Anda di halaman 1dari 14

PENDAHULUAN

A. KOMITE KEPERAWATAN
1. Perkembangan dan Dasar Hukum Komite Kepeawatan
Tenaga keperawatan merupakan bagian dari tim kesehaatan rumah sakit dengan porsi
yang paling banyak. Apalagi perawat dinilai sebagai citra rumah sakit itu sendiri
karena cermin cermin pelayanan terbanyak bisa dilihat dari kualitas pelayanan
perawat. Hal inilah yang seringkali menjadi salah satu indikator mutu pelayanan yang
berkualitas. Maka dari itu berdasarkan Permenkes No. 49 tahun 2013 tentang Komite
Keperawatan Rumah Sakit, komite keperawatan perlu dibentuk karena untuk
meningkatkan profesionalisme, pembinaan etik dan disiplin, serta menajamin mutu
pelayanan kesehatan dan melindungi keselamatan pasien.
Salah satu dasar hukum tentang komite keperawatan, yaitu Kepmendagri No. 1 tahun
2002 tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Daerah, dalam
Bab III pasal 6 ayat 1 menyebutkan bahwa susunan organisasi rumah sakit daerah
sekurang-kurangnya terdiri dari: direktur, wakil direktur, sekretariat, bidang, komite
medik, staf medik fungsional, komite keperawatan, instalasi, susunan pengawas intern.
Namun, selama bertahun-tahun peraturan tersebut berlaku, masih banyak rumah sakit
daerah yang tidak membentuk komite keperawatan sebagai penjamin mutu pelayanan
mereka.
2. Pengertian
Menurut Permenkes No. 49 tahun 2013 tentang Komite Keperawatan Rumah Sakit,
Komite Keperawatan adalah wadah atau organisasi non-struktural rumah sakit dengan
keanggotaan dari tenaga keperawatan (perawat dan bidan). Susunan organisasi dari
komite ini yaitu ketua komite, sekretaris komite, dan subkomite (kredensial, mutu
profesi, serta etik dan disiplin)
3. Tujuan
Berdasarkan Ernawati (2010), ada tiga tujuan dibentuknya komite keperawatan, yaitu:
a. Mengorganisasi kegiatan pelayanan keperawatan melalui penggabungan
pengetahuan, keterampilan dan ide-ide.
b. Menggabungkan sekelompok orang yang menyadari pentingnya sinergi dan
kekuatan berpikir agar dapat memperoleh output yang paling efektif.
c. Meningkatkan otonomi tenaga keperawatan dalam pengelolaan pelayanan
keperawatan di rumah sakit.
Menurut Permenkes No. 49 tahun 2013, tujuan penyelenggaraan komite keperawatan
adalah untuk meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan serta mengatur tata
kelola klinis yang baik agar mutu pelayanan keperawatan dan pelayanan kebidanan
yang berorientasi pada keselamatan pasien di rumah sakit lebih terjamin dan
terlindungi.
4. Fungsi dan Tugas
Menurut Permenkes No. 49 tahun 2013, fungsi dari komite keperawatan yaitu
meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan yang bekerja di rumah sakit
dengan cara:
a. melakukan kredensial bagi seluruh tenaga keperawatan yang akan melakukan
pelayanan keperawatan dan kebidanan di rumah sakit;
b. memelihara mutu profesi tenaga keperawatan; dan
c. menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi perawat dan bidan.
Menurut Permenkes No. 49 tahun 2013, tugas dari komite keperawatan sesuai dengan
fungsinya masing-masing, yaitu sebagai kredensial, memelihara mutu profesi, serta
menjaga etika dan disiplin profesi. Berikut adalah penjabaran tujuan dari masing-
masing fungsi:
a. Kredensial
Tugasnya:
1) Menyusun kewenangan klinis
2) Menyusun buku putih (dokumen yang berisi syarat-syarat bagi tenaga
keperawatan yang digunakan untuk kewenangan klinis). Buku ini disusun
oleh komite keperawatan dengan melibatkan Mitra Bestari (peer group) dari
berbagai unsur organisasi profesi keperawatan dan kebidanan, kolegium
keperawatan, unsur pendidikan tinggi keperawatan dan kebidanan.
3) Menerima hasil verifikasi persyaratan kredensial (ijazah, STR, sertifikasi
kompetensi, logbook capaian kinerja, surat pernyataan menyelesaikan
orientasi rumah sakit atau unit tertentu bagi perawat baru, dan surat hasil
pemeriksaan kesehatan).
4) Merekomendasikan tahapan proses kredensial:
Hal yang harus ada sebelum melakukan kredensial adalah ada panitia ad hoc,
ada buku putih yang menjadi dasar panduan kredensial ataupun
rekredensial, dan ada daftar kewenangan klinis yang telah disusun oleh
panitia ad hoc dan disahkan oleh direktur. Berikut tahapan proses kredensial:
a) Perawat atau bidan mengajukan permohonan untuk memperoleh
kewenangan klinis kepada ketua komite keperawatan.
b) Ketua komite keperawatan menugaskan subkomite kredensial untuk
melakukan proses kredensial.
c) Subkomite membentuk panitia ad hoc (tenaga perawat rumah sakit dan
mitra bestari) untuk melakukan review, verifikasi dan evaluasi dengan
berbagai metode (porto folio, asesmen kompetensi)
d) Subkomite memberikan laporan hasil kredensial sebagai bahan rapat
menentukan kewenangan klinis bagi tiap tenaga keperawatan.
e) Direktur mengeluarkan Penugasan Klinis terhadap perawat/bidan yang
bersangkutan.
5) Merekomendasikan pemulihan kewenangan klinis
6) Melakukan kredensial ulang secara berkala (sesuai waktu yang ditentukan
oleh komite keperawatan)
7) Membuat laporan seluruh proses kredensial
b. Mutu profesi
Tugasnya:
1) Menyusun data dasar profil tenaga keperawatan sesuai area praktik
berkoordinasi dengan bidang keperawatan.
2) Merekomendasikan perencanaan pengembangan profesional berkelanjutan
tenaga keperawatan
3) Melakukan audit asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan dengan cara:
a) pemilihan topik yang akan dilakukan audit;
b) penetapan standar dan kriteria;
c) penetapan jumlah kasus/sampel yang akan diaudit;
d) membandingkan standar/kriteria dengan pelaksanaan pelayanan;
e) melakukan analisis kasus yang tidak sesuai standar dan kriteria;
f) menerapkan perbaikan;
g) rencana reaudit.
4) Memfasilitasi proses pendampingan sesuai kebutuhan
c. Etika dan disiplin profesi
Tugasnya:
1) Melakukan sosialisasi kode etik profesi tenaga keperawatan;
2) Melakukan pembinaan etik dan disiplin profesi tenaga keperawatan;
3) Melakukan penegakan disiplin profesi keperawatan dan kebidanan;
4) Merekomendasikan penyelesaian masalah-masalah pelanggaran disiplin dan
masalah-masalah etik dalam kehidupan profesi dan asuhan keperawatan dan
asuhan kebidanan;
5) Merekomendasikan pencabutan Kewenangan Klinis dan/atau surat Penugasan
Klinis (clinical appointment);
6) Memberikan pertimbangan dalam mengambil keputusan etis dalam asuhan
keperawatan dan asuhan kebidanan dengan melibatkan panitia ad hoc.
7) Melakukan tindak lanjut keputusan berupa:
a) Pelanggaran etik direkomendasikan kepada organisasi profesi
keperawatan dan kebidanan di rumah sakit melalui ketua komite.
b) Pelanggaran disiplin profesi diteruskan kepada direktur medis dan
keperawatan melalui ketua komite.
c) Rekomendasi pencabutan kewenangan klinis diusulkan kepada ketua
komite untuk diteruskan kepada direktur rumah sakit.
5. Pengorganisasian

Sumber: Permenkes No. 49 tahun 2013 tentang Komite Keperawatan Rumah Sakit
B. PERATURAN INTERNAL STAF KEPERAWATAN
Berdasarkan Permenkes No. 49 tahun 2013 tentang komite keperawatan rumah sakit,
setiap rumah sakit wajib menyusun peraturan internal staf keperawatan dengan
mengacu pada peraturan internal korporasi dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Peraturan internal staf keperawatan ini disusun oleh komite keperawatan dan
disahkan oleh kepala atau direktur rumah sakit. Fungsi dari peraturan ini adalah sebagai
aturan yang digunakan oleh komite keperawatan dan staf keperawatan dalam
melaksanakan tata kelola klinis yang baik di rumah sakit. Peraturan internal staf ini
sebagai acuan serta dasar hukum yang sah bagi komite keperawatan dan direktur rumah
sakit dalam hal pengambilan keputusan tentang staf keperawatan, termasuk mengatur
mekanisme pertanggungjawaban komite keperawatan kepada direktur rumah sakit
tentang profesionalisme staf keperawatan. Peraturan ini berbeda setiap rumah sakit.
Pengaturan utamanya tentang penugasan klinis staf keperawatan, mekanisme
mempertahankan dan pendisiplinan profesi keperawatan.

C. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN


Pembinaan dan pengawasan Komite Keperawatan merupakan suatu proses penilaian,
umpan balik serta perbaikan seluruh kegiatan komite secara komprehensif dan
berkesinambungan. Pembinaan dan pengawasan dilakukan oleh Menteri, Badan
Pengawas Rumah Sakit Provinsi, Dewan Pengawas Rumah Sakit, Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan perhimpunan/asosiasi
perumahsakitan dengan melibatkan organisasi profesi yang terkait sesuai dengan tugas
dan fungsinya masing-masing.
RUANG LINGKUP

A. PERAWAT PELAKSANA
Perawat dapat memberikan Praktik Keperawatan wajib memiliki Surat Tanda Registrasi
(STR) yang dikeluarkan oleh Konsil Keperawatan. Perawat yang dapat memperoleh
Surat Tanda Registrasi adalah perawat yang telah menempuh pendidikan tinggi
keperawatan, berupa:
1. Pendidikan Vokasi
Merupakan pendidikan yang dilaksanakan oleh perguruan tinggi yang mempunyai
izin penyelenggaraan sesuai peraturan perundang-undangan, serendah-rendahnya
program Diploma Tiga Keperawatan.
2. Pendidikan Akademik
Merupakan pendidikan yang dilaksanakan oleh perguruan tinggi yang mempunyai
izin penyelenggaraan sesuai peraturan perundang-undangan, meliputi:
a. Program Sarjana Keperawatan (Strata 1)
b. Program Magister Keperawatan (Strata 2), dan
c. Program Doktor Keperawatan (Strata 3)
3. Pendidikan Profesi
Merupakan pendidikan yang dilaksanakan oleh perguruan tinggi yang mempunyai
izin penyelenggaraan sesuai peraturan perundang-undangan, meliputi pendidikan
profesi:
a. Program Profesi Keperawatan
b. Program Spesialis Keperawatan

B. JENJANG KARIR PERAWAT PROFESIONAL


Pengembangan karir perawat merupakan suatu perencanaan dan penerapan rencana
karir yang dapat digunakan untuk penempatan perawat pada jenjang yang sesuai
dengan keahliannya, serta menyediakan kesempatan yang lebih baik sesuai dengan
kemampuan dan potensi perawat (Marquis & Huston, 2010).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bersama pihak terkait dalam hal ini
PPNI telah mengeluarkan pedoman jenjang karir perawat, di dalamnya mengatur
empat jalur karir yang dapat ditempuh oleh perawat meliputi, perawat klinik, perawat
menajer, perawat pendidik dan perawat peneliti (Depkes, 2006). Namun hingga saat
ini, sistem jenjang karir perawat belum secara luas diterapkan di rumah sakit di
Indonesia.
Karir merupakan suatu deretan posisi yang yang diduduki oleh seseorang selama
perjalanan usianya (Robins, 2006). Karir diartikan sebagai semua pekerjaan yang
dipegang seseorang selama kehidupan dalam pekerjaannya (Davis & Werther, 96
dalam Meldona 2009). Sistem pengembangan karir menurut Bernardin dan Russel
(1993, dalam Sulistiyani & Rosidah 2003) adalah usaha secara formal dan
terorganisir serta terecana untuk mencapai keseimbangan antara kepentingan karir
individu dengan organisasi secara keseluruhan. Sedangkan karir perawat menurut
Depkes (2006) merupakan sistem untuk meningkatkan kinerja dan profesionalisme
sesuai dengan bidang pekerjaan melalui peningkatan kompetensi.
Karir merupakan suatu deretan posisi yang yang diduduki oleh seseorang selama
perjalanan usianya (Robins, 2006). Karir diartikan sebagai semua pekerjaan yang
dipegang seseorang selama kehidupan dalam pekerjaannya (Davis & Werther, 96
dalam Meldona 2009). Sistem pengembangan karir menurut Bernardin dan Russel
(1993, dalam Sulistiyani & Rosidah 2003) adalah usaha secara formal dan
terorganisir serta terecana untuk mencapai keseimbangan antara kepentingan karir
individu dengan organisasi secara keseluruhan. Sedangkan karir perawat menurut
Depkes (2006) merupakan sistem untuk meningkatkan kinerja dan profesionalisme
sesuai dengan bidang pekerjaan melalui peningkatan kompetensi.
Sistem jenjang karir profesional memuat tiga aspek yang saling berhubungan, yaitu
kinerja, orientasi profesional dan kepribadian perawat, serta kompetensi yang
menghasilkan kinerja profesional (Depkes, 2006). Komponen utama karir terdiri dari
alur karir, tujuan karir, perencanaan karir dan pengembangan karir. Alur karir adalah
pola pekerjaan yang berurutan yang membentuk karir seseorang. Tujuan karir
merupakan pernyataan tentang posisi masa depan dimana seseorang berupaya
mencapainya sebagai bagian dari karir hidupnya. Tujuan ini menunjukkan
kedudukan seseorang sepanjang karir pekerjaannya. Perencanaan karir merupkan
proses dimana seseorang menyeleksi tujuan karir dan arus karir untuk mencapai
tujuan tersebut, sedangkan pengembangan karir seseorang meliputi perbaikan-
perbaikan personal yang dilakukan untuk mencapai rencana dan tujuan karirnya.
Pencapaian tujuan dan rencana karir seseorang tidak hanya ditentukan oleh sistem
karir yang ditetapkan di tempat kerja tersebut. Perawat sebagai individu yang
merupakan SDM yang bekerja pada suatu organisasi pelayanan kesehatan/ rumah
sakit, mempunyai peran yang besar dalam pencapaian karir perawat itu sendiri. Hal
ini sejalan dengan teori Davis dan Werther (1996, dalam Meldona, 2009) yang
menguraikan lima faktor yang terkait dengan karir, meliputi; keadilan dalam karir,
perhatian dengan penyeliaan, kesadaran tentang kesempatan, minat pekerja dan
kepuasan karir.
Depkes RI pada Tahun 2006 menyusun pedoman jenjang karir bagi perawat, yang
didalamnya dijelaskan penjenjangan karir perawat profesional yang meliputi perawat
klinik, perawat manajer, perawat pendidik dan perawat peneliti. Selanjutnya, Dep kes
RI mengatur jenjang karir profesional perawat klinik kedalam lima tingkatan, sebagai
berikut:
1. Perawat Klinik I (PK I)
Perawat klinik I (Novice) adalah perawat lulusan D-III telah memiliki
pengalaman kerja 2 tahun atau Ners (lulusan S-1 Keperawatan plus pendidikan
profesi) dengan pengalaman kerja 0 tahun, dan mempunyai sertifikat PK-I.
2. Perawat Klinik II (PK II)
Perawat klinik II (Advance Beginner) adalah perawat lulusan D III Keperawatan
dengan pengalaman kerja 5 tahun atau Ners (lulusan S-1 Keperawatan plus
pendidikan profesi) dengan pengalaman kerja 3 tahun, dan mempunyai sertifikat
PK-II
3. Perawat Klinik III (PK III)
Perawat klinik III (competent) adalah perawat lulusan D III Keperawatan dengan
pengalaman kerja 9 tahun atau Ners (lulusan S-1 Keperawatan plus pendidikan
profesi) dengan pengalaman klinik 6 tahun atau Ners Spesialis dengan
pengalaman kerja 0 tahun, dan memiliki sertifikat PK-III. Bagi lulusan D-III
keperawatan yang tidak melanjutkan ke jenjang S-1 keperawatan tidak dapat
melanjutkan ke jenjang PK-IV dan seterusnya.
4. Perawat Klinik IV (PK IV)
Perawat klinik IV (Proficient) adalah Ners (lulusan S-1 Keperawatan plus
pendidikan profesi) dengan pengalaman kerja 9 tahun atau Ners Spesialis
dengan pengalaman kerja 2 tahun, dan memiliki sertifikat PK-IV, atau Ners
Spesialis Konsultan dengan pengalaman kerja 0 tahun.
5. Perawat Klinik V (PK V)
Perawat klinik V (Expert) adalah Ners Spesialis dengan pengalaman kerja 4
tahun atau Ners Spesialis Konsultan dengan pengalaman kerja 1 tahun, dan
memiliki sertifikat PK-V

C. KEWENANGAN KERJA KLINIS PERAWAT


Kewenangan Kerja Klinis adalah uraian intervensi keperawatan dan kebidanan yang
dilakukan oleh tenaga keperawatan sesuai dengan area prakteknya.
Dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien, seluruh perawat dan bidan
harus dipastikan kompetensinya sesuai dengan jenjang klinis yang dimiliki. Masing-
masing jenjang klinis memiliki kompetensi, dan standar kompetensi klinis itulah yang
dijadikan landasan dalam penyusunan Kewenangan Kerja Klinis.
Dalam daftar kewenangan klinis ini dibagi menjadi lima kelompok sesuai dengan
jenjang klinis yaitu :
1. Kewenangan Klinis Perawat Klinik I
a. Memberikan keperawatan dasar
b. Memberikan askep dengan bimbingan dari perawat klinik lebih tinggi
c. Melakukan pendidikan kesehatan pada klien & melakukan dokumentasi
askep
d. Melakukan pendidikan kesehatan kepada keluarganya
e. Kolaborasi dengan profesi lain
2. Kewenangan Klinis Perawat Klinik II
a. Memberikan keperawatan dasar dalam lingkup keperawatan medikal bedah/
maternitas/ pediatrik/ jiwa/ komunitas/ gawat darurat tanpa komplikasi/
tidak komplek dengan bimbingan terbatas dari perawat klinik yang lebih
tinggi
b. Melakukan tindakan kolaborasi dengan profesi lain
c. Melakukan dokumentasi askep
d. Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi klien & keluarganya serta bagi
perawat klinik pada tingkat di bawahnya
e. Membimbing PK I

3. Kewenangan Klinis Perawat Klinik III


a. Memberikan keperawatan dasar pd klien dlm lingkup keperawatan: medikal
bedah/ maternitas/ pediatrik/ jiwa/ komunitas/ gawat darurat dengan
komplikasi/kompleks
b. Melakukan tindakan keperawatan khusus dengan risiko
c. Melakukan konseling kepada klien
d. Melakukan rujukan keperawatan
e. Melakukan askep dengan keputusan secara mandiri (tanpa bimbingan)
f. Melakukan dokumentasi askep
g. Melakukan kolaborasi dengan profesi lain
h. Melakukan pendidikan kesehatan bagi pasien, keluarga
i. Membimbing PK II
j. Mengidentifikasi hal-hal yang perlu diteliti lebih lanjut
4. Kewenangan Klinis Perawat Klinik IV
a. Memberikan askep khusus atau sub-spesialisasi.
b. Melakukan tindakan keperawatan khusus atau sub spesialis dengan
keputusan secara mandiri
c. Melakukan bimbingan bagi PK III
d. Melakukan dokumentasi askep
e. Melakukan kolaborasi dengan profesi lain
f. Melakukan konseling kepada pasien
g. Melakukan pendidikan kesehatan bagi pasien, keluarga
h. Membimbing peserta didik keperawatan
i. Mengidentifikasi hal-hal yang perlu diteliti lebih lanjut
5. Kewenangan Klinis Perawat Klinik V
a. Memberikan askep khusus atau sub-spesialisasi dalam lingkup medikal
bedah/ maternitas/ pediatrik/ jiwa/ komunitas/ gawat darurat
b. Melakukan tindakan keperawatan khusus atau sub-spesialis dengan
keputusan secara mandiri
c. Melakukan bimbingan bagi PK IV
d. Melakukan dokumentasi askep
e. Melakukan kolaborasi dengan profesi lain
f. Melakukan konseling pada pasien
g. Melakukan pendidikan kesehatan bagi pasien & keluarga
h. Membimbing peserta didik keperawatan
i. Berperan sebagai konsultan dalam lingkup bidangnya
j. Berperan sebagai peneliti

Selain kategori berdasar jenjang klinik, juga dikelompokan berdasar area klinik
yang meliputi:
1. Area Klinik Keperawatan Medikal Bedah
2. Area Klinik Keperawatan Anak
3. Area Klinik Keperawatan Maternitas
4. Area Klinik Area Klinik Keperawatan Kritis
AREA KLINIS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

A. STANDAR KOMPETENSI KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


Merupakan standar yang harus dimiliki oleh perawat secara umum yang bekerja di
area layanan keperawatan medical bedah dengan kualifikasi sebagai berikut:
1. Karyawan tetap / kontrak
2. Lulus pendidikan formal minimal D-3 Keperawatan
3. Memiliki SIK dan STR perawat yang masih berlaku
4. Telah mengikuti Pelatihan BTCLS yang diselenggarakan institusi diklat yang
sudah terakreditasi dalam 5 tahun terakhir
5. Telah mengikuti pelatihan Kelas kompetensi keperawatan medical bedah sesuai
level PK-nya
6. Telah mengikuti pelatihan KMB dasar yang diselenggarakan institusi diklat yang
sudah terakreditasi
7. Minimal 3 tahun di jenjang karir PK sebelumnya
8. Telah melakukan intervensi spesifik keperawatan secara mandiri, kolaborasi dan
tugas tambahan minimal 10 kali untuk setiap tindakan dalam kurun waktu 3
tahun.
9. Tenaga keperawatan yang masih harus disupervisi dalam melaksanakan tindakan
keperawatan medikal bedah belum boleh melakukan tindakan mandiri sampai
dilakukan asesmen kompetensi berikutnya.
10. Pengisian logbook secara keseluruhan minimal 90 % untuk dapat diajukan dalam
proses Asesmen kompetensi
11. Rekomendasi Mitra Bestari tentang Clinical Nursing Privilege baik disetujui
maupun disetujui dengan supervisi secara keseluruhan dengan ketentuan:
a. > 90 % : Direkomendasikan untuk proses asesmen berikutnya
b. 70 % - 90 % : Direkomendasikan proses asesmen dengan catatan
c. < 70% : Tidak direkomendasikan proses asesmen, untuk
selanjutnya diserahkan kembali ke bidang keperawatan.
12. Apabila, setelah selesai asesmen maka rekomendasi Mitra Bestari tentang Clinical
Nursing Privilege terkait penentuan dalam pelaksanaan kredensial dengan
ketentuan:
a. > 90 % = Kompeten
b. 70 % - 90 % = Kompeten dengan Supervisi
c. < 70% = Belum Kompeten
13. Melaksanakan proses asesmen kompetensi secara sunguh – sungguh.
14. Mendapakan SPKK / Clinical Appointment dari Direktur RS

B. STANDAR KOMPETENSI KHUSUS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


Merupakan standar pencapaian kompetensi berdasarkan level Pknya yang harus
dipenuhi oleh seorang perawat medikal bedah.
1. Standar kompetensi PK I Medikal Bedah
AREA KLINIS KEPERAWATAN ANAK DAN BAYI

A. STANDAR KOMPETENSI KEPERAWATAN ANAK DAN BAYI


Merupakan standar yang harus dimiliki oleh perawat secara umum yang bekerja di
area layanan keperawatan medical bedah dengan kualifikasi sebagai berikut:
1. Karyawan tetap / kontrak
2. Lulus pendidikan formal minimal D-3 Keperawatan
3. Memiliki SIK dan STR perawat yang masih berlaku
4. Telah mengikuti Pelatihan Keperawatan Anak yang diselenggarakan institusi
diklat yang sudah terakreditasi dalam 5 tahun terakhir
5. Telah mengikuti pelatihan Kelas kompetensi keperawatan anak sesuai level PK-
nya
6. Telah mengikuti pelatihan keperawatan anak dasar yang diselenggarakan
institusi diklat yang sudah terakreditasi
7. Minimal 3 tahun di jenjang karir PK sebelumnya
8. Telah melakukan intervensi spesifik keperawatan secara mandiri, kolaborasi dan
tugas tambahan minimal 10 kali untuk setiap tindakan dalam kurun waktu 3
tahun.
9. Tenaga keperawatan yang masih harus disupervisi dalam melaksanakan tindakan
keperawatan anak belum boleh melakukan tindakan mandiri sampai dilakukan
asesmen kompetensi berikutnya.
10. Pengisian logbook secara keseluruhan minimal 90 % untuk dapat diajukan dalam
proses Asesmen kompetensi
11. Rekomendasi Mitra Bestari tentang Clinical Nursing Privilege baik disetujui
maupun disetujui dengan supervisi secara keseluruhan dengan ketentuan:
a. > 90 % : Direkomendasikan untuk proses asesmen berikutnya
b. 70 % - 90 % : Direkomendasikan proses asesmen dengan catatan
c. < 70% : Tidak direkomendasikan proses asesmen, untuk
selanjutnya diserahkan kembali ke bidang keperawatan.
12. Apabila, setelah selesai asesmen maka rekomendasi Mitra Bestari tentang
Clinical Nursing Privilege terkait penentuan dalam pelaksanaan kredensial
dengan ketentuan:
a. > 90 % : Kompeten
b. 70 % - 90 % : Kompeten dengan Supervisi
c. < 70% : Belum Kompeten
13. Melaksanakan proses asesmen kompetensi secara sunguh – sungguh.
14. Mendapakan SPKK / Clinical Appointment dari Direktur RS

B. STANDAR KOMPETENSI KHUSUS KEPERAWATAN ANAK DAN BAYI


Merupakan standar pencapaian kompetensi berdasarkan level PK-nya yang harus
dipnuhi oleh seseorang perawat anak dan bayi.
1. Standar Kompetensi PK 1 Anak dan Bayi
AREA KLINIS KEPERAWATAN MATERNITAS/ KEBIDANAN

A. STANDAR KOMPETENSI KEPERAWATAN MATERNITAS


Merupakan standar yang harus dimiliki oleh perawat secara umum yang bekerja di
area layanan keperawatan maternitas dengan kualifikasi sebagai berikut:
1. Karyawan tetap / kontrak
2. Lulus pendidikan formal minimal D-3 Keperawatan
3. Memiliki SIK dan STR perawat yang masih berlaku
4. Telah mengikuti Pelatihan Maternitas yang diselenggarakan institusi diklat yang
sudah terakreditasi dalam 5 tahun terakhir
5. Telah mengikuti pelatihan Kelas kompetensi keperawatan maternitas sesuai level
PK-nya
6. Telah mengikuti pelatihan Keperawatan Maternitas dasar yang diselenggarakan
institusi diklat yang sudah terakreditasi
7. Minimal 3 tahun di jenjang karir PK sebelumnya
8. Telah melakukan intervensi spesifik keperawatan secara mandiri, kolaborasi dan
tugas tambahan minimal 10 kali untuk setiap tindakan dalam kurun waktu 3
tahun.
9. Tenaga keperawatan yang masih harus disupervisi dalam melaksanakan tindakan
keperawatan maternitas belum boleh melakukan tindakan mandiri sampai
dilakukan asesmen kompetensi berikutnya.
10. Pengisian logbook secara keseluruhan minimal 90 % untuk dapat diajukan dalam
proses Asesmen kompetensi
11. Rekomendasi Mitra Bestari tentang Clinical Nursing Privilege baik disetujui
maupun disetujui dengan supervisi secara keseluruhan dengan ketentuan:
a. > 90 % : Direkomendasikan untuk proses asesmen berikutnya
b. 70 % - 90 % : Direkomendasikan proses asesmen dengan catatan
c. < 70% : Tidak direkomendasikan proses asesmen, untuk
selanjutnya diserahkan kembali ke bidang keperawatan.
12. Apabila, setelah selesai asesmen maka rekomendasi Mitra Bestari tentang
Clinical Nursing Privilege terkait penentuan dalam pelaksanaan kredensial
dengan ketentuan:
a. > 90 % : Kompeten
b. 70 % - 90 % : Kompeten dengan Supervisi
c. < 70% : Belum Kompeten
13. Melaksanakan proses asesmen kompetensi secara sunguh – sungguh.
14. Mendapakan SPKK / Clinical Appointment dari Direktur RS.

B. STANDAR KOMPETENSI KHUSUS KEPERAWATAN MATERNITAS


Merupakan standar pencapaian kompetensi berdasarkan level PK-nya yang harus
dipenuhi oleh seseoang perawat maternitas.
1. Standar Kompetensi PK 1 Maternitas
AREA KLINIS KEPERAWATAN KRITIS

A. STANDAR KOMPETENSI KEPERAWATAN KRITIS


Merupakan standar yang harus dimiliki oleh perawat secara umum yang bekerja di area
layanan keperawatan kritis dengan kualifikasi sebagai berikut:
1. Karyawan tetap / kontrak
2. Lulus pendidikan formal minimal D-3 Keperawatan
3. Memiliki SIK dan STR perawat yang masih berlaku
4. Telah mengikuti Pelatihan BTCLS, PPGD, pealtihan intensive care, atau pelatihan
anestesi yang diselenggarakan institusi diklat yang sudah terakreditasi dalam 5
tahun terakhir
5. Telah mengikuti pelatihan Kelas kompetensi keperawatan kritis sesuai level PK-
nya
6. Telah mengikuti pelatihan keperawatan kritis dasar yang diselenggarakan institusi
diklat yang sudah terakreditasi
7. Minimal 3 tahun di jenjang karir PK sebelumnya
8. Telah melakukan intervensi spesifik keperawatan secara mandiri, kolaborasi dan
tugas tambahan minimal 10 kali untuk setiap tindakan dalam kurun waktu 3 tahun.
9. Tenaga keperawatan yang masih harus disupervisi dalam melaksanakan tindakan
keperawatan kritis belum boleh melakukan tindakan mandiri sampai dilakukan
asesmen kompetensi berikutnya.
10. Pengisian logbook secara keseluruhan minimal 90 % untuk dapat diajukan dalam
proses Asesmen kompetensi
11. Rekomendasi Mitra Bestari tentang Clinical Nursing Privilege baik disetujui
maupun disetujui dengan supervisi secara keseluruhan dengan ketentuan:
a. > 90 % : Direkomendasikan untuk proses asesmen berikutnya
b. 70 % - 90 % : Direkomendasikan proses asesmen dengan catatan
c. < 70% : Tidak direkomendasikan proses asesmen, untuk
selanjutnya diserahkan kembali ke bidang keperawatan.
12. Apabila, setelah selesai asesmen maka rekomendasi Mitra Bestari tentang Clinical
Nursing Privilege terkait penentuan dalam pelaksanaan kredensial dengan
ketentuan:
a. > 90 % : Kompeten
b. 70 % - 90 % : Kompeten dengan Supervisi
c. < 70% :
d. Belum Kompeten
13. Melaksanakan proses asesmen kompetensi secara sunguh – sungguh.
14. Mendapakan SPKK / Clinical Appointment dari Direktur RS

B. STANDAR KOMPETENSI KHUSUS KEPERAWATAN KRITIS


Merupakan standar pencapaian kompetensi berdasarkan level PK-nya yang harus
dipenuhi oleh seorang perawat area kritis.
1. Standar Kompetensi PK 1 Critical Care

2. Standar Kompetensi PK II Critical Care

3. Standar Kompetensi PK III Critical Care


AREA KLINIS KEPERAWATAN KAMAR BEDAH

A. STANDAR KOMPETENSI KEPERAWATAN KAMAR BEDAH


Merupakan standar yang harus dimiliki oleh perawat secara umum yang bekerja di area
layanan keperawatan kamar operasi dengan kualifikasi sebagai berikut:
1. Karyawan tetap / kontrak
2. Lulus pendidikan formal minimal D-3 Keperawatan
3. Memiliki SIK dan STR perawat yang masih berlaku
4. Telah mengikuti Pelatihan pelatihan keperawatan kamar bedah atau anestesi yang
diselenggarakan institusi diklat yang sudah terakreditasi dalam 5 tahun terakhir
5. Telah mengikuti pelatihan Kelas kompetensi keperawatan kamar operasi sesuai
level PK-nya
6. Telah mengikuti pelatihan keperawatan kamar bedah atau anestesi dasar yang
diselenggarakan institusi diklat yang sudah terakreditasi
7. Minimal 3 tahun di jenjang karir PK sebelumnya
8. Telah melakukan intervensi spesifik keperawatan secara mandiri, kolaborasi dan
tugas tambahan minimal 10 kali untuk setiap tindakan dalam kurun waktu 3 tahun.
9. Tenaga keperawatan yang masih harus disupervisi dalam melaksanakan tindakan
keperawatan kamar bedah atau anestesi belum boleh melakukan tindakan mandiri
sampai dilakukan asesmen kompetensi berikutnya.
10. Pengisian logbook secara keseluruhan minimal 90 % untuk dapat diajukan dalam
proses Asesmen kompetensi
11. Rekomendasi Mitra Bestari tentang Clinical Nursing Privilege baik disetujui
maupun disetujui dengan supervisi secara keseluruhan dengan ketentuan:
a. > 90 % : Direkomendasikan untuk proses asesmen berikutnya
b. 70 % - 90 % : Direkomendasikan proses asesmen dengan catatan
c. < 70% : Tidak direkomendasikan proses asesmen, untuk
selanjutnya diserahkan kembali ke bidang keperawatan.
12. Apabila, setelah selesai asesmen maka rekomendasi Mitra Bestari tentang Clinical
Nursing Privilege terkait penentuan dalam pelaksanaan kredensial dengan
ketentuan:
a. > 90 % : Kompeten
b. 70 % - 90 % : Kompeten dengan Supervisi
c. < 70% : Belum Kompeten
13. Melaksanakan proses asesmen kompetensi secara sunguh – sungguh.
14. Mendapakan SPKK / Clinical Appointment dari Direktur RS

B. STANDAR KOMPETENSI KHUSUS KEPERAWATAN KAMAR BEDAH


Merupakan standar pencapaian kompetensi berdasarkan level PK-nya yang harus
dipenuhi oleh seorang perawat kamar bedah.
1. Standar Kompetensi PK I Kamar Bedah

2. Standar Kompetensi PK II Kamar Bedah

Anda mungkin juga menyukai