A. PENGERTIAN
Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak / ganas yang tumbuh
di otak, meningen dan tengkorak. Tumor otak merupakan salah satu tumor susunan saraf
pusat, baik ganas maupun tidak. Tumor ganas disusunan saraf pusat adalah semua
proses neoplastik yang terdapat dalam intracranial atau dalam kanalis spinalis, yang
mempunyai sebagian atau seluruh sifat-sifat proses ganas spesifik seperti yang berasal
dari sel-selsaraf di meaningen otak, termasuk juga tumor yang berasal dari sel
penunjang (Neuroglia), sel epitel pembuluh darah dan selaput otak. (Fransisca, 2008:
84).
Kranium merupakan tempat yang kaku dengan volume yang terfiksasi maka lesi-lesi
ini akan meningkatkan tekanan intracranial. Suatu lesi yang meluas pertama kali
dengan cara mengeluarkan cairan serebrospinal dari rongga cranium. Akhirnya vena
mengalami kompresi, dangan gangguan sirkulasi darah otak dan cairan serebrospinal
mulai timbul dan tekanan intracranial mulai naik. Kongesti venosa menimbulkan
peningkatan produksi dan penurunan absorpsi cairan serebrospinal dan meningkatkan
volume dan terjadi kembali hal-hal seperti diatas.
B. ETIOLOGI
Gejala terjadinya spesifik sesuai dengan gangguan daerah otak yang terkena.
Menyebutkan tanda-tanda yang ditunjukkan lokal, seperti pada ketidaknormalan sensori
dan motorik. Perubahan pengelihatan dan kejang karena fungsi dari bagian-bagian
berbeda-beda dan otak. Lokasi tumor dapat ditentukan pada bagiannya dengan
mengidentifikasi fungsi yang dipengaruhi oleh adanya tumor.
Biasanya diawali pada jaring saraf akustik dan memberi rangkaian gejala yang
timbul dengan semua karakteristik gejala pada tumor otak.
Gejala pertama :
C. PATOFISIOLOGI/ PATHWAY
- Hidrosefalus
Pada fase awal, abses otak ditandai dengan edema local, hyperemia, infiltrasi leukosit
/ melunaknya parenkim trombosis sepsis dan edema, beberapa hari atau minggu dari
fase awal terjadi proses uque fraction ataudinding kista berisi pus. Kemudian rupture
maka infeksi akan meluas keseluruh otak dan bisa timbul meningitis.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya
bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan
dengan gangguan cerebrovaskuler primer. Serangan kejang sebagai manifestasi
perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan kompersi invasi dan perubahan suplai
darah ke jaringan otak.
Peningkatan intracranial akan membahayakan jiwa bila terjadi secara cepat akibat
salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi
memrlukan waktu berhari-hari / berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena
itu tidak bergun apabila tekanan intracranial timbulcepat.
Idiopatik
Tumor otak
Penekananjaringanotak Bertambahnyamassa
a) Sakit kepala
b) Muntah
c) Papiledema
a) Tumor korteks motorik ; gerakan seperti kejang kejang yang terletak pada satu
sisi tubuh ( kejang jacksonian )
e) Tumor sudut serebelopontin ; tinitus dan kelihatan vertigo, tuli (gangguan saraf
kedelapan), kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan lidah (saraf kelima),
kelemahan atau paralisis (saraf kranial keketujuh), abnormalitas fungsi motorik.
2. MRI : Membantu dalam mendeteksijejas yang kecil dan tumor didalam batang otak
dan daerah hiposisis, dimana tulang menggangu dalam gambaran yang menggunakan
CT Scan
3. Biopsi stereotaktik : Dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam dan untuk
memberi dasar pengobatan seta informasi prognosi.
F. PENATALAKSAAN MEDIS
Tumor otak yang tidak terobati menunjukkan ke arah kematian, salah satu akibat
peningkatan TIK atau dari kerusakan otak yang disebabkan oleh tumor. Pasien dengan
kemungkinan tumor otak harus dievaluasi dan diobati dengan segera bila
memungkinkan sebelum kerusakan neurologis tidak dapat diubah. Tujuannya adalah
mengangkat dan memusnahkan semua tumor atau banyak kemungkinan tanpa
meningkatkan penurunan neurologik (paralisis, kebutaan) atau tercapainya gejala-gejala
dengan mengangkat sebagian (dekompresi).
2. Pendekatan kemoterapy
Terapi radiasi merupakan dasar pada pengobatan beberapa tumor otak, juga
menurunkan timbulnya kembali tumor yang tidak lengkap transplantasi sumsum
tulang autologi intravens digunakan pada beberapa pasien yang akan menerima
kemoterapi atau terapi radiasi karena keadaan ini penting sekali untuk menolong
pasien terhadap adanya keracunan sumsum tulang sebagai akibat dosis tinggi radiasi.
Kemoterapi digunakan pada jenis tumor otak tertentu saja. Hal ini bisa
digunakan pada klien :
3. Pendekatan stereotaktik
Komplikasi setelah pembedahan dapat disebabkan efek depresif anestesi narkotik dan
imobilitas. Echymosis dan edema periorbital umumnya terjadi setelah pembedahan
intracranial. Komplikasi khusus / spesifik pembedahan intrakranial tergantung pada area
pembedahan dan prosedur yang diberikan, misalnya :
1. Kehilangan memory
2. Paralisis
3. Peningkatan ICP
6. Mental confusion
3. Perubahan pupil
5. Perubahan pernafasan
Disamping terjadi komplikasi diatas, ada beberapa juga temuan gangguan yang terjadi
yaitu :
Jika tumor otak menyebabkan fungsi otak mengalami gangguan pada serebelum
maka akan menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan keseimbangan) atau gaya
berjalan yang sempoyongan dan kecenderunan jatuh ke sisi yang lesu, otot-otot tidak
terkoordinasi dan ristagmus ( gerakan mata berirama tidak disengaja ) biasanya
menunjukkan gerakan horizontal.
2. Gangguan kognitif.
Pada tumor otak akan menyebabkan fungsi otak mengalami gangguan sehingga
dampaknya kemampuan berfikir, memberikan rasional, termasuk proses mengingat,
menilai, orientasi, persepsi dan memerhatikan juga akan menurun.
Tumor otak bisa menyebabkan gangguan pada kelenjar pireal, sehingga hormone
melatonin menurun akibatnya akan terjadi resiko sulit tidur, badan malas, depresi,
dan penyakit melemahkan system lain dalam tubuh.
4. Disfungsi seksual
c) Gejala pada seksualitas biasanya berdampak pada hubungan dan perubahan tingkat
kepuasan.
H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN PRIMER
1. Airway
Adanya sumbatan/o
bstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk. Jika
ada obstruksi maka lakukan :
b) Suction / hisap
c) Guedel airway
2. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit
dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi, whezing, sonor, stidor/
ngorok, ekspansi dinding dada.
3. Circulation
TD dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi
jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, dan
sianosis pada tahap lanjut.
4. Disability
Menilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar, hanya respon terhadap nyeri atau atau
sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur GCS. Adapun cara yang cukup
jelas dan cepat adalah dengan metode AVFUAwake : A, Respon bicara :V, Respon
nyeri : P, Tidak ada respon : U
5. Eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua cidera yang mungkin
ada, jika ada kecurigan cedera leher atau tulang belakang, maka imobilisasi inline harus
dikerjakan.
PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Identitas klien : nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama,
suku bangsa, tanggal masuk rumha sakit dan askes.
4. Riwayat penyakit dahulu : pernah, atau tidak menderita infeksi telinga (otitis media,
mastoiditis) atau infeksi paru – paru (bronkiektaksis, abses paru, empiema), jantung
(endokarditis), organ pelvis, gigi dan kulit).
5. Aktivitas /
istirahat Gejala :
malaise
6. Pemeriksaan Fisik
a) Sirkulasi
Nadi : Menurun (berhubungan dengan peningkatan TIK dan pengaruh pada vasomotor).
b) Eliminasi
Gejala : Tidak ada, dan Tanda : adanya inkonteninsia dan atau retensi.
c) Nutrisi
d) Hygiene
e) Neurosensori
f) Nyeri / kenyamanan
Gejala : Sakit kepala mungkin akan diperburuk oleh ketegangan, leher / pungung kaku.
g) Pernapasan
Tanda : Peningkatan kerja pernapasan (episode awal). Perubahan mental (letargi sampai
koma) dan gelisah
h) Keamanan
Gejala : adanya riwayat ISPA / infeksi lain meliputi : mastoiditis, telinga tengah, sinus
abses gigi, infeksi pelvis, abdomen ataukulit, fungsi lumbal, pembedahan, fraktur pada
tengkorak / cedera kepala.
I. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d penghentian aliran darah oleh SOL
dibuktikan dengan perubahan tingkat kesadaran, kehilangan memori, perubaan respon
motorik / sensori, gelisah dan perubahan tanda vital
Kriteria Hasil : Pasien akan dipertahankan tingkat kesadaran, perbaiakan kognitif, fungsi
motorik/sensorik, TTV stabil, tidak ada tanda peningkatan TIK (Tekanan Intra Kranial)
Intervensi :
b. Pantau status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai standar ( GCS )
c. Pantau TTV
g. Auskultasi suara napas, perhatikan adananya hipoventilasi, dan suara tambahan yang
abnormal
Kolaborasi :
j. Berikan oksigenasi
Intervensi :
d. Lakukan penghisapan lendir dengan hati hati jangan lebih dari 10 – 15 detik, catat
karakter warna, kekentalan dan kekeruhan sekret
Kolaborasi:
3. Nyeri (akut/kronis) b.d agen pencedera fisik, kompresi saraf oleh SOL,
peningkatan TIK, ditandai dengan : menyetakan nyeri oleh karena perubahan posisi,
nyeri, pucat sekitar wajah, perilaku berhati hati, gelisah condong keposisi sakit,
penurunan terhadap toleransi aktivitas, penyempitan fokus pad dirisendiri, wajah
menahan nyeri, perubahna pola tidur, menarik diri secara fisik
Intervensi :
a. Kaji keluhan nyeri, tingkat, skala, durasi, dan frekuensi nyeri yang dirasakan klien
d. Berikan kompres panas lembab pada kepala, leher, lengan sesuai kebutuhan
e. Lakukan pemijatan pada daerah kepala / leher / lengan jika pasien dapat toleransi
terhadap sentuhan
f. Sarankana pasien untuk menggunakan persyaratan positif “saya sembuh“ atau “ saya
suka hidup ini “
Kolaborasi :
4. Perubahan persepsi sensori b.d perubahan resepsi sensoris, transmisi dan atau
integrasi (trauma atau defisit neurologis), ditandai denagg disorientasi, perubaan
respon terhadap rangsang, inkoordinasi motorik, perubahan pola komunikasi, distorsi
auditorius dan visual, penghidu, konsentrasi buruk, perubahan proses pikir, respon
emosiaonal berlebihan, perubahan pola perilaku
Kriteria Hasil : pasien dapat dipertahanakan tingkat kesadaran dan fuingsi persepsinya,
mengakui perubahan dalam kemampuan dan adanya keterlibatan residu,
mendemonstrasikan perubahan gaya hidup.
Intervensi :
a. Kaji secar teratur perubahan orientasi, kemampuan bicara, afektif, sensoris dan
proses pikir
b. Kaji kesadaran sensoris seperti respon sentuan , panas / dingin, benda tajam atau
tumpul, keadaran terhadap gerakan dan letak tubuh, perhatkian adanya masalah
penglihatan
Kolaborasi :
Intervensi :
c. Dorong pasien untuk makan diit tinggi kalori kaya nutrien sesui program
d. Kontrol faktor lingkungan ( bau, bising ) hindari makanan terlalu manis, berlemak
dan pedas. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan
muntah Kolaborasi :
f. Pemberian anti emetik dengan jadwal reguiler
g. Vitamin A, D, E dan B6
Doenges M.E, Moorhouse M.F & Geissler A.C (2009). Rencana Asuhan Keperawatan
Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasin Perawatan Pasien. Edisi
3. Penerbit : Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2012), Patofisiologi Konsep Klinis Proses _ Proses
Penyakit, Penerbit : Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Wilkinson, J.M. & Ahern R.N (2012). Buku Saku Diagnosa Keperawtan (Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC). Edisi Ke-9 Penerbit : Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.