Disusun Oleh :
NIM : 1811142010014
PRODI : S1 KEPERAWATAN 2B
YARSI BUKITTINGGI
SUMATERA BARAT
Dalam penulisan ini tidak lepas dari pantauan bimbingan saran dan
nasehat dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
telah memberikan tugas dan kesempatan kepada kami untuk membuat dan
menyusun makalah ini. Serta semua pihak yang telah membantu dan
akhir.
kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran
yang berkaitan dengan penyusunan makalah ini akan penulis terima dengan
semua pembaca.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep kanker ovarium.................................................................................
1. Pengertian...........................................................................................
2. Etiologi ..............................................................................................
3. Patofisiologi.......................................................................................
4. Manifestasi klinis...............................................................................
5. Pemeriksaan Diagnostik.....................................................................
6. Penatalaksanaan.................................................................................
7. Komplikasi.........................................................................................
8. Pencegahan.........................................................................................
B. Asuhan Keperawatan Pada Klien Kanker Ovarium.......................................
1. Pengkajian..........................................................................................
2. Diagnose.............................................................................................
3. Perencanaan........................................................................................
4. Implementasi......................................................................................
5. Evaluasi..............................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran ..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori
yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, adapun penyebab dari kanker ovarium
yaitu:
Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk
penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang
terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor.
2. Hipotesis androgen
Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini
didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen.
Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal
dan sel-sel kanker ovarium.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Kanker ovarium adalah kanker ginekologis yang paling mematikan sebab pada
umumnya baru bisa dideteksi ketika sudah parah. Tidak ada tes screening awal yang terbukti
untuk kanker ovarium. Tidak ada tanda-tanda awal yang pasti. Beberapa wanita mengalami
ketidaknyamanan pada abdomen dan bengkak (Digiulio,2014).
Kanker ovarium adalah tumor ganas yang berasal dari ovarium dengan berbagai
histologi yang menyerang pada semua umur. Tumor sel germinal lebih banyak dijumpai pada
penderita berusia < 20 tahun, sedangkan tumor sel epitel lebih banyak pada wanita usia > 50
tahun (Manuaba, 2013).
2. Etiologi
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Faktor resiko terjadinya
kanker ovarium menurut Manuaba (2013) sebagai berikut.
a. Faktor lingkungan
Insiden terjadinya kanker ovarium umumnya terjadi di negara industry
b. Faktor reproduksi
Meningkatnya siklus ovulatori berhubungan dengan tingginya resiko menderita
kanker ovarium karena tidak sempurnanya perbaikan epitel ovarium
Induksi ovulasi dengan menggunakan clomiphene sitrat meningkatkan resiko dua
sampai tiga kali
Kondisi yang dapat menurunkan frekuensi ovulasi dapat mengurangi resiko
terjadinya kanker
Pemakaian pil KB menurunkan resiko hingga 50 % jika dikonsumsi selama lima
tahun atau lebih
Multiparitas, kelahiran multiple, riwayat pemberian ASI
c. Faktor genetik
5-10 % adalah herediter
Angka resiko terbesar 5 % pada penderita satu saudara dan meningkat menjadi 7 %
bila memiliki dua saudara yang menderita kanker ovarium
Faktor Resiko :
1. Diet tinggi lemak
2. merokok
3. alkohol
4. penggunaan bedak talk perineal
5. riwayat kanker payudara, kolon, atau endometrium
6. riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium
7. nulipara
8. infertilitas
9. menstruasi dini
10. tidak pernah melahirkan
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori
yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, adapun penyebab dari kanker
ovarium yaitu:
a. Hipotesis incessant ovulation
Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk
penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang
terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor.
b. Hipotesis androgen
Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini
didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor
androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan
epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium.
3. Patofisiologi
Kanker ovarium disebabkan oleh zat-zat karsinogenik sehingga terjadi tumor primer
dimana akan terjadi infiltrasi di sekitar jaringan dan akan terjadi implantasi. Dimana
implantasi ini merupakan cirri khas dari tumor ganas ovarium. Gejala yang terjadi pada
kanker ovarium adalah gejala samar dan ascites. Ascites adalah kelebihan volume cairan di
rongga perut, sedangkan gejala samarnya yaitu : perut sebah, makan sedikit tapi cepat
kenyang, sering kembung, dan nafsu makan menurun.
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis terutama berupa rasa tidak enak perut bawah atau tenesmus, pada
stadium awal dapat timbul asites; dengan cepat kanker tumbuh melampaui kavum pelvis
hingga ke abdomen hingga teraba massa; haid tidak teratur, dapat timbul perdarahan per
vaginam.
Gejala umum bervariasi dan tidak spesifik. Pada stadium awal berupa :
Haid tidak teratur
Ketegangan menstrual yang terus meningkat
Menoragia
Nyeri tekan pada payudara
Menopause dini
Rasa tidak nyaman pada abdomen
Dispepsia
Tekanan pada pelvis
Sering berkemih
Flatulenes
Rasa begah setelah makan makanan kecil
Lingkar abdomen yang terus meningkat
5. Pemeriksaan Diagnostik
Sebagian besar kanker ovarium bermula dari suatu kista. Oleh karena itu, apabila
pada seorang wanita ditemukan suatu kista ovarium harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
untuk menentukan apakah kista tersebut bersifat jinak atau ganas (kanker ovarium).
Ciri2 kista yang bersifat ganas yaitu pada keadaan :
Kista cepat membesar
Kista pada usia remaja atau pascamenopause
Kista dengan dinding yang tebal dan tidak berurutan
Kista dengan bagian padat
Tumor pada ovarium
Pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat dugaan ke arah kanker ovarium seperti :
USG dengan Doppler untuk menentukan arus darah
Jika diperlukan, pemeriksaan CT-Scan/ MRI
Pemeriksaan tumor marker seperti Ca-125 dan Ca-724, beta – HCG dan alfafetoprotein
Semua pemeriksaan diatas belum bisa memastikan diagnosis kanker ovarium, akan
tetapi hanya sebagai pegangan untuk melakukan tindakan operasi.
6. Penatalaksanaan
Sebagian besar kanker ovarium memerlukan pengobatan dengan kemoterapi. Hanya
kanker ovarium stadium awal saja (stadium 1a dan 1b dengan derajat diferensiasi sel yang
baik/sedang) yang tidak memerlukan kombinasi pengobatan. Kemoterapi diberikan sebanyak
6 seri dengan interval 3 – 4 minggu sekali dengan melakukan pemantauan terhadap efeh
samping kemoterapi secara berkala terhadap sumsum tulang, fungsi hati, fungsi ginjal, sistem
saluran cerna, sistem saluran cerna, sistem saraf dan sistem kardiovaskuler.
Metode terapi utama yaitu :
melalui insisi perkutan dimasukkan dua tabung silicon intraperitoneal, satu diletakkan
di permukaan hati subdiafragma, satu lagi di resesus posterior kavum pelvis,
ujungnya difiksasi di dinding abdomen. Obat yang diinfuskan biasanya FU, DDP,
CTX dll. di dalam 3000-4000cc larutan garam faal. Sebelumnya larutan itu
dipanaskan hingga 42°C, dan upayakan temperatur itu dipertahankan. Lalu melalui
satu tabung silicon dialirkan ke rongga abdomen, setelah 8-12 jam larutan
dikeluarkan lewat tabung yang lainnya. Kecepatan pemberian adalah 500cc per jam.
Setiap minggu dilakukan 1-2 kali. Efek buruknya berupa sakit perut, untuk itu dapat
serentak diberikan lidokain intraperitoneal.
b. Imunoterapi intraperitoneal
masukkan tabung ke rongga pelvis, abdomen, suntikkan obat kemoterapi, 1-2 kali per
minggu, serentak disuntikkan imunomodulator, umumnya digunakan vaksen kuman
Serratia marcescen(S311), 1cc per kali. Pasca injeksi dapat timbul demam yang
mencapai 39oC, 2-3 jam kemudian reda spontan. Demam pertanda respons imun
bekerja, tidak akan berdampak buruk.
c. Krioablasi argon-helium
terhadap massa ovarium, tidak peduli itu lesi primer atau metastasis rongga pelvis dan
dinding abdomen, dapat memakai krioablasi argon-helium. Metode ini setara dengan
operasi debulking, rudapaksa bagi pasien jauh lebih keci dibandingkan operasi.
d. Terapi intra-arteri
melalui arteri femoralis dimasukkan kateter hingga mencapai arteri ovarial, suntikkan
emulsi campuran kemoterapi (misal DDP) dan lipiodol. Jepang melaporkan terapi
dengan cara ini, setelah 1 bulan massa ovarium menyusut rata-rata 49%. Kami sering
mengombinasikan cara ini dengan krioablasi argon-helium. Seorang pasien dari kota
Shenyang di RRC, usia 56 tahun, kavum pelvis penuh dengan tumor disertai asites,
setelah terapi intra-arteri dan krioablasi argon-helium, lesi lenyap total, hingga kini 18
bulan tidak tampak kekambuhan.
7. Komplikasi
Akibat radiasi atau penyinaran maka timbul komplikasi: indung telur mati terkena
radiasi akibatnya hormone pun mati,padahal hormone diperlukan untuk gairah seksual dan
haid juga mencegah osteoporosis, komplikasi lainnya antara lain luka bakar pada
dubur,terjadi diare/perdarahan terus,jika tidak demikian dubur harus diangkat sebagai
gantinya akan dibuatkan dubur baru lewat perut.
8. Pencegahan
Cara termudah untuk mengurangi kemungkinan kanker ovarium adalah
- Mengambil kontrasepsi oral atau pil KB.
- Mengikat saluran tuba.
- Beberapa studi telah menunjukkan bahwa histerektomi juga akan mengurangi risiko
kanker ovarium. Namun, tidak dianjurkan untuk memiliki prosedur ini dilakukan
kecuali jika itu adalah alasan medis yang baik untuk melakukannya. Jika seorang
wanita telah melalui menopause atau mendekati menopause maka mungkin ide yang
baik untuk memiliki ovarium diangkat melalui histerektomi.
1. Pengkajian
Data diri klien
Data biologis/fisiologis keluhan utama, riwayat keluhan utama
Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat reproduksi siklus haid, durasi haid
Riwayat obstetric kehamilan, persalinan, nifas, hamil
Pemeriksaan fisik
Data psikologis/sosiologis reaksi emosional setelah penyakit diketahui
2. Diagnosa
Nyeri akut b.d agen cidera biologi
Perubahan citra tubuh dan harga diri b.d perubahan dalam penampilan fungsi dan
peran
Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual b.d perubahan struktur atau fungsi tubuh,
perubahan kadar hormone
Ansietas b.d perubahan status kesehatan
Kurang pengetahuan/kurang informasi b.d kondisi,prognosis dan pengobatan
3. Perencanaan
Diagnosa 1 : Nyeri akut b.d agen cidera biologi
Tujuan : Klien merasa reda dari nyeri dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan
Kriteria Hasil : Nyeri berkurang atau skala nyeri berkurang 1-3, dan pasien tidak
meringis
Intervensi :
a) Kaji karakteristik nyeri : lokasi, kualitas, frekuensi
R/:membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan.
b) Kaji faktor lain yang menunjang nyeri, keletihan, marah pasien.
R/: mengevaluasi factor – factor yang yang dapat meningkatkan persepsi akan
intensitas nyerinya.
c) Kolaborasi dengan tim medis dalam memberi obat analgesic
R/: menurunkan nyeri, meningkatkan kenyamanan.
d) Jelaskan kegunaan analgetik dan cara-cara untuk mengurangi efek samping.
R/: agar pasien mengetahui mengenai penggunaan dan efek samping dari
analgetik.
e) Ajarkan klien strategi baru untuk meredakan nyeri dan ketidaknyamanan:
imajinasi, relaksasi, stimulasi kutan.
R/: membantu pasien untuk istirahat lebih efektif dan memfokuskan kembali
perhatian, sehingga menurunkan nyeri dan ketidaknyamanan.
Diagnosa 2 : Perubahan citra tubuh dan harga diri b.d perubahan dalam
penampilan fungsi dan peran
Tujuan : Klien dapat memperbaiki persepsi citra tubuh dan harga dirinya.
Kriteria Hasil :
– Klien dapat menerima status kesehatannya
– Klien dapat menerapkan koping individu yang adaptif
Intervensi :
a) Kaji perasaan klien tentang citra tubuh dan tingkat harga diri
R/: mengetahui respon pasien dalam penegakan diagnosa.
b) Berikan dorongan untuk keikutsertaan kontinyu dalam aktifitas dan pembuatan
keputusan
R/: mempertahankan / membuka garis komunikasi
c) Berikan dorongan pada klien dan pasangannya untuk saling berbagi kekhawatiran
tentang perubahan fungsi seksual dan menggali alternatif untuk ekspresi seksual
yang lazim
R/: menjelaskan keadaan yang terjadi dan memberi pengertian kepada pasangan
serta mendiskusikan dalam pemenuhan kebutuhan seksual .
Diagnosa 3 : Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual b.d perubahan
struktur atau fungsi tubuh, perubahan kadar hormon
Tujuan : Mengidentifikasi kepuasan/ praktik seksual yang diterima dan beberapa
alternatif cara mengekspresikan keinginan seksual
Kriteria Hasil :
– Klien menyatakan paham tentang perubahan struktur dan fungsi seksual.
– Klien mampu memenuhi kebutuhan seksualnya sesuai dengan kemampuan
Intervensi:
a) Mendengarkan pernyataan klien dan pasangan
R/: masalah seksual sering tersembunyi sebagai pernyataan humor dan/ atau
ungkapan yang gamblang
b) Diskusikan sensasi atau ketidaknyamanan fisik, perubahan pada respons individu
R/: nyeri vagina dapat nyata menyertai prosedur vagina atau kehilanagn sensori
dapat terjadi sehubungan dengan trauma bedah. Meskipun kehilangan sensori
biasanya sementara, ini dapat dialami selama beberapa minggu atau bulan untu
kembali baik.
c) Kaji informasi klien dan pasangan tentang anatomi/ fungsi seksual dan pengaruh
prosedur pembedahan
R/: menunjukan kesalahan informasi/konsep yang mempenagruhi pengambilan
keputusan. Harapan negative sehubungan dengan hasil yang buruk.
d) Identifikasi faktor budaya/nilai budaya
R/: dapat mempengaruhi kembalinya kepuasan hubungan seksual.
e) Dorong klien untuk menyadari atau menerima tahap berduka
R/: kehilangan bagian tubuh, hilangnya bagian tubuh, dan menerima kehilangan
yang memebutuhkan penerimaan sehingga pasien dapat membuat rencana untuk
masa depan.
f) Dorong klien untuk berbagi pikiran/masalah dengan orang terdekatnya
R/: komunikasi terbuka dapat mengidentifikasi area penyesuaian / masalah dan
meningkatkan diskusi dan resolusi.
g) Berikan solusi masalah terhadap masalah potensial. ex : menunda koitus seksual
saat kelelahan
R/: membantu pasien kembali pada hasrat / kepuasan aktivitas seksual.
Diagnose 4 : Ansietas b.d perubahan status kesehatan
Tujuan : Menyatakan kesadaran terhadap perasaan dan rasa cenas yang sedang
dihadapinya.
Kriteria hasil:
– Pasien tidak merasa gelisah,
– Pasien tanpak rileks
Intervensi:
a) Orientasikan klien pada lingkungan yang baru
R/: membantu mengurani ansietas dan meningkatkan keamanan
b) Beritahu klien tentang perjalanan penyakitnya
R/: memberikan informassi kepada klien tentang penyakitnya dan mengurangi
ansietas
c) Beritahu klien tentang tindakan pengobatan yang akan dilakukan
R/: mengurangi ansietas klien
Diagnosa 5 : Kurang pengetahuan/kurang informasi b.d kondisi,prognosis
dan pengobatan
Tujuan : klien mengetahui tentang kondisi dan prognosis tentang penyakitnya
Kriteria hasil:
– Klien terlihat tenang
– Klien mengerti tentang kondisinya
Intervensi:
a) Kaji informasi tentang kondisi individu,prognosis dan pengobatan
R/: meningkatkan pemahaman perawat tentang kondisi klien
b) Beritahu klien tentang perjalanan penyakitnya serta pengobatan yang akan
dilalukan
R/: memberikan informasi kepada klien tentang penyakitnya
4. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana yang telah disusun.
5. Evaluasi
Klien merasa reda dari nyeri dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan
Klien dapat memperbaiki persepsi citra tubuh dan harga dirinya.
Mengidentifikasi kepuasan/ praktik seksual yang diterima dan beberapa alternatif
cara mengekspresikan keinginan seksual
Menyatakan kesadaran terhadap perasaan dan rasa cemas yang sedang
dihadapinya.
Klien mengetahui tentang kondisi dan prognosis tentang penyakitnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung
telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium bisa
menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan melalui sistem
pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru. Kanker ovarium sangat sulit didiagnosa
dan kemungkinan kanker ovarium ini merupakan awal dari banyak kanker primer.
(Wingo, 1995)
Kanker ovarium berasal dari sel – sel yang menyusun ovarium yaitu sel epitelial, sel
germinal dan sel stromal. Sel kanker dalam ovarium juga dapat berasal dari metastasis organ
lainnya terutama sel kanker payudara dan kanker kolon tapi tidak dapat dikatakan sebagai
kanker ovarium.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://pustaka.poltekkespdg.ac.id/repository/Rika_Syubri_Dewi_Jurusan_Keperawatan_padang_
2017.pdf
https://www.academia.edu/34215692/ASKEP_CA_OVARIUM