Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

EDUKASI MENGENAI HIPERTENSI

Ditujukan untuk memenuhi penilaian


Blok Clinical Study I

Dosen Pembimbing:
Ns. Niko Dima Kristianingrum, S,Kep., M.Kep. Sp.Kep.Kom

Disusun oleh:
Virda Sari
165070201111025
Kelompok 3 – Reguler 1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Keterangan Penyuluhan
Nama Penyuluhan/Topik : Edukasi mengenai Hipertensi
Pokok Bahasan : Hipertensi
Sasaran : Keluarga Bp. D
Waktu : Senin, 07 Oktober 2019
Alokasi Waktu : 45 menit

Latar Belakang
Hipertensi merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan
meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik
≥140 mmHg dan diastolik ≥90 mmHg merupakan batas normal tekanan darah
(Dinas Kesehatan Jawa Timur, 2017). Hipertensi atau tekanan darah tinggi
sering disebut sebagai sillent killer karena sesorang yang mengidap hipertensi
yang bahkan sudah bertahun-tahun tidak menyadarinya sampai terjadi
komplikasi seperti kerusakan organ vital yang cukup berat yang bisa
mengakibatkan kematian. Sebanyak 70% penderita hipertensi tidak menyadari
bahwa dirinya mengidap hipertensi hingga ia memeriksakan tekanan darahnya
ke pelayanan kesehatan. Sebagian lagi mengalami tanda dan gejala seperti
pusing, kencang di tengkuk, dan sering berdebar-debar (Adib, 2009). Menurut
World Health Organization (WHO) tahun 2012 hipertensi adalah salah satu
penyakit yang memegang andil yang penting untuk penyakit jantung dan stroke
yang dapat menjadi penyebab kematian dan kecacatan nomor satu. Hipertensi
berkonstribusi hampir 9,4 juta kematian akibat penyakit kardiovaskuler setiap
tahunnya.
Prevalensi hipertensi menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2018,
Penyakit hipertensi ini bagi masyarakat sangat penting untuk dicegah dan
diobati. Hal ini dikarenakan dapat menjadi pencetus terjadinya stroke yaitu
kerusakan pembuluh darah di otak. Selama ini, belum ada penyuluhan
kesehatan oleh tenaga kesehatan di desa mereka, hanya mendapat informasi
dari tenaga kesehatan di puskesmas. Oleh karena itu, diperlukan edukasi
mengenai hipertensi pada keluarga Bp. D agar terhindar dari komplikasi yang
bisa saja terjadi.
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan, diharapkan kelurga Bp. D mampu
memahami tentang pentingnya penatalaksanaan hipertensi dengan benar.

b. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti penyuluhan, diharapkan keluarga Bp. D
mampu:
1. Memahami mengenai definisi hipertensi dengan benar.
2. Memahami mengenai penyebab hipertensi dengan benar.
3. Memahami mengenai faktor risiko hipertensi dengan benar
4. Memahami mengenai klasifikasi hipertensi dengan benar.
5. Memahami mengenai tanda dan gejala hipertensi dengan benar.
6. Memahami mengenai penatalaksanaan medis dan nonmedis hipertensi
dengan benar.
7. Memahami mengenai komplikasi hipertensi dengan benar.

Materi
Terlampir

Sasaran dan Tempat Kegiatan


Sasaran : Keluarga Bp. D
Tempat : Rumah Bp. D
Metode : Diskusi
Alat yang digunakan : Flipchart
Kegiatan

Susunan
No Kegiatan Pengajar Kegiatan Peserta Didik Waktu Media
Kegiatan
1. Pembuka 1. Mengucapkan salam (“Selamat 1. Menjawab salam (“Selamat 10 menit -
pagi, Bapak dan Ibu”) pagi” )
Rincian:
2. Memperkenalkan diri (Perkenalkan, 2. Mendengarkan dengan  3 menit salam,
saya Perawat Virda dari Universitas seksama tujuan, dan kontrak
Brawijaya) waktu
 7 menit
3. Menjelaskan tujuan dan kontrak 3. Mendengarkan dengan mengevaluasi
waktu 20 menit (“Jadi, hari ini saya seksama dan menyetujui pengetahuan
akan menjelaskan tentang kontrak waktu
pentingnya jamban di rumah.
Kurang lebih waktunya 20 menit
Apakah Bapak dan Ibu bersedia?”)

4. Mengevaluasi pengetahuan
keluarga dengan cara menanyakan 4. Menjawab pertanyaan yang
beberapa pertanyaan. telah diberikan oleh
penyuluh.
2. Isi 1. Menjelaskan materi tentang 1. Mendengarkan dan 25 menit Flipchart
penyakit asam urat dengan memperhatikan penjelasan
menggunakan flipchart, yang materi
meliputi:
 Pengertian jamban
 Manfaat jamban
 Jenis-jenis jamban
 Ciri-ciri atau syarat jamban
sehat
 Cara memelihara jamban
sehat

2. Memberikan leaflet kepada 2. Menerima leaflet yang telah Leaflet

keluarga. diberikan oleh penyuluh.

3. Penutup 1. Mempersilahkan kepada 1. Mengajukan pertanyaan 10 menit -


keluarga untuk mengajukan apabila ada materi yang
pertanyaan apabila ada materi belum dipahami Rincian:
yang tidak mengerti.  8 menit
mempersilahkan
2. Mengevaluasi kembali materi 2. Keluarga dapat bertanya dan
dengan mangajukan pertanyaan menjelaskan secara singkat mengevaluasi
kepada keluarga mengenai materi yang telah serta
materi yang telah disampaikan disampaikan secara jelas menyampaikan
kesimpulan
3. Membuat kesimpulan dari  2 menit
diskusi. 3. Mendengarkan dan menentukan
memperhatikan kesimpulan kontrak waktu
dari diskusi selanjutnya dan
4. Menentukan kontrak waktu salam penutup
pertemuan selanjutnya 4. Menyepakati kontrak
pertemuan penyuluhan
selanjutnya pada waktu
yang sudah ditentukan
5. Mengucapkan terima kasih dan
salam penutup (“Alhamdulilah. 5. Menjawab salam.
Saya berharap keluarga Bapak
A dapat memahami dan
menerapkan pengetahuan
tentang pentingnya penggunaan
jamban. Semoga bermanfaat
untuk Bapak dan Ibu.)
Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
 Ruangan dari penyuluhan sudah layak dan tenang sesuai dengan
kebutuhan peserta.
 Media dan peralatan penyuluhan sudah siap untuk digunakan
 Sudah memiliki janji sebelumnya dengan keluarga Tn. A terkait
pemberian pendidikan kesehatan di rumahnya.
 Waktu penyuluhan sudah sesuai dengan kontrak kesepakatan penyuluh
dan peserta.

b. Evaluasi Proses
 Isi media mampu tersampaikan kepada keluarga dengan baik.
 Perawat tidak lupa dan tidak gugup dalam penyampaian materi.
 Perawat mampu menyampaikan materi dengan baik.
 Peserta mampu memperhatikan dan mendengarkan secara aktif selama
materi disampaikan.
 Peserta berperan aktif selama penyampaian materi (misalnya:
memberikan pertanyaan tentang materi yang belum jelas).

c. Evaluasi Hasil
 Peserta mampu memahami materi tentang pentingnya penggunaan
jamban di rumah.
 Peserta menyatakan mampu membangun salah satu dari jenis jamban
yang efisien dan murah untuk diterapkan di rumah.
 Keluarga Tn. A mampu menyebutkan kembali 3 dari 4 pertanyaan yang
telah disediakan.
Sumber Referensi
Azwar, A. 1990. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Yayasan Mutiara.
Badan Pusat Statistik. 2002. Statistik Industri Besar dan Sedang. Jakarta: BPS.
Depkes RI. 2004. Syarat-Syarat Jamban Sehat. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Fauziah. 2000. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sanitasi Jamban Keluarga di
Desa Iembudee Kec. Gandapura Kab. Aceh Utara (Skripsi). Medan: FKM
USU.
Hasibuan, 2009. Perilaku Masyarakat tentang BAB Sembarangan pada Desa yang
Diberi dan Tidak Diberi Intervensi Gerakan STBM di Kecamatan Gumai
Talang Kabupaten Lahat Provinsi Sumut. Skripsi FKM USU. Medan.
Kemenkes RI. 2008. Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Penerbit
Rineka Cipta.
Simbolon, Citra Alfaputri. 2009. Perilaku Buang Air Besar pada Ibu Rumah Tangga
yang Tidak Memiliki Jamban di Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Garut
(Skripsi). Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Yuniardi, Dobi. 2017. Katalog Opsi Jamban Sehat. [Online].
https://www.slideshare.net/DobyYuniardi/katalog-opsi-jamban-sehat. Diakses
pada 2 Desember 2018.
Lampiran 1
JAMBAN SEHAT

A. Definisi Jamban
Jamban keluarga adalah suatu bangunan untuk membuang dan
mengumpulkan kotoran sehingga kotoran tersebut tersimpan dalam suatu
tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab suatu penyakit serta tidak
mengotori permukaan (Fauzia, 2000).
Pengertian lainnya tentang jamban adalah pengumpulan kotoran
manusia di suatu tempat sehingga tidak menyebabkan bibit penyakit yang ada
pada kotoran manusia dan menganggu estetika (Hasibuan, 2009). Sementara
menurut Kementrian Kesehatan RI, jamban sehat adalah fasilitas pembuangan
tinja yang efektif untuk memutus rantai penularan penyakit (Kemenkes RI,
2008).
Berdasarkan uraian dapat disimpulkan bahwa jamban adalah suatu
bangunan atau fasilitas yang berfungsi mengumpulkan kotoran manusia yang
tersimpan pada tempat tertentu sehingga tidak menjadi penyebab suatu
penyakit atau mengotori permukaan bumi.

B. Manfaat Jamban
Membangun dan menggunakan jamban dapat memberikan manfaat
berikut ini (Doby Yuniardi, 2017):
1. Peningkatan martabat dan hak pribadi.
2. Lingkungan yang lebih bersih.
3. Bau berkurang atau sanitasi dan kesehatan meningkat.
4. Membuat tinja tersebut tidak dihinggapi serangga atau binatang lainnya.
5. Mencegah kontak antara manusia dan tinja.
6. Memutus siklus penyebaran penyakit yang terkait dengan sanitasi.

C. Jenis-Jenis Jamban
Menurut Azwar (1990), terdapat beberapa jenis jamban, antara lain:
1. Jamban Cemplung atau Cemplung atau Tanpa Leher Angsa
Jamban yang penampungannya berupa lubang yang berfungsi
menyimpan dan meresapkan cairan kotoran/tinja ke dalam tanah dan
mengendapkan kotoran ke dasar lubang. Untuk jamban cemplung
diharuskan ada penutup agar tidak berbau. Biasanya kurang aman karena
sering terbuka sehingga banyak lalat dan tidak memenuhi syarat
kesehatan.
2. Jamban Tangki Septik atau Leher Angsa
Jamban berbentuk leher angsa yang penampungannya berupa tangki
septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses
penguraian/dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi dengan
resapannya. Merupakan model terbaik pada lekukan lehernya terdapat
genangan air yang dimaksudkan untuk mencegah bau dan keluar
masuknya hewan.
3. Jamban Empang
Jamban ini dibuat diatas empang/kolam ikan dengan maksud
kotorannya dijadikan makanan ikan.

D. Ciri-Ciri atau Syarat Jamban Sehat


Menurut Depkes RI (2004), syarat dalam membuat jamban sehat.
Ada tujuh kriteria yang harus diperhatikan antara lain
1. Tidak Mencemari Air
a) Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang
kotoran tidak mencapai permukaan air tanah maksimum. Jika keadaan
terpaksa, dinding dan dasar lubang kotoran harus dipadatkan dengan
tanah liat atau diplester.
b) Jarak lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter.
c) Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor
dari lubang kotoran tidak merembes dan mencemari sumur.
d) Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke dalam selokan,
empang, danau, sungai, dan laut.

2. Tidak Mencemari Tanah Permukaan


a) Tidak buang besar di sembarang tempat, seperti kebun, pekarangan,
dekat sungai, dekat mata air, atau pinggir jalan.
b) Jamban yang sudah penuh agar segera disedot untuk dikuras
kotorannya, atau dikuras, kemudian kotoran ditimbun di lubang galian.
3. Bebas dari Serangga
a) Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras
setiap minggu. Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk
demam berdarah.
b) Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap dapat
menjadi sarang nyamuk.
c) Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang bisa
menjadi sarang kecoa atau serangga lainnya
d) Lantai jamban harus selalu bersih dan kering.
e) Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus tertutup.

4. Tidak Menimbulkan Bau dan Nyaman Digunakan


a) Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup
setiap selesai digunakan.
b) Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus
tertutup rapat oleh air.
c) Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi
untuk membuang bau dari dalam lubang kotoran.
d) Lantan jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin. Pembersihan
harus dilakukan secara rutin.

5. Aman Digunakan oleh Pemakainya


a) Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang
kotoran dengan pasangan batau atau selongsong anyaman bambu atau
bahan penguat lain yang terdapat di daerah setempat.

6. Mudah Dibersihkan dan Tidak Menimbulkan Gangguan bagi


Pemakainya
a) Lantai jamban rata dan miring ke arah saluran lubang kotoran.
b) Jangan membuang plastik, puntung rokok, atau benda lain ke saluran
kotoran karena dapat menyumbat saluran.
c) Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena
jamban akan cepat penuh.
d) Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati. Gunakan pipa
berdiameter minimal 4 inci. Letakkan pipa dengan kemiringan minimal
2:100.

7. Tidak Menimbulkan Pandangan yang Kurang Sopan


a) Jamban harus berdinding dan berpintu.
b) Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya
terhindar dari kehujanan dan kepanasan.

Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003), ada beberapa syarat


jamban yang sehat antara lain
1. Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut.
2. Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya.
3. Tidak mengotori air tanah.
4. Tidak menimbulkan bau.
5. Mudah dipergunakan.
6. Mudah dipelihara.
7. Desain sederhana.
8. Biaya pembangunan murah.
DAFTAR PERTANYAAN

1. Apa pengertian dari jamban?


2. Apa saja manfaat dari jamban?
3. Apa saja jenis-jenis dari jamban?
4. Apa saja ciri-ciri atau syarat dari jamban yang sehat?

Anda mungkin juga menyukai