Dosen Pembimbing :
Retnayu Pradanie, S.Kep.Ns., M.Kep
Kelompok 5 :
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya akhirnya kami
dari saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas I dengan
membahas “Asuhan Keperawatan Pada Tumor Ganas Sistem : Kanker
Endometrium” dalam bentuk makalah. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
yang diberikan oleh Ibu Retnayu Pradanie, S.Kep.Ns., M.Kep.
Terima kasih kepada Ibu Retnayu Pradanie, S.Kep.Ns., M.Kep. sebagai dosen
pengampu yang telah membimbing dalam penyusunan makalah ini. Terlepas dari
semua itu, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan dalam
penyusunan makalah ini baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Penulis menyadari adanya kekurangan pada makalah ini. Untuk itu kritik dan
saran sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini
Semoga makalah ini, dapat bermanfaat dan menjadi sumber pengetahuan bagi
pembaca. Dan apabila dalam pembuatan makalah ini terdapat kekurangan kiranya
pembaca dapat memakluminya. Sekian dan terima kasih.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................2
1.3 Tujuan Makalah..................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi...............................................................................................3
2.2 Etiologi...............................................................................................3
2.3 Manifestasi Klinis..............................................................................4
2.4 Klasifikasi dan Gambaran Histopatologi...........................................4
2.5 Stadium dan Derajat Ca Endometrium..............................................6
2.6 Patofisiologi.......................................................................................7
2.7 WOC..................................................................................................7
2.8 Faktor Risiko......................................................................................10
2.9 Pemeriksaan penunjang......................................................................10
2.10 Penatalaksanaan……………………………………………………11
BAB III TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian...........................................................................................13
3.2 Pemeriksaan fisik................................................................................15
3.3 Diagnosis keperawatan......................................................................15
3.4 Outcome dan Intervensi.....................................................................16
BAB IV STUDI KASUS.....................................................................................21
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan........................................................................................34
5.2 Saran...................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................35
3
BAB I
PENDAHULUAN
Penyebab kanker endometrium sendiri masih belum pasti, namun terdapat beberapa
faktor yang menyebabkan terjadinya kanker endometrium seperti faktor reproduksi dan
menstruasi, hormon, kontrasepsi, obesitas, kondisi medis ataupun faktor genetik. Patogenesis
kanker ini adalah tingginya kadar estrogen dan kurangnya kadar progesteron yang cukup
sehinga terjadi hperplasia simpeks dan menyebabkan terbentuknya kalenjar baru pada lapisan
uterus dan selanjutnya menyebabkan kanker endometrium [ CITATION Pra17 \l 1057 ].
Terdapat 4 stadium pada kanker endometrium yang dibagi menurut International Federation
1
Of Gynecology and Obsetri (FIGO). Untuk penanganan masalah kanker endometrium ini
dapat berupa terapi medikamentosa, operasi, dan kemoterapi.
1.3 Tujuan
2
5. Menjelaskan manifestasi klinis kanker endometrium
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kanker endometrium menurut WHO 2003 merupakan tumor ganas epitel
primer di endometrium, umumnya dengan diferensiasi glandular dan berpotensi
mengenai myometrium dan menyebar jauh.
Kanker endometrium adalah tumor ganas epitel primer di endometrium,
umumnya dengan diferensiasi glandular dan berpotensi mengenai miometrium dan
menyebar jauh. Kanker endometrium merupakan kanker ginekologi yang paling
sering terjadi di dunia barat, menempati urutan keempat kanker pada wanita setelah
kanker payudara, kolon, dan paru. Dengan mortalitas sekitar 3,4 per 100.000 wanita
diketahui bahwa sebenarnya prognosis kanker ini cukup baik apabila diketahui dini
dan ditangani dengan tepat. Sementara ini, angka ketahanan hidup 5 tahunnya
mencapai 84%. Hal ini disebabkan oleh karena sebagian besar kanker endometrium
berada dalam stadium awal sehingga dapat disembuhkan secara sempurna.
2.2 Etiologi
Penyebab pasti kanker endometrium tidak diketahui. Kebanyakan kasus
kanker endometrium dihubungkan dengan endometrium terpapar stimulasi estrogen
secara kronis. Salah satu fungsi estrogen yang normal adalah merangsang
pembentukan lapisan epitel pada rahim. Sejumlah besar estrogen yang disuntikkan
pada hewan percobaan di laboratorium menyebabkan hiperplasia endometrium dan
kanker. Adanya hubungan antara pajanan estrogen dengan kanker endometrium telah
diketahui selama lebih dari 50 tahun. Satu faktor resiko yang paling sering dan paling
terbukti untuk adenokarsinoma uterus adalah obesitas. Jaringan adiposa memiliki
enzim aromatase yang aktif. Androgen adrenal dengan cepat dikonversi menjadi
estrogen di dalam jaringan adipose pada individu yang obesitas. Estrogen yang baru
disintesis ini juga memiliki bioavaibilitas yang sangat baik karena perubahan
metabolik yang berhubungan dengan obesitas menghambat produksi globulin
pengikat hormon seks oleh hati. Individu yang obesitas mungkin mengalami
peningkatan drastis pada estrogen bioavailable yang bersirkulasi dan pajanan ini dapat
menyebabkan penumbuhan hiperplastik pada endometrium.
2.3 Manifestasi Klinis
4
Sembilan puluh persen pasien dengan kanker endometrium akan mengalami
pendarahan abnormal vagina dimana perdarahan terjadi pascamenopause dan
biasanya terjadi di awal perjalanan penyakit. Perdarahan intramenstruasi atau
perdarahan berkepanjangan yang berat pada perimenopause atau anovulasi
premenopause perempuan harus dicurigai. Diagnosis mungkin tertunda pada
perempuan tersebut karena pendarahan biasanya dianggap berasal dari
"ketidakseimbangan hormon." Hal ini juga perlu diperhatikan secara khusus untuk
diagnosis dini pada perempuan yang lebih muda dari 40 tahun. Kadang-kadang,
perdarahan vagina tidak terjadi karena penyempitan serviks, khususnya pada lansia
yang mengalami defisiensi estrogen.
5
pada tahap awal dan terbatas pada fundus rahim dengan infiltrasi
miometrium yang sangat terbatas. Tumor tersebut dapat berkembang
sebagai massa polipoid lokal atau mungkin melibatkan seluruh permukaan
endometrium secara difusi.
b. Adenoacanthoma
Ketika perubahan karakteristik dari adenokarsinoma berdampingan dengan
sel epitel skuamosa jinak, lesi dikatakan sebagai adenoacanthoma. Unsur
skuamosa dapat terlokalisasi secara merata pada seluruh lesi. Sel skuamosa
dapat mencerminkan berbagai derajat diferensiasi yang diamati dalam
epitel yang metaplasia pada uterus. Lesi pada komponen kelenjar ini
biasanya tergolong memiliki prognosis yang lebih baik.
c. Adenosquamous Carcinoma
Adenosquamous atau mixed adenosquamous carcinoma pada
endometrium memiliki kelenjar yang ganas dan komponen skuamosa.
Sekitar 85% dari komponen kelenjar yang ganas merupakan moderately
atau poorly differentiated dan keduanya dapat bermetastasis. Lesi ini
cenderung dimiliki pada pasien yang telah mengalami menopause dan
prognosisnya tergantung pada derajat diferensiasi dari komponen kelenjar
dan lebih buruk pada pure adenocarcinoma daripada adenoacanthoma.
2. Kanker Endometrium Tipe II
Merupakan suatu neoplasma yang sangat agresif yang tidak berkaitan dengan
stimulasi estrogen yang biasanya muncul pada perempuan yang lebih tua
pascamenopause. Endometrial carcinoma tipe II merupakan jenis high-grade
tumours yang invasive, dan tidak berko-eksis dengan CAH (EIN).
a. Clear Cell Carcinoma
Karsinoma sel jernih endometrium tercatat sekitar 4,3-7,5% dari
karsinoma endometrium. Elemen sel jernih dapat berupa fokal atau umum.
Lesi berasal dari Mullerian terdiri dari sel jernih atau komponen paku
sepatu. Rata-rata lesi ini disajikan pada perempuan yang 10 tahun lebih tua
pada adenocarcinoma murni dan diagnosisnya pada tahap klinis lebih
maju. Prognosis dari lesi ini tampaknya sangat buruk.
b. Mucinous Carcinoma
Suatu karsinoma endometrial dimana >50% dari neoplasma terdiri dari sel
mucinous. Mucinous carcinoma diperkirakan terhitung 1-9% dari
karsinoma endometrium. Memiliki gambaran glandular ataupun
villoglandular, mucinous, columnar dengan stratifikasi yang minimal.
6
Biasanya terdapat diferensiasi skuamosa dan nuklear atipik terdiri dari
ringan sampai sedang serta aktifitas mitotik yang rendah.
c. Serous Carcinoma
Serous carcinoma memiliki karakteristik papilar yang kompleks dan/atau
gambaran kelenjar dengan difusi pleomorfik nuklear.
d. Mixed Carcinoma
Suatu karsinoma endometrium yang terdiri dari dua atau lebih gambaran
histologi yang berbeda, setidaknya salah satunya merupakan kategori tipe
ke II.
e. Undifferentiated dan dedifferentiated carcinoma
Karsinoma tanpa diferensiasi merupakan suatu keganasan epitel
neoplasma tanpa diferensiasi. Sedangkan dediferensiasi karsinoma terdiri
dari karsinoma tanpa diferensiasi dengan suatu komponen kedua dari
FIGO derajat I atau II karsinoma endometrium.
7
Derajat adenokarsinoma:
G1 : derajat diferensiasi adenokarsinoma baik dengan ≤5 nonskuamosa atau
pola pertumbuhan nonmorular padat.
G2 : derajat diferensiasi adenokarsinoma dengan 6% sampai 50% nonskuamosa
atau pola pertumbuhan nonmorular padat.
G3 : lebih dari 50% nonskuamosa atau pola pertumbuhan nonmorular padat
(undiferensiasi).
2.6 Patofisiologi
Kanker endometrium adalah jaringan atau selaput lender rahim yang tumbuh di luar
rahim. Padahal, seharusnya jaringan endometrium melapisi dinding rahim. Kanker
endometrium tumbuh pada ovarium, tuba falopii, dan saluran menuju vagina. Kanker
ini bukan merupakan penyakit akibat hubungan seksual. Wanita muda maupun yang
sudah tua dapat terkena penyakit ini. Walaupun pada umumnya yang terserang wanita
yang sudah tua. Tumbuhnya jaringan endometrium di luar rahim kemungkinan
disebabkan oleh darah menstruasi masuk kembali ke tuba falopii dengan membawa
jaringan dari lapisan dinding rahim sehingga jaringan tersebut menetap dan tumbuh di
luar rahim. Kemungkinan lain adalah jaringan endometrium terbawa ke luar rahim
melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening.
2.7 WOC
8
9
10
2.8 Faktor Risiko
Faktor risiko yang terjadi pada kanker endometrium adalah sebagai berikut:
1) Obesitas
Obesitas berhubungan dengan terjadinya peningkatan resiko karsinoma
endometrium sebesar 20-80%. Wanita yang mempunyai kelebihan berat badan 11-
25 kg mempunyai peningkatan resiko 3 kali dan 10 kali pada wanita yang
mempunyai kelebihan berat badan dari25 kg.
2) Nulliparitas
Pada wanita nulliparitas dijumpai peningkatan resiko sebesar 2-3 kali.
3) Diabetes Melitus
Didapati peningkatan resiko sebesar 2,8 kali pada wanita penderita diabetes
mellitus untuk terjadinya karsinoma endometrium
4) Hipertensi
Sebesar 25-75% penderita karsinoma endometrium mengidap hipertensi
5) Estrogen eksogen
Pada wanita menopause yang mengkonsumsi estrogen eksogen akan terjadi
peingkatan resiko karsinoma sebesar 4,5-13,9 kali.
6) Late menopause
11
Wanita yang menopause sesudah umur 52 tahun akan terjadi peningkatan resiko
sebesar 2,4 kali untuk terjadinya karsinoma endometrium. Disamping itu
karsinoma endometrium dapat terjadi pada wanita pramenopause dengan siklus
haid yang tidak teratur.
7) Polycytic ovarian syndrome
8) Penyakit kandungan empedu
Didapati peningkatan fesiko sebssar 3,7 kali terjadinya kasinoma endometrium.
9) Merokok
Terjadi penurunan resiko karsinoma endometrium sebesar 30% pada wanita
perokok.
10) Tomoxifen
Wanita penguna temoxifen akan terjadi peningkatan resiko kasinoma
endometrium sebesar 2-3 kali.
Ultrasonography (USG)
2.10 Penatalaksanaan
Tindakan Penatalaksanaan karsinoma endometrium antara lain :
1) Operasi / laporan
2) Radioterapi
3) Kemoterapi
4) Terapi hormonal
Garis besar penangan karsinoma endometrium dengan keadaan umum penderita
adalah laportomi dengan tindakan eksplorasi rongga abdomen termasuk kelenjar
limfe retroperitoneal guna penentuan stadiumnya serta menentukan tindakan
selanjutnya sesuai dengan hasil eksploitasi laparotomi tersebut dan factor
prognosa yang ada pada penderita.
a. Stadium I
Dilakukan total abdominal histerektomi + bilateral salpingo-oophorectomy +
sitologi periotoneal + limfadenektomi pelvis dan paraaorta.
Pada G1 atau G2 : tidak memerlukan terapi lanjutan.
Pada G3 : ditambahkan radiasi eksternal post operasi sebesar 4500-5000
rads pada pelvis.
b. Stadium II
Dilakukan radical hysterectomy + Limfadenektomi pelvis dan paraaorta dan
dilanjutkan dengan radiasi eksternal dengan dosis 4000-5000 rads pada pelvis.
c. Stadium III dan IV
Penanganan pasien stadium III dan IV bersifat individual dan diusahakan
untuk operasi radikal yang dilanjutkan dengan kemoterapi dan radiasi.
Terapi hormonal
12
Indikasinya : Pada tumor yang sudah mengalami metastase dan bila sewaktu
operasi masih terdapat sisa tumornya serta keadaan pasien yang sudah in operable.
Bahan hormon :
MPA : 300-400 mg/hr
Magace : 160-320 mg/hr
Tamoxifen
5) Kemoterapi.
Terapi ini bersifat paliatif. Saat ini kemoterapi yang reaksi yang paling baik adalah
kombinasi CAP :
cyclophoshasmida 600 mg/m2
aderiamycin 45-50 mg/m2
cisplatin 60 mg/m2
13
BAB III
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Identitas Klien
b. Keluhan utama: Keluhan utama yang dirasakan pasien kanker endometrium adalah
perdarahan pascamenopause bagi pasien yang telah menopause dan perdarahan
intermenstruasi bagi pasien yang belum menopause. Keluhan keputihan merupakan
keluhan yang paling banyak menyertai keluhan utama.
c. Riwayat penyakit sekarang: Masalah yang mungkin terjadi ketidaknyamanan
yang berkaitan dengan perubahan pola menstruasi (perdarahan banyak), nyeri,
adanya keputihan, keluhan lain yang disebabkan oleh penekanan tumor pada vesika
urinaria, uretra, ureter, rectum, pembuluh darah dan limfe.
d. Riwayat penyakit dahulu: Menggali riwayat penyakit yang pernah dan sedang diderita
oleh klien khususnya penyakit ginekologi,diabetes dan hipertensi.
e. Riwayat penyakit keluarga: Menggali riwayat penyakit keluarga, karena kanker
endometrium berisiko pada wanita yang memiliki riwayat genetik.
f. Riwayat Menstruasi
Menarch: Usia menarch dini (<12 tahun) berkaitan dengan meningkatnya
risiko kanker endometrium walaupun tidak selalu konsisten.
Siklus: dapat mengalami perdarahan diluar siklus haid dan lebih panjang (banyak
atau bercak)
Jumlah: lebih banyak
Lamanya: dapat memanjang
Sifat Darah: encer atau bergumpal
Teratur / tidak: mengalami perubahan
Dismenorhea: dapat terjadi
Fluor albus: berlebihan, berbau, urulent, bercampur darah
g. Pola Fungsi Kesehatan Gordon
1) Pemeliharaan dan Persepsi Kesehatan
Kanker endometrium dapat diakibatkan oleh higiene yang kurang baik pada
daerah kewanitaan. Kebiasaan menggunakan bahan pembersih vagina yang
14
mengandung zat-zat kimia juga dapat mempengaruhi terjadinya kanker
endometrium.
2) Pola Istirahat dan Tidur
Pola istirahat dan tidur klien dapat terganggu akibat nyeri, akibat progresivitas
dari kanker endometrium, dan gangguan pola tidur juga dapat terjadi akibat dari
depresi yang dialami oleh klien.
3) Pola Nutrisi
Perbedaan pola demografi kanker endometrium diperkirakan oleh peran nutrisi,
terutama tingginya kandungan lemak hewani dalam diet. Konsumsi sereal,
kacang-kacangan, sayuran dan buah terutama yang tinggi lutein, menurunkan
risiko kanker yang memproteksi melalui pitoestrogen.
4) Pola Eliminasi
Pola eliminasi yang dialami oleh klien. Apakah klien mengalami obstipasi, retensi
urine, poliuri yang dapat disebabkan metastase sel kanker.
5) Pola Kognitif – Perseptual
Pada klien dengan kanker endometrium biasanya tidak terjadi gangguan pada
panca indra yang meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan,
pengecap.
6) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Klien kadang merasa malu terhadap orang sekitar karena mempunyai penyakit
kanker endometrium, akibat dari persepsi yang salah dari masyarakat. Meskipun
penyakit ini tidak disebabkan dari berganti – ganti pasangan.
7) Pola Aktivitas dan Latihan
Kaji apakah penyakit serta kehamilan klien mempengaruhi pola aktivitas dan
latihan. Dengan skor kemampuan perawatan diri (0= mandiri, 1= alat bantu, 2=
dibantu orang lain, 3= dibantu orang lain dan alat, 4= tergantung total).
Klien dengan kanker endometrium wajar jika mengalami perasaan sedikit lemas
akibat dari asupan nutrisi yang berkurang akibat dari terapi yang dijalaninya,
selain itu klien juga akan merasa sangat lemah terutama pada bagian ekstremitas
bawah dan tidak dapat melakukan aktivitasnya dengan baik akibat dari
progresivitas kanker endometrium sehingga harus beristirahat total.
8) Pola Seksualitas dan Reproduksi
Kaji apakah terdapat perubahan pola seksulitas dan reproduksi klien selama klien
menderita penyakit ini. Pada pola seksualitas pasien akan terganggu akibat dari
rasa nyeri yang selalu dirasakan pada saat melakukan hubungan seksual
(dispareuni) serta adanya perdarahan setelah berhubungan. Serta keluar cairan
encer (keputihan) yang berbau busuk dari vagina. Kaji Riwayat penggunanan
kontrasepsi, menggali jenis dan lama kontasepsi yang digunakan.
9) Pola Manajemen Koping Stress
15
Kaji bagaimana klien mengatasi masalah-masalahnya. Bagaimana manajemen
koping klien. Apakah klien dapat menerima kondisinya setelah sakit.
10) Pola Peran – Hubungan
Bagaimana pola peran hubungan klien dengan keluarga atau lingkungan
sekitarnya. Apakah penyakit ini dapat mempengaruhi pola peran dan
hubungannya. Klien dengan kanker endometrium harus mendapatkan dukungan
dari suami serta orang-orang terdekatnya karena itu akan mempengaruhi kondisi
kesehatan klien. Biasanya koping keluarga akan melemah ketika dalam anggota
keluarganya ada yang menderita penyakit kanker endometrium.
11) Pola Keyakinan dan Nilai
Kaji apakah penyakit klien mempengaruhi pola keyakinan dan nilai yang diyakini.
16
1. Discomfort level lokasi, karasteristik,
Klien tidak mengeluh onset/durasi, frekuensi,
nyeri kualitas, intensitas
Klien tidak merintih
nyeri, serta faktor-
kesakitan
Klien tidak gelisah faktor yang dapat
Wajah klien tampak memicu nyeri.
relaks 2. Observasi tanda-tanda
2. Pain level non verbal atau isyarat
Klien tidak
dari ketidaknyamanan.
melaporkan adanya 3. Gunakan strategi
nyeri komunikasi terapeutik
Klien tidak merintih
dalam mengkaji
ataupun menangis
pengalaman nyeri dan
Klien tidak
menyampaikan
menunjukkan
penerimaan terhadap
ekspresi wajah
respon klien terhadap
terhadap nyeri
RR dalam batas nyeri.
4. Kaji tanda-tanda vital
normal (16-20
klien.
kali/menit)
5. Kaji pengetahuan dan
Nadi dalam batas
pengalaman klien
normal (60-100
terhadap nyeri klien.
kali/menit) 6. Diskusikan bersama
3. Pain control
Klien dapat klien mengenai faktor-
mengenali onset nyeri faktor yang dapat
Klien dapat memperburuk nyeri
mendeskripsikan klien.
faktor-faktor 7. Evaluasi bersama klien
penyebab nyeri dan tim medis
Klien dapat mengenai riwayat
mengontrol nyerinya keefektifan intervensi
dengan menggunakan nyeri yang pernah
teknik manajemen diberikan pada klien.
nyeri non 8. Kontrol faktor
17
analgesik sesuai ketidaknyamanan,
rekomendasi. seperti suhu ruangan,
Klien melaporkan pencahayaan,
nyeri terkontrol. kebisingan).
9. Ajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri non
farmakologi, (mis:
teknik terapi musik,
distraksi, guided
imagery, masase dll).
10. Kolaborasi dalam
pemberian analgetik
sesuai indikasi.
2. Nausea Setelah diberikan asuhan Aktivitas Keperawatan
berhubungan dengan
keperawatan selama 3 x 24 Nausea Management
iritasi
gastrointestinal jam diharapkan nausea pasien 1. Berikan pasien untuk
akibat kemoterapi
teratasi, dengan criteria hasil: memonitor pengalaman
1. Nausea and Vomiting nauseanya
2. Ajarkan pasien strategi
Control
Klien menyadari untuk mengatur rasa
onset dari nausea mualnya
3. Lakukan pengkajian
secara teratur
Klien dapat lengkap rasa mual
menghindari faktor termasuk frekuensi,
penyebab nausea durasi, tingkat mual,
dengan baik dan faktor yang
Klien melakukan menyebabkan pasien
tindakan pencegahan mual.
nausea dengan teratur 4. Kurangi faktor personal
Klien dapat yang menyebabkan atau
melaporkan mual, meningkatkan mual
muntah, dan dapat (cemas, takut,
dapat mengontrol kelelahan, dan kurang
muntahnya dengan informasi)
baik 5. Berikan istirahat dan
2. Hidrasi tidur yang adekuat
18
Status hidrasi: hidrasi untuk mengurangi mual
6. Berikan terapi
kulit membran
farmakologi pada mual
mukosa baik, tidak
yang tidak dapat
ada rasa haus yang
ditoleransi
abnormal, urin output 7. Anjurkan klien
normal. mengurangi jumlah
makanan yang bisa
menimbulkan mual.
Fluid Management
1. Pencatatan intake
output secara akurat
2. Monitor status nutrisi
3. Monitor status hidrasi
(Kelembaban membran
mukosa, vital sign
adekuat)
4. Batasi minum 1 jam
sebelum, 1 jam sesudah
dan selama makan
3. Gangguan citra Setelah diberikan asuhan Aktivitas Keperawatan
tubuh berhubungan keperawatan 3 x 24 jam Active Listening
dengan perubahan diharapkan: 1. Tentukan tujuan
penampilan akibat 1. Adaptation to Physical interaksi.
2. Tunjukan rasa tertarik
proses penyakit. Disability
Mengungkapkan pada pasien.
3. Fokus interkasi,
secara verbal untuk
seperti tidak
mengatur
menjudge.
ketidakmampuan 4. Gunakan interaksi
(skala 5). berseri atau kontinu
Mampu beradaptasi
kepada pasien.
dari ketebatasan
Body Image
fungsi tubuh (skala
Enhancement
5).
Mampu 1. Jelaskan ekspektasi
menggunakan strategi citra tubuh pasien
19
untuk mengurangi berdasarkan stase
stress yang perkembangan.
2. Gunakan pedoman
berhubungan dengan
antisipasi untuk
ketidakmampuan
prediksi perubahan
(skala 5).
Mampu pada citra tubuh.
menggunakan sumber Coping Enhancement
komunitas yang ada 1. Gunakan pendekatan
(skala 5) yang tenang.
2. Body Image 2. Sediakan atmosfer
Mampu menjelaskan penerimaan.
gambaran internal 3. Bantu pasien untuk
diri (skala 5) identifikasi informasi
Sikap mampu yang didapat padanya.
menyentuh bagian 4. Kurangi stimulasi
tubuh yang lingkungan yang dapat
berpengaruh pada mengakibatkan
citra tubuh (skala 5) misinterpretasi
Sikap mampu perawatan.
menggunakan strategi 5. Evaluasi kemampuan
20
(skala 5)
Melaporkan
penurunan perasaan
negative (skala 5)
Melaporkan
peningkatan
kenyamanan
psikologi (skala 5).
BAB IV
STUDI KASUS
Ny. K berumur 56 tahun memiliki alamat rumah di Jakarta datang ke RSCM dengan
keluhan nyeri abdomen bagian bawah dan perdarahan pervagina berupa flek-flek
darah yang terjadi sejak satu tahun yang lalu, serta gangguan buang air kecil. Setelah
dilakukan pemeriksaan fisik, terdapat benjolan di perut pada daerah pelvis. Klien
mengaku sudah melalui masa menopause sejak berumur 48 tahun. Memiliki 2 orang
anak dengan persalinan normal. Menarche usia 15 tahun. Siklus haid teratur 28 hari,
dan disminore. Klien tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya, penyakit keluarga
dan tidak ada alergi. Klien tampak cemas dengan penyakit yang diderita, serta
terdapat perubahan perilaku kehidupan sehari-hari. Setelah dilakukan USG,
didapatkan uterus membesar ukuran 8,01×5,95×6,68 cm dengan lesi hiperekoik di
dalam kavum uteri/endometrium inhomogen bertepi rata dan berbatas tegas
6,69×4,76×5,67cm dengan RI 0,3, kedua adneksa, hepar ginjal dalam batas normal.
Dan pemeriksaan Patologi Anatomi (PA) memperlihatkan adanya adenokarsinoma
berdiferensiasi sedang–buruk yang kemungkinan dari endometrium. Pengecekan
Tanda-Tanda Vital N: 82 x/menit; RR: 20 x/menit; S: 36,70C; TD: 100/70 mmHg.
Pengkajian
1. Identitas
21
Nama : Ny. K
Alamat : Jakarta
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 56 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
Ny. K datang ke RSCM dengan keluhan perdarahan pervagina berupa flek-flek sejak
1 tahun yang lalu. Tidak ada keputihan, penurunan berat badan, benjolan abdomen
bagian pelvis serta gangguan BAK.
3. Riwayat Obstetri
a. Riwayat menstruasi :
Menarche : umur 15 tahun, Siklus 28 hari, teratur
Banyaknya : 1 – 3 cc tiap kali Lamanya : 4 – 6 hari
Haid terakhir : usia 48 tahun
Keluhan : nyeri saat haid
b. Riwayat kehamilan
Persalinan normal aterm, Ny.K memiliki 2 orang anak.
4. Aspek Psikososial
a. Persepsi klien tentang keluhan/penyakit: ibu agak cemas dengan penyakit yang
diderita ini, apalagi setelah mendengar ada kanker dan harus dioperasi, klien
sering menanyakan tentang penyakitnya.
b. Perubahan kehidupan sehari-hari: klien selalu memikirkan tentang keadaannya
sejak ada gejala pembengkakan pada perut bawah dan takut bekerja yang berat-
berat.
22
c. Harapan klien: ingin segera sembuh dari penyakitnya
d. Teman hidup di tempat tinggal: suami
e. Orang terpenting bagi klien: anak
f. Sikap anggota keluarga terhadap keadaan saat ini: Cukup baik
g. Kesiapan mental untuk menjadi ibu: ya
5. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Hasil
Kepala Rambut bersih, warna mulai memutih, distribusi merata,
Tidak ada lesi dan masa
Tanda Vital N: 82 x/menit
RR: 20 x/menit
S: 36,70C
TD: 100/70 mmHg
BB dan TB BB: 49kg
TB: 142cm
Mata Letak simetris, Sklera tidak anemis, konjungtiva tidak
ikhterik, bersih, reflek pupil ada
Hidung Septum lurus, tidak ada sekret, tidak ada gangguan fungsi
penciuman
Mulut Mukosa bibir lembab, tidak ada karies gigi, lidah bersih
Leher Tidak ada masa dan lesi, tidak ada peningkatan JVP dan
KGB
Dada Tidak ada lesi dan masa, pergerakan dinding dada simetris
Jantung
Irama teratur, suara auskultasi lupdup, suara perkusi dullnes
Paru-paru
Irama pernapasan teratur, suara napas dengan Auskultasi
vesikuler, perkusi sonor
Abdomen Tidak ada lesi, perut distensi, ada benjolan, bising usus
normal
Genital dan Anus Porsio dan mukosa vagina licin, terdapat benjolan, ada
gangguan berkemih tidak ada keputihan, ada perdarahan
pervaginam
mukosa rektum licin
Ektremitas atas Kekuatan otot tangan kanan dan kiri maasing-masing 5,
ROM tidak terganggu
Ektremitas bawah Kekuatan otot kaki kanan dan kiri maasing-masing 5, ROM
tidak terganggu
6. Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonography (USG) : Pada USG didapatkan uterus membesar ukuran
8,01×5,95×6,68 cm dengan lesi hiperekoik di dalam kavum uteri/endometrium
23
inhomogen bertepi rata dan berbatas tegas 6,69×4,76×5,67cm dengan RI 0,3, kedua
adneksa, hepar ginjal dalam batas normal.
Patologi Anatomi (PA) : Hasil PA memperlihatkan adanya adenokarsinoma
berdiferensiasi sedang-buruk kemungkinan dari endometrium
7. Analisa Data
N Data Etiologi Masalah
o Keperawatan
1 DS : Pertumbuhan kanker Nyeri kronis
Klien mengeluh nyeri pada (hiperplasia endometrium)
bagian perut dan kelaminnya. ↓
Klien mengatakan sering ada Penekanan pada system
flek-flek darah dari saraf sekitar uterus
kemaluannya ↓
Impuls ke hipotalamus
DO: ↓
Ketika dilakukan palpasi daerah Merangsang sekresi
abdomen teraba benjolan di serotonin, bradikinin, dan
perut bagian bawah. Terdapat histamine
bercak darah, Porsio dan ↓
mukosa vagina licin, uterus Nyeri
sebesar telur angsa, klien ↓
tampak meringis Berlangsung lama
skala nyeri 3 ↓
Nyeri kronis
2 DS : Kurang pengetahuan Koping
Klien dan keluarga sering tentang pertumbuhan individu tidak
menanyakan tentang kanker, kondisi yang efektif
penyakitnya, klien mengatakan semakin menurun
bahwa dia takut ↓
Stresor meningkat
DO: ↓
Klien tampak tegang, cemas Sumber koping dan
dan menangis metode koping yang
24
N Data Etiologi Masalah
o Keperawatan
kurang
↓
Depresi
25
N Data Etiologi Masalah
o Keperawatan
seminggu tidak lancar untuk ↓
buang air kecil Penekanan pada daerah
sekitar uterus terutama
DO: blass dan uretra (terjadi
Dari hasil monitor urine yang penyumbatan)
keluar hanya sedikit (200 cc) ↓
dalam 8 jam, ketika diraba pada Haluaran urine terganggu
bagian perut terasa distensi
5 DS : Pertumbuhan kanker Gangguan
Klien mengatakan nyeri pada (hiperplasia endometrium) mobilisasi fisik
bagian perut dan selangkangan ↓
jika klien bergerak atau berjalan Penekanan pada system
saraf sekitar uterus
DO: ↓
Klien tampak lebih sering Impuls ke hipotalamus
berbaring ↓
Merangsang ekresi
serotonin, bradikinin, dan
histamine
↓
Nyeri
↓
Aktivitas terganggu
↓
Kegiatan sehari-hari
menurun
6 DS: Pengalaman klien pertama Cemas/Ansietas
Klien mengatakan dirinya baru kali untuk di operasi
pertama kali melakukan ↓
operasi, klien mengatakan Stresor meningat
dirinya takut dengan tidakan ↓
yang akan dilakukan cemas
26
N Data Etiologi Masalah
o Keperawatan
DO:
Klien tampak gelisah.
Klien terlihat menangis.
Klien terlihat suka berbicara
sendiri
Klien sering bertanya mengenai
operasinya
8. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf,
infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping therapi
kanker
b. Koping individu tidak efektif (Depresi) berhubungan dengan kurang pengetahuan
klien dan kondisi yang semakin menurun.
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan sehubungan dengan hipermetabolis/mual muntah efek
dari pemberian obat kanker (kemoterapi)
d. Gangguan pola berkemih berhubungan dengan penekanan uretra dan kandung kemih
oleh sel kanker
e. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
f. Ansietas berhubungan dengan pengalaman klien pertama kali melakukan operasi.
27
NO DIAGNOSA TUJUAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
(OUTCOME) INTERVENSI RASIONAL
1 Nyeri Kronis Setelah diberikan intervensi 1. Fasilitasi pasien untuk 1. Pengungkapan pikiran dan
(D.0078) dalam jangka waktu 2 x 24 jam mengungkapkan pikiran perasaan dapat membantu
nyeri klien berkurang. dan perasaan. agar klien merasa dihargai.
2. Lingkungan yang nyaman
Nyeri kronis b.d. Kriteria hasil 2. Berikan lingkungan
dan sikap terbuka dari
proses penyakit d.d. 1. Skala nyeri berkurang 3 nyaman dan sikap terbuka
seorang perawat menunjukan
klien mengeluh nyeri menjadi 0 untuk mendiskusikan
2. Klien tidak tampak meringis rasa simpati pada klien.
perasaan/menolak untuk
3. Tidak teraba benjolan
bicara. 3. Bina hubungan saling
3. Lakukan kontak sering percaya.
4. Cemas dapat menimbulkan
dengan pasien.
koping yang tidak efektif.
4. Bantu pasien /orang
terdekat dalam mengenal
dan mengklarifikasi rasa
cemas untuk memulai /
mengembangkan strategi
koping untuk menghadapi
5. Informasi yang tepat
kecemasan.
membantu klien untuk
5. Berikan informasi
mengenal akan penyakitnya.
akurat , konsisten mengenai
prognosis, pengobatan yang
28
dianjurkan dan potensial
efek samping dan beri 6. Koping yang tidak efektif
kesempatan untuk bertanya. memungkinkan terjadinya
6. Observasi perubahan penurunan status kesehatan
koping tidak efektif. klien.
7. Keluarga merupakan orang
terdekat klien.
7. Libatkan keluarga
sesuai indikasi jika
keputusan mayor akan
dibuat
2 Koping Tidak Efektif Setelah diberikan intervensi 1. Kaji ulang keluhan nyeri, 1. Kaji keluhan nyeri
lokasi, lamanya dan skala membantu menentukan
(D.0096) dalam jangka waktu 2 x 24 jam,
nyeri. intervensi.
koping klien dan keluarga 2. Observasi respon verbal
dan non verbal yang 2. Respon verbal dan nonverbal
Koping tidak efektif meningkat.
ditunjukan pasien. dapat membantu menentukan
b.d. pengetahuan klien Ditandai dengan 3. Berikan posisi nyaman. intervensi.
3. Posisi membantu klien
kurang d.d.
tampak 1. Klien tidak tegang
4. Ajarkan dan anjurkan untuk mengurangi nyeri.
2. Klien tidak cemas
tegang, cemas dan lakukan tehnik relaksasi. 4. Tekhnik relaksasi
3. Klien tidak menangis
5. Berikan tindakan mengurangi nyeri klien.
menangis 4. Klien tidak takut
kenyamanan dasar seperti 5. Posisi membantu klien
perubahan posisi pada mengurangi nyeri.
punggung/sisi yang tidak
sakit atau pijatan
punggung.
29
6. Kolaborasi untuk 6. Analgetik membantu
pemberian analgetik. mengurangi nyeri.
3 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan intervensi 1. Pertahankan tirah baring 1. Tirah baring membantu
proses pemulihan nutrisi
(D.0019) dalam jangka waktu 2 x 24 jam, selama fase akut/pasca
klien.
nutrisi klien terpenuhi. terapi 2. Kebersihan rongga mulut
menghindari terjadinya
Defisit nutrisi b.d. Dengan kriteria 2. Bantu perawatan
gangguan pencernaan lain.
anoreksia d.d. berat 1. BB tidak menurun kebersihan rongga mulut 3. Kaslium berguna untuk
2. Klien tidak mual kekuatan tulang dan protein
badan menurun (oral hygiene).
3. Klien tidak muntah membantu mempercepat
4. Klien mau makan 3. Berikan diet TKTP, sajikan proses penyembuhan luka.
dalam bentuk yang sesuai
4. Obat – obatan membantu
perkembangan kesehatan proses pemulihan klien.
5. Parenteral diberikan pada
klien (lunak, bubur kasar,
klien yang tidak mampu
nasi biasa) menelan.
4. Kolaborasi pemberian obat-
obatan sesuai indikasi.
5. Bila perlu, kolaborasi
pemberian nutrisi
parenteral.
4 Gangguan Eliminasi Setelah dilakukan intervensi 1. Kaji ulang pola miksi 1. Mengetahui pola berkemih
normal klien klien
Urin selama 3x24 jam klien tidak
2. Monitor pemasukan dan 2. Mengetahui keseimbangan
(D. 0040) mengalami gangguan berkemih pengeluaran serta cairan antara yang masuk
karakteristik urine dan keluar
1. Tidak ada obtruksi kandung
30
Gangguan eliminasi kemih maupun uretra 3. Observasi keluhan kandung 3. Mengetahui jika terjadi
2. Klien dapat berkemih kemih, palpasi dan retensi urine
urin b.d. penekanan
perhatikan
uretra dan blass oleh 4. Catat jumlah urin yang 4. Mengetahui jumlah urine
keluar. yang keluar
sel kanker d.d. urin
5. Kolaborasi dengan dokter 5. Membantu pengeluaran
yang keluar hanya untuk pemasangan kateter urine
sedikit
5 Gangguan Mobilitas Setelah dilakukan intervensi 1. Kaji rasa nyeri, kemerahan, 1. Kaji nyeri dapat membantu
Fisik dalam jangka waktu 2x24 jam bengkak, ketegangan otot menentukan intervensi.
(D.0054) klien dapat melakukan mobilitas jari.
2. Bel atau lampu pemanggil
fisik mandiri. 2. Berikan suatu alat agar
menjaga kenyamanan klien.
Ganggun mobilitas Ditandai dengan: pasien mampu untuk
fisik b.d. nyeri d.d. 1. Klien beraktivitas tanpa meminta pertolongan,
bergerak tidak efektif kesakitan seperti bel atau lampu
2. Peningkatan kekuatan tubuh
dan sering berbaring pemanggil
3. Menunjukkan pastisipasi 3. Latihan ROM dapat
3. Bantu / lakukan latihan
dalam terapi mencegah terjadinya
ROM pada semua
kekakuan otot.
ekstremitas dan sendi,
pakailah gerakan perlahan
dan lembut. Lakukan
hiperekstensi pada paha
secara teratur
4. Posisi alih baring setiap jam
31
4. Berikan posisi alih baring mencegah terjadinya
setiap 2 jam dekubitus.
5. TTV menunjukan
perkembangan kondisi klien.
5. Monitor tanda-tanda vital
6. Konsultasi dengan ahli
fisioterapi untuk konsultasi
6. Konsultasikan dengan ahli
tulang.
fisioterapi
6 Ansietas Dalam waktu 3 x 24 jam klien 1. Berikan informasi yang 1. Klien mengerti mengenaik
jelas terhadap klien tindakan pembedahan yang
(D.0080) tidak cemas
mengenai tindakan akan di jalani dan rasa cemas
Di tandai dengan: pembedahan klien berkurang
2. Berikan waktu kepada klien 2. Rasa cemas klien berkurang
Ansietas b.d. pertama 1. Klien tidak gelisah
untuk mengutarakan
2. Klien tidak menangis
kali dilakukan tindakan kecemasanya
3. Klien tidak berbicara sendiri
3. Anjurkan keluarga untuk 3. Dampingan keluarga
operasi d.d. klien 4. Klien tidak bertanya-tanya
tetap mendampingi klien. memberikan kekutan kepada
tampak gelisah dan mengenai tindakan operasi klien
sering bertanya
32
33
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca untuk
mencegah terjadinya kanker endometrium. Agar selalu menjaga kebersihan guna
mencegah timbulnya penyakit. Serta mengetahui proses asuhan keperawatan pada
penyakit kanker endometrium.
34
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, Gloria, dkk. 2016. Nursig Intervensions Classification (NIC), Edisi : ke-6.
Yogyakarta: Mocomedia.
Moorhead, S., dkk. (2016). Nursing Outcome Classification (NOC), Edisi: ke-5. Yogyakarta:
Mocomedia.
Brohet, K. E., & Ramli, I. (2015). Tatalaksana Radioterapi Kanker Endometrium Dengan
Fokus Pada Stadium Dini. Journal Of The Indonesian Radiation Oncology Society , 1.
Pradnaya, P., & Gede, N. (2017). Profil Pasien Kanker Endometrium di RSUP Sanglah
Denpasar Periode Agustus - Juli 2014. E-Journal Medika , 2.
Tulumang, J. A., & Loho, M. F. (2016). Gambaran Kanker Endometrium yang dirawat di
RSUPProf. Dr. R.D. Kandou Manado Periode 2013-2015. Jurnal e-Clinic , 2.
Lurain JR. Uterine cancer. In : Berek JS, Adashi EY, Hillard PA, eds. Novak’s
Gynecology 12th ed. William & Willins, Baltimore, 1996: 1057-99.
Sahil MF. Deteksi dini kanker ginekologi. Symposium keganasan pada wanita.
Pra Kongres Nasional III Perhimpunan Onkologi Indonesia, Medan, Juli 1998.
Goodman A. premalignant & malignant disorder of the uterine corpus. In : DE
Cherney AH, Pernoll ML, eds. Current Obstetrics & Gynecology dignosis &
treatment 8th ed. Prentice Hall International Inc, London, 1994 : 937-66.
Di Saia PJ, Creasman WT. Clinical Gynecology Oncology, 5th ed, Mosby,
Missouri, 1997 :134-64.
Morrow CP, Curtin JP, Townsens DE. Synopsis of gynecology oncology 4th ed.
Churchill livingstone, New York, 1993 : 153-83.
Tindall, VR. Jeffcoate’s principles of gynecology 5th ed. Butterworth Hainemann
Ltd, Oxford, 1987 : 433-411.
Mardjikoen P. tumor ganas alat genital. Dalam : Wiknjosastro H, Saifuddin AB,
35
eds. Ilmu kandungan 2nd ed. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo, Jakarta,
1994 : 391-400.
Dutta DC. Text book of gynecology. New central book agency, Calcutta, 1990 : 260-4.
Govan ADT, Hart DM, Challender R. Gynaecology Illustration 4th ed. Churchill
Livingstone, Singapore, 1993 : 247-55.
Anderson MC. Female reproductive system 3rd ed. Churchill Livingstone,
London, 1991 : 185-204.
Bangun D, Jesurun. 2015. Ekspresi Vimentin sebagai Petanda pada Adenokarsinoma
Endometrium. (Diunduh pada tanggal 14 Maret 2019). Dapat diakses di
http://repository.usu.ac.id.
Christian, Joshua. 2016. Karakteristik Kanker Endometrium di RSUP H. Adam Malik Periode
2012-2015. (Diunduh pada tanggal 14 Maret 2019). Dapat diakses di
http://repository.usu.ac.id
Khairunnisa, Rima. 2017. Karsinoma Endometrium. (Diunduh pada tanggal 14 Maret 2019).
Dapat diakses di https://edoc.site/karsinoma-endometrium-pdf-pdf-free.html
36