Anda di halaman 1dari 7

Gawat Janin

1. Konsep teori
 Pengertian
Di dalam kandungan, janin mendapatkan asupan nutrisi dan oksigen dari ibu
melalui plasenta. Gawat janin merupakan kondisi kekurangan oksigen atau
kekurangan asupan nutrisi di dalam kandungan. Dalam dunia medis, kondisi ini
juga dikenal dengan sebutan fetal distress.
Kondisi ini bisa terjadi sebelum persalinan (antepartum period) maupun selama
proses persalinan (intrapartum period). Gawat janin merupakan kondisi gawat
darurat yang dapat membahayakan nyawa janin sehingga membutuhkan
penanganan segera.
 Etiologi
Kondisi gawat janin ini didasari oleh adanya gangguan pada plasenta. Padahal,
plasenta bertugas mengantarkan oksigen dan nutrisi untuk janin. Namun pada
kondisi tersebut plasenta tidak bertugas sebagaimana mestinya, atau secara medis
disebut insufisiensi plasenta. Ada beberapa penyebab insufisiensi plasenta, di
antaranya adalah gangguan pembuluh darah ibu, infeksi di dalam rahim, lilitan
tali pusat, dan sebagainya.
Kondisi ibu berikut ini juga lebih rentan mengalami keadaan gawat janin:
 Memiliki riwayat janin mati di dalam kandungan
 Memiliki riwayat mengandung dengan janin yang mengalami
hambatan pertumbuhan
 Kekurangan air ketuban (oligohidramnion) atau kelebihan air ketuban
(polihidramnion)
 Hamil kembar
 Hipertensi dan preeclampsia
 Obesitas
 Sering terpapar asap rokok
 Diabetes mellitus
 Hamil lewat waktu
 ibu hamil dengan usia 40 tahun ke atas
 Faktor resiko
Gawat janin bisa terjadi bila janin tidak menerima cukup oksigen, sehingga
mengalami hipoksia. Kondisi ini dapat terjadi secara kronik (dalam jangka waktu
lama) atau akut. Adapun janin yang berisiko tinggi untuk mengalami kegawatan
(hipoksia), meliputi:
 Janin yang pertumbuhannya terhambat.
 Janin dari ibu dengan diabetes.
 Janin pre-term dan post-term.
 Janin dengan kelainan letak.
 Janin kelainan bawaan atau infeksi.

 Patway

Faktor resiko gawat janin : Faktor resiko KPD:

Hipertensi, diabetes Infeksi traktus urogenital

Restriksi pertumbuhan intrauterin Korioamnionitis

Pergerakan fetus Sosial ekonomi rendah

Kehamilan multipel Devisiensi nutrisi dan merokok

Kehilangan fungsi
DM ibu hamil
Hipetensi Cairan amnion
(hiperglikemia,hip
(vasokonstiksi) (proteksi, mobilisasi, homeostasis, mekanik)
oksemia)

Resiko sepsis
Perfusi ke janin
Kompresi tali Pergerakan fetus
s
Perfusi uterus
pusat Meconium di cairan
amnion
Hipoksia Takikardia/bradikardia
asidosis Keadaan Gawat Darurat Asidosis metabolik
 Penatalaksanaan
Terapi atau penanganan Gawat Janin
Penanganan utama gawat janin adalah melalui resusitasi intrauterin. Metode ini
meliputi penanganan dengan:
 mengganti posisi tidur ibu menjadi miring ke kiri untuk menurunkan
tekanan pada pembuluh darah vena cava di perut
 memastikan jumlah asupan cairan ibu tercukupi untuk menghindari
dehidrasi
 memantau kadar oksigen ibu
 amnioinfusion (memasukkan cairan kedalam rongga amnion/ketuban
untuk menurunkan tekanan pada tali plasenta)
 memberikan obat-obatan untuk menunda persalinan prematur dengan
menghentikan kontraksi
 memberikan infus dekstrose hipertonik secara intravena \

Akan tetapi apabila metode penanganan diatas dinilai tidak efektif atau terjadi
kasus kegawat daruratan, tindakan yang dilakukan adalah dengan
mengeluarkan bayi sesegera mungkin dengan menggunakan ekstraksi forcep,
ekstraksi cunam, vakum ekstraksi, atau bedah caesar.

 Komplikasi
1) Gawat janin atau fetal distress adalah kondisi yang menandakan bahwa
janin kekurangan oksigen selama masa kehamilan atau saat persalinan.
Kondisi ini dapat dirasakan ibu hamil dari gerakan janin yang berkurang.
2) Intrauterine growth restriction (IUGR) / pertumbuhan janin terhambat
3) Oligohidramnion
4) Lahir prematur
5) BBLR Solusio plasenta
2. Konsep ASKEP
 Pengkajian (primary survey dan secondary survey:
Airway/jalan napas
 Pastikan kepatenan jalan napas dan kebersihannya segera. Benda asing
seperti darah, muntahan, permen, gigi palsu, atau tulang. Obstruksi juga
dapat disebabkan oleh lidah atau edema karena trauma jaringan.
 Jika pasien tidak sadar, selalui curigai adanya fraktur spinal servikal dan
jangan melakukan hiperekstensi leher sampai spinal dipastikan tidak ada
kerusakan.
 Gunakan tindakan jaw thrust secara manual untuk membuka jalan napas.

Breathing/pernapasan

 Kaji irama, kedalaman dan keteraturan pernfasan dan observasi untuk


ekspansi bilateral pada dada.
 Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya krekels, wheezing, atau tidak
adanya bunyi nafas.
 Jika pernafasan tidak adekuat atau tidak ada dukungan pernafasan pasien
dengan suatu alat oksigenasi yang sesuai

Circulation/Sirkulasi

 Tentukan status sirkulasi dengan mengkaji nadi, mencatata irama dan


ritmenya dan mengkaji warna kulit.
 Jika nadi karotis tidak teraba, lakukan kompenssasi dada tertutup.
 Kaji tekanan darah
 Jika pasien hipotensi, segera pasang jalur intravena dengan jarum besar
(16-18). Mulai pergantian volume per protokol. Cairan kristaloid
seimbang (0.9% normal salin atau RL) biasanya yang digunakan
 Kaji adanya bukti perdasarahan dan kontrol perdarahan dengan penekanan
langsung.
 Jika pasien tidak bernafasa periksa denyut nadi di leher (karotis)
 Jika pasien bernafas, periksa denyut nadi pada karotis atau pada
pergelangan tangan (radial)
 Jika nadi katoris pasien teraba, tapi nadi radialis tidak maka ini tanda dari
syok.
 Jika ditemuka darah berwarna cerah dan muncrat kemungkinan berasal
dari arteri, sebaliknya bila berwarna gelap dan mengalir biasanya berasal
dari vena
 Kaji juga warna kulit, suhu tubuh dan kelembaban. Jika ditemukan kulit
pucat dan dingin menjadi indikasi syok

 Masalah keperawatan
Gawat janin adalah suatu keadaan dimana janin tidak menerima O2 cukup,
sehingga mengalami sesak. Gawat janin adalah suatu keadaan bahaya dari janin
yang secara serius dapat mengancam kesehatan janin. Frekuensi denyut janin
kurang dari 120x/menit atau lebih dari 160x/menit.
 Intervensi
Berdasarkan NOC & NIC (2013), intervensi keperawatan yang dilakukan untuk
diagnosa 1: Ansietas berhubungan stressor yaitu: Gunakan pendekatan yang
menenangkan. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur.
Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut. Berikan
informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis. Anjurkan keluarga
untuk menemani pasien. Dengarkan dengan penuh perhatian. 7) Identifikasi
tingkat kecemasan. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi. Diagnosa
2: Risiko infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini yaitu: Bersihkan
lingkungan setelah dipakai pasien lain. Batasi pengunjung bila perlu. Instruksikan
pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
meninggalkan pasien. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
keperawtan. Observasi keadaan ibu. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
lokal. Kolaborasi pemberian terapi antibiotik bila perlu. Monitor hasil
laboratorium (lekosit). Ajarkan cara menghindari infeksi
 Evaluasi
eveluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan
kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan didalam masalah dan diagnosa.
Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif
sedang sebagian belum efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Krisanty, P, dkk (2019). Askep Gawat Darurat. TIM.

Anda mungkin juga menyukai