Disusun Oleh :
Sri Rahayu
P27824621080
Sri Rahayu
NIM. P27824621080
Mengetahui
Kepala Puskesmas Duduksampeyan Ketua Program Studi
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena limpahan taufiq dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan Laporan Individu yang berjudul “Praktik Asuhan
Kebidanan Holistik Pada Neonatus,Bayi,Balita dan anak Prasekolah di Wilayah
Kerja Puskesmas Duduksampeyan Gresik”. Laporan ini disusun sebagai salah satu
syarat menyelesaikan tugas blok 6 (Neonatus,Bayi,Balita dan anak Prasekolah)
pada Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Surabaya.
Dalam penyusunan Laporan, penulis banyak mendapat bimbingan, petunjuk
dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Evi Pratami, SST, M.Keb, selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi Bidan
Poltekkes Kemenkes Surabaya.
2. dr. Ja’iman,, selaku Kepala Puskesmas Duduksampeyan.
3. Ibu Nur Iswanah Amd.Keb., selaku pembimbing praktik lapangan Puskesmas
Duduksampeyan.
4. Ibu Kharisma K, SSiT., M.Keb., selaku pembimbing pendidikan 1 yang telah
memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan ini.
5. Ibu Yuni Ginarsih, SST., M.Keb selaku pembimbing pendidikan 2 yang telah
memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan ini.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyusunan
laporan ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Semoga Allah SWT memberikan
balasan pahala atas segala amal baik yang telah diberikan. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.
iii
DAFTAR ISI
Lembar judul ……………………………………………………………… i
Lembar pengesahan ………………………………………………………. ii
Kata Pengantar ……………………………………………………………. iii
Daftar Isi ………………………………………………………………….. iv
Bab 1 Pendahuluan ………………………………………………………... 1
1.1 Latar Belakang …………………………………………………... 1
1.2 Tujuan Praktek …………………………………………………… 2
1.2.1 Tujuan Umum ………………………………………………. 2
1.2.2 tujuan Khusus ……………………………………………….. 2
1.3 Lama Praktek……………………………………………………... 2
Bab 2 Tinjauan Pustaka …………………………………………………… 3
2.1 Konsep Dasar Imunisasi..……………………………………….... 3
2.2 Konsep Imunisasi DPT…………………………………………… 15
2.3 Konsep Imunisasi Polio…………………………………………... 19
2.4 Manajemen Asuhan Kebidanan……………….……………..…… 20
2.5 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)………………….. 27
Bab 3 Tinjauan Kasus …………………………………………………….. 28
Bab 4 Pembahasan ………………………………………………………... 36
Bab 5 Penutup …………………………………………………………….. 37
5.1 Kesimpulan ………………………………………………………. 37
5. 2 Saran …………………………………………………………….. 37
Daftar Pustaka …………………………………………………………….. 39
Lampiran ………………………………………………………………….. 40
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
yang bertujuan untuk merangsang timbulnya zat anti penyakit tertentu pada
orang-orang tersebut. Melalui studi yang mendalam vaksin dianggap menjadi
alat yang paling efektif (Hidayat, 2008). Jenis atau macam imunisasi vaksin
yang wajib pada anak antara lain BCG, DPT/ DT, polio, campak/ measles,
hepatitis A dan B, typhoid dan paratyphoid dan varisella atau cacar air
(CPDDI, 2008)
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan kebidanan secara holistik pada
neonatus,bayi, balita dan anakprasekolah dengan pendekatan
manajemen kebidanan dan dokumentasi SOAP
1.2.2 Tujuan Khusus
1) Mampu melakukan Pengkajian pada pasien neonatus,bayi, balita
dan anak prasekolah
2) Mampu melakukan Interpretasi data pada pasien neonatus,bayi,
balita dan anak prasekolah.
3) Mampu menegakkan diagnosa dan masalah potensial pada pasien
neonatus,bayi, balita dan anak prasekolah.
4) Mampu mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan segera pada
pasien neonatus,bayi, balita dan anak prasekolah.
5) Mampu merencanakan asuhan kebidanan pada pasien neonatus,bayi,
balita dan anak prasekolah.
6) Mampu melakukan tindakan asuhan kebidanan pada pasien
neonatus,bayi, balita dan anak prasekolah.
7) Mampu mengevaluasi setelah melakukan tindakan asuhan kebidanan
pada pasien neonatus,bayi, balita dan anak prasekolah.
8) Mendokumentasikan asuhan kebidanan pada neonatus,bayi, balita dan
anak prasekolah.
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktik dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Duduksampeyan
Kabupaten Gresik, pada tanggal 7 Maret 2022 sampai dengan 26 Maret 2022.
2
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.1.3 JENIS-JENIS KEKEBALAN
1. Kekebalan aktif
Adalah kekebalan yang dibuat sendiri oleh tubuh untuk menolak
terhadap suatu penyakit tertentu dimana prosesnya lambat tetapi dapat
bertahan lama. Kekebalan aktif dibagi dalam 2 jenis antara lain :
a. Aktif alamiah
Dimana tubuh anak membuat kekebalan sendiri setelah
mengalami / sembuh dari suatu penyakit.
b. Aktif buatan
Kekebalan yang dibuat tubuh setelah mendapat vaksin (imunisasi)
2. Kekebalan pasif
Adalah tubuh anak tidak membuat zat anti bodi sendiri tetapi
kekebalan tersebut diperoleh dari luar setelah memperoleh zat
penolak, sehingga proses cepat tetapi tidak bertahan lama. Kekebalan
pasif dibagi dalam 2 jenis antara lain :
a. Pasif alamiah atau pasif bawaan
Yaitu kekebalan yang diperoleh bayi sejak lahir dari ibunya.
Kekebalan ini tidak berlangsung lama (kira-kira hanya sekitar 5
bulan setelah bayi lahir, misalnya difteri, morbili dan tetanus.
b. Pasif buatan
Kekebalan ini diperoleh setelah mendapat suntikan zat penolak.
Misalnya pemberian vaksinasi ATS (Anti Tetanus Serum)
(Asuhan Kesehatan Anak dalam Konteks Keluarga, 1998)
2.1.4 Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD31)
1. Polimyelitis (kelumpuhan)
2. Campak
3. Dipteri
4. Pertusis
5. Tetanus
6. Tuberculosis
7. Hepatitis
5
Sesuai dengan program pemerintah (depkes) tentang program
pengembangan imunisasi (PPI), maka anak harus mendapatkan
perlindungan terhadap 7 penyakit utama tersebut, yaitu dengan imunisasi
2.1.5 Gejala penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD31)
1. Difteri
Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri
“corynebacterium diphterine” Penyebarannya adalah melalui kontak
fisik dan pernafasan. Gejala awal penyakit adalah radang tenggorokan,
hilang nafsu makan dan demam ringan. Dalam 2-3 hari timbul selaput
putih kebiru-biruan pada tenggorokan dan tonsil. Difteri dapat
menimbulkan komplikasi berupa gangguan pernafasan yang berakibat
kematian.
2. Pertusis
Disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari adalah penyakit
pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri “Bordetella
Pertusis). Penyebab pertusis adalah melalui percikan ludah (droplet
infection) yang keluar dari batuk atau bersin.
Gejala penyakit ini adalah pilek, mata merah, bersin demam,
dan batuk ringan yang lama-kelamaan batuk menjadi parah dan
menimbulkan batuk menggigil yang cepat dan keras. Komplikasi
pertusis adalah “Pneumonia Bacterialis” yang dapat menyebabkan
kematian.
3. Tetenus
Adalah penyebab yang disebabkan oleh “Clostridium tetani”
yang menghasilkan neurotoksin. Penyakit ini tidak menyebar dari orang
ke orang, tetapi melalui kotoran yang masuk ke dalam luka yang dalam.
Gejala awal penyakit adalah kaku otot pada rahang disertai kaku pada
leher, kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat dan demam.
Pada bayi terdapat juga gejala berhenti menetek (sneking) antara
3-28 hari setelah lahir. Gejala berikutnya adalah kejang yang hebat dan
tubuh menjadi kaku. Komplikasi tetanus adalah patah tulang akibat
kejang, pneumonia dan infeksi lain yang dapat menimbulkan kematian.
6
4. Tuberkulosis
Adalah penyakit yang disebabkan oleh “Mycobacterium
Tuberculosa” (disebut juga batuk darah). Penyakit ini menyebar melalui
pernafasan, lewat bersin atau batuk, gejala awal penyakit adalah lemah
badan, penurunan berat badan, demam dan keluar keringat pada malam.
Gejala selanjutnya adalah batuk terus-menerus, nyeri dada dan
(mungkin) batuk darah. Gejala lain tergantung pada organ yang
diserang. Tuberkulosis dapat menyebabkan kelemahan dan kematian.
5. Campak
Adalah penyakit yang disebabkan oleh virus mixovirus viri dae
maesles. Disebarkan melalui udara (percikan ludah) sewaktu bersin atau
batuk dari penderita. Gejala awal penyakit adalah demam, bercak
kemerahan, batuk, pilek konjungtivis (mata merah). Selanjutnya timbul
ruam pada muka dan leher, kemudian menyebar ke tubuh dan tangan
serta kaki.
Komplikasi campak adalah diare hebat, peradangan pada telinga
dan infeksi saluran nafas (pneumania)
6. Poliomielitis
Adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh
satu dari tiga virus yang berhubungan yaitu virus polio tipe 1, 2 atau 3.
Secara klinis penyakit polio adalah anak di bawah umur 15
tahun yang menderita lumpuh layu akut (acute flakid paralysis = AFP)
Penyebaran penyakit adalah melalui kotoran manusia (tinja)
yang terkontaminasi. Kumpulan dimulai dengan gejala demam, nyeri
otot dan kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit. Kemudian bisa
terjadi karena kelumpuhan otot-otot pernafasan terinfeksi.
7. Hepatitis B
Hepatitis B (penyakit kuning) adalah penyakit yang disebabkan
oleh virus hepatitis B yang merusak hati. Penularan penyakit adalah
secara horizontal yaitu dari darah dan melalui hubungan seksual.
Sedangkan penularan secara vertikal yaitu dari ibu ke bayi selama
proses persalinan.
7
Infeksi pada anak biasanya tidak menimbulkan gejala. Gejala
yang ada dalah merasa lemah, gangguan perut dan gejala lain seperti
flu. Urin menjadi kuning, kotoran menjadi pucat, warna kuning bisa
terlihat pula pada mata ataupun kulit. Penyakit ini bisa menjadi kronis
dan menimbulkan pengerasan hati, kanker hati dan menimbulkan
kematian.
(Pelatihan safe injection, unicef. 2005)
2.1.6 Klasifikasi Vaksin
Vaksin adalah kuman atau racun kuman yang dimasukkan ke
dalam tubuh bayi / anak yang disebut antigen. (Asuhan Kesehatan Anak
dalam Konteks Keluarga)
Jenis vaksin yang digunakan di Indonesia banyak macamnya pada
dasarnya vaksin dibuat dari :
1. Vaksin dari kuman hidup yang dilemahkan seperti :
a. Virus campak dalam vaksin campak
b. Virus polio dalam jenis sabin pada vaksin polio
c. Kuman TBC dalam vaksin BCG
2. Vaksin dari kuman yang dimatikan seperti
a. Bakteri pertusis dalam DPT
b. Virus polio jenis salk dalam vaksin polio
3. Vaksin dari racun / toksin kuman yang dilemahkan :
Racun kuman seperti toxoid (++) diptheria toxoid dalam DPT
4. Vaksin yang terbuat dari protein khusus kuman :
Vaksin yang dibuat dari protein seperti Hepatitis B.
Untuk menggunakan vaksin, beberapa hal yang harus diperhatikan
sebagai berikut :
1. Persyaratan pemberian vaksin
a. Pada bayi dan anak yang sehat
b. Pada bayi yang sedang sakit
Sakit keras
Dalam masa tunas suatu penyakit
Definisi immunologi
8
2. Vaksin harus baik, disimpan dalam lemari es dan belum lewat masa
berlakunya.
3. Memberikan imunisasi dengan teknik yang tepat
4. Mengetahui jadwal vaksinasi dengan melihat umur dan jenis imunisasi
yang diterima
5. Meneliti jenis vaksin yang akan diberikan
6. Memperhatikan dosis yang akan diberikan
Cara pengambilan vaksin dan penyuntikannya, pengambilan vaksin harus
hati-hati dengan cara sebagai berikut :
1. Bagian tengah tutup botol metal dibuka sehingga kelihatan karet
2. Tutup karet didesinfeksi dengan desinfektan
3. Ambil jarum yang steril dengan spuitnya untuk menghisap vaksin
ke dalam spuit
4. Kulit yang akan disuntik didesinfektan, kemudian dibersihkan
dengan kapas air hangat baru dilakukan penyuntikan
(Asuhan Kesehatan Anak dalam Konteks Keluarga, 1993)
2.1.7 Jenis dan Sifat Vaksin
1. Penggolongan vaksin
Vaksin dapat digolongkan menurut sensitivitas terhadap suhu. Ada 2
golongan, yaitu :
a. Vaksin yang sensitif terhadap beku (freeze sensitive : FS) yaitu :
vaksin DPT, DT, TT, Hepatitis B dan DPT – HB
b. Vaksin yang sensitif terhadap panas (Heat Sensitive: HS) yaitu :
Vaksin campak, polio dan BCG
2. Jenis-jenis vaksin
Vaksin-vaksin yang saat ini dipakai dalam program imunisasi rutin di
Indonesia adalah :
a. Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerine)
1) Indikasi : Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosis
2) Cara pemberian dan dosis :
9
a) Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih
dahulu. Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril
(ADS 5 ml/
b) Dosis pemberian : 0,05 ml, sebanyak 1 kali
c) Disuntikkan secara intracutan di daerah lengan kanan atas
(Insertio Muslulus Deltoideus) dengan menggunakan ADS
0,05 ml
d) Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat
3 jam
3) Kontra Indikasi
a) Adanya penyakit kulit yang berat / menahun, seperti : eksim,
furunkulosis dan sebagainya.
b) Mereka yang sedang menderita TBC
4) Efek samping
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat
umum seperti demam. Setelah 1-2 minggu akan timbul indurasi dan
kemerahan di tempat suntikan yang berubah menjadi postula,
kemudian pecah menjadi luka, luka tidak perlu pengobatan, akan
sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda parut, kadang-
kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak dan atau
leher, terasa padat, tidak sakit dan tidak menimbulkan demam.
Reaksi ini normal, tidak memerlukan pengobatan dan akan
menghilang dengan sendirinya.
b. Vaksin DPT
1) Diskripsi Vaksin jerap DPT (dipteri, pertusis, tetanus) adalah
vaksin yang terdiri dari toxoid difteri dan tetenus yang dimurnikan
serta bakteri pertusis yang telah dinaktivasi.
2) Indikasi Untuk pemberian kekebalan secara simultan
terhadapdifteri, pertusis dan tetanus
3) Cara pemberian dan dosis :
a) Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar
suspensi menjadi homogen
10
b) Disuntikan secara intramuskuler dengan pemberian 0,5 ml
sebanyak 3 dosis
c) Dosis pertama diberikan pada umur 2 bulan, dosis selanjutnya
diberikan dengan interval paling cepat 4 minggu (1 bulan)
4) Kontra indikasi
Gejala-gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau
gejala serius keabnormalan pada saraf merupakan kontra indikasi
pertusis. Anak yang mengalami gejala-gejala parah pada dosis
pertama, komponen pertusis harus dihindarkan pada dosis kedua
dan meneruskan imunisasinya dapat diberikan DT
5) Efek samping
Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti : lemas, demam,
kemerahan pada tempat penyuntikan, kadang-kadang terjadi gejala
berat seperti demam tinggi, iritabilitas dan merancau yang biasanya
terjadi 24 jam setelah imunisasi.
c. Vaksin TT
1) Diskripsi
Vaksin jerap TT (Tetanus Toxoid) adalah vaksin yang mengandung
toxoid tetanus yang telah dimurnikan dan terabsorbsi ke dalam 3
mg/ml aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan sebagai
pengawet. Satu dosis 0,5 ml. Vaksin mengandung potensi
sedikitnya 40 IU. Dipergunakan untuk mencegah tetanus pada bayi.
(Vademeeum Bio Karma, Januari 2002)
2) Indikasi : Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tetanus
3) Cara pemberian dan dosis
a) Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar
suspensi menjadi homogen
b) Untuk mencegah tetanus / tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis
primer yang disuntikan secara intra muskuler atau subkutan
dalam dengan dosis pemberian 0,5 ml dengan interval 4minggu.
Dilanjutkan dengan dosis ketiga setelah 6 bulan berikutnya.
Untuk mempertahankan kekebalan terhadap tetanus pada wanita
11
usia subur, maka dianjurkan diberikan 5 dosis. Dosis keempat
dan kelima diberikan dengan interval minimal 1 tahun setelah
pemberian dosis ketiga dan keempat. Imunisasi TT dapat
diberikan secara aman selama masa kehamilan bahkan pada
periode trimester pertama.
4) Kontra indikas : Gejala-gejala beratkarena dosis pertama TT
5) Efek samping Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan,
gejala-gejala seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan
yang bersifat sementara dan kadang-kadang gejala demam.
d. Vaksin DT
1) Diskipsi :Vaksin jerap DT (Difteri dan Tetanus) adalah vaksin yang
mengandung loxoid difteri dan tetanus yang telah dimurnikan.
(Vademacum Bio farma, Januari 20020)
2) Indikasi : Untuk pemberian kekebalan simultan terhadap difteri dan
tetanus
3) Cara pemberian dan dosis
Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar
suspensi menjadi homogen, Disuntikkan secara IM atau SC dalam
dengan dosis 0,5 ml. Dianjurkan untuk anak di bawah 8 tahun atau
lebih dianjurkan imunisasi dengan vaksin TD
4) Kontra indikasi : Gejala-gejala berat karena dosis pertama DT
5) Efek samping : Gejala-gejala seperti lemas dan kemerahan pada
lokasi suntikan yang bersifat sementara, dan kadang-kadang gejala
demam
e. Vaksin polio
1) Diskripsi : Vaksin oral polio hidup adalah vaksin polio trivalent
yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1, 2 dan 3 (strain
sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal
keras dan distabilkan dengan sukrosa.
2) Indikasi : Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomielitis
3) Cara pemberian dan dosis
12
a) Diberikan secara oral (melalui mulut) 1 dosis adalah 2 tetes
sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis
minimal 4 minggu
b) Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes
(dropper) yang baru
4) Kontra indikasi : Pada individu yang menderita “immune
deficiency” tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat
pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada
keraguan misalnya sedang menderita diare, maka ulangan dapat
diberikan setelah sembuh.
5) Efek samping : Pada umumnya tidak terdapat efek samping, efek
samping berupa poralisis yang disebabkan oleh vaksin sangat
jarang terjadi (kurang dari 0,17 : 1.000.000 ; Bull WHO 66 : 1988)
f. Vaksin campak
1) Diskrips : Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang
dilemahkan, setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari
1000 infective unit virus strain CAM 70 dan tidak lebih dari 100
mcg residu kanamycin (vademeceum biofarma, Januari 2002)
2) Indikasi : Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit
campak
3) Cara pemberian dan dosis :
a) Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu harus
dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5
ml cairan pelarut
b) Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada
lengan kiri atas, pada usia 9-11 bulan dan ulangan (booster)
pada usia 6-7 tahun (kelas 1 SD) setelah catch-up campaign
campak pada anak sekolah dasar kelas 5-6.
4) Kontra indikasi : Individu yang mengidap penyakit immune
deficiency atau individu yang diduga menderita gangguan respon
imun karena leukemia, limfoma
5) Efek samping
13
Hingga 15% px dapat mengalami demam ringan dan kemerahan
selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi.
g. Vaksin hepatitis B
1) Diskripsi : Adalah vaksin virus recombinan yang telah
diinaktifasikan dan bersifat non-infeclous, berasal dari HBs Ag
yang dihasilkan dalam sel ragi (hansenula Polymerpha)
menggunakan teknologi DNA recombinan (Vademecum bio
farma, Jan 2002)
2) Indikasi : Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang
disebabkan oleh virus hepatitis B
3) Cara pemberian dan dosis
a) Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu
agar suspensi menjadi homogen
b) Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1 (buah) HB
PID, pemberian suntikan secara IM sebaiknya pada
anterolateral paha
c) Pemberian sebanyak 3 dosis
d) Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari dosis berikutnya
dengan interval minimum 4 minggu (1 bulan)
4) Kontra indikasi : Hipersensitif terhadap komponen vaksin sama
halnya seperti vaksin-vaksin lain, vaksin ini tidak boleh diberikan
kepada pasien penderita infeksi berat yang disertai kejang.
5) Efek samping : Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan
pembengkakan disekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi
bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.
14
2.1.9 Jadwal Pemberian Imunisasi
1. Jadwal Pemberian Imunisasi
Pemberian Selang waktu
Vaksin Umur Keterangan
imunisasi Pemb.
BCG 1x - 0 – 11 bln Untuk bayi yang
DDT 3 x (DDT 4 minggu 2 – 11 bln lahir di rumah
Polio 1,2,3) 4 minggu 0 – 11 bln sakit/puskesmas
Campak 4 x (Pol - 9 – 11 bln HB, BCG dan
Hep. B 1,2,3,4) 4 minggu 0 – 11 bln polio dapat segera
1x diberikan
3 x (hep. 1,2,3)
(Modul latihan petugas imunisasi, edisi 7, 2000. Direktorat Jendral
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Def Kes dan
Kesehatan Sosial R.I Jakarta : 13)
2.Alternatif I
Umur Antigen
0 bulan HB I, BCG, Polio 1
2 bulan HB 2, DPT, polio 2
3 bulan HB 3, DPT 2, polio 3
4 bulan DPT 3, polio 4
9 bulan Campak
3. Alternatif II
Umur Antigen
2 bulan BCG, Polio I, DPT I
3 bulan HB I, Polio 2, DPT 2
4 bulan HB 2, Polio 3, DPT 3
9 bulan HB 3, Polio 4, Campak
15
4. Imunisasi yang dianjurkan
a. MMR (measles / campak, mumps / parotitis, rubella / campak Jerman)
b. Hb (Naomopilus influenza B)
c. Demam typoid
d. Hepatitis A
16
c. Tanda/gejala : Anak tiba-tiba menangis terus menerus sukar
berhenti, muka menjadi merah/kebiruan, keluar air mata, kadang sampai
muntah.
3. Vaksin Tetanus
a. Macam vaksin tetanus :
1) Vaksin yang digunakan untuk imunisasi aktif seperti tetanus toxoid
yaitu racun kuman tetanus yang dilemahkan.
a) Kemasan tunggal (TT)
b) Kemasan dengan vaksin difteri (DT)
c) Kemasan dengan vaksin difteri, pertusis, dan tetanus (DPT)
2) Serum yang mengandung kekebalan pasif terhadap tetanus (AST) anti
tetanus serum.
a) Penyebab : Closridium Tetani
b) Penularan : Kuman masuk lewat lika anaerob seperti suplai
darah kurang, kotor, luka tusuk, tembak.
c) Tanda/gejala : Kejang dan kaku secara menyeluruh, otot dinding
perut yang teraba keras dan tegang seperti papan, mulut kaku dan
sukar dibuka (trismus).
4. Jadwal Pemberian Vaksin DPT
a. Pada bayi umur antara 2-11 bulan sebanyak 3x pemberian secara suntikan
dengan selang 4 minggu secara IM
b. Imunisasi ulang lainnya diberikan setelah umur 1,5-2 tahun
c. Diulang kembali dengan vaksin DT pada usia 5-6 tahun (kelas 1 SD)
d. Diulang lagi umur 10 tahun (menjelang tamat SD)
e. Bagi yang tidak mendapatkan DPT pada waktu bayi diberikan DT
sebanyak 2x dengan interval 4 minggu dengan dosis 0,5 cc IM
f. Apabila hal ini meragukan tentang vaksinasi yang didapat pada waktu bayi
maka tetap diberikan 2x suntikan.
g. Bila bayi mempunyai riwayat kejang sebaiknya DPT diganti dengan DT
dengan cara pemberian yang sama dengan DPT
17
5. Persyaratan Pemberian vaksin DPT
a. Pada bayi dan anak yang sehat
b. Vaksin harus baik, disimpan dalam lemari es dan belum lewat masa berlaku
c. Pemberian imunisasi dengan teknik yang tepat
d. Mengetahui jadwal vaksinasi
e. Meneliti jenis vaksin yang akan diberikan
f. Memperhatiakan dosis yang akan diberikan yaitu 0,5 cc
6. Efek Samping
a. Demam tinggi
b. Pembengkakan dan rasa nyeri pada tempat penyuntikan selama 1-2 hari
c. Kadang-kadang demam tinggi dan kejang
7. Kontra Indikasi Pemberian DPT
a. Anak sedang sakit parah
b. Ada riwayat kejang bila demam atau panas tinggi
c. Penyakit gangguan kekebalan (defisiensi imunologik)
8. Kekebalan aktif yang diperoleh dari vaksin DPT
a. Vaksin difteri 80-95%
b. Vaksin pertusis 50-60%
c. Vaksin tetanus 90-95%
9. Hal-hal yang mungkin Diperhatikan
a. Pemberian imunisasi DPT 3x dengan dosis 0,5 cc dengan interval 4 minggu
secara IM
b. Vaksin yang digunakan jangan sampai beku
c. Sisa vaksin yang sudah dibuka harus dibuang.
10. Reaksi yang Mungkin Terjadi
a. Nyeri pada tempat penyuntikan
b. Kemerahan dan bengkak untuk 1-2 hari pada tempat penyuntikan, ini akan
sembuh sendiri dan tidak prlu pengobatan.
c. Panas, akan sembuh dalam 1-2 hari. Reaksi ini disebabkan oleh komponen
pertusis dari vaksin DPT.
18
11. Penyimpanan
Vaksin harus disimpan pada suhu 2-8 C dan jangan sampai beku sebab
pembekuan akan merusak potensi vaksin.
12. Persiapan pemberian vaksin DPT
a. Menyiapkan vaksin DPT
Sebelum membuka vaksin lihatlah terlebih dahulu labelnya
Kocok terlebih dahulu flakonnya sehingga endapan tercampur
b. Cara mengisi semprit DPT
Buka tutup metal dengan gergaji ampul
Usaplah karet penutup flakon dengan kapas basah
Ambil spuit 2 cc
Pasanglah jarum DPT ke semprit
Usaplah udara kedalam spuit sebanyak 0,6 cc
Tusukkan jarum kedalam flakon melalui tutup karet
Masukkan udara kedalam flakon dan usaplah vaksin sebanyak 0,6 cc
kedalam semprit.
Cabut jarumdari flakon, semprit ditegakkan, lurus ke atas untuk
melihat gelembung udara, apabila ada gelembung udara ketuklah
pelan-pelan supaya gelembung naik ke atas, lalu dorong-dorong
piston sampai ukuran 0,5 cc.
c. Mengatur posisi bayi
Bayi dipangku ibunya
Tangan kiri ibu merangkul bayi, menyangga kepala, bahu dan
memegang sisi luar tanga kiri bayi
Tangan kanan bayi melingkar kebadan ibu
Tangan kanan ibu memegang kaki bayi dengan kuat
d. Cara penyuntikan
Tempat yang paling baik adalah di bagian paha sebelah luar
Letakkan ibu jari dan telunjuk pada posisi yang akan disuntik
Peganglah otot paha diantara jari-jari telunjuk dan ibu jari
Bersihkan lokasi suntikan dengan kapas basah
19
Tusukkan jarum tegak lurus kebawah melalui kulit anatara jari anda
sampai ke dalam otot
Tarik piston sedikit untuk menyakinkan bahwa jarum tidak mengenai
pembuluh darah
Dorong pangkal piston dengan ibu jari untuk memasukkan vaksin
Cabut jarumnya
e. Hal-hal yang perlu diperhatikan
Pemberian 3 kali dengan dosis 0,5 cc dengan interval 4 minggu, secara
IM
Vaksin yang digunakan jangan sampai beku
Sisa vaksin yang sudah dibuka harus di buang
20
3. Kontra Indikasi
a. Anak dengan diare berat
b. Anak sakit parah
c. Anak penderita defisiensi kekebalan
4. Hal-hal yang harus dilakukan pada pemberian imunisasi polio adalah :
a. Menyiapakan vaksin polio
Bukalah tutup metal dan tutup karet
Pasanglah pipet plastik pada flakon
Vaksin polio siap diberikan
b. Menentukan posisi bayi dan cara pemberian vaksin
Ibu disuruh melentangkan bayinya diatas pangkuannya dan
memegang erat-erat.
Mulut anak dibuka menggunakan dua jari sambil menekan kedua ipi
anak sehingga mulut dibuka
Teteskan vaksin polio langsung dari pipet kedalam mulut anak
sebanyak dua tetes.
21
A. Data Subyektif
1. Biodata
a. Biodata Bayi
Nama Bayi : Untuk mengetahui identitas bayi bahwa bayi
tersebut adalah benar-benar anak dari orang tuanya.
Jenis Kelamin : Untuk perbedaan jeni/gerder
Tanggal lahir : Untuk mengetahui umur bayi
Anak ke berapa : Untuk mengetahui bayi tersebut anak
keberapa
b. Bidata Orang tua
Nama Ayah/Ibu : Untuk mengenal, memanggil, dan
menghindari terjadinya kekeliruan ( Christina, 1993)
Umur Ibu : Untuk mengetahui keadaan Ibu terutama
pada persalinan pertama
Suku : Untuk mengetahui adat istiadat yang dianut
Pekerjaan Ayah/Ibu : Untuk mengetahui status ekonomi dan
aktivitas (Ibu) serta sosial ekonomi penderita agar nasehat kita
nanti sesuai.
Pendidikan : Untuk mengetahui status pengetahuan orang
tua.
Agama : Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan
pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan pasien/klien. Dengan
diketahuinya agama pasien, akan memudahkan bidan melakukan
pendekatan didalam melaksanakan asuhan kebidanan
Alamat : Untuk mengetahui tempat tinggal klien
berada, dapat menilai apakah lingkungan cukup aman bagi bayi.
2. Alasan Datang
Untuk mengetahui penyebab apa yang menyebabkan klien dibawa ke
poli anak
3. Keluhan Utama
Apa yang dikeluhkan Ibu tentang keadaan bayinya
4. Riwayat Kesehatan Sekarang
22
Untuk mengetahui apa saja yang dirasakan klien pada saat petugas
mengkaji agar dapat mengetahui tindakan apa dilakukan
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ditanyakan mengenai latar belakang keluarga terutama
a. Anggota keluarga yang mempunyai penyakit tertentu terutama
penyakit menular seperti TBC, hepatitis
b. Penyakit keluarga yang diturunkan seperti kencing manis,
kelainan pembekuan darah, jiwa, asma
c. Riwayat kehamilan kembar, faktor yang meningkatkan
kemungkinan hamil kembar adalah faktor ras, keturunan, umur
wanita dan paritas. Oleh karena itu apabila ada yang pernah
melahirkan atau hamil dengan anak kembar harus diwaspadai
karena hal ini bisa menurun pada Ibu.(Manuaba, 2000 : 2005)
6.Riwayat perinatal dan neonatal
a. Kehamilan
Ditanyakan pada Ibu ini kehamilan beberapa, keluhan Ibu pada
saat hamil ini, periksa kemana dan sudah beberapa kali periksa,
mendapat obat apa saja setelah periksa
b. Persalinan
Ditanyakan pada Ibu melahirkan dimana, ditolong siapa,
bagaimana caranya serta penyulit yang dialami sewaktu Ibu
melahirkan, kemudian ditanyakan tentang jenis kelamin, berat
badan, panjang badan bayi yang dilahirkan
c. Nifas
Ditanyakan pada Ibu mengeluarkan darah yang bagaimana,
seberapa banyak, kontraksi uterus baik atau tidak (bila kontraksi
baik, uterus bulat dan mengeras). ASI sudah keluar apa belum,
ada luka jahitan atau tidak
d. Neonatal
Ditanyakan pada Ibu tentang jenis kelamin, berat badan, panjang
badan bayi yang dilahirkan
e. Riwayat Imunisasi
23
Untuk mengetahui apakah anak telah mendapat imunisasi
lengkap/tidak
7, Pola kebiasaan sehari-hari
Untuk mengetahui bagaimana pola nutrisi Ibu, eliminasi, istirahat,
aktivitas personal hygiene.
8. Riwayat Psikologi dan Budaya
a. Psikologi
Bagaimana respon Ibu dan keluarga terhadap kelahiran anaknya
b. Sosial
Apakah hubungan Ibu dengan suami keluarga serta petugas
kesehatan baik atau tidak
c. Budaya
Untuk mengetahui tradisi yang dianut keluarga yang merugikan
termasuk pantang makan, minum jamu dan kebiasaan berobat jika
sakit
9. Data Spiritual
Untuk mengetahui bagaimana sikap Ibu terhadap agama yang
diyakininya
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : baik/cukup/lemah
Kesadaran : composmentis/koma
Tanda-tanda Vital :
Pernafasan : normal (40 - 60 x / menit)
Suhu : normal (36,5 - 37,5oC)
Nadi : normal (100 - 160 x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala : Simetris, tidak ada benjolan abnormal, rambut
hitam menyebar merata.
Wajah : Simetris, tidak pucat, dan tidak kuning
24
Mata : Simetris, sklera tidak kuning, konjungtiva
tidak anemis
Hidung : Simetris, tidak ada polip, tidak ada pernafasan
cuping hidung
Mulut : Mukosa bibir lembab, tidak ada labioschisis,
tidak ada labiopalatoschisis, lidah bersih
Telinga : Simetris, tidak ada serumen.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan
pembesaran limfe.
Dada : Simetris, gerak nafas teratur.
Perut : tidak ada benjolan abnormal.
Ekstremitas
Atas : Simetris, tidak terdapat polydaktil maupun
syndaktil
Bawah : Simetris, tidak terdapat polydaktil maupun
syndaktil
Reflek : +/+
Integumen : Bersih, turgor baik
Genetalia : Bersih, testis sudah turun ke scrotum
Anus : Bersih, tidak terdapat atresia ani dan tidak ada
atresia rekti.
b. Palpasi
Kepala : Tidak teraba benjolan abnormal.
Leher : Tidak terabapembesaran kelenjar tyroid, tidak
teraba pembesaran kelenjar limfe, dan tidak teraba
pembesaran vena jugularis.
Perut : Tidak teraba benjolan abnormal, tidak terana
pembesaran hepar.
Ekstremitas :
Atas : Tidak teraba adanya retensi air (tidak edema).
Bawah : Tidak teraba adanya retensi air (tidak edema).
Integumen : Bersih, turgor baik
25
c. Auskultasi
Dada : COR : Nadi teratur 100x / menit
Perut : Terdengar bising usus ± 12x / menit
d. Perkusi
Abdomen : Tidak kembung
26
2. Jelaskan pada ibu tentang efek samping pemberian imunisasi DPT
ComboII dan PolioIII
R/ Ibu dapat mengerti tentang apa yang akan terjadi, pada bayi
setelah pemberian imunisasi DPT ComboII dan PolioIII
3. Berikan imunisasi DPT ComboII dan PolioIII.
R/ Pemberian imunisasi DPT ComboII dan PolioIII yang ampuh dan
sesuai standart yang akan menurunkan morbiditas dan mortalitas.
4. Memberitahu ibu untuk tidak memberikan minum pada bayi
sebelum 15 menit
Memperlancar permulaan vaksin polio.
R/ Pemberian minum dapat mengurangi keefektifan vaksin
polio
5. Motivasi ibu untuk memberikan obat penurun panas paracetamol
3x1
R/ Setiap bungkus mengandung taminophen 100 mg.
6. Motivasi ibu untuk memberikan ASI eksklusif
R/ Asi mengandung antibodi bagi tubuh bayi
7. Beritahu ibu tentang jadwal imunisasi berikutnya untuk DPT
Combo III dan Polio IV
R/ Monitor terhadap terpenuhinya imunisasi untuk pencegahan
penyakit tertentu.
VI. IMPLEMENTASI
Dilakukan sesuai dengan intervensi dan kondisi bayi
VII. EVALUASI
Dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keefektifan dan
keberhasilan dari asuhan yang telah diberikan dengan mengacu pada
kriteria hasil.
27
2.5 KONSEP SOAP
Data perkembangan menggunakan pedoman SOAP (Varney, 2004).
S : Subyektif : Menggambarkan hasil pendokumentasian hasil pengumpulan
data melalui anamnesa.
O : Obyektif : Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik
klien, hasil Hb dirumuskan dalam data fokus untuk
mendukung asuhan.
A : Assement : Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan
interpretasi data subyektif dan obyektif dalam suatu
lingkungan indentifikasi:.
P: Planning : Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan
evaluasi berdasarkan assessment sebagai langkah rencana tindakan,
implementasi dan evaluasi.
28
BAB 3
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA NEONATUS, BAYI, BALITA
DAN PRASEKOLAH
PADA BY AS USIA 3 BULAN IMUNISASI DPT-HB-HIB 2 DAN POLIO 3
1. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 2 Pebruari 2022
Pukul : 09.00 Wib
Oleh : Sri Rahayu
29
c. A-S :8-9
d. Penyulit Kehamilan : Tidak ada
e. Penyulit Persalinan : Tidak ada
1.1.5 Riwayat Kelahiran :
a. Tanggal Lahir : 2 November 2021
b. Jenis persalinan : Spontan
c. Tempat persalinan : Ponkesdes Palebon
d. Penolong : Bidan
e. Berat badan : 3100 gram
f. Panjang badan : 49 Cm
g. Lingkar Kepala : 32 Cm
h. Lingkardada : 33 Cm
1.1.6 Riwayat Imunisasi :
Umur
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
(Bulan)
Vaksin Tanggal
Pemberian
HB-0 2/11/2021
BCG 2/12/2021
Polio 2/12/2021
DPT-HB- 2/1/2022
Hib 1
Polio 2 2/1/2022
DPT-HB-
Hib 2
Polio 3
DPT-HB-
Hib 3
Polio 4
IPV
Campak
1.1.7 Riwayat Kesehatan Klien : Bayi dalam keadaan sehat dan bergerak
aktif..
1.1.8 Riwayat Kesehatan Keluarga Klien : Ibu mengatakan keluarga tidak
pernah atau sedang menderita penykit jantung (hipertensi, penyakit
jantung lain), metabolisme (diabetes melitus), ginjal, hepar (hepatitis),
atau degeneratif lain.
30
1.1.9 Pola Aktivitas Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Bayi minum ASI sesuai kebutuhan bayi (±12x sehari)
b. Pola Eliminasi
BAB : 3x sehari, bertekstur lembek.
BAK : 6-7x/hari, jernih
c. Pola Aktifitas
Bayi bergerak aktif
d. Pola Istirahat
Siang : ± 3-4 jam/hari
Malam : ±10-11 jam/hari
e. Pola Personal Higiene
Mandi 2x/hari, mengganti pakaian 3x/hari atau sesuai kebutuhan
1.1.10 Keadaan Psikologi Sosial Budaya
a. Anak yang diinginkan : ya
b. Kebiasaan/budaya dalam keluarga yang merugikan : tidak ada
31
Kulit : Warna merah dan tidak cyanosis
Kepala : Simetris, tidak ada benjolan abnormal,
kepala bersih
Muka : Simetris
Mata : Simetris, sklera putih, konjuntiva merah
muda, reflek pupil (+) kanan dan kiri
Hidung : Tidak ada sekret, tidak ada pernafasan
cuping hidung
Mulut : Mukosa bibir lembab, lidah bersih, tidak
ada labioskiziz/labiopalatoskiziz.
Telinga : Simetris, sejajar mata, tidak ada
serumen
Leher : Tidak ada bendungan vena jugularis,
tidak ada pembesaran kelenjar tyroid,
dan kelenjar limfe
Dada : Tidak ada retraksi dinding dada
Abdomen : Tidak ada pembesaran abnormal
1.3 Assesment
By.AS usia 3 bulan dengan imunisasi DPT-HB-HIB 2 dan polio 3
1.4 Penatalaksanaan
1. Menjalin komunikasi terapeutik
Ibu mengerti dan kooperatif
2. Melakukan pemeriksaan dan memberitahu hasil pemeriksaan bahwa
kondisi bayinya dalam keadaan normal
Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
32
3. Memberikan KIE tentang manfaat imunisasi DPT-HB-HIB untuk
mencegah penyakit difteri (infeksi selaput lendir, hidung, dan
tenggorokan), pertusis (batuk rejan), tetanus, hepatitis B, pneumonia,
dan meningitis (radang otak) dan manfaat imunisasi polio untuk
mencegah penyakit lumpuh layu
Ibu mengerti manfaat imunisasi DPT-HB-HIB dan Polio
4. Memberikan KIE tentang efek samping imunisasi DPT-HB-HIB
seperti demam
Ibu mengerti tentang efek samping imunisasi DPT-HB-HIB
5. Menyiapkan alat dan bahan yaitu vaksin DPT-HB-HIB dan kapas
DTT
Alat dan bahan telah disiapkan
6. Memberikan imunisasi DPT-HB-HIB dengan dosis 0,5 cc diinjeksi
pada 1/3 paha bagian luar secara intramuskular
Imunisasi DPT-HB-HIB telah diberikan
7. Menyiapkan vaksin polio
Vaksin telah disiapkan Memberikan KIE tentang keluhan utama
yang dirasakan anak pada orang tua
8. Meneteskan vaksin polio sesuai dosis yaitu 2 tetes ke mulut bayi dan
menganjurkan ibu untuk tidak memberikan minum ±15 menit
Imunisasi polio telah diberikan dan ibu bersedia tidak memberikan
minum ±15 menit
9. Memberi terapi paracetamol sirup 3x1/2 sendok takar untuk
mengatasi demam pada bayi.
Terapi telah diberikan
10. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang imunisasi DPT-HB-Hib 3
dan Polio 4, pada jadwal posyandu bulan Maret 2022
Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang untuk mengimunisasikan
kembali anaknya pada bulan Desember 2020
11. Menganjurkan ibu untuk mendatangi fasilitas kesehatan apabila
terdapat keluhan lebih lanjut
Ibu mengerti atas anjuran yang diberikan
33
12. Melakukan pendokumentasian asuhan pada buku KIA
Pendokumentasian telah dilakukan
CATATAN PERKEMBANGAN
1. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 02 Maret 2022
Pukul : 09.00 Wib
Oleh : Sri rahayu
S :Ibu Mengatakan tidak ada keluhan
O :
1. Keadaan Umuma
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tannda – Tanda Vital :
HR: 120x/menit
RR: 48x/menit
S: 36,4 C
Antropometri
BB: 6300 kg
PB: 53 cm
Lingkar Kepala: 37 cm
Lingkar Dada: 42 cm
2. Pemeriksaan Fisik
Kulit : Warna merah dan tidak cyanosis
Kepala : Simetris, tidak ada benjolan abnormal,
kepala bersih
Muka : Simetris
Mata : Simetris, sklera putih, konjuntiva merah
muda, reflek pupil (+) kanan dan kiri
Hidung : Tidak ada sekret, tidak ada pernafasan
cuping hidung
Mulut : Mukosa bibir lembab, lidah bersih, tidak
ada labioskiziz/labiopalatoskiziz.
34
Telinga : Simetris, sejajar mata, tidak ada
serumen
Leher : Tidak ada bendungan vena jugularis,
tidak ada pembesaran kelenjar tyroid,
dan kelenjar limfe
Dada : Tidak ada retraksi dinding dada
Abdomen : Tidak ada pembesaran abnormal
35
6. Memberikan imunisasi DPT-HB-HIB dengan dosis 0,5 cc diinjeksi pada
1/3 paha bagian luar secara intramuskular
Imunisasi DPT-HB-HIB telah diberikan
7. Menyiapkan vaksin polio
Vaksin telah disiapkan Memberikan KIE tentang keluhan utama yang
dirasakan anak pada orang tua
8. Meneteskan vaksin polio sesuai dosis yaitu 2 tetes ke mulut bayi dan
menganjurkan ibu untuk tidak memberikan minum ±15 menit
Imunisasi polio telah diberikan dan ibu bersedia tidak memberikan minum
±15 menit
9. Memberi terapi paracetamol sirup 3x1/2 sendok takar untuk mengatasi
demam pada bayi.
Terapi telah diberikan
10. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang imunisasi DPT-HB-Hib 3 dan
Polio 4, pada jadwal posyandu bulan Maret 2022
Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang untuk mengimunisasikan
kembali anaknya pada bulan Desember 2020
11. Menganjurkan ibu untuk mendatangi fasilitas kesehatan apabila terdapat
keluhan lebih lanjut
Ibu mengerti atas anjuran yang diberikan
12. Melakukan pendokumentasian asuhan pada buku KIA
Pendokumentasian telah dilakukan
36
BAB IV
PEMBAHASAN
37
Bidan dapat memberikan penjelasan tentang perawatan dan penanganan efek
samping pasca pemberian imunisasi dirumah, sehingga dapat diperoleh tujuan
yang optimal.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan Kebidanan pada bayi sehat dengan imunisasi
DPT Combo II dan Polio III dalam pengkajian dan analisa data ditemukan
diagnosa yaitu bayi sehat akan diimunisasi DPT II dan Polio III. Dari masalah
tersebut penulis melakukan tindakan diantaranya yaitu :
1. Melakukan pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tentang hasil pemeriksaan
3. Menjelaskan tentang manfaat dan efek samping dari imunisasi DPT
Combo dan Polio
4. Melakukan informed concent
5. Memberitahu tentang perawatan bayi setelah mendapat imunisasi DPT
Combo dan Polio
6. Melakukan imunisasi DPT Combo dan Polio dengan teknik yang baik dan
benar
7. Memberikan terapi antipiretik
8. Memberitahu ibu untuk imunisasi bulan berikutnya
Dalam Asuhan Kebidanan ini peran serta dan kerjasama yang baik
antara keluarga (ibu pasien) dengan petugas kesehatan sangat diperlukan
supaya tujuan Asuhan Kebidanan dapat tercapai dengan baik.
5.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa.
Sebagai pelaksana untuk memberikan Asuhan Kebidanan hendaknya
mahasiswa terus menambah pengetahuan dan pengalaman serta
38
mengembangkan ketrampilan sehingga mampu memberikan asuhan
kebidana secara optima
2. Bagi Institusi
Sebaiknya lebih banyak menyediakan literatur, agar penyusun asuhan
kebidanan lebih mudah dan dalam menyelesaikan tugasnya.
3. Bagi Klien
Agar mereka mengetahui masalah apa saja yang berkaitan dengan
jenis, cara kerja, efektifitasnya dan keuntungan dari imunisasi Polio
dan DPT Hb Conbo sehingga mudah bekerjasama dengan mengatasi
setiap permasalahn yang mungkin terjadi.
39
DAFTAR PUSTAKA
40