Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KELOMPOK 4

PROJECT BASED LEARNING


GASTRITIS



DISUSUN OLEH :

ASMAWATI FITRIANA J 115070201111005
DIKA ARINI P 115070201111007
RAHMI NURROSYID P 112070201111017
AFFRIDA NURLILY CHINTYA WIDARI 115070201111009
NI WAYAN ASMA NIRA YUSTIKA 115070201111011
ATIKA DYAH SETYONINGATI 115070201111013
FITRI OKTAVIA HADI PUTRI 115070201111015
ETRI NURHAYATI 115070201111019
SHINTA ARDIANA P 115070201111021


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
TRIGGER
Seorang perempuan 22 tahun datang ke Puskesmas dengan nyeri di hulu
hati disertai rasa perih, nafsu makan menurun, mual dan perut kembung
disertai muntah 4 kali. Keluhan ini dirasakan dari kemarin dan sudah
minum antasida namun keluhan yang dirasakan tidak berkurang. Klien
becerita bahwa ia bekerja terus-menerus sampai lupa makan dan
perasaan gugup akan menghadapi sidang akhir 2 hari lagi. Hasil
pemeriksaan fisik klien tampak lelah, TD: 100/70 mmHg, N: 90x/menit,
RR: 20x/menit, T: 37,8
o
C dan terdapat distensi abdomen. Perawat
menyarankan klien masuk rumah sakit.

SLO:
1. Definisi gastritis
2. Etiologi gastritis
3. Patofisiologi gastritis
4. Manifestasi gastritis
5. Pemeriksaan diagnostic gastritis
6. Penatalaksanaan medis gastritis
7. Komplikasi gastritis
8. Asuhan keperawatan gastritis
1. DEFINISI GASTRITIS
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung yang diakibatkan oleh
diet yang tidak benar atau makanan yang berbumbu atau
mengandung mikroorganisme penyebab penyakit. (Brunner &
Suddarth, 2001)
Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa
lambung, secara histopatologik dapat dibuktikan dengan adanya
infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. (Suyono, Slamet.
200)

1. Klasifikasi histologi yang sering digunakan adalah :
a. Gastritis kronik superfisialis apabila sebukan sel radang kronis
terbatas pada lamina propria mukosa superfisialis dan edema
yang memisahkan kelenjar-kelenjar mukosa, sedangkan sel-sel
kelenjar tetap utuh.
b. Gastritis kronik atrofik apabila sel-sel radang kronik menyebar
lebih dalam disertai distorsi dan destruksi sel-sel kelenjar
mukosa yang lebih nyata.
c. Metaplasia intestinalis dimana terjadi perubahan-perubahan
histopatologik kelenjar mukosa lambung menjadi kelenjar
mukosa usus halus yang mengandung sel goblet. Perubahan
tersebut dapat terjadi hampir pada seluruh segmen lambung,
tetapi dapat pula hanya merupakan bercak-bercak pada
beberapa bagian lambung.
d. Atrofi lambung dianggap merupakan stadium akhir gastritis
kronik. Pada saat itu struktur kelenjar-kelenjar menghilang dan
terpisah satu sama lain secara nyata dengan jaringan ikat,
sedangkan sebukan sel-sel radang juga menurun. Mukosa
menjadi sangat tipis, sehingga dapat menerangkan mengapa
pembuluh darah menjadi terlihat pada saat pemeriksaan
endoskopi

2. Secara etiologi terdapat 2 hal penting, yaitu:
a. Imunologik : terutama pada gastritis kronik korpus yang
berkorelasi kuat dengan autoantibodi sel parietal. Ciri-ciri
khusus adalah bahwa secara histopatologik berbentuk gastritis
kronik atrofik dengan predominan korpus yang dapat menyebar
ke antrum dan hipergastrinemia. Keadaan ini dapat berlanjut
menjadi anemia pernisiosa.
b. Bakteriologik : pada mulanya kuman ini disebut sebagai
Campylobacter pylori. Terdapat di seluruh dunia dan berkorelasi
dengan tingkat sosio-ekonomi masyarakat. Prevalensi
meningkat dengan meningkatnya umur. Di negara berkembang
yang tingkat ekonominya lebih rendah, terjadi infeksi pada 80 %
penduduk setelah usia 30 tahun. Atrofi mukosa terjadi setelah
bertahun-tahun terkena infeksi kuman ini. Atrofi mukosa pada
usia lanjut mungkin terjadi sebagai akibat kombinasi antara
proses menua dan infeksi karena kuman ini.

3. Aspek lain : di samping kedua faktor di atas, faktor refluks entero-
gaster, cairan pankreato-bilier, asam empedu dan lisolesitin masuk
ke lumen lambung merupakan penyebab terjadinya gastritis kronik.

4. Menurut distribusi anatomisnya, gastritis kronis dapat dibagi
menjadi:
a. Maag kronis korpus type A : perubahan histopatologik terjadi
pada korpus dan kardia lambung. Tipe ini sering dihubungkan
dengan proses autoimun dan dapat berlanjut menjadi anemia
pernisiosa
b. Maag kronis antrium type B : tipe yang paling sering dijumpai,
yang sering dihubungkan dengan infeksi kuman Helicobacter
pylori.
c. Maag multifocal atau type AB : distribusinya menyebar ke
seluruh gaster. Seiring dengan orang yang lanjut usia,
penyebaran kea rah korpus pun meningkat

2. ETIOLOGI GASTRITIS
Menurut mansjoer, 2001 peyebab gastritis yaitu:
1. Gastritis akut
a. Penggunaan obat-obatan seperti aspirin dan NSAID, sebab
dapat menyebabkan erosi mukosa lambung
b. Alcohol, sebab dapat mengiritasi dan mengikis mukosa
lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan pada
asam lambung walaupun pada kondisi normal
c. Stress
Fisik : pembedahan, trauma, luka bakar,infeksi,
perdarahan yang menyebabkan gangguan mikrosirkulasi
pada mukosa lambung
Psikis : cemas, gugup, karena dapat memicu peningkatan
produksi HCL
2. Gastritis kronik
a. Penyebab tidak jelas
b. Helicobacter pylori

Selain penyebab berdasarkan keparahan penyakit, factor penyebab
gastritis juga bisa diakibatkan oleh kebiasaan dan pola hidup yaitu:
a. Frekuensi Makan
Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari-hari
baik kualitatif dan kuantitatif. Secara alamiah makanan diolah
dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan mulai dari mulut sampai
usus halus. Lama makanan dalam lambung tergantung sifat dan
jenis makanan. Jika rata-rata, umumnya lambung kosong antara
3-4 jam. Maka jadwal makan ini pun menyesuaikan dengan
kosongnya lambung (Okviani, 2011).
Orang yang memiliki pola makan tidak teratur mudah
terserang penyakit gastritis. Pada saat perut harus diisi, tapi
dibiarkan kosong, atau ditunda pengisiannya, asam lambung
akan mencerna lapisan mukosa lambung, sehingga timbul rasa
nyeri (Ester, 2001).
Secara alami lambung akan terus memproduksi asam
lambung setiap waktu dalam jumlah yang kecil, setelah 4-6 jam
sesudah makan biasanya kadar glukosa dalam darah telah
banyak terserap dan terpakai sehingga tubuh akan merasakan
lapar dan pada saat itu jumlah asam lambung terstimulasi. Bila
seseorang telat makan sampai 2-3 jam, maka asam lambung
yang diproduksi semakin banyak dan berlebih sehingga dapat
mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan rasa nyeri di
seitar epigastrium (Baliwati, 2004).
Kebiasaan makan tidak teratur ini akan membuat lambung
sulit untuk beradaptasi. Jika hal itu berlangsung lama, produksi
asam lambung akan berlebihan sehingga dapat mengiritasi
dinding mukosa pada lambung dan dapat berlanjut menjadi tukak
peptik. Hal tersebut dapat menyebabkan rasa perih dan mual.
Gejala tersebut bisa naik ke kerongkongan yang menimbulkan
rasa panas terbakar . Produksi asam lambung diantaranya
dipengaruhi oleh pengaturan sefalik, yaitu pengaturan oleh otak.
Adanya makanan dalam mulut secara refleks akan merangsang
sekresi asam lambung. Pada manusia, melihat dan memikirkan
makanan dapat merangsang sekresi asam lambung (Ganong
2001).

b. Jenis Makanan
Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau
dimakan, dicerna, dan diserap akan menghasilkan paling sedikit
susunan menu sehat dan seimbang. Menyediakan variasi
makanan bergantung pada orangnya, makanan tertentu dapat
menyebabkan gangguan pencernaan, seperti halnya makanan
pedas (Okviani, 2011).
Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan
merangsang sistem pencernaan, terutama lambung dan usus
untuk berkontraksi. Hal ini akan mengakibatkan rasa panas dan
nyeri di ulu hati yang disertai dengan mual dan muntah. Gejala
tersebut membuat penderita makin berkurang nafsu makannya.
Bila kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas lebih dari satu kali
dalam seminggu selama minimal 6 bulan dibiarkan terus-menerus
dapat menyebabkan iritasi pada lambung yang disebut dengan
gastritis (Okviani, 2011).
Gastritis dapat disebabkan pula dari hasil makanan yang
tidak cocok. Makanan tertentu yang dapat menyebabkan penyakit
gastritis, seperti buah yang masih mentah, daging mentah, kari,
dan makanan yang banyak mengandung krim atau mentega.
Bukan berarti makanan ini tidak dapat dicerna, melainkan karena
lambung membutuhkan waktu yang labih lama untuk mencerna
makanan tadi dan lambat meneruskannya kebagian usus selebih-
nya. Akibatnya, isi lambung dan asam lambung tinggal di dalam
lambung untuk waktu yang lama sebelum diteruskan ke dalam
duodenum dan asam yang dikeluarkan menyebabkan rasa panas
di ulu hati dan dapat mengiritasi (Iskandar, 2009).

c. Porsi Makan
Porsi atau jumlah merupakan suatu ukuran maupun
takaran makanan yang dikonsumsi pada tiap kali makan. Setiap
orang harus makan makanan dalam jumlah benar sebagai bahan
bakar untuk semua kebutuhan tubuh. Jika konsumsi makanan
berlebihan, kelebihannya akan disimpan di dalam tubuh dan
menyebabkan obesitas (kegemukan). Selain itu, Makanan dalam
porsi besar dapat menyebabkan refluks isi lambung, yang pada
akhirnya membuat kekuatan dinding lambung menurun. Kondisi
seperti ini dapat menimbulkan peradangan atau luka pada
lambung (Baliwati, 2004).

d. Kopi
Kopi adalah minuman yang terdiri dari berbagai jenis
bahan dan senyawa kimia; termasuk lemak, karbohidrat, asam
amino, asam nabati yang disebut dengan fenol, vitamin dan
mineral.
Kopi diketahui merangsang lambung untuk memproduksi
asam lambung sehingga menciptakan lingkungan yang lebih
asam dan dapat mengiritasi lambung. Ada dua unsur yang bisa
mempengaruhi kesehatan perut dan lapisan lambung, yaitu kafein
dan asam chlorogenic.
Studi yang diterbitkan dalam Gastroenterology
menemukan bahwa berbagai faktor seperti keasaman, kafein atau
kandungan mineral lain dalam kopi bisa memicu tingginya asam
lambung. Sehingga tidak ada komponen tunggal yang harus
bertanggung jawab (Anonim, 2011).
Kafein dapat menimbulkan perangsangan terhadap
susunan saraf pusat (otak), sistem pernapasan, serta sistem
pembuluh darah dan jantung. Oleh sebab itu tidak heran setiap
minum kopi dalam jumlah wajar (1-3 cangkir), tubuh kita terasa
segar, bergairah, daya pikir lebih cepat, tidak mudah lelah atau
mengantuk. Kafein dapat menyebabkan stimulasi sistem saraf
pusat sehingga dapat meningkatkan aktivitas lambung dan
sekresi hormon gastrin pada lambung dan pepsin. Hormon gastrin
yang dikeluarkan oleh lambung mempunyai efek sekresi getah
lambung yang sangat asam dari bagian fundus lambung. Sekresi
asam yang meningkat dapat menyebabkan iritasi dan inflamasi
pada mukosa lambung (Okviani, 2011).
Jadi, gangguan pencernaan yang rentan dimiliki oleh orang
yang sering minum kopi adalah gastritis (peradangan pada
lapisan lambung). Beberapa orang yang memilliki gangguan
pencernaan dan ketidaknyamanan di perut atau lambung
biasanya disaranakan untuk menghindari atau membatasi minum
kopi agar kondisinya tidak bertambah parah.

e. Teh
Hasil penelitian Hiromi Shinya, MD., dalam buku The
Miracle of Enzyme menemukan bahwa orang-orang Jepang yang
meminum teh kaya antioksidan lebih dari dua gelas secara
teratur, sering menderita penyakit yang disebut gastritis. Sebagai
contoh Teh Hijau, yang mengandung banyak antioksidan dapat
membunuh bakteri dan memiliki efek antioksidan berjenis
polifenol yang mencegah atau menetralisasi efek radikal bebas
yang merusak. Namun, jika beberapa antioksidan bersatu akan
membentuk suatu zat yang disebut tannin. Tannin inilah yang
menyebabkan beberapa buah dan tumbuh-tumbuhan memiliki
rasa sepat dan mudah teroksidasi (Shinya, 2008).
Tannin merupakan suatu senyawa kimia yang memiliki
afinitas tinggi terhadap protein pada mukosa dan sel epitel
mukosa (selaput lendir yang melapisi lambung). Akibatnya terjadi
proses dimana membran mukosa akan mengikat lebih kuat dan
menjadi kurang permeabel. Proses tersebut menyebabkan
peningkatan proteksi mukosa terhadap mikroorganisme dan zat
kimia iritan. Dosis tinggi tannin menyebabkan efek tersebut
berlebih sehingga dapat mengakibatkan iritasi pada membran
mukosa usus (Shinya, 2008).
Selain itu apabila Tannin terkena air panas atau udara
dapat dengan mudah berubah menjadi asam tanat. Asam tanat
ini juga berfungsi membekukan protein mukosa lambung. Asam
tanat akan mengiritasi mukosa lambung perlahan-lahan sehingga
sel-sel mukosa lambung menjadi atrofi. Hal inilah yang
menyebabkan orang tersebut menderita berbagai masalah
lambung, seperti gastritis atrofi, ulcus peptic, hingga mengarah
pada keganasan lambung (Shinya, 2008).

3. PATOFISIOLOGI GASTRITIS

4. MANIFESTASI GASTRITIS
1. Perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang
dapat menjadi lebih baik atau lebih buru ketika makan. Rasa perih
terjadi ketika asam klorida lambung mencapai saraf dimukosa
saluran cerna lalu saraf tersebut mengirim sinyal rasa sakit ke
system saraf pusat. Hal ini terjadi pada bagian saraf yang terkena
asam.

2. Mual
3. Muntah
4. Kembung

5. Kehilangan selera makan
6. Terasa penuh pada perut bagian atas setelah makan
7. Kehilangan berat badan
8. Nyeri ulu hati, mual dan muntah disebut juga sebagai dyspepsia
Gastritis yang terjadi tiba-tiba (akut) biasanya mempunyai gejala
mual dan sakit pada perut bagian atas, sedangkan gastritis kronik yang
berkembang secara bertahap biasanya mempunyai gejala seperti sakit
yang ringan pada perut bagian atas dan terasa penuh atau kehilangan
selera. Gastritis dapat menyebabkan pendarahan pada lambung, tapi
hal ini jarang menjadi parah kecuali bila pada saat yang sama juga
terjadi borok/luka pada lambung. Pendarahan pada lambung dapat
menyebabkan muntah darah atau terdapat darah pada feces dan
memerlukan perawatan segera.
Sebagian besar penderita gastritis kronik tidak memiliki keluhan.
Sebagian kecil saja yang mempunyai keluhan biasanya berupa : nyeri
ulu hati, anoreksia, nausea, nyeri seperti ulkus peptik dan keluhan-
keluhan anemia. Pada pemeriksaan fisis sering tidak dapat dijumpai
kelainan. Kadang-kadang dapat dijumpai nyeri tekan midepigastrium
yang ringan saja. Pemeriksaan laboratorium juga tidak banyak
membantu. Kadang-kadang dapat dijumpai anemia makrositik. Uji
Merupakan salah satu keluhan yang sering
muncul.Hal ini karena adanya regenerasi mukosa
lambung sehingga terjadi peningkatan asam lambung
yang mengakibatkan mual dan muntah.

coba ciling tidak normal. Analisis cairan lambung kadang-kadang
terganggu. Dapat terjadi aklorhidria. Kadar gastrin serum meninggi
pada penderita gastritis kronik fundus yang berat. Antibodi terhadap
sel parietal dapat dijumpai pada sebagian penderita gastritis kronik
fundus.

5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC GASTRITIS
a. EGD (Esofagogastriduodenoskopi): tes diagnostic kunci untuk
perdarahan GI atas, untuk melihat sisi perdarahan/derajat ulkus
jaringan/cedera
b. Foto rontegn (minum barium): dilakukan untuk membedakan
diagnose penyebab atau sisi lesi
c. Analisis gaster: dilakukan untuk menentukan adanya darah,
mengkaji aktivitas skretori mukosa gaster
d. Angiografi: untuk melihat vaskularisai GI. Vaskularisasi dapat dilihat
bila endoskopi tidak dapat menyimpulkan atau tidak dapat
dilakukan. Menunjukkan sirkulasi koleteral dan kemungkinan isi
perdarahan
e. Tes amylase serum: meningkat pada ulkus duodenum, bila rendah
diduga gastritis
f. Endoskopi: dapat melihat kelainan di lambung biasanya terdapat
disekitar angulus, antrum, dan prepilorus
g. Gastroskopi: untuk melihat mukosa lambung (warna, kelicinan,
tidak adanya kelainan dan tempat kelainan)
h. Pemeriksaan laboraturium
Darah lengkap: bila ditemukan leukosit menandakan infeksi
Analisis gaster: untuk mengetahui tingkat sekresi HCl, terjadi
penurunan sekresi HCl pada klien gastritis kronik
Kadar serum vit. B12, nilai normal 200-1000 Pg/ml, apabila
kadar vit. B 12 rendah maka akan terjadi anemia
megalostatik
Gastroscopy: untuk mengetahui permukaan mukosa,
mengidentifikasi area perdarahan dan mengambil jaringan
untuk biopsy.
i. Pada pemeriksaan darah selain untuk memeriksa ada tidaknya
anemia dapat juga untuk memeriksa ada tidaknya H. pylori. H.
pylori inijuga dapat diperiksa melalui biopsy mukosa, feses dan
pernafasan.

6. PENATALAKSANAAN MEDIS GASTRITIS
a) Tujuan dari diet penderita gastritis adalah :
a. Memberikan makanan yang adekuat dan tidak mengiritasi
lambung
b. Menghilangkan gejala penyakit
c. Menetralisir asam lambung dan mengurangi produksi asam
lambung
d. Mempertahankan keseimbangan cairan
e. Mengurangi gerakan peristaltik lambung
f. Memperbaiki kebiasaan makan pasien
Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau
dimakan, dicerna, dan diserap akan menghasilkan paling sedikit
susunan menu sehat dan seimbang. Menyediakan variasi
makanan bergantung pada orangnya, makanan tertentu dapat
menyebabkan gangguan pencernaan, seperti halnya makanan
pedas.
Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan
merangsang sistem pencernaan, terutama lambung dan usus
untuk berkontraksi. Hal ini akan mengakibatkan rasa panas dan
nyeri di ulu hati yang disertai dengan mual dan muntah. Gejala
tersebut membuat penderita makin berkurang nafsu makannya.
Bila kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas lebih dari satu kali
dalam seminggu selama minimal 6 bulan dibiarkan terus-menerus
dapat menyebabkan iritasi pada lambung yang disebut dengan
gastritis.
Jenis makanan pada penderita gastritis ada 2 yaitu jenis
makanan yang disarankan dan dihindari (lambung sehat.com):
1) Jenis makanan yang disarankan
Para penderita maag dan radang lambung disarankan untuk
mempertimbangkan makanan yang dapat mengurangi
serangan nyeri lambung, seperti kentang, pisang, brokoli, kol,
dan bubur.
a. Kentang
Sumber karbohidrat yang baik dan mampu memberikan
rasa kenyang yang cukup lama. Bubur kentang atau jus
kentang yang bersifat basa di pagi hari bermanfaat untuk
menetralisir asam lambung sebelum Anda menyantap
makanan lain.
b. Pisang Masak
Mengandung kalium, selain melon, pepaya dan tomat.
Kalium yang dikandung dalam buah-buahan tersebut
bermanfaat menyeimbangkan pH (derajat keasaman) di
dalam lambung. Pisang juga mampu memberi rasa
kenyang sehingga amat baik dikonsumsi di antara waktu
makan. Selain itu, pisang juga kaya akan potasium yang
mampu menormalkan peningkatan tekanan darah akibat
serangan stres.
c. Brokoli
Merupakan sumber kalium dan sulfur yang baik. Sulfur
mampu berperan sebagai antioksidan pelindung lapisan
dalam kulit lambung. Brokoli juga kaya akan vitamin C
yang baik untuk memelihara stamina tubuh. Makanan lain
yang mengandung sulfur adalah bawang merah dan
bawang putih.
d. Bubur Ayam
Bagi penderita sakit maag akut sangat berguna untuk
mencegah dan meringankan sakit. Sebaiknya hindari sate
jeroan yang sulit dicerna, namun sebagai penambah rasa
boleh ditambahkan telur rebus, kecap dan sedikit kerupuk.

2) Jenis makanan yang harus dihindari oleh penderita maag:
a. Makanan dan minuman yang terlalu banyak mengandung
gas dan serat seperti sawi, kol, nangka, pisang ambon,
kedondong, durian dan minuman bersoda.
b. Makanan yang merangsang pengeluaran asam lambung
seperti kopi, minuman beralkohol, sari buah sitrus dan
tape.
c. Makanan yang sulit dicerna dan dapat memperlambat
pengosongan lambung. Makanan jenis ini, seperti kue tart,
keju, makanan berlemak, dan cokelat, dapat
menyebabkan peningkatan peregangan di lambung dan
berakibat meningkatnya asam lambung.
d. Makanan yang mengandung cuka pedas dan merica yang
dapat merusak dinding lambung.
e. Makanan yang bersumber karbohidrat seperti beras
ketan, mie, bihun, bulgur, jagung, singkong, tales, serta
dodol.
f. Makanan yang terbuat dari santan.

b) Terapi Farmakologi
Terapinya melibatkan obat-obat yang mengurangi atau menetralkan
asam lambung seperti:
1) Anatsida. Antasida merupakan obat bebas yang dapat
berbentuk cairan atau tablet dan merupakan obat yang umum
dipakai untuk mengatasi gastritis ringan. Antasida menetralisir
asam lambung dan dapat menghilangkan rasa sakit akibat
asam lambung dengan cepat.
Efek samping antasida : umumnya antasida tidak memberikan
efek samping bila diminum sesuai anjuran. Antasida dengan
aluminium dapat menyebabkan sulit buang air besar tapi efek
ini akan hilang bila dikombinasikan dengan Magnesium.
Aluminium juga dapat menyebabkan hipofosfatemia bila
digunakan dalam jangka waktu lama. Antasida dengan
kandungan magnesium dapat menyebabkan diare. Pada
penderita ginjal dapat terjadi peningkatan kadar magnesium
dalam darah dengan gejala rasa lemah badan. penggunaan
antasida tidak boleh lebih dari 2 minggu, jika nyeri berlanjut
maka hubungi dokter.
2) Penghambat asam. Ketika antasida sudah tidak dapat lagi
mengatasi rasa sakit tersebut, dokter kemungkinan akan
merekomendasikan obat seperti cimetidin, ranitidin, nizatidin
atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam lambung yang
diproduksi.
3) Penghambat pompa proton. Cara yang lebih efektif untuk
mengurangi asam lambung adalah dengan cara menutup
pompa asam dalam sel-sel lambung penghasil asam.
Penghambat pompa proton mengurangi asam dengan cara
menutup kerja dari pompa-pompa ini. Yang termasuk obat
golongan ini adalah omeprazole, lansoprazole, rabeprazole dan
esomeprazole. Obat-obat golongan ini juga menghambat kerja
H. pylori.
4) Cytoprotective agents. Obat-obat golongan ini membantu
untuk melindungi jaringan-jaringan yang melapisi lambung dan
usus kecil. Yang termasuk ke dalamnya adalah sucraflate dan
misoprostol. Jika meminum obat-obat AINS secara teratur
(karena suatu sebab), dokter biasanya menganjurkan untuk
meminum obat-obat golongan ini. Cytoprotective agents yang
lainnya adalah bismuth subsalicylate yang juga menghambat
aktivitas H. pylori.
5) Golongan obat yang dapat digunakan untuk gastritis, yaitu :
Golongan prostaglandin E : mempunyai sifat sitoprotektif
dan anti sekretorik
Golongan protektif local : mempunyai sifat sitoprotektif
dan mampu membentuk rintangan mekanik sehingga
akan melindungi mukosa dari asam dan pepsin
Antibiotic dapat digunakan untuk menangani infeksi
Helicobacter pylori jika pasien mengalami gangguan imun
Antagonis reseptor histamine-2, misalnya cimetidine
(Tagamet), ranitidine (Zantac), atau famotidine (Pepsid)
bisa menghalangi sekresi gastric

c) Pendidikan kesehatan pada pasien gastritis
a. Makan dengan porsi sedikit tapi sering.
b. Jika pasien merasa lapar, jangan langsung minum minuman
yang mengandung kafein seperti teh, tapi digantikan dengan air
putih hangat.
c. Bila maag kambuh karena terlambat makan, jangan langsung
makan makanan berat misalnya nasi, tapi digantikan dengan
makanan ringan seperti crackers.
d. Makan secara benar, hindari makan makanan yang dapat
mengiritasi terutama makanan yang pedas dan asam
e. Makan dengan jumlah yang cukup, pada waktunya dan lakukan
dengan santai.
f. Mengunyah makanan sampai benar benar lumat.
g. Minum air putih yang banyak atau dapat digantikan dengan
minuman ber-ion.
h. Meminum obat sesuai dengan anjuran dokter.
i. Menjaga kebersihan lingkungan seperti alat alat makan,
tempat tidur, dll.
j. Hindari untuk meminum alkohol,karena alkohol dapat
mengiritasi dan mengikis lapisan mukosa dalam lambung serta
dapat mengakibatkan peradangan dan perdarahan.
k. Hindari untuk merokok, karena dapat mengganggu kerja lapisan
pelindung lambung.
l. Lakukan olahraga secara teratur, misalnya senam aerobik.
Senam aerobik dapat meningkatkan kecepatan jantung dan
pernafasan juga dapat menstimulasi aktivitas otot usus
sehingga membantu mengeluarkan limbah makanan dari usus
secara lebih cepat
m. Menghindari pemakaian aspirin saat merasa tidak enak badan,
digantikan dengan istirahat yang cukup.
n. Hindari pemakaian obat gabungan, untuk mengurangi efek
negatif obat.
o. Hindari stress yang berlebihan.

d) Tindakan keperawatan :
Untuk mengatasi muntah, beri anti emetic dan cairan IV sesuai
resep
Jika nyeri atau mual mengganggu nafsu makan pasien, beri
analgesic atau antiemetic 1 jam sebelum makan
Sarankan pasien minum steroid dengan susu, makanan atau
antacid untuk meringankan iritasi gastric
Minta pasien minum antasida antara waktu makan dan
sebelum tidur dan menghindari senyawa yang mengandung
aspirin

7. KOMPLIKASI GASTRITIS
Menurut Mansjuoer, 2001 komplikasi yang terjadi pada gastritis adalah:
a. Gastritis akut
Perdarahan saluran cerna yang berupa hematemesis dan
melena. Kadang-kadang perdarahan cukup banyak
sehingga dapat menyebabkan syok hemoragik yang bisa
menyebabkan kematian
Bisa terjadi ulkus. Pada tukak peptic penyebab utamanya
adalah H. pylori, sebesar 100% pada tukak duodenum dan
60-90% pada tukak lambung. Hal ini dapat ditegakkan
dengan pemeriksaan endoskopi
b. Gastritis kronis
Atrofi lambung dapat menyebabkan gangguan penyerapan
terhadap vitamin
Anemia pernisiosa yang mempunyai antibody terhadap
factor intrinsic dalam serum atau cairan gasternya akibat
gangguan penyerapan vit. B12
Gangguan penyerapan zat besi

8. ASUHAN KEPERAWATAN GASTRITIS
1) Pengkajian
1. Biodata Klien
Nama : Nn. P
Umur : 22 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : -
Pendidikan : Mahasiswa
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : -
Tanggal masuk : 01 Oktober 2011
Tanggal pengkajian : 03 Oktober 2011
No. CM : 01329846

2. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri di ulu hati disertai perih.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien kadang lupa makan dan gugup karena 2 hari lagi
sidang TA.
3. Factor pencetus : klien beberapa hari ini dia bekerja terus
menerus sampai lupa makan dan perasaan gugup akan
menghadapi sidang tugas akhir 2 hari lagi
4. Upaya yang telah dilakukan : minum antasida dan datang
ke puskesmas
5. Diagnosis medis : Gastritis
6. Riwayat Kesehatan dahulu
7. Riwayat Kesehatan Keluarga

3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Penampilan umum : Klien tampak lelah
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-Tanda Vital : T = 100/70 mmHg
N = 90 x /menit
R= 20 x/menit
S= 37,8
0
C

b. Integumen
1. Rambut dan kulit kepala
Warna : Hitam
Kerontokan : Tidak terjadi kerontokan.
Penyebaran : Merata
Kebersihan : Bersih, tidak tampak adanya
kotoran
2. Kulit
Warna : hitam
Tekstur : halus
Oedema : Tidak ada
Kebersihan : di kulit bagian kaki ada bekas
darah kering
3. Kuku
Warna dasar : transparan
Bentuk : Cembung
Tekstur : halus
Cyanosis : tidak ada
Sudut : sudut dasar 160
Kebersihan : tidak tampak ada kotoran

c. Kepala
Bentuk : oval
Keadaan : tidak terdapat benjolan
Keluhan : Tidak ada keluhan
Kelainan : tidak ada benjolan

d. Mata
Kesimetrisan : mata kanan dan kiri tampak
simetris
Sklera : putih kemerahan
Konjungtiva : pucat
Pergerakan bola mata : dapat digerakan ke segala arah
Reaksi pupil : terjadi miosis ketika terkena
cahaya
Fungsi penglihatan : baik, terbukti klien dapat
membaca
Kebersihan : bersih,tidak tampak ada kotoran

e. Telinga
Tekstur : halus
Kebersihan : tidak tampak adanya serumen
Kesimetrisan : telinga kanan dan kiri simetris
Fungsi pendengaran : baik,dapat menjawab

f. Hidung
Bentuk : kedua lubang hidung tampak
simetris
Tekstur : halus
Kebersihan : bersih, tidak tampak ada
kotoran
Fungsi penciuman : baik, klien dapat membedakan
wangi parfum dan kayu putih

g. Mulut
1. Bibir
Warna : merah muda
Kelembaban : lembab
kebersihan : tidak tampak adanya bekas
makanan
stomatitis : tidak ada
2. Gigi
Jumlah : 32 buah
Caries : tidak ada
3. Lidah
Warna : merah muda (tidak ada
kelainan)
Pergerakan : dapat digerakan ke segala arah
Kebersihan : tidak tampak ada kotoran
Fungsi pengecapan : dapat membedakan rasa manis
permen dan pahit obat

2) Analisis data
Data Etiologi Permasalahan
DS :
- nyeri ulu hati di sertai perih
- nafsu makan menurun

DO :
- TD : 100/70 mmHG
- N: 90x/menit
- RR: 20x/menit

Pola makan tidak teratur
gesekan antara
dinding lambung
erosi pada lambung
produksi HCl meningkat
asam di lambung
meningkat
mengiritasi mukosa
lambung nyeri
Nyeri akut
DS:
- nyeri di ulu hati dan perih
- ansietas
- mual
DO:
- distensi abdomen
factor resiko sekresi
HCL gastritis iritasi
lambung inflamasi
mukosa erosi
tonus respon
antiperistaltik refluksi
isi duodenum ke
lambung dorongan
ekspulsi isi lambung ke
mulut mual

Mual
DS :
- Nafsu makan berkurang
- Mual
- Muntah 4 kali
DO :
- TD 100/70 mmHg
- Nadi 90x/ menit
- RR 20x/ menit
Faktor Resiko Erosi
mukosa lambung
Tonur dan peristaltic
lambung menurun
Refluks isi duodenum ke
lambung
Dorongan ekspulsi isi
lambung ke mulut
Muntah
Risiko
ketidakseimbangan
elektrolit

3) Prioritas diagnose
8. Nyeri akut b.d iritasi mukosa lambung
9. Mual b.d iritasi mukosa lambung
10. Risiko ketidakseimbangan elektrolit b.d muntah

4) Asuhan keperawatan
No. Diagnose
Tujuan dan Kriteria
Hasil
Intervensi
1 Nyeri akut b.d
iritasi mukosa
lambung

Tujuan:
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1 x 24 jam
maka nyeri pasien
dapat berkurang

Kriteria Hasil:
- Pain Level
- Pain Control
- Comfort
Level
a. Mampu
mengontrol nyeri
(4)
b. Melaporkan
bahwa nyeri
berkurang
dengan
menggunakan
management
nyeri (4)
c. Mampu
1. Management Nyeri
a. Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif, lokasi, karakter,
durasi, frekuensi, faktor presipitasi
b. Observasi reaksi non verbal
ketidaknyamanan
c. Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
d. Kaji kultur yang mempengaruhi
respon nyeri
e. Evaluasi pengalaman nyeri masa
lampau
f. Evaluasi bersama pasien dan nakes
yang lain tentang ketidakefektifan
kontrol nyeri masa lampau
g. Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri pada suhu
ruangan, pencahayaan,kebisingan
h. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
i. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi ( kompres dingin atau
hangat dan distraksi serta relaksasi )
mengenali nyeri
(4)
d. Menyatakan
rasa nyaman
setelah nyeri
berkurang
e. TTV normal
f. Tidak
mengalami
gangguan tidur

j. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
k. Kolaborasikan dengan dokter jika
keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil

2. Analgetik Administration
a. Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
b. Cek instruksi dokter tentang jenis
obat, dosis, frekuensi
c. Cek riwayat alergi
d. Pilih analgetik yang
diperlukan/kombinasi dari analgetik
ketika pemberian lebih dari satu
e. Tentukan analgetik tergantung tipe
dan beratnya ( Misal: Cimentidin dan
Ratinidin )
f. Tentukan analgetik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
g. Pilih rute pemberian secara im, iv
untuk pengobatan nyeri secara
teratur
h. Berika obat dengan prinsip 5 benar
i. Monitor TTV sebelum dan sesudah
pemberian analgetik pertama kali
j. Monitor reaksi obat dan efek
sampingnya
k. Beri analgetik tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
l. Dokumentasikan respon setelah
pemberian analgetik dan efek
sampingnya

3. Tambahan
a. ajarkan teknik non farmakologi
(distraksi dan kompres
hangat/dingin)
b. Kolaborasi pemberian analgesic
simetidin 200 mg 2 x sehari atau
ranitidin 150 mg 2 x sehari

2 Mual b.d iritasi
mukosa
lambung
Tujuan:
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3x24 jam,
mual dapat
berkurang, nafsu
makan klien dapat
membaik

Kriteria Hasil:
- Nausea and
Vomitting Control
a. Klien dapat
melakukan
control
terhadap mual

- Apetite
a. Klien ada
keinginan untuk
makan
1. Nausea Management
a. Identifikasi factor yang
menyebabkan atau memperburuk
mual
b. Evaluasi pengalaman mual
sebelumnya
c. Dukung pengalaman dalam monitor
mual sebelumnya
d. Control lingkungan yang dapat
menyebabkan mual
e. Dorong istirahat dan tidur yang
adekuat untuk mengurangi mual
f. Ajarkan penggunaan teknik non
farmakologis seperti relaksasi,
distraksi, music, dll untuk
manajemen mual
g. Dorong klien untuk memakan
makanan dalam jumlah sedikit tapi
sering
h. Instruksikan makanan tinggi
karbohidrat dan rendah lemak
i. Hindari makanan yangberbau tajam
b. Klien dapat
menikmati
makanan yang
diberikan
c. Masukan
makanan
seimbang

atau merangsang mual
j. Timbang berat badan klien secara
teratur
k. Monitor efek manajemen mual
l. Kolaborasi : pemberian antiemetic
bila diperlukan

2. NIC : Nutrition Therapy
a. Berikan makanan yang dapat
menarik nafsu makan klien, baik
dari warna, tekstur, ragam dan tata
letak makanan
b. Berikan perawatan oral sebelum
makan
c. Bantu klien untuk duduk sebelum
makan
3 Risiko
ketidakseimba
ngan elektrolit
b.d muntah
Tujuan:
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan 2 x 24
jam
ketidakseimbangan
elektrolit pada
pasien tidak terjadi

Kriteria Hasil :
- Electrolyte Acid-
Base Balance
a. RR masih dalam
batas normal
(16-20 x/ menit)
b. Mual dan
1. Electrolyte monitoring
a. Identifikasi factor yang mungkin
menyebabkan ketidakseimbangan
elektrolit
b. Monitor kehilangan cairan dan
kehilangan elektolit
c. Monitor mual dan muntah
d. Monitor pengobatan dasar untuk
ketidakseimbangan elektrolit
e. Berikan tambahan elektrolit pada
klien melalui IV (intravena), jika
diperlukan
f. Anjurkan diet ketidakseimbangn
elektrolit pada pasien (makan
makanan kaya kalium dan rendah
sodium)
muntah yang
dialami pasien
menurun
g. Ajarkan pada klien untuk
meminimalkan ketidakseimbangan
elektrolit
h. Instruksikan pada klien dan
keluarga mengenai modifikasi diet,
jika diperlukan
i. Konsultasikan dengan psikis jika da
tanda dan gejala yang buruk/
mengkhawatirkan tentang
ketidakseimbangan elektrolit
j. Makan makanan yang lunak terlebih
dahulu.

REFERENSI

Okviani, Wati. 2011. Pola Makan Gastritis. http://www.library.upnvj.ac.id/-
pdf/2s1keperawatan/205312047/.pdf Diakses tanggal 20 Februari
2014.
Ester, Monica. 2001. Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Baliwati, Yayak F. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar
Swadaya
Ganong, William F. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Iskandar, H. Yul. 2009. Saluran Cerna. Jakarta: Gramedia
Anonimous, 2011. Kenapa Setelah Minum Kopi Perut Terasa Sakit.
http://cupu.web.id/kenapa-setelah-minum-kopi-perut-terasa-sakait/.
Diakses tanggal 20 Februari 2014.
Shinya, Hiromi. 2008. The Miracle of Enzyme : Self-Healing Program.
Bandung: Qanita
dr. Sadeli Ilyas, http://akfarsam.ac.id/downlot.php?file=MAAG.pdf
Lippincott Williams & Wilkins.2011.Nursing Memahami Berbagai Macam
Penyakit.Jakarta : Indeks
Nurhayati. 2010. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Gastritis.
Diakses pada
http://nurhayatiakperrsijumj.files.wordpress.com/2013/11/makalah-
gastritis.pdf tanggal 20 Februari 2014
Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
edisi 8, volume 3. Jakarta : EGC
Hadi, Soeparman. 1999. Ilmu Penyakit Dalam, jilid kedua. Depok: Balai
Pustaka FKUI
Suyono, Slamet.2001.Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : FKUI
Almatsier. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama Anonimous, 2010.
Baliwati, Yayak F. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar
Swadaya Beyer. 2004
Brunner dan Suddart, 2000, Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.
Budiyanto, Carko. 2010. Merokok Memang Ternyata Nikmat.
http://nina9yuli.student.umm.ac.id/2010/02/11/Merokok-Memang-
Ternyata-Nikmat/
Ester, Monica. 2001. Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Iskandar, H. Yul. 2009. Saluran Cerna. Jakarta: Gramedia Kelly, Gregory.
2010
Nadesul. 2005. Sakit Lambung, Bagaimana Terjadinya.
http://www.kompas.com/Sakit-Lambung-Bagaimana/Terjadinya
Soeparman, 1999, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, FKUI, Jakarta.
Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai
Penerbitan FKUI
Warianto, Chaidar. 2011. Minum Kopi Bisa Berakibat Gangguan
Pencernaan. http://www.griyawisata.com/pdf. php ? url pdf = 28640
Yayak F. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya
Beyer. 2004. Medical Nutrition Therapy for Upper Gastrointestinal
Tract Disorders.







TRIGGER
Seorang perempuan 22 tahun datang ke Puskesmas dengan nyeri di hulu
hati disertai rasa perih, nafsu makan menurun, mual dan perut kembung
disertai muntah 4 kali. Keluhan ini dirasakan dari kemarin dan sudah
minum antasida namun keluhan yang dirasakan tidak berkurang. Klien
becerita bahwa ia bekerja terus-menerus sampai lupa makan dan
perasaan gugup akan menghadapi sidang akhir 2 hari lagi. Hasil
pemeriksaan fisik klien tampak lelah, TD: 100/70 mmHg, N: 90x/menit,
RR: 20x/menit, T: 37,8
o
C dan terdapat distensi abdomen. Perawat
menyarankan klien masuk rumah sakit.

KATA-KATA SULIT
Antasida: zat penetral asam lambung
Distensi abdomen: pembesaran abdomen karena gas dalam
intestinum atau cairan dalam rongga abdomen

KEY WORD
Perempuan 22 tahun
Nyeri di hulu hati disertai rasa perih
Nafsu makan menurun, mual dan perut kembung disertai muntah 4
kali
Keluhan dirasakan dari kemarin dan sudah minum antasida namun
keluhan yang dirasakan tidak berkurang
Klien bekerja terus-menerus sampai lupa makan dan perasaan
gugup akan menghadapi sidang akhir 2 hari lagi
Hasil pemeriksaan fisik klien tampak lelah, TD: 100/70 mmHg, N:
90x/menit, RR: 20x/menit, T: 37,8
o
C dan terdapat distensi abdomen
Klien disarankan masuk rumah sakit.

LAMPIRAN DK 1

PERTANYAAN
1. Apakah ada hubungannya keluhan yang dirasakan klien dengan
usia dan jenis kelamin ?
2. Apa penyebab terjadinya nyeri di hulu hati dan perih yang
dirasakan klien ?
3. Apakah ada hubungannya nafsu makan menurun, mual, dan perut
kembung dengan nyeri di hulu hati yang dirasakan klien ?
4. Apa penyebab klien mual, perut kembung dan muntah 4 kali ?
5. Apa yang dimuntahkan klien dengan dengan kondisi seperti ini ?
6. Obat apa yang dapat digunakan selain antasida ?
7. Indikasi dan efek samping antasida ?
8. Apa yang penyebab antasida tidak berefek pada keluhan klien ?
9. Apakah hubungan pekerjaan yang terus-menerus sampai lupa
makan dan gugup dengan keluhan klien ?
10. Apakah perasaan gugup mempengaruhi kondisi klien ?
11. Apakah lupa makan dan gugup dapat mempengaruhi kerja obat ?
12. Apa yang menyebabkan suhu tubuh klien meningkat ?
13. Mengapa bisa terjadi distensi abdomen ?
14. Apa penatalaksanaan yang disarankan perawat untuk mengatasi
masalah klien ?
15. Apa efek keterlambatan penanganan pada klien ?
16. Apa alasan perawat menyarankan klien masuk rumah sakit ?
17. Adakah hubungan TD dengan keluhan klien ?

HIPOTESA
1. a. Perempuan emosi mempengaruhi kondisi
Makan terganggu pola aktifitas
terganggu
b. Usia produktif kerja perempuan (hormone tinggi)
kondisi tubuh
2. Lupa makan asam lambung tetap diproduksi sehingga pola
makan tidak terjaga nyeri di hulu hati
Stressor dinding abdomen luka
nyeri

3. Nafsu makan asam lambung tetap diproduksi kembung
Asam lambung naik
ke saluran pencernaan
atas stressor mual
muntah
4. (Sudah terjawab)
5. a. Cairan: tidak ada makanan
b. Sisa-sisa makanan
c. Darah: bila lambung luka
6. Konsultasi ke dokter dan tergantung penyebab (kondisi)
7. Antasida: asam lambung
8. a. Dosis tidak sesuai
b. Waktu minum antasida yang tidak tepat
9. (Sudah terjawab)
10. (Sudah terjawab)
11. a. Tergantung kondisi fisik dan waktu minum obat
b. Minum obat makan tetap tidak teratur tidak teratasi
stressor tidak teratasi
12. Perut kosong aktivitas tubuh suhu
asupan energy kurang
respon tubuh (suhu )
asam lambung respon
inflamasi dinding lambung
suhu
13. -
14. Edukasi pola makan dan waktu minum obat
Cara pe stressor
15. a. Kondisi tambah parah
b. obat yang diminum efeknya
c. peningkatan dosis obat
16. a. Antasida efek tidak mempengaruhipenanganan intesif di RS
b. kekurangan cairan, TD risiko syok
17. Kekurangan volume cairan TD dan N

SLO:
1. Definisi gastritis
2. Etiologi gastritis
3. Patofisiologi gastritis
4. Manifestasi gastritis
5. Pemeriksaan diagnostic gastritis
6. Penatalaksanaan medis gastritis
7. Komplikasi gastritis
8. Asuhan keperawatan gastritis
a. Nyeri akut b.d iritasi lambung
DS: nyeri ulu hati, perih dan nafsu makan
DO: TD: 100/70 mmHg, N: 90x/menit dan RR: 20x/menit

b. Mual b.d iritasi lambung
DS: nyeri, ansietas, mual, dan perih
DO: distensi lambung

c. Risiko ketidakseimbangan elektrolit b.d muntah
DS: nafsu makan berkurang, mual, dan muntah 4 kali
DO: TD: 100/70 mmHg, N: 90x/menit dan RR: 20x/menit

Anda mungkin juga menyukai