Pembimbing :
dr. Mei Vita Sari
Penyusun :
Berlian Sukma Kartiko Wulan 20210420031
Chelsy Natania Aurell Robot 20210420035
Mutiara Ramadhani Wijaya 20210420126
Nadyah Putri Lailatul Mukaromah 20210420129
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Hang Tuah
2
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN 2
DAFTAR ISI 3
BAB I
PENDAHULUAN 4
1.1. Latar Belakang 4
1.2. Masalah 5
1.3. Tujuan 5
BAB II
ISI 6
2.1. Sasaran Kegiatan 6
2.2. Metode Kegiatan 6
2.3. Waktu Pelaksanaan 6
2.4. Tempat Pelaksanaan 6
2.5. Materi 6
2.6. Evaluasi 13
BAB III
KESIMPULAN 15
DAFTAR PUSTAKA 16
LAMPIRAN 17
I. Leaflet 17
II. Daftar Hadir Peserta Penyuluhan 18
III. Foto Kegiatan Penyuluhan 19
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Angka kematian bayi dan balita yang tinggi di Indonesia menyebabkan
turunnya derajat kesehatan masyarakat. Masalah ini mencerminkan perlunya
keikutsertaan Pemerintah di tingkat nasional untuk untuk mendukung dan
mempertahankan pengawasan program imunisasi di Indonesia untuk terus
menekan angka kematian bayi dan balita. Namun, program imunisasi ini
masih mengalami hambatan, salah satunya penolakan dari orang tua. Penolakan
orang tua dalam pemberian imunisasi ini dikarenakan beberapa faktor termasuk
anggapan negatif yang berkembang di masyarakat tentang imunisasi, tingkat
pengetahuan yang rendah, dan kesadaran yang kurang terhadap imunisasi
(Apriyani, 2011). Oleh karena itu, untuk meningkatkan pengetahuan dan
memberikan informasi yang benar mengenai imunisasi, perlu dilakukan
penyuluhan kepada masyarakat tentang imunisasi dasar.
1.2. Masalah
Banyak masyarakat yang masih belum mengetahui atau memahami
pengertian imunisasi dasar, penyakit apa saja yang bisa dicegah dengan imunisasi,
jadwal dilakukan imunisasi dasar, dan penanganan jika bayi mengalami kejadian
ikutan pasca imunisasi.
1.3. Tujuan
Memberikan informasi mengenai pengertian imunisasi, manfaat imunisasi,
jenis-jenis imunisasi dasar, penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi, jadwal
imunisasi dasar, pengertian dan bentuk kejadian ikutan pasca imunisasi dasar,
serta penanganannya.
5
BAB II
ISI
2.4. Materi
1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, yang artinya kebal atau resisten. Anak
diimunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu.
Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal
terhadap penyakit yang lain. Imunisasi adalah suatu upaya untuk
menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak
akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan (Kemenkes RI, 2015).
Imunisasi dasar merupakan program imunisasi wajib yang diberikan kepada
bayi usia 0-11 bulan (Kemenkes RI, 2019).
2. Tujuan Imunisasi
Secara umum imunisasi mempunyai dua tujuan berikut ini:
1. Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat Penyakit
yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I).
6
2. Tujuan Khusus
a. Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu
cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di
seluruh desa/ kelurahan pada tahun 2014.
b. Tervalidasinya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden di
bawah 1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun
2013.
c. Eradikasi polio pada tahun 2015.
d. Tercapainya eliminasi campak pada tahun 2015.
e. Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta pengelolaan
limbah medis (safety injection practise and waste disposal
management) (Kemenkes RI, 2015).
7
diberikan bila uji tuberkulin negatif. Bila uji tuberkulin tidak tersedia,
BCG tetap diberikan namun bila timbul reaksi lokal cepat pada
minggu pertama harus dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk
diagnosis TB.
d. Vaksin DPT :
Imunisasi DPT merupakan vaksin gabungan untuk mencegah penyakit
difteri, batuk rejan (pertusis), dan tetanus. Vaksin DTwP atau DTaP
disuntikan intramuskular, dapat diberikan mulai usia 6 minggu. DTaP
dapat diberikan pada usia 2, 3, 4 bulan atau 2, 4, 6 bulan. Booster
pertama usia 18 bulan. Booster berikutnya usia 5-7 tahun dan 10-18
tahun atau pada BIAS SD murid kelas 1 (DT/DTaP), kelas 2
(Td/Tdap), kelas 5 (Td/Tdap).
e. Vaksin Haemophilus influenzae B :
Imunisasi Hib bertujuan untuk mencegah infeksi bakteri Haemophilus
influenza tipe B. Infeksi bakteri ini dapat memicu penyakit, seperti
radang selaput otak (meningitis), radang paru-paru (pneumonia),
radang sendi (septic arthritis), dan radang di lapisan pelindung
jantung (perikarditis). Vaksin Hib, merupakan vaksin inaktif,
disuntikkan intramuskular dalam bentuk kombinasi sesuai jadwal
vaksin pentavalen atau heksavalen DTwP atau DTaP diberikan pada
usia 2,4,6 bulan atau 2,3,4 bulan, dan usia 18 bulan.
f. Vaksin pneumokokus (PCV) :
Imunisasi PCV (pneumokokus) diberikan untuk mencegah
pneumonia, meningitis, dan septikemia, yang disebabkan oleh bakteri
Streptococcus pneumoniae. Vaksin PCV disuntikan intramuskular
pada usia 2, 4 dan 6 bulan dengan booster pada usia 12-15 bulan. Jika
belum diberikan pada usia 7-12 bulan, berikan PCV 2 kali dengan
jarak minimal 1 bulan dan booster pada usia 12 -15 bulan dengan
jarak 2 bulan dari dosis sebelumnya. Jika belum diberikan usia 1-2
tahun berikan PCV 2 kali dengan jarak minimal 2 bulan. Jika belum
diberikan pada usia 2-5 tahun, PCV10 diberikan 2 kali dengan jarak 2
bulan, PCV13 diberikan 1 kali. Untuk anak >5 tahun yang berisiko
8
tinggi infeksi pneumokokus dan belum pernah mendapat vaksin PCV,
sangat direkomendasikan mendapat 1 dosis PCV13. Program
imunisasi nasional PCV dengan jadwal usia 2, 3 dan 12 bulan.
g. Vaksin rotavirus (RV) :
Imunisasi ini diberikan untuk mencegah diare akibat infeksi rotavirus.
Vaksin RV monovalen (RV1) diteteskan ke dalam mulut diberikan
dalam 2 dosis, dosis pertama usia 6-12 minggu, dosis kedua dengan
interval minimal 4 minggu, paling lambat usia 24 minggu. Vaksin RV
pentavalen (RV5) diberikan dalam 3 dosis, dosis pertama pada usia 6-
12 minggu, interval antar dosis 4-10 minggu, dosis ketiga paling
lambat usia 32 minggu. Sejak tahun 2022, vaksin rotavirus
monovalen (RV1) dimasukan ke dalam program nasional secara
bertahap.
h. Vaksin influenza :
Imunisasi influenza diberikan untuk mencegah flu. Vaksin influenza
disuntikan intramuskular mulai usia 6 bulan. Untuk suntikan pertama
pada usia 6 bulan – 8 tahun, berikan 2 dosis vaksin yang berisi antigen
yang sama dengan interval 4 minggu, untuk usia 9 tahun ke atas cukup
satu kali. Selanjutnya pengulangan setiap tahun satu kali pada bulan
yang sama menggunakan vaksin yang tersedia, tanpa memerhatikan
jenis vaksin South (SH) atau North hemisphere (NH).
i. Vaksin MR & MMR :
Imunisasi campak aman dan efektif untuk mencegah campak. Vaksin
MMR merupakan vaksin kombinasi untuk melindungi anak dari
campak, gondongan, dan rubella. Ketiga kondisi ini bisa
menyebabkan komplikasi berbahaya, seperti meningitis, radang testis
(orchitis), atau hilang pendengaran (tuli). Vaksin MR disuntikkan
subkutan mulai umur 9 bulan, dosis kedua umur 15-18 bulan, dosis
ketiga umur 5-7 tahun. Bila sampai usia 12 bulan belum mendapat
MR dapat diberikan MMR mulai usia 12–15 bulan, dosis kedua 5–7
tahun. MMRV diberikan pada usia 2 tahun atau lebih untuk
mengurangi risiko kejang demam.
9
j. Vaksin Japanese encephalitis (JE) :
Japanese encephalitis (JE) adalah infeksi virus di otak yang menyebar
melalui gigitan nyamuk. Penyakit ini dapat dicegah dengan pemberian
vaksinasi JE. Vaksin JE disuntikkan subkutan. Untuk anak yang
tinggal di daerah endemis atau yang akan bepergian ke daerah
endemis selama 1 bulan atau lebih, dosis pertama mulai usia 9 bulan,
dosis penguat (untuk yang tinggal di daerah endemis) diberikan 1-2
tahun kemudian untuk perlindungan jangka panjang.
5. Pengertian KIPI
Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) adalah suatu kejadian sakit yang
terjadi setelah menerima imunisasi yang diduga disebabkan oleh imunisasi.
Untuk mengetahui hubungan antara pemberian imunisasi dengan KIPI
diperlukan pelaporan dan pencatatan semua reaksi yang tidak diinginkan yang
timbul setelah pemberian imunisasi. Surveilans KIPI sangat membantu
program imunisasi, khususnya untuk memperkuat keyakinan masyarakat akan
pentingnya imunisasi sebagai upaya pencegahan penyakit yang paling efektif
(Hadinegoro, 2020).
10
6. Macam-Macam Bentuk KIPI pada Imunisasi Dasar Lengkap
a. Hepatitis B
KIPI yang dapat terjadi pada vaksin hepatitis B adalah:
Nyeri di area suntikan
Mudah lelah
Demam
Kulit gatal-gatal dan kemerahan
Wajah bengkak
b. Polio
Reaksi KIPI imunisasi polio antara lain:
Demam
Mudah lelah
Ruam merah dan gatal-gatal di kulit
Hilang nafsu makan
c. BCG
KIPI pada vaksin BCG adalah:
Ruam merah di area suntikan yang meninggalkan bekas
Demam
Sakit ketika buang air kecil
Sakit perut hingga muntah
d. DPT
Pemberian imunisasi DPT dapat menyebabkan KIPI, seperti:
Lelah
Demam
Hilang nafsu makan
Muntah
Nyeri di area suntikan
e. Hib
Reaksi KIPI vaksin Hib meliputi:
Bengkak atau kemerahan di area lengan yang disuntik
Hilang nafsu makan
11
Mengantuk
Demam
f. Campak
Reaksi KIPI imunisasi campak di antaranya:
Nyeri atau bengkak di area lengan yang disuntik
Ruam kemerahan
Nyeri sendi
Demam
g. MMR
Reaksi KIPI vaksin MMR adalah:
Demam selama 2–3 hari
Kulit gatal
Bengkak, merah, dan sakit di area suntikan
h. PCV
Reaksi KIPI PCV antara lain:
Bengkak dan kemerahan di area yang disuntik
Demam
i. Rotavirus
Sama seperti vaksin lain, vaksin rotavirus juga bisa menyebabkan
KIPI, seperti:
Gatal-gatal
Muntah atau mual
Diare
Mengi atau bengek
Jantung berdebar
j. Influenza
Vaksin ini dapat menimbulkan reaksi KIPI, seperti:
Demam
Batuk
Sakit tenggorokan
Nyeri otot
12
Sakit kepala
Sakit di telinga
Sesak di dada
k. Japanese encephalitis
Beberapa KIPI yang dapat muncul setelah vaksinasi JE adalah:
Area bekas suntikan kemerahan, bengkak, atau nyeri saat
ditekan
Sakit kepala
Nyeri otot
Demam
7. Tatalaksana KIPI
KIPI umum terjadi setalah dilakukan imunisasi dan terdapat beberapa hal
yang dapat dilakukan jika anak mengalami KIPI termasuk (Department of
Health & Human Services, 2016) :
● Perbanyak minum air.
● Hindari pakaian berlapis pada anak jika mereka demam atau kepanasan.
● Letakkan kain basah atau kompres dingin di tempat suntikan untuk
mengurangi rasa tidak nyaman.
● Bila perlu berikan obat penurun panas setelah imunisasi jika anak demam
atau mengalami nyeri di tempat suntikan.
● Segera pergi ke fasilitas kesehatan terdekat jika keluhan dirasa tidak
kunjung membaik.
2.5. Evaluasi
a. Evaluasi tingkat pengetahuan sebelum kegiatan
Kegiatan penyuluhan dimulai dengan pemaparan materi imunisasi
dasar mulai dari pengertian imunisasi, manfaat imunisasi, jenis-jenis
imunisasi dasar, penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi, jadwal
imunisasi dasar, pengertian dan bentuk kejadian ikutan pasca imunisasi
dasar, serta penanganannya. Materi disampaikan dengan bahasa awam
yang mudah dimengerti audiens setempat.
13
b. Evaluasi tingkat pengetahuan sesudah kegiatan
Setelah pemaparan materi penyuluhan selesai diberikan, dilakukan
sesi tanya jawab kepada audiens. Mayoritas audiens adalah orang-orang
usia produktif hingga lanjut usia. Terdapat dua pertanyaan yang diajukan
kepada presenter dan pertanyaan tersebut berupa 1) Jika buku KIA
hilang, bagaimana dengan jadwal imunisasi yang sudah tercatat di buku
tersebut? Bagaimana jika anak mendapatkan imunisasi yang tidak sesuai?
dan 2) Jika anak sedang batuk pilek, apakah dibolehkan untuk mendapat
imunisasi?. Presenter menjawab pertanyaan 1) Pihak faskes tentu
memiliki cadangan arsip untuk imunisasi setiap anak yang sudah
terlayani dan alangkah baiknya untuk orang tua bisa mencatat mandiri di
buku lain atau dengan mendokumentasikan imunisasi yang sudah
didapatkan sehingga kemungkinan anak mendapat imunisasi yang tidak
sesuai bisa dicegah dan 2) Kondisi anak yang tidak fit tentu akan
mempengaruhi proses imunisasi, jika anak mengalami batuk pilek dan
sudah saatnya untuk menerima imunisasi sesuai jadwal maka orang tua
tetap harus datang kefaskes untuk memeriksakan kondisi anak dan tenaga
kesehatan akan menentukan tindak lanjut apakah anak tersebut boleh
diberikan imunisasi atau harus ditunda.
Penyuluhan ini sudah baik bagi masyarakat awam untuk menambah
wawasan mengenai imunisasi dasar, sehingga dapat mengetahui manfaat
dari imunisasi dan menerapkan serta mengimplementasikan informasi
tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
14
BAB III
KESIMPULAN
15
DAFTAR PUSTAKA
16
LAMPIRAN
I. Leaflet
17
II. Daftar Hadir Peserta Penyuluhan
18
III. Foto Kegiatan Penyuluhan
19