Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL PENYULUHAN

HIV/AIDS

Topik : Mengetahui cara penularan dan pencegahan HIV dan AIDS


Tujuan

 Tujuan Umum : Peserta penyuluhan diharapkan


dapat memahami dan mengetahui definisi,cara
penularan dan pencegahan HIV dan AIDS.

 Tujuan Khusus :

- Peserta mampu mengetahui pengertian,tanda gejala,penyebab,cara penulara


dan pencegahan HIVdan AIDS
- Peserta mampu melakukan langkah-langkah pencegahan HIV dan AIDS
- Peserta yang merupakan keluarga dari pasaien HIV/AIDS mampu merawat dan
memahami pasien dengan HIV dan AIDS

KARAKTERISTIK AUDIENS
Audiens atau peserta penyuluhan adalah orang-orang yang berkunjung ke Poliklinik
Jiwa RS Ernaldi Bahar pada saat penyuluhan dilakukan.
PROSES PELAKSANAAN
Orientasi
a. Kontrak waktu dan tempat
Hari/Tanggal : Rabu, 23 November 2011
Waktu : 08.00 wib
Tempat : Ruang tunggu Poliklinik RS Dr. Ernaldi Bahar Palembang
b. Pelaksana
Moderator : Rio Satria
Penyaji : Nisaul Khamra
Notulen : Shintia Zilfiyanti
Observer : Novita Indri
Putri Rizky
Citra Sari
Operator : Selvia Intan
c. Salam Perkenalan
Penyuluh memperkenalkan diri
d. Penjelasan perkenalan diri
“bapak/Ibu peserta penyuluh perlu diketahui bahwa tujuan dari penyuluhan ini
adalah untuk mencegah penularan penyakit HIV dan AIDS agar tidak semakin
menjamur di kalangan masyarakat melalui pemberian pengetahuan mengenai
definisi, penyebab, tanda dan gejala, cara penularan, dan cara pencegahan”.
KERJA
a. Langkah-langkah kegiatan penyuluhan
1. Penjelasan tujuan dilaksanakannya penyuluhan tentang HIV/AIDS
2. Menjelaskan materi tentang HIV dan AIDS
3. Berdiskusi dengan peserta penyuluhan, yang dibagi menjadi 2 (dua) sesi, dengan
masing-masing sesi terdapat 2(dua) pertanyaan.

TERMINASI
a. Evaluasi respon subjektif
Meminta salah seorang peserta menyebutkan isi kesimpulan penyuluhan yang telah
diberikan
b. Evaluasi respon objektif
Observasi respon perilaku audiens selama penyuluhan
c. Tindak Lanjut
Audiens dapat memahami dan menerapkan cara pencegahan HIV/ AIDS bagi
dirinya dan berbagi pengetahuan dengan orang lain.

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Topik : Mengetahui cara penularan dan pencegahan HIV dan AIDS
Tanggal : Rabu,23 November 2011
Pukul : Pukul 09.00 WIB
Pelaksana : - Rio Satria

 Nisaul Khamra

 Shintia Zilfiyanti

 Novita Indri

 Putri Rizky

 Citra Sari
 Selvia Intan

Tujuan
Tujuan Umum
Peserta penyuluhan diharapkan dapat memahami dan mengetahui defiisi,cara
penularan, ddan pencegahan HIV dan AIDS
Tujuan Khusus
- Peserta mampu mengetahui pengertian,tanda gejala,penyebab,cara penulara dan
pencegahan HIV dan AIDS
- Peserta mampu melakukan langkah-langkah pencegahan HIV dan AIDS
- Peserta yang merupakan keluarga dari pasaien HIV/AIDS mampu merawat dan
memahami pasien dengan HIV dan AIDS
Saran
Saran dari penyuluhan ini adalah agar pasien rawat jalan baru maupun lama beserta
keluarga yang mendampingi saat berobat di poliklinik jiwa RS Ernaldi bahar.
Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan penyuluh peserta waktu
Pembukaan · Memberi salam · Menjawab salam 5 menit
· Memperkenalkan· Memperhatikan
diri
· Menjelaskan
tujuan
Isi · Menyebutkan dan· Memperhatikan 5 menit
menjelaskan dan mendengaran
pengertian,tanda
dan gejala,cara
penularan dan
pencegahan HIV
dan AIDS · Memperhatikan
· Menjelaskan dan mendengaran
peserta mampu
melakukan
langkah-langkah
pencegahan HIV· Memperhatikan
dan AIDS dan mendengaran
· Menjelaskan
peserta yang
merupakan
keluarga dari
pasien HIV dan
AIDS mampu
Penutup merawat dan
memahami pasien · Bertanya 10 menit
dengan HIV dan · Menjawab salam
AIDS.

· Memberikan
kesempatan pada
peserta penyuluhan
untuk bertanya

· Menyampaikan
salam penutup.

Metode :
- Ceramah dan Tanya jawab
- Media dan Alat
- Leaflet

LANDASAN TEORI
1. PENGERTIAN
HIV merupakan singkatan dari ’human immunodeficiency virus’. HIV
merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia
(terutama CD4 positive T-sel dan macrophages– komponen-komponen utama
sistem kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi
virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-
menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh.
Sistem kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi
menjalankan fungsinya memerangi infeksi dan penyakit- penyakit. Orang yang
kekebalan tubuhnya defisien (Immunodeficient) menjadi lebih rentan terhadap
berbagai ragam infeksi, yang sebagian besar jarang menjangkiti orang yang tidak
mengalami defisiensi kekebalan. Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan defisiensi
kekebalan yang parah dikenal sebagai “infeksi oportunistik” karena infeksi-infeksi
tersebut memanfaatkan sistem kekebalan tubuh yang melemah.
AIDS adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan
tubuh oleh virus yang disebut HIV yang di tandai dengan menurunnya system
kekebalan tubuh sehingga pasien AIDS mudah diserang oleh infeksi oportunistik dan
kanker. (Djauzi dan Djoerban,2003)
AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat paling hebat dari infeksi HIV,
mulai dari kelainan ringan dalam respon imun tanpa dan gejala yang nyata hingga
keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat membawa
kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi ( center for disease
control and prevention).
2. ETIOLOGI
AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama HTL II, LAV,
RAV. Yang nama ilmiahnya disebutkan Human Immunodeficiency Virus ( HIV )
yang berupa agen viral yang dikenal dengan retrovirus yang diularkan oleh darah
dan punya afinitas yang kuat terhadap limfosit T.

Yang ditularkan melalui :


1. Hubungan seksual ( resiko 0,1 – 1%
2. Darah
a) Transfuse darah yang mengandung HIV ( resiko 90 – 98)
b) Tertusuk jarum yang mengandung HIV ( resiko 0,3)
c) Terpapar mukosa yang mengandung HIV (resiko 0,09 )
3. Transmisi dari ibu ke anak ( rusak 25 – 45 % )
a) Selama kehamilan ( rusak 7% )
b) Saat persalinan ( rusak 18 % )
c) Air susu ibu ( rusak 14 % )
4. Transmisi vertikel HIV
Tanpa intervensi : resiko total 35 %
§ Selama kehamilan ( resiko 7% )
§ Melahirkan (resiko 18 %)
§ Sesudah persalinan ( resiko 13 %)
(Sumber: Wordpress.com)
3. TANDA DAN GEJALA
Stadium klinis ( stadium 1 – 4 )
Stadium klinis HIV ( WHO )
1. Stadium klinis 1 :
§ Asimtomatis
§ Limfadenopati generalisasi persistemt ( LGP )
(Pembesaran kelenjar getah bening dibeberapa tempat yang menetap)
2. Stadium klinis 2 :
§ BB menurun <10 % dari BB semula
§ Kelainan kulit dan mukosa ringan seperti : dermatitis seboroik, infeksi jamur kuku,
ulkus oral
§ Herpes zozter dalam 5 tahun terakhir
§ Infeksi saluran napas bagian atas berulang seperti sinusitis bacterial
3. Stadium klinis 3 :
§ BB terus menurun > 10 % dari BB semula
§ Diare kronis yang tidak diketahui penyebabnya berlangsung > 1 tahun
§ Demam tanpa sebab yang jelas
§ Kandidiasis oral
§ TB paru dalam 1 tahun terakhir
§ Infeksi bakteri berat (pneumonia)
§ Herpes zozter yang berkomplikasi
4. Stadium klinis 4 :
§ Badan menjadi kurus
§ Pneumocystis carinii pneumonia (pcp)
§ Toksoplasmosis pada otak
§ Infeksi virus heper simpleks
§ Mikosis ( infeksi jamur )
§ Kandidiasis eosofagus, trakea, bronkus atau paru
§ Sarcoma koposi
§ Limfoma
Tanda dan gejala dimulai beberapa minggu sampai beberapa bulan sebelum
timbulnya infeksi oportonistik :
§ Demam
§ Malaise
§ Keletihan
§ Keringat malam
§ Penurunan BB
§ Diare kronik
§ Limfadenopati umum
§ Kandidiasis oral

4. MANIFESTASI KLINIS
Penyakit AIDS menyebar luas dan pada dasarnya dapat mengenai semua
organ.penyakit yang berkaitan dengan HIV/AIDS terjadi akibat unfeksi, malignansi
atau efek langsung HIV pada jaringan tubuh.
Penyakit yang sering ditemukan:
a. Respiratorius
Pneumonia pneumocystis carinii, gejala napas yang pendek, sesak napas (
dispnea),batuk, nyeri dada dan demam akan menyertai palbagai infeksi
oportunis,seperti yang disebabkan oleh Mycobacterium aviumintracellulare (CMV)
Dan legionella.
b. Gastrointestinal
Mencakup hilangnya selera makan, mual, vomitus, kandidiasis oral serta
esophagus,dan diare kronis.
1. Kanker
2. Sarcoma Kaposi
3. Limfoma burkit
4. Penurunan imunitas

5. PATOFISOLOGI
§ Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans (sel imun ) adalah sel-sel yang
terinfeksi HIV dan terkonsentrasi di kelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. HIV
menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus
yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam
respon imun, maka HIV menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan
banyak kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu,
dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
§ Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara
progresif. Diikuti dengan berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya
fungsi sel T penolong.
§ Seseorang yang terinfeks HIV dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (
asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat
berkurang dari sekitar 1000 sel/ml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-
300/ ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
§ Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur
oportunustik ) muncul, jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit
baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah.
Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau
dimensi AIDS.

6. PENATALAKSANAAN
A. Pengobatan suporatif
Tujuan :
§ Meningkatkan keadaan umum pasien
§ Pemberian gizi yang sesuai
§ Obat simptomatik dan vitamin
§ Dukungan psikilogis

B. Pengobatan infeksi oportunistik


Infeksi :
§ Kandidiasis eosofagus
§ Tuberculosis
§ Toksoplasmosis
§ Herpes
§ Pcp
§ Pengobatan yang terkait AIDS,Limfoma malignum,sarcoma Kaposi dan sarcoma
servik,di sesuaikan dengan standar terapi penyakit kanker.
Terapi :
§ Flikonasol
§ Rifampisin, INH, Etambutol, pirazinamid, stremptomisin
§ Pirimetamin, sulfadiazine, asam folat
§ Asiklovir
§ Kotrimoksazol

C. Pengobatan anti retro virus ( ARV )


Tujuan :
§ Mengurangi kematian dan kesakitan
§ Menurunkan jumlah virus
§ Meningkatkan kekebalan tubuh
§ Mengurangi resiko penularan

D. Upaya Pencegahan
Penularan HIV secara seksual dapat dicegah dengan:
· berpantang seks
· hubungan monogami antara pasangan yang tidak terinfeksi
· seks non-penetratif
· penggunaan kondom pria atau kondom wanita secara konsisten dan benar
Cara tambahan yang lain untuk menghindari infeksi:
· Bila anda seorang pengguna narkoba suntikan, selalu gunakan jarum suntik atau
semprit baru yang sekali pakai atau jarum yang secara tepat disterilkan sebelum
digunakan kembali.
· Pastikan bahwa darah dan produk darah telah melalui tes HIV dan standar
standar keamanan darah dilaksanakan.

Bagi pengguna narkoba, langkah-langkah tertentu dapat diambil untuk


mengurangi risiko kesehatan masyarakat maupun kesehatan pribadi, yaitu:
· Beralih dari napza yang harus disuntikkan ke yang dapat diminum secara oral.
· Jangan pernah menggunakan atau secara bergantian menggunakan semprit, air,
atau alat untuk menyiapkan napza.
· Gunakan semprit baru (yang diperoleh dari sumber-sumber yang dipercaya,
misalnya apotek, atau melalui program pertukaran jarum suntikan) untuk
mempersiapkan dan menyuntikkan narkoba.
· Ketika mempersiapkan napza, gunakan air yang steril atau air bersih dari sumber
yang dapat diandalkan.
· Dengan menggunakan kapas pembersih beralkohol, bersihkan tempat yang akan
disuntik sebelum penyuntikan dilakukan.

Penularan HIV dari seorang ibu yang terinfeksi dapat terjadi selama masa
kehamilan, selama proses persalinan atau setelah kelahiran melalui ASI. Tanpa
adanya intervensi apapun, sekitar 15% sampai 30% ibu dengan infeksi HIV akan
menularkan infeksi selama masa kehamilan dan proses persalinan. Pemberian air
susu ibu meningkatkan risiko penularan sekitar 10-15%. Risiko ini tergantung pada
faktor- faktor klinis dan bisa saja bervariasi tergantung dari pola dan lamanya masa
menyusui. Penularan dari Ibu ke Anak dapat dikurangi dengan cara berikut:
· Pengobatan: Jelas bahwa pengobatan preventatif antiretroviral jangka pendek
merupakan metode yang efektif dan layak untuk mencegah penularan HIV dari ibu
ke anak. Ketika dikombinasikan dengan dukungan dan konseling makanan bayi, dan
penggunaan metode pemberian makanan yang lebih aman, pengobatan ini dapat
mengurangi risiko infeksi anak hingga setengahnya. Regimen ARV khususnya
didasarkan pada nevirapine atau zidovudine. Nevirapine diberikan dalam satu dosis
kepada ibu saat proses persalinan, dan dalam satu dosis kepada anak dalam waktu
72 jam setelah kelahiran. Zidovudine diketahui dapat menurunkan risiko penularan
ketika diberikan kepada ibu dalam enam bulan terakhir masa kehamilan, dan
melalui infus selama proses persalinan, dan kepada sang bayi selama enam minggu
setelah kelahiran. Bahkan bila zidovudine diberikan di saat akhir kehamilan, atau
sekitar saat masa persalinan, risiko penularan dapat dikurangi menjadi separuhnya.
Secara umum, efektivitas regimen obat-obatan akan sirna bila bayi terus terpapar
pada HIV melalui pemberian air susu ibu. Obat-obatan antiretroviral hendaknya
hanya dipakai di bawah pengawasan medis.
· Operasi Caesar: Operasi caesar merupakan prosedur pembedahan di mana bayi
dilahirkan melalui sayatan pada dinding perut dan uterus ibunya. Dari jumlah bayi
yang terinfeksi melalui penularan ibu ke anak, diyakini bahwa sekitar dua pertiga
terinfeksi selama masa kehamilan dan sekitar saat persalinan. Proses persalinan
melalui vagina dianggap lebih meningkatkan risiko penularan dari ibu ke anak,
sementara operasi caesar telah menunjukkan kemungkinan terjadinya penurunan
risiko. Kendatipun demikian, perlu dipertimbangkan juga faktor risiko yang dihadapi
sang ibu.
· Menghindari pemberian ASI: Risiko penularan dari ibu ke anak meningkat tatkala
anak disusui. Walaupun ASI dianggap sebagai nutrisi yang terbaik bagi anak, bagi
ibu penyandang HIV-positif, sangat dianjurkan untuk mengganti ASI dengan susu
formula guna mengurangi risiko penularan terhadap anak. Namun demikian, ini
hanya dianjurkan bila susu formula tersebut dapat memenuhi kebutuhan gizi anak,
bila formula bayi itu dapat dibuat dalam kondisi yang higienis, dan bila biaya
formula bayi itu terjangkau oleh keluarga.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) membuat rekomendasi sebagai berikut:
Ketika makanan pengganti dapat diterima, layak, harganya terjangkau,
berkesinambungan, dan aman, sangat dianjurkan bagi ibu yang terinfeksi HIV-
positif untuk tidak menyusui bayinya. Bila sebaliknya, maka pemberian ASI eksklusif
direkomendasikan pada bulan pertama kehidupan bayi dan hendaknya diputus
sesegera mungkin.
Bila diduga bahwa anda telah terpapar HIV, hendaknya agar segera
mendapatkan konseling dan melakukan testing/pemeriksaan HIV. Kewaspadaan
hendaknya diambil guna mencegah penyebaran HIV kepada orang lain, seandainya
benar terinfeksi HIV.
Banyak tempat di mana tes HIV dapat dilakukan: di kantor praktek dokter
swasta, departemen kesehatan setempat, rumah sakit, klinik keluarga berencana,
dan tempat-tempat yang secara khusus dibangun untuk pengetesan HIV.
Semua orang yang melakukan tes HIV harus memberikan izin untuk di tes
sebelum dites. Hasil tes harus mutlak dijaga kerahasiaannya. Ada berbagai jenis tes
yang tersedia:
· Tes HIV rahasia
Para ahli kesehatan yang menangani tes HIV menyimpan hasil tes dalam data medis
secara rahasia. Hasil tidak dapat dibagi dengan orang lain tanpa izin tertulis dari
orang yang dites.
· Tes HIV Anonim
Nama orang yang dites tidak digunakan dalam kaitannya dengan tes ini. Sebagai
gantinya, sebuah nomor kode diterakan dalam tes, yang memungkinkan individu
yang dites menerima hasil tes. Tidak ada dokumen tersimpan yang dapat
mengaitkan orang dengan tesnya.

Kerahasiaan bersama (shared confidentiality) dianjurkan, dalam artian


kerahasiaan tersebut juga dipegang oleh orang lain yang mungkin meliputi anggota
keluarga, orang yang dicintai, para pengasuh, dan teman-teman yang layak
dipercaya. Namun perlu hati-hati dalam membuka hasil tes HIV karena dapat
menimbulkan diskriminasi dalam perawatan kesehatan, serta lingkungan profesi
dan sosial. Oleh karena itu keputusan atas kerahasiaan bersama harus sepenuhnya
atas kehendak orang yang akan dites. Walaupun hasil tes HIV sebaiknya tetap dijaga
kerahasiaannya, para ahli seperti konselor, pekerja sosial, dan pekerja kesehatan
perlu juga untuk mengetahui status HIV-positif seseorang dalam upaya memberikan
perawatan yang sesuai.

E. Upaya yang dapat dilakukan bagi Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)


Berkat perkembangan pengobatan baru, kini terdapat lebih banyak orang
yang hidup dengan HIV (ODHA) dapat menjalani hidup yang lebih sehat dan lebih
lama. Sangatlah penting untuk memiliki dokter yang tahu bagaimana cara perawatan
HIV. Konselor atau perawat terlatih dapat memberikan konseling dan
merekomendasikan dokter yang tepat.
Selain itu juga dapat dilakukan hal-hal berikut agar tetap sehat:
· Ikuti petunjuk dokter. Atur dan tepai janji dengan dokter. Bila dokter memberi
resep, minumlah sesuai dengan yang tertera dalam resepnya.
· Lakukan imunisasi (suntikan) untuk mencegah infeksi seperti pneumonia dan flu
(setelah berkonsultasi dengan dokter anda).
· Bila anda merokok atau menggunakan obat-obatan yang tidak diresepkan oleh
dokter, segera hentikan.
· Makan makanan yang sehat.
· Berolahraga secara teratur agar tetap sehat dan kuat.
· Tidur dan beristirahat dengan cukup.
DAFTAR PUSTAKA

www.aidsindonesia.or.id/dasar-hiv-aids

wordpress.com

http://aids-ina.org/modules.php

Anda mungkin juga menyukai