkk, 2005).

 Dispepsia
Penyebab dispepsia terdiri dari beberapa hal yang akan
menimbulkan rasa sakit bagian usus atas seperti intoleransi makanan
atau obat. Intoleransi makanan merupakan penyebab dari dispepsia.
pada kondisi akut,  dispepsia  mungkin disebabkan oleh makan
berlebihan, makan yang terlalu cepat, makan makanan berlemak, makan
saat keadaan stress, atau minum alcohol atau kopi terlalu banyak. Selain
makakan, banyak juga obat-obatan yang menyebabkan dyspepsia,
seperti aspirin, NSAID, antibiotic (metronidazol, makrolid), obat
diabetes (metformin, penghambat alfa glukosidase, analog amylin,
antagonis reseptor GLP-1), obat antihipertensi (ACE inhibitor,
angiotensin reseptor bloker), agen penurun kolesterol (niasin, fibrat),
obat-obat neuropsikiatrik (penghambat kolinestraseàdonepezil,
rivastigmine), SSRIs (fluoxetine, sertraline), penghambat serotonin-
norepinefrin-reuptake (venlafaxine, duloxetine), obat Parkinson (agonis
dopamine, monoamine oxidase (MAO-B) inhibitor), kortikosteroid,
estrogen, digoxin, zat besi, dan opioids. Dyspepsia Fungsional juga
menjadi penyebab utama dyspepsia kronik. Pada 3-4 dari 10 pasien
tidak ditemukan kelainan organik setelah di evaluasi. Gejala mungkin
timbul dari interaksi yang kompleks dari peningkatan sensitivitas
visceral aferen, pengosongan lambung yang terlambat atau sistem
akomodasi makanan yang terganggu, atau stress psikososial. Walaupun
jinak, gejala ini bisa menjadi kronik dan susah untuk disembuhkan
apabila tidak ditangani dengan tepat (DiPiro 7.559).

4. Guideline
Sakit kepala (Dipiro 9th ed., 2012)
Hipertensi (JNC7)
Dispepsia (Koda Kimble, 2009)
G. KESIMPULAN REKOMENDASI
1. Lifestyle modification dilakukan dengan berhenti merokok dan berhenti
mengonsumsi alkohol.
2. Terapi Asam mefenamat diganti dengan Asetaminofen 1000 mg bila perlu,
atau maksimal 4 kali sehari (Dipiro 7th ed., 2008, hal. 1010).
3. Terapi dengan HCT 25mg 1x sehari pada pagi hari tetap dilanjutkan.
4. Terapi Amlodipin 5 mg 1x1 diganti dengan Valsartan 80 atau 160 mg 1x
sehari maksimum 320 mg sehari (DIH, edisi 17).
5. Terapi dispepsia dilakukan dengan penggunaan Omeprazol (PPI) dengan
dosis oral 20 mg/ hari dilanjutkan selama 4 minggu (Dipiro 7th Ed 2008;
560), obat diminum pada pagi hari sebelum sarapan (DIH ed 17, 2008).

H. KONSELING
1. Pasien dianjurkan untuk melakukan Lifestyle modification dengan
menghentikan kebiasaan merokok mengonsumsi alkohol.
2. Terapi sakit kepala dengan Asetaminofen 1000 mg diminum jika sakit
kepala maksimal 4 kali sehari.
3. Terapi hipertensi dengan HCT 1x sehari diminum pagi hari.
4. Terapi hipertensi dengan Valsartan 80 atau 160 mg 1x sehari.
5. Terapi dispepsia dengan Omeprazol 20 mg/ hari selama 4 minggu, obat
diminum pada pagi hari sebelum sarapan.
I. DAFTAR PUSTAKA
Aberg et al. 2009. Drug Information Handbook, 17th Edition. Lexi-comp
for the American Pharmacist Association.
Anonim. 2008. Informatorium Obat Nasional Indonesia. BPOM RI: Jakarta.
Anonim, 2009, British National Formulary, edisi 61, BMJ Publishing and
group.
Dipiro et al. 2008. Pharmacoterapy, a Pathophysiologic Approach, 7th
Edition. New York: The MC. Grow Hill.
Dipiro et al. 2008. Pharmacoterapy, Principles and Practice. New York:
The MC. Grow Hill.
Koda kimble, et. al., 2009, Applied therapeutics: The Clinical Use of Drugs
ninth edition.Wolter Kluwer, Philadelphia.
Paul et all, 2014, Evident-Based Guideline for The Management of High
Blood Pressure in Adults Report From The Panel Members Appointed
to the Eighth Joint National Committee (JNC8).
U.S. Department of Health and Human Services, 2011, The Eighth Report
of the Joint National Commitee (JNC-7) on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. USA: National
Institute of Health Complete Report.
J. LAMPIRAN
Dipiro 9th ed., 2012

Dipiro 7th ed., 2008


Dipiro 7th ed., 2008

DIH, 2008 (Efek samping asam mefenamat)


JNC 7

DiPiro edisi 7, 2008

DiPiro edisi 7, 2008


DIH, 2009

DIH, 2009

DIH, 2008
DIH, 2008

DIH, 2008
DIH, 2008

DIH, 2008
Koda Kimble
DiPiro edisi 7, 2008

Anda mungkin juga menyukai