PERSALINAN PATOLOGI
RETENSIO PLASENTA DAN SISA PLASENTA
Oleh:
Desi Rusmana
201510104260
YOGYAKARTA
2016
SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)
I. IDENTITAS
1. Mata Kuliah : Asuhan Persalinan IV B (Kebidanan Patologi)
2. Program studi : D III Kebidanan
3. Kode/ Bobot SKS : BD 4107 /2 SKS
4. Semester : IV (Empat)
5. Elemen kompetensi : MKB
6. Jenis kompetensi : Utama
7. Waktu kuliah : 1x50 Menit
8. Pokok bahasan : Asuhan persalinan patologi dengan Retensio
dan Sisa Plasenta
V. TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui perkuliahan di kelas mahasiswa dapat:
1. Menyebutkan pengertian plasenta dengan benar.
2. Menjelaskan Pengertian persalinan dengan retensio plasenta dan retensio sisa
plasenta dengan benar.
3. Mengidentifikasi klasifikasi implantasi plasenta dengan tepat.
4. Mengindentifikasi Etologi persalinan dengan retensio plasenta dan sisa plasenta
dengan benar.
5. Menentukan diagnosa persalinan dengan retensio plasenta dan sisa plasenta
berdasarkan data subyektif dan obyektif.
6. Menentukan pendokumentasian pada ibu bersalin dengan retensio plasenta
Komponen
Uraian kegiatan Estimasi Waktu
langkah
Pendahuluan a. Membuka dengan salam 5 Menit
b. Menyiapkan fisik dan psikis dengan
membaca doa sebelum dan setelah belajar
c. Melakukan apersepsi dan integrasi nilai-
nilai islam
d. Menyampaikan tujuan pembelajaran
e. Mengaitkan dengan realita kehidupan
dengan angka mortalitas karena
perdarahan yang diakibatkan oleh
manajemen kala III yang tidak sesuai
prosedur.
Inti a. Menyebutkan pengertian plasenta dengan 15 Menit
metode brainstorming. Mahasiswa
mengemukakan pendapat tentang
plasenta.
b. Menjelaskan Pengertian persalinan
dengan retensio plasenta dan retensio
sisa plasenta. Mahasiswa mendengarkan
penyampaian materi dan mengemukakan
pendapat.
c. Mengidentifikasi klasifikasi implantasi
plasenta. Mahasiswa mengkritisi
klasifikasi implantasi plasenta.
d. Mengindentifikasi Etologi persalinan
dengan retensio plasenta dan sisa
plasenta. Mahasiswa mengkritisi faktor
retensio plasenta.
e. Dapat menentukan diagnosa persalinan
dengan retensio plasenta dan sisa
plasenta berdasarkan data subyektif dan
obyektif. Mahasiswa mendiskusikan
diagnosa yang tepat untuk kasus yang
diberikan.
f. Mengimplementasikan penatalaksanaan
asuhan persalinan patologi dengan
persalinan retensio plasenta dan sisa
plasenta. Mahasiswa menyusun asuhan
kebidanan yang diberikan pada
persalinan patologi dengan retensio dan
sisa plasenta.
g. Menampilkan video tentang
penatalaksanaan retensio dan sisa
plasenta. Mahasiswa diminta
mendiskusikan penatalaksanaan yang
ditampilkan.
Penutup a. Mengevaluasi hasil pembelajaran dengan 5 menit
menjawab pertanyaan/ kuis yang
disampaikan dan memberikan evaluasi
dengan snowball, scramble dan vignette.
b. Tindak lanjut pemberian tugas pada
pertemuan selanjutnya dengan membuat
makalah dan analisis jurnal internasional
mengenai tentang persalinan patologi
dengan retensio dan sisa plasenta
penatalakanaan, serta pendokumentasian
penatalaksanaannya.
c. Menutup dengan salam
X. PENILAIAN
A. Jenis
1. Test tertulis (dengan soal vignette dan essay)
2. Tugas makalah dan analisis jurnal international tentang retensio plasenta
B. Bentuk
MCQ
C. Instrument
Terlampir
XI. SUMBER BELAJAR
Pudiastuti, Ratna Dewi. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin Patologi. Yogyakarta:
Nuha medika.
Manuaba. 2008. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
Saiffudin. 2009. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta; EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Sastrawinata. 2008. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi. Jakarta: EGC.
Sultan, P., Hilton, M. G., Butwick, A., & Carvalho, M. B. (2012). Continuous spinal
anesthesia for Cesarean hysterectomy and massive hemorrhage in a
parturient with placenta increta ´ sie rachidienne continue pour hyste ´
rectomie lors d ’ une Anesthe ´ sarienne et he ´ morragie massive chez une
parturiente ayant un ce placenta increta, 473–477.
http://doi.org/10.1007/s12630-012-9681-0 . jurnal diakses tanggal 13 maret
2016.
Yanti. 2010. Buku Ajar Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Rihama.
1. Plasenta
Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15 sampai 20
cm dan tebal lebih kurang 2.5 cm. Beratnya rata-rata 500 gram. Tali-pusat
berhubungan dengan plasenta biasanya di tengah (insertio sentralis).
Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan lebih kurang 16 minggu
dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uteri. Bila diteliti benar, maka
plasenta sebenarnya berasal dari sebagian besar dari bagian janin, yaitu vili koriales
yang berasal dari korion, dan sebagian kecil dari bagian ibu yang berasal dari desidua
basalis.
Plasenta berfungsi: sebagai alat yang memberi makanan pada janin,
mengeluarkan sisa metabolisme janin, memberi zat asam dan mengeluarkan CO2,
membentuk hormon, serta penyalur berbagai antibodi ke janin (Sastrawinata, 2008).
3. Retensio Plasenta
1. Pengertian
Retensio Plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi waktu
setengah jam. Keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak , artinya hanya
sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan tindakan plasenta manual
dengan segera (Manuaba, 2008). Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran
plasenta selama setengah jam setelah persalinan bayi, dapat terjadi retensio plasenta
berulang (habitual retension) oleh karena itu plasenta harus di keluarkan karna dapat
menimbulkan bahaya perdarahan.
Istilah retensio plasenta dipergunakan jika plasenta belum lahir ½ jam sesudah
anak lahir. (Sastrawinata, 2008)
2. Klasifikasi
Kelainan tempat implantasi plasenta bisa menjadi perdarahan potspartum yang
berbahaya dan ini menyebabkan kematian pada ibu. Angka kejadian kalainan
implantasi meningkat dari 0,8 per 1000 kelahiran di tahun 1980 menjadi 3 per 1000
kelahiran di sepuluh tahun terakhir. Angka ini juga dilihat dari peningkatan
persalinan denga sectio sesaria (Sultan, Hilton, Butwick, & Carvalho, 2012).
Berdasarkan tempat implantasinya retensio plasenta dapat di klasifikasikan
menjadi 5 bagian :
a. Plasenta Adhesiva
Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta plasenta dan melekat
pada desidua dan melekat pada desidua endometrium lebih dalam .
b. Plasenta Akreta
Implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki lapisan miometrium yang
menembus lebih dalam miometrium tetapi belum menembus serosa.
c. Plasenta Inkreta
Implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai atau memasuki miometrium,
dimana vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus desidua sampai ke
miometrium.
d. Plasenta Perkreta
Implantasi jonjot khorion plsenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai
lapisan serosa di uterus, yang menembus serosa atau peritoneum dinding rahim.
e. Plasenta Inkarserata
Tertahannya plasenta di dalam kavum uteri, disebabkan oleh kontraksi ostium
uteri (Sarwono, 2008).
3. Etiologi
Penyebab Retentio Plasenta menurut Sastrawinata (2008) adalah:
Fungsional:
a. His kurang kuat (penyebab terpenting)
b. Manajemen kala III yang tidak sesuai prosedur
c. Plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi di sudut tuba); bentuknya
(plasenta membranasea, plasenta anularis); dan ukurannya (plasenta yang
sangat kecil). Plasenta yang sukar lepas karena penyebab di atas disebut
plasenta adhesive.
Patologi – anatomi:
a) Plasenta akreta
b) Plasenta inkreta
c) Plasenta perkreta
Sebab-sebabnya plasenta belum lahir bisa oleh karena:
a. Plasenta belum lepas dari dinding uterus
b. Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan.
Apabila plasenta belum lahir sama sekali, tidak terjadi perdarahan; jika
lepas sebagian, terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk
mengeluarkannya.
Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena kontraksi uterus kurang
kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva), plasenta melekat erat pada
dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus desidua sampai miometrium-
sampai di bawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta).
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar,
disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah
penanganan kala III, sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah
uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta).
(Ratna, 2012)
4. Penatalaksanaan
Apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah anak lahir , harus diusahakan
untuk mengeluarkannya , dapat dicoba dulu dengan:
a. Plasenta Manual
Plasenta manual merupakan tindakan operasi kebidanan untuk melahirkan
retensio plasenta, teknik operasi plasenta manual tidaklah sukartetapi harus
dipikirkan jiwa penderita. Kejadian retensio plasenta berkaitan dengan :
1) Grande multipara dengan implantasi plasenta dalam bentuk plasenta
adhesive inkreta dan plasenta perkreta.
2) Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan.
3) Retensio plasenta tanpa perdarahan dapat diperkirakan yaitu darah
penderita terlalu banyak hilang, dan keseimbangan baru terbentuknya
bekuan darah sehingga perdarahan tidak terjadi, kemungkinan implantasi
plasenta terlalu dalam.
4) Plasenta manual dengan segera dilakukan karena terdapat riwayat
perdarahan post partum berulang , pada pertolongan persediaan dengan
narkosa plasenta belum lahir setelah menunggu selama setengah jam
(Manuaba, 2008).
b. Tindakan Crade
Tindakan ini banyak dianjurkan karena memungkinkan terjadinya
inversion uteri. Salah satu cara untuk membantu pengeluaran plasenta adalah
cara Brandt yaitu plasenta manual, dengan cara salah satu tangan penolong
memegang tali pusat dekat vulva, tangan yang lain diletakkan pada dinding
perut, sehingga permukaan palmar jari jari tangan terletak dipermukaan
depan rahim ( Saifuddin , 2009).
Banyak kesulitan yang dialami dalam pelepasan plasenta, plasenta
hanya dapat dikeluarkan sepotong demi sepotong dan bahaya
perdarahanserta perforasi mengancam. Apabila berhubungan dengan
kesulitan kesulitan tersebut akhirnya diagnosis plasenta inkreta dibuat,
sebaiknya usaha mengeluarkan plasenta secara bimanual dihentikan, lalu
diusahakan histerektomi ( Saifuddin , 2009 ).
4. Diagnosa
a. Penemuan secara dini, hanya dimungkinkan dengan penemuan melakukan
kelengkapan plasenta setelah dilahirkan. Pada kasus sisa plasenta dengan
perdarahan pasca persalinan lanjut, sebagian besar pasien akan kembali
lagi ke tempat persalinan dengan keluhan perdarahan 6-10 hari pulang ke
rumah dan sub involusio uterus
b. Perdarahan berlangsung terus menerus atau berulang
c. Pada palpasi didapatkan fundus uteri masih teraba lebih besar
d. Pada pemeriksaan dalam didapat uterus yang membesar, lunak, dan dari
ostium uteri keluar darah
(Saifuddin, 2009)
5. Penanganan Retensio Sisa Plasenta
a. Penemuan secara dini, hanya dimungkinkan dengan melakukan
pemeriksaan kelengkapan plasenta setelah dilahirkan.
b. Berikan antibiotika karena perdarahan juga merupakan gejala metritis.
Antibiotika yang dipilih adalah ampisilin dosis awal 1 g IV dilanjutkan
dengan 3x1 g oral dikombinasikan dengan metronidazole 1 g supositoria
dilanjutkan dengan 3x500 mg oral.
c. Dengan dipayungi antibiotika tersebut, lakukan eksplorasi digital (bila
serviks terbuka) dan mengeluarkan bekuan darah atau jaringan. Bila
serviks hanya dapat dilalui alat kuretase, lakukan evakuasi sisa plasenta
AVM atau dilatasi dan kuretase.
d. Bila kadar Hb <8gr% beri transfusi darah, bila kadar Hb> 8gr% berikan
sulfas Ferosus 600mg/ hari selama 10 hari.
(Saifuddin, 2009).
Gambar Kuretase
6. Prilaku Profesional
a. Melakukan informed consent dan tujuan dilakukan penatalaksanaan serta
menjaga pripasi pasien pada persalinan dengan retensio plasenta atau
retensio sisa plasenta.
b. Mencuci tangan sebelum melakukan penatalaksanan pada persalinan
dengan retensio plasenta.
c. Menjaga privasi, kemananan dan kenyamanan pasien selama melakukan
asuhan
d. Melakukan tindakan dengan tenang dan percaya diri.
e. Menjaga ksterilan alat saat melakukan penatalaksanaan pada persalinan
dengan retensio plasenta atau retensio sisa plasenta.
f. Menjaga kenyamanan pasien
g. Mendekontaminasi alat yang sudah dipakai.
h. Pendokumentasian aasuhan kebidanan dengan retensio plasenta
Soal Essay
1. Seorang Ibu umur 24th G2P1A0 datang ke bidan praktik mandiri mengatakan ingin
melahirkan pada pukul 01.00WIB. Jam 06.00 Bayi lahir spontan langsung menangis. TD
110/70mmHg, N 80x/m, S 36 C, Rr 20x/m. Ada sedikit semburan darah tiba – tiba.
Setelah 20 menit plasenta lahir, tampak ada bagian yang kurang dari plasenta.
Jelaskan diagnosa yang tepat terhadap kasus di atas!
2. Seorang Ibu umur 23th G2P1A0 datang ke bidan praktik mandiri mengatakan ingin
melahirkan pada pukul 01.00WIB. Jam 06.00 Bayi lahir spontan langsung menangis. TD
110/70mmHg, N 80x/m, S 36 C, Rr 20x/m. Ada sedikit semburan darah tiba – tiba.
Setelah 20 menit plasenta lahir, tampak ada bagian yang kurang dari plasenta.
Sebutkan faktor penyebab terjadinya kasus tersebut!
3. Seorang Ibu umur 24th G2P1A0 datang ke bidan praktik mandiri mengatakan ingin
melahirkan pada pukul 01.00WIB. Jam 06.00 Bayi lahir spontan langsung menangis. TD
110/70mmHg, N 80x/m, S 36 C, Rr 20x/m. Ada sedikit semburan darah tiba – tiba.
Setelah 20 menit plasenta lahir, tampak ada bagian yang kurang dari plasenta.
Uraikan secara singkat prosedur yang harus dilakukan untuk menangani kasus
tersebut!
2. Faktor penyebab
a) Pengeluaran plasenta tidak hati – hati
b) Salah pimpinan kala III: terlalu terburu – buru untuk mempercepat
lahirnya plasenta
c) Abnormalitas plasenta
Abnormalitas plasenta meliputi bentuk plasenta dan penanaman
plasenta dalam uterus yang mempengaruhi mekanisme pelepasan
plasenta.
d) Kelahiran bayi yang terlalu cepat
Kelahiran bayi yang terlalu cepat akan mengganggu pemisahan
plasenta secara fisiologis akibat gangguan retraksi sehingga dapat
terjadi gangguan retensi sisa plasenta.
3. Prosedur yang harus dilakukan
a) Penemuan secara dini, hanya dimungkinkan dengan melakukan pemeriksaan
kelengkapan plasenta setelah dilahirkan.
b) Berikan antibiotika karena perdarahan juga merupakan gejala metritis.
Antibiotika yang dipilih adalah ampisilin dosis awal 1 g IV dilanjutkan dengan
3x1 g oral dikombinasikan dengan metronidazole 1 g supositoria dilanjutkan
dengan 3x500 mg oral.
c) Dengan dipayungi antibiotika tersebut, lakukan eksplorasi digital (bila serviks
terbuka) dan mengeluarkan bekuan darah atau jaringan. Bila serviks hanya
dapat dilalui alat kuretase, lakukan evakuasi sisa plasenta AVM atau dilatasi
dan kuretase.
d) Bila kadar Hb <8gr% beri transfusi darah, bila kadar Hb> 8gr% berikan sulfas
Ferosus 600mg/ hari selama 10 hari.
Scramble
Kolom A Kolom B
Tindakan yang dilakukan bila plasenta tidak LUANAM TASENPLA
lahir selama 30 menit. Ada semburan darah
dijalan lahir?
Tindakan apa yang dilakukan Bidan bila KURUJ
plasenta tidak lahir dalam 30 menit dan tidak
ada tanda – tanda pelepaan plasenta?
Diagnosa apa yang tepat untuk plasenta yang SIOTENER ASIS SENPLATA
lahir akan tetapi ada bagian yang kurang di
dalamnya?
4. Seorang ibu bersalin kala III P1A0 TD 100/80 mmhg, N 80 x/m, S 36 C R 20 x/m.
Setelah 30 menit plasenta tidak kunjung lahir. Ibu tidak pernah USG, tidak ada tanda
– tanda pelepasan plasenta seperti sumbaran darah tiba – tiba. Bidan memutuskan
untuk merujuk pasien.
Apakah klasifikasi plasenta dalam kasus di atas sehingga asien dirujuk ?
a. Plasenta letak rendah
b. Plasenta increata
c. Plasenta previa
d. Plasenta normal
e. Plasenta di corpus
SOAL VIGNNETE
ID 01
Tinjauan 2 Kognitif
Tinjauan 3 Bersalin
Tinjauan 4 Kegawatdaruratan
Tinjauan 5 Pengkajian
Tinjauan 6 Individu
Vignete Seorang ibu P1A0 umur 23 tahun melahirkan di Bidan Praktik. Dengan vital sign TD
90/60mmHg, N 76x/m, S 36 C, Rr 18 x/m. Setelah 30 menit bayi lahir plasenta belum
keluar. Tidak ada tanda – tanda pelepasan plasenta. Sudah diberikan suntik oxytocin
kedua. Bidan memutuskan untuk merujuk pasien.
ID 02
Tinjauan 1 Komunikasi efektif
Tinjauan 2 psikomotor
Tinjauan 3 Bersalin
Tinjauan 4 Kegawatdaruratan
Tinjauan 5 Perencanaan
Tinjauan 6 keluarga
Vignete Seorang ibu P1A0 umur 23 tahun melahirkan di Bidan Praktik. Dengan vital sign TD
90/60mmHg, N 76x/m, S 36 C, Rr 18 x/m. Setelah plasenta lahir ternyata ada bagian
plasenta yang tidak utuh dan terjadi perdarahan.
Referensi Yanti. 2010. Buku Ajar Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Rihama.
ID 03
Tinjauan 2 Psikomotor
Tinjauan 3 Bersalin
Tinjauan 4 Kegawatdaruratan
Tinjauan 5 Implementasi
Tinjauan 6 Individu
Vignete Seorang ibu P1A0 umur 23 tahun melahirkan di Bidan Praktik. Dengan vital sign TD
90/60mmHg, N 76x/m, S 36 C, Rr 18 x/m. Setelah 30 menit bayi lahir plasenta belum
keluar. Ada tanda – tanda pelepasan plasenta dan sudah diberikan oxytocin kedua.
Referensi Yanti. 2010. Buku Ajar Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Rihama.
ID 04
Tinjauan 2 Psikomotor
Tinjauan 3 Bersalin
Tinjauan 4 Kegawatdaruratan
Tinjauan 5 Diagnosis
Tinjauan 6 Individu
Vignete Seorang ibu P1A0 umur 23 tahun melahirkan di Bidan Praktik. Dengan vital sign TD
90/60mmHg, N 76x/m, S 36 C, Rr 18 x/m. Setelah 30 menit bayi lahir plasenta belum
keluar. Tidak ada tanda – tanda pelepasan plasenta. Sudah diberikan suntik oxytocin
kedua.
Referensi Pudiastuti, Ratna Dewi. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin Patologi. Yogyakarta:
Nuha medika.
ID 05
Tinjauan 2 Psikomotor
Tinjauan 3 Bersalin
Tinjauan 4 Kegawatdaruratan
Tinjauan 5 Implementasi
Tinjauan 6 Individu
Vignete Seorang ibu P1A0 umur 23 tahun melahirkan di Bidan Praktik. Dengan vital sign TD
90/60mmHg, N 76x/m, S 36 C, Rr 18 x/m. Setelah 30 menit bayi lahir plasenta belum
keluar. Ada tanda – tanda pelepasan plasenta. Sudah diberikan suntik oxytocin kedua.
Referensi Saiffudin. 2009. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta; EGC
ID 06
Tinjauan 2 Konatif
Tinjauan 3 Bersalin
Tinjauan 4 Kegawatdaruratan
Tinjauan 5 Evaluasi
Tinjauan 6 Individu
Vignete Seorang ibu P1A0 umur 23 tahun melahirkan di Bidan Praktik. Dengan vital sign TD
90/60mmHg, N 76x/m, S 36 C, Rr 18 x/m. Setelah 30 menit bayi lahir plasenta belum
keluar. Ada tanda – tanda pelepasan plasenta. Sudah diberikan suntik oxytocin kedua.
Sudah dilakukan manual plasenta. Perdarahan banyak tapi bisa teratasi. Bidan
memberikan konseling agar dilakukan pemeriksaan laboratorium.
ID 07
Tinjauan 2 Psikomotor
Tinjauan 3 Bersalin
Tinjauan 4 Kegawatdaruratan
Tinjauan 5 Pengkajian
Tinjauan 6 Individu
Vignete Seorang ibu P1A0 umur 23 tahun melahirkan di Bidan Praktik. Dengan vital sign TD
90/60mmHg, N 76x/m, S 36 C, Rr 18 x/m. Setelah 30 menit bayi lahir plasenta belum
keluar. Tidak ada tanda – tanda pelepasan plasenta. Ibu tersebut di rujuk ke rumah
sakit. Sesampai di rumah sakit bidan jaga memutuskan untuk mempersiapkan
pemeriksaan dengan alat dan yang lain diminta untuk menghubungi dokter jaga.
Pilihanjawaban A. USG
B. Vital sign
C. Antropometri
D. CT Scan
E. Hb
Kunci Jawaban A
Referensi Sultan, P., Hilton, M. G., Butwick, A., & Carvalho, M. B. (2012). Continuous spinal
anesthesia for Cesarean hysterectomy and massive hemorrhage in a parturient with
placenta increta ´ sie rachidienne continue pour hyste ´ rectomie lors d ’ une Anesthe ´
sarienne et he ´ morragie massive chez une parturiente ayant un ce placenta increta,
473–477. http://doi.o