Anda di halaman 1dari 23

Peran dan Fungsi Majelis

Pertimbangan Kode Etik


Profesi

Sandra G,J,Tombokan,S.SiT,S.Pd,M.Kes
Pengertian Etika dan Kode Etik
Etika adalah ilmu tentang apa yang biasa dilakukan
atau ilmu tentang adab,kebiasaan. Selain itu etika
dalam bahasa latin disebut “mos” (tunggal) atau
“mores” (jamak) artinya moral yang berarti juga
adab,kebiasaan,sehingga makna kata moral dan etika
adalah sama hanya bahasa asalnya yang berbeda.
Sedangkan Kode Etik itu sendiri adalah suatu ciri
profesi yang bersumber dari nilai-nilai internal dan
eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan
pernyataan komprehensif suatu profesi yang
memberikan tuntunan bagi anggota dalam
melaksanakan pengabdian profesi.
Tujuan Kode Etik Profesi
Menjunjung Tinggi Martabat dan Citra
Profesi
Menjunjung Tinggi dan Memelihara
Kesejahteraan Para Anggotanya
Meningkatkan Pengabdian Para
Anggota Profesi
Meningkatkan Mutu Profesi
Dasar Penyusunan Majelis Pertimbangan
Etika Profesi
Dasar penyusunan Majelis Pertimbangan Etika
Profesi adalah Majelis Pembinaan dan Pengawasan
Etik Pelayanan Medis (MP2EPM), yang meliputi:
 Kepmenkes RI No.554/Menkes/Per/XII/1982
 Peraturan Pemerintah No.1 Tahun 1988 Bab V Pasal
11
Surat Keputusan Menteri Kesehatan
No.640/Menkes/Per/X/1991,tentang pembentukan
MP2EPM.

 
Lanjutan

Dasar pembentukan Majelis Disiplin Tenaga


Kesehatan (MDTK), adalah sebagai
berikut:
 Pasal 4 ayat 1 UUD 1945
 Undang-Undang No.23 Tahun 1992
tentang Kesehatan
 Keputusan Presiden Tahun 1995 tantang
pembentukan MTDK.
 
Tugas dan Wewenang MP2EPM
Wilayah Pusat

Memberi pertimbangan tentang etik dan standar


profesi tenaga kesehatan kepada Menteri.
Membina, mengembangkan dan mengawasi secara
aktif pelaksanaan kode etik kedokteran gigi, perawat,
bidan, sarjana farmasi dan rumah sakit.
Menyelesaikan persoalan, menerima rujukan dan
mengadakan konsultasi dengan instansi terkait.
MP2EPM pusat atas Menteri yang berwenang
mereka yang ditunjuk mengurus persoalan etik
tenaga kesehatan.
Tugas dan Wewenang MP2EPM
Wilayah Propinsi
Menerima dan memberi pertimbangan,
mengawasi persoalan kode etik dan
mengadakan konsultasi dengan instasi
terkait dengan persoalan kode etik.
Memberi nasihat, membina dan
mengembangkan serta mengawasi secara
aktif etik profesi tenaga kesehatan dalam
wilayahnya bekerja sama dengan
organisasi profesi seperti IDI, PDGI, PPNI,
IBI, ISFI, PRS2I.
lanjutan

Memberi pertimbangan dan saran


kepada instansi terkait.
MP2EPM propinsi atas nama Kepala
Kantor Wilayah Departemen
Kesehatan Propinsi berwenang
memanggil mereka yang
bersangkutan dalam suatu etik profesi
Majelis Etika Profesi Bidan
Majelis Etika Profesi adalah merupakan badan
perlindungan hukum terhadap para bidan
sehubungan dengan adanya tuntutan dari klien
akibat pelayanan yang diberikan dan tidak
melakukan indikasi penyimpangan hukum.
Latar belakang dibentuknya Majelis Etika profesi
bidan atau MPEB adalah adanya unsur-unsur
pihak-pihak terkait :
 Pemeriksa pelayanan untuk pasien
 Sarana pelayanan kesehatan
 Tenaga pemberi pelayanan,yaitu bidan.
Tujuan Keberadaan MPEB
Meningkatkan Citra IBI dalam meningkatkan
Mutu Pelayanan yang diberikan.
Terbentuknya lembaga yang akan menilai ada
atau tidaknya pelanggaran terhadap kode etik
bidan Indonesia.
Meningkatkan Kepercayaan diri anggota IBI.
Meningkatkan kepecayaan masyarakat terhadap
bidan dalam memberikan pelayanan.
Lingkup Majelis Etika Kebidanan meliputi:
 Melakukan peningkatan fungsi pengetahuan sesuai
standar profesi pelayanan bidan (Kepmenkes
No.900 /Menkes/SK/VII/Tahun 2002.
 Melakukan supervisi lapangan, termasuk tentang
teknis,dan pelaksanaan praktik,termasuk
penyimpangan terjadi. Apakah pelaksanaanpraktik
bidan sesuai dengan Standar Praktik Bidan,Standar
Profesi dan Standar Pelayanan Kebidanan,juga
batas-batas kewenangan bidan.
lanjutan

Membuat pertimbangan bila


terjadi kasus-kasus dalam praktik
kebidanan.
Melakukan pembinaan dan
pelatihan tentang hukum
kesehatan,khususnya yang
berkaitan atau melandasi praktik
bidan.
Pengorganisasian Majelis Etika
Kebidanan
 Majelis Etika Kebidanan merupakan lembaga
organisasi yang mandiri,otonom dan non struktural
 Majelis Etika Kebidanan dibentuk ditingkat provinsi dan
pusat.
 Majelis Etika Kebidanan Pusat berkedudukan di
Ibukota Negara dan Majelis Etika Kebidanan Provinsi
berkedudukan di Ibukota Provinsi.
 Majelis Etika Kebidanan pusat dan provinsi dibentuk
oleh sekretaris.
 Jumlah anggota masing-masing terdiri dari lima orang.
lanjutan

 Masa bakti anggota Majelis Etika Kebidanan selama


tiap tahun dan sesudahnya,jika berdasarkan
evaluasi masih memenuhi ketentuan yang berlaku,
maka anggota tersebut dapat dipilih kembali.
 Anggota Majelis Etika Kebidanan diangkat dan
diberhentikan oleh Menteri Kesehatan
 Susunan organisasi Majelis Etika Kebidanan terdiri
dari :
- Ketua dengan kualifikasi mempunyai kompetensi
tambahan dibidang hukum
- Sekretaris merangkap anggota
- Anggota Majelis Etika Bidan
Tugas Majelis Etika
Kebidanan,meliputi:
 Meneliti dan menentukan ada dan tidaknya
kesalahan atau kelalaian dalam menerapkan
standar profesi yang dilakukan oleh bidan.
 Penilaian didasarkan atas permintaan
pejabat,pasien,dan keluarga yang dirugikan oleh
pelayanan kebidanan.
 Permohonan secara tertulis dan disertai data-data
 Keputusan tingkat provinsi bersifat final dan bisa
konsul ke Majelis Etika Kebidanan pada tingkat
pusat.
.
lanjutan

 Sidang Majelis Etika Kebidanan paling


lambat tujuh hari,setelah diterima
pengaduan. Pelaksanaan sidang
menghadirkan dan minta keteraangan dari
bidan dan saksi-saksi.
 Keputusan paling lambat 60 hari,dan
kemudian disampaikan secara tertulis
kepada pejabat yang berwenang.
 Biaya dibebankan pada anggaran pimpinan
pusat IBI atau pimpinan daerah IBI ditingkat
provinsi
lanjutan
 Sidang Majelis Etika Kebidanan paling lambat
tujuh hari,setelah diterima pengaduan.
Pelaksanaan sidang menghadirkan dan minta
keteraangan dari bidan dan saksi-saksi.
 Keputusan paling lambat 60 hari,dan kemudian
disampaikan secara tertulis kepada pejabat yang
berwenang.
 Biaya dibebankan pada anggaran pimpinan
pusat IBI atau pimpinan daerah IBI ditingkat
provinsi.
Badan Konsil Kebidanan
Dalam organisasi profesi bidan Indonesia
hingga saat ini belum terbentuk badan konsil
kebidanan. Secara konseptual badan konsil
merupakan badan yang dibentuk dalam
rangka melindungi masyarakat penerima
jasa pelayanan dan meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan. Konsil kebidanan
Indonesia merupakan lembaga otonom dan
independent,bertanggung jawab kepada
presiden sebagai Kepala Negara.
Tugas Badan Konsil Kebidanan
Melakukan registrasi tenaga bidan.
Menetapkan standar pendidikan bidan.
Menapis dan merumuskan arah
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
Melakukan pembinaan terhadap
pelanggaran praktik kebidanan.
Konsil kebidanan Indonesia
berfungsi
mengatur,menetapkan,serta
membina tenaga bidan yang
menjalankan praktik kebidanan
dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan.
Wewenang badan konsil kebidanan
 Menetapkan standar kompetensi bidan.
 Menguji persyaratan registrasi bidan.
 Menyetujui dan menolak permohonan registrasi.
 Menerbitkan dan mencabut sertifikat registrasi.
 Menetapkan teknologi kebidanan yang dapat
diterapkan di Indonesia.
 Melakukan pembinaan bidan mengenai pelaksanaan
etika profesi yang ditetapkan organisasi profesi.
 Melakukan pencatatan bidan yang dikenakan sanksi
oleh organisasi profesi.
Keanggotaan Konsil Persyaratan anggota
Kebidanan: konsil:

 Dari unsur Departemen  Warga Negara


Kesehatan 2 orang. Indonesia.
 Unsur Departemen  Sehat jasmani dan
Pendidikan Nasional 1 rohani.
orang.  Berkelakuan baik.
 Lembaga Konsumen 1  Usia sekurangnya 40
orang. tahun.
 Bidan 10 orang.  Pernah praktik
 Organisasi profesi terkait kebidanan minimal 10
4 orang. tahun.
 Ahli hukum 1 orang.  Memiliki moral etika yang
tinggi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai