Pengertian majelis etika profesi adalah merupakan badan perlindungan hukum terhadap para
bidan sehubungan dengan adanya tuntutan dari klien akibat pelayanan yang diberikan dan tidak
melakukan indikasi penyimpangan hukum. Realisasi majelis etika profesi bidan adalah dalam
bentuk majelis pertimbangan etika bidan (MPEB) dan majelis pembelaan anggota (MPA).
Latar belakang dibentuknya majelis pertimbangan Etika Bidan atau MPEB adalah adanya unsur
unsur pihak pihak terkait:
1. Pemeriksaan pelayanan untuk pasien
2. Sarana pelayanan kesehatan
3. Tenaga pemberi, yaitu bidan.
Pelaksanaan tugas bidan dibatasi oleh norma etiaka dan agama. Tetapi apabila ada
kesalahan dan menimbulkan konflik etik maka diperlukan wadah untuk menentukan standar
profesi, prosedur yang baku dan kode etik yang disepakati, maka perlu dibentuk majelis etika
bidan, yaitu MPEB dan MPA.
Tujuan dibentuknya majelis etika bidan adalah untuk memberikan perlindungan yang seimbang
dan objektif kepada bidan dan penerima pelayanan.
Lingkup majelis etika kebidanan meliputi:
a. Melakukan peningkatan fungsi pengetahuan sesuai standar profesi pelayanan bidan
(Kepmenkes No.900/Menkes/SK/VII/Tahun 2002. sekarang kepmenkes
369/Menkes/SK/III/2007
b. Melakukan supervisi lapangan,termasuk tentang tehnis,dan pelaksanaan
praktik,termasuk penyimpangan yang terjadi.apakan pelaksanaan praktik bidan sesuai dengan
Standar Praktik Bidan,Standar Profesi dan Standar Pelayanan Kebidanan,juga batas-batas
kewenangan bidan.
c. Membuat pertimbangan bila terjadi kasus-kasus dalam praktik kebidanan.
d. Melakukan pembinaan dan pelatihan tentang hukum kesehatan, khususnya yang
berkaitan atau melandasi praktik bidan.
Pengorganisasian Majelis Etik Kebidanan, adalah sebagai berikut:
a. Majelis Etik Kebidanan merupakan lembaga organisasi yang mandiri, otonom dan
nonstruktural.
b. Majelis etik Kebidanan dibentuk ditingkat propinsi dan pusat.
c. Majelis Etik Kebidanan pusat berkedudukan di Ibukota negara dan Majelis Etik
Kebidanan propinsi berkedudukan di ibukota propinsi.
d. Majelis Etik Kebidanan pusat dan propinsi dibantu oleh sekretaris.
e. Jumlah anggota masing-masing terdiri dari lima orang.
f. Masa bakti anggota Majelis Etik Kebidanan selama tiga tahun dan sesudahnya, jika
berdasarkan evaluasi masih memenuhi ketentuan yang berlaku, maka anggota tersebut
dapat dipilih kembali.
g. Anggota Majelis Etik Kebidanan diangkat dan diberhentikan oleh Mentri Kesehatan.
Sususunan organisasi Majelis Etik Kebidanan terdiri dari :
a. Ketua dengan kualifikasi mempunyai kompetensi tambahan di bidang hukum.
b. Sekretaris merangkap anggota.
c. Anggota Majelis Etik Bidanan
Tugas Majelis Etik kebidanan, adalah meliputi:
a. Meneliti dan menentukan ada dan tidaknya kesalahan atau kelalaian dalam menetapkan
standar profesi yang dilakukan oleh bidan.
b. Penilaian didasarkan atas permintaan pejabat, pasien, dan keluarga yang dirugikan oleh
pelayanan kebidanan.
c. Permohonan secara tertulis dan disertai data-data.
d. Keputusan tingkat propinsi bersifat final dan bisa konsul ke Majelis Etik Kebidanan
pada tingkat pusat.
e. Sidang Majelis Etik Kebidanan paling lambat ujuh hari, setelah diterima pengaduan.
Pelaksanaan sidang menghadirkan dan minta keterangan dari bidan dan saksi-saksi.
f. Keputusan paling lambat 60 hari, dan kemudian disampaikan secara tertulis kepada
pejabat yang berwenang.
g. Biaya dibebankan pada anggaran pimpinan pusat IBI atau pimpinan daerah IBI di
tingkat propinsi.
Dalam pelaksanaannya dilapangan sekarang ini bahwa organisasi profesi bidan IBI, telah melantik
MPEB (Majelis Pertimbangan Etika Bidan) dan MPA (Majelis Pembelaan Anggota), namun dalam
pelaksanaannya belum terealisasi dengan baik.
selanjutnya disingkat BPKN berkedudukan di ibu kota Negara Repoblik Indonesia. sedangkan
badan pertimbangan kesehatan daerah selanjutnya disingkat BPKD berkedudukan di profinsi
kabupaten/kota. kedudukan BPKNdan BPKD ini berada sampai pada tingkat kecamatan.
peran, tugas dan wewenang
BPKN dan BPKD berperan membantu pemerintah dan masyarakat dalam bidang kesehatan sesuai
dengan lingkup dan tugas masing masing, dengan tugas dan wewenang antara lain:
a. menginventarisasi masalah melalui penelaahan terhadap berbagai informasi dan data yang
relevan atau berpengaruh terhadap proses pembangunan kesehatan
b. memberikan masukan kepada pemerintah tentang sasaran pembangunan kesehatan selama
kurun waktu 5(lima) tahun
c. menyusun strategi pencapaian dan prioritas kegiatan pembangunan kesehatan
d. memberikan masukan kepada pemerintah dalam pengidentifikasian dan penggerakan
sumber daya untuk pembangunan kesehatan
e. melakukan advokasi tentang alokasi dan penggunaan dana dari semua sumber agar
pemanfaatannya efektif, efesien dan sesuai dengan strategi yang ditetapkan
f. memantau dan mengevaluasi pelaksanaan pembangunan kesehatan
g. merumuskan dan mengusulkan tindakan korektif yang perlu dilakukan dalam
pelaksanaan pembangunan kesehatan yang menyimpang.