Anda di halaman 1dari 75

1

LAPORAN

PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA KEGAWATDARURATAN


MATERNAL DI RSUD IBNU SINA GRESIK

Disusun Oleh:
SITI MUSHOFFAH
NIM. P27824621078

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDRAL TENAGA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2022
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena limpahan taufiq dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan Laporan Individu yang berjudul “Praktik Asuhan Kebidanan Holistik pada
kegawatdaruratan maternal di RSUD Ibnu Sina Gresik”. Laporan ini disusun sebagai salah satu
syarat menyelesaikan tugas blok 10, pada Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes
Surabaya.
Dalam penyusunan Laporan, penulis banyak mendapat bimbingan, petunjuk dan saran dari
berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. drg. Bambang Hadi Sugito, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Surabaya.
2. dr. Sony, selaku Direktur RSUD Ibnu Sina Gresik
3. Ibu Astuti Setiyani, SST.,M.Kes, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Surabaya.
4. Ibu Evi Pratami, SST, M.Keb, selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes
Kemenkes Surabaya
5. Bpk Masrikan S.Kep.,Ners, selaku kepala ruang UGD RSUD Ibnu Sina Gresik
6. Ibu Priestin Dian Prawesty, A.Md.Keb, selaku pembimbing praktik lapangan di Ruang
Ponek RSUD Ibnu Sina, Gresik.
7. Ibu Dwi Purwanti K,Kp,S.ST.,M.Kes., selaku pembimbing pendidikan 1 yang telah memberi
arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan ini.
8. Ibu Titi Maharani, S,ST, M.Keb., selaku pembimbing pendidikan 2 yang telah memberi
arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan ini.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi
kesempurnaan laporan ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal baik
yang telah diberikan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
bagi penulis pada khususnya.

Gresik, 26 Juni 2022


Penulis
3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii

DAFTAR ISI...................................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2 Tujuan Praktik ...................................................................................... 3

1.3 Lama Praktik........................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Umum Tentang Kehamilan Normal...............................................11

2.1.1 Pengertian Kehamilan...................................................................11

2.1.2 Tanda - tanda Kehamilan..............................................................11

2.1.3 Perubahan Fisiologi pada Kehamilan...........................................15

2.1.4 Perubahan Psikologis pada Ibu Hamil..........................................19

2.1.5 Tanda – tanda bahaya pada kehamilan trismester III...................20

2.2 Tinjauan Umum Tentang Preeklampsia...........................................................20

2.2.1 Pengertian Preeklampsia..............................................................20

2.2.2 Faktor Resiko Preeklampsia..........................................................21

2.2.3 Klasifikasi Preeklampsia...............................................................24

2.2.4 Patofisiologi Preeklampsia............................................................25

2.2.5 Penatalaksanaan Pada Preeklampsia.............................................31

2.3 Tinjauan Asuhan Kebidanan pada PEB..........................................................41


4
2.3.1 Identifikasi Data Dasar..................................................................48

2.3.2 Identifikasi Diagnosa Masalah...................................................... 48

2.3.3 Identifikasi Diagnosa Potensial ....................................................49

2.3.4 Tindakan Emergency atau Kolaborasi......................................... 50

2.3.5 Intervensi ....................................................................................

2.3.6 Implementasi ..............................................................................

2.3.7 Evaluasi .......................................................................................

BAB III STUDI KASUS

3.1. Langkah I : Identifikasi Data Dasar .............................................. 51

3.2.Langkah II : Identifikasi Diagnosa/ Masalah Aktual ..................... 58

3.3.Langkah III : Identifikasi Diagnosa/ Masalah Potensial ................. 62

3.4. Langkah IV : Tindakan Emergency atau Kolaborasi ...................... 63

3.5.Langkah V : Intervensi ................................................................... 64

3.6.Langkah VI : Implementasi ............................................................. 66

3.7.Langkah VII : Evaluasi ..................................................................... 67

BAB IV PEMBAHASAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA
5

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Preeklampsia merupakan komplikasi kehamilan dan persalinan

yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah, proteinuria dan oedema,

yang kadang-kadang disertai dengan komplikasi koma. Gejala dari

preeklampsia seperti hipertensi, oedema dan proteinuria sering tidak

diperhatikan, sehingga tanpa disadari dalam waktu singkat dapat timbul

menjadi preeklampsi berat, bahkan eklampsia (Prawihardjo S, 2014: 532).

Gambaran klinik preeklampsia bervariasi luas dan sangat

individual. Kadang-kadang sukar untuk menetukan gejala preeklampsia

mana yang timbul lebih dahulu. Secara teoritik urutan-urutan gejala yang

timbul pada preeklampsia ialah oedema, hipertensi, dan terakhir

proteinuria merupakan gejala yang paling penting. Namun sayangnya

penderita sering kali tidak merasakan perubahan ini. Bila penderita sudah

mengeluh adanya gangguan penglihatan, atau nyeri epigastrum, maka

penyakit ini sudah cukup lanjut (Sarwono, 2014).

Gejala preeklampsia dapat dicegah dan dideteksi secara dini.

Pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin mencari tanda-tanda

preeklampsia, sangat penting dalam usaha pencegahan preeklampsia berat

dan eklampsia. Ibu hamil yang mengalami preeklampsia berat perlu

ditangani dengan segera. Penanganan ini dilakukan untuk menurunkan

angka kematian ibu dan anak (Prawihardjo S, 2014: 543).

Status gizi merupakan salah satu status kesehatan yang

mempengaruhi kejadian preeklampsia selain riwayat penyakit-penyakit

yang terkait (preeklampsia, hipertensi, dan diabetes melitus). Ibu hamil

yang mengalami obesitas beresiko lebih besar mengalami preeklampsia.


6
Kegemukan disamping menyebabkan kolesterol tinggi dalam darah juga

menyebabkan kerja jantung lebih berat. Semakin gemuk seseorang maka

semakin banyak pula jumlah darah yang terdapat di dalam tubuh yang

berarti makin berat pula fungsi pemompaan jantung sehingga dapat

meyebabkan terjadinya preeklampsia. Selain itu faktor kecemasan juga

menjadi pemicu terjadinya preeklampsia dimana kecemasan dapat

mengakibatkan gangguan seperti meningkatnya tekanan darah dan denyut

jantung (Dyah Ayu Wulandari, 2016:17).

Dampak preeklampsia pada ibu hamil yaitu terjadi kerusakan

organ-organ tubuh seperti, sistem saraf pusat, perdarahan intrakranial,

gagal jantung, gagal ginjal, gangguan fungsi hati dan edema paru,

sedangkan pada janin ialah intrauterine fetal growth restriction, solusio

plasenta, prematur, sindroma distress, kematian janin, perdarahan

intraventikular, kematian janin, dan kematian maternal (Sarwono,

2014:550).

Insiden preeklampsia di Negara berkembang sekitar 1,8%-18%.

Preeklampsia dan eklampsia menempati urutan kedua sebagai penyebab

kematian di Indonesia dengan presentasi sebesar 26,9% pada tahun 2012

dan meningkat kembali pada tahun 2013 yaitu sebanyak 27,1%. (Depkes

RI, 2015).

Kematian ibu terjadi akibat berbagai komplikasi dalam kehamilan,

persalinan atau periode setelah melahirkan. Komplikasi tersebut

disebabkan oleh

penyakit langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung terjadi akibat

komplikasi obstetrik atau penyakit kronik yang menjadi lebih berat

selama kehamilan. Penyebab langsung yang sering ditemui antara lain

perdarahan, preeklampsia/eklampsia,dan infeksi. Sedangkan penyebab

tidak langsung terjadi akibat penyakit yang telah ada sejak atau sebelum
7
kehamilan atau penyakit yang timbul selama kehamilan seperti malaria

dan anemia. (Sarwono, 2014).

Data yang didapatkan menurut WHO pada tahun 2014 melaporkan

bahwa Angka Kematian Ibu di dunia mencapai 289.000 jiwa. Amerika

Serikat yaitu 9300 jiwa, Afrika Utara yaitu 179.000 jiwa dan Asia

Tenggara mencapai 16.000 jiwa. Angka Kematian Ibu (AKI) di Asia

Tenggara yaitu Indonesia mencakup 214 per

100.000 kelahiran hidup, Filipina 170 per 100.000 kelahiran hidup,

Vietnam 160 per100.000 kelahiran hidup, Thailand 44 per 100.000

kelahiran hidup, Brunei 60 per 100.000 kelahiran hidup dan Malasyia 39

per 100.000 kelahiran hidup. (WHO, 2014)

Di Indonesia AKI tergolong masih tinggi dan merupakan masalah

besar bagi pembangunan kesehatan Indonesia. Menurut Survei Demografi

Kesehatan Indonesia (SDKI) AKI tahun 2012 meningkata yaitu sebesar

350/100.000 kelahiran hidup dari 288/100.000 kelahiran hidup. Salah satu

penyebab kematian ibu di Indonesia adalaha perdarahan, 39%,

preeklampsia/eklampsia 24%, infeksi 7%, partus lama 5%, abortus 5%

dan lainnya 33% (SDKI, 2012). Sedangkan di Negara maju, angka

kejadian preeklampsia berkisar antara 6% - 7% (Kemenkes, 2014).

Profil kesehatan Indonesia tahun 2020, menyabutkan Pada tahun

2019 penyebab kematian ibu terbanyak adalah

perdarahan(1.280kasus),hipertensi dalam kehamilan (1.066 kasus), infeksi

(207 kasus) (KemkesRI,2020)

Hasil Sistem Registrasi Sampel (SRS, Balitbangkes) tahun 2016

menunjukkan data penyebab kematian ibu adalah hipertensi (33,7%),

perdarahan (27,03%), komplikasi non obstetrik (15,7%), komplikasi

obstetrik lainnya (12,04 %), infeksi (4%) dan lain-lain (4,5%),

( Permenkes, No 21, tahun 2021).


8
Kondisi ini memerlukan strategi manajemen khusus agar hasilnya

lebih bagus. Hipertensi pada kehamilan mempengaruhi ibu dan janin, dan

dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan janin jika tidak

dikelola dengan baik (Karthikeyan, 2015).

Berdasarkan hal tsb maka penulis mengambil kasus ....

2.2 Tujuan Praktik

2.2.1 Melakukan pengkajian pada kegawatdaruratan Maternal

dengan pendekatan holistik.

2.2.2 Melakukan analisa data pada kegawatdaruratan Maternal dengan

pendekatan holistik.

2.2.3 Melakukan perencanaan pada kegawatdaruratan Maternal

drngan pendekatan holistik.

2.2.4 Melakukan implementasi pada kegawatdaruratan Maternal

dengan pendekatan holistik

2.2.5 Melakukan evaluasi pada kegawatdaruratan Maternal

dengan pendekatan holistik.

2.2.6 Melakukan kajian kasus-kasus kegawatdaruratan Maternal.

2.2.7 Melakukan Reflektif praktik pada kasus kegawatdaruratan

Maternal.

2.3 Lama Praktik

Pelaksanan praktik asuhan kebidanan Holistik pada

Kegawatdaruratan Maternal dilakukan di UDG Ponek RSUD Ibnu Sina

Gresik . Lama praktik mulai tanggal 20 Juni 2022 sampai 2 Juli 2022.
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan asuhan kebidanan holistik pada Kegawatdaruratan Maternal ini dilaksanakan sebagai
dokumen/laporan praktik blok 10 yang telah dilaksanakan di UGD Ponek RSUD Ibnu Sina Gresik,
periode praktik tanggal 20 Juni – 2 Juli 2022

Gresik, 26 Juni 2022

Siti Mushoffah
NIM. P27824621078

Pembimbing Lahan Pembimbing Pendidikan 1 Pembimbing Pendidikan 2

Priestin Dian P., A.Md.Keb Dwi Purwanti,S.Kep,S.ST.Keb, M.Kes. Titi Maharani., SST., M.Keb.
NIP. 198006252008012014 NIP. 196702061990032003 NIP. 198503202006042003

Mengetahui
Kepala Puskesmas Kepala Program Studi

Masrikan .,S.Kep,Ners Evi Pratami, SST., M.Keb.


NIP. 197103271997031003 NIP. 197905242002122001

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Tinjauan Kehamilan

2.1.1 Pengertian Kehamilan

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional (FOGI, 2014),

kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan

ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat

fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu

40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan

terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu,

trimester kedua 15 minggu yaitu minggu ke-13 hingga ke-27 dan trimester ketiga

13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40 minggu) (Prawihardjo 2014, 213).

Kehamilan merupakan proses fisiologis yang memeberikan perubahan

pada ibu maupun lingkungannya. Dengan adanya kehamilan maka seluruh system

genitalia wanita mengalami perubahan yang mendasar untuk mendukung

perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim selama proses persalinan

berlangsung (Hutahean Serri 2013, 43).

2.2 Ada beberapa tanda-tanda kehamilan yang dapat diperhatikan, yaitu sebagai

berikut:

2.2.1 Tanda persumtif/dugaan

Tanda persumtif adalah perubahan fisiologik pada ibu atau seorang

perempuan yang mengindikasikan bahwa ia telah hamil.Tanda-tanda

11
12

tidak pasti atau terduga hamil adalah perubahan anatomic dan

fisiologik selain dari tanda-tanda persumtif yang dapat dideteksi atau

dikenali oleh pemeriksa.(Sarwono Prawihardjo 2014, 214).

Yang Termasuk tanda persumtif adalah:

2.2.1.1 Amenorhea (Tidak dapat haid)

Pada wanita sehat dengan haid yang tidak teratur, amenorrhea

menandakan kemungkinan hamil. Gejala ini sangat penting

karena umumnya wanita yang hamil tidak dapat haid lagi.

Kadang-kadang amenorhea disebabkan oleh hal-hal lain

diantaranya penyakit berat seperti TBC, Typhus, Anemia atau

karena pengaruh psikis misalnya karena perubahan

lingkungan (dari desa ke asrama) juga dalam masa perang

sering timbul amenorhea pada wanita.

2.2.1.2 Morning Sickness (Mual dan Muntah)

Mual dan muntah pada umumnya terjadi di bulan-bulan

pertama kehamilan sampai akhir bulan pertama disertai

kadang-kadang oleh muntah. Sering terjadi pada pagi hari,

tetapi tidak selalu. Dalam batas tertentu keadaan ini masih

fisiologis, namun bila sudah terlampau sering dapat

mengakibatkan gangguan kesehatan yang disebut dengan

hiperemesis gravidarum.

2.2.1.3 Sering buang air kecil

Terjadi karena kandung kemih pada bulan-bulan pertama

kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Pada

triwulan kedua pada umumnya keluhan ini hilang oleh karena


13

uterus yang membesar keluar dari rongga panggul. Pada akhir

triwulan gejala bisa timbul kembali karena janin mulai masuk

ke rongga panggul dan menekan kembali kandung kencing.

2.2.1.4 Payudara Membesar dan Tegang

Keadaan ini disebabkan oleh pengaruh esterogen dan

progesterone yang merangsang duktus dan alveoli pada

mammae, sehingga glandula montglomery tampak lebih jelas.

2.2.1.5 Pigmentasi kulit

Terjadi pada kehamilan 12 minggu ketasa. Pada pipi, hudung,

dan adahi, kadang-kadang tampak deposit pigmen yang

berlebihan yang dikenal dengan cloasma gravidarum (topeng

kehamilan). Areola mammae juga berubah menjadi hitam

karena didapatkan deposit pigmen yang berlebihan. Daerah

leher menjadi lebih hitam dan linea alba. Hal ini terjadi karena

pengaruh hormone kortiko steroid plasenta yang merangsang

melanofor dan kulit (Nugroho Taufan, dkk 2014, 60-63).

2.2.2 Tanda Kemungkinan Hamil

Adalah perubahan-perubahan yang diobservasi oleh pemeriksa

(bersifat obyektif), namun berupa dugaan kehamilan saja. Yang

termasuk tanda-tanda kemungkinan hamil yaitu:

2.2.2.1 Uterus membesar terjadi perubahan bentuk, besar dan

konsistensi rahim. Pada pemriksaan dalam dapat pula diraba

bahwa uterus membesar dan makin lama semakin bundar

bentuknya.
14

2.2.2.2 Tanda hegar adalah perubahan pada istmus uteri yang

menyebabkan isthmus uteri menjadi lebih panjang dan lunak

(usia 6 minggu).

2.2.2.3 Tanda Chadwick adalah warna merah tua atau kebiruan pada

vagina akibat peningkatan vaskularisasi (usia 8 minggu).

2.2.2.4 Tanda Piscasek adalah pertumbuhan rahim tidak sama

kesemua arah, tetapi terjadi pertumbuhan yang cepat

didaerah implantasi plasenta sehingga bentuk rahim tidak

simetris (usia 4-6 minggu).

2.2.2.5 Tanda Braxton Hicks adalah kontraksi uterus yang datangnya

sewaktu-waktu, tidak beraturan dan tidak mempunyai irama

tertentu (akhir trimester).

2.2.2.6 Tes kehamilan positif (usia 7-10 hari setelh konsepsi)

(Nugroho Taufan,dkk 2013, 44).

2.2.3 Tanda pasti adalah tanda-tanda obyektif yang didapatkan oleh

pemeriksaan yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa

pada kehamilan. Yang termasuk tanda pasti kehamilan yaitu:

2.2.3.1 Terasa gerakan janin, gerakan pada primigravida dapat

dirasakan pleh ibunya pada kehamilan 18 minggu, sedangkan

pada multigravida pada kehamilan 16 minggu, karena telah

berpengalaman dari kehamilan yang lalu. Pada bulan ke-IV

dan V janin itu kecil diandingkan dengan banyaknya air

ketuban, maka kalau rahim diorong atau digoyangkan, maka

anak melenting didalam rahim. Ballotement ini dapat

ditentukan dengan
15

pemeriksaan luar maupun dengan jari yang melakukan

pemeriksaan dalam.

2.2.3.2 Teraba bagian-bagian janin, bagian-bagian janin secara

obyektif dapat diketehui oleh pemeriksaan dengan cara palpasi

menurut Leopold pada akhir trimester kedua.

2.2.3.3 Denyut jantung janin secara obyektif dapat diketahui oleh

pemeriksa dengan menggunakan system doopler pada

kehamilan 12 minggu danm stetoskop leanec pada kehamilan

18-20 minggu.

2.2.3.4 Terlihat kerangka janin pada pemeriksaan sinar rontgen.

Dengan menggnakan USG dapat terlihat gambaran janin berupa

ukuran kantong janin, panjangnya janin, dan diameter

biparietalis hingga dapat diperkirakan tuanya kehamilan

(Nugroho Taufan,dkk 2014, 65-66).

2.3 Perubahan Fisiologis Pada Kehamilan

2.3.1 Berat Badan

2.3.1.1 Peningkatan berat badan sekitar 25% dari sebelum hamil

(rata-rata 12,5 kg).

2.3.1.2 Pada trimester II dan III sebanyak 0,5 kg/ minggu.

2.3.1.3 Pengaruh dari pertumbuhan janin, pemeriksaan organ

maternal, penyimpanan lemak dan protein, serta

peningkatan volume darah dan cairan intertisial pada

maternal.

2.3.2 Sistem Reproduksi

2.3.2.1 Uterus mengalami kenaikan yaitu 20 x 50 gram, volume

10 ml serta mengalami pembesaran uterus karena


16
pengaruh esterogen adalah hyperplasia hipertrofi aringan

otot uterus.

2.3.2.2 Serviks, pada serviks terdapat tanda-tanda Chadwick,

goondel dan mucus plug, serviks uteri mengalami

hipervaskularisasi dan pelunakan dan lendir serviks

meningkat seperti gejala keputihan.

2.3.2.3 Ovarium, fungsi ovarium diambil alih oleh plasenta

terutama fungsi produksi progetsterone dan esterogen

pada usia kehamilan 16 minggu . Tidak terjadi

kematangan ovum selama kehamilan.

2.3.2.4 Payudara, payudara menjadi lebih besar, kenyal, terasa

tegang, arela mengalami hiperpigmentasi, glandula

montgomeri makin tampak, papilla mammae makin

membesar atau menonol serta pengeluaran ASI belum

berlangsung karena prolaktin belum berfungsi.

2.3.2.5 Vulva mengalami hipervaskularisasi karena pengaruh

esterogen dan progesterone atau berwarna kebiruan.

2.3.3 Sistem Muskolesketal

2.3.3.1 Pembesaran payudara dan rotasi anterior panggul

memungkinkan untuk etrajdinya lorosis

2.3.3.2 Ibu sering mengalami nyeri dibagian punggung dan

pinggang karena mempertahankan posisis stabil.

2.3.3.3 Adaptasi muskolesketal yang disebabkan oleh pengbaruh

hormonal yaitu relaksasi persendian karena pengaruh

hormone relaksin, mlibilitas dan pliabilitas atau pelunakan

meningkat pada sendi sakroiliaka, sakrokoksigeal dan

pelvis untuk persiapan persalinan.

2.3.3.4 Relaksasi dan hipermobilitas sendi pada masa hamil


17
kembali stabil dan ukuran sama dengan sebelum hamil,

kecuali pada kaki (Hutaehan, Serri 2013, 45-46).

2.3.4 Sistem Integumen

Selama kehamilan terjadi perubahan-perubahan pada system organ ibu

dikarenakan pengaruh hormon. Begitupun dengan system integument.

Perubahan pada system integument selama hamil disebabkan oleh

perubahan keseimbangan hormone dan peregangan ekanis yang

ditandai dengan beberapa kondisi sebagai berikut.

2.3.4.1 Peningkatan aktivitas melanophore stimulating hormone

mengakibatkan hiperpigmentasi wajah ( Clloasma

gravidarum), payudara, linea alba, dan striae gravidarum.

Jaringan elastic kulit mudah pecah,menyebabkan striae

gravidarum, atau tanda regangan. Respon alergi kulit

meningkat. Kelenjar sebaseus, keringat, folikel rambut

lebih aktif. Pigmentasi timbul akibat peningkatan hormone

hipofisiss anteriopr menotropin selama masa hamil,

contoh pimentasi padawajah yaitu cloasma. Striae

gravidarum atau tanda regangan terlihat dibawah abdomen

disebabkan kerja adenokortikisteroid.

2.3.4.2 Perubahan umum lainnya yang timbul adalah peningkatan

ketebalan kulit dan lemak subdermal, hiperpigmentasi,

pertumbuhan rambut, kuku, percepatan aktivitas kelenjar

keringat dan sebasea, serta peningkatan sirkulasi dan

aktivitas vasomotor.

2.3.5 Sistem Respirasi

Kebutuhan oksigen meningkat 15%-20% diafragma terdorong keatas,

hiperventilasi, pernapasan dangkal (20-24 x/menit) mengakibatkan

penurunan kompliansi dada, dan kapasitas paru serta terjadi


18
peningkatan volume tidal. Oleh karean itu, system respirasi selama

kehamilan dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan inspirasi dan

ekspirasi dalam pernapasan, yang secara langsung juga mempengaruhi

suplai oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) pada janin. Jika

inspirasi meningkat maka jumlah kebutuhan oksigen akan meningkat

(oksigen di arteri meningkat), sehingga suplai oksigen yang sampai ke

fetus meningkat. Tapi jika ekspirasi meningkat maka output

karbondioksida meningkat, sehingga karbondioksida dalam darah

maternal menurun yang selanjutnya akan memudahkan transfer

karbondioksida dari fetus kepada maternal.

2.3.6 Sistem Gastrointestinal

Selama masa hamil, nafsu makan meningkat, sekresi usus berkurang,

fungsi hati berubah, dan aborsi nutrient meningkat. Aktivitas

peristaltik(motilitas) menurun, akibatnya bising usus menghilang,

sehingga menyebabkan konstipasi, mual serta muntah. Aliran darah ke

panggul dan tekanan darah meningkat sehingga menyebabkan

hemoroid terbentuk pada akhir kehamilan.

2.3.7 Sistem Kardiovaskular

Hipertrofi atau dilatasi ringan jantung mungkin disebabkan oleh

peningkatan volume darah dan curah jantung. Oleh karena diafragma

terdorong keatas, jantung terangkat ke atas lalu berotasi kedepan dan

kekiri. Peningkatan ini juga menimbulkan perubahan hasil auskultasi

yang umum terjadi selama masa hamil. Perubahan pada auskultasi

mengiringi perubahan ukuran dan posisi jantung (Hutahean Serri

2013, 44-50).

2.3.8 Sistem Perkemihan

Uretra membesar, tonus otot-otot saluran kemih menurun akibat

pengaruh esterogen dan progesterone. Kencing lebih sering laju fitrasi


19
meningkat sampai 60%-150%. Dinding saluran kemih dapat tertekan

oleh pembesarn uterus menyebabkan ibu sering berkemih (Sukarni,

Icesmi 2013, 70).

2.4 Perubahan Psikologis Pada Kehamilan

Sikap atau penerimaan ibu terhadap keadaan hamilnya sangat

mempengaruhi kesehatan atau keadaan umum ibu serta keadaan janin

dalam kehamilannya. Umumnya kehamilan yang didinginkan akan

disambut dengan sangat gembira, diiringi dengan pola makan yang teratur,

perawatan tubuh dan upaya memeriksakan diri secara terartur dengan baik.

Kadang timbul gejala yang lazim disebut ngidam, yaitu keinginan terhadap

hal-hal tertentu yang tidak seperi biasanya. Akan tetapi kehamilan yang

tidak diingikan, kemungkinan akan disambut dengan sikap tidak

mendukung, nafsu makan menurun, tidak mau memeriksakan

kehamilannya secara teratur, bahkan kadang-kadang juga ibu sampai

melakukan saha-usaha untuk mnggugurkan kandungannya (Nugroho

Taufan 2013, 52).

2.5 Tanda – tanda bahaya pada kehamilan Trismester III.

2.5.1 Perdarahan Pervaginam

Perdarahan antepartum atau perdarahan pada pada kehamilan lanjut

adalah perdarahan pada trimester terakhir dalam kehamilan sampai bayi

dilahirkan. Pada kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak normal adalah

merah, banyak dan kadang-kadang tapi tidak selalu, disertai dengan rasa nyeri

(Pantiawati, 2015).

1) Plasenta Previa

Adalah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi

sebagian/seluruh ostium uteri internum. Implantasi plasenta yang normal

adalah pada dinding depan, dinding belakang rahim atau di daerah fundus
20
uteri. Gejala-gejala yang ditunjukkan seperti gejala yang terpenting adalah

perdarahan tanpa nyeri, bisa terjadi secara tiba-tiba dan kapan saja, bagian

terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada bagian bawah rahim

sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati PAP dan ukuran panjang

rahim berkurang maka pada plasenta previa lebih sering disertai kelainan letak.

2) Solusio Plasenta

Adalah lepasnya plasenta sebelum waktunya. Secara normal plasenta terlepas

setelah anak lahir. Tanda dan gejalanya terjadinya perdarahan namun

terkadang darah tidak keluar, terkumpul di belakang plasenta. (perdarahan

tersembunyi/perdarahan kedalam). Perdarahan disertai nyeri, nyeri abdomen

pada saat dipegang, palpasi sulit dilakukan, fundus uteri makin lama makin

naik dan denyut jantung bayi biasanya tidak ada.

2.5.2 Sakit Kepala yang Berat

Sakit kepala sering kali merupakan ketidaknyamanan yang normal

dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah serius adalah

sakit kepala yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Kadang-

kadang dengan sakit kepala yang hebat ibu mungkin menemukan bahwa

penglihatannya menjadi kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam

kehamilan adalah gejala dari pre eklampsia.

2.5.3 Penglihatan Kabur

Karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat berubah

dalam kehamilan. Tanda dan gejalanya adalah pandangan kabur dan berbayang

dan perubahan penglihatan ini mungkin disertai dengan sakit kepala yang

hebat dan mungkin menandakan pre eklampsia.

2.5.4 Bengkak di Wajah Dan Jari-Jari Tangan

Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada muka

dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat dan disertai dengan keluhan fisik
21
yang lain. Hal ini merupakan pertanda anemia, gagal jantung atau pre

eklampsia

2.5.5 Keluar Cairan Pervaginam

Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina normalnya terjadi pada trimester

ketiga namun ketuban dinyatakan pecah dini (KPD) jika terjadi sebelum proses

persalinan berlangsung. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada

kehamilan preterm (sebelum kehamilan 37 minggu) maupun pada kehamilan

aterm. Normalnya selaput ketuban pecah pada akhir kala I atau awal kala

persalinan, bisa juga belum pecah saat mengedan.

2.5.6 Gerakan Janin Tidak Terasa

Normalnya ibu mulai merasakan gerakan janinnya selama bulan ke 5 atau ke 6,

beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur,

gerakannya akan melemah. Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu

berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik. Bayi

harus bergerak 3x dalam 1 jam atau minimal 10x dalam 24 jam. Jika kurang

dari itu, maka waspada akan adanya gangguan janin dalam rahim, misalnya

asfiksia janin sampai kematian janin.

2.5.7 Nyeri Abdomen yang Hebat

Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang mengancam

keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah

beristirahat. Sebelumnya harus dibedakan nyeri yang dirasakan adalah bukan

his seperti pada persalian. Pada kehamilan lanjut, jika ibu merasakan nyeri

yang hebat, tidak berhenti setelah beristirahat, disertai tanda-tanda syok yang

membuat keadaan umum ibu makin lama makin memburuk dan disertai

perdarahan yang tidak sesuai dengan beratnya syok, maka kita harus waspada

akan kemungkinan terjadinya solusio placenta. Nyeri perut yang hebat bisa

berarti apendiksitis, kehamilan etopik, aborsi, penyakit radang pelviks,


22
persalinan preterm, gastritis, penyakit kantong empedu, iritasi uterus, abrupsi

placenta, infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya

2.2 Tinjauan Preeklampsia

2.2.1 Definisi Preeklampsia

Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,

bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema, dan proteinuria yang

muncul pada kehamilan 20 minngu sampai akhir minggu pertama setelah

persalinan (Sukarni Icesmi dan Margaretha 2013, 169).

Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang secara spesifik hanya

muncul selama kehamilan dengan usia lebih dari 20 minngu (kecuali pada

penyakit trofoblastik) dan dapat di diagnosis dengan kriteria sebagai berikut :

1) Ada peningkatan tekanan darah selama masa kehamilan sistolik ≥140

mmHg atau diastolik ≥ 90 mmHg), yang sebelumnya normal, disertai

proteinuria (≥ 0,3 gram protein selama 24 jam atau ≥ 30 mg/dl dengan

hasil reagen urine ≥ +1).

2) Apabila hipertensi selama kehamilan muncul tanpa proteinuria, perlu

dicurigai adanya preeklampsia seiring kemajuan kehamilan, jika muncul

gejala nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri pada abdomen, nilai

trombosit rendah dan kadar enzim ginjal normal (Norma Nita dan Mustika

2013, 59).

2.2.2 Faktor Resiko Preeklampsia

Ada beberapa faktor resiko tertentu yang berkaitan dengan perkembangan

penyakit:

1) Primigravida, kira-kira 85% preeklampsia terjadi pada kehamilan

pertama

Berdasakan teori immunologik, preeklampsia pada primigravida

terjadi dikarenakan pada kehamilan pertama terjadi pembentukan


23
blocking antibodies terhadap antigen tidak sempurna. Selain itu pada

kehamilan pertama terjadi pembentukan Human Leucoyte Antigen

(HLA-G) yang berperan penting dalam modulasi respon imun

sehingga ibu menolak hasil konsepsi atau terjadi intoleransi ibu

terhadap plasenta sehingga menyebabkan preeklampsia (Norma Nita

dan Mustika 2013, 67).

2) Grand multigravida

Pada ibu yang grand multigravida beresiko mengalami preeklampsia

dikarenakan terjadi perubahan pada alat-alat kandungan yang

berkurang elastisnya termasuk pembuluh darah sehingga lebih

memudahkan terjadinya vasokontriksi, terjadi peningkatan cairan,

timbul hipertensi yang disertai oedema dan proteinuria (Norma Nita

dan Mustika 2013, 68)

3) Distensi rahim berlebihan: hidramnion, hamil ganda, dan mola

hidatidosa. Preeklampsia terjadi pada 14% sampai 20% kehamilan

dengan janin lebih dari satu.

Kehamilan ganda dan hidramnion sangan berkaitan dengan kejadian

preeklampsia. Ibu dengan hamil ganda dapat menyebabkan terjadinya

hidramnion akibat dua janin yang ada dalam rahim ibu sehingga

tekanan dalam rahim ibu berlebihan. Akibatnya cairan yang berlebihan

dalam rahim akan akan memudahkan terjadinya vasokontriksi dan

peningkatan pada tekanan darah ibu (Norma Nita dan Mustika 2013,

68).

4) Morbid obesitas atau kegemukan dan penyakit yang meyertai

kehamilan seperti diabetes mellitus

Kegemukan disamping menyebabkan kolesterol tinggi dalam darah

juga menyebabkan kerja jantung lebih berat. Semakin gemuk

seseorang maka semakin banyak pula jumlah darah yang terdapat di


24
dalam tubuh yang berarti makin berat pula fungsi pemompaan jantung

sehingga dapat meyebabkan terjadinya preeklampsia. Preeklampsia

lebih cenderung juga terjadi pada wanita yang menederita diabetes

melitus karena pada saat hamil plasenta berperan untuk memenuhi

semua kebutuhan janin. Pertumbuhan janin dibantu oleh hormon-

hormon dari plasenta, namun hormone-hormon plasenta ini juga

mencegah kerja insulin dalam tubuh ibu hamil. Hal ini disebut

resistensi insulin atau kebal insulin. Resistensi insulin membuat tubuh

ibu hamil lebih sulit untuk mengatur kadar gula darah sehingga

glukosa tidak dapat diubah menjadi energi dan menumpuk didalam

darah sehingga keadaan ini menyebabkan kadar gula dalam darah

menjadi tinggi (Dyah Ayu Wulandari, 2016:17).

5) Pada ibu yang mengalami hipertensi kronis atau penyakit ginjal, insiden

dapat mencapai 25%.

Ibu hamil dengan hipertensi kronis lebih memudahkan terjadinya

preeklampsia berat dikarenakan pembuluh darah ibu sebelum

mencapai 20 minggu sudah mengalami vasokontriksi. Hal ini akan

menyebabkan tekanan darah ibu tinggi dan kandungan dalam protein

dalam urin selama kehamilan semakin meningkat. Gagal ginjal juga

menyebabkan terjadinya preeklampsia akiba terjadi penurunan aliran

darah ke ginjal sehingga menyebabkan filtrasi glomelurus berkurang

akibatnya terjadi proteinuria (Dyah Ayu Wulandari, 2016:18).

6) Jumlah umur ibu diatas 35 tahun

Wanita pada usia lebih dari 35 tahun lebih mudah mengalami berbagai

masalah kesehatan salah satunya hipertensi dan preeklampsia. Hal ini

terjadi karena terjadinya perubahan pada jaringan alat-alat kandungan

dan jalan lahir tidak lentur lagi begitu pula dengan pembuluh darah,

juga diakibatkan tekanan darah yang meningkat seiring dengan


25
pertambahan usia sehingga memudahkan terjadinya vasokontriksi pada

pembuluh darah ibu, proteinuria dan oedema. Usia 35 tahun

sebenarnya belum dianggap rawan, hanya pada usia ini kemampuan

reproduksi lebih menurun sehingga usia diatas 35 tahun dianggap fase

untuk menghentikan kehamilan (Sukarni Icesmi dan Margaretha 2013,

169).

2.2.3 Klasifikasi Preeklampsia

Adapun preeklampsia digolongkan kedalam preeklampsia ringan dan

preeklampsia berat dengan gejala dan tanda sebagai berikut:

2.2.3.1 Preeklampsia Ringan

Preeklampsia ringan adalah suatu sindroma spesifik kehamilan dengan

menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasopasme

pembuluh darah dan aktivasi endotel (Prawihardjo 2014, 543). Berikut

diagnosis preeklampsia ringan:

1) Tekanan darah ≥140/90 mmHg pada usia kehamilan diatas 20

minggu

2) Tes celup urine menunjukkan proteinuria 1+ atau pemeriksaan

protein kuantitatif menunjukkan hasil lebih dari 300 mg/24 jam.

2.2.3.2 Preeklampsia Berat

Preeklampsia berat adalah preeclampsia dengan tekanan darah sistolik

≥ 160 mmHg dan tekanan diastolic ≥110 mmHg disertai proteinuria

lebih 5 g/24 jam (Prawihardjo 2014, 544). Berikut diagnosis

preeklampsia berat:

1) Tekanan darah ≥160/110 mmHg pada usia kehamilan lebih dari 20

minggu.

2) Tes celup urine menunjukkan proteinuria ≥2+ atau pemeriksaan

protein kuantitatif menunjukkan hasil lebih dari 5 g/24 jam

3) Atau keterlibatan organ lain:


26

a. Trombositopenia (<100.000 sel/uL), hemolisis mikiroangiopati

b. Peningkatan SGOT/SGPT, nyeri abdomen kuadran kanan atas

c. Sakit kepala, skotoma penglihatan

d. Pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion

e. Edema paru atau gagal jantung kongestif

f. Oliguria (<500 ml/24 jam), kreatinin lebih dari 1,2 mg/dl (Buku

Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan

Rujukan 2013, 111).

2.2 4 Patofisiologi Preeklampsia

2.2.4.1 Teori kelainan vaskularisasi plasenta

Pada kehamila normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah

dari cabang-cabang arteri uterine dan arteri ovarika. Kedua pembuluh

darah tersebut menembus meometrium berupa arteri akuarta memberi

cabang arteri radialis. Arteri radialis menembus endometrium menjadi

arteri basalis member cabang arteri spiralis.

Pada hamil normal, terjadi invasi trofoblas ke dalam lapisan otot

arteri spiralis, yang menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut

sehingga terjadi dilatasi pada arteri spiralis. Invasi trofoblas juga

memasuki jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga jaringan matriks

menjadi gembur dan memudahkan lumen arteri spiralis mengalami

distensi dan dilatasi. Distensi dan vasodilatasi lumen arteri spiralis ini

memberi dampak penurunan tekanan darah, penurunan resistensi

vascular, dan peningkatan aliran darah pada daerah utero plasenta.

Akibatnya, aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan

juga meningkat, sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin dengan

baik.

Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel

trofoblas secara sempurna pada lapisan otot arteri spiralis menjadi


27
tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak

memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya, arteri

spiralis relative mengalami vasokontriksi sehingga aliran darah

uteroplasenta menurun, sehingga terjadilah hipoksia dan iskemia

plasenta.

2.2.4.2 Teori iskemia plasenta, Radikal bebas dan disfungsi endotel

Sebagaimana dijelaskan pada teori invasi trofoblas, pada

preeklampsia terjadi kegagalan pada aliran pembuluh darah, akibatnya

palsenta mengalami iskemia. Plasenta yang mengalami iskemia

plasenta dan hipoksia akan menghasilkan oksidan (disebut juga radikal

bebas). Oksidan dan radikal bebas adalah senyawa penerima electron

atau atom/molekul yang mempunyai elektron yang tidak berpasangan.

Salah satu oksidan penting yang dihasilkan plasenta iskemia adalah

radikal hidroksil yang sangat toksis, khususnya terhadap membran sel

endotel pembuluh darah. Radikal hidroksil akan merusak membran sel,

yang mengandung banyak asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida

lemak. Peroksida lemak selain akan merusak membran sel, juga akan

merusak nukleus, dan protein sel endotel. Produksi oksidan atau

radikal bebas dalam tubuh yang bersifat toksis, selalu diimbangi

dengan produksi antioksidan.

Akibat sel endotel terpapar terhadap peroksida lemak, maka terjadi

kerusakan sel ednotel, yang kerusakannya dimulai dari membran sel

endotel. Kerusakan membran sel endotel mengakibatkan terganggunya

fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel atau

disebut dengan disfungsi endotel. Pada waktu terjadi kerusakan sel

endotel yang mengakibatkan disfungsi endotel yang mengakibatkan

disfungsi sel endotel, maka akan terjadi;

2.2.4.3 Gangguan metabolisme prostaglandin, karena salah satu fungsi sel


28
endotel adalah memproduksi prostaglandin yaitu menurunnya produksi

prostaglandin (PGE2): suatu vasodilator kuat.

2.2.4.4 Agregasi sel-sel trombosit pada daerah sel endotel yang mengalami

kerusakan. Agregasi sel trombosit ini adalah untuk menutup tempat-

tempat di lapisan sel endotel yang mengalami kerusakan. Agregasi

trombosit meproduksi tromboksan (TXA2): suatu vasokontriktor kuat.

Dalam keadaan normal perbandingan kadar prostasiklin/tromboksan

lebih tinggi kadar prostasiklin sehingga lebih tinggi vasodilator). Pada

preeklampsia kadar tromboksan lebih tinggi dari kadar prostasiklin

sehingga terjadi vasokontriksi, akibatnya tekanan darah mengalami kenaikan.

2.2.4.5 Peningkatan permeabilitas kapilar

1) Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin

Pada perempuan hamil normal, respon imun tidak menolak adanya

hasil konsepsi yang bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya human

leukocyte antigen protein G (HLA-G), yang berperan penting dalam

modulasi respon imun, sehingga ibu tidak menolak hasil konsepsi

(pkasenta). Adanya HLA-G pada plasenta dapat melindungi trofoblas

janin dari lisis oleh sel Natura Killer (NK) ibu.

Selain itu adanya HLA-G akan mempermudah invasi sel trofoblas

ke dalam jaringan desidua ibu. Jadi HLA-G merupakan prakondisi

untuk terjadinya invasi trofoblas kedalam jaringan desidua ibu,

disamping untuk menghadapi sel Natural Killer. Pada plasenta

hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan ekspresi HLA-G.

Berkurangnya HLA-G di desidua daerah plasenta, menghambat invasi

trofoblas kedalam desidua. Invasi trofoblas sangat penting agar

jaringan desidua menjadi lunak, dan gembur sehingga memudahkan

terjadinya dilatasi arteri spiralis. HLA-G akan merangsang produksi

sitikon, sehingga memudahkan terjadinya reaksi inflamasi.


29
Kemungkinan terjadi immune-maladapatation pada preeklampsia.

2) Teori adaptasi kardiovaskular

Pada hamil normal pembulu darah refrakter terhadap bahan-bahan

vaseproser. Refrakter berarti pembuluh darah tidak peka terhadap

rangsangan bahan vasepresor, atau dibutuhkan kadar vasopresor yang

lebih tinggi untuk menimbulkan respon vasokontrinksi. Pada

kehamilan normal terjadi refrakter pembuluh darah terhadap bahan

vasopresor adalah akibat dilindungi oleh adanya sintesis prostaglandin

pada sel endotel pembuluh darah.

Pada hipertensi dalam kehamilan kehilangan daya refrakter

terhadap bahan vasokontriktor, dan ternyata terjadi peningkatan

kepekaan terhadap bahan-bahan vasopresor. Artinya, daya refrakter

pembuluh darah terhadap bahan vasopresor hilang sehingga pembuluh

darah menjadi sangat peka terhadap bahan vasopresor. Ada faktor

keturunan dan familial dengan model gen tunggal. Genotipe ibu lebih

menentukan terjadinya preeklampsia dalam kehamilan secara familial

jika dibandingkan dengan genotipe janin. Telah terbukti bahwa pada

ibu yang mengalami preeklampsia, 26% anak perempuannya akan

mengalami preeklampsia pula, sedangkan hanya 8% anak menantu

mengalami preeklampsia.

3) Teori defisiensi gizi

Beberapa peneliti juga menganggap bahwa defisiensi kalsium pada

diet perempuan hamil mengakibatkan resiko terjadinya

preeklampsia/eklamsia. Penelitian di Negara Equador Andes dengan

metode uji klinik, ganda tersamar, dengan membandingkan pemberian

kalsium dan placebo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu

hamil yang diberi suplemen kalsium cukup, kasus yang mengalami

preeklampsia adalah 14% sedangkan yang diberi glukosa 17%.


30
4) Teori stimulus inflamasi

Teori ini bersdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas di

dalam sirkulasi darah merupakan rangsangan utama terjadinya proses

inflamasi. Pada kehamilan normal plasenta juga melepaskan debris

trofoblas sebagai sisa-sisa proses apoptosis dan nekrotik trofoblas

akibat reaksi stres oksidatif.

Bahan-bahan ini sebagai bahan asing yang kemudian merangsang

timbulnya proses inflamasi. Pada kehamilan normal, jumlah debris

trofoblas masih dalam batas wajar, sehingga reaksi inflamsi juga masih

dalam batas normal. Berbeda dengan proses apoptosis pada

preeklampsia, di mana pada preeklampsia terjadi peningkatan stress

oksidatif, sehingga produksi debris apoptosis dan nekrotik trofoblas

juga meningkat. Makin banyak sel trofoblas plasenta misalnya pada

plasenta besar, pada hamil ganda, maka reaksi stress oksidatif kan

meningkat, sehingga jumlah sisa debris trofoblas makin meningkat.

Keadan ini menimbulkan beban reaski inflamasi dalam darah ibu

menjadi jauh lebih besar, disbanding reaksi inflamasi pada kehamilan

normal. Respon inflamasi ini akan mengaktivasi sel endotel, dan sel-

sel granulosit, yang lebih besar pula, sehingga terjadi reaksi sistemik

inflamasi yang menimbulkan gejala-gejala preeklampsia pada ibu.

2.2.5 Penatalaksanaan pada preeklampsia

2.2.5.1 Preeklampsia Ringan

1) Penatalaksanaan rawat jalan pasien preeklampsia ringan, dengan

cara:

Ibu dianjurkan untuk beristirahat (berbaring tidur/miring), diet:

cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam; Pemberian

sedative ringan: tablet Phenobarbital 3 x 30 mg atau diazepam 3 x

2 mg peroral selama 7 hari (atas instruksi dokter); roborantia:


31
kujungan ulang setiap 1 minggu; pemeriksaan laboratorium:

hemoglobin, hemotokrit, trombosit, urin lengkap, asam urat darah,

fungsi hati dan fungsi ginjal.

2) Penatalaksanaan rawat tinggal pasien preeklampsia ringan

berdasarkan kriteria: setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan

tidak menunjukkan adanya perbaikan dari gejala-gejala

preeklampsia, kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih perminggu

selama dua kali berturut-turut (2 minggu), timbul salah satu atau

lebih gejala atau tanda-tanda preeclampsia berat.

Bila setelah 1 minggu perawatan diatas tidak ada perbaikan

maka preeklampsia ringan dianggap sebagai preeklampsia berat.

Jika dalam perawatan dirumah sakit sudah ada perabikan sebelum 1

minggu dan kehamilan mansih preterm maka penderita tetap

dirawat selama 2 hari lagi baru dipulangkan. Perawatan lalu

disesuaikan dengan perawatan rawat jalan. (Yeyeh Ai dan Lia

Yulianti 2014, 176).

Jika kehamilan sudah diatas 37 minggu, maka pertimbangkan

terminasi sebagai berikut dibawah ini:

1) Jika serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 5 IU dalam

500 ml dekstrose IV 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin

2) Jika serviks belum matang, berikan prostaglandin, misoprostol atau

kateter Foley, atau terminasi dengan seksio sesaria (Pratono Ibnu

2014, 111).

2.2.5.2 Preeklampsia Berat

1) Segera masuk ke rumah sakit

2) Tirah baringmiring kesatu sisi. Tanda-tanda vital diperiksa setiap 30 menit,

memeriksa reflex patella setiap jam.

3) Memasang infuse dengan cairan dexatose 5% dimana setiap 1 liter diselingi


32
dengan cairan infuse RL (60 -125CC/jam) 500cc.

4) Pemberian anti kejang /anti konvulsan magnesium sulfat (MgSO4) sebagai

pencegahan dan terapi kejang. MgSO4 merupakan obat pilihan untuk mencegah

dan mengatasi kejang pada preeklampsia berat dan ringan.

Apabila terjadi kejang pada preeklampsia berat maka akan dilakukan

pencegahan:

a. Bila terjadi kejang, perhatikan jalan nafas, pernapasan (oksigen)

sirkulasi (cairan intravena)

b. MgSO4 diberikan secara intravena kepada ibu dengan eklampsia

(sebagai tatalaksana kejang) dan preeklampsia berat (sebagai

pencegahan kejang).

Adapun syarat pemberian MgSO4 adalah sebagai berikut:

1) Tersedia cairan glukosa 10%

2) Ada reflex patella

3) Jumlah urin minimal 0,5 ml/kg BB/jam

Adapun cara pemberian MgSO4 adalah sebagai berikut:

a. Berikan dosis awal 4 gram MgSO4 sesuai prosedur untuk

mencegah terjadinya kejang atau kejang berulang dengan cara:

1) Ambil 4 gram larutan MgSO4 (10 ml larutan MgSO4 40%)

dan larutan dengan 10 ml aquades.

2) Berika larutan tersebut secara perlahan-lahan sevara IV selama

20 menit

3) Jika IV sulit, berikan masing-masing 5 gram MgSO4 (12,5 ml

larutan MgSO4 40%) seara Im di bokong kiri dan kanan.

b. Sambil menunggu rujukan mulai dosis rumatan 6 gram MgSO4

dalam 6 jam sesuai prosedur dengan cara: Ambil 6 gram MgSO4

(15 ml larutan MgSO4 40%) dan larutkan dalam 500 ml larutan

Ringer Laktat, Asetat, lalu berikan secara IV dengan kecepatan 28


33
tetes/menit selama 6 jam, dan diulang hingga 24 jam setelah

persalinan atau kejang berakhir (bila eklampsia).

c. Melakukan pemeriksaan fisik setiap jam, meliputi tekanan darah,

frekuensi nadi, frekuensi pernapasan, reflex patella dan jumlah

urin.

d. Bila frekuensi pernapasan <16x/menit, dan atau tidak didapatkan

reflex patella dan atau oliguria produksi urin <0,5 ml/kg BB/jam),

hentikan pemberian MgSO4.

e. Jika terajdi depresi nafas, berikan cairan glukosa 1 gram secara IV

(10 ml larutan 10 %) bolus dalam 10 menit.

f. Segala ibu hamil denga preeklampsia dan eklampsia dirujuk patau

dan nilai adanya perburukan preeklampsia. Apabila terjadi

eklampsia, lakukan penilaian awal dan tatalaksana

kegawatdaruratan. Berikan kembali MgSO4 gram secara IV

perlahan-lahan (15-2o menit). Bila setelah pemberian MgSO4

ulang masih terdapat kejang, dapat dipertimbangkan untuk

pemberian diazepam 10 mg secara IV selama 2 menit.

Ada beberapa pertimbangan persalinan atau terminasi kehamilan

sebagai beriukut:

1) Pada ibu dengan eklampsia, bayi harus segera dilahirkan dalam

12 jam sejak terjadinya kejang

2) Induksi persalinan dianjurkan bagi ibu dengan preeklampsia

berat dengan janin yang belum viable atau tidak akan viable

dalam 1-2 minggu.

3) Pada ibu dengan preeklampsia berat, dimana janin sudah viable

namun usia kehamilan belum mencapai 34 minggu, manajemen

ekspektan dianjurkan, asalkan tidak terdapat kontraindikasi.

4) Pada ibu dengan preeklampsia berat, di mana usia kehamilan


34
antara 34-37 minggu, manajemen ekspektan boleh dianjurkan,

asalkan tidak terdapat hipertensi yang tidak terkontrol,

disfungsi organ ibu, dan gawat janin. Lakukan pengawasan

ketat.

5) Pada ibu dengan preeklampsia berat yang kehamilannya sudah

aterm, persalinan dini dianjurkan.

6) Pada ibu dengan preeklampsia ringan atau hipertensi

gestasional ringan yang sudah aterm, induksi persalinan

dianjurkan (Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas

Kesehatan Dasar dan Rujukan 2013, 112-116).

2.3 Standar Operasional Prosedur Preeklampsia Berat di RSUD Ibnu Sina Gresik.

Preeklampsia berat merupakan peningkatan tekanan darah > systole

140 mmHg, diastole > 110 mmHg disertai tanda lain protein urine ++

oliguria, hiperfleksian, gangguan penglihatan, nyeri epigastrum dan

kejang. Tujuan dari standar operasional ialah mengenali gejala

preeklampsia berat/ eklampsia, melakukan penatalaksanaan preeklampsia/

eklampsia,dan memberikan obat anti kejang ( magnesium sulfat atau

diazepam).

Adapun prosedur preeklampsia berat ialah dalam peengeloaan di

IGD Ponek, Jika tekanan daistolik > 110 mmHg, berikan anti hipertensi

sampai diastolik 80-100 mmHg, pasang infus RL dengan jarum besar

no.16, ukur keseimbangan cairan jangan sampai terjadi overload, infuse

cairan di pertahankan 1,5-2 liter/24 jam, pasang dower kateter untuk

pengukuran volume dan pemeriksaan proteinuria, observasi tanda vital,

reflex dan DJJ setiap 1 jam , auskultasi paru untuk mencari tanda oedema

paru jika ada oedema paru hentikan pemberian cairan dan berikan diuretik.

Kemudian nilai pembekuaan darah dengan uji pembekuan, jika

pembekuan tidak terjadi setelah 7 menit kemungkinan terdapat


35
koagulapati.

Berikan anti konvulsan dosis awal MgSO4 40% 4 gram (10 ml) IV

bolus selama 5 menit lanjutan dengan 6 gram MgSO4 40 % dalam 500 cc

larutan RL selama 6 jam; ( 28 tts/menit) Pasien dapat di kirim ke ruang

perawatan jika tekanan diastolik> 110 mmHg. Jika terjadi kejang berikan

obat anti kejang (anti konvulsan). Adapun perlengkapan untuk penanganan

kejang (jalan nafas, penghisap lendir, masker oksigen, oksigen). Kemudian

lindungi pasien dari kemungkinan trauma, aspirasi mulut tenggorokkan.

Kemudian baringkan pasien pada sisi kiri posisi trandelenburg untuk

mengurangi resiko aspirasi.

Anti konvulsan yang dapat di berikan yakni MgsO4 dengan dosis

awal 40 % 4 gr (10 ml) MgSO4 dalam larutan NaCl 100 cc larutkan

selama 10 menit, segera dilanjutkan dengan 6 gr (15 ml) MgSO4 40 %

dalam larutan RL selama 6 jam, jika kejang berulang setelah 15 menit

berikan MgSO4 (40%) 2 gr IV selama 5 menit, dosis pemberian MgSO4 1

gr/jam melalui infuse RL diberikan sampai 24 jam, hentikan pemberian

MgSO4 jika reflex patella (-) bradipnea (<10 kali/menit) .

Untuk antisipasi bantu pernapasan dengan ventilator, berikan

kalsium glukonas 1 gr (20 ml dalam larutan 10 % IV perlahan-lahan

sampai pernapasan mulai lagi, diazepam (dengan resiko terjadinya depresi

neonatal). Dosis awal 10 mg IV pelan-pelan selama 2 menit jika kejang

berulang, ulangi pemberian sesuai dosis awal.

Obat anti hipertensi yang dipilih dan di berikan bagi ibu hamil

yang aman adalah nifedipine diberikan 5-10 mg oral yang dapat diulang

sampai 8 kali/24 jam, jika respon tidak membaik selama 10 menit, berikan

tambahan 5 mg nifedipine sublingual.


36
2.4 Manajemen Asuhan Kebidanan pada PEB

2.4.1 Langkah I : Pengkajian

Data yang didapat dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu

situasi dan kejadian (Nursalam, 2008).

1) Data Subjektif

Data Subjektif adalah data yang didapat dari pasien sebagai suatu

pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian (Nursalam, 2008).

a) Biodata

Isi biodata menurut Walyani dan Purwoastuti (2015), adalah :

(1) Nama : Dinyatakan dengan tujuan agar dapat

mengenal pasien dan tidak keliru dengan

pasien lain.

(2) Umur : Utuk mengetahui faktor resiko dilihat dari

umur pasien.

(3) Suku/ bangsa : Mempermudah dalam pelaksanaan

asuhan kebidanan untuk mengetahui

faktor pembawaan atau ras.

(4) Agama : Untuk memberikan motivasi pasien

sesuai dengan agama yang dianut, agar

petugas lebih mudah dalam pendekatan

dan pemberian dorongan moril pada

pasien.

(5) Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat pendidikan

yang nantinya penting dalam

memberikan pendidikan kesehatan

pasien sesuai dengan tingkat

pendidikannya agar motivasi yang

diberikan petugas dapat diterima sesuai


37
dengan pengetahuan.

(6) Pekerjaan : Untuk mengetahui tingkat sosial

ekonomi.

(7) Alamat : Untuk mengetahui dimana lingkungan

tempat tinggalnya dan untuk

mempermudah bila sewaktu-waktu

diperlukan.

b) Keluhan Utama

Keluhan utama adalah alasan kenapa klien datang ke tempat

bidan (Walyani, 2015). Ibu bersalin patologi dengan Pre

Eklamsia Berat yaitu : Ibu mengeluh lemah dan pusing, nyeri

epigastrum, pandangan mata kabur dan kadang muntah-

muntah (Prawirohardjo, 2014)

c) Riwayat Kesehatan

Untuk mengetahui riwayat penyakit sekarang, dahulu,

maupun penyakit sistemik seperti jantung, ginjal asma, TBC,

hepatitis, DM, hipertensi, epilepsi serta riwayat penyakit

menurun/menular, riwayat keturunan kembar, dan riwayat

epilepsi (Prawirohardjo, 2013).

Pada kasus ibu hamil dengan Pre Eklamsia Berat memiliki

riwayat penyakit hipertensi (Rukiyah, 2015).

d) Riwayat Perkawinan

Tanyakan status klien apakah sekarang ia sudah menikah atau

belum menikah, lamanya dan berapa kali menikah (Walyani,

2015).

e) Riwayat Menstruasi

Data ini tidak secara langsung berhubungan, namun dari data

yang bidan peroleh, bidan akan mempunyai gambaran tentang


38
keadaan dasar dari organ reproduksinya (Sulistyowati, 2015).

f) Riwayat Kehamilan Sekarang

Menurut Walyani (2015), riwayat kehamilan sekarang

meliputi:

(1) Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)

Dapat digunakan untuk mengetahui umur kehamilan

(2) Hari Perkiraan Lahir (HPL)

Untuk menghitung dan mengetahui perkiraan lahir dengan

menggunakan rumus Naegele yaitu tanggal HPHT

ditambah 7 dan bulan dikurangi 3.

(3) ANC ( Ante Natal Care )

Untuk mengetahui riwayat ANC teratur atau tidak, sejak

hamil berapa minggu, tempat ANC, berapa kali melakukan

ANC selama kehamilan.

(4) Imunisasi TT

Untuk mengetahui pasien sudah mendapatkan vaksin TT

berapa kali, kapan dan dimana mendapatkannya. Imunisasi

TT diberikan 1x selama hamil dengan dosis 0,5 cc pada

lengan atas. Apabila ibu belum pernah imunisasi TT atau

masih ragu perlu diberikan TT sejak kunjungan 1 sebanyak

2x dengan jadwal minimal 1 bulan atau 4 minggu.

(5) Penyuluhan yang pernah didapat

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien. Penyuluhan

yang didapat biasanya KIE tentang persiapan persalinan,

tanda bahaya trimester III.

j) Riwayat Keluarga Berencana

Data ini mengkaji alat kontrasepsi yang digunakan serta untuk

mengetahui keluhan yang dialami Ibu sebagai efek samping


39
dari alat kontrasepsi yang digunakan.

k) Kebiasaan sehari-hari

Mengkaji pada makan Ibu meliputi frekuensi komposisi,

kwantitas, serta jenis dan jumlah minuman. Hal ini untuk

mengetahui apakah gizi Ibu baik atau buruk, pola makan ibu

teratur atau tidak. Kebiasaan sehari-hari meliputi :

(1) Nutrisi

Dalam nutrisi kita mengkaji pola makan. Hal ini apakah

dapat mempengaruhi peningkatan berat badan dan

pemenuhan nutrisi tubuh yang meliputi :

(a) Makanan : teratur atau tidak

(b) Frekuensi : sehari makan berapa kali

Jenis :Sayur : macam-macam sayur apa

saja Lauk : macam-macam lauk

apa saja Kuah : macam-macam kuah

apa saja

(2) Eliminasi

BAB harus ada dalam 3 hari post partum dan BAK harus

sudah dilakukan spontan dalam 6 jam post partumyang

meliputi :

(a) BAB/ BAK : dalam sehari berapa kali.

(b) Konsistensi : lunak / cair.

(3) Istirahat

Istirahat yang cukup untuk mencegah terjadinya kelelahan

yang berlebihan, tidur siang kurang 1 jam, tidur pada

malam kurang lebih 7 jam.


40

(4) Aktifitas

Hal ini dikaji untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan

ibu sehari-hari yang berpengaruh terhadap peningkatan

berat badan. Apabila aktivitas yang terlalu berat dapat

menyebabkan kelelahan akan berdampak pada

perkembangan janin.

l) Psikososial

Dikaji untuk mengetahui perubahan perasaan dan respon alami

terhadap rasa lelah yang dirasakan, perubahan fisik dan

emosional selama beberapa bulan kehamilan.

2) Data Objektif

Data objektif adalahdata yang dapat diobservasi dan diukur

oleh perawat (Nursalam, 2009)

a) Pemeriksaan Fisik

(1) Keadaan Umum

Keadaan umum pasien diamati mulai saat pertama kali

bertemu dengan pasien, dilanjutkan mengukur tanda-tanda

vital. Keadaan Baik jika pasien memperlihatkan respons

yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, serta secara

fisik tidak mengalami ketergantungan dalam berjalan.

Lemah jika pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ibu

kurang atau memberikan respon yang baik terhadap

lingkungan dan orang lain dan pasien sudah tidak mampu


41

lagi untuk berjalan sendiri (Rukiyah dan Yulianti,

2010).Pada ibu bersalin dengan Pre Eklamsia Berat

umumnya keadaan umum nya menurun (Prawirohardjo,

2014).

(2) Kesadaran

Composmentis (sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua

pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya), apatis

(kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan

kehidupan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh), somnolen

(keadaan kesadaran yang mau tidur saja, dapat

dibangunkan dengan rangsangan nyeri tetapi jatuh tidur

lagi), delirium, semi koma dan koma (kesadaran yang

menyerupai koma) (keadaan kesadaran yang hilang sama

sekali dan tidak dapat dibangunkan dengan rangsang

apapun) (Rukiyah dan Yulianti, 2010). Pada ibu bersalin

dengan Pre Eklamsia Berat kesadaran composmentis

(Prawirohardjo, 2014).

(3) Tanda-tanda vital

Tanda tanda vital yang diukur, meliputi:

(a) Tekanan darah

Tekanan darah normal 110/60 – 140/90 mmHg

(Waliyani & Purwoastuti, 2015). Pada Ibu hamil


42

dengan Pre Eklamsia Berat memiliki tekanan darah

≥160/1100 mmHg (Nugroho, 2012).

(b) Suhu

Untuk mengetahui suhu badan apakah ada

peningkatan atau tidak jika ada dan lebih dari 38oC

kemungkinan terjadi infeksi. Batas normal 37,5 -

38oC (Walyani dan Purwoastuti, 2015). Pada ibu

bersalin dengan Pre Eklamsia Berat apabila terjadi

syok suhu tubuh 36,5oC - 37oC (Prawirohardjo, 2014).

(c) Nadi

Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam 1

menit. Batas normal 60 – 80 x / menit (Walyani dan

Purwoastuti, 2015). Pada ibu bersalin dengan Pre

Eklamsia Berat apabila terjadi syok maka akan terjadi

takikardi yaitu nadi 80 – 90 x/menit (Prawirohardjo,

2014).

(d) Respirasi

Untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang

dihitung dalam 1 menit. Batas normal 20-30 x/menit

(Walyani dan Purwoastuti, 2015). Pada ibu bersalin

dengan Pre Eklamsia Berat apabila mengalami syok

pernapasan 16 - 24 x/ menit (Prawirohardjo, 2014).


43

b) Pemeriksaan Sistematik

(1) Kepala :Untuk mengetahui bagaimana keadaan kulit

kepala pada rambut untuk menilai warna

kelebatan, distribusi dan karakteristik lainnya

(Walyani dan Purwoastuti, 2015).

(2) Muka Untuk mengetahui keadaan muka pucat atau

tidak, ada oedema dan cloasma gravidarum

atau tidak (Walyani dan Purwoastuti, 2015).

Pada ibu bersalin dengan Pre Eklamsia Berat

terjadi oedema pada muka (Walyani, 2015).

(3) Mata Untuk mengetahui apakah konjungtiva pucat

atau tidak, sklera ikterik atau tidak, mata

cekung atau tidak (Walyani dan Purwoastuti,

2015).

(4) Hidung Untuk mengetahui apakah ada benjolan atau

tidak (Walyani dan Purwoastuti, 2015).

(5) Mulut dan gigi Untuk mengetahui apakah mulut bersih

atau tidak, ada caries dan karang gigi atau tidak

(Walyani dan Purwoastuti, 2015).

(6) Telinga Bagaimana keadaan daun telinga, liang telinga, ada serumen atau

tidak (Walyani dan Purwoastuti, 2015).

(7) Leher Untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar

thyroid dan ada pembesaran kelenjar getah bening atau

tidak (Walyani dan Purwoastuti, 2015).

(8) Dada Untuk mengetahui apakah ada kelainan bentuk

atau tidak (Walyani dan Purwoastuti, 2015).


44
(9) Mammae Untuk mengetahui bentuk payudara

kanan dan kiri simetris atau tidak, ada kelainan atau ada

bekas operasi atau tidak (Walyani dan Purwoastuti,

2015).

c) Pemeriksaan khusus Obstetri (Lokalis)

(1) Abdomen

Ada bekas operasi atau tidak, hal ini untuk mengetahui

adanya kelainan pada abdomen (Walyani dan Purwoastuti,

2015). Jika pada ibu dengan Pre Eklamsia Berat perlu

diwaspadai adanya pembesaran tidak sesuai dengan umur

kehamilan, karna pada bisa terjadi peningkatan berat

badan 1 kg atau lebih setiap minggu.

(a) Inspeksi

Inspeksi adalah suatu proses observasi yang dilakukan

secara sistematis dengan menggunakan penglihatan

dari ujung rambut sampai kaki (Walyani, 2015).

(b) Palpasi

Palpasi adalah pemeriksaan kebidanan pada abdomen

dengan menggunakan maneuver leopold untuk

mengetahui keadaan janin didalam abdomen

(Walyani, 2015). Pemeriksaan palpasi yaitu meliputi:

Leopold I : Untuk menentukan tinggi fundus uteri.

Dengan demikian tua kehamilan dapat

diketahui.

Leopold II : Untuk menentukan batas samping uterus

dan dapat pula ditentukan letak

punggung janin yang membujur dari atas

ke bawah menghubungkan bokong


45
dengan kepala. Letak memanjang

punggung kiri/kanan.

Leopold III : Untuk menentukan bagian apa yang

terletak di sebelah bawah. Kepala sudah

masuk panggul.

Leopold IV : Untuk menentukan berapa bagian dari

kepala telah masuk ke dalam pintu atas

panggul.

(c) Auskultasi

Auskultasi digunakan untuk mengetahui detak jantung

janin, lokasi punctum maksimum, tempat

frekuensinya, denyut jantung normal 120 – 160

x/menit (Walyani, 2015). Pada ibu dengan Pre

Eklmasia Berat perlu diwaspadai adanya komplikasi

denyut jantung janin yang abnormal yaitu <120

x/menit atau >160 x/menit.

(2) Genetalia

Apakah oedeme, verises, pengeluaran cairan dan kelainan

atau tidak (Walyani dan Purwoastuti, 2015).

(3) Anus :Untuk mengetahui adanya haemoroid atau kelainan

(Walyani dan Purwoastuti, 2015).

(4) Ekstremitas : Apakah ada oedema varices, atau tidak,

reflek patella positif / negatif (Walyani dan Purwoastuti,

2015). Pada ibu bersalin dengan Pre Eklamsia Berat

terjadi oedema pada tangan dan kaki (Walyani, 2015).


46

d) Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui

kadar protein urin, pemeriksaan darah, hemoglobin dan

hematokrit, trombosit (Nugroho, 2012).

2.4.2 Langkah II : Interpretasi data

Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan

sehingga dapat merumuskan diagnosa atau masalah yang spesifik

(Walyani, 2015).

2.4.2.1 Diagnosa Kebidanan

Diagnosa kebidanan adalah rumusan dari hasil pengkajian

mengenai kondisi klien berdasarkan hasil analisa yang diperoleh

(Walyani, 2015).

Diagnosa :

Ny. XG..PAPIAH,dengan Pre Eklamsia Berat.

1) Data Dasar :

a. Data Subjektif

Menurut Nursalam (2009), data subjektif ibu Hamil patologi

dengan Pre Eklamsia Berat yaitu : Ibu mengeluh lemah dan

pusing, nyeri epigastrum, pandangan mata kabur dan kadang

muntah-muntah (Prawirohardjo, 2014).

b. Data Objektif

Keadaan umum

Pada kasus ibu bersalin keadaan umumnya lemah.


47

Tanda – tanda vital

Tekanan darah : Pada kasus Pre Eklamsia Berat yaitu

160/110 mmHg (Nugroho, 2012).

Nadi : Pada kasus Pre Eklamsia Berat yaitu

80 – 90 x/menit (Prawirahardjo, 2014).

Suhu : Pada kasus Pre Eklamsia Berat yaitu

36,5oC – 37oC (Prawirohardjo, 2014).

Respirasi : Pada kasus Pre Eklamsia Berat yaitu

16 – 24 x/menit (Prawirohardjo, 2014).

Pemeriksaan penunjang: Proteinurine + 4

Urin: produksi urin lebih dari 100 cc/4 jam (Rukiyah &

Yulianti, 2015).

Ekstremitas muka, tangan dan kaki oedema (Walyani,

2015).

2.4.2.2 Masalah

Permasalahan yang muncul berdasarkan dari pernyataan pasien

(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Masalah yang mungkin timbul

pada ibu bersalin patologi dengan Pre Eklamsia Berat adalah nyeri

epigastrium, gangguan penglihatan, nyeri kepala, gangguan

kesadaran (Prawirohardjo, 2014)

2.4.2.3 Kebutuhan

Berdasarkan atas keadaan umum dan keadaan fisik ibu biasanya

dibutuhkan konseling lebih lanjut (Marmi, 2012). Kebutuhan untuk


48

Ibu bersalin patologi dengan Pre Eklamsia Berat yaitu support

mental dari keluarga, miring kiri dan istirahat cukup.

2.4.3 Langkah III : Diagnosa Potensial

Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa

potensial berdasarkan rangkaian masalah atau diagnosa yang ada dan

membutuhkan penanganan segera untuk mengatasi kemungkinan

buruk yang timbul (Walyani, 2015).

Diagnosa potensial pada pasien dengan Pre Eklamsia

Beratadalah Eklamsia (Sukarni dan Sudarti,2014).

2.4.4 Langkah IV : Antisipasi dan Tindakan Segera

Tindakan segera oleh bidan dan/dokter untuk konsultasi atau

ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain (Waliyani,

2015). Pada kasus ibu Pre Eklamsia Berat yaitu dosis awal berikan 4

gram MgSO4 secara IV (40% dalam 10 cc) selama 15 menit dan dosis

pemeliharaan berikan infus 6 gram dalam larutan Ringer/6 jam atau

diberikan 4 atau 5 gram secara IM selanjutnya diberikan 4 gram IM

tiap 4-6 jam (Prawirohardjo, 2014).

2.4.5 Langkah V : Rencana Tindakan

Pada langkah ini untuk merumuskan rencana asuhan sesuai

dengan hasil pembahasan rencana bersama klien dan keluarga

kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya

(Walyani, 2015).
49

Menurut Nugroho (2012), pengelolaan Pre Eklamsia Berat yaitu:

1) Tirah baring ke kiri secara intermitten.

2) Infus Ringer Laktat atau Ringer Dekstrose 5%.

3) Pemberian anti kejang/anti konvulsan magnesium sulfat (MgSO4)

sebagai pencegahan dan terapi kejang.

Syarat pemberian MgSO4:

a) Frekuensi pernapasan minimal 16x/menit.

b) Reflek patella (+)

c) Urin minimal 30 mL/jam dalam 4 jam terakhir atau

0,5mL/KgBB/jam

d) Siapkan ampul Kalsium Glukonas 10% dalam 10

mL Cara pemberian MgSO4:

Dosis awal: 4 gram MgSO4 IV (40% dalam 10cc) selama 15 menit.

Dosis pemeliharaan: Diberikan infuse 6 gram dalam larutan

Ringer/6 jam atau diberikan 4 atau 5 gram IM. Selanjutnya

diberikan 4 gram IM tiap 4-6 jam (Prawirohardjo, 2014).

4) Anti hipertensi, diberikan bila tensi ≥ 180/110 mmHg

Jenis obat antihipertensi yang diberikan di Indonesia adalah:

Nifedipin, dosis awal 10-20 mg, diulangi 30 menit bila perlu.

Dosis maksimum 120 mg per 24 jam. Nifedipin tidak boleh

diberikan sublingual karena efek vasodilatasi sangat cepat,

sehingga hanya boleh diberikan per oral (Prawirohardjo, 2014).


50

2.4.6 Langkah VI : Penatalaksanaan

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang

telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan

aman (Walyani, 2015).

Menurut Nugroho (2012), pengelolaan Pre Eklamsia Berat yaitu:

1) Tirah baring ke kiri secara intermitten.

2) Infus Ringer Laktat atau Ringer Dekstrose 5%.

3) Pemberian anti kejang/anti konvulsan magnesium sulfat (MgSO4)

sebagai pencegahan dan terapi kejang.

Syarat pemberian MgSO4:

a) Frekuensi pernapasan minimal 16x/menit.

b) Reflek patella (+)

c) Urin minimal 30 mL/jam dalam 4 jam terakhir atau

0,5mL/KgBB/jam

d) Siapkan ampul Kalsium Glukonas 10% dalam 10

mL Cara pemberian MgSO4:

Dosis awal: 4 gram MgSO4 IV (40% dalam 10cc) selama 15

menit.

Dosis pemeliharaan: Diberikan infuse 6 gram dalam larutan

Ringer/6 jam atau diberikan 4 atau 5 gram IM. Selanjutnya

diberikan 4 gram IM tiap 4-6 jam (Prawirohardjo, 2014).

4) Anti hipertensi, diberikan bila tensi ≥ 180/110 mmHg

Jenis obat antihipertensi yang diberikan di Indonesia adalah:


51

Nifedipin, dosis awal 10-20 mg, diulangi 30 menit bila perlu.

Dosis maksimum 120 mg per 24 jam. Nifedipin tidak boleh

diberikan sublingual karena efek vasodilatasi sangat cepat,

sehingga hanya boleh diberikan per oral (Prawirohardjo, 2014).

2.4.7 Langkah VII : Evaluasi

Melakukan evaluasi hasil dari asuhan yang diberikan meliputi

pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah

terpenuhi sesuai dengan diagnosa atau masalah (Walyani, 2015).

Evaluasi akhir pada kasus ibu bersalin patologi dengan Pre Eklamsia

Berat yaitu agar tidak terjadi Eklamsia.

BAB III
STUDI KASUS
52

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY”Q” DENGAN

GIP0A0 UK 39 MINGGU DENGAN PREEKLAMPSIA BERAT

DI RSUD IBNU SINA GRESIK

1. Pengkajian

Tanggal Pengkajian : 23 Juni 2022

Pukul : 07. 30 Wib

Oleh : Siti Mushoffah

1.1 Data Subyektif


1.1.1 Biodata

Nama : Ny “Q “ / Tn “ I“
Umur : 23 tahun / 24 tahun

Nikah :1X / ±22 tahun

Suku : Jawa / Jawa

Agama : Islam / Islam

Pendidikan : SMA / SMA

Pekerjaan : IRT / Swasta

Alamat : Leran RT 03 RW 01, Manyar, Gresik

1.1.2 Keluhan utama

Ibu datang sendiri ke IGD Ponek RSUD Ibnu Sina dengan keluhan sakit

perut bagian bawa, keluar cairan dari vagina ,kepala, pusing dan

pembengkakan pada kaki.

Riwayat keluhan utama:

Pusing dirasakan sejak 2 hari yang lalu dan ibu dibawa ke IGD Ponek

RSUD Ibnu Sina pukul 03,00 Wib, Ibu mengatakan nyeri perut bagian

bawa, keluar cairan dari vagina warnah jernih pada tgl 22 juni 2022 pukul

23,00, sakit kepala serta pembengkakan pada kaki sejak 1 minggu yang

lalu.
53
1.1.3 Riwayat Menstruasi

1.1.3.1 HPHT : 24 – 09 – 2021

1.1.3.2 HPL : 01- 07- 2022

1.1.3.3 Siklus : Teratur

1.1.3.4 Periode siklus : 28 hari

1.1.3.5 Banyak : Normal

1.1.3.6 Fluor albus : tidak ada

1.1.4 Riwayat Perkawinan

1.1.4.1 Menikah ke : Satu.

1.1.4.2 Usia menikah : 22 tahun.

1.1.4.3 Lama menikah : 2 tahun.

1.1.5 Riwayat Obstetri yang lalu

Persalinan Bayi
Tahun Kehamilan Nifas
Jenis Tempat Penolong JK BBL Keadaan

2021 Hamil ini

1.1.6 Riwayat kehamilan sekarang

1.1.6.1 Keluhan pada Trismester I: mual, muntah dan pusing.

Keluhan pada Trismester II, nyeri pinggang.

Kluhan pada Trismester III: pusing, nyeri ulu hati, kaki bengkak, sulit tidur.
1.1.6.2 Usia kehamilan saat merasakan gerakan janin pertama pada usia kehamilan 16 minggu.
1.1.6.3 Penyuluhan yang perna di dapat : tanda – tanda kehamilan, ketidak nyamanan pada
KehamilanTrismester I, kebutuhan Nutrisi dan istirahat, Tanda bahaya kehamilan trismester
III, dan tanda – tanda persalinan.
1.1.6.4 Imunisasi TT : saat bayi ibu mendapat imunisasi dasar lengkap, saat sekolah dasar ibu
Mendapat imunisasi TT 2x. Dan saat Catin mendapat Imunisasi TT 1x, jadi status Imunisasi
TT ibu adalah T5.

1.1.7 Riwayat kesehatan Klien.

Ibu pernah menderita penyakit DM, penyakit hipertensi, jantung , ginjal dan hepar. Dan tidak
54
sedang menderita penyakit menular. Pada kehamilan trismester II ibu mengalami peningkatan

tekanan darah.

1.1.8 Riwayat Kesehatan Keluarga

Dalam keluarga tidak ada yang menderika penyakit, darah tinggi, jamtung, Diabet, ginjal dan

tidak sedang menderita penyakit menular.

1.1.9 Pola Aktifitas Sehari - hari

1.1.9.1. Pola Nutrisi

Sebelum dan selama hamil, frekwensi makan 3x sehari, komposisi menu seimbang, tidak

ada pantangan Pada makanan

1.1.9.2 Eliminasi

a) BAB (Buang Air Besar)

Konsistensi : Lunak

Warna : Kuning kecoklatan

Frekuensi : 1 kali sehari

b) BAK (Buang Air Kecil)

Warna : Kuning

Bau : Amoniak

1.1.9.3 Pola aktifitas sehari-hari:

Dalamaktivitas sehari – hari klien mandiri, tidak ada gangguan aktifitas.

1.1.9.4 Pola Istirahat. Lama tidur Malam 8 jam. Siang 2 jam. Pada kehamilan

trismester 3 kadang sulit tidur Sejak 2 hari yang lalu,karena apa kepala pusing.

1.1.9.5 Pola seksual. Frekwensi hubungan seksual 1 x seminggu, tidak ada nyeri saat

hubungan, tidak ada gangguan seksual.

1.1.9.6 Personal Higine

1) Sebelum hamil

- Ibu mandi 2 kali setiap hari setiap pagi dan sore

- Ibu keramas 3 kali seminggu

- Ibu sikat gigi 3 kali sehari


55

- Ibu selalu mengganti pakaian dalam setiap kali lembab atau basah

1.1.10 Keadaan Psikologi Sosial Budaya

1.1.10.1 Kehamilan ini adalah kehamilan yang diinginkan.

1.1.10.2 Suami Mendukung kehamilan ini

1.1.10.3 Keluarga mendukung pada kehamilan ini.

1.1.10.4 Kebiasaan / budaya dalam keluarga; klien dan keluarga sangat taan

pada syariat agama Islam.

1.2 Data Obyektif

1.2.1 Keadaan Umum

Kesadaran Komposmentis

Tanda – tanda Vital :

Tekanan Darah : 160/100 MmHg.

Nadi : 98 x/ menit

Suhu : 36,7 °C.

Pernafasan 24x/menit.

Tinggi Badan : 143 Cm

Berat badan : 63 Kg.

IMT saat ini : 30, 39 ( Obesitas ), sebelum hamil 25,98 ( Gemuk )

MAP : 120

ROT : 20

LILA : 24 Cm

Reflek Patela : +/+.

1.2.2 Pemeriksaan fisik Head to Toe

a. Kepala

Inspeksi : kulit kepala bersih, rambut lurus dan tidak ada ketombe

Palpasi : tidak rontok, tidak ada oedema, tidak ada nyeri tekan

b. Wajah
56

Inspeksi : simetris kiri dan kanan, ada cloasma gravidarum

Palpasi : tidak ada oedema dan tidak ada nyeri tekan

c. Mata

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan ,konjungtiva merah mudah dan sklera putih

d. Mulut dan gigi

Inspeksi : Mulut dan gigi bersih, ada 2 gigi yang tanggal dan terdapat gigi caries 2 buah.

e. Telinga

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen

f. Leher

Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, kelenjar tyroid dan vena

jugularis

g. Payudara

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, puting susu menonjol keluar serta

hiperpigmentasi pada areola mammae, colustrum keluar

Palpasi : Tidak ada massa dan nyeri tekan.

h. Abdomen

Inspeksi : Tidak ada bekas operasi dan tampak linea nigra, striae alba dan

pembesaran perut sesuai umur kehamilan

Palpasi : Leopold I :TFU 3 jari di bawah px , teraba bokong.

Leopold II : Puki

Leopold III : bagian terendah Kepala

Leopold IV : Bagian terenda Belum Masuk PAP (5/5)

LP : 98 Cm

TFU : 27 cm (MC Donald)

TBJ : 27-12x155= 2.325 gr

i. Ekstremitas:

Tangan : tangan kanan infalit, tidak ada oedem, pergerakan normal


57
: tangan kiri normal, pergerakan normal

Kaki : kedua kaki bengkak sejak 1 minggu yang lalu, tidak gangguan gerak.

j. Genitalia : tidak ada varises, tidak ada tanda-tanda penyakit kelamin, tampak keluar

cairan berwarna jernih, tes lakmus hasil (+).

Pemeriksaan vagina toucher (VT) : pembukaan 1 cm, kepala H1.

Ketuban (+) Tak teraba bagian kecil lain.

k. Pemeriksaan Penunjang

puskesmas Manyar tgl. 11Januari 2022

- Pemeriksaan Hb : 13,5 gr%

- Lekosit : 13.900/cmm

- Tombosit : 316.000/cmm

- Golongan Darah :A positif

- Reduksi : Negatif

- Protein urinaria : +2

- Hbs Ag : Negatif

- Rapit Tes HIV : non reaktif

- Rapit Tes Sipilis : non reaktif

- GDA : 148 mg/dl

Rumah Sakit Ibnu Sina Tanggal 23 Juni 2022

Hasil pemeriksaan Laborat:

Hematologi :

HB : 15,1 gr%.

Leukosit : 12.700

Hitung jenis :0/0/0/71/22/7

PCV/ Hematokrit: 46%

Trombosit : 215.000
58
MCV : 99

MCH : 32

MCHC : 33

Gula darah acak : 110

SGOT :19,8

BUN : 10,5g/dl

Serum Creatine : 0,57mg/dl

Elektrolit : Natrium (Na) 137 mmol/L

Kalium (K) 3,7 mmol/L

Chlorida (Cl) 109 mmol/L

Urine analiser :

Ph : 7,0

Eritrosit : 10 ERY/UL (+)

Leukosit : 2-3

Thorax : hasil Normal

Swab antigen : hasil Negatif

Ecg irama sinus HR: 98 x/mnt

2. Assesment

Diagnosa : GIP0A0,UK 39 Minggu ,intra uterine,tunggal, hidup, presentasi

kepala, keadaan janin dan ibu baik dengan preeklampsia berat

3. Identifikasi Diagnosa/ Masalah Potensial

Diagnosa Potensial; potensial terjadinya Eklampsia,

4.Tindakan Segera/ Kolaborasi

Pemberian MgSo4.

Kolaborasi dengan dokter dokter terkait

5.Rencana Tindakan / Intervensi


59

Rencana Tindakan :

5.1 Jelaskan tentang hasil pemeriksaan dan kondisi ibu saat ini serta kemungkinan tindakan

Yang akan dilakukan

Rasional : Dengan memberitahu keadaan yang sedang dialami ibu dapat mengerti

dan bersedia untuk dilakukan tindakan selanjutnya.

5.2 Fasilitasi Inform consen untuk persiapan tindakan operasi SC

Rasional : sebagai legal hukum untuk tindakan medik.

5.3 Lakukan KIE kepada pasien dan keluarga tentang: personal Higine, tanda bahaya preeklamsi,

KB pasca salin.

Rasional : personal higine yang baik akan mempercepat kesembuhan dan mencegah infeksi.

: dengan mengertinya pasien dan keluarga tentang tanda bahaya Preeklamsi, maka

Akan diantisipasi adanya bahaya yang ditimbulkan.

: dengan mengikuti KB pasca salin akan mencegah terjadinya kehamilan yang beri-

Siko tinggi pada klien.

5.4 Lakukan kolaborasi dengan dokter spesialis terkait.

Rasional : dengan melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis terkait, pasien akan menda-

Patkan pengobatan yang terintegritas.

5.6 Berikan MgSo4 Loding Dose dilanjutkan Maintenen

Rasional : Pemberian anti kejang /anti konvulsan magnesium sulfat (MgSO4) sebagai pencegahan dan

terapi kejang. MgSO4 merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi kejang pada

preeklampsia berat dan ringan

5.5 Libatkan keluarga dalam perawatan pasien di rumah sakit.

Rasional : agar klien dapat terpenuhi kebutuhan dan dukungan moril dalam

menghadapi kondisi saat ini.

5.6 Lakukan observasi tanda – tanda Vital, keluhan pasie dan tanda – tanda persalinan

( CHPB)

Rasional : dengan melakukan observasi kondisi pasien dapat terpantau dan dapat
60
dilakukan tindakan antisipasi dengan cepat bila terjadi masalah.

5.7 Lakukan tranportasi pasien ke kamar operasi.

Rasional : agar pasien dapat segera dilakukan tindakan operasi sesuai dengan jadual

yang ditentukan.

6. Implementasi Asuhanan Kebidanan

Tanggal / Jam Kegiatan Hasil


23-06-2022 Menjelaskan kepada pasien dan Pasien dan keluarga memahami
Pukul 07,30 keluarga tentang hasil pemeriksaan tentang keadaan pasien dan
dan kondisi ibu saat ini serta bersedia dilakukan operasi SC.
kemungkinan tindakan yang akan
dilakukan

23-06-2022 Memfasilitasi Inform consen untuk Keluarga/ suami sudah


Pukul 08,00 persiapan tindakan operasi SC menandatangani inform konsen

23-06-2022 Memberikan KIE kepada pasien Pasien dan keluarga memahami


Pukul 08,10 dan keluarga tentang: personal penjelasan petugas, dan bersedia
Higine, tanda bahaya preeklamsi, mengikuti KB dengan
KB pasca salin. kontrasepsi IUD.

23-06-2022 Melakukan kolaborasi dengan 1. Advis dokter SpOg:


Pukul 08,20. dokter spesialis terkait Px, MRS, MgSo4 ful dose
dilanjutkan maintenen. Injeksi
Cefazolin 2 gr, Siti SC, consul
Cardiak dan anastesi.
2. Advis dokter Cardio:
Adalat Oros 1x30, Dopamet
3x250 mg.
3. Advis dokter anastesi:
Infus Totofusin Ops 500, puasa.
23-06-2022 Melibatkan keluarga dalam Keluarga /suami berperan aktif
Pukul 08,50 perawatan pasien di rumah sakit. memberikan dukungan moril
kepada pasien, pasien tampak
tenang dalam menghadapi
persiapan operasi SC.

23-06-2022 Melakukan observasi tanda – tanda TD ; 155/90 MmHg, N ; 89x/mt


Pukul 08,55 Vital, keluhan pasie dan tanda – S; 36,5 °C, R; 24x/mnt.
tanda persalinan ( CHPB) Keluhan tidak ada, DJJ
148x/mnt, His 3x,30 detik,
kepala H1.
23-06-2022 Melakukan tranportasi pasien ke Pasien dan keluarga/suami
Pukul 09,05 kamar operasi dibawa ke Kamar operasi

7.Evaluasi Asuhan Kebidanan

Setelah dilakukan tindakan :


61
1. Pemberian MgSo4 Loding dose dan maintenen , adalat oros 30 mg. Dopamet 250 mg,TD

menurun 155/90 MmHg, tidak terjadi kejang.

2. Setelah dilakukan konseling tentang tanda bahaya pada preeklamsia dan KB Pasca

salin,pasien tidak mengalami konplikasi dan pasien bersedia mengikuti KB dengan

memilih kontrasepsi IUD

3. Setelah dilakukan konseling dan melibatkan keluarga dalam perawatan pasien di RS ,

pasien tenang dalam menghadapi kondisinya dan bersedia dilakukan opersi SC.

4. Setelah dilakukan persiapan pra operasi , pasien dilakukan tranportasi ke Kamar Operasi

pasien sudah siap dilakukan Operasi SC.


62

CATATAN PERKEMBANGANKE -1

NO RM : 850XXX
TANGGAL PENGKAJIAN : 23 JUNI 2022, PUKUL 11, 30 Wib.
TEMPAT : RUANG NIFAS RSUD IBNU SINA GRESIK
OLEH : SITI MUSHOFFAH

DATA SUBYEKTIF (S)


; Px datang dari Ruang Recoveri, mengatakan ibu habis melahirkan dengan cara SC + pasang
IUD, merasakan nyeri pada luka bekas operasi, kepala agak pusing, tidak mual dan muntah,

DATA OBUEKTIF (O)


Keadaan Umum baik, Tekanan Darah 160/81 MmHg,Suhu 36 °C, nadi 92x/menit, Pernafasan
19x/menit. Lochea + Rubra, perdarahan 50 cc, laktasi -/-, ASI belum keluar, tampak luka
operasi melintang ( Low Tranverse Incision) tertutup , tidak ada perdarahan.TFU 2 jari bawa
pusat, kontraksi uterus baik. Skala nyeri 6 ( resiko sedang), skala jatuh 30 ( resiko sedang)

ASSESMENT (A)
P1001 post SC+ pasang IUD hari ke 0 dengan PEB.
Potensial / Resiko Tinggi : perdarahan. Dan terjadi eklampsia puerpurium.

PLAINING (P)
TUJUAN ; Setalah dilakukan asuhan kebidanan 2x24 jam diharapkan:
TTV dalam batas normal, nyeri teratasi, tidak terjadi kejang dan tidak terjadi perdarahan.
Pelaksanaan Asuhan kebidanan
Tanggal/jam Kagiatan Hasil
23-06-2022 Melakukan komunikasi terapautik Pasien dan keluarga menerima
Pukul 11,30 petugas dengan senang
23-06-2022 Menjelaskan kepada pasien dan Pasien dan keluarga memahami
Pukul 11.35 keluarga tentang hasil tentang kondisi pasien saat ini
pemeriksaan
23-06-2022 Mengajarkan kepada pasien Pasien mangikuti yang
Pukul 11,45 untuk distraksi dan relaksasi. diajarkan petugas, pasien
63
Membantu dan mengajarkan mampu tidur miring.
pasien untuk mobilisasi
23-06-2022 Melakukan observasi tanda TD. 151/85 MmHg. N : 84x/mt.
Pukul 12.00 vital,keluhan pasien, kontraksi S 36.8°C. R; 24x/mt. Kontraksi
uterus dan perdarahan uterus baik, lochea rubra 1
pembalut , Tidak ada perdarhan
23-06-2022 Melakukan kolaborasi dengan Terapi dr, SpOg.infus drip
Pukul 12.10 dokter spesialis terkait MgSo4 4 % sampai 24 jam .
parasetamol 4x1 gr.
Terapi dr, Anastesi; infus
Totofusin Ops 1000cc sampai
jam 07.00, ketamin 3x1 amp,
Terapi dokter SpJ.Adalat Oros
1x30 mg, dopamet 3x 250 mg.

23-06-2022 Memberikan KIE kepada pasien Keluarga dan klien mampu


Pukul 12.30 dan keluarga tentang tanda menyebutkan tanda bahaya pada
bahaya nifas dan cara meneteki nifas, pasien mampu menyusui
yang benar bayi dengan tidur miring.

CATATAN PERKEMBANGANKE -2

NO RM : 850XXX
TANGGAL PENGKAJIAN : 23 JUNI 2022, PUKUL 19,00 Wib.
TEMPAT : RUANG NIFAS RSUD IBNU SINA GRESIK
OLEH : SITI MUSHOFFAH

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan di bahas tentang kesenjangan antara teori dan tinjauan

kasus pada pelaksanan manajemen asuhan kebidanan pada Ny “Q” dengan

preeklampsia berat yang dirawat di RSUD Ibnu Sina Gresik selama 3 hari mulai

tanggal 23-06-2022 sampai 26-06-2022.

Pembahasan ini penulis akan membahas berdasarkan pendekatan

manajemen asuhan kebidanan dengan tujuh langkah varney, yaitu pengumpulan

data dasar, merumuskan diagnosis atau masalah aktual, merumuskan diagnosis


64
atau masalah potensial, melaksanakan tindakan segera atau kolaborasi,

merencanakan tindakan asuhan kebidanan, melakukan tindakan asuhan kebidanan,

dan mengevaluasi asuhan kebidanan.

A. Langkah I : Pengkajian Data Dasar dan Analisa Data

Pada Tahap ini dilakukan identifikasi data dasar (pengkajian) merupakan

proses manajemen asuhan kebidanan yang ditujukan untuk mengumpulkan

informasi baik fisik, psikososial dan spiritual. Pengumpulan data dilakukan

melalui anamnesis yang meliputi biodata bertujuan memperjelas identitas pasien,

riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan sekarang dan riwayat

psikososial untuk mendapatkan informasi tentang keluhan-keluhan yang biasa

dialami oleh ibu dan kekhawatiran khusus yang muncul akibat adanya perubahan

psikologis maupun psikologi.

Langkah pertama yakni identifikasi data dasar pada Ny “Q” didapatkan

dari tahap anamnesa yakni keluhan utama ibu adalah ibu merasa pusing sejak 2

hari yang lalu, serta ibu merasa sakit kepala dan bengkak pada kakinya sejak 1

minggu yang lalu, riwayat kehamilan sekarang ibu didapatkan bahwa hari pertama

haid terakhir ibu adalah tanggal 26 September 2022, riwayat kesehatan yang lalu

ibu yakni ibu tidak memiliki riwayat hipertsensi, diabetes melitus, asma dan

jantung, riwayat KB ,ibu tidak pernah menjadi akseptor KB.

Sedangkan pada tahap pemeriksaan fisik ibu atau data objektif didapatkan

keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, tekanan darah : 160/100

mmHg, suhu : 36,8 ºC, nadi : 82 x/menit, pernapasan: 22 x/m, pada palpasi

ekstremitas bawah didapatkan bahwa ibu mengalami oedema pada kedua tungkai.

Pada pemeriksaan penunjang didapatkan protein urine ibu adalah +2, dan
65

hemoglobin ibu adalah 13, 8 gr%. Preeklampsia berat ialah preeklampsia dengan

tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg

disertai proteinuria lebih 5 g/24 jam atau proteinuria ≥+2 (Sarwono, 2014:544).

Preeklampsia berat dibagi atas 2 kategori yaitu, preeklampsia berat tanpa

impending eclampsia, dan preeklampsia berat dengan impending eclampsia

dengan gejala-gejala impending sepertin yeri kepala, mata kabur, mual atau

muntah, nyeri epigastrum dan nyeri kuadran kanan atas abdomen (Dewi Setiawati,

2013:179).

Dari pengkajian data dari Ny “Q”dan teori pre eklamsi, sudah sesuai yaitu Ny “Q”

adalah ibu hamil dengan PEB.

B. Langkah II. Identifikasi Diagnosa / Masalah Aktual

Pada langkah ini dilakukan interpretasi yang benar terhadap diagnosis atau

masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data

yang dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga

ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik. Kata masalah dan diagnosis

keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti

diagnosis, tetapi sesungguhnya membutuhkan penanganan yang dituangkan

kedalam sejumlah rencana asuhan terhadap klien. Masalah sering

diidentifikasikan oleh bidan sesuai dengan pengarahan, masalah ini sering

menyertai diagnosis.

Dalam tinjauan teori mengatakan bahwa preeklampsia berat ialah

preeklampsia dengan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah

diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 g/24 jam . Kriteria diagnosis

untuk preeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai

dengan timbulnya hipertensi ≥160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan

atau oedema pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Gejala dan tanda
66
preeklampsia berat : tekanan darah sistolik .>160 mmHg, tekanan darah sistolik

>110 mmHg, peningkatan kadar enzim hati atau ikterus, trombosit<100.000/mm3,

Oliguria<400 ml/24 jam, proteinuria >2 gr/liter, nyeri epigastrum, skotoma dan

gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat, perdarahan retina dan oedema

pulmonum.

Dari tinjauan kasus diperoleh data: pada klien Ny “Q” ibu hamil dengan

preeklampsia berat dengan gejala yang dialami ibu yaitu pusing dan sakit kepala,

tekanan darah 180/120 mmHg dan data penunjang pemeriksaan protein urin +2,

dan odema pada kedua tungkai.

Berdasarkan hasil analisa dan interpretasi data yang diperoleh dari data

pertama, maka diagnosa atau masalah aktual pada Ny “Q” adalah : GIP0A0,

Gestasi 39 Minggu 1 hari, aterem,Tunggal ,Hidup, Preeklampsia Berat.

Dalam pengkajian data dapat ditemukan diagnosa dan masalah kebidanan

berdasarkan pendekatan manajemen asuhan kebidanan yang didukung oleh

beberapa data, baik data subjektif maupun data objektif yang diperoleh dari hasil

pengkajian yang telah dilakukan. Adapun diagnosa/ masalah aktual yang dapat

diidentifikasikan pada klien Ny “Q” ibu hamil dengan preeklampsia berat dengan

gejala yang dialami tampak pusing, tekanan darah 160/100 mmHg dan data

penunjang pemeriksaan proteins urinaria +2 sehingga dalam penentuan masalah

aktual tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus. Dengan

demikian penerapan tinjauan pustaka dan studi kasus pada Ny”Q” secara garis

besar tampak ada persamaan dalam diagnosa aktual yang ditegakkan sehingga

memperlihatkan tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.

C. Langkah III. Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial

Pada tinjauan pustaka manajemen kebidanan adalah mengidentifikasi

adanya masalah potensial, melakukan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan

pencegahan, sambil mengamati klien diharapakan dapat pula bersiap-siap bila

diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi berdasarkan diagnosis atau


67
masalah yang sudah diidentifikasi.

Dalam merumuskan diagnosa/masalah potensial dengan manajemen

asuhan kebidanan adalah pengambilan keputusan untuk mempersiapkan segala

sesuatu yang mungkin terjadi dan membahayakan klien. Diagnosa/ masalah

potensial yang dapat di identifikasikan pada studi kasus Ny ”Q” ada kesamaan

antara teori yaitu potensial terjadi eklampsia,.

Pada kasus Ny “Q” yang dilakukan pengkajian penulis dapat

meengidentifikasikan masalah potensial yang akan terjadi pada kasus ini yaitu

dapat terjadi eklampsia.

Antisipasi terjadinya eklamsia dilihat dari beberapa faktor yang

meningkatkan resiko terjadinya preeklampsia dan eklampsia diantaranya adalah

sebagai berikut: Risiko yang berhubungan dengan partner laki-laki berupa

primigravida (resiko primigravida 2 kali lebih besar daripada multigravida), umur

yang ekstrim terlalu muda atau terlalu tua untuk kehamilan, partner laki-laki yang

pernah menikahi wanita yang kemudian hamil dan mengalami preeklampsia,

inseminasi donor dan donor oocyte, resiko yang berhubungan dengan riwayat

penyakit dahulu dan riwayat penyakit keluarga berupa riwayat penyakit

preeklampsia, hieprtensi kronis, penyakit ginjal, obesitas,diabetes gestsional, dan


68

resiko yang berhubungan dengan kehamilan berupa mola hidatidosa kehamilan

multipel, hydropsefalus (Yulia Fauziyah, 2012:18).

D. Langkah IV.Tindakan Emergency / Kolaborasi

Bidan atau dokter harus melakukan tindakan segera dan/atau Kolaborasi

serta menangani bersama anggota tim keesehatan yang lain sesuai dengan kondisi

klien. Pada langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen

kebidanan.. Beberapa data dapat mengindikasikan situasi yang gawat, yakni bidan

harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu dan anak.

Adanya data yang memberikan indikasi adanya tindakan segera dan harus

menyelamatkan jiwa ibu serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lebih

profesional sesuai degan keadaan yang dialami oleh klien ataupun konsultasi

dengan dokter.

Berdasarkan tinjauan pustaka pada ibu hamil dengan preeklampsia berat

tindakan segera yang dilakukan yaitu memberikan MgSo4 ful doses dilanjutkan

maintenen sesuai dengan protap dan hasil kolaborasi dengan dokter SpOg.

Pemberian anti kejang /anti konvulsan magnesium sulfat (MgSO4) sebagai

pencegahan dan terapi kejang. MgSO4 merupakan obat pilihan untuk mencegah

dan mengatasi kejang pada preeklampsia berat dan ringan.(Forum Penurunan

AKI-AKBJatim,2017).

E. Langkah V. Intervensi Asuhan Kebidanan

Proses penyusunan suatu rencana tindakan harus berdasarkan identifikasi

masalah saat sekarang serta antisipasi diagnosa dan masalah lain yang mungkin

timbul namun lebih dahulu harus dirumuskan tujuan dan kriteria yang akan

dicapai.

Perencanaan adalah proses penyusunan suatu rencana tindakan

berdasarkan identifikasi masalah saat sekarang, serta identifikasi diagnose dan


69
masalah lain yang mungkin terjadi. Namun terlebih dahulu harus dirumuskan

tinjaun yang akan dicapai serta kriteria keberhasilan.

Pada tahap perencanaan diagnosa kebidanan disusun menurut tingkat

bertanya masalah dan kebutuhan pasien. Masalah preeklampsia berat merupakan

prioritas utama penulis sebagai masalah yang mengancam keselamatan bayi dan

perlu tindakan segera. Sedangkan masalah potensial yang penulis angkat yaitu

potensial terjadinya eklampsia.

Ibu hamil pada Ny”Q” dengan preeklampsia berat, penulis merencanakan

asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa/masalah aktual dan potensial sebagai

berikut:

1. Jelaskan tentang hasil pemeriksaan dan kondisi ibu saat ini serta kemungkinan tindakan

Yang akan dilakukan

Rasional : Dengan memberitahu keadaan yang sedang dialami ibu dapat

mengerti dan bersedia untuk dilakukan tindakan selanjutnya.

2. Fasilitasi Inform consen untuk persiapan tindakan operasi SC

Rasional : sebagai legal hukum untuk tindakan medik.

3. Lakukan KIE kepada pasien dan keluarga tentang: personal Higine, tanda bahaya preeklamsi,

KB pasca salin.

Rasional : personal higine yang baik akan mempercepat kesembuhan dan mencegah infeksi.

: dengan mengertinya pasien dan keluarga tentang tanda bahaya Preeklamsi, maka

Akan diantisipasi adanya bahaya yang ditimbulkan.

: dengan mengikuti KB pasca salin akan mencegah terjadinya kehamilan yang beri-

Siko tinggi pada klien.

4. Lakukan kolaborasi dengan dokter spesialis terkait.

Rasional : dengan melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis terkait, pasien akan menda-

Patkan pengobatan yang terintegritas.

5. Berikan MgSo4 Loding Dose dilanjutkan Maintenen

Rasional : Pemberian anti kejang /anti konvulsan magnesium sulfat (MgSO4) sebagai pencegahan
70
dan terapi kejang. MgSO4 merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi kejang pada

preeklampsia berat dan ringan

6. Libatkan keluarga dalam perawatan pasien di rumah sakit.

Rasional : agar klien dapat terpenuhi kebutuhan dan dukungan moril dalam

menghadapi kondisi saat ini.

7. Lakukan observasi tanda – tanda Vital, keluhan pasie dan tanda – tanda persalinan

( CHPB)

Rasional : dengan melakukan observasi kondisi pasien dapat terpantau dan dapat

F. Langkah VI. Implementasi Asuhan Kebidanan

Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan

pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Jika bidan tidak

melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan

pelaksanaannya (memastikan langkah tersebut benar-benar terlaksana). Dalam

situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter dan keterlibatannya dalam

manajemen asuhan bagi pasien yang mengalami komplikasi, bidan juga

bertanggungjawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang

menyeluruh tersebut. Manajemen yang efesien akan menyingkat waktu dan

meningkatkan mutu asuhan

Sesuai tinjauan manjemen kebidanan bahwa melaksanakan rencana

tindakan harus efisien dan menjalin rasa aman klien, implementasi dapat

dikerjakan keseluruhan oleh bidan ataupun sebagian dilaksanakan ibu serta

bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya sesuai dengan tindakan yang telah

direncanakan.

Pada study kasus Ny”Q” ibu hamil dengan preeklampsia berat, semua

tindakan telah direncanakan sudah dilaksanakan seluruhnya dengan baik, tanpa

hambatan karena adanya kerja sama dan penerimaan yang baik dari klien serta

dukungan dari keluarga dan petugas kesehatan yang ada di ruang Instalasi Rawat

Darurat (IRD) RSUD Ibnu Sina Gresik.


71
G. Langkah VII. Evaluasi Asuhan Kebidanan

Pada tinjauan kebidanan evaluasi merupakan tingkat akhir dari proses

manajemen asuhan kebidanan. Mengevaluasi pencapaian tujuan, membandingkan

data yang dikumpulkan dengan kriteria yang diidentifikasikan, memutuskan

apakah tujuan tercapai atau belum tercapai.

Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen kebidanan

dimana pada tahap ini ditemukan kemajuan atas keberhasilan dalam mengatasi

masalah yang dihadapi klien. Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi

keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan

akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan

sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut

dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.

Dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi

pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai

dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan

diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif

dalam pelaksanaannya.

Pada tinjauan pustaka evaluasi yang berhasil dilakukan adalah pemantauan

keadaan ibu yang meliputi:

1. Preeklampsia berat sudah teratasi sehingga tidak terjadi eklampsia

2. Tanda-tanda vital terdiri dari tekanan darah, nadi, pernapasan dan suhu

badan dalam keadaan normal

3. Keadaan umum ibu sudah membaik dan kesadaran komposmentis

Berdasarkan study kasus Ny “Q” ibu hamil dengan preeklampsia

berat, setelah 3 hari diobservasi di rumah sakit RSUD Ibnu Sina Gresik ,tidak

ditemukan hal-hal yang menyimpang dari evaluasi tinjauan pustaka. Oleh karena

itu, pada tinjauan pustaka dan study kasus Ny “Q” secara garis besar tidak

ditemukan kesenjangan.
BAB V

PENUTUP

Setelah mempelajari teori dan pengalaman langsung di lahan praktek

melalui studi kasus tentang asuhan kebidanan pada Ny “Q” dengan preeklampsia

berat di RSUD Ibnu Sina , maka penulis menarik kesimpulan dan saran sebagai

berikut.

A. Kesimpulan

1. Dalam melakukan pengkajian terhadap ibu hamil dengan preeklampsia

berat dilaksanakan dengan pengumpulan data subjektif yang diperoleh dari

hasil wawancara dari pasien dengan keluhan pusing, sakit kepala, bengkak

pada kaki, dan data objektif di peroleh dari pemeriksaan tekanan darah

180/120 mmHg, oedema pada ekstremitas dan pemeriksaan laboratorium

protein urinaria +3.

2. Interpretasi data dilakukan dengan pengumpulan data dengan teliti dan

akurat sehingga didapatkan diagnosa Ny “Q” GIIPIIA0 umur 38 tahun,

gestasi 28 minggu 1 hari, intra uterine, situs memanjang, tunggal, hidup,

keadaan janin baik dan keadaan ibu dengan preeklampsia berat.

3. Diagnosa potensial pada Ny “Q” tidak muncul.

4. Tindakan segera pada Ny “Q” dengan preeklampsia berat adalah

memantau tekanan darah, memasangan infus RL 28 tpm, melakukan

kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti kejang yaitu MgSO4

dan obat oral yaitu nifedipin 3×1 hari @10 mg.

120
121

5. Rencana tindakan pada Ny “Q” dengan preeklampsia berat memberikan

konseling kepada ibu tentang keadaanya, pantau tekanan darah, melakukan

pemsangan infus RL dengan 28 tpm, melakukan pemberian terapi obat anti

kejang yaitu MgSO4 secara IV dengan dosis 4 gram dan MgSO4 dalam

larutan RL 500 cc dengan dosis 6 gram dengan 28 tpm dan obat oral yaitu

nifedipin 3×1 hari @10 mg serta melakukan pemasangan kateter dan

melakukan kolaborasi dengan petugas lab untuk melakukan pemeriksaan

proteinuria serta memperdengarkan murottal al-qur’an kepada ibu.

6. Pelaksanaan pada ibu hamil Ny “Q” dengan preeklampsia berat sudah

dilaksanakan sesuai denga rencana tindakan.

7. Evaluasi pada Ny Q dengan preeklampsia berat yaitu preeklampsia berat

dapat teratasi.

8. Dalam penanganan kasus preeklampsia berat pada Ny “Q” tidak ada

kesengajangan antara teori dan praktek.

9. Pendokumentasian sangat penting dilakukan pada setiap tahap dalam

manajemen kebidanan, karena merupakan bukti pertanggungjawaban

bidan terhadap asuhan kebidanan yang telah diberikan terhadap pasien.

B. Saran

a. Diperlukan keterlibatan keluarga untuk lebih memfokuskan perhatian pada

pasien terhadap keluhan ibu, dan segera membawa ke rumah sakit

terdekat.
122

b. Sebagai petugas kesehatan khususnya seorang bidan, diharapkan

senantiasa berusaha untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan

dalam melaksanakan pelayanan kesehatan yang lebih profesional.

c. Seorang bidan hendaknya menganggap semua ibu hamil mengalami resiko

komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu. Jadi diharapkan bidan

mampu mendeteksi dini adanya tanda bahaya dan menganjurkan ibu dan

keluarga segera ke pelayanan kesehatan bila mengalami hal tersebut.

d. Sebagai bidan diperlukan kerjasama dan komunikasi yang baik antara

petugas lain (dokter, perawat, dan sesama bidan) untuk meningkatkan

mutu pelayanan asuhan kebidanan yang lebih baik dan lebih profesional.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni Yenika, Efektivitas Metode Inhalasi Aromaterapi (Campuran Minyak


Esensial Lavender Dan Nerol) Untuk Menurungkan Hipertensi Dalam
Kehamilan. Global Health Science, vol. 2 Issue 2, Juni 2017.

Bothamley, J., Boyhel, M. Patofisiologi Dalam Kebidanan. Jakarta: EGC, 2013 .

Departemen R.I. Al-Qur’an dan Terjemahannya, 2013.

Dyah, dkk. 2016. Hubungan Antara Status Gizi dan Kecemasan Ibu hamil dengan
Kejadian Preeklmasia Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Geyer I Kabupaten
Grobogan. Jurnal Kesehatan vol.4 No.3 Mei 2016

Hutahean, Serri. Perawatan Antenatal. Jakarta: Penerbit Salemba Medika, 2013.

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Dharma art, 2013

Kementrian Kesehatan RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas


Kesehatan Dasar dan Rujukan, Jakarta: Unicef, 2013.

Norma, Nita dan Mustika. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta: Nuha


Medika, 2013.

Nugroho, Taufan dkk. Buku Ajar Askeb Kehamilan. Yoyyakarta: Nuha Medika,

2014.

Nurhayati, dkk. Konsep Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika, 2013

Paulina, dkk. Faktor Resiko Kejadian Preeklmasia Pada Ibu Hamil Dikabupaten
Belu. Jurnal MKMI, vol.13 No. 2, Juni 2017.

Patricia, dkk. Karakteristik Preeklamsia di RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou Manado.


Jurnal e-Clinic, vol.4 No. 1, Juni 2016.

Pranoto, Ibnu. Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya, 2013.

Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Pt Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo, 2014.

Saraswati, Nuning dan Mardiana, Faktor Resiko Yang Berhubungan Dengan


Kejadian Preeklamsia Pada Ibu Hamil (studi Kasus di RSUD Kabupaten
Brebes Tahun 2014). Unnes Journal of Public Health, April 2016.

123
75

Sukarni, Icesmi dan Margaretha. Kehamilan, Persalinan dan Nifas.


Yoygakarta: Nuha Medika, 2013.

Depkes RI, Buku Panduan Preeklamsia-eklamsia dan Perdarahan Pasca Salin, Forum
Koordinasi penurunan AKI dan AKB Provinsi Jawa Timur, 2017.

Setiawati, Dewi. Kehamilan dan pemeriksaan Kehamilan.


Makassar-Samata Gowa: UIN Press, 2013

Anda mungkin juga menyukai