INTERPROFESSIONAL EDUCATION
Oleh :
Kelompok P-2
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
STOMACHACE IN HYPERTENSIVE PATIENT
A. KASUS
Seorang pria berusia 66 tahun berkunjung ke dokter umum karena
sakit kepala. Dia pernah mengalami sakit kepala 6 bulan. Sakit kepala
meningkat di pagi hari dan diatasi dengan minum asam mefenamat. Dia
juga telah mengalami nyeri epigastrik, mual, dan muntah selama 3 bulan.
Dia juga pernah mengalami hipertensi, penggunaan alkohol berlebihan, dan
merokok 20 batang rokok/hari.
Pada pemeriksaan, pasien itu komposisinya mentis. Suhu tubuh
pasien yaitu 36,7ºC, tekanan darah 190/100 mmHg, denyut nadi 108 denyut
per menit, RR 20x/menit, dan indeks massa tubuh 31,2. Hasil pemeriksaan
fisik dada normal kecuali kardiomegali. Tes hematologi rutin normal. Tes
glukosa darah, aspartate aminotransferase, dan alanine aminotransferase
normal. Pemeriksaan urine rutin normal
Obat yang digunakan adalah amlodipin 5 mg sekali sehari, HCT 25
mg sekali di pagi hari, dan asam mefenamat bila diperlukan. Dia tidak tahu
alergi obat. Beberapa jam setelah minum obat, ia mengalami nyeri
epigastrik, nuasea, dan vomiting tanpa melaena, hematemasis, dan diare.
Pemeriksaan ulang pada semua tes darah, termasuk penghitungan darah
lengkap, dan biokimia normal. Dokter menyarankan pemeriksaan
endoskopik jika mengeluh terus menerus atau semakin parah.
B. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Tn. A BMI : 31,2
Jenis Kelamin : Laki-laki Tanggal MRS : -
Ruang :- Diagnosa : Hipertensi komorbid
Umur : 66 tahun dengan sakit kepala dan dyspepsia
BB/TB :- Alergi :-
C. SUBYEKTIF (saat MRS)
1. Keluhan Utama (Chief Complaint)
Sakit kepala terutama pada pagi hari, nyeri epigastrik, mual dan muntah
2. Riwayat Penyakit Sekarang (History of Present Illness)
Sakit perut, hipertensi
3. Riwayat Penyakit Terdahulu (Past Medical History)
Hipertensi
4. Riwayat Penyakit Keluarga (Family History)
Tidak ada
5. Riwayat Sosial (Social History)
Perokok 20 batang per hari dan peminum alcohol
6. Riwayat pengobatan (Medication History)
Lama
Nama Obat Nama Generik Indikasi Rute Dosis Frekuensi Efek/kesulitan
Penggunaan
Antihipertensi Tekanan darah belum
Amlodipine Amlodipine Po 5 mg 1x sehari -
(IONI, 2008) terkontrol
Antihipertensi 1x sehari Tekanan darah belum
Hirdoclorotiazid Hirdoclorotiazid Po 25 mg -
(IONI, 2008) pagi hari terkontrol
Asam mefenamat Asam mefenamat Analgetik (IONI, 2008) Po - Jika perlu 6 bulan Nyeri epigastric, mual, muntah
D. OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik (Physical Examination)
TANGGAL
TD 190/100
mmHg
Suhu 36,7 oC
Nadi 10x/menit
RR 20x/menit
BMI 31.2
2. Kondisi klinis
Kondisi Klinis
Nyeri kepala √
Nyeri perut √
Mual √
Muntah √
3. Data laboratorium
a. Hematologi
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan
-/-/-
Eritrosit 4,0 – 5,0 (P) N
Juta/µL
(Sel Darah Merah) 4,5 – 5,5 (L)
Hemoglobin (Hb) 12,0 – 14,0 (P) N
g/dL
13,0 – 16,0 (L)
Hematokrit 40 – 50 (P) N
%
45 – 55 (L)
Hitung Jenis
Basofil % 0,0 – 1,0 N
Eosinofil % 1,0 – 3,0 N
Batang1 % 2,0 – 6,0 N
Segmen1 % 50,0 – 70,0 N
Limfosit % 20,0 – 40,0 N
Monosit % 2,0 – 8,0 N
Retikulosist % 0,5-2 N
Laju Endap Darah (LED) < 15 (P) N
Mm/jam
< 10 (L)
Leukosit 103/µL 5,0 – 10,0 N
(Sel Darah Putih)
MCH/HER Pg/sel 27 – 31 N
MCHC/KHER g/dL 32 – 36 N
MCV/VER fl 80 – 96 N
3
Trombosit 10 /µL 150 – 400 N
Prothrombin time/PT Detik 10-15 N
Activated Partial N
Detik 21-45
Thromboplastin Time/aPTT
Thrombin Time/TT Detik 16-24 N
Fibrinogen mg/dl 200-450 N
D-Dimer Mcg/ml Negative/<0,5 N
International Normalized N
0,8-1,2
Ratio/INR
b. Fungsi hati
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan
-/-/-
ALT (SGPT) < 23 (P) N
U/L
< 30 (L)
AST (SGOT) < 21 (P) N
U/L
< 25 (L)
Alkalin Fosfatase U/L 15 – 69 N
GGT (Gamma GT) U/L 5 – 38 N
Bilirubin Total mg/dL 0,25 – 1,0 N
Bilirubin Langsung mg/dL 0,0 – 0,25 N
Protein Total g/L 61 – 82 N
Albumin g/L 37 – 52 N
c. Elektrolit
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan
-/-/-
Kreatinin 60 – 150 (P) N
U/L
70 – 160 (L)
Natrium mmol/L 134 – 145 N
Klorid mmol/L 94 – 111 N
Kalium mmol/L 3,5 – 5,0 N
BUN mg/dL 8 - 25 N
Ca2+ mg/dl 8,8-10,4 N
Asam Urat 2,4 – 5,7 (P) N
mg/dL
3,4 – 7,0 (L)
2+
Mg mg/dl 1,7-2,3 N
e. Profil lipid
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan
-/-/-
Kolesterol Total mg/dL 150 – 200 N
HDL 45 – 65 (P) N
mg/dL
35 – 55 (L)
LDL mg/dl <130 N
Trigliserid mg/dL 120 – 190 N
f. Lain-lain
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan
-/-/-
Gula Darah Sewaktu
mg/dL <200 N
(GDS)
Gula Darah Puasa (GDP) mg/dL 70 – 100 N
Gula Darah 2 jam PP mg/dL <200 N
Amilase U/L 30 – 130 N
E. ASSESMENT
1. Terapi Pasien
Tanggal
Nama Obat Rute Dosis Frekuensi
Asam mefenamat p.o - Bila perlu
Amlodipine p.o 5mg 1x sehari
Hidroklorthiazid p.o 25mg 1x sehari pagi hari
Parasetamol p.o 1000mg Maks.4x sehari
Valsartan p.o 160mg 1x sehari
Omeprazol p.o 20 mg 1x sehari
Hipertensi
Patofisiologi hipertensi dianta lain karena penyakit ginjal kronis,
koarktasio aorta, sindrom Cushing, drug inducd hipertensi, aldosteron
primer, hipertensi renovaskular, Sleep apnea, hipertiroid,
hiperparatiroid (Dipiro dkk, 2005). Hipertensi bisa terjadi karena
beberapa faktor, diantaranya adanya malfungsi pada RAAS, hormon
natiuretik, atau karena hiperinsulinemia. Hormon natriuretik
menghambat sodium dan potasium-adenosin trifosfat sehingga akan
mengganggu transport sodium melewati sel membran. Peningkatan
konsentrasi intraseluler sodium akan meningkatkan aliran darah dan
BP. Resisten Insulin dan Hiperinsulinemia. Insulin meningkatkan BP
dengan meningkatkan calsium intraseluler sehingga meningkatkan
resistensi pembuluh darah (Dipiro dkk, 2005).
Dispepsia
Dispepsia akut berkaitan dengan makanan, alkohol, merokok,
atau stres. Dispepsia kronis terkait dengan penyebab yang mendasari
seperti PUD, GERD, atau keganasan atau mungkin tidak diketahui
penyebabnya (endoskopi-negatif, fungsional, dispepsia idiopatik).
Sekitar 40% pasien dengan dispepsia fungsional mengalami gangguan
patofisiologis yang menyebabkan berkurangnya kecepatan
pengosongan lambung. Ada juga bukti bahwa kerongkongan, lambung,
duodenum, dan daerah saluran GI lainnya bersifat hipersensitif dan
dapat dikaitkan dengan sindrom iritasi usus besar, terutama pada wanita
(Koda Kimble, et. al.,2009).
3. Ethiologi
Sakit kepala
Sakit kepala bisa disebabkan oleh peristiwa stres tertentu, stress
dan depresi pada umumnya berperan sebagai faktor pencetus sekitar
87%, eksaserbasi maupun mempertahankan lamanya nyeri kepala.
Prevalensi life time depresi pada penduduk adalah sekitar 17%. Pada
penderita depresi dijumpai adanya defisit kadar serotonin dan
noradrenalin di otaknya. Sakit kepala juga dapat disebabkan karena
kurang makan, hindari makan atau minum sesuatu yang sensitif,
khususnya sebelum melakukan kegiatan fisik. Rasa lapar juga bisa
membuat kita sakit kepala. Pasalnya, pembuluh darah akan melebar
setiap kali kadar gula darah turun. Jadi, sebisa mungkin makan secara
teratur. Bekerja dalam posisi yang tidak enak juga dapat menyebabkan
sakit kepala misalnya kurangnya aktifitas fisik, kegiatan fisik yang
intens, termasuk aktifitas seksual, perubahan hormonal yang
berhubungan dengan menstruasi, kehamilan, atau penggunaan hormon,
penggunaan obat untuk sakit kepala yang berlebihan, kecemasan,
jadwal tidur yang berubah, dan depresi (DiPiro 2008,hal.1006).
Hipertensi
Hipertensi dibagi menjadi 2 jenis yaitu hipertensi primer
(hipertensi esensial) dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer terjadi
dengan penyebab yang belum diketahui secara jelas seperti faktor
genetik dan mutasi gen (mengubah ekskresi kalikrein, pelepasan nitrit
oksida, ekskresi aldosteron, steroid adrenal dan angiotensinogen).
Sedangkan hipertensi sekunder terjadi dengan penyebabnya sudah
diketahui dengan jelas seperti renovaskular dan penyakit ginjal kronis,
dan penggunaan obat-obatan, baik secara langsung maupun tidak
langsung (DiPiro dkk, 2005).
Dispepsia
Penyebab dispepsia terdiri dari beberapa hal yang akan
menimbulkan rasa sakit bagian usus atas seperti intoleransi makanan
atau obat. Intoleransi makanan merupakan penyebab dari dispepsia.
pada kondisi akut, dispepsia mungkin disebabkan oleh makan
berlebihan, makan yang terlalu cepat, makan makanan berlemak, makan
saat keadaan stress, atau minum alcohol atau kopi terlalu banyak. Selain
makakan, banyak juga obat-obatan yang menyebabkan dyspepsia,
seperti aspirin, NSAID, antibiotic (metronidazol, makrolid), obat
diabetes (metformin, penghambat alfa glukosidase, analog amylin,
antagonis reseptor GLP-1), obat antihipertensi (ACE inhibitor,
angiotensin reseptor bloker), agen penurun kolesterol (niasin, fibrat),
obat-obat neuropsikiatrik (penghambat kolinestraseàdonepezil,
rivastigmine), SSRIs (fluoxetine, sertraline), penghambat serotonin-
norepinefrin-reuptake (venlafaxine, duloxetine), obat Parkinson (agonis
dopamine, monoamine oxidase (MAO-B) inhibitor), kortikosteroid,
estrogen, digoxin, zat besi, dan opioids. Dyspepsia Fungsional juga
menjadi penyebab utama dyspepsia kronik. Pada 3-4 dari 10 pasien
tidak ditemukan kelainan organik setelah di evaluasi. Gejala mungkin
timbul dari interaksi yang kompleks dari peningkatan sensitivitas
visceral aferen, pengosongan lambung yang terlambat atau sistem
akomodasi makanan yang terganggu, atau stress psikososial. Walaupun
jinak, gejala ini bisa menjadi kronik dan susah untuk disembuhkan
apabila tidak ditangani dengan tepat (DiPiro 7.559).
4. Guideline
Sakit kepala (Dipiro 9th ed., 2012)
Hipertensi (JNC7)
Dispepsia (Koda Kimble, 2009)
G. KESIMPULAN REKOMENDASI
1. Lifestyle modification dilakukan dengan berhenti merokok dan berhenti
mengonsumsi alkohol.
2. Terapi Asam mefenamat diganti dengan Asetaminofen 1000 mg bila perlu,
atau maksimal 4 kali sehari (Dipiro 7th ed., 2008, hal. 1010).
3. Terapi dengan HCT 25mg 1x sehari pada pagi hari tetap dilanjutkan.
4. Terapi Amlodipin 5 mg 1x1 diganti dengan Valsartan 80 atau 160 mg 1x
sehari maksimum 320 mg sehari (DIH, edisi 17).
5. Terapi dispepsia dilakukan dengan penggunaan Omeprazol (PPI) dengan
dosis oral 20 mg/ hari dilanjutkan selama 4 minggu (Dipiro 7th Ed 2008;
560), obat diminum pada pagi hari sebelum sarapan (DIH ed 17, 2008).
H. KONSELING
1. Pasien dianjurkan untuk melakukan Lifestyle modification dengan
menghentikan kebiasaan merokok mengonsumsi alkohol.
2. Terapi sakit kepala dengan Asetaminofen 1000 mg diminum jika sakit
kepala maksimal 4 kali sehari.
3. Terapi hipertensi dengan HCT 1x sehari diminum pagi hari.
4. Terapi hipertensi dengan Valsartan 80 atau 160 mg 1x sehari.
5. Terapi dispepsia dengan Omeprazol 20 mg/ hari selama 4 minggu, obat
diminum pada pagi hari sebelum sarapan.
I. DAFTAR PUSTAKA
Aberg et al. 2009. Drug Information Handbook, 17th Edition. Lexi-comp
for the American Pharmacist Association.
Anonim. 2008. Informatorium Obat Nasional Indonesia. BPOM RI: Jakarta.
Anonim, 2009, British National Formulary, edisi 61, BMJ Publishing and
group.
Dipiro et al. 2008. Pharmacoterapy, a Pathophysiologic Approach, 7th
Edition. New York: The MC. Grow Hill.
Dipiro et al. 2008. Pharmacoterapy, Principles and Practice. New York:
The MC. Grow Hill.
Koda kimble, et. al., 2009, Applied therapeutics: The Clinical Use of Drugs
ninth edition.Wolter Kluwer, Philadelphia.
Paul et all, 2014, Evident-Based Guideline for The Management of High
Blood Pressure in Adults Report From The Panel Members Appointed
to the Eighth Joint National Committee (JNC8).
U.S. Department of Health and Human Services, 2011, The Eighth Report
of the Joint National Commitee (JNC-7) on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. USA: National
Institute of Health Complete Report.
J. LAMPIRAN
Dipiro 9th ed., 2012
DIH, 2009
DIH, 2008
DIH, 2008
DIH, 2008
DIH, 2008
DIH, 2008
Koda Kimble
DiPiro edisi 7, 2008