Dosen Pengampu :
OLEH :
2017 / 2018
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahnya-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Asuhan Keperawatan Dengan
Leukemia.
Tugas dari mata kuliah keperawatan gerontik telah kami susun dengan maksimal
dan mendapatkan dari beberapa sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada beberapa sumber yang
telah membantu dalam pembuatan makalah ini dan tak lupa saya ucapkan terimakasih
kepada dosen pengampu mata kuliah ini ibu ()
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan dan cara pengeditan kerapiaan dalam tugas ini. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari dosen
pembibing dan pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk banyak
orang dan dapat memberikam manfaat maupun inspirasi terhadap para pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
a. Definisi .................................................................................................................
b. Klasifikasi ............................................................................................................
c. Etiologi .................................................................................................................
d. Patofisiologi / Pathway ........................................................................................
e. Manifestasi Klinis ................................................................................................
f. Pemeriksaan Penunjang .......................................................................................
g. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan ...........................................................
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Leukimia, kanker pada jaringan pembentuk darah, adalah bentuk kanker pada
masa kanak-kanak yang paling sering ditemukan. Insidensi per tahunnya adalah 3 hingga
4 kasus per 100.000 anak-anak kulit putih yang berusia di bawah 15 tahun. Penyakit ini
lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan yang berusia di
atas 1 tahun, dan awitan puncaknya terjadi antara usia 2 dan 6 tahun. Leukimia
merupakan salah satu bentuk kanker yang memperlihatkan peningkatan angka
keberhasilan hidup secara dramatis. Keberhasilan hidup tanpa penyakit untuk jangka
waktu lama yang dijumpai akhir-akhir ini pada anak-anak yang menderita Leukimia
Limfoid Akut mendekati angka 75%. (Wong, 2009).
Komplikasi dari pengobatan leukimia sendiri meliputi perawakan pendek,
pengecilan otot, dan nekrosis dari tulang yang disebabkan oleh terapi steroid dengan
dosis tinggi yang biasanya terjadi pada anak-anak, obesitas dan disfungsi gonad yang
dihasilkan akibat efek neuroendokrin, potensi perubahan dalam perkembangan pubertas
dan fungsi gonad, kardiomiopati, munculnya Leukimia kedua AML (Akut Mieloblastik
Leukimia), disfungsi kandung kemih, kekebalan tubuh menurun, efek psikososial yang
terkait dengan penyakit kronis, serta kekambuhan kembali penyakit Leukimia
Limfoblastik Akut (LLA) . (Burns, Catherine et al, 2007)
Berdasarkan data National Cancer Institute pada tahun 2012 kasus Leukimi
Limfoblastik Akut telah terjadi pada 47.150 orang. Leukimia adalah jenis kanker yang
mempengaruhi sumsum tulang dan jaringan getah bening. Semua kanker bermula di sel,
yang membuat darah dan jaringan lainnya. (WHO, 2012) Berdasarkan Sistem Informasi
Rumah Sakit (SIRS), di Indonesia kanker menjadi penyebab kematian no.3 dengan
kejadian 7,7 % dari seluruh penyebab kematian karena penyakit tidak menular.
Sementara itu leukemia merupakan jenis kanker tertinggi pada anak di seluruh RS di
Indonesia dengan proporsi sebesar 10,4 %. Selain itu, sejak tahun 2010 pengendalian
kanker nasional telah mengembangkan program kanker pada anak melalui upaya
pengenalan tanda dan gejala yang dikembangkan di puskesmas dan pos pembinaan
terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) di masyarakat. (Depkes, 2013)
Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam Medik RS Moewardi pada tahun 2012
ditemukan jumlah kasus Leukimia Limfoblastik Akut (LLA) sebanyak 307 kasus.
Sedangkan jumlah kasus LLA yang terjadi pada tahun 2013 sampai dengan bulan April
sebanyak 103 kasus. Di RSUD Moewardi mencatat kejadian LLA hingga saat ini terus
bertambah di bangsal anak Melati II RSUD Moewardi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa / bagia para pembaca mendapatkan wawasan tentang materi
leukemia yang lebih luas sehingga dan mereka dapat mengaplikasikan ilmu yang
didapat dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat Menjelaskan Definisi Dari Leukemia
b. Dapat Menyebutkan Klasifikasi Dari Leukimia
c. Dapat Menyebutkan Etiologi Dari Leukemia
d. Dapat Menyebutkan Patofisiologi Dari Leukimia
e. Dapat Menyebutkan Manifestasi Klinis Dari Leukimia
f. Dapat Menjelaskan Pemeriksaan Penunjang Dari Leukimia
g. Dapat Menjelaskan Penatalaksanaan Dari Leukimia
h. Dapat Menentukan Diagnosa Keperawatan.
i. Dapat Memberikan Asuhan Keperawatan.
C. Manfaat
Menjadikan mahasiswa memiliki pemikiran kritis sehingga mampu menjadi perawat
professional yang berkualitas, mengerti dan memahami kebutuhan pasien serta metode-
metode dalam penerapan proses keperawatan terhadap pasien.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Leukemia merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan proliferasi dini yang
berlebihan dari sel darah putih.
Leukemia bisa juga di dafinisikan sebagai keganasan hematologis akibat proses
neoplastik yang disertai gangguan diferensiasi pada bagian tingkatan sel hemtopoitik.
(Handayani wiwik,2008)
Leukemia adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi dan
proliferasi sel induk hematopoietic yang secara maligna melakukan transfortasi, yang
menyababkan penekanan dan penggantian unsure sum-sum yang normal. (Price, A Sylvia
& Wilson, M Lorraine.2006).
Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-
sum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G,
2002 ).
B. Klasifikasi
Eukimia dapat diklasifikasikan berdasarkan :
1. Leukemia akut
Merupakan proliferasi sel yang abnormal, ganas, sering disertai betuk leukosit yang
lain daripada normal, jumlahnya berlebihan, serta dapat menyebabkan anemia,
trombositopenia, dan diakhiri dengan kemtian.
a. Leukemia mielositik akut /acute myeloid leukemia (LMA/AML)
Merupakan leukemia yang mengenai sel stem hemtopoetik yang kelak
berdiferensiasi ke semua sel myeloid. LMA merupakan leukemia nonlimfositik
yang paling sering terjadi.
Klasifikasi menurut FAB (French-American-British) LMA dibagi menjadi enam
jenis :
- M1 : leukemia mieloblastik tanpa pematangan
- M2 : leukemia mieloblastik dengan berbagai derajat pematangan
- M3 : leukemia promielositik hiperglanur
- M4 : leukemia mielomonositik
- M5 : leukemia monoblastik
- M6 : eritroleukimia
(Handayani wiwik,2008)
b. Leukemia limfositik akut (LLA)
Leukemia ini berasal dari dari sel limfoid, ini merupakka kanker yang paling
sering menyerang anak-anak dibawah umur 15 tahun, dengan puncak insiden
antara umur 3 dan 4 tahun. Namun, 20% insiden yang terjadi terjadi pada orang
dewasa yang mederita leukemia akut.
Bebtuk akut darileukimia ini sangat berbahaya dan agresif. Sel-sel blas dapat
terakumulasi dalam darah, sum-sum tulang organ-organ dan kemungkinan besar
pada sistem saraf pusat . produksi sel yang berlebihan akan menghambat pertumbuha
sel-sel yang nrnmal dan akan menhambat pertumbuhan sel-sel normal dan
menghakibatkan rendahnya jumlah sel darah merah (RBC), keping darah, dan sel
darah putih (WBP) yang melawan infeksi.
2. Leukemia Kronis
Kelainan utama kedua yang menyebabkan leukemia melibatkan sel darah putih
dewasa yang tidak mati sesuai siklus yang seharusnya, yang dikenal dengan
apoptosis. Sel-sel, oleh karenanya telah terakumulasi dalam sirkulasi darah dan sum-
sum tulang, sehingga dapat menyebabkan pemadatan sum-sum yang menggaunggu
jalur produksi sel-sel lain yang tumbuh normal. Mereka juga dapat terakunulasi
dalam nodus limfa dan limfa, menyebaban pembengkakan. Ini merupakan cirri
leukemia kronis.
a. Leukemia granulositik kronik (KGK), leukemia ini dianggap suatu gangguan
mieloproliferatif karena sum-sum tulang hiperseluler dengan proliferasi pada
semua garis diferensiasi sel. Jumlah granulosit umunya lebih dari 30.000/mm.
b. Leukemia limfositik kronik (LLK), meupakan suatu gangguan limfoproliferatif
yang di temukan pada orang tua (umur median 60 tahun) dengan perbandingan 2
: 1 untuk laki-laki. LLK dimanifestasika oleh proliferasi dan akumulasi 30%
limfosit matang abnormal kecil dalam susm-sum tulang, darah perifer dan
tempat-tempat ekstrmedural, dengan kadar yang mencapai 100.000+/mm3natau
lebih. Pada lebih dari 90% kasus, limfosit abnormal adalah limfosit B, kerena
limfosit B berperan pada sintesi immunoglobulin, pasien LLK mengalami
insufisiensi sintesis immunoglobulin dan penekan respon antibody.
c. Leukemia sel berambut, leukemia ini jarang terjadi, leukemia limfositik sel B
indolen. Nama mengidentifikasi projeksi mikrosop seperti gelondong pda
limfosit pada asupan darah dan sum-sum tulang yang diwarnai.
3. Sindrom Myelodisplastik
Selain leukemia akut dan kronis, ada suatu kondisi yang disebut sindrom
Myelodisplastik (MDS), yang sebenarnya merupakan suatu kelompok penyakit yang
menyebabkan produksi tidak mencukupi dari sumsum tulang yang normal dan selsel
darah. Sumsum tulang tidak dapat memproduksi cukup sel-sel darah normal untuk
memenuhui kebutuhan tubuh. Pasien mungkin memiliki jumlah leukosit rendah, sel
darah merah, dan atau trombosit dan mungin perlu RBC / tranfusi trombosit.
C. Etiologi
Menurut (Morrison Candis & Hesdorffer, S Charles.2012)
1. Jenis kelamin pria
leukemia lebih umum terjadi pada laki-laki daripada perempuan
2. Faktor genetik
Insidesi leukemia akut pada anak-anak penderita sindrom down adalah 20 kali lebih
banyak dari pada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan leukemia
akut. Insidensi leukemia akut juga meningkat pada penderita kelainan congenital
dengan aneuloidi, misalnya agranulositosit congenital, sindrom ellis van greveld,
penyakit seliak, sindrom bloom, anemia fanconi,sindrom klenefelter, dan sindrom
trisomi D.
3. Sinar radioaktif
Sinar radioaktif merupakan factor eksternal yang paling jelas dapat menyebabkan
leukemia pada binatang maupun manusia. Angka kejadian leukemia mieloblastik
akut (AML) dan leukemia granulosit kronis (LGK) jelas sekali meningkat sesudah
sinar radioaktif. Akhir-akhir ini dibuktikan bahwa penderita yang diobati dengan
sinar radioaktif akan menderita lekimia pada 6% klien dan baru terjadi sesudah 5
tahun.
4. Paparan zat kimia
Pekerja yang terpapar kimia benzene memiliki peingkatan risiko 20 kali lipat
mederita leukemia (AML, CML, atau ALL). Benzene ditemukan dalam beberapa
palarut, herbisida, dan pestisida. Zat ini juga hadir dalam asap rokok, perokok dan
menempatkan bekas perokok pada risiko yang meningkat, zat kimia lain yang dapat
meningkatkan risiko mencangkup oksida etilen, dioxin, butadienes, dan stirena.
5. Virus
Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia pada binatang.
Sampai sekarang belum dapat dibuktikan bahwa penyebab leukemia pada manusia
adalah virus. Meskipun demikian, ada beberapa hasil penelitian yang mendukung
teori virus sebagai penyebab leukemia yaitu enzyme reverse transcriptase ditemua
dalam darah manusia.
6. Riwayat terapi kanker
Mereka yang sebelumnya telah menerima kemoterapi dan radiasiuntuk kenker berda
pada resiko yang sedikit lebih tinggi dari menderita AML dari pada populasi umum.
Agen-agen risisko leukemia tertinggi dalam kemoterapi adalah terapi yang
digunakan dalam pengobatan kanker payudar dan ovarium, serta penyakit ganas
darah seperti penyakit Hogkin. Terapi radiasi yang digunakan bersamaan dengan
kemoterapi, juga meningkatkan resiko terjangkit leukemia.
Leukimia akut limfoblastik dan mielositik dapat berkembang dalam setiap tahap.
Pertama, bermula dari sel tunggal yang berkembang dan mengalami mutasi menjadi sel
leukimia. Kedua, adanya kegagalan untuk menjaga keseimbangan relatif antara
proliferasi dan diferensiasi, sel (lympoblast atau myeloblast) kemudian berkembang tidak
terkendali (Dipiro, 2008).
a. Acute Lymphocytic Leukemia (ALL) ALL merupakan penyakit leukemia yang sering
terjadi pada anak-anak ditandai dengan tidak terkontrolnya proliferasi prekursor
limfosit dan memblok diferensiasi dari sumsum tulang. Leukemia akut didorong oleh
translokasi kromosom yang berulang sehingga menghasilkan fusi gen baru
menyebabkan deregulasi expresi gen atau karena mutasi gen tertentu. Penyimpangan
yang terjadi sampai pada Level DNA tersebut terjadi karena adanya silencing dari
WNT pathway WNT pathway bisa disebut juga dengan -catenin pathway merupakan
suatu mediator penting pada jalur signaling kompleks yang berperan pada regulasi
proliferasi dan diferensiasi sel. (Mikesch,2007).
Pada kondisi normal (kiri), -catenin terdegradasi oleh protein APC, Axin atau GSK3
shingga terjadi degradasi dan tidak bisa seluruhnya masuk ke inti sel. Namun pada
panyakit kanker, Wnt terikat pada reseptor Frizzled, dan melalui jalur yang kompleks
sehingga -catenin jumlahnya banyak (tidak terdegradasi dan stabil) pada sitoplasma
sehingga bisa masuk ke inti sel, berikatan dengan TCF dan mengaktifkan gen target.
Proses tersebut yang menyebabkan overexpresion dari mir-128 sehingga terjadi
deregulasi yang menjadi kontributor penting terjadinya ALL. (Teitel,2009).
b. Acute Myeloid Leukemia (AML) Pada AML terjadi gangguan pada signaling WNT
karena adanya mutasi pada reseptor tirosin kinase Flt3 berupa translokasi pada t
(15;17) dan t (8;21). Mutasi Flt3 menghasilkan ligan-independen aktivasi kinase yang
mediasi proliferasi, menghambat diferensiasi myeloid, serta menginduksi
transformasi sel leukemia di progenitor hematopoietik dan sumsum tulang.
c. Chronic Myeloid Leukemia (CML) CML merupakan kelainan genetik spesifik yaitu
pada lengan panjang dari kromosom nomor 22 yaitu Ph kromosom . Ph kromosom
terjadi karena translokasi dari bagian dari gen BCR (breakpoint cluster region) dari
kromosom 22 pita 11 bergabung dengan gen ABL pada kromosom 9 pita 34,
dilambangkan sebagai t (9; 22) (Q34; Q11) dan hasil fusi gennya hibrida BCR - ABL.
Ph ditemukan dalam granulosit dan eritrosit, makrofag, megakariosit, dan limfosit .
Adanya translokasi kromosom ini, ekspresi protoonkogen ABL mampu terbebas dari
kontrol genetik normal dan diaktifkan menjadi onkogen fungsional, mengarahkan
transkripsi dari mRNA 8.5kilobase. Hasil translasi proteinnya 210k Da dikenal
sebagai p210BCR-ABL, yang memiliki aktivitas tirosin phosphokinase lebih tinggi
dari 145kDa yang merupakan translasi protein dari mRNA gen ABL normal. Pada
p210BCR-ABL menyebabkan proliferasi yang berlebihan sel pluripoten pada sistem
hematopoiesis. BCR-ABL juga bersifat anti-apoptosis sehingga menyebabkan gen ini
dapat bertahan hidup lebih lama dibanding sel normal. Dampaknya adalah
terbentuknya klon-klon abnormal yang mendesak sistem hematopoiesis (Dipiro,
2008).
d. Chronic lymphocyt leukemia (CLL) Pada kondisi normal antigen akan menempel
pada reseptor di sel limfoid sehingga akan dibawa masuk kedalam bagian germinal
center yang akan menyebabkan adanya perubahan mutasi dan penataan ulang gen
VHDJH and VLJL yang mengkode binding site dari reseptor di limfoid. Ketika
terjadi mutasi dan penataan ulang afinitas dari reseptor terhadap antigen akan
meningkat. Proses tersebut dapat dibantu dengan Sel T walaupun juga bisa terjadi
tanpa sel T dan terjadi di luar germinal center. Proses tersebut menghasilkan plasma
sel maupun sel memori. Pada CLL mutasi dan penataan ulang gene gen VHDJ
berbeda dari normal. Limfosit yang seharusnya dapat berproliferasi normal dan dapat
mengaktifasi apoptosis pada dirinya sendiri tidak dapat melakukan regulasi tersebut
karena adanya mutasi dan kesalahan penataan ulang sehingga terjadi proliferasi yang
berlebih. (Chiorazzi,2005).
E. Manifestasi Klinis
Menurut (Morrison Candis & Hesdorffer, S Charles.2012)
Gejla leukemia umum diantaranya adalah kelelahan dan lemas. Ini mungin
berkembang secara berlahan, atau sangat cepat, tergantung pada jenis leukimianya.
Pasien mungkin terlihat pucat dan mengalami penurun berat badan tanpa disadari.
Mereka mungkin menglami demam, keringat dingin dimalam hari, hilangnya nafsu
makan, yang mungkin sering terjadi pada mereka., damn/atau infeksi berat. Memar
mungkin dan pada pasien mungin mudah sekali berdarah, seperti mengalami mimisan
atau berdarah dari gusi etika mereka menyikat gigi mereka. Pasien dengan luekimia akut
umumnya sakit, ktika mereka hadir dalam evaluasi dan pengoabatan. Kelenjar getah
bening dapat terjadi bengkak dan mungin menyakitnya. Pasien juga mungki mengeluh
nyeri tulang atau sendi dan mungkin mengalami nyeri di perut bagian atas, yang
disebabkan oleh bengkak hati atau limfe. Atau, leukemia kronis mungkin tidak
memperlihatkan gejala apa pun dan dapat didiagnosis secara kebetulan selama evaluasi
dan pemeriksaan fisik rutin sebagai masalah kesehatan lain, dengan keteranga-keterangan
yang tidak ada hubunganya. Pasien mungi mengalami beberapa gejala yang dialami
orang-orang dengan leukemia akut, meskipun mereka umunya jauh lebih parah.
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Morrison Candis & Hesdorffer, S Charles.2012)
1. Hitungan darah lengkap (CBC-Complete Blood Count). CBC digunakan untuk
menilai jumalh sel darah putih (WBC)., sel darah merah (RBC), dan keeping darah.
Diferensial A akan dilakukan untuk mementukan jumlah relative dan presentase
berbagai jenis leukosit (sel darah putih).
2. Pap dari darah perifer. Pap darah dapat mendiagnosis leuimia akut dengan
menujukan blast yang terjangkit. Pemeriksaan sum-sum tulang diperlukan untuk
kateterisasi leukemia.
3. Studi kimia. Studi kimia akan dilakukan untuk menilai fungsi ginjal dan hati. Ini
memberikan informasi tentang gula darah dan elektrolit, seperti kalium, natrium, dan
kalsium.
4. Tas Jantung. Ekokardiogram atau pemindaian akuisisi multi gerbang (MUGA-
Multiple-gated Acuquisistion Scan) dapat diatur untuk mendapatkan catatatn dasar
dari struktur dan fungsi jantung anda. Beberapa agen yang digunakan untuk
mengobati leukemia (terutama pada obat IV dsebut adreamisin (doksorubisin) dapat
mempengaruhi aktivitas pemompaan jantung).
5. Biopsy kelenjar getah bening. Ini adalah prosedur rawata jalan yang relative
sederhana, yang aan menyingkiran kelenjar getah bening seluruhnya, sebagian, atau
disedot dengan mengguanakan jarum suntik. Eksisi nodus getah bening dilakukan
oaleh ahli bedah. Kadang-kadang biopsy jarum (FNA-Fine Needle Aspiration, atau
aspirasi jarum halus) akan cukup, terutama bila kelenjar getah bening terletak
doaerea yang sulit di jangkau. Ini melibatkan peasukan jarum ekstra kecil ke kelenjar
getah bening dan menghilangkan jarum seluler (sitologi) untuk pemeriksaan di
laboraorium sitologi jika memungkinkan. Biopsy inti dilakukan karena cara tersebut
menyediakan jaringan lebih dari arsitektur yang lebih utuh. Jenis biopsy ini juga
dapat dilaukukan juga dibawah panduan tomografi ultrasonik / terkomputerisasi, da
jika demikian maka ahli radiologi akan mulai menjalankan prosedur. Ini melibatkan
pengeluran sepotong kecil bagian dari kelenjar getah bening dilakukan untuk
mempermudah ahli patologi memeriksa sel-sel leukemia dibawah mikrosop dan
membantun menemukan jenis khusus leukemia yang anda derita.
6. Biopsy dan aspirasi sum-sum tulang belakang. Prosedur ini seperi namanya yang
membutuhkan prosedur memasukan jarum biopsy kecil melalui tulang ke dalam
susm-sum tulang (ruang dalanm tulang terlibat dalam produksi sel darah). Situs
biopasi biasanya dibagian tulang pinggual anda. Untuk menemuan jenis leukemia
dan beberapa banyak sum-sum tulang anda digantikan oleh leukemia.
7. Lubang tulang belakang. Fungsi lumbal atau melubangi tulang belakang bisa saja
diperlukan dalam kasus-kasus leukemia akut, untuk menemukan apakah cairan
tulang belakang mengandun sel-sel leukemia. Untuk prosedur ini, kuit d pungguang
bawah dibuat mati rasa denga anestesi local, dan jarum panjang tipis dimasukan ke
dalam ruang di sekitar saraf tulang belakang, sejumlah semple kecil dari cairan
tulang belakang perlahan-lahan dihilangkan dengan jarum suntik. Dalam beberapa
leukemia akut, kemoterapi dapat saja dimasukan kedalam cairan tulang belakang
selama prosedur yang sama, dalam mengobati leukemia atau untuk mengurangi
resiko menyebar ke daerah ini.
8. Sinar-X/ pemindaian tomografi terkomputerisasi (CAT), metode ini kadang-kadang
dilakukan untuk mengevaluasi kelenjar getah bening internal atau orga lain yang
mungkin terlinbat dalam leukemia. Cara ini mungkin menjadi bagian dari prose
perigkat untuk menemuka luasnya penyakit CAT pemindaian mengami beberapa
gambar sebagai kamera berputar kesesluruh tubuh. Cross-sectional, atau irisan, yang
mampu memberiakan banyak detail tentang anaotmi organ dan mampu
memvisualisasikan keljar getah bening yang tidak dapat teraba pada pemeriksaan
fisik
9. Pemindaian citraan resonansi magnetic (MRI). Metode ini mengguanakan
gelombang radio dan magnet yang kuat alih-alih sinar X. alat ini dapat menghasilkan
gambar terperinci tentang bagian-bagian tunbuh dan sang ate berguna untuk
memeriksa sum-sum tulang belakang dan otak
10. Pemindaian tomografi emisi positron (PET). Metode inimungkin juga diperlukan.
Dalam studi ini, solousi yang mengandung glukosa disuntik dengan sebuah atom
radioaktif sebelum dimulainya pemindaian. Glukosa ini kemudian doserap oleh
daerah yang aktif secara metabolik (misalnya kanker, peradangan). Sebuah kemerah
khusus kemudian mendetekssi radioaktifi atas dan menghasilkan gambar tubuh iya
memiliki kemampuan menerangi daerah tubuh yang terlibat denga penyakit dan
merupakan studi pencitra yang sangat sensitive.
A. PENGKAJIAAN
1. Data biografi pasien
Leukemia banyak menyerang laki-laki dari pada wanita dan menyerang pada usia
lebih dari 20 tahun khususnya pada orang dewasa.
2. Biodata
a. Identitas klien
Identitas klien meliputi: nama/nama panggilan, tempat tanggal lahir/usia, jenis
kelamin, agama, pendidikan, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian,
diagnosa medik, dan rencana terapi.
b. Identitas orang tua
Ayah, meliputi: nama, usia, pedidikan, pekerjaan/sumber penghasilan, agama,
dan alamat. Ibu, meliputi: nama, usia, pedidikan, pekerjaan/sumber
penghasilan, agama, dan alamat.
3. Riwayat Kesehatan
Pada penyakit leukemia ini klien biasanya lemah, lelah, wajah terlihat pucat, sakit
kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat.
4. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada penyakit leukemia ini klien biasanya lemah, lelah, wajah terlihat pucat, sakit
kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat.
4. Riwayat penyakit
Pada riwayat penyakit klien dengan leukemia, kaji adanya tanda-tanda anemia
yaitu pucat, kelemahan, sesak, nafas cepat. Kaji adanya tanda-tanda leucopenia
yaitu demam dan adanya infeksi. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia yaitu
ptechiae, purpura, perdarahan membran mukosa. Kaji adanya tanda-tanda invasi
ekstra medulola yaitu limfadenopati, hepatomegali, splenomegali. Kaji adanya
pembesaran testis. Kaji adanya hematuria, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi
disekitar rectal, nyeri.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter misal kembar monozigot.
6. Riwayat psikososial
c. Psikologi
Pada kasus ini biasanya klien dan keluarga takut dan cemas terhadap penyakit
yang diderita. Klien sangat membutukan dukungan dari keluarga dan perawat.
d. Sosial Ekonomi
Klien mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga maupun dengan
tetangga disekitar rumahnya dengan adanya keluarga dan tetangga yang
membesuk serta klien hidup dalam keadaan ekonomi yang sederhana.
7. Pengkajian Kritis
a) A = airway
b) B = Breathing
c) C = circulation
d) D = Disability
e) E = expreasure
8. Pemeriksaan Persistem
a. Sistem pernapasan
Nafas pendek, dispnea, tachipnea, batuk, RR meningkat, ronchi.
b. Sistem pencernaan
Distensi abnormal, bising usus meningkat, anoreksia, mual, muntah, penurunan
BB, stomatitis, ulkus mulut, hipertrofi gusi, diare, feses hitam, nyeri tekan
perianal.
c. Sistem kardiovaskuler
Palpitasi, takikardi, murmur jantung, kulit dan membrane mukosa pucat,
konjungtiva anemis.
d. Sistem perkemihan
Penurunan output urin, hematuria.
e. Sistem persarafan
Defisit syaraf cranial/tanda perdarahan serebral, penurunan koordinasi,
kesemutan, paretesia, otot iritabilitas, kejang, pusing, sakit kepala, disorientasi.
f. Sistem musculoskeletal
Nyeri tulang/sendi, nyeri tekan sterna, kram otot, kelelahan, kelemahan.
9. Data penunjang
Data laboratorium pada klien dengan leukemia :
a. Anemi normokrom normositer
b. Leukosit >15.000/mm3 (5000-10000/ mm3)
c. Sitogenik : kelainan pada kromosom 12, 13, 14, kadang-kadang pada
kromosom 6, 1
d. Hb : 7,3 mg / dl ( N : 12.0 16.0 g/dL).
e. Trombosit : 100.000 (150.000-400.000/mm3)
f. SDP : 60.000/cm (50.000)
g. PT/PTT : memanjang
h. Copper serum : meningkat
i. Zink serum : menurun
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis (Domain 12. Kenyamanan, Kelas
1. Kenyamanan Fisik 00132)
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan anatara suplai dan
ebutuhan oksigen (Doamain 4. Aktivitas / istirahat, Kelas 4. Respon
kardiovaskuler / pulmonal, 00092).
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurng dari kebuthan tubuh berhubungan dengan tidak
mampuan mencerna makanan (Domain 2. Nutrisi, kelas 1. Makan, 00002)
4. Resiko kekurangan volume cairan (Domain 2, nutrisi, kelas 5, Hdirasi 00028)
5. Resiko pendarahan (Domain 11, keamanan / perlindungan, kelas 2. Cedera fisik
00206)
6. Resiko infeksi (Domain 11, keamanan / perlindungan, kelas 1, infeksi 00004)
C. NANDA, NIC, NOC
PENUTUP
D. Kesimpulan
Leukimia, kanker pada jaringan pembentuk darah, adalah bentuk kanker pada
masa kanak-kanak yang paling sering ditemukan. Insidensi pertahunnya adalah 3
hingga 4 kasus per 100.000 anak-anak kulit putih yang berusia di bawah 15 tahun.
Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan
yang berusia di atas 1 tahun, dan awitan puncaknya terjadi antara usia 2 dan 6 tahun.
Leukimia merupakan salah satu bentuk kanker yang memperlihatkan peningkatan
angka keberhasilan hidup secara dramatis. Keberhasilan hidup tanpa penyakit untuk
jangka waktu lama yang dijumpai akhir-akhir ini pada anak-anak yang menderita
Leukimia Limfoid Akut mendekati angka 75%. (Wong, 2009).
E. Saran
Untuk para mahasiswa semoga makalah ini dapat digunakan sebagai informasi dalam
peningkatan mutu pendidikan dan wawasan yang luas, selain itu untuk para tenaga
kesehatan kita sebagai perawat hendaknya lebih jeli dalam mengkaji klien untuk
menentukan diagnosa dan intervensi yang tepat serta melakukan kolaborasi yang baik
dengan semua tenaga medis agar meningkatkan kualitas dalam pemberian asuhan
keperawatan pada klien leuimia. Dan ada pun juga untuk para pembaca diharapkan
mampu memahami tentang penyakit dan perawatan pada klien penderita leukemia
agar tidak terjadi gangguan nutrisi, serta dapat melanjutkan perawatan di rumah
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Mikesch, J.H., Steffen, B., Berdel, W.E., Serve,H., Tidow, C.M. 2007.The Emerging
Role Of Wnt Signaling In The Pathogenesis Of Acute Myeloid Leukemia,
Department Of Medicine, Hematology And Oncology.University Of Muenster,
Jerman.Pp.1638 1643.
Teitell, Michael A., Pandolfi, Pier Paolo, 2009, Molecular Genetics Of Acute
Lymphoblastic Leukemia, Arjournal Annuals Review, Volume 4. Pp.175-190.
Chiorazzi M.D., Nicholas, Rai, M.B., B.S., Kanti R., Ferrarini, M.D., Manlio.2005.Mechanism of
Disease Chronic Lymphocytic Leukemia, The New England Journal of Medicine.Volume
352.Nomor 8.pp.804-812.