DOSEN :
Gusti A Tirtawati, S.SiT, M.Kes
DI DUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
Angela S.H Ottay (711540119001)
Gloria Pele (711540119012)
Juwita S.B Bulanta (711540119018)
Barbie C.L Mokoginta (711540119046)
1
KATA PENGANTAR
Puji dans yukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang MahaEsa, karena rahmat-
Nya sehingga makalah yang berjudul "KONSEP DASAR KEGAWAT
DARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL” ini dapat selesai dengan baik dan
tepat waktu.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna,oleh karena itu kritikdan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapka demi
kesempurnaan makalah ini.
Dengan ini kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat maupun
wawasan bagi para pembaca. Semoga Allah senantiasa menyertai segala usaha kita
amin.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………...2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….3
BAB I PENDAHULUN
A. Latar Belakang……………………………………………………………………..4
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………….5
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………………...5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian……………………………………………………………………….6
B. Tujuan Kegawatdaruratan………………………………………………………8
A. Pengertian…………………………………………………………….…………8
B. Jenis-jenis…………………………………………………………….…………8
C. Ruang Lingkup……………………………………………………….………..15
A. Pengertian…………………………………………………………….………..16
D. Ruang Lingkup…………………………………………………………...……19
6. Video……………………………………………………………………...………39
A. KESIMPULAN………………………………………………………………..40
B. SARAN………………………………………………………………………..40
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………41
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegawatdaruratan dapat didefinisikan sebagai situasi serius dan
kadang kala berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga
sehingga membutuhkan tindakan segera guna menyelamatkan nyawa
(Nuraminudin, 2010).
Kasus gawat darurat obstetri adalah kasus obstetri yang apabila tidak
segera ditangani akan berakibat pada kematian ibu dan janinnya. Kasus ini
menjadi penyebab utama kematian ibu dan bayi baru lahir (Saifuddin, 2010).
Kegawatdaruratan maternal adalah perdarahan yang mengancam
nyawa selama kehamilan dan dekat cukup bulan meliputi perdarahan yang
terjadi pada minggu awal kehamilan, persalinan, postpartum, hematoma, dan
koagulopati obstetri. Kasus gawat darurat neonatus ialah kasus bayi baru lahir
yang apabila tidak segara ditangani akan berakibat pada kematian bayi.
Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan evaluasi dan
manajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis ( ≤ usia 28 hari)
membutuhkan pengetahuan yang dalam mengenali perubahan psikologis dan
kondisi patologis yang mengancam jiwa yang bisa saja timbul sewaktu-waktu
(Sharieff, Brousseau, 2011).
Perdarahan yang mengancam nyawa selama kehamilan dan dekat
cukup bulan meliputi perdarahan yang terjadi pada minggu awal kehamilan
(abortus, mola hidatidosa, kista vasikuler, kehamilan ekstrauteri/ ektopik) dan
perdarahan pada minggu akhir kehamilan dan mendekati cukup bulan
(plasenta previa, solusio plasenta, ruptur uteri, perdarahan persalinan per
vagina setelah seksio sesarea, retensio plasentae/ plasenta inkomplet),
perdarahan pasca persalinan, hematoma, dan koagulopati obstetri.
Setiap bayi baru lahir akan mengalami bahaya jiwa saat proses
kelahirannya. Ancaman jiwa berupa kamatian tidak dapat diduga secara pasti
walaupun dengan bantuan alat-alat medis modern sekalipun, sering kali
memberikan gambaran berbeda terhadap kondisi bayi saat lahir.
Kemauan dan keterampilan tenaga medis yang menangani kelahiran
bayi mutlak sangat dibutuhkan, tetapi tidak semua tenaga medis memiliki
kemampuan dan keterampilan standar dalam melakukan resusitasi pada bayi
baru lahir yang dapat diandalkan, walaupun mereka memiliki latar belakang
pendidikan sebagai profesional ahli.
4
B. Rumusan Masalah
Apa itu Konsep Dasar Kegawatdaruratan Maternal dan Internal
C. Tujuan
Tujuan yang ingin di capai dalam penulisan makalah ini adalah untuk
mendeskripsikan Konsep Dasar Kegawatdarauratan Maternal dan Neonatal.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Kegawatdaruratan maternal perdarahan yang mengancam nyawa
selama kehamilan dan dekat cukup bulan meliputi perdarahan yang terjadi
pada minggu awal kehamilan, persalinan, postpartum, hematoma, dan
koagulopati obstetric.
Tanda dan gejala kegawatdaruratan
a. Sianosis sentral
Sianosis adalah warna kebiru-biruan pada kulit dan selaput lendir yang
terjadi akibat peningkatan jumlah absolut Hb tereduksi (Hb yang tidak
berkaitan dengan O2).
b. Apnea
Menurut American Academy of Sleep Medicine, penentuan periode apnea
dikategorikan berdasarkan hasil indeks rata-rata jumlah henti nafas dalam
1 jam atau Apnea Hypopnea Indeks (AHI).
c. Kejang
Kejang umum dengan gejala:
1) Gerakan wajah dan ekstremitas yang teratur dan berulang
2) Ekstensi atau fleksi tonik lengan atau tungkai, baik sinkron maupun
tidak sinkron
3) Perubahan status kesadaran (bayi mungkin tidak sadar atau tetap
bangun tetapi responsif/apatis)
4) Apnea (napas spontan berhenti lebih 20 detik).
d. Spasme dengan gejala :
1) Kontraksi otot tidak terkendali paling tidak beberapa detik sampai
beberapa menit
2) Dipicu oleh sentuhan, suara maupun cahaya
3) Bayi tetap sadar, sering menangis kesakitan
4) Trismus (rahang kaku, mulut tidak dapat dibuka, bibir mencucu
seperti mulut ikan)
5) Opistotonus
e. Perdarahan
Setiap perdarahan pada neonatus harus segera dirujuk, perdarahan dapat
disebabkan kekurangan faktor pembekuan darah dan faktor fungsi
pembekuan darah atau menurun.
f. Sangat kuning
g. Berat badan < 1500 gram.
7
B. Tujuan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal
Tujuan kegawatdaruratan antara lain :
1. Mencegah kematian dan cacat pada penderita gawatdarurat hingga dapat
hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat sebagaimana mestinya
2. Menanggulangi korban bencana
3. Menyelamatkan ibu dan anak baru lahir melalui program rujukan
bencana dalam satu wilayah Kabupaten kotamadya atau provinsi.
2. Kegawatdaruratan Maternal
A. Definisi Kegawatdaruratan Maternal
Perdarahan yang mengancam nyawa selama kehamilan dan dekat
cukup bulan meliputi perdarahan yang terjadi pada minggu awal kehamilan
(abortus, mola hidatidosa, kista vasikuler, kehamilan ekstrauteri/ ektopik)
dan perdarahan pada minggu akhir kehamilan dan mendekati cukup bulan
(plasenta previa, solusio plasenta, ruptur uteri, perdarahan persalinan per
vagina setelah seksio sesarea, retensio plasentae/ plasenta inkomplet),
perdarahan pasca persalinan, hematoma, dan koagulopati obstetri.
8
b. Abortus Inkomplit :
Bila disertai dengan syok akibat perdarahan maka pasien diinfus dan
dilanjutkan transfusi darah. Setelah syok teratasi, dilakukan kuretase,
bila perlu pasien dianjurkan untuk rawat inap.
c. Abortus Insipiens :
Biasanya dilakukan tindakan kuretase bila umur kehamilan kurang
dari 12 minggu yang disertai dengan perdarahan.
d. Abortus Imminens :
Istirahat tirah baring secara total merupakan unsur penting dalam
pengobatan karena cara ini akan mengurangi rangsangan mekanis
dan menambah aliran darah ke rahim.
e. Missed Abortion :
Dilakukan kuretase di rumah sakit, dan harus hati-hati karena
terkadang plasenta melekat erat pada rahim.
Terapi
Terapi untuk perdarahan yang tidak mengancam nyawa adalah
dengan Macrodex, Haemaccel, Periston, Plasmagel, Plasmafundin
(pengekspansi plasma pengganti darah) dan perawatan di rumah sakit.
Terapi untuk perdarahan yang mengancam nyawa (syok hemoragik) dan
memerlukan anestesi, harus dilakukan dengan sangat hati-hati karena
dapat terjadi kehilangan darah banyak. Pada syok berat, lebih dipilih
kuretase tanpa anestesi kemudian Methergin. Pada abortus dengan
demam menggigil, tindakan utamanya dengan penisilin, ampisilin,
sefalotin, rebofasin, dan pemberian infus.
9
intraabdomen
Tertutup/ Lebih kecil dari Sedikit/tanpa nyeri Abortus Tidak perlu
terbuka usia gestasi perut bawah, riwayat komplit terapi
ekspulsi hasil spesifik
konsepsi kecualiperd
arahan
berlanjut
atau terjadi
infeksi
Sedang Terbuka Sesuai usia Kram atau nyeri Abortus Evakuasi
hingga kehamilan perut bawah, belum insipiens
banyak terjadi ekspulsi hasil
konsepsi
Kram atau nyeri Abortus Evakuasi
perut bawah, ekspulsi inkomplit
sebagian hasil
konsepsi
Terbuka Lunak dan lebih Mual/muntah, kram Abortus Evakuasi,
besar dari usia perut bawah, mola tatalaksana
gestasi sindroma mirip pre mola
eklampsi, tak ada
janin keluar jaringan
seperti anggur
10
4. 7 – 10 hari setelah kerokan pertama, dilakukan kerokan ke dua
untuk membersihkan sisa-sisa jaringan.
5. Histerektomi total dilakukan pada mola resiko tinggi usia lebih dari
30 tahun, paritas 4 atau lebih, dan uterus yang sangat besar yaitu
setinggi pusat atau lebih.
Pengawasan Lanjutan
1. Ibu dianjurkan untuk tidak hamil dan dianjurkan memakai
kontrasepsi oral pil.
2. Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun, yaitu setiap
minggu pada Triwulan pertama, setiap 2 minggu pada Triwulan
kedua, setiap bulan pada 6 bulan berikutnya, setiap 2 bulan pada
tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3 bulan.
3. Setiap pemeriksaan ulang perlu diperhatikan :
a. Gejala klinis : keadaan umum, perdarahan
b. Pemeriksaan dalam : keadaan serviks, uterus bertambah kecil
atau tidak
c. Laboratorium : Reaksi biologis dan immunologis : 1x seminggu
sampai hasil negatif, 1x per 2 minggu selama Triwulan
selanjutnya, 1x sebulan dalam 6 bulan selanjutnya, 1x per 3
bulan selama tahun berikutnya. Kalau hasil reaksi titer masih
(+) maka harus dicurigai adanya keganasan
d. Sitostatika Profilaksis : Metoreksat 3x 5mg selama 5 hari
d. Perdarahan
1. Plasenta Previa
Plasenta Previa adalah Plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada
segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
ostium uteri internum/pembukaan jalan lahir.
11
Penatalaksanaan
Tindakan pada plasenta previa :
a) Tindakan dasar umum. Memantau tekanan darah, nadi, dan
hemoglobin, memberi oksigen, memasang infus, memberi
ekspander plasma atau serum yang diawetkan. Usahakan
pemberian darah lengkap yang telah diawetkan dalam jumlah
mencukupi.
b) Pada perdarahan yang mengancam nyawa, seksio sesarea segera
dilakukan setelah pengobatan syok dimulai.
c) Pada perdarahan yang tetap hebat atau meningkat karena
plasenta previa totalis atau parsialis, segera lakukan seksio
sesaria; karena plasenta letak rendah (plasenta tidak terlihat jika
lebar mulut serviks sekitar 4-5 cm), pecahkan selaput ketuban
dan berikan infuse oksitosin; jika perdarahan tidak berhenti,
lakukan persalinan pervagina dengan forsep atau ekstraksi
vakum; jika perdarahan tidak berhenti lakukan seksio sesaria.
d) Tindakan setelah melahirkan adalah cegah syok (syok
hemoragik), pantau urin dengan kateter menetap, pantau sistem
koagulasi (koagulopati). Pada bayi, pantau hemoglobin, hitung
eritrosit, dan hematokrit.
Terapi
Terapi atau tindakan terhadap gangguan ini dilakukan di tempat
praktik. Pada kasus perdarahan yang banyak, pengobatan syok adalah
dengan infuse Macrodex, Periston, Haemaccel, Plasmagel,
Plasmafudin. Pada kasus pasien gelisah, diberikan 10 mg valium
(diazepam) IM atau IV secara perlahan. (Prawirohardjo, Ilmu
Kebidanan : 2009)
2. Solusio (Abrupsio) Plasenta
Solusio plasenta adalah lepasnya sebagian atau seluruh jaringan
plasenta yang berimplantasi normal pada kehamilan di atas 22
minggu dan sebelum anak lahir. (Cunningham, Obstetri Williams:
2004)
Penanganan solusio plasenta
a) Solusio plasenta ringan
Apabila kehamilannya kurang dari 36 minggu, perdarahannya
kemudian berhenti, perutnya tidak menjadi sakit, uterusnya tidak
menjadi tegang maka penderita dapat dirawat secara konservatif
di rumah sakit dengan observasi ketat.
b) Solusio plasenta sedang dan berat
12
Apabila perdarahannya berlangsung terus, dan gejala solusio
plasenta bertambah jelas, atau dalam pemantauan USG daerah
solusio plasenta bertambah luas, maka pengakhiran kehamilan
tidak dapat dihindarkan lagi. Apabila janin hidup, dilakukan
sectio caesaria. Sectio caesaria dilakukan bila serviks panjang dan
tertutup, setelah pemecahan ketuban dan pemberian oksitosin
dalam 2 jam belum juga ada his. Apabila janin mati, ketuban
segera dipecahkan untuk mengurangi regangan dinding uterus
disusul dengan pemberian infuse oksitosin 5 iu dalam 500cc
glukosa 5% untuk mempercepat persalinan.
13
f) Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan
dengan pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per
oral.
g) Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk
pencegahan infeksi sekunder.
Terapi
Terapi untuk retensio atau inkarserasi adalah 35 unit Syntocinon
(oksitosin) IV yang diikuti oleh usaha pengeluaran secara hati-hati
dengan tekanan pada fundus. Jika plasenta tidak lahir, usahakan
pengeluaran secara manual setelah 15 menit. Jika ada keraguan
tentang lengkapnya plasenta,lakukan palpasi sekunder.
4. Ruptur Uteri
Ruptur uterus adalah robekan pada uterus, dapat meluas ke seluruh
dinding uterus dan isi uterus tumpah ke seluruh rongga abdomen
(komplet), atau dapat pula ruptur hanya meluas ke endometrium dan
miometrium, tetapi peritoneum di sekitar uterus tetap utuh
(inkomplet).
Penatalaksanaan
Tindakan pertama adalah memberantas syok, memperbaiki keadaan
umum penderita dengan pemberian infus cairan dan tranfusi darah,
kardiotinika, antibiotika, dsb. Bila keadaan umum mulai baik,
tindakan selanjutnya adalah melakukan laparatomi dengan tindakan
jenis operasi:
a) Histerektomi baik total maupun sub total
b) Histerorafia, yaitu luka di eksidir pinggirnya lalu di jahit sebaik-
baiknya
c) Konserfatif : hanya dengan temponade dan pemberian antibiotika
yang cukup.
Tindakan yang akan dipilih tergantung pada beberapa faktor,
diantaranya adalah :
a) Keadaan umum penderita
b) Jenis ruptur incompleta atau complete
c) Jenis luka robekan : jelek, terlalu lebar, agak lama, pinggir tidak
rata dan sudah banyak nekrosis
d) Tempat luka : serviks, korpus, segmen bawah rahim
e) Perdarahan dari luka : sedikit, banyak
f) Umur dan jumlah anak hidup
g) Kemampuan dan ketrampilan penolong
14
e. Preeklampsia Berat
Definisi
Suatu komplikasi pada kehamilan lebih dari 22 minggu dijumpai :
1. Tekanan darah sistolik > 160 mmhg, diasnolis > 110 mmhg
2. Proteinuri lebih dari 5 gram /24 jam
3. Gangguan selebral atau visual
4. Edema pulmonum
5. Nyeri epigastrik atau kwadran atas kanan
6. Gangguan fungsi hati tanpa sebab yang jelas
7. Trobosisfeni
8. Pertumbuhan janin terhambat
9. Peningkahtan serum creatinin
Preeklampsia Berat dan Eklampsia
Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa
persalinan harus berlangsung dalam 6 jam setelah timbulnya kejang
pada eklampsia.
Pengelolaan kejang:
1. Beri obat anti kejang (anti konvulsan)
2. Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, penghisap
lendir, masker oksigen, oksigen)
3. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
4. Aspirasi mulut dan tenggorokan
5. Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi Trendelenburg untuk
mengurangi risiko aspirasi
6. Berikan O2 4-6 liter/menit
15
2. Konsep Dasar Kegawatdaruratan Neonatus
A. Pengertian
Neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan
usia 28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan
didalam rahim menjadi diluar rahim. Pada masa ini terjadi pematangan
organ hampir pada semua system. Neonatus bukanlah miniatur orang
dewasa, bahkan bukan pula miniatur anak. Neonatus mengalami masa
perubahan dari kehidupan didalam rahim yang serba tergantung pada ibu
menjadi kehidupan diluar rahim yang serba mandiri. Masa perubahan
yang paling besar terjadi selama jam ke 24-72 pertama. Transisi ini
hampir meliputi semua sistem organ tapi yang terpenting bagi anestesi
adalah system pernafasan sirkulasi, ginjal dan hepar. Maka dari itu
sangatlah diperlukan penataan dan persiapan yang matang untuk
melakukan suatu tindakan anestesi terhadap neonatus
.
B. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kegawatdaruratan pada Neonatus
a. Faktor Kehamilan: Kehamilan kurang bulan, Kehamilan dengan
penyakit DM, Kehamilan dengn gawat janin, Kehamilan dengan
penyakit kronis ibu, Kehamilan dengan pertumbuhan janin terhambat,
Infertilitas
b. Faktor pada Partus: Partus dengan infeksi intrapartum dan Partus
dengan penggunaan obat sedative
c. Faktor pada Bayi: Skor apgar yang rendah, BBLR, Bayi kurang
bulan, Berat lahir lebih dari 4000gr, Cacat bawaan dan Frekuensi
pernafasan dengan 2x observasi lebih dari 60/menit
16
b. Hipertermia
Hipertermia adalah kondisi suhu tubuh tinggi karena kegagalan
termoregulasi. Hipertermia terjadi ketika tubuh menghasilkan atau
menyerap lebih banyak panas daripada mengeluarkan panas. Ketika
suhu tubuh cukup tinggi, hipertermia menjadi keadaan darurat medis
dan membutuhkan perawatan segera untuk mencegah kecacatan dan
kematian.
Tanda dan gejala : panas, kulit kering, kulit menjadi merah dan
teraba panas, pelebaran pembuluh darah dalam upaya untuk
meningkatkan pembuangan panas, bibir bengkak. Tanda-tanda dan
gejala bervariasi tergantung pada penyebabnya. Dehidrasi yang terkait
dengan serangan panas dapat menghasilkan mual, muntah, sakit
kepala, dan tekanan darah rendah. Hal ini dapat menyebabkan pingsan
atau pusing, terutama jika orang berdiri tiba-tiba. Tachycardia dan
tachypnea dapat juga muncul sebagai akibat penurunan tekanan darah
dan jantung. Penurunan tekanan darah dapat menyebabkan pembuluh
darah menyempit, mengakibatkan kulit pucat atau warna kebiru-biruan
dalam kasus-kasus lanjutan stroke panas. Beberapa korban, terutama
anak-anak kecil, mungkin kejang-kejang. Akhirnya, sebagai organ
tubuh mulai gagal, ketidaksadaran dan koma akan menghasilkan.
c. Hiperglikemia
Hiperglikemia atau gula darah tinggi adalah suatu kondisi
dimana jumlah glukosa dalam plasma darah berlebihan.
Hiperglikemia disebabkan oleh diabetes mellitus. Pada diabetes
melitus, hiperglikemia biasanya disebabkan karena kadar insulin yang
rendah dan / atau oleh resistensi insulin pada sel. Kadar insulin rendah
dan / atau resistensi insulin tubuh disebabkan karena kegagalan tubuh
mengkonversi glukosa menjadi glikogen, pada akhirnyanya membuat
sulit atau tidak mungkin untuk menghilangkan kelebihan glukosa dari
darah.
Gejala hiperglikemia antara lain : polifagi (sering kelaparan),
polidipsi (sering haus), poliuri (sering buang air kecil), penglihatan
kabur, kelelahan, berat badan menurun, sulit terjadi penyembuhan
luka, mulut kering, kulit kering atau gatal, impotensi (pria), infeksi
berulang, kussmaul hiperventilasi, arrhythmia, pingsan, koma.
17
d. Tetanus neonaturum
Tetanus neonaturum adalah penyakit tetanus yang diderita oleh
bayi baru lahir yang disebabkan karena basil klostridium tetani.
Tanda-tanda klinis antara laian : bayi tiba-tiba panas dan tidak mau
minum, mulut mencucu seperti mulut ikan, mudah terangsang, gelisah
(kadang-kadang menangis) dan sering kejang disertai sianosis, kaku
kuduk sampai opistotonus, ekstremitas terulur dan kaku, dahi berkerut,
alis mata terangkat, sudut mulut tertarik ke bawah, muka rhisus
sardonikus.
Penatalaksanaan yang dapat diberikan :
1. bersihkan jalan napas,
2. longgarkan atau buka pakaian bayi,
3. masukkan sendok atau tong spatel yang dibungkus kasa ke
dalam mulut bayi,
4. ciptakan lingkungan yang tenang dan
5. berikan ASI sedikit demi sedikit saat bayi tidak kejang.
e. Penyakit-penyakit pada ibu hamil
Kehamilan Trimester I dan II, yaitu : anemia kehamilan,
hiperemesis gravidarum, abortus, kehamilan ektopik terganggu
(implantasi diluar rongga uterus), molahidatidosa (proliferasi
abnormal dari vili khorialis).
Kehamilan Trimester III, yaitu : kehamilan dengan hipertensi
(hipertensi essensial, pre eklampsi, eklampsi), perdarahan antepartum
(solusio plasenta (lepasnya plasenta dari tempat implantasi), plasenta
previa (implantasi plasenta terletak antara atau pada daerah serviks),
insertio velamentosa, ruptur sinus marginalis, plasenta sirkumvalata).
18
Tindakan resusitasi merupakan tindakan yang harus dilakukan
dengan segera sebagai upaya untuk menyelamatkan hidup (Hudak dan
Gallo, 1997). Resusitasi pada anak yang mengalami gawat nafas
merupakan tindakan kritis yang harus dilakukan oleh perawat yang
kompeten. Perawat harus dapat membuat keputusan yang tepat pada
saat kritis. Kemampuan ini memerlukan penguasaan pengetahuan dan
keterampilan keperawatan yang unik pada situasi kritis dan mampu
menerapkannya untuk memenuhi kebutuhan pasien kritis.
D. Ruang Lingkup Kegawatdaruratan Neonatal
1. Stabilisasi di UGD dan persiapan untuk pengobatan definitif
2. Penanganan kasus gawat darurat RS di ruang tindakan
3. Penanganan operator cepat dan tepat meliput laparotomi, dan sekitar
saesaria
4. Perawatan intensif ibu dan bayi
5. Pelayanan Asuhan Ante Natal risiko tingi
19
Bagian – bagian dari pengkajian, yaitu:
Data Subyektif
1. Identitas
a. Nama
Selain sebagai identitas, upayakan bidan memanggil nama panggilan
sehingga hubungan komunikasi antara bidan dan pasien menjadi lebih
akrab.
b. Usia/ tanggal lahir
Data ini ditanyakan untuk menentukan apakah ibu dalam keadaan
berisiko karena usia atau tidak
c. Agama
Sebagai dasar bidan dalam memberikan dukungan mental dan spiritual
terhadap pasien keluarga
d. Pendidikan terakhir
Sebagai dasar bidan untuk menentukan metode yang paling tepat
dalam penyampaian informasi mengenai kesehatan. Tingkat
pendidikan ini akan sangat mempengaruhi daya tangkap dan tanggap
pasien terhadap instruksi yang diberikan bidan.
e. Pekerjaan
Data ini menggambarkan tingkat sosial ekonomi, pola sosialisasi, dan
data pendukung dalam menentukan pola komunikasi yang akan dipilih
selama asuhan.
f. Suku/ Bangsa
Data ini berhubungan dengan sosial budaya yang dianut oleh pasien
dan keluarga.
g. Alamat
Selain sebagai data mengenai distribusi lokasi pasien, data ini juga
memberi gambaran mengenai jarak dan waktu yang ditempuh pasien
menuju ke fasilitas pelayanan kesehatan.
2. Keluhan utama untuk mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas
pelayanan kesehatan
3. Riwayat kesehatan
Data dari riwayat ini dapat kita gunakan sebagai apakah penyakit
penderitalah yang menjadi faktor risiko. Beberapa data penting tentang
riwayat kesehatan pasien yang perlu kita ketahui apakah pasien pernah
atau sedang menderita penyakit seperti jantung, diabetes mellitus, ginjal,
hipertensi, hipotensi, hepatitis atau anemia.
20
4. Riwayat menstruasi
Melalui data ini, kita akan mempunyai gambaran tentang keadaan dasar
dari organ reproduksinya. Beberapa pertanyaan mengenai riwayat
menstruasi yakni usia menarche, siklus, berapa hari menstruasi dan ada
tidak keluhan
5. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas dan KB yang lalu
Kehamilan dan Persalinan
Ana KEHAMILAN PERSALINAN
k Ke Lama Tempat Terap Keluha Tempat BB Penyuli
Periksa i n Bay t
i
Nifas dan KB
No Nifas KB
Terapi Keluhan Alkon Lama Keluhan
Pemakaian
7. Kebutuhan sehari–hari
a. Nutrisi, untuk mendapatkan gambaran mengenai asupan gizi dan
intake cairan pasien
b. Istirahat untuk mengetahui apakah pasien cukup istirahat/ tidak
c. Personal hygiene untuk mengetahui apakah pasien menjaga kebersihan
dirinya.
21
Data Obyektif
Data ini dikumpulkan guna melengkapi data untuk menegakkan diagnosis.
Bidan melakukan pengkajian data obyektif melalui pemeriksaan inspeksi,
palpasi, auskultasi, perkusi dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan secara
berurutan
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum
Data ini didapat dengan mengamati keadaan pasien secara
keseluruhan. Hasil pengamatan yang dilaporkan, kriterianya adalah
sebagai berikut:
Baik, jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap
lingkungan dan orang lain serta secara fisik, pasien tidak
mengalami ketergantungan dalam berjalan.
Lemah, jika ia kurang atau tidak memberikan respon yang baik
terhadap lingkungan dan orang lain serta pasien sudah tidak
mampu berjalan sendiri.
b. Kesadaran dengan melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari
keadaan composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan koma
(pasien tidak dalam keadaan sadar)
c. TTV, yakni: tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : warna rambut, kebersihan dan mudah rontok atau tidak
b. Telinga : kebersihan dan gangguan pendengaran
c. Mata : konjungtiva, sklera, kelainan, kebersihan dan gangguan
penglihatan (rabun jauh atau dekat)
d. Hidung : kebersihan, polip, dan alergi debu atau tidak
e. Mulut : warna bibir, integritas jaringan (lembab, kering atau pecah-
pecah), kebersihan, karies, gangguan pada mulut (bau mulut)
f. Leher : ada tidak pembengkakan kelenjar limfe, kelenjar tiroid dan
vena jugularis
g. Dada : payudara (kebersihan, bentuk, ada pengeluaran asi atau tidak,
ada nyeri tekan atau tidak), denyut jantung dan gangguan pernafasan
h. Abdomen : bekas luka operasi, striae, linea, palpasi kandung kemih
i. Ekstermitas : atas (bentuk dan ada tidak gangguan/ kelainan), bawah
(bentuk, edema dan varises serta reflek patella)
j. Genitalia : kebersihan, pengeluaran pervagina, tanda infeksi per vagina
k. Anus : kebersihan dan hemoroid
3. Data penunjang (USG) dan pemeriksaan laboratorium (kadar Hb,
Hematokrit, kadar leukosit dan golongan darah.
22
Interpretasi Data
Pada bagian ini dilakukan identifikasi terhadap rumusan diagnosis, masalah dan
kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas data – data yang telah
dikumpulkan.
1. Diagnosa
Langkah awal dari perumusan diagnosa adalah pengolahan data dan analisis
dengan menggabungkan data satu dengan lainnya sehingga tergambar fakta.
2. Masalah
Masalah sering berhubungan dengan bagaimana wanita itu mengalami
kenyataan terhadap diagnosanya.
Contoh rumusan diagnosa kebidanan dan masalah pada ibu bersalin
No Diagnosa Kebidanan Masalah
1 Seorang G1P0A0 usia kehamilan 1. Takut dengan gambaran rasa
38 minggu dalam persalinan sakit selama proses
kala I fase laten dengan anemia persalinan
ringan 2. Bingung dengan apa yang
harus dilakukan selama
proses persalinan
2 Seorang G2P1A0 usia kehamilan Tidak tahan dengan nyeri akibat
37 minggu dalam persalinan kontraksi
kala I fase aktif
3 Seorang G2P1A0 usia kehamilan 1. Merasa tidak percaya diri
37 minggu dalam persalinan dengan kemampuan
kala I fase aktif akhir menerannya
2. Bingung memilih posisi
meneran
3. Kebutuhan
Dalam bagian ini, bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan keadaan
dan masalahnya. Contohnya kebutuhan untuk KIE.
Merumuskan Diagnosis
Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah yang ada. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila mungkin dilakukan pencegahan. Sambil
mengawasi pasien, bidan diharapkan siap bila diagnosis atau masalah
potensial benar-benar terjadi.
23
Contoh perumusan diagnosis potensial pada persalinan kala I berdasarkan
interpretasi data
No. Hasil interpretasi data Diagnosis potensial
1. Anemia berat Perdarahan intrapartum
2. Tekanan darah 160/100 mmHg, Eklamsi
protein urine (++).
3. Keletihan dan dehidrasi Partus lama
4. Ketuban pecah dini Infeksi intrapartum
5. Tinggi badan 140cm, kepala Persalinan tak maju karena DKP
belum masuk panggul
6. Kala I fase aktif melewati garis Partus lama
waspada partograf
7. DJJ lebih dari normal Asfiksia intrauterus
24
Pelaksanaan Asuhan Kebidanan
Berikut adalah beberapa contoh pelaksanaan dari perencanaan asuhan
berdasarkan peran bidan dalam tindakan mandiri, kolaborasi dan tindakan
pengawasan.
1. Tindakan mandiri bidan pada kala I
a. Pemantauan intensif, terutama pasien resiko tinggi (jika dirumah sakit)
b. Pemantauan persalinan dengan partograf
c. Dukungan mental dan spiritual
d. Bimbingan latihan nafas dan relaksasi
e. Bimbingan posisi dan teknik meneran pada kala II
f. Memberikan intruksi pada pendamping pasien mengenai apa yang
harus ia lakukan selama persalinan
g. Pemantauan intake serta output cairan nutrisi
2. Merujuk
Dalam melakukan asuhan pada pasien, bidan senantiasa mengacu
kepada Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) mencakup kewenangan dan
kewajibannya. Tata laksana rujukan sudah diatur dalam kebijakan profesi,
secara singkat syarat untuk merujuk adalah bidan harus melakukan
tindakan stabilisasi prarujukan dan harus memastika syarat rujukan
terpenuhi, antara lain:
B : Bidan
A : Alat
K : Kendaraan
S : Surat pengantar rujukan dari Bidan
O : Obat
K : Keluarga
U ; Uang
D : Donor
A : doA
3. Pendidikan atau penyuluhan
a. Pasien
b. Suami
c. Keluarga
Evaluasi
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang kita berikan
kepada pasien. Kita mengacu pada beberapa pertimbangan sebagai berikut :
1. Tujuan asuhan kebidanan
2. Efektifitas tindakan untuk mengatasi masalah
3. Hasil asuhan
25
5. CONTOH KASUS DAN PENDOKUMENTASIAN BERUPA SOAP
RINGAN
A.DATA SUBJEKTIF
1.Biodata
pandangan berkunang-kungang
4. Riwayat menstruasi
Menarche : 12 thn
Siklus : 28 hari
Teratur/tidak : teratur
26
5. Riwayat kelahiran,persalinan dan nifas yang lalu :
G1 P0 A0
UK : 34 minggu 5 hari
TT I : sudah
TT II : sudah
Kecemasan : cemas
Tanda-tanda persalinan :
27
Hipertensi :tidak ada
10.Riwayat Psikososial
Frekuensi : 2 kali
potong ikan
Pola istirahat
Pola eliminasi
lembek
Personal hygiene
Mandi :2 kali/hari
Pola aktivitas
28
Pekerjaan sehari-hari : memasak, mencuci
Kebiasaan hidup
B.DATA OBJEKTIF
2. Tanda-tanda vital
Nadi : 80x/menit
Suhu : 36
RR : 20x/menit
Berat badan : 62 kg
LILA :24 cm
4. Pemeriksaan Fisik
Postur tubuh
Kepala
Mulut/bibir: bersih
Payudara
29
Bentuk simetris : simetris
Colostrum : ada
Perut
Palpasi :
berbalotemen
( ekstermitas janin ) sebelah kiri teraba bagian keras, dan panjang ada
f. TFU : 30 cm
g. Kontraksi : baik
DJJ : 144 x/menit
Ekstermitas
Atas : lengkap
Bawah : lengkap
Genetalia
Anus : tidak ada hemoroid
5.Pemeriksaan Panggul
7.Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan laboratorium : Hb 9% gr
30
C. ASSESMENT
Antisipasi Masalah Potensial : anemia berat dan kematian ibu pada saat
persalinan
D. PLANNING
2. Tanda-tanda vital
Nadi : 76x/menit
Suhu : 36
RR : 20x/menit
Berat badan : 62 kg
LILA :24 cm
31
2. Lakukan penkes kepada ibu mengenai pola nutrisi
makanan yang mengandung zat besi seperti buah beet, bayam, brokoli, tahu,
dan tempe.
Agustus 2017
WIB
Esra
32
I. PENGUMPULAN DATA
1. Identitas pasien
Nama : By. A
BB Lahir : 2100 gr
Panjang Badan : 41 cm
2. Identitas Ibu
Nama : Ny. L
Umur : 26 Tahun
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMP
3. Identitas Ayah
Nama : Tn. S
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wirausaha
33
Alamat : Jalan Pengangsaan No.24
34
Komplikasi Persalinan
Bayi : BBLR
Lama Persalinan : kala I: 5 jam kala II: 15 menit kala III: 20 menit
Jumlah Perdarahan : kala I: tidak ada kala II: 100cc kala III:50cc
kala IV: -
4. Riwayat Kehamilan
35
Kebutuhan Bayi
-Intake : ASI
-Eliminasi :
Mekonium : ada
B. DATA OBJEKTIF
Antropometri
2. Panjang badan : 41 cm
3. Lingkar kepala : 30 cm
4. Lingkar dada : 30 cm
Pemeriksaan Fisik
36
Punggung : simetris, tidak ada spina bifida
Pemeriksaan Umum
3. T : 350C
4. P : 90 x/menit
5. RR : 20 x/menit
C. ASSESMENT
DO : - KU : Lemah
T : 350C
P : 90 x/menit
RR : 20 x/menit
37
Antisipasi Masalah Potensial
Tindakan Segera
D. PLANNING
- TTV :T : 350C
P : 90 x/menit
RR : 20 x/menit
Panjang badan : 41 cm
Lingkar kepala : 30 cm
Lingkar dada : 30 cm
38
6. VIDEO
1. https://youtu.be/7GZ4d8Pf3WI
2. https://youtu.be/EkiaQeBARZM
39
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegawatdaruratan maternal dan neonatal adalah suatu kondisi yang mengancam
jiwa, yang dapat menyebabkan kematian atau kerusakan bagian tubuh pada ibu, fetus
atau bayi yang terjadi pada saat kehamilan, persalinan dan nifas yang membutuhkan
pertolongan segera.Kegawatdaaruratan maternal sering disebabkan oleh perdarahan,
preekalmsia/eklamsia, syok sepsis/asepsis, dan persalinan yang
macet.Kegawatdaruratan neonatal sering disebabkan kerana hipotermi, hipertermi,
hipoglikemi, dan tetanus neonatorium.
Berbagai tanda dan gejala yang menandai adanya kondisi gawat darurat adalah:
produksi urin yang <30 ml, kejang, panas, sianosis, perut kembung, nadi cepat,
tekanan darah menurun.
B. Saran
Mengingat tingginya AKI dan AKB di Indonesia, maka kegawatdaruratan
maternal dan neonatal haruslah ditangani dengan cepat dan tepat. Penanganan
yang tepat dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga di Indonesia. Maka,
dengan mempelajari dan memahami kegawatdaruratan maternal dan neonatal,
diharapkan bidan dapat memberikan penanganan yang maksimal dan sesuai
standar demi kesehatan ibu dan anak.
40
DAFTAR PUSTAKA
http://www.sumbarsehat.com/2012/07/kegawatdaruratan-neonatal.html
http://possore.com/2014/04/29/aki-dan-akb-masih-tinggi-kemkes-kampanye-
peduli-kesehatan-ibu-2014/
https://slideplayer.info/amp/13335188/
41