Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PSIKOLOGI KEHAMILAN

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1
RAHMI FITRIANI

ISMAWATI RAMLI

AFRIANI

FARHANA

RAMI

ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP

TAHUN AJARAN 2020/2021


Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Psikologi Kehamilan ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Dosen Ibu
Resmawati S.ST.M.Keb pada mata kuliah Psikologi Kehamilan, Persalinan dan Nifas. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Psikologi Kehamilan  bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

ii
Daftar isi
Kata Pengantar..................................................................................................................ii

Daftar isi. . ........................................................................................................................iii

Bab I Pendahuluan.............................................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rmusan Masalah...................................................................................................3
C. Tujuan Makalah.....................................................................................................3

Bab II Pembahasan .........................................................................................................4

A. Tahapan psikologis ibu hamil................................................................................4


1. Trimester I.......................................................................................................4
2. Trimester II......................................................................................................4
3. Trimester III.....................................................................................................5
B. Dukungan suami pada Psikologis ibu hamil..........................................................6

Bab III Lampiran Kasus...................................................................................................7

A. Identitas .........................................................................................................7
B. Gangguan Psikologis yang Dialami Ny.P.............................................................7
C. Dokumentasi Wawancara......................................................................................8

Bab IV Penutup ..........................................................................................................9

A. Kesimpulan ..........................................................................................................9
B. Saran ........................................................................................................10

Daftar isi…………. .........................................................................................................iv

iii
BABI

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Seorang ibu yang sedang mengalami kehamilan pertama akan merasa berbeda
baik secara psikis maupun secara fisik. Perubahan yang terlihat jelas adalah
perubahan fisik yang ditandai dengan kenaikan berat badan, perut yang membuncit
dan payudara yang membesar. Perubahan fisik tersebut mau tidak mau akan
memberikan pengaruh juga terhadap kondisi psikologis ibu. Adanya perubahan
tersebut akan menimbulkan suatu kesadaran dalam diri ibu tersebut bahwa ada yang
tidak sama, dan dapat memberikan efek negatif dan positif kepada ibu yang
bersangkutan (Gredler, 2002).
Pada beberapa wanita, kehamilan pertama juga menimbulkan hal-hal yang
berbeda yang tidak dirasakan oleh wanita lainnya secara umum. Pada beberapa
wanita kehamilan pertama dapat menjadi suatu beban dan rasa terbuang karena tidak
dapat melakukan aktivitas keseharian seperti biasa sebelum adanya kehamilan.
Dalam beberapa kasus teijadi wanita yang merasa dirinya terbuang dan disisihkan
dari pergaulan dan hal tersebut akan menimbulkan tekanan secara psikologis yang
dapat menimbulkan stress pada wanita (Aprianawati dan Sulistyorini, 2010).
Berdasarakan survei LSI, diketahui bahwa dari 100 orang ibu yang mengalami
kehamilan untuk pertama kali, terdapat sekitar 52 orang yang mengalami kecemasan
dan gangguan psikologis yang disebabkan oleh ketidaktahuan mereka akan kondisi
sedang dialami (Hasil Survei LSI tahun 2007). Ketidaktahuan akan kondisi yang sedang
mereka alami tersebut akan menyebabkan penanganan yang salah dalam
menyikapi masa kehamilan untuk pertama kalinya.Berdasarkan data1 dari Klinik Bersalin
Nurul Trisulo di Bekonang tahun 2011 pada bulan Desember-Februari 2011 sejumlah 16 ibu
hamil, enam diantaranya ibu hamil kehamilan pertama dengan usia kehamilan sama yaitu
sembilan bulan atau masa dimana akan menghadapi persalinan mengalami cemas bahkan
stress, karena kondisi emosional ibu hamil yang labil saat menghadapi persalinan berupa rasa
tegang di otot dan kelelahan, terutama di otot-otot dada, leher dan punggung, gelisah
serta gangguan tidur dan keluhan pada perut. Labilitas emosi tersebut dapat juga
ditunjukkan dengan menangis tanpa sebab bahkan beberapa waktu bisa tertawa.

1
Menurut bidan yang menanganinya bahwa ibu yang menangis pada masa kehamilan
merupakan bentuk stres ibu hamil kehamilan pertama.

Banyak wanita yang melaporkan bahwa menjadi hamil adalah suatu pengalaman kreatif
yang memuaskan suatu narsistik yang mendasar. Perilaku negatif terhadap kehamilan
seringkah disertai dengan rasa takut akan kelahiran anak atau peranan menjadi ibu. Selama
kehamilan, khususnya jika merupakan kehamilan yang pertama, ibu merekapitulasi stadium
awal perkembanganya sendiri. Rasa takut yang tidak disadari dan khayalan yang
berhubungan dengan kehamilan pertama sering kali merupakan pusat konsep penggabungan
dengan ibunya sendiri. Jika ibunya sendiri merupakan model peran yang buruk, rasa
kompetensi maternal wanita tersebut mungkin terganggu, dan tidak adanya kepercayaan
sebelum dan sesudah kelahiran bayi teijadi (Kartono, 1998).

Irwan. Irawan, 2001, Daftar Pasien Klinik Bersalin Nurul Trisolo, Bekonang Sukohaijo,

Ibu hamil dituntut menjaga hati, perasaannya agar tidak terpancing emosi.
Karena emosi disini akan mengganggu pertumbuhan janin didalam perutnya. Jadi
suami atau orang terdekat disekitar ibu hamil harus menjaga kestabilan emosi
dengan baik. Emosi itu merupakan bentuk luapan perasaan bisa positif atau negatif
yang ditunjukkan kepada seseorang atau sesuatu. Reaksi emosi itu bisa berupa
positif berupa rasa senang, bahagia atau negatif berupa marah, sedih bahkan
menangis. Kadang ibu hamil cenderung memunculkan gangguan emosional yang
berupa perubahan fisik maupun psikis yang terjadi selama kehamilan (Wulandari,
2004).
Dijelaskan Aprianawati dan Sulistyorini (2010) bahwa kecemasan dapat
menimbulkan individu mudah marah atau tersinggung, gelisah, tidak mampu
memusatkan perhatian, ragu-ragu, bahkan kemungkinan ingin lari dari kenyataan
hidup. Kondisi ini dapat menyebabkan kecemasan dan ketegangan lebih lanjut
sehingga membentuk suatu siklus umpan balik yang dapat meningkatkan intensitas
emosional secara keseluruhan. Oleh sebab itu, ibu hamil perlu mengendalikan diri
agar dapat menjaga kestabilan emosinya.
Ketidakstabilan emosi ibu hamil mempengaruhi tingkat kecemasan ibu hamil.
Kecemasan ibu hamil dipengaruhi oleh oleh faktor instrinsik dan ekstrinsik.
Dijelaskan oleh Kuncoro (dalam Puspitasari, dkk, 2010) bahwa faktor-faktor
intrinsik yang mempengaruhi kecemasan antara lain keadaan pribadi individu,

2
tingkat pendidikan, pengalaman yang tidak menyenangkan, dan faktor ekstrinsik
yaitu dukungan sosial yang dapat diperoleh dari lingkungan keluarga atau
lingkungan tempat tinggal individu.

B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah diatas, ada keterkaitan antara tipe kepribadian
dengan kecemasan pada ibu hamil serta bagaimana dukungan suami dapat memengaruhi
kecemasan pada ibu hamil. Sehingga dapat diidentifikasi bahwa masalah penelitian ini
dapat dirumuskan kedalam beberapa pertanyaan, dintaranya:
1. Apakah terdapat pengaruh terhadap kecemasan pada ibu hamil?
2. Apakah terdapat pengaruh dukungan suami terhadap kecemasan pada ibu hamil?
3. Apakah kepribadian dukungan suami dan keluarga secara bersama-sama berpengaruh
terhadap kecemasan pada ibu hamil?
C. Tujuan Makalah
Tujuan ini adalah untuk memperoleh data dan informasi yang relevan dengan masalah
yang telah dirumuskan, kemudian dianalisis dan ditarik kesimpulan. Selain itu tujuan
adalah untuk menguji:
1. Pengaruh terhadap kecemasan pada ibu hamil
2. Pengaruh dukungan suami terhadap kecemasan pada ibu hamil
3. Pengaruh dukungan suami dan keluarga secara bersama-sama terhadap kecemasan
pada ibu hamil

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tahapan Psikologis pada Ibu Hamil

1. Trimester pertama

Dalam beberapa bulan pertama kehamilan, Bunda akan mengalami kelelahan, mual,
nyeri punggung bawah dan sebagainya. Progesteron juga dikaitkan dengan perubahan
suasana hati, kewaspadaan, dan menangis tanpa alasan.

Sangat umum bagi ibu yang baru pertama kali mengalami gejala kecemasan ringan. Ini
disebabkan oleh rasa takut kehilangan anak, dan hampir setiap ibu hamil dalam situasi ini
memiliki kekhawatiran yang sama persis.

Cara mengatasinya:

1. Cari kesibukan agar Bunda tidak memiliki celah untuk berpikir hal-hal negatif dan
stres.

2. Cari dukungan agar Bunda tidak merasa kesepian. Komunikasikan segala yang
Bunda rasakan dan butuhkan kepada orang tua, keluarga dan teman.

3. Memahami situasi yang sedang terjadi itu penting, sehingga Bunda bisa
mengatasinya.

4. Meditasi atau melakukan yoga bisa menjadi solusi untuk menghilangkan stres dan
membuat rileks selama kehamilan.

2. Trimester kedua

Pada trimester sebelumnya, seperti kelelahan, perubahan suasana hati, mual di pagi
hari biasanya hilang pada trimester kedua. Tapi sebagai gantinya, Bunda mungkin akan
menjadi pelupa dan kurang teratur dari biasanya.

4
Peningkatan berat badan dan ekspansi fisik tubuh juga bisa menimbulkan masalah
pada tampilan. Meski emosi kehamilan pada trimester ini biasanya tidak terlalu ekstrem,
tapi tetap dapat mempengaruhi secara signifikan.

Cara mengatasinya:

1. Belajar menangani beberapa hal yang dikhawatirkan. Dokter mungkin akan


menyarankan untuk melakukan tes darah atau tes amniosentesis untuk memprediksi
cacat lahir pada janin seperti Down's Syndrome.

2. Bangun ikatan dengan pasangan. Penting bagi Bunda dan Ayah menghabiskan waktu
berkualitas bersama. Cara ini berguna untuk mempertahankan ikatan emosional Bunda.

3. Belajar untuk mencintai diri sendiri meskipun mengalami perubahan fisik dalam
perkembangan janin. Jika kenaikan berat badan sangat mempengaruhi, Bunda dapat
mencoba latihan kardio sederhana yang disetujui oleh dokter. Selain tetap fit, kardio
dapat mengurangi kemungkinan diabetes saat kehamilan.

3. Trimester ketiga

Pelupa dan hal lain dari trimester sebelumnya mungkin masih Bunda alami. Namun
saat semakin mendekatinya tanggal kelahiran, Bunda mungkin mulai mengalami sedikit
kecemasan tentang persalinan.

Bunda juga akan mengalami lebih banyak sakit fisik, seperti sakit punggung, leher,
kaki dan tulang rusuk. Rasa sakit ini akan memperburuk suasana hati.

Cara mengatasinya:

1. Tetap tenang meski merasa cemas dengan waktu persalinan yang semakin dekat.
Bunda sudah mulai bisa untuk mempertimbangkan proses persalinan dan dampak yang

5
akan dimiliki bayi. Stres emosional selama kehamilan dapat memiliki efek negatif
pada bayi.
2. Penelitian telah menunjukkan bahwa wanita yang memiliki jumlah hormon stres yang
tinggi, kortisol, jauh lebih mungkin mengalami keguguran. Karena itu, Bunda bisa
melakukan latihan yoga, pernapasan dan meditasi agar lebih rileks dan positif.
3. Kunjungan dokter kandungan di trimester akhir ini sangat penting. Hormon Bunda
akan mengalami perubahan lebih dari sebelumnya, sehingga menanyakan pada dokter
tentang bagaimana cara menghadapinya menjadi cara yang bijak.
4. Persiapkan rumah untuk menyambut bayi yang baru lahir. Ini termasuk membuat
ruang tidur anak dan memastikan memiliki persediaan dasar seperti popok, obat bayi,
botol susu, dan sebagainya. Selain itu, ini bisa menjadi pengalihan dari stres dan
kecemasan
C. Dukungan Suami Terhadap Ibu Hamil
Dukungan suami dapat diberikan dalam beberapa bentuk, yaitu, dukungan
informasional. Dukungan instrumental, dukungan emosional dan dukungan penilaian.
Dukungan suami merupakan sikap, tindakan dan penerimaan segala hal yang teijadi pada
istrinya. Suami akan selalu mendukung dan selalu siap siaga memberikan pertolongan jika
diperlukan. Suami adalah orang yang pertama kali yang menjadi sumber pertolongan istri
yang sedang hamil, diantaranya. kesehatan ibu hamil dalam hal kebutuhan makan dan
minum, istirahat, terhindarnya ibu hami dari kelelahan, dan lain-lain. Dukungan konkrit
suami kepada istrinya berupa mengajak istrinya untuk mencari pertolongan kepada
penyedia layanan seperti dokter,bidan, puskesmas dan rumah sakit, lalu dukungan
informasional suami dapat berupa informan seperti pemberian saran, sugesti, informasi
yang bisa digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan
informasional ini adalah dapat menekan munculnya suatu stress karena informasi yang
diberikan dapat memberikan sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam
dukungan informasional ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian
informasi. Suami bertindak sebagai pembimbingyang memberikan umpan balik dan
menengahi pemecahan masalah. Selain itu, suami juga dapat memberikan support,
penghargaan dan perhatian. Bentuk dukungan emosional suami adalah sebagai tempat yang
aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan

6
BAB III

LAMPIRAN KASUS
A. Identitas

Nama = Ny P

Usia = 19 thn

Pekerjaan = Mahasiswi dan Ibu Rumah Tangga

Agama = Islam

Kehamilan = 1 (pertama)

Usia kehamilan = 5 bulan (21 minggu )

B. Gangguan psikologis kehamilan yang dialami Ny.P

1. TRIMESTER I (1-3) BULAN

Gangguan psikologis yang dialami Ny.P pada masa kehamilan yang masih awal-
awal ialah pusing, suasana hati yang berubah-ubah, cemas, mual-mual, muntah setelah
makan dan kelelahan.

2. TRIMESTER II (4-5) BULAN

Pada trimester sebelumnya, seperti kelelahan, perubahan suasana hati, mual di pagi
hari biasanya hilang pada trimester kedua. Tapi sebagai gantinya, Ny.P mengalami
tidur yang kurang teratur dari sebelumnya
Peningkatan berat badan dan ekspansi fisik tubuh juga terjadi pada Ny. P dan
membuat beliau merasa cemas akan perubahan yang berkelanjutan sampai melahirkan

7
C. Dkumentasi wawancara

8
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Tingginya rasa cemas pada ibu hamil terutama pada masa kehamilan trimester ketiga
teijadi karena pada setiap wanita hamil pasti akan dihinggapi berbagai macam perasaan
seperti perasaan kuat dan berani menanggung segala beban, rasa takut, ngeri, rasa cinta,
benci, keraguan, kepastian, kegelisahan, rasa tenang , harapan penuh kegembiraan, dan rasa
cemas yang dialami akan menjadi lebih intensif pada saat mendekati masa kelahiran bayinya
Penyebab kecemasan pada masa kehamilan terutama pada kehamilan trimester ketiga dalam
hal ini contohnya seperti rasa cemas dan takut mati, trauma kelahiran, perasaan bersalah atau
berdosa dan ketakutan riil seperti ketakutan bayinya lahi rcacat. Pada saat yang sama, ibu
hamil juga merasakan kegelisahan mengenai kelahiran bayinya dan permulaan dari fase baru
dalam hidupnya.

Hasil penulisan ini sesuai dengan pernyataan- pernyataan di atas bahwa dukungan
suami memiliki peran yang tinggi terhadap kecemasan yang dialami ibu hamil. Dukungan
suami dapat diberikan dalam beberapa bentuk, yaitu, dukungan informasional. Dukungan
instrumental, dukungan emosional dan dukungan penilaian. Dukungan suami merupakan
sikap, tindakan dan penerimaan segala hal yang teijadi pada istrinya. Suami akan selalu
mendukung dan selalu siap siaga memberikan pertolongan jika diperlukan. Suami adalah
orang yang pertama kali yang menjadi sumber pertolongan istri yang sedang hamil,
diantaranya. kesehatan ibu hamil trimester ketiga dalam hal kebutuhan makan dan minum,
istirahat, terhindarnya ibu hami trimester ketiga dari kelelahan, dan lain-lain. Dukungan
konkrit suami kepada istrinya berupa mengajak istrinya untuk mencari pertolongan kepada
penyedia layanan seperti dokter,bidan, puskesmas dan rumah sakit, lalu dukungan
informasional suami dapat berupa informan seperti pemberian saran, sugesti, informasi yang
bisa digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan
informasional ini adalah dapat menekan munculnya suatu stress karena informasi yang
diberikan dapat memberikan sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam
dukungan informasional ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.
Suami bertindak sebagai pembimbingyang memberikan umpan balik dan menengahi
pemecahan masalah. Selain itu, suami juga dapat memberikan support, penghargaan dan
perhatian. Bentuk dukungan emosional suami adalah sebagai tempat yang aman dan damai

9
untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari
dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya
kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penulisan, maka saran-saran yang dapat diberikan penulis untuk ibu
hamil yaitu sebaiknya ibu hamil dalam menjalani kehamilannya berusaha terbuka mengenai
hal-hal yang dirasakannya kepada suami dan lingkungan sosialnya, karena hal ini dapat
membantu komunikasi diantara suami dan istri untuk menghadapi masa kehamilan terutama
masa menjelang persalinan dengan baik, selama kehamilan ibu hamil memperluas wawasan
mengenai persalinan dan hal-hal yang berhubungan dengan parenting, berusaha terbuka
dengan lingkungan sosial mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kehamilannya, hal ini
diperlukan guna memberikan wawasan untuk ibu hamil sehingga dapat mengantisipasi hal-
hal yang dapat menggangu selama masa kehamilan ;
Saran untuk para Suami sebaiknya para suami selalu mendampingi ibu hamil
selama masa kehamilan terutama menjelang masa persalinan dengan cara memberikan
perhatian, dukungan dan bantuan, dan mengembangkan komunikasi yang baik dengan ibu
hamil.
Hal ini perlu dilakukan agar ibu hamil merasa mendapatkan dukungan dari suaminya dan
menciptakan rasa aman, dan dapat meminimalisasikan kecemasan dalam menghadapi
persalinan, jika suami tidak bisa menemani istri pada masa kehamilan, usahakan untuk selalu
memberikan kabar dan perhatian agar ibu hamil selalu merasa nyaman dan aman serta
merasa bahwa beban kehamilannya tidak dirasakan sendiri tetapi suami juga ingat dengan
kewajibannya sebagai ayah dan suami

10
Daftar isi

http://eprints.ums.ac.id/17311/2/BAB_I.pdf

25043-1-49495-1-10-20161206.pdf

http://repository.wima.ac.id/3799/2/Bab%201.pdf

iv

Anda mungkin juga menyukai