Anda di halaman 1dari 68

KEPERAWATAN KELUARGA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KALUARGA DEWASA

Disusun untuk memenuhi Tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga

Disusun Oleh :

Kelompok 6
1. Devi Eftika (11212032)
2. Mega Dahlia (11212096)
3. Melisa Primadhani Dewi (11212099)
4. Nazaria Iswara (11212111)
5. Regiansyah Fahlevi (11212134)
6. Tiara Maghfiratin Jannah (11212176)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN NON REGULER


STIKes PERTAMEDIKA
2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT penulis dapat menyelesaikan tugas
mata kuliah Keperawatan Keluarga.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada dosen
pembimbing kami yang telah memberikan kesempatan dan memberi fasilitas sehingga makalah
ini dapat diselaikan dengan lancar sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik..
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis
pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari sempurna,
untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan
kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu berhubungan
dengan individu manusia. Keadaan yang harus disadari adalah setiap individu merupakan
bagian dari keluarga dan dikeluarga juga semua dapat diekspresikan. Asuhan keperawatan
keluarga yaitu suatu rangkaian kegitatan yang diberi via praktek keperawatan pada keluarga.
Asuhan keperawatan keluarga digunakan untuk membantu menyelesaikan masalah
kesehatan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Agar pelayanan
kesehatan yang diberikan dapat diterima oleh keluarga, maka perawat harus mengerti,
memahami tipe dan struktur keluarga, tahu tingkat pencapaian keluarga dalam melakukan
fungsinya dan perlu paham setiap tahap perkembangan keluarga dan tugas
perkembangannya.
Status sehat atau sakit dalam keluarga saling mempengaruhi satu sama lain. Suatu
penyakit dalam keluarga mempengaruhi seluruh keluarga dan sebaliknya mempengaruhi
jalanya suatu penyakit dan status kesehatan anggota keluarga. Keluarga cenderung dalam
pembuatan keputusan dan proses terapeutik pada setiap tahap sehat dan sakit pada para
anggota keluarga. Keluarga merupakan para anggota sebuah keluarga baiasanya hidup
bersama-sama dalam satu rumah tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka
tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah tangga mereka.
Pada keluarga dewasa merupakan tahap dimana semua anak akan pergi atau keluar
meninggalkan rumah atau orang tuanya. Didalam kehidupan keluarga dewasa dimana orang
tuanya akan merasa banyak kehilangan karena perginya anak-anak dari rumah. Pada
keluarga ini juga terdapat berbagai masalah yang dialami oleh keluarga itu sendiri. Dan
perawat sangat berperan penting dalam memenuhi kebutuhan yang berkaitan dengan
kesehatan kepada keluarga.
Dari data yang sudah kami sajikan tentang keluarga pada dewasa pertengahan, maka
disini kelompok tertarik untuk membahas lebih spesifik tentang konsep dan asuhan
keperawatan keluarga pada dewasa pertengahan , agar dapat memenuhi kebutuhan akan
informasi yang mengenai kesejahteraan hidup dan khususnya kesehatan, yang nantinya akan
kami bahas secara rinci dan mendalam pada bab selanjutnya.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk memahami aplikasi konsep dasar asuhan keperawatan keluarga dewasa
pertengahan.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep dasar keluarga.
b. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep keluarga dewasa.
c. Mahasiswa dapat menerapkan asuhan keperawatan keluarga dewasa.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Keluarga
1. Pengertian
Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan dari beberapa komponen yang
saling berinteraksi satu dengan lainnya (Logan’s, 2004). Keluarga adalah sebagaimana
sebuah kesatuan yang komplek dengan atribut yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa
komponen yang masing-masing mempunyai sebagaimana individu (Illis, 2004). Keluarga
adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih masing-masing mempunyai
hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak, dan nenek. (Raisner,
2009). Duvall (1986, dalam Ali, 2009 ), menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan
orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta
sosial dari setiap anggota keluraga.
Istilah keluarga akan menghadirkan gambaran adanya individu dewasa dan anak
yang hidup bersama secara harmonis dan memuaskan. Keluarga bukan sekedar gabungan
dan jumlah dari beberapa individual. Keluarga memiliki keragaman seperti anggota
individunya dan klien memiliki nilai – nilai tersendiri mengenai keluarganya yang harus
dihormati. Keluarga sebagai suatu kelompok hubungan yang indentifikasi klien sebagai
keluarga atau jaringan individu yang mempengaruhi kehidupan masing – masing tanpa
melihat adanya hubungan biologis atau pun hukum (Perry, 2009, hal 202).
Menurut (Friedman, 1998), membuat defenisi yang berorientasi pada tradisi dan
digunakan sebagai referensi secara luas :
a. Keluarga terdiri dari orang – orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan
ikatan adopsi.
b. Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama – sama dalam satu rumah, atau
jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut
sebagai rumah mereka.
c. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran – peran
sosial keluarga seperti suami-istri, ayah dan ibu, anak laki – laki dan anak perempuan,
saudara dan saudari.
d. Keluarga sama – sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang diambil dari
masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.

2. Tipe Keluarga
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola
kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe keluarga berkembang
mengikuti. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat
kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga (Suprajitno, 2004).
Menurut (Friedman, 2009), adapun tipe keluarga sebagai berikut :
a. Tipe keluarga tradisional
1) Keluarga Inti (The nuclear family)
Keluarga yang terdiri dari suami istri dan anak (kandung atau angkat).
2) Keluarga Dyad
Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.
3) Single Parent
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak (kandung atau angkat).
Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.
4) Single adult living alone
Suatu rumah tangga yang terdiri dari 1 orang dewasa hidup sendiri.
5) The childless
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah, bisa disebabkan karena mengejar
karir atau pendidikan.
6) Keluarga Besar (The extended family)
Keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah keluarga lain, seperti paman, bibi,
kakek, nenek dan lain-lain.
7) Commuter family
Kedua orang tua bekerja diluar kota, dan bisa berkumpul pada hari minggu atau
hari libur saja.
8) Multi generation
Beberapa generasi atau kelompok umum yang tinggal bersama dalam 1 rumah.
9) Kin-network family
Beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling berdekatan dan menggunakan
barang-barang pelayanan seperti dapur, sumur yang sama.
10) Blended family
Keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan membesarkan anak dari
perkawinan sebelumnya.

11) Keluarga usila


Keluarga terdiri dari suami dan istri yang ssudah usia lanjut, sedangkan anak sudah
memisahkan diri.
b. Tipe keluarga non tradisional
1) Keluarga Orang Tua Tunggal Tanpa Menikah (The unmerrid teenage mother).
Keluarga yang terdiri dari 1 orang dewasa terutama ibu dan anak dari hubungan
tanpa nikah.
2) The step parents family
Keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune family
Keluarga yang terdiri dari lebih dari satu paangan monogami yang menggunakan
fasilitas secara bersama.
4) The nonmarrital hetero seksual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa nikah.
5) Keluarga Homoseksual (Gay and lesbian family)
Seorang yang mempunyai persamaan seks tinggal dalam 1 rumah sebagaimana
pasangan suami istri.
6) Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena alasan tertentu.
7) Groupmarriage family
Beberapa orang dewasa yang telah merasa saling menikah berbagi sesuatu termasuk
seks dan membesarkan anak.
8) Group nertwork family
Beberapa keluarga inti yang dibatasi oleh norma dan aturan, hidup berdekatan dan
saling menggunakan barang yang sama dan bertanggung jawab membesarkan anak.
9) Foster family
Keluaraga yang menerima anak yang tidak ada hubungan saudara untuk waktu
sementara.
10) Home less family
Keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang permanen karena keadaan
ekonomi atau problem kesehatan mental.

11) Gang
Keluarga yang dekstruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional,
berkembang dalam kekerasan dan kriminal.

3. Fungsi Keluarga
Menurut (Friedman, 2009), mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga yaitu :
a. Fungsi afektif
Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis kekuatan
keluarga. Berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan
melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagian dan kegembiraan dari seluruh
anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif.
Hal tersebut dipelajari dan dikembangan melalui interaksi dan hubungan dalam kelurga.
Dengan demikian kelurga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh keluarga
dapat mengembangkan konsep diri yang positif. Komponen yang perlu dipenuhi oleh
keluarga dalam fungsi afektif adalah :
1) Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung
antar anggota keluarga. Setiap anggota yang mendapatkan kasih sayang dan
dukungan dari anggota yang lain maka kemampuan untuk memberikan kasih
sayang akan maningkat yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan
saling mendukung. Hubungan intim didalam keluarga merupakan modal dasar
memberi hubungan dengan orang lain diliat keluarga atau masyarakat.
2) Saling menghargai bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui
keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim
yang positif maka fungsi afektif akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi, ikatan dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup baru.
Ikatan anggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuian
pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus mengemban
proses identifikasi yang positif sehingga anak-anak dapat meniru perilaku yang
positif tersebut.
Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan kabahagian keluarga
keretakan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah kelurga timbul
karena fungsi afektif keluarga tidak terpenuhi.

b. Fungsi sosialisasi
Individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan
sosial. Sosialisasi dimulai sejak lahir, keluarga merupakan tempat individu untuk belajar
bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui
interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi.
Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya dan perilaku melalui
hubungan dan interaksi dengan keluaarga.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
d. Fungsi ekonomi
Keluarga memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang seperti kebutuhan makanan,
tempat tinggal dan lain sebagainya.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan yaitu
mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan merawat anggota keluarga yang sakit.
Kemampuan keluarga memberikan asuahan kesehatan mempengaruhi status kesehatan
keluarga. Kesanggupan kelurga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari
tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan.
Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :
1) Mengenal masalah.
2) Membuat keputusan tindakan yang tepat.
3) Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
4) Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.
5) Mempertahankan hubungan dengan fasilitas kesehatan masyarakat.

4. Dimensi Struktur Keluarga


Menurut (Friedman, 2009), struktur keluarga terdiri atas:
a. Pola dan proses komunikasi
Pola interaksi keluarga yang berfungsi:
1) Bersifat terbuka dan jujur.
2) Selalu menyelesaikan konflik keluraga.
3) Berfikir positif.
4) Tidak mengulang-ulang isu dan pendapatnya sendiri.
Karakteristik komunikasi keluarga yang berfungsi:

1) Karakteristik pengirim:
a) Yakin dalam mengemukakan pendapat.
b) Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas.
c) Selalu minta maaf dan menerima umpan balik.
2) Karakteristik penerima :
a) Siap mendengar.
b) Memberikan umpan balik.
c) Melakukan validasi.
b. Struktur peran
Peran adalah serangkaian prilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang
diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status individu dalam masyarakat
misalnya sebagai suami atau istri atau anak.
c. Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan dalam (potensial atau aktual) dari individu untuk
mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah prilaku seseorang kearah positif.
Tipe struktur kekuatan antara lain :
1) Legitimate power/authority : Hak untuk mengatur seperti orang tua pada anak.
2) Referent power : Seseorang yang ditiru.
3) Reword power : Pendapat ahli.
4) Coercive power : Dipaksakan sesuai keinginan.
5) Informational power : Pengaruh melalui persuasi.
6) Affectif power : Pengaruh melalui manipulasi cinta kasih.
d. Nilai –nilai dalam keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak,
memepersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan
suatu pedoman prilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma
adalah pola perilaku yang baik, menurut masyrakat bardasarkan sistem nilai dalam
keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan
ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.

5. Peran Perawat Keluarga


Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan pada keluarga
sebagai unti pelayanan untuk mewujudkan keluarga sehat. Fungsi perawat membantu
keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan
keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga (Suprajitno, 2004).
Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah sebagai berikut
(Suprajitno, 2004) :
a. Pendidik
Perawat perlu melakukan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar :
1) Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan secara mandiri.
2) Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga
b. Koordinator
Koordinasi diperlukan pada perawatan agar pelayanan komperhensif dapat dicapai.
Koordianasi juga diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai
disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan.
c. Pelaksanaan
Perawat dapat memberikan perawatan langsung kepada klien dan keluarga dengan
menggunakan metode keperawatan.
d. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan harus melaksanakan hime visit yang teratur untuk
mengidentifikasi dan melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga
e. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan. Agar
keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, hubungan perawat dan klien harus
terbina dengan baik, kemampuan perawat dalam menyampaikan informasi yang
disampaikan secara terbuka dapat dipercaya.
f. Kolaborasi
Bekerja sama dengan pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan anggota tim
kesehatan lain untuk mencapai kesehatan keluarga yang optimal.
g. Fasilisator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala seperti masalah sosial ekonomi,
sehingga perawat harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan seperti rujukan dan
penggunaan dana sehat.

h. Penemu kasus
Menemukan dan mengidentifikasi masalah secara dini di masyrakat sehingga
menghindari dari ledakan kasus atau wabah.
i. Modifikasi lingkungan
Mampu memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah maupun masyarakat agar
tercipta lingkungan sehat.

6. Tingkat Pencegahan
Mengembangkan sebuah kerangka kerja, yang disebut sebagai tingkat pencegahan,
yang digunakan untuk menjelaskan tujuan dari keperawatan keluarga. Tingkat pencegahan
tersebut mencakup seluruh spektrum kesehatan dan penyakit, juga tujuan-tujuan yang
sesuai untuk masing-masing tingkat. Leavell dkk. (1965, dalam Friedman, 1998). Ketiga
tingkatan tersebut adalah adalah :

a. Pencegahan primer yang meliputi peningkatan kesehatan ddan tindakan preventif


khusus yang dirancang untuk menjaga orang bebas dari penyakit dan cedera.
b. Pencegahan sekunder yang terdiri dari atas deteksi dini, diagnosa, dan pengobatan.
c. Pencegahan tertier, yang mencakup tahap penyembuhan dan rehabilitasi, dirancang
untuk meminimalkan ketidakmampuan klien dan memaksimalkan tingkat fungsinya.

Ketiga tingkat pencegahan itu, merupakan tujuan dari keperawatan keluarga. Tujuan -
tujuan tersebut terdiri atas peningkatan, pemeliharaan, pemulihan terhadap kesehatan
(Hanson, 1987 dalam Friedman, 1998). Peningkatan kesehatan merupakan pokok
terpenting dari keperawatan keluarga. Akan tetapi, sudah tentu, pendeteksian secara dini,
diagnosa dan pengobatan merupakan tujuan penting pula. Pencegahan tertier atau
rehabilitasi dan pemulihan kesehatan secara khusus menjadi tujuan yang penting bagi
keperawatan keluarga saat ini, mengingat perkembangan keperawatan kesehatan dirumah
dan pravelensi penyakit – penyakit kronis, serta ketidakberdayaan dikalangan lanjut usia
yang populasinya semakin meningkat dan cepat (Friedman, 1998).

B. Konsep Keperawatan Keluarga Dewasa


1. Karakteristik Keluarga Dewasa
Menurut Hurlock (1991: 247-252), ciri-ciri umum perkembangan fase usia dewasa awal
sebagai berikut:
a. Masa pengaturan, usia dewasa awal merupakan saat ketika seseorang mulai menerima
tanggungjawab sebagai orang dewasa.
b. Usia reproduktif, usia dewasa awal merupakan masa yang paling produktif untuk
memiliki keturunan, dengan memiliki anak, mereka akan memiliki peran baru sebagai
orang tua.
c. Masa bermasalah, pada usia dewasa awal akan muncul masalah-masalah baru yang
berbeda dengan masalah sebelumnya, diantaranya masalah pernikahan.
d. Masa ketegangan emosional, usia dewasa awal merupakan masa yang memiliki peluang
terjadinya ketegangan emosional, karena pada masa itu seseorang berada pada wilayah
baru dengan harapan-harapan baru, dan kondisi lingkungan serta permasalahan baru.
e. Masa keterasingan sosial, ketika pendidikan berakhir seseorang akan memasuki dunia
kerja dan kehidupan keluarga. Seiring dengan itu, hubungan dengan kelompok teman
sebaya semakin renggang.
f. Masa komitmen, pada usia dewasa awal seseorang akan menentukan pola hidup baru,
dengan memikul tanggungjawab baru dan memuat komitmen-komitmen baru dalam
kehidupan.
g. Masa ketergantungan, meskipun telah mencapai status dewasa dan kemandirian,
ternyata masih banyak orang dewasa awal yang tergantung pada pihak lain.
h. Masa perubahan nilai, jika orang dewasa awal ingin diterima oleh anggota kelompok
orang dewasa.
i. Masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru.
j. Masa kreatif, masa dewasa awal merupakan puncak kreativitas.

2. Tugas Perkembangan
Sudah umum diakui bahwa suatu perkembangan tidak berhenti pada waktu orang
mencapai kedewasaan fisik pada masa remaja atau kedewasaan sosial pada masa dewasa
awal. Selama manusia berkembang maka akan terjadi perubahan-perubahan yakni
perkembangan-perkembagan yang dialami oleh individu tersebut.
Perubahan tersebut terjadi pada fungsi biologis dan motoris, pengamatan dan berpikir,
motif-motif dan kehidupan afeksi, hubungan sosial serta integrasi masyarakat. Perubahan
fisik yang menyebabkan seseorang bekurang harapan hidupnyadisebut proses menjadi tua.
Proses ini merupakan sebagian dari pada keseluruhan proses menjadi tua. Proses ini
banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor kehidupan bersama dan faktor pribadi orang itu
sendiri, yaitu regulasi diri sendiri.
Perkembangan dalam arti tumbuh, bertambah besar, mengalami diferensiasi, yaitu
sebagai proses perubahan yang dinamis pada masa dewasa berjalan bersama keadaan
menjadi tua. Dalam hal ini ada tiga macam perubahan, yaitu dalam tubuh orang yang
menjadi tua, dalam kedudukan sosial, dan dalam pengalaman batinnya.
Berbagai perubahan ini terjadi selama hidup seseorang meskipun tidak harus terkait
pada usia tertentu secara eksak. Tempo dan bentuk akhir proses penuaan berbeda-beda
pada orang yang satu dengan orang yang lain.
Seperti halnya sulit untuk menentukan kapan dimulainya fase dewasa, begitu pula dirasa
sulit untuk menunjukkan kapan dimulainya proses menjadi tua. Hal itu sebetulnya tidak
terlalu penting bila pendapat mengenai orang lanjut usia tidak diwarnai oelh gambaran
citra yang negatif seperti yang ada pada masyarakat pada umumnya. (F.J. Monks. 2006.
323-324)
Berikut tugas perkembangan pada keluarga dewasa :
a. Mencari dan menemukan calon pasangan hidup
Setelah melewati masa remaja, golongan dewasa muda semakin memiliki
kematangan fisiologis (seksual) sehingga mereka siap melakukan tugas reproduksi,
yaitu mampu melakukakn hubungan seksual denga lawan jenisnya, asalkan memnuhi
persyaratan yang sah (perkawinan yang resmi). Untuk sementara waktu, dorongan
biolohid tersebut mungkin akan ditahan terlebih dahulu.
Mereka akan beruapaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk dijadikan
pasangan dalam perkawinan ataupun untuk membentuk kehidupan rumah tangga
berikutnya. Mereka akan menentukan kriteria usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku
bangsa tertentu, sebagai persyaratan pasangan hidupnya. Setiap orang mempunyai
kriteria yang berbeda-beda.
b. Membina kehidupan rumah tangga
Sikap yang mandiri merupakan langkah positif bagi mereka karena sekaligus
dijadikan sebagai persiapan untuk memaasuki kehidupan rumah tangga yang baru.
Namun, lebih dari itu, mereka juga harus dapat membentuk, membina,
danmengembangkan kehidupan rumah tangga dengan sebaik-baiknya agar dapat
mencapai kebahagiaan hidup.
c. Meniti karir dalam rangkan memantapkan kehidupan ekonomi rumah tangga
Usai menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU, akademi atau universitas,
umumnya dewasa muda memasuki dunia kerja, guna menerapkan ilmu dan keahliannya,
mereka berupaya menekuni karier sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki,
sertamemberi jaminan masa depan keuangan yang baik.
d. Menjadi warga negara yang bertanggung jawab
Warga negara yang baik adalah dambaan bagi setiap orang yang ingin hidup tenang,
damai, dan bahagia ditengah-tengah masyarakat. Syarat-syarat untuk menjadi warga
negara yang baik harus dipenuhi oleh seseorang, sesuai dengan norma sosial budaya
yang berlaku di masyarakat

3. Peran Perawat Pada Keluarga Dewasa


Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada sistem keluarga
meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota keluarga disepanjang
waktu. Perubahan ini terjadi melalui beberapa tahapan atau kurun waktu tertentu. Pada
setiap tahapan mempunyai tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar tahapan tersebut
dapat dilalui dengan sukses.
Perawat perlu memahami setiap tahapan perkembangan keluarga serta tugas tugas
perkembangannya. Hal ini penting mengingat tugas perawat dalam mendeteksi adanya
masalah keperawatan yang dilakukan terkait erat dengan sifat masalah yaitu potensial atau
aktual.
Tugas bantuan pelayanan kesehatan antara lain:
a. Nasehat meningkatkan hubungan antara anggota keluarga
b. Nasehat untuk hidup mandiri
c. Nasehat kepada anak dewasa yang akan memulai sebuah keluarga

4. Pertimbangan Kesehatan

Dewasa awal umumnya aktif dan mempunyai masalah kesehatan utama minimum.
Akan tetapi gaya hidup mereka dapat menempatkan mereka pada resiko penyakit atau
kecacatan selama masa dewasa tengah atau akhir. Dewasa awal mungkin juga rentan
secara genetik terhadap penyakit kronis tertentu seperti diabetes mellitus dan
hiperkolesterolemia keturunan ( Price dan Wilson, 1992). Penyakit crohn, radang kronis
pada usus halus lebih umum terjadi pada usia 15-35 tahun. Insiden infertalitas juga
meningkat pada masa sekarang yang mempengaruhi 15-20% dewasa sehat lain, banyak
klien infertile merupakan dewasa awal (Bobak dan Jensen, 1993)
a. Masalah Fisiologis
1) Faktor Resiko
Faktor risiko bagi kesehatan dewasa awal berasal dari komunitas, gaya hidup dan
riwayat keluarga. Faktor risiko ini mempunyai kategori sebagai berikut ;
a. Kematian dan Cedera karena kekerasan
Kekerasan adalah penyebab terbesar mortalitas dan morbilitas pada populasi
dewasa awal. Kematian dan cedera dapat terjadi karena serangan fisik, kecelakaan
kendaraan bermotor atau kecelakaan lain dan usaha bunuh diri.
Pengkajian faktor yang mempredisposisi kekerasan yang mengakibatkan cedera
atau kematian, yaitu :
 Kemiskinan
 Keretakan keluarga
 Penganiayaan
 Pengabaian anak
Penting sekali bila seseorang perawat melakukan pengkajian psikososial secara
keseluruhan termasuk faktor seperti : pola perilaku, riwayat penganiayaan fisik
dan peyalahgunaan zat, pendidikan, riwayat pekerjaan dan system pendukung
sosial untuk mengetahui faktor risiko terhadap kekerasan personal dan
lingkungan.
b. Penyalahgunaan Zat
Penyalahgunaan zat secara langsung maupun tidak langsung berperan terhadap
mortalitas dan morbilitas pada dewasa awal. Intoksikasi pada dewasa awal dapat
menyebabkan cedera berat dalam kecelakaan kedaraan bermotor yang dapat
mengakibatkan kematian atau kecacatan permanen. Penyalahgunan pada obat
stimulan dan depresan yang (“upper”) dapat menekan system kardiovaskuler dan
persyarafan yang dapat meluas sehingga menyebabkan kematian.
Penyalahgunaan zat tidak selalu dapat didiagosa, khususnya pada tahap awal.
Informasi yang penting mungkin diperoleh dengan membuat pertanyaan yang
spesifik tentang masalah medis di masa lalu, perubahan masukan makanan, pola
tidur atau masalah labilitas emosi. Laporan penangkapan karena mengemudi saat
intoksikasi, penganiayaan istri dan anak atau perilaku yang melanggar peraturan
untuk memeriksa kemungkinan penyalahgunaan obat secara cermat (Winger,
Hofmam dan Woods, 1992).
c. Kehamilan yang tidak diinginkan
Kehamilan yang tidak direncanakan meskipun lebih umum terjadi pada masa
remaja, sebanyak 55% kemamilan terjadi pada wanita dewasa awal dan tengah
(Alan Guttmacher Institute). Kehamilan yang tidak direncanakan dapat
mempunyai efek fisik dan emosional jangka panjang pada masa awal dewasa.
Kehamilan yang tidak direncanakan adalah sumber stress yang berkelanjutan.
Sering kali dewasa awal yang mempunyai tujuan pendidikan, karier dan
mengutamakan perkembangan keluarganya. Gangguan pada tujuan tersebut dapat
mempengaruhi hubungan masa depan dan hubungan orang tua-anak nantinya.
d. Penyakit Menular Seksual (PMS)
Penyakit menular seksual yaitu sifilis, klamidia, gonore, herpes genital dan
AIDS. Penyakit sekual menular mempunyai efek yang cepat seperti keluarnya
rabas, ketidaknyamanan dan infeksi. PMS juga memicu gangguan kronis yang
diakibatkan penyakit herpes genital, infertilitas yang diakibatkan gonore atau
bahkan kematian yang disebabkan AIDS. Penyakit ini dapat terjadi pada orang
yang aktif secara seksual dan diperkirakan hampir dua pertiga kasus PMS terjadi
pada individu berusia antara 15-24 tahun (Killion,1994).
e. Faktor Lingkungan dan Pekerjaan
Faktor lingkungan dan pekerjaan yang umum yaitu : paparan terhadap partikel
udara yang dapat menyebabkan penyakit paru dan kanker. Penyakit paru yang
termasuk silikosis berasal dari inhalasi bedak atau debu silikon dan emfisema
karena kanker disebabkan paparan tentang pekarjaan dapat menyerang paru, hati,
otak, darah atau kulit. Pertanyaan tentang paparan pekerjaan terhadap bahan-
bahan berbahaya harus menjadi bagian rutin pengkajian perawat.  
b. Gaya Hidup
Kebiasaan gaya hidup seperti merokok, stres, kurang large dan higiene personal yang
buruk meningkatkan risiko penyakit di masa depan. Riwayat penyakit dalam keluarga
seperti kardiovaskular, ginjal, endokrin atau neoplastik meningkatkan risiko penyakit
juga. Peran perawat dalam meningkatkan kesehatan yaitu mengidentifikasi faktor yang
meningkatkan risiko masalah kesehatan pada dewasa awal.
Merokok adalah faktor risiko penyakit paru, jantung dan vaskular yang diketahui
dengan baik pada perokok dan orang yang menghisap asap rokok. Inhalasi polutan
rokok meningkatkan risiko kanker paru-paru, emfisema dan bronkhitis kronis. Nikotin
pada tembakau adalah vasokontriktor yang bekerja pada arteri koroner, darah
meningkatkan risiko penyakit angina, infark miokard dan arteri koroner. Nikotin juga
menyebabkan penyempitan vasokonstriksi perifer dan memicu masalah vaskular.
Stres lama meningkatkan wear and fear pada kapasitas adaptif tubuh. Pola latihan dapat
mempengaruhi status kesehatan. Latihan yang dilakukan terus-menerus meningkatkan
frekuensi nadi selama 15 sampai 20 menit 3 kali seminggu meningkatkan fungsi
kardiopulmonal dengan menurunkan rata-rata tekanan darah dan denyut jantung. Selain
itu latihan menurunkan kecenderungan mudah lelah insomnia, ketegangan dan
iritabilitas. Perawat harus melakukan pengkajian muskuloskletal secara menyeluruh,
termasuk mobilitas sendi dan tonus otot, dan pengkajian psikososial untuk
meningkatkan toleransi terhadap stres dalam menentukan efek-efek latihan.
Pada semua kelompok usia, kebiasaan higiene personal pada dewasa awal dapat
menjadi faktor risiko. Meminjamkan peralatan makan dengan seseorang yang
mempunyai penyakit yang mudah menular meningkatkan risiko penyakit. Higiene gigi
yang buruk meningkatkan risiko penyakit periodontal.
Riwayat penyakit dalam keluarga menempatkan dewasa awal pada risiko
berkembangnya penyakit pada masa dewasa tengah atau dewasa akhir. Contohnya,
seorang pria muda yang ayah dan kakek dari ayahnya yang mempunyai infark miokard
(serangan jantung), pada usia 50-an mempunyai risiko infark miokard di masa depan.
Adanya penyakit kronik tertentu dalam keluarga meningkatkan risiko bagi anggota
keluarga terhadap perkembangan penyakit itu. Risiko penyakit keluarga jelas
merupakan penyakit herediter. Kurangnya kepatuhan untuk pemeriksaan skrining rutin
dapat menempatkan klien pada risiko penyakit berat karena kegagalan deteksi dini.
c. Infertilitas
Infertilitas adalah ketidakmampuan konsepsi involunter pada pria, wanita atau
pasangan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DEWASA

A. Pengkajian
Ketika mengkaji dewasa awal dan tengah, perawat harus mempertimbangkan perbandingan
tugas perkembangan mereka dan juga membedakan tahap serta konsekuensi perkembangan
baik psikologi dan biologis.
1. Perkembangan Psikologis
Dewasa muda telah melengkapi pertumbuhan fisiknya pada usia 20 tahun. Pengecualian
pada hal ini adalah wanita hamil dan menyusui. Perubahan fisik, kognitif dan psikososial
serta masalah kesehatan pada wanita hamil dan keluarga usia subur sangat luas.
Dewasa awal biasanya lebih aktif, mengalami penyakit berat tidak sesering kelompok
usia yang lebih tua. Cenderung mengakibatkan gejala fisik dan sering menunda dalam
mencari perawatan kesehatan. Karakteristik dewasa muda mulai berubah mendekati usia
baya. Temuan pengkajian umumnya dalam batas normal, kecuali klien mempunyai
penyakit.
Namun demikian klien pada tahap perkembangan ini dapat mengambil manfaat dari
pengkajian gaya hidup pribadi. Pengkajian gaya hidup dapat membantu perawat dan klien
mengidentifikasi kebiasaan yang meningkatkan resiko penyakit jantung, maligna, paru,
ginjal atau penyakit kronik lainnya.
Pengkajian gaya hidup pribadi dewasa awal meliputi pengkajian kepuasan hidup secara
umum, yaitu:
a. Hobi dan Minat
b. Kebiasaan meliputi : diet, tidur, olah raga, perilaku seksual dan penggunaan kafein,
alcohol dan obat terlarang
c. Kondisi rumah meliputi : rumah, kondisi ekonomi, jenis asuransi kesehatan dan
hewan peliharaan
d. Lingkungan pekerjaan meliputi : jenis pekerjaan, pemajanan terhadap fisik dan mental.
2. Perkembangan Kognitif
Kebiasaan berpikir rasional meningkat secara tetap pada masa dewasa awal dan tengah.
Pengalaman pendidikan formal dan informal, pengalaman hidup secara umum dan
kesempatan pekerjaan secara dramatis meningkatkan konsep individu, pemecahan masalah
dan keterampilan motorik.
Mengidentifikasi area pekerjaan yang diinginkan adalah tugas utama dewasa awal.
Ketika seseorang mengetahui persiapan pendidikannya, keahlian, bakat dan karakteristik
kepribadian. Pilihan pekerjaan menjadi lebih muda dan biasanya meraka akan lebih luas
dengan pilihannya. Akan tetapi, banyak dewasa awal kekurangan sumber dan system
pendukung untuk memfasilitasi pendidikan lebih lanjut atau pengembangan keahlian yang
diperluhkan untuk berbagai posisi pekerjaan. Akibatnya, beberapa dewasa awal
mempunyai pilihan pekerjaan yang terbatas
3. Perkembangan Psikososial
Kesehatan emosional dewasa awal berhubungan dengan kemampuan individu
mengarahkan dan memecahkan tugas pribadi dan social. Dewasa awal kadang terjebak
antara keinginan untuk memperpanjang masa remaja yang tidak ada tanggung jawab dan
memikul tanggung jawab dewasa. Namun pola tertentu atau kecenderungan relatif dapat
diperkirakan. Antara usia 23-28 tahun, arang dewasa memperbaiki perpepsi diri dan
kemampuan berhubungan. Dari usia 29-34 tahun orang dewasa mengarahkan kelebihan
energinyaterhadap pencapaian dan penguasaan dunia sekitarnya. Usia 35-43 tahun adalah
waktu ujian yang besar dari tujuan hidup dan hubungan. Perubahan telah dibuat dalam
kehidupan pribadi, sosial dan pekerjaan. Seringkali stress dalam ujian ini mengakibatkan
“krisi usia baya” ketika pasangan dalam pernikahan, gaya hidup dan pekerjaan dapat
berubah.
Selama masa dewasa awal, seseorang biasanya lebih perhatian pada pengejaran
pekerjaan dan sosial. Selam periode ini individu mencoba untuk membuktikan status
sosialekonominya. Mobilitas yang lebih tinggi didapat melalui pilihan karier. Akan tetapi
adanya kecenderungan saat ini terhadap pengecilan perusahaan menyebabkan posisi yang
tinggi lebih sedikit. Kemudian banyak dewasa awal menghadapi peningkatkann stress
karena persaingan yang lebih besar di tempat kerja untuk mencapai dan mempertahankan
status kelas-menengah. Konseling karier dan kepribadian dapat membantu individu
mengidentifikasi pilihan karier dan menentukan tujuan yang realistik.
Faktor etnik dan jender mempunyai dampak sosiologis dan psikologis dalam kehidupan
dewasa dan faktor tersebut dapat merupakan tantangan yang jelas bagi asuhan
keperawatan. Dewasa awal harus membuat keputusan mengenain kerier, pernikahan dan
menjadi orang tua. Meskipun setiap orang membuat keputusan tersebut berdasarkan faktor
individu, perawat harus memahami prinsip umum yang tercangkup dalam aspek
pengembangan psikososial dewasa awal.
4. Stress Pekerjaan
Stres pekerjaan dapat terjadi setiap hari atau dari waktu ke waktu. Kebanyakan dewasa
awal dapat mengatasi krisis dari hari ke hari. Stres situasi pekerjaan situasional dapat
terjadi ketika atasan baru memasuki tempat pekerjaan, tenggat waktu hampir dekat, atau
seorang pekerja diberi tanggung jawab baru atau besar. Kecenderungan terbaru pada dunia
bisnis saat ini dan faktor risiko stres pekerjaan menurun, yang memicu peningkatan
tanggung jawab pegawai dengan posisinya lebih sedikit dalam struktur perusahaan. Stres
pekerjaan juga terjadi jika seseorang tidak puas pada pekerjaan atau tanggung jawabnya.
Karena setiap individu menerima pekerjaan yang berbeda, maka tiap stresor bervariasi
pada setiap klien. Pengkajian perawat pada dewasa awal harus meliputi deskripsi pekerjaan
yang biasa dilakukan dan pekerjaan saat ini jika berbeda. Pengkajian pekerjaan juga
meliputi kondisi dan jam kerja, durasi bekerja, perubahan pada kebiasaan tidur atau makan,
dan tanda peningkatan iritabilitas dan kegugupan.
5. Stress Keluarga
Setiap keluarga mempunyai berbagai peranan dan pekerjaan yang dapat diprediksi
untuk anggota keluarganya. Peran ini memungkinkan keluarga berfungsi dan menjadi
bagian efektif dalam masyarakat. Salah satu peran penting adalah kepala keluarga. Bagi
kebanyakan keluarga, salah satu orang tua adalah pemimpin keluarga atau kedua orang tua
berperan coleader. Dalam keluarga orang tua tunggal, orang tua atau adakalanya seorang
anggota keluarga besar menjadi kepala keluarga. Ketika perubahan akibat dari penyakit,
krisis keadaan dapat terjadi. Perawat harus mengkaji faktor lingkungan dan keluarga
termasuk sistem pendukung, penguasaan mekanisme yang biasa digunakan oleh anggota
keluarga.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada keluarga dewasa adalah :
1. Masalah Potensial
a. Gangguan proses keluarga
b. Gangguan penampilan
c. Gangguan proses berpikir
d. Gangguan pemeliharaan kesehatan
e. Gangguan peyalahgunaan zat
f. Gangguan pola seksual
g. Konflik peran keluarga
h. Konflik pengambilan keputusan
i. Ketidakefektifan koping keluarga
j. Hambatan interaksi social
k. Ketidakberdayaan
l. Defisit pengetahuan
m. Defisit perawatan diri
n. Perubahan kebutuhan nutrisi
2. Masalah Resiko
a. Risiko perubahan peran orang tua
b. Risiko penularan infeksi
c. Risiko kesepian
d. Risiko cedera
3. Masalah Potensial
a. Potensial berkembangnya koping keluarga
b. Potensial pemeliharaan Kesehatan

C. Intervensi Keperawatan
1. Ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan ketidakadekuatan sumber psikologi
untuk beradaptasi terhadap proses meninggalkan rumah, pilihan karier
ANALISA DATA
Data Mayor :
a. Pengungkapan ketidakmampuan untuk mengatasi atau menerima bantuan
b. Penggunaan mekanisme koping yang tidak sesuai
c. Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan
Data Minor :
a. Rasa khawatir, ansietas
b. Melaporkan tentang kesulitan dengan stress kehidupan
c. Ketidaefektifan partisipasi social
d. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar
e. Perubahan pola komunikasi yang biasa
Intervensi :
a. Kaji status koping individu saat ini
1) Kaji kemampuan untuk menghubungkan fakta-fakta
2) Dengarkan dengan cermat dan amatiwajah, gerak tubuh, kontak mata, intonasi, dan
intensitas suara
b. Berikan dukungan jika individu berbicara
1) Tenangkan bahwa perasaan yang dimulainya memang sulit
2) Jika individu menjadi pesimis, upayakan untuk lebih member harapan pandangan
realistis
c. Dorong untuk melakukan evaluasi diri tentang perilakunya
1) Apa hal tersebut berguna bagi anda?
2) Bagaimana hal tersebut dapat membantu?

d. Bantu individu untuk memecahkan masalah dengan cara yang konstruktif


1) Apa yang menjadi masalah
2) Siapa yang akan bertanggungjawab terhadap masalah tersebut
3) Apa keuntungan dan kerugian dari setiap pilihan
e. Bicarakan alternative yang mungin timbul (misalnya membicarakan dengan orang
terdekat)
f. Berikan kesempatan untuk belajar dan menggunakan teknik pelaksanaan
stress (misalnya jogging, yoga)

2. Gangguan proses keluarga berhubungan dengan pertambahan anggota keluarga (misalnya


pernikahan)
ANALISA DATA
Data Mayor :
Tidak berkomunikasi secara terbuka dan efektif diantara anggota keluarga
Data Minor :
a. Tidak dapat memenuhi kebutuhan fisik, emosi,dan spiritual semua anggota keluarga
b. Tidak dapat mengekspresikan atau menerima perasaan secara terbuka
Intervensi :
a. Bantu keluarga menghadapi kekhawatirannya terhadap masalah tersebut
b. Dorong keluarga untuk mengungkapkan rasa bersalah, marah, menyalahkan diri,
bermusuhan, dan mengenal lebih lanjut perasaannya dalam anggota keluarga
c. Bantu keluarga untuk mengenal peran dan menentukan prioritas untuk mempertahankan
integritas keluarga dan menurunkan stress
d. Bina hubungan saling percaya antara anggota keluarga

3. Ketidakfektifan pemeliharan kesehatan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan


tentang pencegahan penyakit
ANALISA DATA
Data Mayor :
Melaporkan atau memperlihatkan gaya hidup yang tidak sehat (misalnya penggunaan
obat-obatan, makan dalam jumlah yang berlebihan, diet tinggi lemak)
Data Minor :
Melaporkan atau memperlihatkan :
a. Sistem pernapasan (sering terinfeksi, batuk kronis, dispnea saat aktivitas)
b. Rongga mulut (sering sariawan, ompong pada usia dini)
c. Sistem pencernaan dan nutrisi (obesitas, anoreksia, kakeksia, anemia kronis)
d. Sistem musculoskeletal ( tot sering tegang, sakit punggung, nyeri leher)
e. Konstitusional (keletihan kronis, malaise, apatis)
f. Neurosensori (sakit kepala,adanya kerutan pada wajah)
g. Psikoemosional (emosi rapuh, gangguan perilaky, sering merasa sanga kacau)
Intervensi :
a. Kaji pengetahuan tentang pencegahan primer
1) Diet yang sehat ( misalnya, “empat dasar”, rendah lemak dan garam, tinggi
karbohidrat kompleks, asupan vitamin, mineral yang mencukupi, air 2-3 liter sehari)
2) Kontrol berat badan
3) Hindari penyalahguanaan zat (misalnya alcohol, obat-obatan, tembakau)
4) Hindari penyakit hubungan seksual
5) Hygiene gigi/mulut (misalnya setiap hari, dokter gigi)
6) Imunisasi
7) Pola olahraga teratur
8) Penatalaksanaan stress
9) Bimbingan gaya hidup (misalnya seks aman, keluarga berencana, ketermpilan
menjadi orangtua, perencana keuangan)
b. Ajarkan pentingnya pencegahan sekunder
c. Tentukan pengetahuan yang diperluakn untuk mengatasi kondisi penyakit
d. Kaji apakah sumber daya yang dibutuhkan dirtumah tersedia (pemberi asuhan,
keuangan, peralatan)

4. Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan pertentangan dalam system


pendukung
ANALISA DATA
Data Mayor :
a. Mengungkapkan ketidakpastian tentang pilihan-pilihan dan konsekuensi alternative
tindakan yang diinginkan
b. Kebimbangan tentang alternative pilihan
c. Menunda pengambilan keputusan
Data Minor :
a. Mengungkapakan perasaan disstres saat mengupayakan suatu keputusan
b. Berfokus pada diri sendiri tanda-tanda fisik disstres atau keteganagan (peningkatan
frekuensi jantung dan ketegangan otot, gelisah)saat keputusan menjadi focus perhatian
c. Mempertanyakan nilai-nilai atau keyakinan pribadi saat mengusahakan suatu
pengambilan keputusan
Intervensi :
a. Jalin hubungan saling percaya dan berarti yang meningkatkan saling pengertian dan
perhatian
b. Fasilitasi proses pengambilan keputusan yang logis
1) Bantu individu mengenlai apa masalahnya dan dengan jelas mengidentifikasi
keputusan yang harus dibuat
2) Gali apa yang akan timbul bila tidak membuat keputusan
3) Bantu mengidentifikasi kemungkinann hasil berbgaai alternative
4) Bantu individu untuk menghadapi ketakutan
5) Benahi kesalahan informasi
6) Bantu dalam mengevaluasi alternative berdasarakan pada ancaman potensial atau
actual terhadap nilai-nilai atau keyakinan
7) Beri dorongan pada individu untuk membuata keputusan
c. Beri dorongan pada orang terdekat untuk terlibat dalam keseluruhan proses
pengambilan keputusan
d. Dengan aktif yakinkan individu bahwa keputusan sepenuhnya ditangannya dan menjadi
haknya untuk melakukan itu
e. Libatkan seluruh anggota keluarga dalam proses pengambilan keputusan

5. Risiko kesepian berhubungan dengan pelepasan anak (anak telah menikah dan pergi dari
rumah)
ANALISA DATA
Data Mayor :
a. Pengungkapan rasa kesepian karena telah melepaskan anak yang menikah
b. Ingin mencari suasana yang lebih ramai
Data Minor :
a. Cemas, gelisah
b. Sedih
c. Sering merenung
Intervensi :
a. Identifikasi factor penyebab dan penunjang
b. Beri dorongan individu untuk membicarakan perasaan kesepian
c. Tingkatkan interksi social
1) Kerahkan system pendukung tetangga dan keluarga individu
2) Rujuk pada penyuluhan keterampilan social
3) Tawarkan umpan balik tentang bagaimana individu menampilkan diri pada orang
lain
d. Kurangi hambatan kontak sosial
1) Tentukan ketersediaan transportasi dalam komunitas (umum, yang berubngan dengan
ibadah)
2) Identifikasi aktivitas yang membantu mempertahankan individu tetap sibuk, terutama
dalam periode risiko tinggi kesepian
BAB VI
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Masalah Kesehatan
1. Definisi Gastritis
Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik difus
atau local, dengan karakteristik anoreksia, perasaan penuh di perut (begah), tidak nyaman
pada epigastrium, mual, dan muntah. (Suratun SKM, 2010).

Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung. Gastritis akut berlangsung selama beberapa
jam sampai beberapa hari dan sering kali disebabkan oleh diet yang tidak bijaksana
(memakan makanan yang mengiritasi dan sangat berbumbu atau makanan yang terinfeksi).
(Smeltzer, 2011).

Gastritis adalah istilah yang mencakup serangkaian kondisi yang hadir dengan inflamasi
mukosa lambung. (Joyce M.Black & Jane Hokanson Hawks, 2014). Gastritis adalah suatu
inflamasi dinding lambung, yang disebabkan oleh iritasi pada mukosa lambung. (Priscilla
LeMonne, dkk 2015).

2. Klasifikasi Gastritis

Sampai saat ini tidak didapati sebuah klasifikasi gastritis yang diterima secara luas. Salah
satu klasifikasi gastritis yang digunakan oleh banyak ahli adalah The Sydney System yang
diperbaharui. Seperti pada table di bawah ini:

Tabel 1. Klasifikasi Menurut Sydney System yang Menurut Sydney System yang
diperbaharui
Tipe Penyebab Istilah lain
Non Atrofi Helicobacter Pylori Superfisial
Gastritis antral difus
Gastritis antral kronis
Intestinal-folicural
Hiper-sekretori
Tipe B1
Atrofi Autoimmune Autoimunitas (reaksi Tipe A1
silang dengan H. pylori Difus Corporal
antigen )
Atrofi multifocal H. pylori,berhubungan Tipe B1, AB1
dengan diet, Lingkungan Metaplastik
lingkungan dan factor

penjamu
Bentuk khusus Gastropati Iritasi kimia Reaktif
kimia Empedu Reflux
OAINS OAINS
Zat atau agen lain Tipe C1
Radiasi Limfositik Injuri akibat radiasi Varioliform ( endoskopi )
Idiopatik, mekanisme Penyakit seliak
imun gluten
Non infeksius Granulomato Penyakit Crohn Granulomatous terisolasai
us Sarcoidosis
Vaskulitis lain
benda asing
Eosinofilik Sensitivitas makanan Alergi
Alergi yang lain

Infeksi yang lain Bakter selain H. pylory


Virus
Parasit
Jamur

Klasifikasi lain dari gastritis menurut (Wim de Jong et al. 2005 dikutip Amin & Hardhi,
2015). Adalah:

1. Gastritis Akut
a. Gastritis akut tanpa pendarahan
b. Gastritis akut dengan perdarahan (gastritis hemoragik atau gastritis erosive)
Gastritis akut berasal dari makanan terlalu banyak atau terlalu cepat, makan-makanan yang terlalu
berbumbu atau yang mengandung mikroorganisme penyebab penyakit, iritasi bahan semacan
alcohol, aspirin, NSAID, lisol, serta bahan korosif lain, refluks empedu atau cairan pankreas.
2. Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung,
atau oleh bakteri Helicobacter pylory (H. pylory).
3. Gastritis bacterial
Gastritis bacterial yang disebut juga gastritis infektiosa, disebabkan oleh refluks dari
duodenum.
3. Etiologi
a. Konsumsi obat-obatan kimia digitalis (asetaminofen/aspirin, steroid kortikosteroid).
Aseteminofen dan kostikosteroid dapat mengakibatkan iritasi pada mukosa lambung,
NSAIDS (nonsteroid anti inflamasi drugs) dan kostikosteroid menghambat sintesis
prostaglandin, sehingga sekresi HCL meningkat dan menyebabkan suasana lambung
menjadi sangat asam dan menimbulkan iritasi mukosa lambung.
b. Konsumsi alcohol dapat menyebabkan kerusakan mukosa gaster.
c. Terapi radiasi, reflux empedu, zat-zat korosif (cuka, lada) dapat menyebabkan kerusakan
mukosa gaster dan menimbulkan edema serta pendarahan.
d. Kondisi stress atau tertekan (trauma, luka bakar, kemoterapi, dan kerusakan susunan saraf
pusat) merangsang peningkatan produksi HCL lambung.
e. Infeksi oleh bakteri, seperti Helicobacter pylory, Eschericia coli, salmonella, dan lain-lain.
f. Penggunaan antibiotik, terutama untuk infeksi turut mempengaruhi penularan kuman di
komunitas, karena antibiotik tersebut mampu mengeradikasi infeksi Helicobacter pylory,
walaupun persentase keberhasilannya sangat rendah.
g. Jamur dari spesies candida, seperti Histoplasma capsulaptum dan Mukonaceace dapat
menginfeksi mukosa gaster hanya pada pasien immunocompromezed. Pada pasien yang
sistem imunnya baik, biasanya tidak dapat terinfeksi oleh jamur. Sama dengan jamur,
mukosa lambung bukan tempat yang mudah terkena infeksi parasite.
Gastritis disebabkan oleh infeksi kuman Helicobacter pylory dan pada awal infeksi mukosa
lambung menunjukkan respons inflamasi akut dan jika diabaikan dapat menjadi kronik.
(Smeltzer, 2014)
4. Patofisiologi Gastritis
Inflamasi dalam waktu lama pada lambung disebabkan baik oleh bakteri H. phylori,
Obat obatan (NSAID, aspirin, sulfanomida steroid, digitalis) dan Kafein. Obat-obatan
(NSAID, aspirin, sulfanomida steroid, digitalis) dapat mengganggu pembentukan sawat
mukosa lambung, sedangkan H. phylori akan melekat pada epitel lambung yang berakibat
menghancurkan lapisan mukosa lambung sehingga menurunkan barrier lambung terhadap
asam dan pepsin. Salah satu yang menyebabkan inflamasi dalam waktu lama adalah kafein,
kafein dapat menurunkan produksi bikarbonat yang dapat berakibat menurunkan kemampuan
protektif terhadap asam. (Joyce M.Black & Jane Hokanson Hawks, 2014)

Dari menurunkan barrier lambung terhadap asam dan pepsin akan berakibat difusi
kembali asam lambung dan pepsin. Setelah itu, akan terjadi inflamasi dan erosi mukosa
lambung. Inflamasi akan membuat nyeri epigastrium akan memunculkan masalah Nyeri akut
sehingga menurunkan sensori untuk makan dan akan berakibat menjadi anoreksia. Mual,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, Muntah, Kekurangan volume
cairan, Erosi mukosa lambung akan menurunkan tonus dan peristaltik lambung serta mukosa
lambung kehilangan integritas jaringan. Dari menurunnya tonus dan peristaltik lambung,
maka akan terjadi refluk isi duodenum kelambung yang akan menyebabkan mual, serta
dorongan ekspulsi isi lambung kemulut dan akhirnya muntah. Dengan adanya anoreksia,
mual dan muntah akan memunculkan masalah Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh, selain itu dengan adanya muntah, mukosa lambung kehilangan integritas
jaringan berakibat terjadinya perdarahan yang akan memunculkan masalah Kekurangan
volume cairan. (Joyce M.Black & Jane Hokanson Hawks, 2014).

5. Tanda Dan Gejala


Menurut Smelzer (Smelzer dikutip Ardiansyah, 2014) manifestasi gastritis cukup bervariasi,
mulai dari keluhan ringan hingga muncul pendarahan pada saluran cerna bagian atas. Pada
beberapa pasien, gangguan ini tidak menimbulkan gejala yang khas. Manifestasi klinis
gastritis akut dan kronis hampir sama, yaitu diantaranya:
a. Manifestasi Klinis Gastritis Akut
Manifestasi klinis gastritis akut dan gejala-gejalanya adalah:
1) Anoreksia
2) Nyeri pada epigastrium
3) Mual dan muntah
4) Perdarahan saluran cerna (hematemesis melena)
5) Anemia (tanda lebih lanjut)
b. Manifestasi Klinis Gastritis Kronis
Manifestasi klinis gastritis kronis dan gejala-gejalanya adalah:
1) Mengeluh nyeri ulu hati
2) Anoreksia
3) Nausea
Adapun tanda dan gejala gastritis menurut Wim de Jong (Wim de Jong dikutip Amin &
Hardhi, 2015):
a. Gastritis Akut: nyeri epigastrium, mual, muntah, dan perdarahan terselubung maupun
nyata. Dengan endoskopi terlihat mukosa lambung hyperemia dan udem, mungkin juga
ditemukan erosi dan perdarahan aktif.
b. Gastritis Kronik: kebanyakan gastritis asimptomatik, keluhan lebih berkaitan dengan
komplikasi gastritis atrofik, seperti tukak lambung, defisiensi zat besi, anemia pernisiosa,
dan karsinoma lambung.

6. Komplikasi Gastritis
Menurut Smelzer (Smelzer dikutip Ardiansyah, 2014) komplikasi yang dapat terjadi pada
penderita gastritis dibedakan berdasarkan klasifikasi dari gastritis yaitu;
a. Komplikasi Pada Gastritis Akut
Komplikasi yang timbul pada gastritis akut adalah pendarahan saluran cerna bagian atas
(SCBA), berupa hematemesis dan melena, yang berakhir dengan shock hemoragik.
Apabila prosesnya hebat, sering juga terjadi ulkus, namun jarang terjadi perforasi.
b. Komplikasi Pada Gastritis Kronis
Komplikasi yang timbul pada kasus gastritis kronis adalah gangguan penyerapan vitamin
B12. Akibat kurangnya penyerapan vitamin B12 ini, menyebabkan timbulnya anemia
pernesiosa, gangguan penyerapan zat besi, dan penyempitan daerah pylorus (pelepasan
dari lambung ke usus dua belas jari).
7. Penatalaksanaan gastritis
a. Penatalaksanaan keperawatan pada pasien gastritis (Huda, A.,dan Kusuma H. (2015)
1. Mengurangi Ansietas
2. Laksanakan tindakan darurat untuk kasus ingesti asam atau alkali.
3. Berikan terapi suportif kepada pasien dan keluarga selama terapi dan setelah asam atau
basa yang tertelan telah dinetralisasi atau diencerkan.
4. Persiapkan pasien untuk menjalani pemeriksaan diagnostik tambahan (endoskopi) atau
pembedahan.
5. Dengarkan secara tenang dan jawab pertanyaan selengkap-lengkapnya jelaskan semua
prosedur dan terapi.
b. Meningkatkan Nutrisi yang Optimal
1. Bantu pasien menangani gejala (misalnya; mual, muntah, nyeri ulu hati, dan keletihan)
2. Hindari makanan dan minuman per oral selama beberapa jam atau beberapa hari
sampai gejala akut reda.
3. Berikan kepingan es dan cairan jernih ketika gejala reda.
4. Anjurkan pasien untuk melaporkan setiap gejala yang menunjukkan episode gastritis
berulang ketika makanan dimasukkan.
5. Cegah konsumsi minuman berkafein.
6. Rujuk pasien untuk menjalani konseling alkohol dan berhenti merokok jika tepat.
c. Meningkatkan Keseimbangan cairan
1. Pantau asupan dan haluaran harian untuk mengetahui adanya dehidrasi (minimal
asupan 1,5L/hari dan haluaran urine 30mL/jam).
2. Kaji nilai elektrolit setiap 24 jam untuk mendeteksi ketidakseimbangan cairan.
3. Waspadai indikator gastritis hemoragik (hematemesis, takikardi, hipotensi).
4. Meredakan Nyeri
5. Instruksikan pasien untuk menghindari makanan dan minuman ringan yang dapat
mengiritasi mukosa lambung.
6. Ajarkan pasie cara penggunaan obat secara benar untuk meredakan gastritis kronis.
7. Kaji nyeri dan kenyamanan yang dirasakan melalui penggunaan medikasi dan
menghindari zat-zat yang mengiritasi.
d. Penatalaksanaan medis yang bertujuan untuk pengobatan.
1. Gastritis Akut
Faktor utama adalah menghilangkan etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan
sering. Obat-obatan ditujukan untuk mengatur sekresi asam lambung. Penatalaksanaan
sebaiknya meliputi pencegahan terhadap setiap pasien dengan resiko tinggi,
pengobatan terhadap penyakit yang mendasari dan menghentikan obat yang dapat
menjadi penyebab, serta dengan pengobatan supportif. Pencegahan dapat dilakukan
dengan pemberian antasida. Pencegahan ini terutama bagi pasien yang menderita
penyakit dengan keadaan klinis yang berat. Untuk pengguna anti inflamasi nonsteroid
pencegan terbaik adalah dengan Misaprostol. Penatalaksanaan medikal untuk gastritis
akut dilakukan dengan menghindari alkohol dan makanan asam ataupun pedas sampai
gejala berkurang. Bila gejala menetap, diperlukan cairan intravena. Bila terdapat
perdarahan, penatalaksanaan serupa dengan pada hemoragi saluran gastrointestinal
atas. Bila gastritis terjadi karena alkali kuat, gunakan jus karena adanya bahaya
perforasi.

2. Gastritis Kronik
Pengobatan gastritis kronis bervariasi, tergantung pada penyakit yang dicurigai. Bila
terdapat ulkus duodenum, dapat diberikan antibiotic untuk membatasi Helicobacter
Pylory. Namun demikian lesi tidak selalu muncul dengan gastritis kronik. Alkohol dan
obat yang diketahui mengiritasi lambung harus dihindari. Bila terjadi defisiensi besi
(disebabkan oleh perdarahan kronis), maka penyakit ini harus diobati. Gastritis
kronis diatasi dengan memodifikasi diet dan meningkatkan istirahat serta memulai
farmakoterapi. Helicobacter Pylory dapat diatasi dengan antibiotik.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah. Tes ini digunakan untuk memeeriksa adanya antibodi H. pylori
dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan
bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien
tersebut terkena infeksi. Tes darah juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi
akibat perdarahan lambung akibat gastritis.
b. Pemeriksaan pernafasan. Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri
H. pylori atau tidak.
c. Pemeriksaan feces. Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses atau tidak.
Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.
d. Pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes ini dapat terlihat adanya
ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-x.
e. Rontgen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat adanya tanda- tanda gastritis atau
penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih
dahulu sebelum dilakukan rontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan
terlihat lebih jelas ketika di rontgen.

B. PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR


Pemenuhan kebutuhan dasar yang terkait gastritis adalah
1. Kebutuhan Nutrisi
Gastritis biasanya diawali oleh frekuensi konsumsi makan dan minum yang tidak teratur
sehingga lambung menjadi sensitif bila asam lambung meningkat dan menyebabkan
kekurangan nutrisi. Depdiknas mendefinisikan pola makan sebagai suatu usaha atau cara
seseorang untuk makan demi memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Sedangkan menurut
WHO pola makan yaitu suatu cara atau usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk
makan guna memenuhi kebutuhan biologis dan fisiologis tubuh terutama kebutuhan
nutrisi tubuh. Pola makan yang baik dan teratur merupakan salah satu dari
penatalaksanaan gastritis dan juga merupakan tindakan preventif dalam mencegah
kekambuhan gastritis. Penyembuhan gastritis membutuhkan pengaturan makanan atau
nutrisi sebagai upaya untuk memperbaiki kondisi pencernaan (Muttaqin, 2012)

2. Pengertian Nutrisi
Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan
menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh. (Hidayat, A.Aziz Alimul, 2012).

Faktor yang mempengaruhi nutrisi


1. Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat mempengaruhi pola
konsumsi makan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya informasi sehingga
dapat terjadi kesalahan.
2. Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi tinggi dapat
mempengaruhi gizi seseorang.
3. Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan tertentu dapat
mempengaruhi status gizi.
4. Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat mengakibatkan kurangnya
variasi makanan, sehingga tubuh tidak memperoleh zat-zat yang dibutuhkan secara
cukup.
5. Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi karena penyediaan makanan
bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit, oleh karena itu, masyarakat dengan
kondisi perekonomian yang tinggi biasanya mampu mencukupi kebutuhan gizi
keluarganya dibandingkan masyarakat dengan kondisi perekonomian rendah.

6. Usia
Pada usia 0-10 tahun kebutuhan metabolisme basa bertambah dengan cepat hal ini
sehubungan dengan factor pertumbuhan dan perkembangan yang cepat pada usia
tersebut. Setelah usia 20 tahun energy basal relative konstan.
7. Jenis kelamin
Kebutuhan metabolisme basal pada laki-laki lebih besar di bandingkan dengan wanita
pada laki-laki kebutuhan BMR 1,0 kkal/kg BB/jam dan pada wanita 0,9 kkal/kgBB/jam.
8. Tinggi dan berat badan
Tinggi dan berat badan berpengaruh terhadap luas permukaan tubuh, semakin luas
permukaan tubuh maka semakin besar pengeluaran panas sehingga kebutuhan
metabolisme basal tubuh juga menjadi lebih besar.
9. Status Kesehatan
Nafsu makan yang baik adalah tanda yang sehat. Anoreksia (kurang nafsu makan)
biasanya gejala penyakit atau karena efek samping obat.
10. Faktor psikologis serta stress dan ketegangan
Motivasi individu untuk makan makanan yang seimbang dan persepsi individu tentang
diet merupakan pengaruh yang kuat.Makanan mempunyai nilai simbolik yang kuat bagi
banyak orang (mis. Susu menyimbolkan kelemahan dan daging menyimbulkan
kekuatan).
11. Alkohol dan obat
Penggunaan alcohol dan obat yang berlebihan memberi kontribusi pada defisiensi
nutrisi karena uang mungkin dibelajakan untuk alcohol daripada makanan.Alcohol yang
berlebihan juga mempengaruhi organ gastrointestinal. Obat- obatan yang menekan nafsu
makan dapat menurunkan asupan zat gizi esensial. Obat-obatan juga menghabiskan zat
gizi yang tersimpan dan mengurangi absorpsi zat gizi di dalam intestine.

12. Karbohidrat
Karbohidrat adalah zat gizi yang berbentuk amilum.Penyekapan kabohidrat yang
dikonsumsi di temukan dalam 3 bentuk yaitu polisakarida, disakarida, dan monosakarida.
Disakarida dan monosakarida mempunyai sifat muda larut didalam air, sehingga dapat
diserap melewati dinding usus atu mukosa usus mengikuti hukum difusi osmosis yang
tidak memerlukan tenaga dan langsung memasuki pembulu darah, contohnya pada nasi.
13. Lemak
Penyerapan lemak dalam bentuk gliserol dan asam lemak. Gliserol diserap secara pasif,
sedangkan asam lemak, yang teremulasi ini mampu di serap melewati dinding usus halus,
tidak semua lemak dapat di serap, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa penyerapan
lemak dilakukan dengan cara aktif selektif, contohnya pada daging.
14. Mineral
Mineral tidak membutuhkan pencernaan, mineral hadir dalam bentuk tertentu sehingga
tubuh mudah untuk memprosesnya, contohnya pada bayam, kacang-kacangan
(mengandung kalsium (Ca)), ikan laut, kerang (mengandung zeng (Zn)).
15. Vitamin
Proses penyerapan vitamin dapat dilakukan dengan difusi sederhana.

Penatalaksanaan nutrisi yang tepat dan adekuat bagi penderita gastritis akut merupakan
hal yang harus diperhatikan. Keluarga penderita gastristis harus memperhatikan adanya
gejala mual, muntah serta kelemahan pada penderita sehingga dapat memberikan dukungan
secara emosional kepada penderita. Pada kondisi gastritis akut, penderita tidak diperbolehkan
mengkonsumsi makanan dan minuman selama beberapa jam sampai beberapa hari sampai
gejala akut yang dirasakan hilang. Pada keadaan tersebut terapi intravena diperlukan dan
monitor secara reguler. Secara bertahap penderita diberikan makanan cair, lembek, dan padat
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi oral sehingga secara bertahapakan menurunkan
kebutuhan terhadap terapi intravena dan meminimalkan iritasi mukosa lambung (Smeltzer &
Bare 1996 dikutip Hidayat, A.Aziz Alimul, 2012).
Penderita tidak diperbolehkan mengkonsumsi makanan atau minuman yang bersifat
iritatif karena akan menyebabkan iritasi mukosa lambung dan menghindari kafein karena
dapat menstimulasi sistem saraf pusat sehingga meningkatkan aktivitas lambung dan sekresi
pepsin (Smeltzer & Bare 1996. dikutip Hidayat, A.Aziz Alimul, 2012).
Adapun syarat-syarat diet bagi penderita gastritis adalah sebagai berikut:
1. Mudah cerna, porsi kecil dan sering diberikan.
2. Energi dan protein cukup, sesuai kemampuan pasien untuk menerimanya.
3. Lemak rendah, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total yang ditingkatkan secara
bertahap hingga sesuai dengan kebutuhan.
4. Rendah serat, terutama serat tidak larut air yang ditingkatkan secara bertahap.
5. Cairan cukup, terutama bila ada muntah.
6. Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik secara termis, mekanis,
maupun kimia (disesuaikan dengan daya terima perorangan).
7. Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa, umumnya tidak dianjurkan minum
susu terlalu banyak.
8. Makan secara perlahan di lingkungan yang tenang.
9. Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24- 48 jam
untuk memberi istirahat pada lambung (Almatsier 2012).
C. Masalah yang Timbul dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi pada Penderita Gastritis
Kekurangan Nutrisi
1. Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan tidak
berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat badan akibat ketidakmampuan asupan
nutrisi untuk kebutuhan metabolisme, tanda klinis:
a. Berat badan 10-20% dibawah normal.
b. Tinggi badan dibawah ideal.
c. Lingkar kulit triseps lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar.
d. Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot.
e. Adanya penurunan albumin serum.
f. Adanya penurunan transferri

Kemungkinan penyebab (Hidayat, A.Aziz Alimul, 2012):


a. Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna kalori akibat
penyakit infeksi atau kanker.
b. Disfagia karena adanya kelainan persarafan.
c. Penurunan absorbsi nutrisi akibat penyakit crohn atau intoleransi laktosa.
d. Nafsu makan menurun.
Menurut R. Maryam, Siti dkk berdasarkan Hierarki Maslow: Perubahan nutrisi: kurang
dari kebutuhan tubuh
Definisi: Keadaan dimana seorang individu mempunyai masukan nutrient yang tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolism.
Faktor yang berhubungan: Ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna
makanan atau mengabsorpsi berkaitan dengan faktor biologis, psikologis atau ekonomi,
kurang informasi mengenai kebutuhan individu.
Data yang mendukung:
DS: Pernyataan kurang minat terhadap makanan, enggan makan; indera pengecapan
berubah; nyeri perut kalau makan; tidak nafsu makan.
DO: BB menurun; makan tidak habis; adanya lesi atau peradangan pada rongga mulut;
diare; tonus otot buruk; rambut rontok; konjungtiva dan membrane mukosa pucat.

2. Kebutuhan aman dan nyaman: Nyeri


Nyeri adalah persaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya orang yang
mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebu (Long,
1996). Secara umum, nyeri dapat di definisikan sebagai persaan tidak nyaman, baik
mringan maupun berat (Priharjo, 1992)
a. Fisiologi nyeri
Nosisepsi
Sistem saraf perifer terdiri atas saraf sensorik primer yang khusus bertugas
mendeteksi kerusakan jaringan dan membangkitkan sensasi sentuhan, panas,
dingin, nyeri, dan tekanan. Reseptor yang bertugas merambatkan sensasi nyeri
disebut nosiseptor. Proses tersebut terdiri atas empat fase.
Transduksi
Pada fase transduksi, stimulus atau rangsangan yang membahayakan (mis: bahan
kimia, suhu, listrik atau mekanis) memicu pelepasan mediator biokimia (mis:
prostaglandin, bradikinin, histamin, substansi P) yang mensensitisasi nosiseptor.
Transmisi.
Fase transmisi nyeri terdiri atas tiga bagian. Pada bagian pertama, nyeri merambat
dari serabut saraf prifer ke medulla spinalis.
Persepsi
Pada fase ini, inidividu mulai menyadari adanya nyeri. Tampaknya persepsi nyeri
tersebu terjadi di struktur korteks sehingga memungkinkan munculnya berbagai
setrategi perilaku-kognitif untuk mengurangi komponen sensorik dan afektif nyeri
(McCaffery & Pasero, 1999).
Modulasi
Fase ini disebut juga “sistem desenden.” Pada fase ini, neuron dibatang otak
mengirimkan sinyal-sinyal kembali ke medula spinalis. Serabut desenden tersebut
melepaskan substansi seperi opioid, serotonin, dan norepinefrin yang akan
menghambat impuls asenden yang membahayakan di bagian dorsal medula
spinalis.
Teori Gate Control
Banyak teori yang menjelaskan fisiologi nyeri, namun yang paling sederhana
adalah teori Gate Control yang dikemukakan oleh Melzack dan Well (1965).
Dalam teorinya, kedua orang ahli ini menjelaskan bahwa substansi gelatinosa (SG)
pada medula spinalis bekerja layaknya pintu gerbang yang memungkinkan atau
menghalangi masuknya impuls nyeri menuju otak.
b. Jenis nyeri
Ada tiga klasifikasi nyeri:
1. Nyeri perifer
Nyeri ini ada tiga macam:
nyeri superfisial, yakni rasa nyeri muncul akibat rangsangan pada kulit dan
mukosa.
nyeri viseral, yakni rasa nyeri yang muncul akibat stimulasipada reseptor nyeri
di rongga abdomen, kranium, dan toraks
nyeri ahli, yakni nyeri yang dirasakan pada daerah lain yang jauh dari jaringan
penyebab nyeri.
2. Nyeri sentral
Nyeri yang muncul akibat stimulasi pada medula spinalis, batang otak, dan
talamus.
3. Nyeri psikogenik
Nyeri yang tidak diketahui penyebab fisiknya. Dengan kata lain, nyeri ini
timbul akibat pikiran si penderita sendiri. Seringkali, nyeri ini muncul karena
faktor psikologis, bukan fisiologis.
c. Bentuk nyeri
Secara umum, bentuk nyeri terbagi atas nyeri akut dan nyeri kronis.
Nyeri Akut
Nyeri ini biasanya berlangsung tidak lebih dari enam bulan. Awitan gejalanya
mendadak, dan biasanya penyebab serta lokasi nyeri sudah diketahui. Nyeri akut
ditandai dengan peningkatan tegangan otot dan kecemasan yang keduanya
meningkatkan persepsi nyeri.
Nyeri Kronis
Nyeri ini berlangsung lebih dari enam bulan. Sumber nyeri bisa diketahui atau
tidak. Nyeri cenderung hilang timbul dan biasanya tidak dapat disembuhkan.
Selain itu, penginderaan nyeri menjadi lebih dalam sehingga penderita sukar untuk
menunjukan lokasinya. Dampak dari nyeri ini antara lain penderita menjadi mudah
tersinggung dan sering mengalami insomnia. Akibatnya, mereka menjadi kurang
perhatian, sering merasa putus asa, dan terisolir dari kerabat dan keluarga. Nyeri
kronis biasanya hilang timbul dalam periode waktu tertentu. Ada kalanya penderita
terbebas dari rasa nyeri (mis, sakit kepala migran).
d. Faktor yang mempengaruhi nyeri
Etnik dan nilai budaya
Latar belakang etnik dan budaya merupakan faktor yang memengaruhi reaksi
terhadap nyeri dan ekspresi nyeri. Sebagai contoh, individu dari budaya tertentu
cenderung ekspresif dalam mengungkapkan nyeri, sedangkan individu dari budaya
lain justru lebih memilih menahan perasaan mereka dan tidak ingin merepotkan
orang lain.
Tahap perkembangan
Usia dan tahap perkembangan seseorang merupakan variable penting yang akan
memengaruhi reaksi dan ekspresi terhadap nyeri. Dalam hal ini, anak-anak
cenderung kurang mampu mengungkapkan nyeri yang mereka rasakan
dibandingkan orang dewasa, dan kondisi ini dapat menghambat penanganan nyeri
untuk mereka. Di sisi lain, prevalensi nyeri pada individu lansia lebih tinggi
karena penyakit akut atau kronis yang mereka derita Walaupun ambang batas
nyeri tidak berubah karena penuaan, tetapi efek analgesik yang diberikan menurun
karena perubahan fisiologis yang terjadi.
Lingkungan dan individu pendukung
Lingkungan yang asing, tingkat kebisingan yang tinggi, pencahayaan, dan aktivitas
yang tinggi di lingkungan tersebut dapat memperberatkan nyeri. Selain itu,
dukungan dari keluarga dan orang terdekat menjadi salah satu faktor penting yang
memengaruhi persepsi nyeri individu. Sebagai contoh, individu yang sendirian,
tanpa keluarga atau teman-teman yang mendukungnya, cenderung merasakan
nyeri yang lebih berat dibandingkan mereka yang mendapat dukungan dari
keluarga dan orang-orang terdekat.
Pengalaman nyeri sebelumnya
Pengalaman masa lalu juga berpengaruh terhadap persepsi nyeri individu dan
kepekaannya terhadap nyeri. Individu yang pernah mengalami nyeri atau
menyaksikan penderitaan orang terdekatnya saat mengalami nyeri cenderung
merasa terancam dengan peristiwa nyeri yang akan terjadi dibandingkan individu
lain yang belum pernah mengalaminya. Selain itu, keberhasilan atau kegagalan
metode penanganan nyeri sebelumnya juga berpengaruh terhadap harapan individu
terhadap penanganan nyeri saat ini.
Ansietas dan steress
Ansietas sering kali menyertai peristiwa nyeri yang terjadi. Ancaman yang tidak
jelas asalnya dan tidak ketidakmampuan mengontrol nyeri atau peristiwa di
sekelilingnya dapat memperberat persepsi nyeri. Sebaliknya, individu yang
percaya bahwa meraka mampu mengontrol nyeri yang meraka rasakan akan
mengalami penurunan rasa takut dan kecemasan yang akan menurunkan persepsi
nyeri mereka.
e. Cara mengukur intensitas nyeri
Hayward (1975) mengembangkan sebuah alat ukur nyeri (painomenter) dengan
skala longitudinal yang pada salah satu ujungnya tercantum nilai 0 (untuk keadaan
tanpa nyeri) dan ujung lainnya naialai 10 (untuk kondisi nyeri paling hebat). Untuk
mengukurnya, penderita memilih salah satu bilangan yang menurutnya paling
menggambarkan pengalaman nyeri yang terakhir kali dirasakan, dan nilai ini dapat
dicatat pada sebuah sebuah grafik yang dibuat menurut waktu. Intensitas nyeri ini
sifatnya subjektif dan dipengaruhi oleh banyak hal, seperti tingkat kesadaran,
konsentrasi, jumlah distraksi, tingkat aktivitas, dan harapan keluarga. Insensitas
nyeri dapat dijabarkan dalam sebuah skala nyeri dengan beberapa kategori.

Skala nyeri menurut Hayward


Skala Keterangan
0 Tidak nyeri
1-3 Nyeri ringan
4-6 Nyeri sedang
7-9 Sangat nyeri, tetapi masih dapat dikontrol dengan aktivitas
yang biasa dilakukan
10 Sangat nyeri dan tidak bisa dikontrol
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
DENGAN GASTRITIS

A. PENGKAJIAN

I. Data Umum
1. Nama KK : Tn.N (inisial)
2. Usia : 49 tahun
3. Pendidikan : SMK
4. Pekerjaan : Karyawan swasta
5. Alamat : Kp. Cikiwul RT/RW 01/06 Kec.Bantargebang Kota Bekasi
6. Komposisi anggota keluarga:

No Nama Jenis Hub TTL/umur Pendidikan Pekerjaan Status


(inisial) Kelamin dg Imunisasi
KK
1. Ny. M P Istri 43 Tahun SMK Karyawan -

2. Ny.S P Anak 25 tahun S1 Wiraswasta

Genogram
Tn. Ny.I
Ny.R
Tn.S

Tn.N Tn.U
Ny.I
Tn.I Ny.S Ny.M Ny.N

Gastritis

NN.S

Keterangan:

Laki-laki bercerai meninggal


Perempuan serumah
entry

7. Tipe keluarga:
Tipe keluarga Tn.M adalah nuclear family atau keluarga intri yang terdiri dari
ayah, ibu dan anak.

8. Suku :
Tn.N berasal dari karawang (Sunda) dan Ny.M berasal dari Karawang (Sunda),
bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
Tidak ada kebudayaan yang bertentangan dengan nilai norma serta tidak
menganut nilai-nilai kepercayaan yang dilarang oleh agama yang menurut keluarga
bertentangan dengan kesehatan karena persepsi keluarga terhadap kesehatan
merupakan hal yang penting, jadi ketika Tn.N maupun istri sakit, maka akan pergi
berobat ke fasilitas kesehatan medis.

9. Agama :
Keluarga Tn.N menganut agama islam, anggota keluarga rutin dalam beribadah,
agama dijakdikan dasar sebagai dasar keyakinan oleh keluarga Tn.N dalam
membina hubungan baik dengan sesama.

10. Status Sosial ekonomi keluarga:


Tn.N dan istri bersosialisasi dengan baik dalam ingkungan rumah maupun
ingkungan organisasi. Ny.M mendapatkan uang dari suami pendapatannya kurang
lebih 5-6jt perbulan, untuk pengeluaran dan untuk mengontrol rutin kesehatan
Ny.M, Ny.M sudah mengatur sedemikian rupa utnuk ekonomi keluarga.

11. Aktivitas rekreasi keluarga:


Tn.M sebulan sekali mengajak istrinya untuk jalan-jalan atau pergi ke Karawang.

II. Riwayat & tahap perkembangan keluarga

12. Tahap perkembangan keluarga saat ini


Keluarga Tn.N sekarang pada Tahap keluarga dengan anak usia dewasa dan
belum menikah, dengan tugas perkembangan antara lain :
a) Mempersiapkan perubahan sistem peran
b) Keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa
c) Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjadi keluarga
besardan membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di
masyarakat

13. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar krena anaknya yang pertama
dengan usia 25 tahun belum menikah.
14. Riwayat keluarga inti
Status kesehatan yang dialami Ny.M sering mengalami mual dan kembung jika
sering memakan makanan pedas.

15. Riwayat keluarga sebelumnya


Ny.M mengatakan mengalami mual dan kembung di perut sejak 3 tahun lalu.

III. Lingkungan

16. Karakteristik rumah (termasuk denah rumah)

Dapur Kamar mandi


6 meter

Pintu kamar tidur

Jendela

3 meter

17. Karakteristik tetangga dan komunitas


Tetangga di sekitar rumah sangat baik dan selalu bergotong royong saat ada
tetangga yang kesulitan setiap bulan mengadakan kerja bakti.

18. Mobilitas geografis keluarga


Keluarga Tn.N dan Ny.M sudah dari awal bekerja tinggal di kontrakan ini
dikarenakan dekat dengan perusahaan tempat keluarga Tn.N bekerja

19. Perkumpulan keluarga & interaksi dengan masyarakat


Ny.M mengatakan seringkali berkumpull dengan keluarga dari Tn.N maupun
keluarga Ny.N yang berada di Karawang. NyM berinteraksi sangat baik dengan
masyarakat sekitar.

20. Sistem pendukung keluarga


Ny.M selalu didukung oleh keluaga untuk kesembuhannya terutama suami dan
anaknya yang selalu memotivasi Ny.M dan dalam keluarga yang mengambil
keputusan adalah Tn.N.

IV. Struktur keluarga

21. Pola komunikasi keluarga


Keluarga Tn.N berkomunikasi langsung dengan berhadapan (face to face).
Sifat komunikasi yang digunakan adalah terbuka yaitu masing-masing
dapat mengeluarkan pendapat dan tidak ada paksaan. Bahasa yang di
gunakan saat mereka berbicara adalah bahasa Indonesia. Ketika terjadi
masalah pada keluarga Tn.N di selesaikan dengan cara bermusyawarah, dan yang
biasanya mengambil keputusan adalah Tn.N dalam membantu masalah kesehatan
yang di hadapi oleh keluarga Tn.N. Secara keseluruhan hubungan antar keluarga
Tn.N harmonis karena saling menghormati, dan menghargai satu sama lain.

22. Struktur kekuatan keluarga


Keluarga Tn.N saling mendukung satu dengan yang lainnya, jika ada masalah,
keluarga memecahkannya bersama-sama.

23. Struktur peran


Tn.N sebagai kepala keluarga berperan sebagai pencari nafkah dan Ny.M selain
mengurus keluarga pun bekerja sebegai karyawan di perusahaan. Nn.S berperan
sebagai anak.

24. Nilai dan norma budaya


Nilai yang dianut keluarga adalah budaya sunda. Tetapi tidak ditemukan nilai-
nilai yang bertentangan dengan orang yang sakit gastritis.

V. Fungsi keluarga

25. Fungsi Afektif


Keluarga Tn.N selalu saling menyayangi, mengasihi, dan saling memberikan
perhatian kepada anggota keluarga. Apabila ada anggota keluarga yang sakit
keluarga Tn.N saling merawat anggota keluarga yang sakit.

26. Fungsi sosialisasi


Ny.M mengatakan bersosialisasi dirinya dengan lingkungan sangat baik,
Ny.M selalu mengikuti kegiatan yang ada dilingkungan rumahnya

27. Fungsi perawatan kesehatan (berkaitan masalah kesehatan umum yang ada di
dalam keluarga)
a) Kebutuhan Nutrisi
Dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi keluarga Tn.N sudah cukup baik,
dikarenakan Ny.M memasak selalu makanan yang bergizi. Dalam
cara menyiapkan makanan Ny.M selalu memasak sendiri sebelum pergi
bekerrja untuk membawa bekal makan siang. Dan cara penyajian Ny.I
mempunyai kebiasaan dalam mengolah makanan yaitu dengan cara mencuci
dahulu lalu dimasak, dan disajikan dimeja dengan tertutup.

b) Kebutuhan Eliminasi
Pola BAB saat dikaji tidak ada masalah, rata-rata pola BAB pada keluarga
dalam satu hari yaitu satu kali dan itu terkadang tidak menentu. Sedangkan
Pola BAK padakeluarga Tn.N dalam satu hari bisa 3-4 kali dan tidak ada
keluhan pada saat BAK

c) Kebutuhan Kebersihan Diri


Kebiasaan dari Keluarga Tn.N yaitu mandi 2x sehari pada saat pagi
dan sore dengan menggunakan sabun mandi, gosok gigi 2x sehari pada
saat pagi dan malam, sedangkan keramas 1x dua hari sekali
menggunakan shampoo.

d) Kebutuhan Istirahat Tidur


Pola tidur keluarga Tn.N yaitu rata-rata 7jam perhari dan tidak ada
masalah pada pola tidur.

e) Aktifitas dan Olahraga


Aktifitas setiap hari Tn.N adalah bekerja dan aktifitas Ny.M adalah
menyiapkan sarapan dan masak untuk keluarga dan bekerja di perusahaan.

f) Kebutuhan rekreasi
Keluarga Tn.N rekreasi terkadang satu bulan sekali itupun, dan untuk
menonton tv bersama setiap malam sebelum tidur dikarenakan tv berada di
kamar.

VI. Stress dan koping keluarga

28. Stressor jangka pendek


Keluarga Tn.N mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit keluarga sangat
memikirkan tentang penyakit yang di derita dan khawatir.

29. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah


Jika ada masalah yang ada didalam keluarga, keluarga selalu berdiskusi dan
menyelesaikan masalahnya dengan bermusyawarah.

30. Strategi koping yang digunakan


Upaya yang digunakan dalam keluarga adalah dengan cara tidak melakukan
aktifitas apapun dan memutuskan untuk beristirahat.
31. Strategi adaptasi disfungsional
Keluargaga Tn.N kalau ada masalah mereka selalu mengalah satu sama lain
atau terkadang mereka saling menjelaskan masalahnya dengan bermusyawarah.
VII. Kesehatan Lingkungan
Rumah yang ditempati keluarga Tn.N ini rumah kontrakan 6xa4m yang terdiri
dari satu dapur, dua kamar tidur, satu kamar mandi/wc.. Jenis dinding terbuat dari
semen, lantai menggunakan keramik, jendela hanya di ruang tamu dan ada ventilasi
yang cukup, penerangan cukup baik dan menggunakan listrik, dan kebersihan
di sekitar lingkungan rumah cukup bersih.

32. Kebersihan rumah


Rumah terlihat rapih dah bersih, barang-barangpun tertata rapih. Ny.M
membersihkan rumahnya sehari 1 kali, keadaan dapurmya cukup tertata rapih dan
bersih

33. Pemakaina Air


Sumber air yang digunakan menggunakan air Pam, dan menggunakan air
minum itu dengan membeli air aqua yang langsung dikonsumi.

34. Pembuangan Limbah


Keluarga Tn.N menyediakan tempat sampah di depan pintu masuk dan
didapur, kondisinya rapih, jika sampahnya sudah penuh, membuangnya didekat
rumah
35. Jamban Keluarga
Keluarga Tn.N mempunyai kamar mandi/ wc sendiri, jenis WCnya adalah WC
jongkok dan keadaan bak air nya bersih dan terbebas dari jentik-jentik.

36. Pembuangan air limbah


Kondisi aliran limbah bersih dan tidak ada genangan sampah di pembuangan air
limbah.

37. Fasilitas kesehatan


Keluarga Tn.N memanfaatkan fasilitas kesehatan, dan jika ada salah satu anggota
keluarga yang sakit keluarga segera membawa ke puskesmas atau keklinik
terdekat.
38. Pemeriksaan fisik: head to toe secara inspeksi, palpasi, auskutasi dan perkusi dan
tanda vital temasuk tinggi badan dan berat badan (lampirkan) dan kesimpulan
masalah kesehatan keluarga
Head to Toe Tn.N Ny.M Nn.S
Kepala Rambut tampak Rambut tampak Rambut tampak
bersih, tidak ada bersih, tidak ada bersih, tidak ada
benjoan, tidak benjoan, tidak benjoan, tidak
rontok, rambut rontok, rambut rontok, rambut
berwarna hitam. berwarna hitam. berwarna hitam.
Mata Mata simetris, Mata simetris, Mata simetris,
konjungtiva an- konjungtiva an- konjungtiva an-
anemis, sclera an- anemis, sclera an- anemis, sclera an-
ikterik. ikterik. ikterik.
Telinga Normal, tidak ada Normal, tidak ada Normal, tidak ada
serumen serumen serumen
Hidung Tidak ada benjolan, Tidak ada benjolan, Tidak ada
hidung tampa hidung tampa bersih benjolan, hidung
bersih dan tidak ada dan tidak ada cairan. tampa bersih dan
cairan. tidak ada cairan.
Mulut Mukosa bibir Mukosa bibir Mukosa bibir
lembab, mulut lembab, mulut lembab, mulut
tampak bersih, tampak bersih, tidak tampak bersih,
tidak ada sariawan ada sariawan dan tidak ada sariawan
dan tidak ada caries tidak ada caries gigi. dan tidak ada
gigi. caries gigi.
Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran kelenjar pembesaran
kelenjar tiroid tiroid kelenjar tiroid
Dada dan paru Dada simetris, Dada simetris, suara Dada simetris,
suara nafas nafas vesikuler. suara nafas
vesikuler. vesikuler.
Abdomen Tidak ada distensi Tidak ada distensi Tidak ada distensi
abdomen. abdomen. abdomen.
Ekstremitas Tidak ada kesulitan Tidak ada kesulitan Tidak ada
atas dan dalam pergerakan, dalam pergerakan, kesulitan dalam
bawah tidak ada odem. tidak ada odem. pergerakan, tidak
ada odem.

Tekanan 110/70 mmHg 120/70 mmHg 110/80 mmHg


Darah 20x/menit 22x/menit 20x/menit
RR 36ᵒC 36,2ᵒC 36,3ᵒC
Suhu 90x/menit 88x/menit 92x/menit
Nadi Compomentis Compomentis Compomentis
Kesadaran Baik Baik Baik
Keadaan
Umum
Kesimpulan Tidak ada masalah Gastriitis Tidak ada masalah
Masalah kesehatan kesehatan
kesehatan

VIII. Harapan keluarga terhadap Asuhan Keperawatan Keluarga


Keluarga Tn.N berharap penyakit yang diderita istrinya bisaterkontrol dan keluarga
berharap kepada perawat bisa membantu keluarga dalam pencegahan penyakit
pada Ny.M tersebut.

39. PENJAJAKAN II Pengkajian 5 fungsi perawatan keluarga (sesuaikan dengan


masalah kesehatan)
a) Kemampuan keluarga mengenal masalah
Ny.I mengatakan asma adalah iritasi lambung karena telat makan, tdna
dan gejala nya yaitu mual dan perut kembung dan nyeri uluhati. Penyebabnya
sering makan makanan yang pedas.

b) Kemampuan keluarga mengambil keputusan


Ny.M mengatakan jika beliau sakit atau asmanya kambuh suami akan
langsung membawanya ke klinik perusahaan/ klinik didekat rumah.

c) Kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit


Ny.M mengatakan dalam merawat Ny.M anak serta suaminya memberikan
obat yang dibeli secara bebas di apotik dan memperbanyak istirahat dan
berhenti makan-makanan yang pedas..

d) Kemampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan


Ny.M dan Nn.S tampak selalu membersihkan rumah dan sekitar
rumahnya, dan mempertahankan kebersihan di dalam rumahnya supaya
tidak ada debu.

e) Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan


Ny.I mengatakan bilabelum juga membaik keluarga Tn.M pergi ke klinik
terdekat/puskesmas.

ANALISA DATA KESEHATAN


KELUARGA

No. Data Fokus Masalah Diagnosa


Kesehatan Keperawatan
1. Data Subjektif: Gastritis Nyeri
- Ny.M mengatakan sering berhubungan
nyeri ulu hati, mual dan perut dengan
terasa kembung bila makan- ketidakefektifan
makanan pedas, asam dan pemeliharaan
stres. kesehatan

- Ny.M mengatakan sakit


maag sudah dari 3 tahun yang
lalu

- Ny.M mengatakan “penyakit


gastritis adalah iritasi
lambung”

- Ny.M mengatakan “jika


sudah kambuh maag nya
berobat e klinik perusahaan
atau klinik terdekat dirumah”

- Ny.M mengatakan sering


mengkonsumsi obat-obataan
yang dibeli dari warung.

Data Objektif:
- Ny.M tampak lemas
- P: nyeri timbul saat
beraktivitas
- Q: nyeri seperti ditusuk-
tusuk
- R: nyeri di ulu hati
- S: skala 4
- T: tidak menentu bisa
sebentar, bisa lama
- Kesadaran: composmentis
- Keadaan umum: baik
- TD: 120/70 mmHg
- RR: 22x/menit
- S: 36ᵒC
- N: 90x/menit
Tabel. Diagnosa Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan


1. Resiko terjadinya nyeri berulang pada keluarga Tn.N khususnya Ny.M b.d
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit gastritis.

Skoring Masalah Keperawatan


Masalah keperawatan keluarga: berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang sakit asma.
No. KRITERIA BOBO PERHITUNGAN PEMBENARAN
T
1. Sifat masalah 1 2/3X1=2/3 Karena saat
Skala: kunjungan rumah
Actual 3 klien tidak ada
Resiko 2 tanda dan gejala,
Potensial 1 tetpi sudah ada
data-data yang
mendukung akan
terjadi maag.
2. Kemungkinan masalah untuk 2 2/2X2=2 1. Keluarga Tn.N
diubah sudah
Skala : memahami
Mudah 2 pengertian,
Sebagian 1 penyebab dan
Tidak dapat 0 tanda gejala
dari asma
2. Keluarga Tn.N
sudah
memanfaatkan
fasilitas
kesehatan
dilingkungan
sekitar
3. Potnsial masalah untuk 1 2/3X1=2/3 Tn.N mengatakan
dicegah “Ny.M sudah
Skala : mengalami maag
Tinggi 3 sejak 3 tahun yang
Cukup 2 lalu. Dan belum
Rendah 1 ada komplikasi
dari masalah ni”
4. Menonjolnya masalah 1 2/2X1=1 Tn.N mengatakan
Skala jika ada anggta
Segera ditangani 2 keluarga yang
Masalah ada tapi tidak perlu 1 sakit, atau Ny.M
Masalah tidak dirasakan 0 kambuh maagnya
segera selalu
beisitirahat dn
minum obat
warung terlebih
dahulu bila tidak
kunjung sembuh
segera dibawa ke
klinik perusahaan
atau klinik terdekat
dirumah.
3 4/6

Tabel Diagnosa Keperawatan berdasarkan nilai skoring:


No. Diagnosa Keperawatan Skor
1. Resiko terjadinya nyeri berulang pada keluarga Tn.N khususnya Ny.M 3 4/6
b.d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
gastritis.
Tabel Intervensi Keperawatan dengan Asma
Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi
Umum Khusus Standar Rencana Tindakan
Keperawatan Hasi
l
Resiko Setelah di 1. Setelah di 1. Keluarga 1. Asma adalah 1. Diskusikan dengan
terjadinya lakukan lakukanintervensi mampu peradangan yang keluarga tentang
nyeri berulang intervensi keperawatan menyebutkan terjadi pada dinding pengertian gastritis
pada keluarga keperawata n selama 1x30 pengertian lambung 2. Lakukan pendidikan
Tn.N selama 5 kali menit, keluarga gastritis menurut kesehatan
khususnya kunjungan, mampu : bahasasendiri tentang gastritis
Ny.M Resiko 1.Mengenal penanganannya
berhubungan terjadinya masalah. dalam keluarga
dengan nyeri berulang Keluarga dapat 3. Ulangi apa yang
ketidakmampu tidak terjadi mengenal telah di diskusikan
an keluarga masalah bersama keluarga
dalam kesehatand engan 4. Beri reinforment
merawat gastritis dengan 2. Keluarga mampu 2. Penyebab dari asma
anggota mengetahui serta menyebutkan 3 dari adalah
keluarga yang mampu : 5 penyebab gastritis a. Makanyang tidak 1. Diskusikan dengan
sakit gastritis a. Menjelaskan teratur keluarga tentang
pengertian b. Sering makan peyebab gastritis
gastritis makanan pedas dan 2. Beri kesempatan
b. Menjelaskan asam keluarga bertanya
kembali c. Pemakaian obat 3. Ulangi apa yang
penghilang nyeri telahdi diskusikan
penyebab
d. Infeksi Kuman
gastritis bersama keluarga
e.Stress
c. Menyebutkan 4. Beri reinforment
kembali tanda
dan
gejalagastritis
1. Diskusikan dengan
3. Keluarga mampu 3. Tanda gejala
keluarga tentang
menyebutkan 2 asma adalah
tanda dan gejala
a. Nyeri ulu hati
dari 4 tanda dan gastritis
b. Mual dan
gejala gastritis 2. Ulangi apa yang
muntah
telahdi diskusikan
c. Hilang nafsu
bersama keluarga
makan
3. Beri reinforment
d. Perut terasa
penuh

2. Setelah di 1. Keluargamam 1. Keluarga 1. Diskusikan dengan


lakukan pumenyatakan menyatakan keluarga masalah
intervensi dan mengambil keputusannya yang ada dalam
keperawatan keputusannya dalam keluarga
selama 1x30 dalam mengatasi mengatasi 2. Lakukan
menit, masalah gastritis masalah gastritis pengambilan
keluarga bila tidak keputusan
mampu : ditangani: 3. Ulangi apa yang
1. Mengambil a. ulkus peptikus telah di diskusikan
keputusan b. kanker lambung bersama keluarga
untuk 4. Beri reinforment
Mengatasi
gastritis
Melakukan 1. Mengajarkan kepada
3. Setelah di 1. Keluarga mampu demonstrsi kan keluarga tentang
lakukan melakukan cara kembali cara teknik cara teknik relaksasi
intervensi teknik relaksasi relaksasi progresif progresif
keperawat progresif seperti yang sudah 2. Berikan kesempatan
an selama dicontohkan : kepada keluarga
1x30
menit, keluarga a) Melatih otot untuk melakukan
mampu : tangan: teknik relaksasi
3. Merawat 1. Genggam tangan progresif
angota kanan sambil 3. Pastika keluarga
keluarga membuat agar meakukan
dengan kepalan tindakan yang
gastritis 2. Teknik kedua diajarkan
a. Mendemon lengan belakang 4. Beri reinforcement
strasikan pada positif
bagaimana pergelangan
teknik tangan
relaksasi b) Melatih otot bisep:
progresif 3. Genggam kedua
tangan lalu
kepalkan dan
letakan
diatasnpundak
c) Melatih otot bahu
4. Angkat kedu
bahu setinggi-
tinggonya
d) Melatih otot wajah
5. Kerutkan dahi
dan alis sampai
mengeriput
6. Tutup mata
keras-keras
7. Katupkan
rahang dan
diikuti dengan
menggit gigi-
gigi
8. Bibir
dimencongkan
sekuat-kuatnya
9. Letakan kepala
sehingga bisa
beristirahat dan
tekankan kepaa
pada permukaan
bantalan kursi
10. Benamkan dagu
ke dada
e) Melatih otot
punggung
11. Angkat tubuh
dari sandaran
kursi, lalu
pnggung
dilengkungkan
dan busungkan
dada.
12. Tarik sebanyak-
banyaknya
f) Melatih otot perut
13. Tarik kuat-kuat
perut ke dalam
lalu jadi
kencang dan
keras, lalu
dilepaskan bebas
14. Luruskan kedua
telapak kaki
4. Setelah di 1. Keluarga mampu Keluarga menyebtukan 1. Mengajarkan
lakukan memodifikasilingkung 2 dari 2 memodifikasi keluarga mencegah
intervensi an untuk merawat ingkungan rumah dengan
keperawatan anggota keluarga seperti : memodifikasi
selama 1x30 dengan masalah asma 1.Menyediakan lingkungan
menit, keluarga makanan yang 2. Memotivasi
mampu : sesuai dengan keluarga
a. menyebutkan penderita gastritis memodifikasi
cara memodifikasi yaitu makanan ingkungan
lingkungan untuk yang tidak pedas 3. Berikan
perawatan gastritis atau asam. reinforcement
2.Untuk psikologinya positif
: menghindari
stress melakukan
hal yang
menyenangkan
seperti dzikir atau
menonton tv dan
mengobrol
bersama keluarga.
5. Setelah di 1. Keluarga mampu 1. Melakukan diskusi 1. Diskusikanbersama
lakukan menggunakan fasilitas agar keluarga keluargatentang
intervensi kesehatan yang ada memanfaatkan sarana pemanfaatan
keperawatan untuk penyakit pelayanan kesehatan pelayanan keluarga
selama 1x30 gastritis. 2. pemanfaatan
menit, keluarga pelayanan
mampu : kesehatan Ulangi
a. apa yang telahdi
Memanfaatakan diskusikan

pelayanan 3. Berreinforcement
kesehatan untuk positif
mengatasi
masalah bagi
penderita
gastritis
CATATAN PERKEMBANGAN KELUARGA

HARI/TGL/JAM DIAGNOSA TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF


KEPERAWATAN
Selasa/ 01 Maret DX 1 1. Mediskusikan dengan keuarga
22/ Jam 20.00 Resiko terjadinya perngertian gastritis, ajarkan
WIB nyeri berulang keluarga untuk mengungkapkan
pada keluarga kembali pengertian asma
Tn.N khususnya S: keluarga Tn.N mengatakan Tiara
Ny.M b.d “agastritis adalah iritasi
ketidakmampuan lambung”
keluarga merawat O: Tn.N agak sedikit mengerti
anggota keluarga tentang gastritis
yang sakit
gastritis. 2. Mendiskusikan dengan
keluarga penyebab gastritis
TUK 1: S: Ny.I mengatakan “penyebab
Mengenal masalah gastritis itu stres dan pola
asma makan”
O: Ny.I dan Tn.S tampak
memperhatikan dan memahami
apa yang di diskusikan

3. Memberikan kesempatan
keluarga untuk bertanya
S: Ny.I memngatakan “tidak ada
yang ingin ditanyakan lagi”
O: Ny.I dan Tn.S tampak serius
memperhatikan

4. Memotivasi keluarga untuk


mengungkapkan kembali
penyebab gastritis
S: Tn.N mengatakan “stress dan
pola makan”
O: Tn.N tampak mudah untuk
mengingat kembali dari gastritis

5. Menggali pendapat keluarga


tentang tanda dan gejala
gastritis S: Keluarga Tn.N
mengatakan “tanda dan gejala
gatritis adalah nyeri ulu hati dan
mual”
O: keluarga tampak mengerti
Selasa/02 Feb TUK 2: 1. Mengidentifikasi akibat
22/ Jam 20 .00 Keluarga mampu anjut/komplikasi
WIB mengambil S: Ny.M mengatakan “tidak bisa
keputusan beraktifitas seperti biasa “
Tiara
O: Keluarga Tn.N tampak
memperhtikan dan menjawab
semua pertanyaan.
Kamis/03 Maret TUK 3: 1. Mendemonstrasikan cara teknik
22/ Jam 19.00 Kemampuan relaksasi progresif untuk
WIB keluarga dalam mengurangi nyeri lambung dan
merawat anggota mengurangi stress.
yang sakit S: Ny.M mengatakan “mengerti
apa itu teknik relaksasi progreif
dan bagaimana cara
mempraktekannya dan akan
mempraktekannya bila stress
dan nyeri muncul”
O: Ny.M tampak paham dan
bisa saat untuk intruksi untuk
diulang

2. Memotivasi keluarga untuk


mengulangi apa yang sudah
diajarkan.
S: Tn.N mengatakan “sudah
pahan apa yang diajarkan”
O: Tn.N tampak mengerti

3. Memberikan pujian kepada


keluarga

Jumat/04 Maret TUK 4: 1. Mendiskusikan dengan keluarga


22/ Jam 20.00 Kemampuan tentang cara menyediakan
WIB keluarga dalam makanan dan juga untuk
memodifikasi psikologisnya berupa
lingkungan lingkungan yang tenang. Tiara
S: Tn.N mengatakan “tidak
begitu memperhatikan pola
makan Ny.M“
O: Keluarga Tn.N tampak
memperhatikan dengan penuh
antusias.
Jumat/04 Mare TUK 5 : 1. Mengklarifikasi pengalaman
22/ Jam 20.00 Kemampuan keluarga tentang memanfaatkan
WIB keluarga dalam fasilitias kesehatan.
memanfaatkan S: Tn.N mengatakan “jarang
fasilitas kesehatan pergi ke puskesmas karena Tiara
biasanya pergi ke klinik yang
lebih dekat dari rumah atau
klinik di perusahaan”
O: Tn.N tampak paham dalam
memfasilitaskan fasilitas
kesehatan.

CATATAN PERKEMBANGAN KELUARGA

NO. TGL JAM EVALUASI (SOAP) PARAF


DX 1 Selasa/ 20.00 Subjektif: Ny.M mengatakan
TUK 1 01 WIB 1. “pengertian gastritis adalah peradangan
Maret yang terjadi pada dinding lambung”
22 2. “penyebab dari gastritis karena faktor
stres, pola makan seperti makanan Tiara
pedas, kopi dan makanan asam”
3. “tanda dan gejala dari gastritis adalah
nyeri ulu hati, mual dan perut terasa
penuh “

Objektif: keluarga tampak kkooperatif dan


memahami saat dijelaskan, keluarga
menyebutkan pengertian, penyebab dan tanda
gejala dari asma

Analisa: masalah teratasi

Planning: lanjutkan TUK 2


DX 1 Selasa/ 20.00 Subjektif: Ny.M mengatakan “akibat lanjut dari
TUK 2 01 WIB gastrtitis yaitu kanker ambung dan perdarahan
Maret lambung ”
22 T
Objektif: keluarga tampak mendengarkan saat iara
dijelaskan, keluarga dapat menjelaskan dan
menyebutkan akibat lanjut dari asma

Analisa: masalah teratasi

Planning: lanjutkan TUK 3


DX 1 Rabu/ 20.00 Subjektif: Ny.M mengatakan “sudah mengerti
TUK 3 02 WIB dan paham serta akan mempraktekannya apabila
Maret nyeri timbul”
22
Objektif: keluarga tampak mendengarkan dan
memperhatikan. Ny.M tampak mampu dan
dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi
progresif
Tiara
Analisa: masalah teratasi

Planning: lanjutkan TUK 4


DX 1 Rabu/ 20.00 Subjektif: Keluarga Tn.N mengatakan “sudah
TUK 4 02 WIB mnegerti tentang makanan yang baik bagi
Maret penderita gastritis dan akan lebih
22 memperhatikan pola makan Ny.M”
Tiara
Objektif: Keluarga Tn.S tampak mengeri
tentang makanan yang baik bagi penderita
gastritis dan akan lebih memperhatikan pola
makan Ny.M”

Analisa: masalah teratasi

Planning: lanjutkan TUK 5


DX 1 Jumat/ 20.00 Subjektif: Ny.M mengatakan “sudah lebih
TUK 5 05 WIB mengerti lagi manfaat fasiitas kesehatan yang
Maret ada disekitar rumah”
22
Objektif: Keluarga mendengarkan penjelasakn Tiara
yang diberikan tentang pemanfaatan pelayanan
kesehatan, keluarga tampak sudah mengerti
manfaat pelayanan kesehatan”

Analisa: masalah teratasi

Planning: Pertahankan TUK 4 dan 5.


Menganjurkan keluarga untuk mempertahankan
apa yang telah diajarkan.

DAFTAR PUSTAKA

Friedman, Marilyn M. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga : Riset, Teori dan. Praktek.
Jakarta : EGC

Mubarak, wahit iqbal. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Buku 1. Jakarta : EGC

Mubarak, wahit iqbal. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Buku 2. Jakarta : EGC


Perry and Potter. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan I: konsep, proses, dan praktik
Edisi 4 / Patricia A. Potter, Anne Griffin Perry ; alih bahsa, Yasmin Asih [et all];
editor edisi bahasa Indonesia, Devi Yulianti, Monica Ester. Jakarta : EGC

Setiawati, santun. (2008). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Trans info med

Sudiharto, (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan Keperawatan


Transkultural. Jakarta: EGC

Suprayitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dan Praktik. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai