Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. R USIA 42 TAHUN P3A0 DENGAN


BENJOLAN MENGGUNAKAN METODE PERAWATAN PAYUDARA

Laporan kasus ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan ujian
praktik melalui metode ujian case report pada mata kuliah Komplementer
semester Genap TA. 2021/2022

Disusun Oleh :

MARLINA
211560412099

PROGRAM STUDI KEBIDANAN (S1) DAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN 


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN 
MEDISTRA INDONESIA
BEKASI 2022

Lembar Pengesahan Laporan

Tanggal Ujian Screenshoot Foto Ujian

Mahasiswa Tanda Tangan Mahasiswa


Nama    : Marlina
NPM     : 211560412099

Dosen Penguji  
Nama   : Evi Nur Akhiriyanti, SST,.Mn.Mid
NIDN   : 
A. GAMBARAN KASUS
Ny. Rini usia 42 tahun P3A0 datang ke TMPB meriska mengatakan
keluhan teraba benjolan keras dan tidak bergerak pada payudara kiri, data
objektif yang di dapatkan : Keadaan umum baik, TD: 120/80 mmHg, nadi
78x/m, suhu 36,5◦C, berat badan 60 kg, dengan keluhan yang di
sampaikan tersebut, bidan meriska menyarankan untuk dilakaukan
pemeriksaan. Pemeriksaaan yang dimaksud ? bagaimana
penatalaksanaannya?

B. TINJAUAN TEORI
A.      Masa Nifas
1.    Pengertian
Masa nifas (puerperium) adalah dimulai sejak 2 jam setelah
lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu.
Puerperium yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan parous artinya
melahirkan. Jadi, puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi yaitu
masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat
kandungan kembali seperti pra hamil (Rini & Kumala, 2017)
2.    Tujuan Asuhan masa Nifas
Menurut Rini & Kumala (2017) tujuan asuhan masa nifas adalah :
a. Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas
Tujuannya untuk mendeteksi adanya kemungkinan pendarahan
postpartum dan infeksi diwaspadai sekurang-kurangnya 1 jam postpartum
untuk mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan.
b. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya
Menjaga kesehatan baik fisik maupun psikologis harus diberikan
oleh penolong persalinan. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan
badan terutama membersihkan bagian kelamin.
c. Melaksanakan skrining secara komprehensif
Yaitu dengan mendeteksi masalah, mengobati dan merujuk bila
terjadi terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi. Pengawasan yang
dilakukan adalah pemeriksaan plasenta, pengawasan TFU, pengawasan
TTV, konsistensi rahim dan pengawan KU ibu.
d.  Memberikan pendidikan kesehatan diri
Memberikan pelayanan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi,
KB, menyusui, pemberian imunisasi, dan perawatan bayi sehat.
e.  Memberikan pendidikan tentang laktasi dan perawatan payudara
1. Menjaga payudara tetap bersih dan kering
2. Menggunakan BH yang menyokong payudara
3. Apabila puting susu lecet, oleskan colestrum atau ASI yang keluar
pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui.
4. Lakukan pengompresan apabila bengkak dan terjadi bendungan ASI
B.   Konseling tentang KB         
1. Tahapan masa nifas
Menurut Rini & Kumala (2017) yaitu:
a. Puerperium dini
Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan
berjalan, serta menjalankan aktivitas layaknya wanita normal (40
hari)
b. Puerperium intermidiate

Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang


lamanya sekitar 6-8 minggu.

c. Puerperium remote
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai
komplikasi.
 
2.    Tanda bahaya masa nifas
Menurut Pitriani & Andriyani (2015) berikut adalah tanda-tanda bahaya
dimasa nifas :
a. Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba,
perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam setelah anak
lahir. Perdarahan bisa disebabkan kontraksi uterus yang tidak baik
serta adanya laserasi jalan lahir.
b. Ibu demam tinggi, suhu tubuh > 38°C. Jika ibu memiliki suhu
tubuh yang tinggi, kita harus mewaspadai adanya kemungkinan
infeksi pada ibu tersebut atau ibu mengalami dehidrasi.
c. Kontraksi uterus tidak baik, disebabkan oleh peregangan uterus
yang tidak maksimal, keadaan umum ibu lemah.
d. Lochea yang berbau tidak enak, bau yang normal adalah seperti
bau darah menstruasi biasa
e. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri apigastric, atau masalah
penglihatan
f. Pembengkakan pada wajah dan tangan, muntah, rasa sakit sewaktu
buang air seni, atau merasa tidak enak badan,
g. Payudara yang memerah, panas, atau sakit, adanya bendungan ASI
bisa disebabkan karena ibu tidak mau menyusui bayinya atau ibu
memiliki masalah dengan putting susu sehingga ASI tidak lancar
keluar.

5.    Perubahan fisik yang terjadi pada masa nifas


Perubahan Fisik Yang Terjadi Pada Masa Nifas menurut Sriwahyu
Ningsih (2019) :
a. Uterus
1. Setelah plasenta lahir, uterus akan mulai mengeras karena
kontraksi dan retraksi otot-otot. Uterus berangsur-angsur akan
mengecil sampai keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan
normal pada uterus selama post partum adalah sebagai berikut :
2. Tabel 2.2 Perubahan Uterus Masa Nifas

Involusi Tinggi Berat Diameter


Uteri Fundus Uteri Uterus Uterus
Plasenta Setinggi 1000 12,5 cm
lahir pusat gram
7 hari Pertengahan 500 7,5 cm
(minggu pusat dan gram
1) simpisis
14 hari Tidak teraba 350 5cm
(minggu gram
2)
6 mingu Normal 60 2,5 cm
gram

b. Lochea
1. Lochea adalah cairan yang berasal dari cavum uteri dan vagina
selama post partum. Berikut adalah macam-mcam lochea :
1. Tabel 2.3 Macam-Macam Lochea

Lochea Waktu Warna Ciri-ciri


Rubra 1-3 Merah Terdiri dari
hari kehitaman sel desidua,
verniks
caseosa,
rambut
lanugo, sisa
mekoneum
dan sisa
darah
Sanguilenta 3-7 hari Putih bercampur Sisa darah
merah bercampur
lendir
Serosa 7-14 hari Kekuningan/ Lebih sedikit
kecoklatan darah dan lebih
banyak serum,
juga terdiri dari
leukosit,
eritrosit dan
robekan laserasi
plasenta.
Alba >14 hari Putih Mengandung
leukosit, selaput
lendir servik
dan serabut
jaringan yang
mati.

c. Serviks
Setelah persalianan serviks terbuka lebar, setelah 7 hari hanya
dapat dilalui 2-3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks akan
menutup kembali.
d. Perinium dan vagina
Vagina secara berangsur-angsur mulai berkurang luasnya, tetapi
jarang sekali kembali seperti ukuran nullipara, minggu ke 3 ruggae vagina
mulai kembali seperti keadaan tidak hamil. Perineum yang terdapat
laserasi atau jahitan serta udem akan berangsur pulih sembuh 6-7 hari
tanpa infeksi. Oleh karena itu vulva hygiene perlu dilakukan
e. Payudara
Selama kehamilan jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan
fungsinya mempersiapkan makanan bagi bayi. Pada hari ke 3 setelah
persalinan efek prolaktin pada payudara mulai dirasakan, sel acini yang
menghasilkan ASI mulai berfungsi. Ketika bayi menghisap puting,
oksitosin merangsang ensit let down (mengalirkan) sehingga
menyebabkan ejeksi ASI.
f. Sistem perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama hal ini
dikarenakan kemungkinan terdapat spasme sfingter dan edema leher buli
buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan
tulang pubis selama persalinan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasil
kan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta
dilahirkan, kadar hormone estrogen yang bersifat menahan air akan
mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini
menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal
dalam tempo 6 minggu (Walyani & Purwoastuti, 2017).
g. Perubahan pada sistem pencernaan
Setelah persalinan 2 jam ibu merasa lapar, kecuali ada komplikasi
persalinan, tidak ada alasan menunda pemberian makan. Konstipasi sering
terjadi karena psikis ibu yang takut BAB karena ada luka jahitan
perenium.
h.        Perubahan pada sistem Endokrin
Oksitosin berperan dalam kontraksi uterus mencegah perdarahan,
membantu uterus kembali normal. Kadar estrogen menurun 10% dalam
waktu sekitar 3 jam nifas. Progesteron meningkat dan turun pada hari ke
tiga nifas. Kadar prolactin dikeluarkan oleh kelenjar dimana pituitrin
merangsang pengeluaran prolaktin untuk produksi ASI. Jika ibu post
partum tidak menyusui dalam 14-21 hari akan timbul menstruasi
i.          Perubahan pada sistem Muskuloskletal
Ligamen, fasia, diafragma pelvis meregang saat kehamilan,
berangsur-angsur mengecil seperti semula. Ambulasi pada umumnya
dimulia 4-8 jam post partum. Ambulasi dini sangat membantu untuk
mencegah komplikasi dan mempercepat proses involusi.
j.          Perubahan TTV pada Masa Nifas
Perubahan tanda-tanda vital pada masa nifas diantaranya adalah :
a. Suhu tubuh saat post partum dapat naik kurang lebih 0,5˚C setelah 2
jam post partum normal. Sekitar hari ke empat setelah persalinan suhu
ibu mungkin naik sedikit, kemungkinan disebabkan karena aktifitas
payudara. Bila kenaikan mencapai 38  pada hari ke dua sampai hari-
hari berikutnya, perlu diwaspadai adanya infeksi sepsis masa nifas.
b. Denyut nadi setelah persalinan jika ibu dalam keadaan istirahat penuh,
denyut nadi sekitar 60x/menit dan terjadi terutama pada minggu
pertama masa nifas. Frekuensi nadi normal yaitu 60-80x/menit. Denyut
nadi masa nifas umum nya lebih stabil di bandingkan suhu badan.
c. Tekanan darah bisa meningkat dari sebelum persalinan 1-3 hari masa
nifas. Pada masa nifas tekanan darah kadang naik lalu kembali normal
setelah beberapa hari asalkan tidak ada penyakit yang meneyertai.
d. Respirasi / pernafasan umumnya lambat atau normal, karena ibu dalam
keadaan pemulihan atau keadaan istirahat. Pernafasan yang normal
setelah persalinan adalah 16-24 x/menit atau rata- ratanya 18 x/menit.

B.       Mastitis
1.    Pengertian Mastitis
Mastitis adalah peradangan payudara yang terjadi biasanya pada masa
nifas atau sampai 3 minggu setelah persalinan. Penyebabnya adalah sumbatan
saluran susu dan pengeluaran ASI yang kurang sempurna. Tindakan yang perlu di
lakukan adalah:
1. Kompres hangat
2. Masase pada punggung untuk merangsang pengeluaran oksitosin agar ASI
dapat menetes keluar
3. Pemberian antibiotika
4. Istirahat dan pemberian obat penghilang rasa sakit jikalau perlu (Sarwono,
2014)
Mastitis adalah suatu peradangan pada payudara yang disebabkan oleh
kuman,terutana staphylococcus aerus melalui luka pada putting susu, atau melalui
peredaran darah. Terjadinya bendungan ASI merupakan permulaan dari
kemungkinan infeksi mamae. Bakteri yang sering menyebabkan infeksi mamae
adalah staphylococcus aerus yang masuk melalui luka putting susu. Infeksi
menimbulkan demam, nyeri local pada mamae, terjadi pemadatan mamae, dan
terjadi perubahan warna kulit mamae. (Norma dan Mustika, 2016)
 
2.      Jenis-jenis Mastitis
Mastitis terbagi atas 3 yaitu mastitis periductal, mastitis pueperalis, dan
mastitis supurativa.Ketiga jenis mastitis ini terjadi akibat penyebab yang berbeda
dan kondisi yang juga berbeda. Berikut adalah penyebab tentang jenis–jenis
mastitis tersebut :
1)      Mastitis Periductal
Biasanya muncul pada wanita di usia menjelang menopause (wanita diatas
45 tahun), penyebab utamanya diduga akibat perubahan hormonal dan aktivitas
menyususi dimasa lalu. Pada saat menjelang menopause terjadi penurunan
hormone estrogen yang menyebabkan adanya jaringan yang mati. Tumpukan
jaringan mati dan air susu menyebabkan penyumbatan pada saluran di payudara.
Penyumbatan menyebabkan buntunya saluran dan akhirnya melebarkan saluran
dibelakangnya, yang biasanya terletak di belakang putting payudara. Reaksi
peradangan disebabkan mastitis periductal dan jenis mastitis ini jarang terjadi.
2)      Mastitis Puerperalis
Mastitis ini terjadi pada wanita yang sedang menyusui karena adanya
perpindahan kuman dari mulut bayi atau dari mulut suaminya. Kuman yang paling
banyak menyebabkan mastitis puerperalis adalah staphylococcusaureus. Selain itu
kuman dapat masuk ke payudara karena suntik silicon atau injeksi kolagen
sehingga menyebabkan peradangan. Mastitis puerperalis kuman berasal dari mulut
luar yang masuk ke dalam payudara.
3)      Mastitis Supurativa
Mastitis jenis ini disebabkan kuman staphylococcus. Selain itu juga di
sebabkan oleh jamur, kuman TBC, bahkan sifilis. Mastitis jenis ini harus
mendapatkan penanganan yang tepat dan cepat agar tidak terjadi abses atau luka
bernanah dalam jaringan payudara. Kuman dari mastitis supurative berasal dari
dalam tubuh yang masuk ke dalam jaringan payudara lewat aliran darah. (Rukiah
dan Yulianti, 2017).
3.      Patofisiologis Mastitis
Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan di dalam duktus
(saluran ASI) akibat stasis ASI. Bila ASI tidak segera dikeluarkan maka terjadi
tegangan alveoli yang berlebihan dan mengakibatkan sel epitel yang memproduksi
ASI menjadi datar dan tertekan, sehingga permeabilitas jaringan ikat meningkat.
Beberapa komponen (terutama protein kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma
masuk ke dalam ASI dan selanjutnya ke jaringan sekitar sel sehingga memicu
respons imun. Stasis ASI, adanya respons inflamasi, dan kerusakan jaringan
memudahkan terjadinya infeksi.
Terdapat beberapa cara masuknya kuman yaitu melalui duktus laktiferus
ke lobus sekresi, melalui puting yang retak ke kelenjar limfe sekitar duktus
(periduktal) atau melalui penyebaran hematogen (pembuluh darah). Organisme
yang paling sering adalah Staphylococcus aureus, Escherecia coli dan
Streptococcus. Kadangkadang ditemukan pula mastitis tuberkulosis yang
menyebabkan bayi dapat menderita tuberkulosa tonsil. Pada daerah endemis
tuberkulosa kejadian mastitis tuberkulosis mencapai 1%. (Alasiry, 2010).
Mastitis adalah suatu inflamasi atau infeksi jaringan pada payudara wanita
yang menyusui, meskipun hal ini dapat terjadi pada wanita yang tidak menyusui.
Infeksi dapat terjadi akibat perpindahan mikroorganisme kepayudara oleh tangan
pasien atau tangan pemberi perawatan atau dari bayi menyususi yang mengalami
infeksi oral,mata atau kulit. Mastitis dapat juga di sebabkan oleh organisme yang
ditularkan melalui darah. Sejalan berkembangnya inflamantasi, terjadi infeksi
pada duktus, sehingga menyebabkan stagnasi ASI pada satu lobus atau lebih.
Tekstus payudara menjadi keras atau memadat, dan nyeri pekak padaregio yang
terkena. (Rukiah dan Yulianti, 2017)

4.      Penyebab Mastitis
Penyebab terjadinya mastitis menurut Soetjiningsih (2014) adalah sebagai
berikut :
a. Payudara bengkak yang tidak disusui secara adekuat, akhirnya terjadi
mastitis.
b. Putting susu lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya
payudara bengkak.
c. Bra yang terlalu ketat, mengakibatkan segmental engorgement, kalau tidak
disusui dengan adekuat, bisa terjadi mastitis.
d. Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, anemia akan mudah terkena
infeksi.
2. Tanda dan Gejala Mastitis
Menurut Rukiyah (2013) tanda mastitis adalah rasa panas dingin disertai
dengan kenaikan suhu, penderita sangat lesu, tidak nafsu makan, penyebab
staphylococcus aureus, bengkak, nyeri seluruh payudara/nyeri local, kemerahan
pada seluruh payudara, payudara keras dan berbenjol–benjol (merongkol), infeksi
terjadi1–3 minggu pasca persalinan.
Gejala mastitis non-infeksius : ibu dapat merasakan bercak kecil yang
keras di daerah nyeri tekan tersebut, ibu tidak mengalami demam dan merasa
baik-baik saja. (Rukiyah, 2013).
Gejala mastitis infeksius : ibu mengeluh lemah dan sakit-sakit pada otot
seperti flu, sakit kepala, demam dengan susu di atas 38 derajat celcius, kulit pada
payudara tampak kemerahan, kedua payudara terasa keras dan tegang
pembengkakan. (Rukiyah, 2013).
6.      Penatalaksanaan Mastitis
Mastitis yang parah dengan gejala seperi demam yang tak kunjung reda
atau malah meninggi dan bahkan mencapai 40°C, serta payudara semakin terasa
nyeri dan terjadi perubahan warna dari kecoklatan menjadi kemerahana,perlu di
konsultasikan pada dokter atau klinik lakatsi. Infeksi yang tidak di tangani bisa
memperburuk kondisi ibu karena kuman pada kelenjar susu akan menyebar
keseluruh tubuh, kemudian timbul abses (luka bernanah) berikut penanganan
mastitis yaitu :
1. Menyususi diteruskan pertama bayi disusukan pada payudara yang terkena
selama dan sesering mungkin, agar payudara kososng kemudian pada
payudara yang normal.
2. Berilah kompres panas, bisa menggunakan shower hangat atau lab basah
panas pada payudara yang terkena
3. Ubahlah posisi menyusui dari waktu ke waktu yaitu dengan posisi tiduran,
duduk atau posisi memegang bola.
4. Memakai BH yang menyokong
5. Istirahat yang cukup, makanan yang bergizi.
6. Banyak minum sekitar 2 liter/hari.
7. Beri antibiotic dan analgesic, anti biotik jenis penisilin dengan dosis tinggi
dapat membantu sambil menunggu pembiyakan dan kepekaan air susu,
fllucloxacilin dan eriktronisin selama 7–10 hari. (Soetjiningshi, 2012).
STUDI KASUS

3.1 Kunjungan I

Hari dan tanggal         : Senin,1 Agustus 2022

Tempat                        : TMPB Meriska

Identitas

Nama                                       : Ny. R

Umur                                       : 42 Tahun

Alamat                                    : Bandung

Agama                                     : Islam

Pendidikan                              : SMP

Pekerjaan                                 : IRT

Suku/Bangsa                           : Sunda/Indonesia
 

Nama Suami                            : Tn. 1

Umur                                       : 45 Tahun

Alamat                                    : Bandung

Agama                                     : Islam

Pendidikan                              : SMA

Pekerjaan                                 : Wiraswasta

Suku/Bangsa                           : Sunda/Indonesia

S: Ibu mengatakan mengeluh teraba benjolan keras dan tidak bergerak pada
payudara sebelah kiri

A.    Riwayat Obstetri
1.      Riwayat Menstruasi

Menarche                             : 13 Tahun

Lama                                    : 5-6 Hari

Siklus                                   : 28 Hari, teratur.

Warna Darah                        : Merah Kehitaman


Dismenore/ Tidak                 : Tidak
2.      Riwayat Kesehatan
Riwayat Penyakit pernah diderita      : Tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga                : Tidak memiliki riwayat penyakit
keluarga
Riwayat penyakit ginekologi              : Tidak ada
3.      Riwayat Persalinan
Riwayat persalinan Tanggal/Jam persalinan : 20-03-2018/03.15 wib
Tempat persalinan                               : Klinik Penolong persalinan : Bidan
Jenis persalinan                                   : Spontan
Komplikasi persalinan                         : Tidak ada
Keadaan plasenta                                : Baik/Utuh
Tali pusat                                             : Baik
Lama persalinan                                  : Kala I : 8 jam, Kala II : 30 menit,
Kala III : 15 menit, Kala IV : 2 Jam

Jumlah perdarahan                              : Kala I : 50 cc, Kala II : 50 cc,


Kala III : 50 cc Kala IV: 50 cc

Perineum Ruptur/Tidak                       : Ruptur Derajat II

BB Bayi          : 3.500 gram

PB                   : 50cm

LK                   : 32 cm

LD                   : 34 cm

Jenis Klamin    : Laki - laki

Nilai Apgar     : 9/10

Cacat bawaan : Tidak ada

Masa gestasi    : 39 minggu


B.     Pola Kehidupan Sehari – hari
1.    Pola diet/nutrisi dan cairan:
·         Nutrisi : 2-3x/hari porsi sedikit
·         Cairan : Minum air putih 7 gelas sehari
2.    Pola Eliminasi:
·         BAB   : 1x dalam sehari, konsistensi lembek dan berwarna kuning
·         BAK   : 4-5x dalam sehari, warna kuning jernih
3.    Pola Aktivitas
·         Pekerjaan sehari-hari : Ibu Rumah Tangga
·         Keluhan      : Tidak ada
·         Menyusui    : Ya
·         Keluhan      : ASI keluar sediki
                 
4.    Pola Istirahat:
·         Tidur malam            : 7-8 jam
·         Tidur siang               : + 1 jam
5.    Pola Personal Hygiene:
 Mandi 2x sehari, ganti baju/pakaian dalam 3x sehari, gosok gigi 2x sehari
keramas 3x seminggu

O:  K/U : Baik

Kesadaran: composmentis

Tanda-tanda vital (TTV)

TD       : 120/80 mmHg

N         : 78 x/m

RR       : 20 x/m

T          : 36,5◦ C

            HPHT  : 16-04-2020

HPL    : 23-01-2021

            GOL Darah     : O

Pemeriksaan Fisik
·         Kepala       : Bersih,tidak ada ketombe
·         Wajah        : Normal, tidak ada oedema
·         Mata          : Conjungtiva merah muda, sclera putih
·         Telinga       : Bersih, tidak ada serumen
·         Hidung      : Bersih, tidak ada polit
·         Mulut         : Bersih, tidak ada caries
·         Leher         : Normal, tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid.
·         Payudara   : Tidak simetris, puting susu menonjol, payudara kiri
teraba benjolan keras, payudara kanan normal
·         Abdomen  : Bersih, tidak ada striae, tidak ada bekas luka operasi
-          TFU                       : Tidak Teraba
-          Kontraksi Uterus   : Baik
-          Kandung kemih     : Kosong
-          Kelainan                : Tidak ada
·         Genetalia   :
-          Varises             : Tidak ada
-          Oedema           : Tidak ada
-          Pembesaran kelenjar bartolini : Tidak ada
-          Pengeluaran pervaginam : Lochea : Serosa
-           Bau                 : Amis
-          Bekas luka/jahitan perineum : Ada
-          Anus                : Tidak ada Haemoroid
·         Ekstremitas : Tidak ada varises, tidak oedema, Reflek patella +
 

A: Ibu I P3A0 usia 42 tahun postoartum hari ke 7 dengan Mastitis


Keadaan umum Baik

P: 1.    Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan


2.    Menjelaskan tentang mastitis yang ibu alami yaitu peradangan payudara
yang terjadi biasanya pada masa nifas atau sampai 3 minggu setelah
persalinan, adanya sumbatan saluran ASI sehingga menyebabkan nyeri
tekan, kemerahan pada payudara ibu.
3.    Ajarkan ibu tentang perawatan payudara untuk mempercepat
penyembuhan
4.    Beritahu ibu kompres air hangat sebelum menyusui dan air dingin
setelah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri pada payudara
5.    Beritahu ibu cara menyusui yang benar
6.    Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin dengan kedua
payudara secara bergantian Agar nutrisi bayi terpenuhi dan dapat
memperlancar pengeluaran ASI
7.    Anjurkan ibu menggunakan bra yang menyokong payudara agara
payudara tetap sehat
8.    Anjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan
banyak minum air putih agar mempercepat penyembuhan dan memenuhi
kebutuhan nutrisi ibu dan bayi misalnya daun katuk, bayam,  tempe, dan
tahu
9.    Berikan therapy kepada ibu untuk mengurangi rasa sakit yang ibu alami
Cefadroxil 2x1, PCT, 3X1, Vit C 2x1
10.     Menganjurkan untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu kemudian
atau jika ada keluhan
11.     Ibu telah mengerti dengan penjelasan dari bidan dan ibu bisa
menggulangi kembali apa yang telah di jelaskan oleh bidan.
12.     Melakukan pendokumentasian.
 
  
4.1         KESIMPULAN

Pada kesimpulan ini membahas mengenai proses manajemen asuhan


kebidanan menurut SOAP pada Ny.R dengan Mastitis secara terperinci mulai dari
langkah pertama yaitu pengkajian data sampai dengan penatalaksanaan sebagai
langkah terakhir. Pada kasus ini Ny.R  ibu mengeluh payudaranya nyeri teraba
benjolan keras .

Data objektif pada pasien dengan kasus ini adalah hasil pemeriksaan fisik
dan TTV dalam batas normal, akan tetapi Diagnosa masalah potensial pada kasus
ibu nifas pada ibu R dengan mastitis akan terjadi abses payudara, namun tidak
terjadi karena pasien cepat mendapatkan penanganan yang tepat. Setelah
dilakukan pengkajian data subjektif dan objektif, maka dilakukan rencana
tindakan terhadap ibu R dengan mastitis adalah sesuai dengan kebutuhan pasien
yaitu melakukan kompres air hangat dan dingin, ajarkan teknik menyusui yang
baik, anjurkan perawatan payudara, penkes tentang pola nutrisi, penkes tentang
pola istirahat dan memberikan therapy

Pelaksanaan pada ibu nifas umur 28 tahun dengan perawatan payudara


adalah dilaksanakan sesuai dengan recana tindakan yaitu kompres air hangat dan
dingin pada payudara secara bergantian, penkes cara perawatan payudara, teknik
menyusui bayi dengan baik dan pemberian therapy.

Evaluasi pada ibu nifas 42 tahun dengan mastitis didapatkan hasil keadaan
umum baik, kesadaran compos mentis, TTV : TD : 120/80 mmHg, RR :
20x/menit, P : 78x/menit, T : 36,5 C, ASI lancar, luka puting membaik, bayi dapat
menyusui dengan lancar dan mastitis sudah teratasi.
DAFTAR PUSTAKA

Alasiry, E. (2010). Buku Indonesia Menyusui. Terdapat pada: www.idai.or.id

Hasanah, A. I  (2017). Hubungan Teknik Menyusui dengan Resiko terjadinya


Mastitis pada Ibu Menyusui di Desa Kemuning Kecamatan Arjasa
Kabupaten Jember, Skripsi, Fakultas Keperawatan Universitas Jember :
Jember.

Kemenkes RI. (2019). Profil Dinas Kesehatan Indonesia. Jakarta

Maritalia Dewi. (2014). Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar

Norma, Nita D, Mustika Dwi S. (2016). Asuhan Kebidanan


Patologi. Yogyakarta : Nuha medika

Prawirohardjo, S. (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka.

Purwoastuti & Walyani. (2015).Ilmu Obstetri dan ginekologi Sosial. Yogyakarta:


Pustaka Baru Press.

Rini, Susilo & Kumala, Feti. D. (2017). Panduan Asuhan Nifas. Yogyakarta:


Deepublish.

Risa Pitriani, Rika Andriyani. (2015) Panduan Lengkap Asuhan Kebidan Ibu


Nifas Normal (Askeb III). Yogyakarta: Depublish CV Budi Utama

Rukiyah, Yulianti. (2017). Asuhan Kebidanan Patologi. Jakarta: Trans Info


Media.

Rukiyah, dkk. (2013).  Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta: Trans Info Media.


Sri Wahyuningsih. (2019). Asuhan Keperawatan Postpartum.  Yogyakarta:
Deepublish

WHO (Word Health Organization). Word Health Statistics. 2015.

Anda mungkin juga menyukai