POSTPARTUM BLUES
PEMBIMBING:
dr. Made Bagus Dwi Aryana, SpOG(K)
POSTPARTUM BLUES
PEMBIMBING:
dr. Made Bagus Dwi Aryana, SpOG(K)
Postpartum Blues
Oleh:
Pembimbing:
………………………………
i
LEMBAR PENGESAHAN
SARI PUSTAKA
POSTPARTUM BLUES
Pembimbing:
………………………………
Penguji:
ii
DAFTAR ISI
Depression Scale........................................................................... 22
iii
2.10 Penatalaksanaan ............................................................... 33
2.13 Prognosis.......................................................................... 38
Daftar Pustaka....................................................................................... 40
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kriteria Postpartum Blues Menurut Pitt dan Handley .............. 9
v
BAB I
PENDAHULUAN
terjadinya depresi pada individu yang rentan. Kehadiran bayi dapat memicu
adalah: 1
1. Postpartum blues,
Jepang 8 %. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kriteria diagnosis dan metodologi
1
antara 3,5 % hingga 63,3 % dimana Malaysia dan Pakistan menjadi peringkat
Hasil penelitian Setyowati dan Riska pada tahun 2006 di RSU dr. Soetomo
Pada awal abad ke-20, Blueler dan Krepelin secara terpisah menyatakan
bahwa psikosis postpartum merupakan gangguan yang dipicu oleh kelahiran dan
terjadi peningkatan kebutuhan wanita tersebut untuk menemui dokter ahli jiwa.1
ditemukan pada wanita hamil, dimana wanita hamil yang menderita anxietas lebih
berfokus untuk menunda kelahiran dan lebih memikirkan kesehatan bayi mereka.
Depresi pada kehamilan ditemukan lebih jarang dan tidak seberat pada masa
nifas.1
dipengaruhi oleh:1
1. Genetik
2. Faktor kepribadian
3. Elemen sosiokultural
2
terjadi pada wanita hamil dan pasca bersalin, namun sering tidak terdiagnosis dan
hilang sendiri dalam waktu dua sampai tiga minggu tanpa perlu pengobatan, 10-
15 % diantaranya ada yang menderita depresi selama tahun pertama pasca salin.
termasuk kelainan ini antara lain adalah abortus, kehamilan ektopik, mola
hidatidosa, dan cacat bawaan. Dengan terjadinya kegagalan, calon orang tua,
terguncang dan berbagai macam perasaan akan timbul, seperti kecewa, sedih,
murung, bahkan mungkin ada perasaan khawatir dan takut akan terjadi
dapat dilakukan dengan melakukan skrining prenatal, terapi musik, dan pemberian
yang serius karena perempuan tersebut dapat melukai dirinya ataupun bayinya.
Keadaan ini disebut sebagai psikosis pascapersalinan, dimana terjadi dalam 1-2
dalam 1000 persalinan. Gejala terjadi umumnya dari beberapa hari sampai 4-6
3
dan sebagainya. 25 % kasus akan berulang pada kehamilan berikutnya, dan
sebab itu, perlu kiranya seorang dokter memahami dan mempelajari kejadian
postpartum blues.
akhir-akhir ini yaitu kasus bayi yang dibuang oleh orang tuanya. Sejumlah alasan
tersebut merupakan hasil hubungan gelap, juga faktor kesulitan ekonomi, dan
banyak anak.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
yang dialami oleh separuh dari wanita dalam jangka waktu satu minggu pasca
tersebut secara sementara menangis untuk beberapa jam dan kemudian membaik.
Gejala biasanya ringan dan biasanya berakhir beberapa jam sampai beberapa hari.
post partum yang dapat terjadi setiap waktu setelah melahirkan tetapi perubahan
mood ini seringkali terjadi pada hari ke tiga atau keempat postpartum, dan
memuncak antara hari kelima dan ke-14 yang ditandai dengan perasaan kesepian
atau ditolak, cemas, bingung, tangisan yang singkat, gelisah, keletihan, pelupa,
i
2.2 Prevalensi
mempengaruhi 50% hingga 80% ibu-ibu di rumah sakit pada hari-hari pertama
setelah melahirkan.6 Selama periode post partum, pada 85% wanita akan
mengalami beberapa tipe atau jenis gangguan alam perasaan. Pada kebanyakan
wanita gejala-gejala ada yang bersifat ringan dan sementara, namun pada
fisiknya, dan lemah mental. Bersamaan dengan keadaan tersebut terjadi pula
perubahan lingkungannya. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa setiap wanita
Gangguan mental yang terjadi setelah melahirkan telah menarik perhatian sejak
gangguan afek.1
ii
Sebenarnya tidak secara jelas disebutkan penyakit mental pasca persalinan
masalah gangguan jiwa setelah persalinan.1 Pada tahun 1818 pertama kali Jean
Esquirol menunjukkan secara detail data kuantitatif terhadap 92 kasus sakit jiwa
postpartum pada saat wanita masih berada di rumah sakit. Gejala –gejala tersebut
diantaranya gelisah, sulit tidur, serta gejala-gejala lain seperti kurang percaya diri,
Henshaw pada tahun 2003 menjelaskan tanda dan gejala postpartum blues
antara lain tearfulness, emosi yang labil, perubahan mood, bingung, cemas dan
Keadaan ini diperkirakan sebagai sekuele (gejala sisa) dari kelahiran terutama
pada ibu-ibu yang tidak siap, dan hal ini dapat menyebabkan derajat distress
personal.1
iii
bahwa gangguan yang dikenali selama periode postpartum adalah postpartum
Postpartum blues terjadi pada hari pertama sampai sepuluh hari setelah
melahirkan dan hanya bersifat sementara dengan gejala gangguan mood, rasa
Keadaan ini akan terjadi beberapa hari saja setelah melahirkan dan
postpartum. Apabila memiliki faktor predisposisi dan pemicu lainnya, maka dapat
Kriteria Handley.13
Kriteria Pitt
hingga 10 hari pasca persalinan) dimana wanita merasa sangat depresi dan
sedih.
Kriteria Handley
Sedikitnya empat dari tujuh gejala ini ada dalam 1 minggu hingga 10
iv
Mudah berganti mood yang secara jelas terlihat
Gejala Labilitas mood, mudah Cemas, rasa kehilangan Semua gejala yang
v
yang berlebihan,
perasaan bersalah da
Kejadian 1-10 hari setelah 1-12 bulan setelah Umum terjadi pada
setelah melahirkan
keluarga dengan
penyakit bipolar
terapi obat
vi
2.4 Etiologi
hidup selama masa kehamilan hubungan keluarga yang kurang baik dan
kurangnya hubungan sosial serta rasa tidak puas dalam perkawinan), serta faktor
jiwa pada postpartum dapat saja terjadi. Penelitian yang lain menyatakan bahwa
depresi pada trimester terakhir kehamilannya, dan memiliki risiko yang lebih
besar unuk berkembang menjadi depresi postpartum. 1 Hal ini tidak berhubungan
melalui vagina atau dengan sectio cesaria.1 Perubahan karier dan sosial yang
sementara atau menetap dapat menjadi konsekuensi langsung dari kehamilan dan
merupakan suatu hal yang biasa, namun pada sebagian kecil wanita lainnya hal
vii
kehidupan dimana terjadi lingkaran masalalah kehidupan dan seseorang harus
Gejala-gejala depresif yang terjadi selama periode post partum sering kali
diabaikan. Sakit yang timbul setelah melahirkan, menempatkan risiko pada ibu
anak.1
Penyebab dari postpartum blues belum diketahui secara pasti, tapi diduga
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain perubahan biologis, stress dan
pendukung terjadinya postpartum blues. Faktor sosial dan lingkungan yang dapat
menjadi faktor pendukung terjadinya postpartum blues antara lain tekanan dalam
rasa cemas dan takut terhadap persalinan, dan penyesuaian yang buruk terhadap
kecemasan dan depresi selama hamil mempunyai risiko yang lebih tinggi
viii
paikiatrik lainnya, dan riwayat keluarga dengan depresi / gangguan
affective. Selain itu riwayat depresi pada masa anak-anak atau remaja juga
postpartum. 14
dialaminya, ada yang lebih kuat dan sebaliknya ada yang lebih rentan
minat untuk mengurus bayinya. Masalah pada bayi tersebut antara lain
kesehatan bayi juga akan menjadi tambahan stressor bagi ibu, bayi
membutuhkan biaya. Hal ini banyak dialami oleh ibu yang melahirkan
ix
bayi dengan berat badan lahir rendah. Salah satu penyebab gangguan
psikologis pada maternal adalah kondisi bayi baru antara lain gangguan
menjadi salah satu faktor pendukung terjadinya postpartum blues. Hal ini
antara lain: kesiapan fisik, mental, finansial dan sosial.8 Remaja yang
badan lahir rendah. Remaja yang hamil juga lebih sulit menerima terhadap
trimester ketiga. Remaja hanya dapat berfantasi tentang bayi yang lucu,
sehat seperti boneka, tetapi tidak dapat menerima bahwa bayi mereka
direncanakan misalnya karena belum menikah atau pada ibu yang sudah
mental maupun ekonomi. Jika ibu mempunyai kesiapan fisik dan mental
yang adekuat, maka dapat mengurangi stres, rasa cemas dan rasa takut
x
tentang kehamilan dan persalinan serta dapat memudahkan ibu dalam
emosional yang intim, hal ini merupakan faktor yang paling bermakna
yang dimaksud adalah komunikasi dan hubungan emosional yang baik dan
hangat dengan orang tua, terutama ibu. Dari penelitian didapatkan data
postpartum blues.15
7. Status sosial dan ekonomi. Status sosial ekonomi merupakan salah satu
pada ibu yang tidak mempunyai penghasilan atau tidak bekerja (65%),
atau pada ibu yang bekerja dan mempunyai penghasilan kurang dari satu
mempunyai jumlah anak yang banyak dan kualitas dalam perawatan bayi
xi
juga tidak baik. Kehamilan yang terjadi pada usia muda, biasanya terjadi
masa awal kehamilan sama pentingnya dengan proses persalinan dalam memacu
hormonal masa nifas dan perubahan psikologi yang lain. Terjadi penurunan kadar
oestradiol progesterone dan total triptofan dalam sirkulasi atau fluktuasi kadar
meningkat pada akhir kehamilan dan meningkat lagi selama persalinan, lalu
cukup besar selama masa post partum. Sindroma depresi yang muncul tiba-tiba
xii
pada pasien yang ditandai oleh defisiensi estradiol terjadi perbaikan setelah
yang berkaitan dengan persalinan, hal ini terjadi sebagai akibat kombinasi
partum. 1
Hormone diproduksi oleh trofoblas, fetal membrane, dan desidua, diregulasi oleh
dengan umpan balik pada hipotalamus. Kadar CRH meningkat karena pengaruh
xiii
sebaliknya kortisol menstimulasi sintesis CRH plasenta dimana hal ini
selama persalinan. Protein pengikat untuk CRH terdapat pada sirkulasi manusia
dan diproduksi di plasenta, fetal membrane, dan desidua. Plasental CRH dan
oleh korteks adrenal memiliki efek umpan balik positif dengan CRH plasenta,
lebih tinggi dan kadar CRH yang lebih tinggi selama trimester ke dua. Konsentrasi
Setelah plasenta lahir, kadar CRH tersebut secara cepat menurun selama 24 jam
begitu juga dengan kortisol. Hal ini menyebabkan aktivasi otak untuk mensekresi
preptida CRH dan AVP (Arginine Vasopressin) oleh karena hilangnya umpan
pada depresi terjadi peningkatan aktivitas aksis HPA. Peningkatan aktivitas ini
xiv
diatur oleh hipersekresi CRH dan AVP (Arginine Vasopressin), sebagai akibat
kadar oestriol menurun secara signifikan pada postpartum blues, namun seperti
blues. Progesteron dan estrogen memiliki efek pada produksi CRH, dimana
xv
banyak faktor, dan komponen kausatif tersebut termasuk perubahan organic dari
gangguan jiwa post partum dapat terjadi karena onset yang spesifik pada post
partum. 1
adalah pada keadaan stres, terjadi gangguan aksis HPA, dimana stress adrenal
hormone tiroid.
adanya sebuah depresi mayor atau episode campuran atau gangguan mental yang
- Malas, lelah
xvi
- Sedih, putus asa
- Berlebih-lebihan
- Insomnia
- Gangguan pikiran
pemulihan
Terapi suportif adalah sesuatu yang penting, apalagi bila ditemukan gejala
depresi yang berat seyogyanya segera diberikan terapi antidepresan. Kunci untuk
perawatan yang optimal adalah sejak awal teridentifikasi dan cara intervensi,
xvii
suportif secara farmakologi. Perawatan ini terbukti sangat efektif dan mampu
Depression Scale
ukur yang sudah diteliti dan dikembangkan untuk mendeteksi intensitas perubahan
Nurbaeiti untuk menganalisis hubungan antara karakteristik ibu, kondisi bayi baru
yang terdiri dari dari 10 pertanyaan dengan 4 pilihan jawaban dari masing-masing
pertanyaan. Setiap jawaban memiliki skor yang dipilih oleh ibu yang melahirkan
digunakan. Metode kuisioner EPDS terdiri dari berbagai bentuk, dari lembar
xviii
Keuntungan EPDS:20
2. Sederhana
menyelesaikan EPDS)
Kekurangan EPDS:20
1. Pertanyaan 1, 2, dan 4
4. Nilai maksimal : 30
6. Semakin tinggi skor yang didapat menyatakan semakin berat gangguan depresi
yang dialami.
xix
Cara pengisian EPDS:20
1. Para ibu diharap untuk memberikan jawaban tentang perasaan yang terdekat
3.Jawaban kuisioner harus berasal dari ibu sendiri. Hindari kemungkinan ibu
Sebagaimana kehamilan atau proses persalinan yang baru saja anda alami, kami ingin
mengetahui bagaimana perasaan anda saat ini. Mohon memilih jawaban yang paling
Dibawah ini ialah contoh pertanyaan yang telah disertai oleh jawabannya.
xx
Tidak pernah sama sekali
Arti jawaban diatas ialah: “saya merasa bahagia di hampir setiap saat” dalam satu minggu
terakhir ini.
Mohon dilengkapi pertanyaan lain dibawah ini dengan cara yang sama.
Kadang-kadang
Jarang
Selalu
Kadang-kadang
3. * Saya menyalahkan diri saya sendiri saat sesuatu terjadi tidak sebagaimana mestinya
Ya, kadang-kadang
4. Saya merasa cemas atau merasa kuatir tanpa alasan yang jelas
Jarang
Ya, kadang-kadang
xxi
Ya, cukup sering
Ya, kadang-kadang
Ya, kadang-kadang
Kadang-kadang
xxii
Jarang sekali
Sumber: Cox, J.L., Holden, J.M., and Sagovsky, R. 1987. Detection of Postnatal
Journal of Psychiatry150:782-786
EPDS. Perasaan tertekan yang dialami oleh pasien dijelaskan pada pertanyaan
pertama (saya bisa tertawa dan merasakan hal-hal yang menyenangkan dalam 7
hal yang telah saya lakukan dalam 7 hari terakhir). Perasaan bersalah dijelaskan
pada pertanyaan ketiga (saya menyalahkan diri saya sendiri saat sesuatu terjadi
tidak sebagaimana mestinya dalam 7 hari terakhir). Salah satu faktor risiko dari
depresi yaitu timbulnya perasaan cemas atau khawatir dan perasaan takut atau
panik tanpa alasan yang jelas dijelaskan pada pertanyaan keempat dan kelima
(saya merasa cemas atau merasa kuatir tanpa alasan yang jelas dan saya merasa
takut atau panik tanpa alasan yang jelas dalam 7 hari terakhir). Energi yang
hilang, atau perasaan lelah yang tidak bisa dijelaskan pada pertanyaan keenam
(saya merasa kewalahan dalam mengerjakan segala sesuatu dalam 7 hari terakhir).
Salah satu gejala fisik dari gangguan depresi yaitu gangguan tidur dijelaskan pada
xxiii
pertanyaan ketujuh (saya merasa sangat tidak bahagia sehingga mengalami
kesulitan tidur dalam 7 hari terakhir). Gejala psikologis dari gangguan depresi
dijelaskan pada pertanyaan kedelapan (saya merasa sedih dan merasa diri saya
sengsara dalam 7 hari terakhir) dan pertanyaan kesembilan (saya merasa tidak
Semakin besar gangguan depresi pasca persalinan yang timbul maka nilai
EPDS juga semakin besar. Para pasien yang memiliki skor EPDS diatas 10
Skala ini menunjukan perasaan pasien dalam 1 minggu terakhir. Khusus untuk
nomor 10 , jawaban: ya, cukup sering, merupakan suatu tanda dimana dibutuhkan
keterlibatan segera dari perawatan psikiatri. Wanita yang memiliki skor antara 5
hingga 9 tanpa adanya pikiran untuk bunuh diri sebaiknya dilakukan evaluasi
xxiv
Efektivitas instrument EPDS juga pernah diteliti oleh Latifah dan Hartati
(2006) yaitu dengan membandingkan efektivitas skala EPDS dengan skala BDI
untuk menilai kejadian postpartum depresi, sementara BDI lebih cocok digunakan
Pemeriksaan Beck
pernyataan dengan seksama. Kemudian pilih satu pernyataan dalam setiap kelompok
TERMASUK HARI INI. Lingkari nomor di samping pernyataan yang Anda pilih. Jika
dalam kelompok tersebut terdapat beberapa pernyataan yang tampaknya hamper sama,
1.
3 Saya begitu sedih atau tidak bergembira sehingga saya sama sekali tidak suka.
2.
3 Saya merasa bahwa masa depan tidak ada harapan dan bahwa segalanya tidak dapat
xxv
membaik.
3.
2 Saat saya melihat masa lalu, semua yang dapat saya lihat adalah banyaknya kegagalan.
4.
5.
6.
7.
8.
xxvi
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain.
9.
10.
2 Saya merasa terdapat perubahan menetap pada penampilan saya yang membuat saya
11.
12.
13.
xxvii
1 Saya lebih mudah lelah disbanding biasanya.
14.
15.
1 Saya kritis terhadap diri saya untuk kelemahan atau kesalahan saya
3 Saya menyalahkan diri saya untuk setiap hal buruk yang terjadi.
16.
17.
1 Saya khawatir tentang masalah fisik seperti sakit dan nyeri atau gangguan lambung
atau konstipasi.
2 Saya sangat khawatir tentang masalah fisik, dan sulit untuk memikirkan banyak hal lain
3 Saya begitu khawatir tentang masalah fisik saya sehingga saya tidak dapat memikirkan
hal-hal lain.
18.
xxviii
1 Saya lebih banyak menangis sekarang disbanding biasanya.
3 Saya biasanya tidak menangis, tetapi sekarang saya tidak dapat menangis meskipun
saya ingin.
19.
0 Saya tidak dapat memperhatikan adanya perubahan minat terhadap seks belakangan ini.
20.
3 Saya tidak dibuat kesal sama sekali oleh hal-hal yang biasanya membuat saya kesal
21.
0 Jika ada penurunan berat badan, saya tidak banyak mengalaminya belakangan ini.
(Saya sengaja mencoba menurunkan berat badan dengan mengurangi makan. Ya___
Tidak ___
Skor:
0-9 normal
xxix
30 gejala depresi berat
2.10 Penatalaksanaan22
diagnostik pasien harus dilaksanakan. Ketiga, renacana terapi bukan hanya untuk
gejala, tetapi kesehatan jiwa pasien kedepan juga harus diperhatikan. Walaupun
berat dalam kehidupan pasien. Remisi penuh akan dialami pasien dalam waktu 4
Rawat inap. Indikasi untuk rawat inap adalah kebutuhan untuk prosedur
hilangnya sistem dukungan terhadap pasien juga merupakan indikasi rawat inap.
xxx
Tanda klinis yang tidak terlalu kuat sebagai bahan pertimbangan adalah
penurunan berat badan, perbaikan yang minimal dari insomnia. Sistem pendukung
pasien harus kuat, dimana tidak terlalu mencampuri maupun menjauhi pasien.
Tiap perubahan yang kurang baik pada gejala atau tingkah laku atau sikap pasien
Pasien dengan gangguan mood sering tidak mau menjalani rawat inap atas
dasar keinginan sendiri. Pasien tidak dapat membuat keputusan karena lambat
gangguan mood untuk mengurangi dan menghadapi stres dan untuk mengurangi
adanya kekambuhan.
perkawinan pasien atau fungsi keluarga, atau jika gangguan mood didasari, atau
dapat ditangani oleh situasi keluarga. Terapi keluarga menguji peran pasien yang
mengalami gangguan mood pada seluruh keluarga, juga menguji peran dari
keluarga untuk menangani gejala pasien. Pasien dengan gangguan ini mempunyai
angka perceraian yang tinggi, dan sekitar 50 persen pasangan dilaporkan tidak
akan menikah atau punya anak jika mereka tahu pasien mempunyai gangguan
mood.
xxxi
2.11 Pengobatan Psikotropik Selama Periode Laktasi 23
untuk mengetahui keterpajanan pada bayi adalah dengan menilai konsentrasi pada
dan risiko potensialnya terhadap neonatus seperti keluhan gastrik dan kolik.
diingatkan bahwa kelainan bipolar dapat dipicu oleh gangguan tidur pada wanita
yang menyusui. Karena gangguan dalam irama sirkardian ini, dokter biasanya
2.12 Pencegahan
xxxii
2.12.2 Terapi Musik3
pengaruh terapi musik yang bermakna dalam mencegah dan mengatasi kejadian
yang erat (R=0,8) terhadap perubahan skor kejadian postpartum blues sesudah
sebesar 1,8. Keefektifan terapi musik dapat mencegah postpartum blues sebesar
23,3%
tipe Mozart: Eine Kleine Nachtmusik dengan frekuensi 20-40 cps hertz lamanya
15-20 menit, dilakukan 2 kali sehari yaitu pukul 08.00 dan pukul 14.00 selama 3
hari.
limbik di otak yang menekan fungsi poros hipotalamus, hipofisis dan kelenjar
xxxiii
2.12.3 Hubungan Pemberian ASI Pada Bayi Umur 10 Hari Dengan
Hasil analisis menunjukkan bahwa pemberian ASI pada bayi umur < 10
hari berhubungan dengan gejala postpartum blues. Hasil penelitian ini didukung
postpartum blues.
dengan suasana hati ibu dan tingkat stress secara subjektif. Ibu yang menyusui
Penelitian oleh Ratna Dewi tahun 2010 dengan populasi seluruh ibu yang
sudah melahirkan di bidan praktik swasta, rumah bersalin, dan rumah sakit yang
ada di kota Bengkulu dimana jumlah bayi sebanyak 6243 dengan hasil analisis
yang berarti ibu dengan non breastfeeding mempunyai risiko 4,47 kali lebih besar
xxxiv
2.13 Prognosis25
hal tersebut juga meningkatkan risiko bagi wanita tersebut untuk menderita
episode-episode depresi di masa yang akan datang. Penelitian pada tahun 2009
dengan nilai EPDS 13 atau lebih yang dilakukan pada saat 2 dan 6 minggu pasca
persalinan. Nilai EPDS 13 atau lebih menunjukkan tanda awal terjadinya depresi
mayor postpartum yang signifikan secara klinis. Dalam 2 minggu pertama pasca
psikiatri yang secara klinis signifikan pada periode pasca persalinan untuk dapat
xxxv
BAB III
KESIMPULAN
penelitian.
emosional yang dialami oleh separuh dari wanita dalam jangka waktu satu minggu
pasca persalinan. Gejala klinis terlihat dari hari ke 3 hingga hari ke 5, kemudian
/ pasca persalinan dan diduga gangguan ini berasal dari gangguan metabolisme,
progesteron, termasuk fluktuasi dari hormon gonad dan kadar hormon steroid
dan CRH berkurang drastis, mencapai kadar seperti sebelum hamil pada hari ke 5
pasca persalinan. Kadar kortisol juga berkurang drastis pasca persalinan, namun
xxxvi
korteks adrenal yang mengalami hipertrofi kembali seperti sebelum hamil pada
xxxvii
DAFTAR PUSTAKA
6. Berga SL, Paary BL, Cyranowski JM. Special Areas of Interest. In Kaplan &
7. Leveno KJ, Alexander JM, Bloom SL, Casey BM, Dashe JS, Roberts SW, et
xxxviii
8. Bobak IM, Lowdermilk IM, Jensen MD. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.
11. Lynn CE, Pierre CM. The Taboo of Motherhood: Postpartum Depression.
13. O’Hara MW, Segre LS. Psychologic Disorders of Pregnancy and the
14. Elvira SD. Depresi Pasca Persalinan. Balai penerbit FKUI. 2006; 1-43
15. Curry AF. Menezes PR, Tedesco JAA, Kahalle S, Zugaib M. Maternity
2008;11(2): 593-9
16. Gurel SA, Gurel H. The Evaluation of Determinants of Early Postpartum Low
21-4
xxxix
17. O’Keane V, Lightman S, Patrick K, Marsh M, Papadopoulos AS, Pawlby S, et
18. 1smail RI. Faktor Risiko Depresi Prabersalin dan Depresi Pascabersalin:
Minat Khusus pada Dukun dan Sosial dan Kesesuaian Hubungan Suami Istri.
19. Nurbaeti I. Analisis Hubungan Antara Karakteristik Ibu, Kondisi Bayi Baru
20. Cox, J.L., Holden, J.M., and Sagovsky, R.. Detection of postnatal depression:
21. Latifah L, Hartati. Efektivitas Skala Edinburgh dan Skala Beck dalam
22. Graber MA, Toth PP, Herting RL. Buku Saku Dokter Keluarga. Edisi 3.
xl
23. Ismail RI, Siste K. Gangguan Depresi. Dalam Elvira SD, Hadisukanto G,
24. Dewi R, Mariati, Wahyuni E. Hubungan Pemberian ASI pada Bayi Umur < 10
Hari Dengan Gejala Postpartum Blues di Kota Bengkulu Tahun 2011. Buletin
xli
BERITA ACARA SARI PUSTAKA
Tim Penguji :
1. dr. I Made Darmayasa, Sp.OG(K)
2. dr. I Wayan Megadhana, Sp.OG(K)
Pertanyaan :
1. Jelaskan Patobiologi terjadinya Postpartum Blues?
2. Perbaiki halaman 1 mengenai penomoran nomor daftar pustaka pada
paragraf
3. Mana lebih dominan segi fisik atau psikis terjadinya Postpartum Blues?
4. Bagaimana diagnosis/ skrining Postpartum Blues?
5. Apakah Postpartum memerlukan terapi atau tidak
6. Berapakah insiden Postpartum Blues?
Jawab :
1. Postpartum Blues diperkirakan terjadi bersamaan dengan perubahan
hormonal masa nifas dan perubahan psikologi yang lain. Terjadi
penurunan kadar oestradiol progesterone dan total triptofan dalam sirkulasi
atau fluktuasi kadar prolaktin dapat menyebabkan hal tersebut, sedangkan
konsentrasi kortisol meningkat pada akhir kehamilan dan meningkat lagi
selama persalinan
xlii
Fungsi aksis HPA yang abnormal ditemukan pada Postpartum
Blues, terjadi peningkatan aktivitas aksis HPA. Peningkatan aktivitas ini
diatur oleh hipersekresi CRH dan AVP (Arginine Vasopressin), sebagai
akibat terganggunya umpan balik negatif reseptor glukokortikoid dan atau
mineralokortikoid dalam hipotalamus
xliii
6. Apa manfaat dari sari pustaka ini?
Jawab :
1. Postpartum Blues adalah keadaan transien dari peningkatan reaktifitas
emosional yang dialami oleh separuh dari wanita dalam jangka waktu satu
minggu pasca persalinan.
2. Tidak, Postpartum Blues digolongkan dalam gangguan mood menurut
DSM IV
3. Postpartum Blues mempengaruhi 50% hingga 80% ibu-ibu di rumah sakit
pada hari-hari pertama setelah melahirkan.Diperkirakan sekitar 10-15 %
dari wanita yang mengalami postpartum blues, apabila tidak mendapatkan
penatalaksanaan yang baik akan cenderung berkembang menjadi penyakit
depresi postpartum. Apabila gangguan psikiatrik diatas tidak tertangani
dengan baik, maka dapat menimbulkan gangguan mental yang berat yang
memerlukan perawatan yang serius karena perempuan tersebut dapat
melukai dirinya ataupun bayinya. Keadaan ini disebut sebagai psikosis
pascapersalinan
4. Telah dijelaskan patobiologi terjadinya Postpartum Blues Pada soal nomor
1. Di bagian pertanyaan dr. I Made darmayasa, SpOG(K)
5. Fungsi aksis HPA yang abnormal ditemukan pada Postpartum Blues,
terjadi peningkatan aktivitas aksis HPA. Peningkatan aktivitas ini diatur
oleh hipersekresi CRH dan AVP (Arginine Vasopressin), sebagai akibat
terganggunya umpan balik negatif reseptor glukokortikoid dan atau
mineralokortikoid dalam hipotalamus
6. Manfaat dari sari pustaka ini adalah agar kita mampu mengenali dini
gejala Postpartum Blues, sehingga dapat mencegah terjadinya depresi
postpartum dengan mengenali secara dini pencetus yang dapat
menimbulkan terjadinya depresi postpartum, baik itu dengan cara
pencegahan maupun dengan cara penanganan keadaan itu sendiri seperti
memberikan konseling secara dini. Pencegahan postpartum Blues itu
sendiri dapat dilakukan dengan melakukan deteksi dini pada saat Antenatal
care dengan menelusuri faktor risiko terjadinya Postpartum Blues.
xliv