ASMAWATI FITRIANA J 115070201111005 DIKA ARINI P 115070201111007 RAHMI NURROSYID P 112070201111017 AFFRIDA NURLILY CHINTYA WIDARI 115070201111009 NI WAYAN ASMA NIRA YUSTIKA 115070201111011 ATIKA DYAH SETYONINGATI 115070201111013 FITRI OKTAVIA HADI PUTRI 115070201111015 ETRI NURHAYATI 115070201111019 SHINTA ARDIANA P 115070201111021
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014 TRIGGER Seorang perempuan 22 tahun datang ke Puskesmas dengan nyeri di hulu hati disertai rasa perih, nafsu makan menurun, mual dan perut kembung disertai muntah 4 kali. Keluhan ini dirasakan dari kemarin dan sudah minum antasida namun keluhan yang dirasakan tidak berkurang. Klien becerita bahwa ia bekerja terus-menerus sampai lupa makan dan perasaan gugup akan menghadapi sidang akhir 2 hari lagi. Hasil pemeriksaan fisik klien tampak lelah, TD: 100/70 mmHg, N: 90x/menit, RR: 20x/menit, T: 37,8 o C dan terdapat distensi abdomen. Perawat menyarankan klien masuk rumah sakit.
SLO: 1. Definisi gastritis 2. Etiologi gastritis 3. Patofisiologi gastritis 4. Manifestasi gastritis 5. Pemeriksaan diagnostic gastritis 6. Penatalaksanaan medis gastritis 7. Komplikasi gastritis 8. Asuhan keperawatan gastritis 1. DEFINISI GASTRITIS Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung yang diakibatkan oleh diet yang tidak benar atau makanan yang berbumbu atau mengandung mikroorganisme penyebab penyakit. (Brunner & Suddarth, 2001) Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung, secara histopatologik dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. (Suyono, Slamet. 200)
1. Klasifikasi histologi yang sering digunakan adalah : a. Gastritis kronik superfisialis apabila sebukan sel radang kronis terbatas pada lamina propria mukosa superfisialis dan edema yang memisahkan kelenjar-kelenjar mukosa, sedangkan sel-sel kelenjar tetap utuh. b. Gastritis kronik atrofik apabila sel-sel radang kronik menyebar lebih dalam disertai distorsi dan destruksi sel-sel kelenjar mukosa yang lebih nyata. c. Metaplasia intestinalis dimana terjadi perubahan-perubahan histopatologik kelenjar mukosa lambung menjadi kelenjar mukosa usus halus yang mengandung sel goblet. Perubahan tersebut dapat terjadi hampir pada seluruh segmen lambung, tetapi dapat pula hanya merupakan bercak-bercak pada beberapa bagian lambung. d. Atrofi lambung dianggap merupakan stadium akhir gastritis kronik. Pada saat itu struktur kelenjar-kelenjar menghilang dan terpisah satu sama lain secara nyata dengan jaringan ikat, sedangkan sebukan sel-sel radang juga menurun. Mukosa menjadi sangat tipis, sehingga dapat menerangkan mengapa pembuluh darah menjadi terlihat pada saat pemeriksaan endoskopi
2. Secara etiologi terdapat 2 hal penting, yaitu: a. Imunologik : terutama pada gastritis kronik korpus yang berkorelasi kuat dengan autoantibodi sel parietal. Ciri-ciri khusus adalah bahwa secara histopatologik berbentuk gastritis kronik atrofik dengan predominan korpus yang dapat menyebar ke antrum dan hipergastrinemia. Keadaan ini dapat berlanjut menjadi anemia pernisiosa. b. Bakteriologik : pada mulanya kuman ini disebut sebagai Campylobacter pylori. Terdapat di seluruh dunia dan berkorelasi dengan tingkat sosio-ekonomi masyarakat. Prevalensi meningkat dengan meningkatnya umur. Di negara berkembang yang tingkat ekonominya lebih rendah, terjadi infeksi pada 80 % penduduk setelah usia 30 tahun. Atrofi mukosa terjadi setelah bertahun-tahun terkena infeksi kuman ini. Atrofi mukosa pada usia lanjut mungkin terjadi sebagai akibat kombinasi antara proses menua dan infeksi karena kuman ini.
3. Aspek lain : di samping kedua faktor di atas, faktor refluks entero- gaster, cairan pankreato-bilier, asam empedu dan lisolesitin masuk ke lumen lambung merupakan penyebab terjadinya gastritis kronik.
4. Menurut distribusi anatomisnya, gastritis kronis dapat dibagi menjadi: a. Maag kronis korpus type A : perubahan histopatologik terjadi pada korpus dan kardia lambung. Tipe ini sering dihubungkan dengan proses autoimun dan dapat berlanjut menjadi anemia pernisiosa b. Maag kronis antrium type B : tipe yang paling sering dijumpai, yang sering dihubungkan dengan infeksi kuman Helicobacter pylori. c. Maag multifocal atau type AB : distribusinya menyebar ke seluruh gaster. Seiring dengan orang yang lanjut usia, penyebaran kea rah korpus pun meningkat
2. ETIOLOGI GASTRITIS Menurut mansjoer, 2001 peyebab gastritis yaitu: 1. Gastritis akut a. Penggunaan obat-obatan seperti aspirin dan NSAID, sebab dapat menyebabkan erosi mukosa lambung b. Alcohol, sebab dapat mengiritasi dan mengikis mukosa lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan pada asam lambung walaupun pada kondisi normal c. Stress Fisik : pembedahan, trauma, luka bakar,infeksi, perdarahan yang menyebabkan gangguan mikrosirkulasi pada mukosa lambung Psikis : cemas, gugup, karena dapat memicu peningkatan produksi HCL 2. Gastritis kronik a. Penyebab tidak jelas b. Helicobacter pylori
Selain penyebab berdasarkan keparahan penyakit, factor penyebab gastritis juga bisa diakibatkan oleh kebiasaan dan pola hidup yaitu: a. Frekuensi Makan Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari-hari baik kualitatif dan kuantitatif. Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus. Lama makanan dalam lambung tergantung sifat dan jenis makanan. Jika rata-rata, umumnya lambung kosong antara 3-4 jam. Maka jadwal makan ini pun menyesuaikan dengan kosongnya lambung (Okviani, 2011). Orang yang memiliki pola makan tidak teratur mudah terserang penyakit gastritis. Pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong, atau ditunda pengisiannya, asam lambung akan mencerna lapisan mukosa lambung, sehingga timbul rasa nyeri (Ester, 2001). Secara alami lambung akan terus memproduksi asam lambung setiap waktu dalam jumlah yang kecil, setelah 4-6 jam sesudah makan biasanya kadar glukosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai sehingga tubuh akan merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam lambung terstimulasi. Bila seseorang telat makan sampai 2-3 jam, maka asam lambung yang diproduksi semakin banyak dan berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan rasa nyeri di seitar epigastrium (Baliwati, 2004). Kebiasaan makan tidak teratur ini akan membuat lambung sulit untuk beradaptasi. Jika hal itu berlangsung lama, produksi asam lambung akan berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding mukosa pada lambung dan dapat berlanjut menjadi tukak peptik. Hal tersebut dapat menyebabkan rasa perih dan mual. Gejala tersebut bisa naik ke kerongkongan yang menimbulkan rasa panas terbakar . Produksi asam lambung diantaranya dipengaruhi oleh pengaturan sefalik, yaitu pengaturan oleh otak. Adanya makanan dalam mulut secara refleks akan merangsang sekresi asam lambung. Pada manusia, melihat dan memikirkan makanan dapat merangsang sekresi asam lambung (Ganong 2001).
b. Jenis Makanan Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau dimakan, dicerna, dan diserap akan menghasilkan paling sedikit susunan menu sehat dan seimbang. Menyediakan variasi makanan bergantung pada orangnya, makanan tertentu dapat menyebabkan gangguan pencernaan, seperti halnya makanan pedas (Okviani, 2011). Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan merangsang sistem pencernaan, terutama lambung dan usus untuk berkontraksi. Hal ini akan mengakibatkan rasa panas dan nyeri di ulu hati yang disertai dengan mual dan muntah. Gejala tersebut membuat penderita makin berkurang nafsu makannya. Bila kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas lebih dari satu kali dalam seminggu selama minimal 6 bulan dibiarkan terus-menerus dapat menyebabkan iritasi pada lambung yang disebut dengan gastritis (Okviani, 2011). Gastritis dapat disebabkan pula dari hasil makanan yang tidak cocok. Makanan tertentu yang dapat menyebabkan penyakit gastritis, seperti buah yang masih mentah, daging mentah, kari, dan makanan yang banyak mengandung krim atau mentega. Bukan berarti makanan ini tidak dapat dicerna, melainkan karena lambung membutuhkan waktu yang labih lama untuk mencerna makanan tadi dan lambat meneruskannya kebagian usus selebih- nya. Akibatnya, isi lambung dan asam lambung tinggal di dalam lambung untuk waktu yang lama sebelum diteruskan ke dalam duodenum dan asam yang dikeluarkan menyebabkan rasa panas di ulu hati dan dapat mengiritasi (Iskandar, 2009).
c. Porsi Makan Porsi atau jumlah merupakan suatu ukuran maupun takaran makanan yang dikonsumsi pada tiap kali makan. Setiap orang harus makan makanan dalam jumlah benar sebagai bahan bakar untuk semua kebutuhan tubuh. Jika konsumsi makanan berlebihan, kelebihannya akan disimpan di dalam tubuh dan menyebabkan obesitas (kegemukan). Selain itu, Makanan dalam porsi besar dapat menyebabkan refluks isi lambung, yang pada akhirnya membuat kekuatan dinding lambung menurun. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan peradangan atau luka pada lambung (Baliwati, 2004).
d. Kopi Kopi adalah minuman yang terdiri dari berbagai jenis bahan dan senyawa kimia; termasuk lemak, karbohidrat, asam amino, asam nabati yang disebut dengan fenol, vitamin dan mineral. Kopi diketahui merangsang lambung untuk memproduksi asam lambung sehingga menciptakan lingkungan yang lebih asam dan dapat mengiritasi lambung. Ada dua unsur yang bisa mempengaruhi kesehatan perut dan lapisan lambung, yaitu kafein dan asam chlorogenic. Studi yang diterbitkan dalam Gastroenterology menemukan bahwa berbagai faktor seperti keasaman, kafein atau kandungan mineral lain dalam kopi bisa memicu tingginya asam lambung. Sehingga tidak ada komponen tunggal yang harus bertanggung jawab (Anonim, 2011). Kafein dapat menimbulkan perangsangan terhadap susunan saraf pusat (otak), sistem pernapasan, serta sistem pembuluh darah dan jantung. Oleh sebab itu tidak heran setiap minum kopi dalam jumlah wajar (1-3 cangkir), tubuh kita terasa segar, bergairah, daya pikir lebih cepat, tidak mudah lelah atau mengantuk. Kafein dapat menyebabkan stimulasi sistem saraf pusat sehingga dapat meningkatkan aktivitas lambung dan sekresi hormon gastrin pada lambung dan pepsin. Hormon gastrin yang dikeluarkan oleh lambung mempunyai efek sekresi getah lambung yang sangat asam dari bagian fundus lambung. Sekresi asam yang meningkat dapat menyebabkan iritasi dan inflamasi pada mukosa lambung (Okviani, 2011). Jadi, gangguan pencernaan yang rentan dimiliki oleh orang yang sering minum kopi adalah gastritis (peradangan pada lapisan lambung). Beberapa orang yang memilliki gangguan pencernaan dan ketidaknyamanan di perut atau lambung biasanya disaranakan untuk menghindari atau membatasi minum kopi agar kondisinya tidak bertambah parah.
e. Teh Hasil penelitian Hiromi Shinya, MD., dalam buku The Miracle of Enzyme menemukan bahwa orang-orang Jepang yang meminum teh kaya antioksidan lebih dari dua gelas secara teratur, sering menderita penyakit yang disebut gastritis. Sebagai contoh Teh Hijau, yang mengandung banyak antioksidan dapat membunuh bakteri dan memiliki efek antioksidan berjenis polifenol yang mencegah atau menetralisasi efek radikal bebas yang merusak. Namun, jika beberapa antioksidan bersatu akan membentuk suatu zat yang disebut tannin. Tannin inilah yang menyebabkan beberapa buah dan tumbuh-tumbuhan memiliki rasa sepat dan mudah teroksidasi (Shinya, 2008). Tannin merupakan suatu senyawa kimia yang memiliki afinitas tinggi terhadap protein pada mukosa dan sel epitel mukosa (selaput lendir yang melapisi lambung). Akibatnya terjadi proses dimana membran mukosa akan mengikat lebih kuat dan menjadi kurang permeabel. Proses tersebut menyebabkan peningkatan proteksi mukosa terhadap mikroorganisme dan zat kimia iritan. Dosis tinggi tannin menyebabkan efek tersebut berlebih sehingga dapat mengakibatkan iritasi pada membran mukosa usus (Shinya, 2008). Selain itu apabila Tannin terkena air panas atau udara dapat dengan mudah berubah menjadi asam tanat. Asam tanat ini juga berfungsi membekukan protein mukosa lambung. Asam tanat akan mengiritasi mukosa lambung perlahan-lahan sehingga sel-sel mukosa lambung menjadi atrofi. Hal inilah yang menyebabkan orang tersebut menderita berbagai masalah lambung, seperti gastritis atrofi, ulcus peptic, hingga mengarah pada keganasan lambung (Shinya, 2008).
3. PATOFISIOLOGI GASTRITIS
4. MANIFESTASI GASTRITIS 1. Perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi lebih baik atau lebih buru ketika makan. Rasa perih terjadi ketika asam klorida lambung mencapai saraf dimukosa saluran cerna lalu saraf tersebut mengirim sinyal rasa sakit ke system saraf pusat. Hal ini terjadi pada bagian saraf yang terkena asam.
2. Mual 3. Muntah 4. Kembung
5. Kehilangan selera makan 6. Terasa penuh pada perut bagian atas setelah makan 7. Kehilangan berat badan 8. Nyeri ulu hati, mual dan muntah disebut juga sebagai dyspepsia Gastritis yang terjadi tiba-tiba (akut) biasanya mempunyai gejala mual dan sakit pada perut bagian atas, sedangkan gastritis kronik yang berkembang secara bertahap biasanya mempunyai gejala seperti sakit yang ringan pada perut bagian atas dan terasa penuh atau kehilangan selera. Gastritis dapat menyebabkan pendarahan pada lambung, tapi hal ini jarang menjadi parah kecuali bila pada saat yang sama juga terjadi borok/luka pada lambung. Pendarahan pada lambung dapat menyebabkan muntah darah atau terdapat darah pada feces dan memerlukan perawatan segera. Sebagian besar penderita gastritis kronik tidak memiliki keluhan. Sebagian kecil saja yang mempunyai keluhan biasanya berupa : nyeri ulu hati, anoreksia, nausea, nyeri seperti ulkus peptik dan keluhan- keluhan anemia. Pada pemeriksaan fisis sering tidak dapat dijumpai kelainan. Kadang-kadang dapat dijumpai nyeri tekan midepigastrium yang ringan saja. Pemeriksaan laboratorium juga tidak banyak membantu. Kadang-kadang dapat dijumpai anemia makrositik. Uji Merupakan salah satu keluhan yang sering muncul.Hal ini karena adanya regenerasi mukosa lambung sehingga terjadi peningkatan asam lambung yang mengakibatkan mual dan muntah.
coba ciling tidak normal. Analisis cairan lambung kadang-kadang terganggu. Dapat terjadi aklorhidria. Kadar gastrin serum meninggi pada penderita gastritis kronik fundus yang berat. Antibodi terhadap sel parietal dapat dijumpai pada sebagian penderita gastritis kronik fundus.
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC GASTRITIS a. EGD (Esofagogastriduodenoskopi): tes diagnostic kunci untuk perdarahan GI atas, untuk melihat sisi perdarahan/derajat ulkus jaringan/cedera b. Foto rontegn (minum barium): dilakukan untuk membedakan diagnose penyebab atau sisi lesi c. Analisis gaster: dilakukan untuk menentukan adanya darah, mengkaji aktivitas skretori mukosa gaster d. Angiografi: untuk melihat vaskularisai GI. Vaskularisasi dapat dilihat bila endoskopi tidak dapat menyimpulkan atau tidak dapat dilakukan. Menunjukkan sirkulasi koleteral dan kemungkinan isi perdarahan e. Tes amylase serum: meningkat pada ulkus duodenum, bila rendah diduga gastritis f. Endoskopi: dapat melihat kelainan di lambung biasanya terdapat disekitar angulus, antrum, dan prepilorus g. Gastroskopi: untuk melihat mukosa lambung (warna, kelicinan, tidak adanya kelainan dan tempat kelainan) h. Pemeriksaan laboraturium Darah lengkap: bila ditemukan leukosit menandakan infeksi Analisis gaster: untuk mengetahui tingkat sekresi HCl, terjadi penurunan sekresi HCl pada klien gastritis kronik Kadar serum vit. B12, nilai normal 200-1000 Pg/ml, apabila kadar vit. B 12 rendah maka akan terjadi anemia megalostatik Gastroscopy: untuk mengetahui permukaan mukosa, mengidentifikasi area perdarahan dan mengambil jaringan untuk biopsy. i. Pada pemeriksaan darah selain untuk memeriksa ada tidaknya anemia dapat juga untuk memeriksa ada tidaknya H. pylori. H. pylori inijuga dapat diperiksa melalui biopsy mukosa, feses dan pernafasan.
6. PENATALAKSANAAN MEDIS GASTRITIS a) Tujuan dari diet penderita gastritis adalah : a. Memberikan makanan yang adekuat dan tidak mengiritasi lambung b. Menghilangkan gejala penyakit c. Menetralisir asam lambung dan mengurangi produksi asam lambung d. Mempertahankan keseimbangan cairan e. Mengurangi gerakan peristaltik lambung f. Memperbaiki kebiasaan makan pasien Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau dimakan, dicerna, dan diserap akan menghasilkan paling sedikit susunan menu sehat dan seimbang. Menyediakan variasi makanan bergantung pada orangnya, makanan tertentu dapat menyebabkan gangguan pencernaan, seperti halnya makanan pedas. Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan merangsang sistem pencernaan, terutama lambung dan usus untuk berkontraksi. Hal ini akan mengakibatkan rasa panas dan nyeri di ulu hati yang disertai dengan mual dan muntah. Gejala tersebut membuat penderita makin berkurang nafsu makannya. Bila kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas lebih dari satu kali dalam seminggu selama minimal 6 bulan dibiarkan terus-menerus dapat menyebabkan iritasi pada lambung yang disebut dengan gastritis. Jenis makanan pada penderita gastritis ada 2 yaitu jenis makanan yang disarankan dan dihindari (lambung sehat.com): 1) Jenis makanan yang disarankan Para penderita maag dan radang lambung disarankan untuk mempertimbangkan makanan yang dapat mengurangi serangan nyeri lambung, seperti kentang, pisang, brokoli, kol, dan bubur. a. Kentang Sumber karbohidrat yang baik dan mampu memberikan rasa kenyang yang cukup lama. Bubur kentang atau jus kentang yang bersifat basa di pagi hari bermanfaat untuk menetralisir asam lambung sebelum Anda menyantap makanan lain. b. Pisang Masak Mengandung kalium, selain melon, pepaya dan tomat. Kalium yang dikandung dalam buah-buahan tersebut bermanfaat menyeimbangkan pH (derajat keasaman) di dalam lambung. Pisang juga mampu memberi rasa kenyang sehingga amat baik dikonsumsi di antara waktu makan. Selain itu, pisang juga kaya akan potasium yang mampu menormalkan peningkatan tekanan darah akibat serangan stres. c. Brokoli Merupakan sumber kalium dan sulfur yang baik. Sulfur mampu berperan sebagai antioksidan pelindung lapisan dalam kulit lambung. Brokoli juga kaya akan vitamin C yang baik untuk memelihara stamina tubuh. Makanan lain yang mengandung sulfur adalah bawang merah dan bawang putih. d. Bubur Ayam Bagi penderita sakit maag akut sangat berguna untuk mencegah dan meringankan sakit. Sebaiknya hindari sate jeroan yang sulit dicerna, namun sebagai penambah rasa boleh ditambahkan telur rebus, kecap dan sedikit kerupuk.
2) Jenis makanan yang harus dihindari oleh penderita maag: a. Makanan dan minuman yang terlalu banyak mengandung gas dan serat seperti sawi, kol, nangka, pisang ambon, kedondong, durian dan minuman bersoda. b. Makanan yang merangsang pengeluaran asam lambung seperti kopi, minuman beralkohol, sari buah sitrus dan tape. c. Makanan yang sulit dicerna dan dapat memperlambat pengosongan lambung. Makanan jenis ini, seperti kue tart, keju, makanan berlemak, dan cokelat, dapat menyebabkan peningkatan peregangan di lambung dan berakibat meningkatnya asam lambung. d. Makanan yang mengandung cuka pedas dan merica yang dapat merusak dinding lambung. e. Makanan yang bersumber karbohidrat seperti beras ketan, mie, bihun, bulgur, jagung, singkong, tales, serta dodol. f. Makanan yang terbuat dari santan.
b) Terapi Farmakologi Terapinya melibatkan obat-obat yang mengurangi atau menetralkan asam lambung seperti: 1) Anatsida. Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan. Antasida menetralisir asam lambung dan dapat menghilangkan rasa sakit akibat asam lambung dengan cepat. Efek samping antasida : umumnya antasida tidak memberikan efek samping bila diminum sesuai anjuran. Antasida dengan aluminium dapat menyebabkan sulit buang air besar tapi efek ini akan hilang bila dikombinasikan dengan Magnesium. Aluminium juga dapat menyebabkan hipofosfatemia bila digunakan dalam jangka waktu lama. Antasida dengan kandungan magnesium dapat menyebabkan diare. Pada penderita ginjal dapat terjadi peningkatan kadar magnesium dalam darah dengan gejala rasa lemah badan. penggunaan antasida tidak boleh lebih dari 2 minggu, jika nyeri berlanjut maka hubungi dokter. 2) Penghambat asam. Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa sakit tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti cimetidin, ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam lambung yang diproduksi. 3) Penghambat pompa proton. Cara yang lebih efektif untuk mengurangi asam lambung adalah dengan cara menutup pompa asam dalam sel-sel lambung penghasil asam. Penghambat pompa proton mengurangi asam dengan cara menutup kerja dari pompa-pompa ini. Yang termasuk obat golongan ini adalah omeprazole, lansoprazole, rabeprazole dan esomeprazole. Obat-obat golongan ini juga menghambat kerja H. pylori. 4) Cytoprotective agents. Obat-obat golongan ini membantu untuk melindungi jaringan-jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil. Yang termasuk ke dalamnya adalah sucraflate dan misoprostol. Jika meminum obat-obat AINS secara teratur (karena suatu sebab), dokter biasanya menganjurkan untuk meminum obat-obat golongan ini. Cytoprotective agents yang lainnya adalah bismuth subsalicylate yang juga menghambat aktivitas H. pylori. 5) Golongan obat yang dapat digunakan untuk gastritis, yaitu : Golongan prostaglandin E : mempunyai sifat sitoprotektif dan anti sekretorik Golongan protektif local : mempunyai sifat sitoprotektif dan mampu membentuk rintangan mekanik sehingga akan melindungi mukosa dari asam dan pepsin Antibiotic dapat digunakan untuk menangani infeksi Helicobacter pylori jika pasien mengalami gangguan imun Antagonis reseptor histamine-2, misalnya cimetidine (Tagamet), ranitidine (Zantac), atau famotidine (Pepsid) bisa menghalangi sekresi gastric
c) Pendidikan kesehatan pada pasien gastritis a. Makan dengan porsi sedikit tapi sering. b. Jika pasien merasa lapar, jangan langsung minum minuman yang mengandung kafein seperti teh, tapi digantikan dengan air putih hangat. c. Bila maag kambuh karena terlambat makan, jangan langsung makan makanan berat misalnya nasi, tapi digantikan dengan makanan ringan seperti crackers. d. Makan secara benar, hindari makan makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang pedas dan asam e. Makan dengan jumlah yang cukup, pada waktunya dan lakukan dengan santai. f. Mengunyah makanan sampai benar benar lumat. g. Minum air putih yang banyak atau dapat digantikan dengan minuman ber-ion. h. Meminum obat sesuai dengan anjuran dokter. i. Menjaga kebersihan lingkungan seperti alat alat makan, tempat tidur, dll. j. Hindari untuk meminum alkohol,karena alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapisan mukosa dalam lambung serta dapat mengakibatkan peradangan dan perdarahan. k. Hindari untuk merokok, karena dapat mengganggu kerja lapisan pelindung lambung. l. Lakukan olahraga secara teratur, misalnya senam aerobik. Senam aerobik dapat meningkatkan kecepatan jantung dan pernafasan juga dapat menstimulasi aktivitas otot usus sehingga membantu mengeluarkan limbah makanan dari usus secara lebih cepat m. Menghindari pemakaian aspirin saat merasa tidak enak badan, digantikan dengan istirahat yang cukup. n. Hindari pemakaian obat gabungan, untuk mengurangi efek negatif obat. o. Hindari stress yang berlebihan.
d) Tindakan keperawatan : Untuk mengatasi muntah, beri anti emetic dan cairan IV sesuai resep Jika nyeri atau mual mengganggu nafsu makan pasien, beri analgesic atau antiemetic 1 jam sebelum makan Sarankan pasien minum steroid dengan susu, makanan atau antacid untuk meringankan iritasi gastric Minta pasien minum antasida antara waktu makan dan sebelum tidur dan menghindari senyawa yang mengandung aspirin
7. KOMPLIKASI GASTRITIS Menurut Mansjuoer, 2001 komplikasi yang terjadi pada gastritis adalah: a. Gastritis akut Perdarahan saluran cerna yang berupa hematemesis dan melena. Kadang-kadang perdarahan cukup banyak sehingga dapat menyebabkan syok hemoragik yang bisa menyebabkan kematian Bisa terjadi ulkus. Pada tukak peptic penyebab utamanya adalah H. pylori, sebesar 100% pada tukak duodenum dan 60-90% pada tukak lambung. Hal ini dapat ditegakkan dengan pemeriksaan endoskopi b. Gastritis kronis Atrofi lambung dapat menyebabkan gangguan penyerapan terhadap vitamin Anemia pernisiosa yang mempunyai antibody terhadap factor intrinsic dalam serum atau cairan gasternya akibat gangguan penyerapan vit. B12 Gangguan penyerapan zat besi
8. ASUHAN KEPERAWATAN GASTRITIS 1) Pengkajian 1. Biodata Klien Nama : Nn. P Umur : 22 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Status : - Pendidikan : Mahasiswa Pekerjaan : Mahasiswa Alamat : - Tanggal masuk : 01 Oktober 2011 Tanggal pengkajian : 03 Oktober 2011 No. CM : 01329846
2. Riwayat Kesehatan 1. Keluhan Utama Klien mengeluh nyeri di ulu hati disertai perih. 2. Riwayat Kesehatan Sekarang Klien kadang lupa makan dan gugup karena 2 hari lagi sidang TA. 3. Factor pencetus : klien beberapa hari ini dia bekerja terus menerus sampai lupa makan dan perasaan gugup akan menghadapi sidang tugas akhir 2 hari lagi 4. Upaya yang telah dilakukan : minum antasida dan datang ke puskesmas 5. Diagnosis medis : Gastritis 6. Riwayat Kesehatan dahulu 7. Riwayat Kesehatan Keluarga
3. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan Umum Penampilan umum : Klien tampak lelah Kesadaran : Compos Mentis Tanda-Tanda Vital : T = 100/70 mmHg N = 90 x /menit R= 20 x/menit S= 37,8 0 C
b. Integumen 1. Rambut dan kulit kepala Warna : Hitam Kerontokan : Tidak terjadi kerontokan. Penyebaran : Merata Kebersihan : Bersih, tidak tampak adanya kotoran 2. Kulit Warna : hitam Tekstur : halus Oedema : Tidak ada Kebersihan : di kulit bagian kaki ada bekas darah kering 3. Kuku Warna dasar : transparan Bentuk : Cembung Tekstur : halus Cyanosis : tidak ada Sudut : sudut dasar 160 Kebersihan : tidak tampak ada kotoran
c. Kepala Bentuk : oval Keadaan : tidak terdapat benjolan Keluhan : Tidak ada keluhan Kelainan : tidak ada benjolan
d. Mata Kesimetrisan : mata kanan dan kiri tampak simetris Sklera : putih kemerahan Konjungtiva : pucat Pergerakan bola mata : dapat digerakan ke segala arah Reaksi pupil : terjadi miosis ketika terkena cahaya Fungsi penglihatan : baik, terbukti klien dapat membaca Kebersihan : bersih,tidak tampak ada kotoran
e. Telinga Tekstur : halus Kebersihan : tidak tampak adanya serumen Kesimetrisan : telinga kanan dan kiri simetris Fungsi pendengaran : baik,dapat menjawab
f. Hidung Bentuk : kedua lubang hidung tampak simetris Tekstur : halus Kebersihan : bersih, tidak tampak ada kotoran Fungsi penciuman : baik, klien dapat membedakan wangi parfum dan kayu putih
g. Mulut 1. Bibir Warna : merah muda Kelembaban : lembab kebersihan : tidak tampak adanya bekas makanan stomatitis : tidak ada 2. Gigi Jumlah : 32 buah Caries : tidak ada 3. Lidah Warna : merah muda (tidak ada kelainan) Pergerakan : dapat digerakan ke segala arah Kebersihan : tidak tampak ada kotoran Fungsi pengecapan : dapat membedakan rasa manis permen dan pahit obat
2) Analisis data Data Etiologi Permasalahan DS : - nyeri ulu hati di sertai perih - nafsu makan menurun
Pola makan tidak teratur gesekan antara dinding lambung erosi pada lambung produksi HCl meningkat asam di lambung meningkat mengiritasi mukosa lambung nyeri Nyeri akut DS: - nyeri di ulu hati dan perih - ansietas - mual DO: - distensi abdomen factor resiko sekresi HCL gastritis iritasi lambung inflamasi mukosa erosi tonus respon antiperistaltik refluksi isi duodenum ke lambung dorongan ekspulsi isi lambung ke mulut mual
Mual DS : - Nafsu makan berkurang - Mual - Muntah 4 kali DO : - TD 100/70 mmHg - Nadi 90x/ menit - RR 20x/ menit Faktor Resiko Erosi mukosa lambung Tonur dan peristaltic lambung menurun Refluks isi duodenum ke lambung Dorongan ekspulsi isi lambung ke mulut Muntah Risiko ketidakseimbangan elektrolit
4) Asuhan keperawatan No. Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi 1 Nyeri akut b.d iritasi mukosa lambung
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam maka nyeri pasien dapat berkurang
Kriteria Hasil: - Pain Level - Pain Control - Comfort Level a. Mampu mengontrol nyeri (4) b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan management nyeri (4) c. Mampu 1. Management Nyeri a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, lokasi, karakter, durasi, frekuensi, faktor presipitasi b. Observasi reaksi non verbal ketidaknyamanan c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien d. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri e. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau f. Evaluasi bersama pasien dan nakes yang lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau g. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri pada suhu ruangan, pencahayaan,kebisingan h. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi i. Ajarkan tentang teknik non farmakologi ( kompres dingin atau hangat dan distraksi serta relaksasi ) mengenali nyeri (4) d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang e. TTV normal f. Tidak mengalami gangguan tidur
j. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri k. Kolaborasikan dengan dokter jika keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
2. Analgetik Administration a. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri sebelum pemberian obat b. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, frekuensi c. Cek riwayat alergi d. Pilih analgetik yang diperlukan/kombinasi dari analgetik ketika pemberian lebih dari satu e. Tentukan analgetik tergantung tipe dan beratnya ( Misal: Cimentidin dan Ratinidin ) f. Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal g. Pilih rute pemberian secara im, iv untuk pengobatan nyeri secara teratur h. Berika obat dengan prinsip 5 benar i. Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian analgetik pertama kali j. Monitor reaksi obat dan efek sampingnya k. Beri analgetik tepat waktu terutama saat nyeri hebat l. Dokumentasikan respon setelah pemberian analgetik dan efek sampingnya
3. Tambahan a. ajarkan teknik non farmakologi (distraksi dan kompres hangat/dingin) b. Kolaborasi pemberian analgesic simetidin 200 mg 2 x sehari atau ranitidin 150 mg 2 x sehari
2 Mual b.d iritasi mukosa lambung Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, mual dapat berkurang, nafsu makan klien dapat membaik
Kriteria Hasil: - Nausea and Vomitting Control a. Klien dapat melakukan control terhadap mual
- Apetite a. Klien ada keinginan untuk makan 1. Nausea Management a. Identifikasi factor yang menyebabkan atau memperburuk mual b. Evaluasi pengalaman mual sebelumnya c. Dukung pengalaman dalam monitor mual sebelumnya d. Control lingkungan yang dapat menyebabkan mual e. Dorong istirahat dan tidur yang adekuat untuk mengurangi mual f. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologis seperti relaksasi, distraksi, music, dll untuk manajemen mual g. Dorong klien untuk memakan makanan dalam jumlah sedikit tapi sering h. Instruksikan makanan tinggi karbohidrat dan rendah lemak i. Hindari makanan yangberbau tajam b. Klien dapat menikmati makanan yang diberikan c. Masukan makanan seimbang
atau merangsang mual j. Timbang berat badan klien secara teratur k. Monitor efek manajemen mual l. Kolaborasi : pemberian antiemetic bila diperlukan
2. NIC : Nutrition Therapy a. Berikan makanan yang dapat menarik nafsu makan klien, baik dari warna, tekstur, ragam dan tata letak makanan b. Berikan perawatan oral sebelum makan c. Bantu klien untuk duduk sebelum makan 3 Risiko ketidakseimba ngan elektrolit b.d muntah Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam ketidakseimbangan elektrolit pada pasien tidak terjadi
Kriteria Hasil : - Electrolyte Acid- Base Balance a. RR masih dalam batas normal (16-20 x/ menit) b. Mual dan 1. Electrolyte monitoring a. Identifikasi factor yang mungkin menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit b. Monitor kehilangan cairan dan kehilangan elektolit c. Monitor mual dan muntah d. Monitor pengobatan dasar untuk ketidakseimbangan elektrolit e. Berikan tambahan elektrolit pada klien melalui IV (intravena), jika diperlukan f. Anjurkan diet ketidakseimbangn elektrolit pada pasien (makan makanan kaya kalium dan rendah sodium) muntah yang dialami pasien menurun g. Ajarkan pada klien untuk meminimalkan ketidakseimbangan elektrolit h. Instruksikan pada klien dan keluarga mengenai modifikasi diet, jika diperlukan i. Konsultasikan dengan psikis jika da tanda dan gejala yang buruk/ mengkhawatirkan tentang ketidakseimbangan elektrolit j. Makan makanan yang lunak terlebih dahulu.
REFERENSI
Okviani, Wati. 2011. Pola Makan Gastritis. http://www.library.upnvj.ac.id/- pdf/2s1keperawatan/205312047/.pdf Diakses tanggal 20 Februari 2014. Ester, Monica. 2001. Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta: EGC Baliwati, Yayak F. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya Ganong, William F. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC Iskandar, H. Yul. 2009. Saluran Cerna. Jakarta: Gramedia Anonimous, 2011. Kenapa Setelah Minum Kopi Perut Terasa Sakit. http://cupu.web.id/kenapa-setelah-minum-kopi-perut-terasa-sakait/. Diakses tanggal 20 Februari 2014. Shinya, Hiromi. 2008. The Miracle of Enzyme : Self-Healing Program. Bandung: Qanita dr. Sadeli Ilyas, http://akfarsam.ac.id/downlot.php?file=MAAG.pdf Lippincott Williams & Wilkins.2011.Nursing Memahami Berbagai Macam Penyakit.Jakarta : Indeks Nurhayati. 2010. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Gastritis. Diakses pada http://nurhayatiakperrsijumj.files.wordpress.com/2013/11/makalah- gastritis.pdf tanggal 20 Februari 2014 Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, volume 3. Jakarta : EGC Hadi, Soeparman. 1999. Ilmu Penyakit Dalam, jilid kedua. Depok: Balai Pustaka FKUI Suyono, Slamet.2001.Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : FKUI Almatsier. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Anonimous, 2010. Baliwati, Yayak F. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya Beyer. 2004 Brunner dan Suddart, 2000, Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta. Budiyanto, Carko. 2010. Merokok Memang Ternyata Nikmat. http://nina9yuli.student.umm.ac.id/2010/02/11/Merokok-Memang- Ternyata-Nikmat/ Ester, Monica. 2001. Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta: EGC Iskandar, H. Yul. 2009. Saluran Cerna. Jakarta: Gramedia Kelly, Gregory. 2010 Nadesul. 2005. Sakit Lambung, Bagaimana Terjadinya. http://www.kompas.com/Sakit-Lambung-Bagaimana/Terjadinya Soeparman, 1999, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, FKUI, Jakarta. Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI Warianto, Chaidar. 2011. Minum Kopi Bisa Berakibat Gangguan Pencernaan. http://www.griyawisata.com/pdf. php ? url pdf = 28640 Yayak F. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya Beyer. 2004. Medical Nutrition Therapy for Upper Gastrointestinal Tract Disorders.
TRIGGER Seorang perempuan 22 tahun datang ke Puskesmas dengan nyeri di hulu hati disertai rasa perih, nafsu makan menurun, mual dan perut kembung disertai muntah 4 kali. Keluhan ini dirasakan dari kemarin dan sudah minum antasida namun keluhan yang dirasakan tidak berkurang. Klien becerita bahwa ia bekerja terus-menerus sampai lupa makan dan perasaan gugup akan menghadapi sidang akhir 2 hari lagi. Hasil pemeriksaan fisik klien tampak lelah, TD: 100/70 mmHg, N: 90x/menit, RR: 20x/menit, T: 37,8 o C dan terdapat distensi abdomen. Perawat menyarankan klien masuk rumah sakit.
KATA-KATA SULIT Antasida: zat penetral asam lambung Distensi abdomen: pembesaran abdomen karena gas dalam intestinum atau cairan dalam rongga abdomen
KEY WORD Perempuan 22 tahun Nyeri di hulu hati disertai rasa perih Nafsu makan menurun, mual dan perut kembung disertai muntah 4 kali Keluhan dirasakan dari kemarin dan sudah minum antasida namun keluhan yang dirasakan tidak berkurang Klien bekerja terus-menerus sampai lupa makan dan perasaan gugup akan menghadapi sidang akhir 2 hari lagi Hasil pemeriksaan fisik klien tampak lelah, TD: 100/70 mmHg, N: 90x/menit, RR: 20x/menit, T: 37,8 o C dan terdapat distensi abdomen Klien disarankan masuk rumah sakit.
LAMPIRAN DK 1
PERTANYAAN 1. Apakah ada hubungannya keluhan yang dirasakan klien dengan usia dan jenis kelamin ? 2. Apa penyebab terjadinya nyeri di hulu hati dan perih yang dirasakan klien ? 3. Apakah ada hubungannya nafsu makan menurun, mual, dan perut kembung dengan nyeri di hulu hati yang dirasakan klien ? 4. Apa penyebab klien mual, perut kembung dan muntah 4 kali ? 5. Apa yang dimuntahkan klien dengan dengan kondisi seperti ini ? 6. Obat apa yang dapat digunakan selain antasida ? 7. Indikasi dan efek samping antasida ? 8. Apa yang penyebab antasida tidak berefek pada keluhan klien ? 9. Apakah hubungan pekerjaan yang terus-menerus sampai lupa makan dan gugup dengan keluhan klien ? 10. Apakah perasaan gugup mempengaruhi kondisi klien ? 11. Apakah lupa makan dan gugup dapat mempengaruhi kerja obat ? 12. Apa yang menyebabkan suhu tubuh klien meningkat ? 13. Mengapa bisa terjadi distensi abdomen ? 14. Apa penatalaksanaan yang disarankan perawat untuk mengatasi masalah klien ? 15. Apa efek keterlambatan penanganan pada klien ? 16. Apa alasan perawat menyarankan klien masuk rumah sakit ? 17. Adakah hubungan TD dengan keluhan klien ?
HIPOTESA 1. a. Perempuan emosi mempengaruhi kondisi Makan terganggu pola aktifitas terganggu b. Usia produktif kerja perempuan (hormone tinggi) kondisi tubuh 2. Lupa makan asam lambung tetap diproduksi sehingga pola makan tidak terjaga nyeri di hulu hati Stressor dinding abdomen luka nyeri
3. Nafsu makan asam lambung tetap diproduksi kembung Asam lambung naik ke saluran pencernaan atas stressor mual muntah 4. (Sudah terjawab) 5. a. Cairan: tidak ada makanan b. Sisa-sisa makanan c. Darah: bila lambung luka 6. Konsultasi ke dokter dan tergantung penyebab (kondisi) 7. Antasida: asam lambung 8. a. Dosis tidak sesuai b. Waktu minum antasida yang tidak tepat 9. (Sudah terjawab) 10. (Sudah terjawab) 11. a. Tergantung kondisi fisik dan waktu minum obat b. Minum obat makan tetap tidak teratur tidak teratasi stressor tidak teratasi 12. Perut kosong aktivitas tubuh suhu asupan energy kurang respon tubuh (suhu ) asam lambung respon inflamasi dinding lambung suhu 13. - 14. Edukasi pola makan dan waktu minum obat Cara pe stressor 15. a. Kondisi tambah parah b. obat yang diminum efeknya c. peningkatan dosis obat 16. a. Antasida efek tidak mempengaruhipenanganan intesif di RS b. kekurangan cairan, TD risiko syok 17. Kekurangan volume cairan TD dan N