Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PELAKSANAAN PENYULUHAN

IMUNISASI DASAR LENGKAP

Pembimbing :
dr. Mei Vita Sari

Penyusun :
Berlian Sukma Kartiko Wulan 20210420031
Chelsy Natania Aurell Robot 20210420035
Mutiara Ramadhani Wijaya 20210420126
Nadyah Putri Lailatul Mukaromah 20210420129

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HANG TUAH
BEKERJA SAMA DENGAN
PUSKESMAS TAMBAKREJO
SURABAYA
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pelaksanaan Penyuluhan Imunisasi Dasar Lengkap telah


dikonsultasikan dan telah dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Selasa / 22 Agustus 2023
Tempat : Ruang tunggu Puskesmas Tambakrejo Surabaya
Sasaran : Pasien dan keluarga pasien
Surabaya, 24 Agustus 2023
Menyetujui,
Pembimbing Penanggung Jawab

dr. Mei Vita Sari dr. Efyluk Garianto, M.Kes

Mengetahui,
Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Hang Tuah

Djatiwidodo Edi P., dr., M.Kes., Sp.KL., Subsp.PH (K)


NIP. 02602

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN 2
DAFTAR ISI 3
BAB I
PENDAHULUAN 4
1.1. Latar Belakang 4
1.2. Masalah 5
1.3. Tujuan 5
BAB II
ISI 6
2.1. Sasaran Kegiatan 6
2.2. Metode Kegiatan 6
2.3. Waktu Pelaksanaan 6
2.4. Tempat Pelaksanaan 6
2.5. Materi 6
2.6. Evaluasi 13
BAB III
KESIMPULAN 15
DAFTAR PUSTAKA 16
LAMPIRAN 17
I. Leaflet 17
II. Daftar Hadir Peserta Penyuluhan 18
III. Foto Kegiatan Penyuluhan 19

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan menghasilkan
berbagai inovasi untuk menunjang kesehatan perorangan, salah satunya adalah
vaksin yang diimplementasikan melalui program imunisasi. Imunisasi adalah
suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan (Kemenkes,
2017). Imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat paling efektif dan
efisien dalam mencegah penyakit dan menurunkan angka kematian. Imunisasi
dapat diberikan sedini mungkin yaitu saat bayi baru lahir hingga usia beberapa
bulan yang disebut sebagai imunisasi dasar dan dapat mencegah risiko anak
terkena penyakit seperti cacar, polio, tuberkulosis, hepatitis B, difteri, campak,
rubella dan sindrom kecacatan bawaan akibat rubella (congenital rubella
syndrome/CRS), tetanus, pneumonia (radang paru) serta meningitis (radang
selaput otak). Pelaksanaan imunisasi pada balita menyelamatkan sekitar 2–3 juta
nyawa di seluruh dunia setiap tahun dan berkontribusi besar pada penurunan
angka kematian bayi global dari 65 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1990
menjadi 29 pada tahun 2018 (Nandi & Shet, 2020). Pelaksanaan imunisasi
diharapkan dapat menurunkan jumlah balita yang meninggal akibat penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi (PD31) (Kementerian Kesehatan, 2017).
Pemberian imunisasi pada balita tidak hanya memberikan pencegahan
terhadap anak tersebut, tetapi akan memberikan dampak yang jauh lebih luas
karena akan mencegah terjadinya penularan yang luas dengan adanya peningkatan
imunitas (daya tahan tubuh terhadap penyakit tertentu) secara umum di
masyarakat. Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada balita
dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh dapat membentuk antibodi
untuk mencegah penyakit tertentu. Program imunisasi di Indonesia diatur oleh
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia yang bertanggung jawab dalam
menempatkan sasaran, jumlah penerima imunisasi, kelompok umur serta tata
cara memberikan vaksin pada sasaran.

4
Angka kematian bayi dan balita yang tinggi di Indonesia menyebabkan
turunnya derajat kesehatan masyarakat. Masalah ini mencerminkan perlunya
keikutsertaan Pemerintah di tingkat nasional untuk untuk mendukung dan
mempertahankan pengawasan program imunisasi di Indonesia untuk terus
menekan angka kematian bayi dan balita. Namun, program imunisasi ini
masih mengalami hambatan, salah satunya penolakan dari orang tua. Penolakan
orang tua dalam pemberian imunisasi ini dikarenakan beberapa faktor termasuk
anggapan negatif yang berkembang di masyarakat tentang imunisasi, tingkat
pengetahuan yang rendah, dan kesadaran yang kurang terhadap imunisasi
(Apriyani, 2011). Oleh karena itu, untuk meningkatkan pengetahuan dan
memberikan informasi yang benar mengenai imunisasi, perlu dilakukan
penyuluhan kepada masyarakat tentang imunisasi dasar.

1.2. Masalah
Banyak masyarakat yang masih belum mengetahui atau memahami
pengertian imunisasi dasar, penyakit apa saja yang bisa dicegah dengan imunisasi,
jadwal dilakukan imunisasi dasar, dan penanganan jika bayi mengalami kejadian
ikutan pasca imunisasi.

1.3. Tujuan
Memberikan informasi mengenai pengertian imunisasi, manfaat imunisasi,
jenis-jenis imunisasi dasar, penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi, jadwal
imunisasi dasar, pengertian dan bentuk kejadian ikutan pasca imunisasi dasar,
serta penanganannya.

5
BAB II
ISI

2.1. Sasaran Kegiatan


Pasien, keluarga pasien, pengunjung, dan staf Puskesmas Tambakrejo
Surabaya.

2.1. Metode Kegiatan


Kegiatan berupa ceramah penjelasan materi secara lisan menggunakan media
leaflet.

2.2. Waktu Pelaksanaan


Hari/tanggal : Selasa, 22 Agustus 2023
Waktu : 07.45 – 08.00 WIB

2.3. Tempat Pelaksanaan


Ruang tunggu pasien Puskesmas Tambakrejo Surabaya.

2.4. Materi
1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, yang artinya kebal atau resisten. Anak
diimunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu.
Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal
terhadap penyakit yang lain. Imunisasi adalah suatu upaya untuk
menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak
akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan (Kemenkes RI, 2015).
Imunisasi dasar merupakan program imunisasi wajib yang diberikan kepada
bayi usia 0-11 bulan (Kemenkes RI, 2019).

2. Tujuan Imunisasi
Secara umum imunisasi mempunyai dua tujuan berikut ini:
1. Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat Penyakit
yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I).

6
2. Tujuan Khusus
a. Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu
cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di
seluruh desa/ kelurahan pada tahun 2014.
b. Tervalidasinya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden di
bawah 1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun
2013.
c. Eradikasi polio pada tahun 2015.
d. Tercapainya eliminasi campak pada tahun 2015.
e. Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta pengelolaan
limbah medis (safety injection practise and waste disposal
management) (Kemenkes RI, 2015).

3. Jenis-Jenis Imunisasi Dasar Lengkap


a. Vaksin hepatitis B :
Imunisasi hepatitis B diberikan untuk mencegah penularan virus
hepatitis B. Disuntikkan secara intramuskular di bagian paha atau
lengan segera setelah bayi dilahirkan sebelum 24 jam untuk dosis 1
(Hb-0), usia 2 bulan untuk dosis 2, usia 3 bulan untuk dosis 3, dan
usia 4 bulan untuk dosis 4.
b. Vaksin polio :
Imunisasi polio diberikan untuk mencegah penyakit polio. Vaksin
polio oral (bOPV) diteteskan ke mulut bayi ketika akan pulang Jadwal
pemberian vaksin polio lengkap terdiri dari bOPV saat lahir, 3x bOPV
dan minimal 2x IPV, sesuai panduan Kemenkes pada usia 4 dan 9
bulan. Pemberian OPV pada bayi dari ibu HIV atau bayi HIV lihat
Sari Pediatri.
c. Vaksin BCG :
Imunisasi BCG diberikan untuk melindungi tubuh dari penyakit
tuberkulosis (TB). Vaksin BCG disuntikan intrakutan segera setelah
lahir atau sebelum berusia 1 bulan. Bayi dari Ibu TB aktif: BCG
ditunda sampai terbukti bayi tidak terinfeksi TB, namun bayi
diberikan terapi pencegahan TB. Usia 3 bulan atau lebih BCG

7
diberikan bila uji tuberkulin negatif. Bila uji tuberkulin tidak tersedia,
BCG tetap diberikan namun bila timbul reaksi lokal cepat pada
minggu pertama harus dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk
diagnosis TB.
d. Vaksin DPT :
Imunisasi DPT merupakan vaksin gabungan untuk mencegah penyakit
difteri, batuk rejan (pertusis), dan tetanus. Vaksin DTwP atau DTaP
disuntikan intramuskular, dapat diberikan mulai usia 6 minggu. DTaP
dapat diberikan pada usia 2, 3, 4 bulan atau 2, 4, 6 bulan. Booster
pertama usia 18 bulan. Booster berikutnya usia 5-7 tahun dan 10-18
tahun atau pada BIAS SD murid kelas 1 (DT/DTaP), kelas 2
(Td/Tdap), kelas 5 (Td/Tdap).
e. Vaksin Haemophilus influenzae B :
Imunisasi Hib bertujuan untuk mencegah infeksi bakteri Haemophilus
influenza tipe B. Infeksi bakteri ini dapat memicu penyakit, seperti
radang selaput otak (meningitis), radang paru-paru (pneumonia),
radang sendi (septic arthritis), dan radang di lapisan pelindung
jantung (perikarditis). Vaksin Hib, merupakan vaksin inaktif,
disuntikkan intramuskular dalam bentuk kombinasi sesuai jadwal
vaksin pentavalen atau heksavalen DTwP atau DTaP diberikan pada
usia 2,4,6 bulan atau 2,3,4 bulan, dan usia 18 bulan.
f. Vaksin pneumokokus (PCV) :
Imunisasi PCV (pneumokokus) diberikan untuk mencegah
pneumonia, meningitis, dan septikemia, yang disebabkan oleh bakteri
Streptococcus pneumoniae. Vaksin PCV disuntikan intramuskular
pada usia 2, 4 dan 6 bulan dengan booster pada usia 12-15 bulan. Jika
belum diberikan pada usia 7-12 bulan, berikan PCV 2 kali dengan
jarak minimal 1 bulan dan booster pada usia 12 -15 bulan dengan
jarak 2 bulan dari dosis sebelumnya. Jika belum diberikan usia 1-2
tahun berikan PCV 2 kali dengan jarak minimal 2 bulan. Jika belum
diberikan pada usia 2-5 tahun, PCV10 diberikan 2 kali dengan jarak 2
bulan, PCV13 diberikan 1 kali. Untuk anak >5 tahun yang berisiko

8
tinggi infeksi pneumokokus dan belum pernah mendapat vaksin PCV,
sangat direkomendasikan mendapat 1 dosis PCV13. Program
imunisasi nasional PCV dengan jadwal usia 2, 3 dan 12 bulan.
g. Vaksin rotavirus (RV) :
Imunisasi ini diberikan untuk mencegah diare akibat infeksi rotavirus.
Vaksin RV monovalen (RV1) diteteskan ke dalam mulut diberikan
dalam 2 dosis, dosis pertama usia 6-12 minggu, dosis kedua dengan
interval minimal 4 minggu, paling lambat usia 24 minggu. Vaksin RV
pentavalen (RV5) diberikan dalam 3 dosis, dosis pertama pada usia 6-
12 minggu, interval antar dosis 4-10 minggu, dosis ketiga paling
lambat usia 32 minggu. Sejak tahun 2022, vaksin rotavirus
monovalen (RV1) dimasukan ke dalam program nasional secara
bertahap.
h. Vaksin influenza :
Imunisasi influenza diberikan untuk mencegah flu. Vaksin influenza
disuntikan intramuskular mulai usia 6 bulan. Untuk suntikan pertama
pada usia 6 bulan – 8 tahun, berikan 2 dosis vaksin yang berisi antigen
yang sama dengan interval 4 minggu, untuk usia 9 tahun ke atas cukup
satu kali. Selanjutnya pengulangan setiap tahun satu kali pada bulan
yang sama menggunakan vaksin yang tersedia, tanpa memerhatikan
jenis vaksin South (SH) atau North hemisphere (NH).
i. Vaksin MR & MMR :
Imunisasi campak aman dan efektif untuk mencegah campak. Vaksin
MMR merupakan vaksin kombinasi untuk melindungi anak dari
campak, gondongan, dan rubella. Ketiga kondisi ini bisa
menyebabkan komplikasi berbahaya, seperti meningitis, radang testis
(orchitis), atau hilang pendengaran (tuli). Vaksin MR disuntikkan
subkutan mulai umur 9 bulan, dosis kedua umur 15-18 bulan, dosis
ketiga umur 5-7 tahun. Bila sampai usia 12 bulan belum mendapat
MR dapat diberikan MMR mulai usia 12–15 bulan, dosis kedua 5–7
tahun. MMRV diberikan pada usia 2 tahun atau lebih untuk
mengurangi risiko kejang demam.

9
j. Vaksin Japanese encephalitis (JE) :
Japanese encephalitis (JE) adalah infeksi virus di otak yang menyebar
melalui gigitan nyamuk. Penyakit ini dapat dicegah dengan pemberian
vaksinasi JE. Vaksin JE disuntikkan subkutan. Untuk anak yang
tinggal di daerah endemis atau yang akan bepergian ke daerah
endemis selama 1 bulan atau lebih, dosis pertama mulai usia 9 bulan,
dosis penguat (untuk yang tinggal di daerah endemis) diberikan 1-2
tahun kemudian untuk perlindungan jangka panjang.

4. Jadwal Imunisasi Dasar Lengkap

5. Pengertian KIPI
Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) adalah suatu kejadian sakit yang
terjadi setelah menerima imunisasi yang diduga disebabkan oleh imunisasi.
Untuk mengetahui hubungan antara pemberian imunisasi dengan KIPI
diperlukan pelaporan dan pencatatan semua reaksi yang tidak diinginkan yang
timbul setelah pemberian imunisasi. Surveilans KIPI sangat membantu
program imunisasi, khususnya untuk memperkuat keyakinan masyarakat akan
pentingnya imunisasi sebagai upaya pencegahan penyakit yang paling efektif
(Hadinegoro, 2020).

10
6. Macam-Macam Bentuk KIPI pada Imunisasi Dasar Lengkap
a. Hepatitis B
KIPI yang dapat terjadi pada vaksin hepatitis B adalah:
 Nyeri di area suntikan
 Mudah lelah
 Demam
 Kulit gatal-gatal dan kemerahan
 Wajah bengkak
b. Polio
Reaksi KIPI imunisasi polio antara lain:
 Demam
 Mudah lelah
 Ruam merah dan gatal-gatal di kulit
 Hilang nafsu makan
c. BCG
KIPI pada vaksin BCG adalah:
 Ruam merah di area suntikan yang meninggalkan bekas
 Demam
 Sakit ketika buang air kecil
 Sakit perut hingga muntah
d. DPT
Pemberian imunisasi DPT dapat menyebabkan KIPI, seperti:
 Lelah
 Demam
 Hilang nafsu makan
 Muntah
 Nyeri di area suntikan
e. Hib
Reaksi KIPI vaksin Hib meliputi:
 Bengkak atau kemerahan di area lengan yang disuntik
 Hilang nafsu makan

11
 Mengantuk
 Demam
f. Campak
Reaksi KIPI imunisasi campak di antaranya:
 Nyeri atau bengkak di area lengan yang disuntik
 Ruam kemerahan
 Nyeri sendi
 Demam
g. MMR
Reaksi KIPI vaksin MMR adalah:
 Demam selama 2–3 hari
 Kulit gatal
 Bengkak, merah, dan sakit di area suntikan
h. PCV
Reaksi KIPI PCV antara lain:
 Bengkak dan kemerahan di area yang disuntik
 Demam
i. Rotavirus
Sama seperti vaksin lain, vaksin rotavirus juga bisa menyebabkan
KIPI, seperti:
 Gatal-gatal
 Muntah atau mual
 Diare
 Mengi atau bengek
 Jantung berdebar
j. Influenza
Vaksin ini dapat menimbulkan reaksi KIPI, seperti:
 Demam
 Batuk
 Sakit tenggorokan
 Nyeri otot

12
 Sakit kepala
 Sakit di telinga
 Sesak di dada
k. Japanese encephalitis
Beberapa KIPI yang dapat muncul setelah vaksinasi JE adalah:
 Area bekas suntikan kemerahan, bengkak, atau nyeri saat
ditekan
 Sakit kepala
 Nyeri otot
 Demam

7. Tatalaksana KIPI
KIPI umum terjadi setalah dilakukan imunisasi dan terdapat beberapa hal
yang dapat dilakukan jika anak mengalami KIPI termasuk (Department of
Health & Human Services, 2016) :
● Perbanyak minum air.
● Hindari pakaian berlapis pada anak jika mereka demam atau kepanasan.
● Letakkan kain basah atau kompres dingin di tempat suntikan untuk
mengurangi rasa tidak nyaman.
● Bila perlu berikan obat penurun panas setelah imunisasi jika anak demam
atau mengalami nyeri di tempat suntikan.
● Segera pergi ke fasilitas kesehatan terdekat jika keluhan dirasa tidak
kunjung membaik.

2.5. Evaluasi
a. Evaluasi tingkat pengetahuan sebelum kegiatan
Kegiatan penyuluhan dimulai dengan pemaparan materi imunisasi
dasar mulai dari pengertian imunisasi, manfaat imunisasi, jenis-jenis
imunisasi dasar, penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi, jadwal
imunisasi dasar, pengertian dan bentuk kejadian ikutan pasca imunisasi
dasar, serta penanganannya. Materi disampaikan dengan bahasa awam
yang mudah dimengerti audiens setempat.

13
b. Evaluasi tingkat pengetahuan sesudah kegiatan
Setelah pemaparan materi penyuluhan selesai diberikan, dilakukan
sesi tanya jawab kepada audiens. Mayoritas audiens adalah orang-orang
usia produktif hingga lanjut usia. Terdapat dua pertanyaan yang diajukan
kepada presenter dan pertanyaan tersebut berupa 1) Jika buku KIA
hilang, bagaimana dengan jadwal imunisasi yang sudah tercatat di buku
tersebut? Bagaimana jika anak mendapatkan imunisasi yang tidak sesuai?
dan 2) Jika anak sedang batuk pilek, apakah dibolehkan untuk mendapat
imunisasi?. Presenter menjawab pertanyaan 1) Pihak faskes tentu
memiliki cadangan arsip untuk imunisasi setiap anak yang sudah
terlayani dan alangkah baiknya untuk orang tua bisa mencatat mandiri di
buku lain atau dengan mendokumentasikan imunisasi yang sudah
didapatkan sehingga kemungkinan anak mendapat imunisasi yang tidak
sesuai bisa dicegah dan 2) Kondisi anak yang tidak fit tentu akan
mempengaruhi proses imunisasi, jika anak mengalami batuk pilek dan
sudah saatnya untuk menerima imunisasi sesuai jadwal maka orang tua
tetap harus datang kefaskes untuk memeriksakan kondisi anak dan tenaga
kesehatan akan menentukan tindak lanjut apakah anak tersebut boleh
diberikan imunisasi atau harus ditunda.
Penyuluhan ini sudah baik bagi masyarakat awam untuk menambah
wawasan mengenai imunisasi dasar, sehingga dapat mengetahui manfaat
dari imunisasi dan menerapkan serta mengimplementasikan informasi
tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

14
BAB III
KESIMPULAN

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan


kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila
suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan. Dengan kata lain, anak yang diimunisasi bisa kebal
terhadap beberapa penyakit atau jika terpajan tidak menimbulkan reaksi
penyakit yang parah. Imunisasi sudah dapat dilakukan saat anak baru lahir
dan terdapat rangkaian imunisasi yang sudah diprogram oleh pemerintah
untuk diberikan secara gratis kepada seluruh anak di Indonesia. Imunisasi
dasar merupakan program imunisasi wajib yang diberikan kepada bayi usia 0-
11 bulan yang terdiri dari imunisasi hepatitis B, BCG, polio, DPT, Hib, rota
virus, PCV, dan campak. Program imunisasi dasar ini dapat mencegah banyak
penyakit termasuk hinfeksi hepatitis B, tuberkulosis, polio, difteri, pertusis,
tetanus, Haemophillus influenzae tipe B, rota virus, dan pneumokokus. Oleh
karena itu, pengetahuan mengenai pemberian imunisasi perlu dilakukan untuk
meningkatkan kesehatan anak di Indonesia.

15
DAFTAR PUSTAKA

Apriyani, et al (2011). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Imunisasi


Dasar Lengkap Pada Balita di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kampus
Palembang. STIK Siti Khadijah
Palembang.http://lieaworld.blogspot.com/2011/08/faktor-faktor-yang
berhubungandengan_26.html.
Department of Health & Human Services (2016) Immunisation – side effects,
Better Health Channel. Available at:
https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/healthyliving/immunisation-side-
effects (Accessed: 16 August 2023).
Hadinegoro, S. R. (2020). Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi. Sari pediatri.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2023, MEI 06). Dipetik 08 16, 2023, dari
https://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-anak-
idai:https://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-anak-
idai
Kementrian Kesehatan RI (2015). Buku Ajar Imunisasi. Available at:
http://202.70.136.161:8107/101/2/03Buku-Ajar-Imunisasi-06-10-2015-
small.pdf (Accessed: 16 August 2023).
Kementrian Kesehatan RI (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Kementrian Kesehatan RI (2019). Imunisasi Lengkap Indonesia Sehat. Available
at: http://p2p.kemkes.go.id/imunisasi-lengkap-indonesia-sehat/ (Accessed: 16
Agustus 2023).
Nandi, A. and Shet, A. (2020) ‘Why vaccines matter: understanding the broader
health, economic, and child development benefits of routine vaccination’,
Human Vaccines and Immunotherapeutics. Taylor & Francis, 16(8), pp.
1900–1904. doi: 10.1080/21645515.2019.1708669.
NHS choices. Available at: https://www.nhs.uk/conditions/vaccinations/6-in-1-
infant-vaccine/ (Accessed: 16 August 2023).

16
LAMPIRAN

I. Leaflet

17
II. Daftar Hadir Peserta Penyuluhan

18
III. Foto Kegiatan Penyuluhan

19

Anda mungkin juga menyukai