Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

IMUNISASI

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Praktek Klinik Profesi Bidan Stase VII
Asuhan Kebidanan Bayi, Balita, Dan Anak Pra Sekolah

Disusun Oleh :
Emaniar Arta Nugraha

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Kediri,

Mahasiswa

Emaniar Arta Nugraha


NIM. P173122150719

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

Dr. Finta Isti Kundarti, S.SiT. M. Keb Endrastuti Sulistyo Utami, Amd.Keb
NIP. 197811052001122002
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok bahasan : Pelayanan Kesehatan Pada Balita


Sub pokok bahasan : Imunisasi
Hari/tanggal :
Waktu : 60 menit
Tempat : Aula Balai Kelurahan Sukorame
Sasaran : Ibu yang memiliki bayi dan anak (usia 0-5 tahun)

A. Latar Belakang
Program imunisasi merupakan intervensi kesehatan yang paling efektif,
yang berhasil meningkatkan angka harapan hidup . Sejak penetapan the
Expanded Program on Immunisation (EPI) oleh WHO, cakupan imunisasi
dasar anak meningkat dari 5% hingga mendekati 80% di seluruh dunia.
Sekurang-kurangnya ada 2,7 juta kematian akibat campak, tetanus
neonatorum dan pertusis serta 200.000 kelumpuhan akibat polio yang dapat
dicegah setiap tahunnya. Vaksinasi terhadap 7 penyakit telah 2
direkomendasikan EPI sebagai imunisasi rutin di negara berkembang: BCG,
DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B.
Banyak anggapan salah tentang imunisasi yang berkembang dalam
masyarakat. Banyak pula orang tua dan kalangan praktisi tertentu khawatir
terhadap risiko dari beberapa vaksin. Adapula media yang masih
mempertanyakan manfaat imunisasi serta membesar-besarkan risiko beberapa
vaksin. Untuk itu kelompok ingin menghilangkan anggapan serta menjawab
pertanyaan tentang imunisasi melalui kegiatan penyuluhan.
Bayi yang diimunisasi di Provinsi Jawa Timur berdasarkan data profil
kesehatan Indonesia tahun 2010 periode JanuariDesember 2010 adalah DPT 1
sebesar 609.766 (102,46%), DPT 2 sebesar 595.019 (99,99%) dan DPT 3
sebesar 502.012 (87,76%). Adapun data yang di peroleh dari Dinas Kesehatan
Ponorogo untuk jumlah bayi yang menjadi sasaran imunisasi tahun 2012
adalah 12.361 dengan cakupan imunisasi DPT 1 sebesar 103,46 %, DPT 2
sebesar 104,09% dan DPT 3 sebesar 105,05%. sedangkan di wilayah kerja
puskesmas Babadan jumlah sasaran bayi tahun 2913 imunisasi sebesar 483
bayi dengan cakupan imunisasi DPT 1 sebesar 118,6%, DPT 2 sebesar
117,8% dan DPT 3 117,6%.
Banyak faktor yang mempengaruhi tidak terlaksananya kegiatan imunisasi
(belum diimunisasinya seorang bayi), antara lain keterlibatan (kinerja)
petugas kesehatan dan partisipasi masyarakat. Peran serta orang tua, -
terutama ibu - sebagai pengasuh bayi merupakan aktor/person penentu
pemberian imunisasi pada seorang bayi minimal sampai 9 bulan dan
merupakan faktor utama dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan
program imunisasi di Indonesia. Hal ini dikarenakan banyaknya isu yang
melingkupi sekaligus menjadi kendala dalam pelaksanaan imunisasi bayi,
antara lain: salah satu efek samping imunisasi (adanya reaksi panas pada
badan balita sehingga bayi atau anak dianggap sakit setelah diimunisasi)
sehingga orang tua menolak membawa anaknya untuk memperoleh imunisasi.
Selain faktor isu di atas, faktor kurangnya pengetahuan masyarakat terutama
ibu bayi tentang pentingnya imunisasi itu sendiri turut berperan penting
dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan Imunisasi. Tentu saja faktor
pengetahuan tersebut tidak dapat dipisahkan dari pendidikan kesehatan yang
dimiliki oleh masyarakat dalam hal ini ibu balita tentang imunisasi.
B. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan tentang pemberian imunisasi diharapkan ibu
dapat memahami manfaat imunisasi bagi bayi dan anak.
C. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
1. Ibu mampu memahami pengertian imunisasi
2. Ibu mampu menjelaskan penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi
3. Ibu mampu menjelaskan jenis imunisasi
4. Ibu mampu menjelaskan tempat pelayanan imunisasi
5. Ibu mampu menjelaskan jadwal imunisasi
6. Ibu mampu mengetahui keadaan anak yang tidak boleh diberikan
imunisasi
7. Ibu mampu menjelaskan perawatan setelah imunisasi
D. Materi Pendidikan Kesehatan
Terlampir
E. Metode
Ceramah, tanya jawab
F. Media
LCD, microsoft power point, leaflet, media audivisual, kuesioner
G. Proses Pelaksanaan
Kegiatan/ Kegiatan
NO Kegiatan Penyuluhan
Waktu Sasaran
1. Pembukaan a. Mengucapkan salam dan Menjawab salam,
10 menit memperkenalkan diri, memperhatikan,
b. Menyampaikan tentang tujuan dan mengerjakan pre
pokok materi. test.
c. Memberika pre-test tentang sejauh
mana pengetahuan tentang imunisasi
d. Memberikan leaflet
2. Pelaksanaan  Menjelaskan pengertian imunisasi Menyimak dan
40 menit  Menjelaskan penyakit yang bisa memperhatikan
dicegah dengan imunisasi
 Menjelaskan jenis imunisasi
 Menjelaskan tempat pelayanan
imunisasi
 Menjelaskan jadwal imunisasi
 Menjelaskan kapan tidak boleh
dilakukan imunisasi
 Menjelaskan perawatan setelah
imunisasi
Memberikan kesempatan bertanya
kepada audience
3. Penutup • Menyampaikan kesimpulan materi Peserta bertanya
10 menit • Memberikan post test tentang materi dan menjawab
yang telah disampaikan pertanyaan,
Kegiatan/ Kegiatan
NO Kegiatan Penyuluhan
Waktu Sasaran
15• Melakukan evaluasi mengerjakan post
• Mengakhiri pertemuan dan menjawab test, menjawab
salam salam.

H. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Peserta hadir ditempat penyuluhan
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di polindes
c. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
b. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
c. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
3. Evaluasi Hasil
a. Ibu mengetahui apa yang telah disampaikan oleh penyuluh
b. Jumlah hadir dalam penyuluhan ada 20 orang ibu
c. Dari hari pre test dan post test didapatkan bahwa ibu sudah paham
tentang penjelasan pentingnya imunisasi
I. Referensi / Sumber
Dewi, Putu Dian Prima Kusuma & Megaputri, Putu Sukma (2021). Askeb
Neonatus, Bayi, Balita Dan Anak Prasekolah Series Imunisasi.
Yogyakarta: Deepublish
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. (2021). Profil Kesehatan Jawa Timur
2020. Jawa Timur
Firmansyah, Hamdan dkk (2022). Pendidikan Ilmu Kebidanan. Bandung:
Media Sains Indonesia
Kemenkes RI. (2016). Buku Ajar Imunisasi. Jakarta : Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Tenaga Kesehatan
Lampiran 1
A. PENGERTIAN
Imunisasi adalah suatu cara untuk mempertahankan kekebalan tubuh
dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar terlindungi dari penyakit infeksi
tertentu. Imunisasi adalah pemberian kekebalan atau masuknya bibit penyakit
yang telah dilemahkan/ dimatikan agar tubuh terlindungi dari penyakit tertentu.
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu penyakit, dan bila terpapar suatu penyakit tidak akan
sakit lebih parah atau terjadi kecacatan.

B. PENYAKIT YANG BISA DI CEGAH DENGAN IMUNISASI


1. Polio (Poliomyelitis)
Polio disebabkan oleh virus. Penyakit ini sangat mudah menular melalui
air liur. Tanda-tanda awalnya adalah anak demam, batuk dan menjadi rewel. Dua
hari kemudian leher menjadi kaku, sakit kepala dan kaki terasa kaku. Pada hari
berikutnya salah satu kaki atau lengan menjadi lemas dan lumpuh.Walaupun dapat
sembuh tetap akan cacat seumur hidup. Kelumpuhan juga dapat terjadi pada otot
pernafasan sehingga anak sulit bernafas. Polio tidak dapat diobati, namun dapat
dicegah dengan imunisasi.
2. TBC (tuberculosis)
Penyakit ini disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dan sangat
menular melalui pernafasan. Menyebabkan TBC miliare pada paru, arthritis TBC
pada tulang, meningitis atau radang pada selaput otak dan dapat menyerang
seluruh organ lain pada tubuh manusia. Anak dapat menderita cacat atau terjadi
kematian.
3. Campak (measles / morbili / rubella)
Penyakit ini sering mewabah. Penyebabnya adalah virus Morbili.
Menyerang selaput lendir dan kulit. Ciri-cirinya adalah demam 3 – 5 hari, disertai
batuk dan pilek. Kemudian timbul kemerahan dimulai dari belakang telinga,
menjalar ke leher, muka, dahi, dada dan ke seluruh tubuh. Komplikasi yang dapat
timbul akibat penyakit ini adalah Enchepalitis (radang otak) dan
Bronchopneumonia (radang paru).
4. Diphteri
Penyakit yang sangat menular, disebabkan oleh Corynebacterium
Dyphteriae. Menyerang daerah mukosa, dengan ciri-ciri sebagai berikut:

·         Demam tinggi, pada hari ke-5 anak terlihat sakit berat


·         Leher menjadi besar dan terlihat seperti leher lembu (bullneck)
·         Tonsil atau amandel membesar diselaputi lapisan warna abu-abu yang bila
disentuh mudah berdarah, dan bisa menutup saluran nafas sehingga suara anak
hilang dan sesak nafas bahkan dapat terjadi kematian.
Selama berkembang, kuman juga menghasilkan racun yang sangat berbahaya
yang akan menyerang jantung (terjadi Endocarditis Dyphterica), sehingga pada
hari ke-14 anak dapat mati mendadak.
5. Tetanus
Tetanus disebabkan oleh Clostridium Tetani yang dapat bertahan hidup
bertahun-tahun di tanah yang lembab, pada tubuh dan kotoran hewan. Penyakit ini
menyerang semua usia dengan gejala kejang pada otot muka, mulut terkunci,
leher, tulang belakang dan punggung kaku, perut kram dan keras seperti papan,
serta anggota gerak kejang. Pada bayi baru lahir (5 – 28 hari) mendadak tidak mau
menyusu lagi karena mulutnya kaku.
6. Pertusis
Penyakit batuk yang disebabkan Bordetella Pertusis, yang menyerang
anak-anak selama kira-kira 100 hari. Diawali dengan batuk dan pilek yang
berlangsung sekitar 7 – 14 hari kemudian diikuti dengan batuk yang sangat khas.
Satu kali tarikan nafas diikuti  10 – 20 kali batuk beruntun kemudian muntah. Jika
tidak diobati penyakit ini dapat mengakibatkan radang paru-paru sehingga anak
batuk darah, dapat juga terjadi kerusakan otak, sehingga anak kejang, pingsan,
bahkan terjadi kematian.
7. Hepatitis B
Ciri-ciri penyakit ini adalah mual muntah, dan kadang warna kuning pada
kulit. Penyakit ini berlangsung secara menahun dan akan mengakibatkan kanker
hati di kemudian hari.
C. JENIS IMUNISASI
Pada bayi : Hepatitis B, BCG, Polio, DPT dan Campak.
Imunisasi dasar yang diharuskan di Indonesia ada 5 jenis, yaitu:

1.  Imunisasi Polio
 Menimbulkan kekebalan terhadap penyakit Poliomyelitis
 Diberikan dengan cara diteteskan di mulut dan disuntik
Efek samping: Imunisasi polio hampir tidak mempunyai efek samping, namun
kadang anak bisa juga menderita diare setelah imunisasi polio.
2. Imunisasi  BCG (Bacillius Calmitte Guerine)
 Menimbulkan kekebalan terhadap penyakit TBC (Tuberculosis)
 Diberikan melalui penyuntikan pada daerah lengan atas
Efek samping : 1 minggu setelah imunisasi akan terjadi kemerahan dan
pembengkakan kecil pada daerah suntikan, menimbulkan bekas dan kadang-
kadang bernanah seperti bisul kecil, namun dapat sembuh sendiri. Jarang dijumpai
efek samping lain akibat imunisasi BCG, namun dapat juga terjadi pembengkakan
pada kelenjar getah bening yang akan sembuh sendiri pada daerah ketiak atau
leher.
3. Imunisasi Campak
 Menimbulkan kekebalan terhadap penyakit Campak
 Diberikan melalui penyuntikan pada daerah lengan atas
Efek samping: Imunisasi campak dapat menyebabkan diare, rash (kemerahan dan
gatal), dan conjunctivitis (radang selaput mata). Anak juga mungkin akan demam
setelah 4 – 10 hari penyuntikan. Berikan obat penurun panas selama anak panas.
4. Imunisasi DPT
 Menimbulkan kekebalan terhadap penyakit Diphteri, Pertusis dan Tetanus
 Diberikan melalui penyuntikan pada daerah paha atas
Efek samping: Kebanyakan anak akan demam setelah mendapat imunisasi DPT.
Namun panas tubuh akan turun dalam 1 – 2 hari. Akan terjadi kemerahan dan
bengkak pada daerah suntikan. Keadaan ini tidak berbahaya dan akan sembuh
dengan sendirinya. Jika demam tinggi, berikan obat penurun panas yang diberikan
oleh petugas kesehatan.
5. Imunisasi Hepatitis B
 Menimbulkan kekebalan terhadap penyakit Hepatitis B
 Diberikan melalui penyuntikan di paha atau di lengan atas.

D. TEMPAT PELAYANAN IMUNISASI


 Pelayanan di dalam gedung (komponen statis) dilaksanakan di Puskesmas,
Puskesmas Pembantu, Rumah sakit, Rumah bersalin dan Polindes.
 Pelayanan imunisasi di luar gedung dilaksanakan di posyandu, kunjungan rumah
dan sekolah.
 Pelayanan imunisasi rutin dapat dilaksanakan oleh swasta seperti :
o Dokter praktek
o Bidan praktek atau tenaga medis.

E. JADWAL IMUNISASI
Jadwal imunisasi bayi
Umur Jenis Imunisasi
0 – 7 hari Hepatitis B
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT Hb combo 1, Polio 2
3 bulan DPT Hb combo 2, Polio 3
4 bulan DPT Hb combo 3, Polio 4
9 bulan Campak

Jadwal imunisasi anak sekolah


Kelas 1 DT, Campak
Kelas 2 TT
Kelas 3 TT

F. WAKTU YANG TIDAK DIPERBOLEHKAN UNTUK IMUNISASI


1.      BCG tidak diberikan bila bayi sedang sakit TBC dan panas tinggi
2.       DPT tidak diberikan bila bayi panas dan kejang
3.      Campak tidak boleh diberikan bila bayi mendadak panas tinggi
G. PERAWATAN SETELAH IMUNISASI
1) BCG : luka tidak perlu diobati tetapi bila luka besar dan bengkak di ketiak
anjurkan ke puskesmas.
2) DPT : bila panas berikan obat penurun panas yang diperoleh dari posyandu dan
berikan kompres hangat.
3) Campak : bila timbul panas berikan obat yang didapat dari posyandu.

Lampiran II
1. Dimana pelayanan imunisasi dapat diperoleh, kecuali?
a. Di bidan
b. Di posyandu
c. Di rumah
2. Sudahkah anak ibu di imunisasi dasar?
a. Sudah
b. Belum karena merasa tidak perlu
c. Takut anak jadi sakit
3. Kapan anak di beri imunisasi hepatitis B?
a. 0-7 hari
b. 1 bulan
c. 5 tahun
4. Bila anak panas setelah di imunisasi DPT apa yang harus dilakukan?
a. Beri obat penurun panas dari bidan
b. Kompres dingin
c. Dibiarkan saja
5. Kapan imunisasi campak diberikan?
a. 1 bulan
b. 5 bulan
c. 9 bulan
6. Mengapa perlu diimunisasi ?
a. Hanya sebagai syarat
b. Agar anak tidak rewel
c. Sebagai pencegah penyakit
7. Bagaimana tindakan ibu pada anak yang tidak mendapat imunisasi BCG?
a. Mengajak orang tuanya untuk imunisasi BCG
b. Menyarankan tidak perlu imunisasi bila tidak sakit
c. Tidak berbuat apa-apa
8. Bagaimana pukesmas memberi penyuluhan tentang imunisasi ?
a. Di berikan ketika ibu di pukesmas
b. Tidak ada penyuluhan
c. Melalui poster dan pengumuman
9. Kapan anak diberi imunisasi BCG?
a. 1-7 hari
b. 1 bulan
c. 1 tahun
10. Bagaimana tindakan ibu pada anak yang tidak mendapat imunisasi
campak?
a. Mengajak orang tuanya untuk imunisasi BCG
b. Menyarankan tidak perlu imunisasi bila tidak sakit
c. Tidak berbuat apa-apa
11. Dimana pelayanan imunisasi dapat diperoleh, kecuali?
d. Di bidan
e. Di posyandu
f. Di rumah
12. Sudahkah anak ibu di imunisasi dasar?
d. Sudah
e. Belum karena merasa tidak perlu
f. Takut anak jadi sakit
13. Kapan anak di beri imunisasi hepatitis B?
d. 0-7 hari
e. 1 bulan
f. 5 tahun
14. Bila anak panas setelah di imunisasi DPT apa yang harus dilakukan?
d. Beri obat penurun panas dari bidan
e. Kompres dingin
f. Dibiarkan saja
15. Kapan imunisasi campak diberikan?
d. 1 bulan
e. 5 bulan
f. 9 bulan
16. Mengapa perlu diimunisasi ?
d. Hanya sebagai syarat
e. Agar anak tidak rewel
f. Sebagai pencegah penyakit
17. Bagaimana tindakan ibu pada anak yang tidak mendapat imunisasi BCG?
d. Mengajak orang tuanya untuk imunisasi BCG
e. Menyarankan tidak perlu imunisasi bila tidak sakit
f. Tidak berbuat apa-apa
18. Bagaimana pukesmas memberi penyuluhan tentang imunisasi ?
d. Di berikan ketika ibu di pukesmas
e. Tidak ada penyuluhan
f. Melalui poster dan pengumuman
19. Kapan anak diberi imunisasi BCG?
d. 1-7 hari
e. 1 bulan
f. 1 tahun
20. Bagaimana tindakan ibu pada anak yang tidak mendapat imunisasi
campak?
d. Mengajak orang tuanya untuk imunisasi BCG
e. Menyarankan tidak perlu imunisasi bila tidak sakit
f. Tidak berbuat apa-apa

Anda mungkin juga menyukai