Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN HASIL STUDY BANDING KOMITE KEPERAWATAN

RSU BHAKTI RAHAYU DENPASAR


TANGGAL 20-21 APRIL 2017

DISUSUN OLEH
KOMITE KEPERAWATAN
RSU BHAKTI RAHAYU DENPASAR
KOMITE KEPERAWATAN

I.PENDAHULUAN

Tenaga keperawatan merupakan bagian dari tim kesehatan rumah sakit dengan porsi
yang paling banyak. Apalagi perawat dinilai sebagai citra rumah sakit itu sendiri karena
cermin pelayanan terbanyak bisa dilihat dari kualitas pelayanan perawat. Hal inilah yang
seringkali menjadi salah satu indikator mutu pelayanan yang berkualitas. Maka dari itu
berdasarkan Permenkes No. 49 tahun 2013 tentang Komite Keperawatan Rumah Sakit,
komite keperawatan perlu dibentuk karena untuk meningkatkan profesionalisme, pembinaan
etik dan disiplin, serta menajamin mutu pelayanan kesehatan dan melindungi keselamatan
pasien.
Menurut Permenkes No. 49 tahun 2013 tentang Komite Keperawatan Rumah Sakit,
Komite Keperawatan adalah wadah atau organisasi non-struktural rumah sakit dengan
keanggotaan dari tenaga keperawatan (perawat dan bidan). Susunan organisasi dari komite
ini yaitu ketua komite, sekretaris komite, dan subkomite (kredensial, mutu profesi, serta etik
dan disiplin)
A.LATAR BELAKANG
Komite Keperawatan sendiri merupakan wadah non-struktural rumah sakit yang
mempunyai tugas utama mempertahankan dan meningkatkan profesionalisme tenaga
keperawatan melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu dan pemeliharaan etik dan disiplin
profesi (Permenkes RI Nomor 49 Tahun 2013 Tentang Komite Keperawatan RS ). Proses
kredensial dan pemberian kewenangan klinis merupakan tugas dan wewenang Komite
Keperawatan yang penting. Adanya mekanisme kewenangan klinis memberikan peluang pada
RS mengendalikan para praktisi keperawatan melalui komite keperawatan. Komite keperawatan
RS mempunyai kewenangan untuk mengevaluasi kewenangan klinis praktisi keperawatan
termasuk mengambil tindakan disiplin, serta korektif pencabutan dan penangguhan kewenangan
klinis tertentu. Kredensial merupakan elemen kunci dalam menurunkan risiko litigasi ( gugatan
hukum di pengadilan ) terhadap RS dan tenaga keperawatan yang bekerja didalamnya. Evaluasi
tenaga keperawatan untuk rekredensial juga perlu dilakukan meskipun lebih sulit dilakukan
secara objektif. Proses kredensial yang efektif dapat menurunkan risiko adverse event pada
pasien dengan meminimalkan kesalahan tindakan yang diberikan oleh tenaga keperawatan
tertentu yang memegang kewenangan klinis tertentu di RS.
Setelah tenaga kesehatan memperoleh kewenangan klinik, maka dilakukan
perawatan/penjagaan/penjaminan terhadap profesionalismenya. Pengembangan profesi dan audit
keperawatan merupakan dua hal lain yang menjadi tugas dan wewenang Komite Keperawatan
untuk menjaga profesionalisme mereka. Keselamatan pasien dapat ditingkatkan dengan
memperbaiki system terutama pada kebiasaan-kebiasaan rutin keperawatan di RS,seperti: ronde
keperawatan, cara membuat dokumentasi keperawatan, diskusi refleksi kasus, program pelatihan,
dan peninjauan terhadap PAK ( Panduan Asuhan Keperawatan ) dan SPO. Komite Keperawatan
perlu memperhatikan tugas ini karena merupakan fungsi mempertahankan profesionalisme
praktisi keperawatan di RS.
Mekanisme terakhir yang dilakukan oleh Komite Keperawatan setelah kredensial dan
penjagaan mutu adalah penjaminan etik dan disiplin. Kemudian melalui proses kredensial
ulang(rekredensial) dan evaluasi terhadap kewenangan klinis, seorang perawat dan bidan dapat
disingkirkan dari pelayanan kepada pasien dengan mencabut kewenangan klinis untuk
melakukan tindakan tertentu berdasarkan rekomendasi Komite Keperawatan. Setiap tenaga
keperawatan harus memiliki disiplin profesi yang tinggi dalam memberikan asuhan keperawatan
dan kebidanan serta menerapkan etika profesi dalam praktiknya. Dalam penanganan asuhan baik
medis keperawatan dan kebidanan, tidak jarang dijumpai kesulitan dalam pengambilan
keputusan etis sehingga diperlukan adanya suatu unit kerja yang dapat membantu memberikan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan etis tersebut.
B. TUJUAN
Komite keperawatan bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan
(perawat dan bidan) serta mengatur tata kelola klinis yang baik agar mutu pelayanan
keperawatan dan pelayanan kebidanan yang berorientasi pada keselamatan pasien RS lebih
terjamin dan terlindungi
II.KEGIATAN
III.HASIL KEGIATAN
FUNGSI DAN TUGAS
Menurut Permenkes No. 49 tahun 2013, fungsi dari komite keperawatan yaitu meningkatkan
profesionalisme tenaga keperawatan yang bekerja di rumah sakit dengan cara:
1. melakukan kredensial bagi seluruh tenaga keperawatan yang akan melakukan
pelayanan keperawatan dan kebidanan di rumah sakit;
2. memelihara mutu profesi tenaga keperawatan; dan
3. menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi perawat dan bidan.
Menurut Permenkes No. 49 tahun 2013, tugas dari komite keperawatan sesuai dengan
fungsinya masing-masing, yaitu sebagai kredensial, memelihara mutu profesi, serta menjaga
etika dan disiplin profesi. Berikut adalah penjabaran tujuan dari masing-masing fungsi:
1. Kredensial
Tugasnya:
a. Menyusun kewenangan klinis
b. Menyusun buku putih (dokumen yang berisi syarat-syarat bagi tenaga keperawatan
yang digunakan untuk kewenangan klinis). Buku ini disusun oleh komite
keperawatan dengan melibatkan Mitra Bestari dari berbagai unsur organisasi
profesi keperawatan dan kebidanan, kolegium keperawatan, unsur pendidikan
tinggi keperawatan dan kebidanan.
c. Menerima hasil verifikasi persyaratan kredensial (ijazah, STR, sertifikasi
kompetensi, logbook capaian kinerja, surat pernyataan menyelesaikan orientasi
rumah sakit atau unit tertentu bagi perawat baru, dan surat hasil pemeriksaan
kesehatan).
d. Merekomendasikan tahapan proses kredensial:
Hal yang harus ada sebelum melakukan kredensial adalah ada panitia ad hoc, ada
buku putih yang menjadi dasar panduan kredensial ataupun rekredensial, dan ada
daftar kewenangan klinis yang telah disusun oleh panitia ad hoc dan disahkan oleh
direktur. Berikut tahapan proses kredensial:
1) Perawat atau bidan mengajukan permohonan untuk memperoleh kewenangan
klinis kepada ketua komite keperawatan.
2) Ketua komite keperawatan menugaskan subkomite kredensial untuk melakukan
proses kredensial.
3) Subkomite membentuk panitia ad hoc (tenaga perawat rumah sakit dan mitra
bestari) untuk melakukan review, verifikasi dan evaluasi dengan berbagai
metode (porto folio, asesmen kompetensi)
4) Subkomite memberikan laporan hasil kredensial sebagai bahan rapat
menentukan kewenangan klinis bagi tiap tenaga keperawatan.
5) Direktur mengeluarkan Penugasan Klinis terhadap perawat/bidan yang
bersangkutan.
e. Merekomendasikan pemulihan kewenangan klinis
f. Melakukan kredensial ulang secara berkala (sesuai waktu yang ditentukan oleh
komite keperawatan)
g. Membuat laporan seluruh proses kredensial

2. Mutu profesi
Tugasnya:
a. Menyusun data dasar profil tenaga keperawatan sesuai area praktik berkoordinasi
dengan bidang keperawatan.
b. Merekomendasikan perencanaan pengembangan profesional berkelanjutan tenaga
keperawatan
c. Melakukan audit asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan dengan cara:
1) pemilihan topik yang akan dilakukan audit;
2) penetapan standar dan kriteria;
3) penetapan jumlah kasus/sampel yang akan diaudit;
4) membandingkan standar/kriteria dengan pelaksanaan
pelayanan;
5) melakukan analisis kasus yang tidak sesuai standar dan
kriteria;
6) menerapkan perbaikan;
7) rencana reaudit.
d. Memfasilitasi proses pendampingan sesuai kebutuhan
3. Etika dan disiplin profesi
Tugasnya:
a. Melakukan sosialisasi kode etik profesi tenaga keperawatan;
b. Melakukan pembinaan etik dan disiplin profesi tenaga keperawatan;
c. Melakukan penegakan disiplin profesi keperawatan dan kebidanan;
d. Merekomendasikan penyelesaian masalah-masalah pelanggaran disiplin dan
masalah-masalah etik dalam kehidupan profesi dan asuhan keperawatan dan asuhan
kebidanan;
e. Merekomendasikan pencabutan Kewenangan Klinis dan/atau surat Penugasan
Klinis (clinical appointment);
f. Memberikan pertimbangan dalam mengambil keputusan etis dalam asuhan
keperawatan dan asuhan kebidanan dengan melibatkan panitia ad hoc.

g. Melakukan tindak lanjut keputusan berupa:


1) Pelanggaran etik direkomendasikan kepada organisasi profesi keperawatan dan
kebidanan di rumah sakit melalui ketua komite.
2) Pelanggaran disiplin profesi diteruskan kepada direktur medis dan keperawatan
melalui ketua komite.
3) Rekomendasi pencabutan kewenangan klinis diusulkan kepada ketua komite
untuk diteruskan kepada direktur rumah sakit.
PENGORGANISASIAN

Sumber:Permenkes RI No.49 Tahun 2013 tentang Komite Keperawatan Rumah Sakit

rekruitmen Training 3 bulan Uji kompetensi: Kredensialing


(sub sie keperawatan) assesmen oleh (komite
assessor,hasil keperawatan)
assesmen (sub sie
keperawatan)

Penugasan kerja Pemberian


sesuai area (sub sie penugasan klinik
keperawatan) (Direktur RS)
Kewenangan Komite Keperawatan
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Komite Keperawatan memiliki kewenangan sebagai
berikut:
Memberikan rekomendasi rincian kewenangan klinis
Memberikan rekomendasi perubahan kewenangan klinis
Memberikan rekomendasi penolakan kewenangan klinis
Memberikan rekomendasi Surat Penugasan Klinik
Memberikan rekomendasi tindak lanjut audit keperawatan dan kebidanan
Memberikan rekomendasi pendidikan keperawatan dan pendidikan bidan berkelanjutan
Memberikan rekomendasi pendampingan tindakan disiplin
Hubungan koordinasi Komite Keperawatan dan Direktur RS
Direktur RS menetapkan kebijakan, prosedur dan sumber daya yang diperlukan untuk
menjalankan fungsi dan tugas Komite keperawatan. Mengingat pengurus Komite keperawatan
ditetapkan dengan SK Direktur,maka Komite keperawatan bertanggungjawab kepada Direktur.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya komite keperawatan dapat dibantu oleh panitia ad-hoc
yang ditetapkan oleh Direktur RS berdasarkan usulan komite keperawatan. Panitia ad-hoc
tersebut berasal dari tenaga keperawatan yang tergolong sebagai Mitra Bestari, yang bisa berasal
dari RS lain, Organisasi Profesi Perawat, Organisasi Profesi Bidan dan/atau Institusi Pendidikan
Keperawatan/Kebidanan atau dari perawat RS yang dianggap berkompeten dibidangnya dan
memiliki sertifikat acessor.
Sebagai landasan dalam pembinaan keprofesian, Komite Keperawatan menyusun
Peraturan Internal Staff Keperawatan(Nursing Staff by Law) yang mengacu kepada Peraturan
Internal Rumah Sakit

IV.PEMBAHASAN
A. KESIMPULSN
B. SARAN
V.PENUTUP

Sebagai landasan dalam pembinaan keprofesian, Komite


Keperawatan menyusun Peraturan Internal Staff Keperawatan
(Nursing Staff by Law) yang mengacu kepada Peraturan Internal
Rumah Sakit (Hospital by Law) dan peraturan perundangan yang
berlaku. Peraturan Internal Staff Keperawatan yang disusun
disahkan oleh Direktur Rumah Sakit sebagai panduan bagi
Komite Keperawatan dan Staff Keperawatan dalam
melaksanakan tata kelola klinis yang baik di Rumah Sakit.
Mengingat Komite Keperawatan ditetapkan dengan SK
Direktur, maka kepengurusan Komite Keperawatan berhak
mendapatkan insentif sesuai dengan aturan dan kebijakan
Rumah Sakit. Pelaksanaan kegiatan Komite Keperawatan
didanai dengan anggaran Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
7. Hubungan Komite Keperawatan dengan Bidang
Keperawatan
Komite Keperawatan bekerjasama dan melakukan
koordinasi dengan Bidang Keperawatan serta saling
memberikan masukan tentang perkembangan profesi
keperawatan dan kebidanan di rumah sakit.
8. Pembinaan dan Pengawasan Komite Keperawatan
Secara nasional dilakukan oleh Menteri Kesehatan melalui
Direktorat Keperawatan. Pada tingkat Provinsi dilakukan oleh
Badan Pengawas Rumah Sakit Provinsi dan Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi. Pada tingkat Kabupaten/Kota dilakukan oleh
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Dewan
Pengawas. Pengawasan dan pembinaan juga dilakukan oleh
perhimpunan/asosiasi perumahsakitan dengan melibatkan
Komite Keperawatan di Rumah Sakit
18
organisasi profesi yang terkait sesuai dengan tugas dan
fungsinya masing-masing.
Pembinaan dan pengawasan tersebut dimaksudkan untuk
meningkatkan kinerja Komite Keperawatan dalam rangka
menjamin mutu pelayanan keperawatan dan kebidanan serta
keselamatan pasien di Rumah Sakit. Kegiatan pembinaan dan
pengawasan tersebut melalui :
a. Advokasi, sosialisasi dan bimbingan teknis
b. Pelatihan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia
c. Monitoring dan evaluasi
Dalam rangka pembinaan Komite Keperawatan, Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi, Kepala Dinas Kabupaten/Kota dapat
memberikan sanksi administratif berupa teguran lisan dan
teguran tertulis.
C. Issue strategis tentang Komite Keperawatan
6. Hubungan koordinasi Komite Keperawatan dan Direktur
Rumah Sakit
Direktur Rumah Sakit menetapkan kebijakan, prosedur dan
sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan fungsi dan
tugas Komite Keperawatan. Mengingat pengurus Komite
Keperawatan ditetapkan dengan SK Direktur, maka Komite
keperawatan bertanggung jawab kepada Direktur.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya Komite
Keperawatan dapat

Anda mungkin juga menyukai