Di susun oleh :
S1 Keperawatan 6B
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu aspek yang penting dalam keperawatan adalah keluarga. Keluarga
adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan.
Dalam teori sistem keluarga di pandang sebagai suatu sistem terbuka dengan
batas-batasnya. Sebuah sitem didefinisikan sebagai suatu unit kesatuan yang
diarahkan pada tujuan, dibentuk dari bagian-bagian yang berinteraksi dan
bergantungan satu dengan yang lainnya dan yang dapat bertahan dalam jangka waktu
tertentu. Teori sistem merupakan suatu cara untuk menjelaskan sebuah unit keluarga
sebagai sebuah unit yang berkaitan dan berinteraksi dengan sistem yang lain
(Harmoko, 2012).
Maka dari itu penulis akan meninjau beberapa tinjauan kepustakaan untuk
melengkapi teori teori dasar mengenai kosep dasar keluarga.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah proses pembelajaran diharapkan mahasiswa dapat memahami dan
mengetahui tentang konsep keluarga
2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa mengetahui dan memahami tentang :
a. Konsep Keluarga
b. Konsep penyakit ISPA pada Balita
c. asuhan keperawatan anak pada keluarga
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu sama lain (Setiadi, 2008).
Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga
selalu berinteraksi satu sama lain. (Harmoko, 2012).
1. Terdiri atas dua atau lebih individu yang di ikat oleh hubungan darah,
perkawinan, atau adopsi ;
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain ;
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing
mempunyai peran sosial sebagai suami, isteri, anak, kakak, dan adik ;
4. Mempunyai tujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya,
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.
2. Tipe Keluarga
Sesuai dengan perkembangan sosial, maka tipe keluarga berkembang
mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam
meningkatkan derajat kesehatan, maka perawat perlu memahami dan
mengetahui berbagai tipe keluarga. (Harmoko, 2012)
1. Nuclear Family. Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu , dan anak yang
tinggal dalam satu rumah di tetapkan oleh saksi-saksi legal dalam suatu
ikatan perawinan, satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah.
2. Extended Family. Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara,
misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan
sebagainya.
3. Reconstituted Nuclear. Pembentukan baru dari keluarga inti melalui
perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembetukan satu rumah
dengan anak-anaknya , baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun
hasil dari perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat bekerja di luar
rumah.
4. Middle Age/Aging Couple. Suami sebagai pencari uang, istri di rumah/
keduanya-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah meninggalkan
rumah karena sekolah/ perkawinan/ meniti karier.
5. Dyadic Nuclear. Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai
anak, keduanya/ salah satu bekerja di rumah.
6. Single Parent. Satu orang tua sebagai akibat perceraian/ kematian
pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah/ di luar rumah.
7. Dual Carier. Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.
8. Commuter Married. Suami istri/keduanya orang karier dan tinggal
terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu
tertentu.
9. Single Adult. Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak
adanya keinginan untuk menikah.
10. Three Generation. Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
11. Institutional. Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu
panti.
12. Comunal. Satu rumah terdiri dari dua/lebih pasangan yang monogami
dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
13. Group Marriage. Satu perumhan terdiri atas orang tua dan keturunannya
di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah menikah dengan
yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.
14. Unmarried Parent and Child. Ibu dan anak di mana perkawinan tidak di
kehendaki, anaknya di adopsi.
15. Cohibing Cauple. Dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama tanpa
pernikahan.
Di Indonesia di kenal dua tipe keluarga, yaitu tipe keluarga tradisional dan
tipe keluarga non tradisional.
2. Struktur Peran
3. Struktur Kekuatan
3. Tahap III, keluarga dengan anak usia pra sekolah (family with preschool)
Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak
pertama berusia 21/2 tahun dan berakhir ketika anak pertama berusia 5
tahun sekarang keluarga mungkin terdiri dari tiga hingga 5 orang dengan
posisi suami-ayah, istri-ibu, anak laki-laki-saudara, anak perempuan-
saudari, keluarga lebih majemuk dan berbeda. Tugas perkembangan
keluarga pada tahap III yaitu memenuhi kebutuhan anggota keluarga,
mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang baru sementara
tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan
hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan
nilai dan norma kehidupan, melalui mengenalkan kultur keluarga,
menanamkan keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan ber main anak.
4. Tahap IV, keluarga dengan anak usia sekolah (family with school
children)
Tahap ini dimulai ketika anak pertama berusia 6 tahun dan mul;ai
masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dan masa
remaja. Biasanya keluarga mencapai jumlah anggota maksimum, dan
hubungan keluarga diakhir tahap ini. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap IV yaitu mensosialisasikan anak termasuk meningkatkan presiasi
sekolah dan mengembangkan hubungan teman sebaya, mempertahankan
hubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan
fisik, anggota keluarga, membiasakan belajar teratur, mempertahankan
anak saat menyelesaikan tugas sekolah.
6. Tahap VI, keluarga dengan melepas anak atau anak dewasa (launching
center families)
Permulaan dan fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak
pertama meninggalkan rumah orangtua dan berakhir dengan “rumah
kosong”. Ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini dapat
singkat atau agak panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang
belum menikah yang masih tinggal dirumah setelah tamat dari SMA atau
perguruan tinggi.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap VI yaitu memperluas
sirkulasi keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang dapat
melalui perkawinan anak-anak, melanjutkan untuk memperbaharui
hubungan perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan
dari suami maupun istri, membantu anak mandiri, mempertahankan
komunikasi, memperluas hubungan keluarga antara orang tua dengan
menantu, menata kembali peran dan fungsi keluarga setelah ditinggalkan
anak.
3. Etiologi
a. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Osganisme
gram positif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan
streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus
influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
b. Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi
droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab
utama pneumonia virus.
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histopiasmosis menyebar
melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya
ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC).
biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi.
(Reeves, 2001 dalam Sari, 2013)
Etiologi Infeksi Saluran Pernapasan Akut lebih dari 300 jenis bakteri,
virus, dan jamur. Bakteri penyebabnya antar lain dari genus streptokokus,
stafilokokus, pnemokokus, hemofilus, bordetella dan korinebacterium.
Virus penyebabnya antara lain golongan mikovirus, adenovirus,
koronavirus, pikornavirus, mikroplasma dan herpervirus. Bakteri dan virus
yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri
stafilokokus dan sterptokokus serta virus influenza yang di udara bebas
akan masuk dan menempel pada saluran pernapasan bagian atas yaitu
tenggorokan dan hidung (Sari, 2013).
Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia di bawah 2
tahun yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan
musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan resiko serangan ISPA.
Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian
ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang,
dan buruknya sanitasi lingkungan (Sari, 2013).
4. Faktor Resiko
Menurut Dewi (2011), faktor resiko meningkatkan resiko penularan
pneumokokus diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Anak berusia di bawah lima tahun (balita).
b. Anak ada di tempat penitipan anak / playgroup, sehingga ia dapat
tertular oleh penderita batuk lain.
c. Anak tinggal di lingkungan polusi dan lingkungan perokok.
d. Bayi lahir prematur.
e. Bayi tidak mendapatkan ASI atau mendapat ASI tetapi tidak memadai,
kurang gizi, imunisasi tidak lengkap.
f. Anak tinggal di hunian padat atau di lingkungan yang tidak sehat.
g. Sedang terjadi pergantian cuaca, sehingga menyebabkan terhirupnya
asap / debu secara berulang-ulang.
h. Sedang terjadi musim hujan.
i. Anak merupakan penderita penyakit kronis seperti asma, HIV,
penyakit gangguan darah, jantung dan sistem imunologi.
Menurut Dewi (2011), keadaan semakin parah jika ditemui gejala berikut :
a. Anak batuk pilek dan tidak mau makan.
b. Nafasnya sesak.
c. Nafasnya cepat.
5. Patofisiologi
a. Virus pernafasan, Streptococus pneumoniae, atau Mycoplasma
pneumoniae menginvasi saluran nafas bawah, baik melalui saluran nafas
atas atau aliran darah.
b. Pneumonia viral biasanya menyebabkan reaksi inflamasi yang terbatas
pada dinding alveolar.
c. Pada pneumonia bakterial, mukus yang statis terjadi sebagai akibat dari
pembengkakan vaskular. Debris sel berkumpul dalam ruang alveolar.
Ekspansi yang sedikit berlebihan dengan udara yang terjebak mengikuti.
Inflamasi alveoli menyebabkan atelektasis, sehingga pertukaran gas
menjadi terganggu.
d. Infeksi bakteri sekunder sering kali terjadi setelah pneumonia viral atau
aspirasi dan memerlukan penanganan antibiotik.
(Kyle, Terri. 2015)
6.
7. Manifestasi Klinis
Usia merupakan faktor penentu dalam manifestasi klinis pneumonia.
Neonatus dapat menunjukkan hanya gejala demam tanpa ditemukannya
gejala-gejala fisis pneumonia. Pola klinis yang khas pada pasien
pneumonia viral dan bakterial umumnya berbeda antara bayi yang lebih
tua dan anak, walaupun perbedaan tersebut tidak selalu jelas pada pasien
tertentu. Demam, menggigil, takipneu, batuk, malaise, nyeri dada akibat
pleuritis dan iritabilitas akibat sesak respiratori, sering terjadi pada bayi
yang lebih tua dan anak (Nelson, 2014).
Pneumonia virus lebih sering berasosiasi dengan batuk, mengi, atau stidor
dan gejala demam lebih tidak menonjol dibanding pneumonia bakterial.
Pneumonia bakterial secara tipikal berasosiasi dengan demam tinggi,
menggigil, batul, dispneu dan pada auskultasi ditemukan adanya tanda
konsolidasi paru. Pneumonia atipikal pada bayi kecil ditandai oleh gejala
yang khas seperti takipneu, batuk, ronki kering (crackles) pada
pemeriksaan auskultasi dan seringkali ditemukan bersamaan dengan
timbulnya konjungtivitis chlamydial. Gejala klinis lainnya yang dapat
ditemukan adalah distres pernafasan termasuk nafas cuping hidung,
retraksi interkosta dan subkosta, dan merintih (grunting). Semua jenis
pneumonia memiliki ronki kering yang terlokalisir dan penurunan suara
respiratori. Adanya efusi pleura dapat menyebabkan bunyi pekak pada
pemeriksaan perkusi (Nelson, 2014).
Tanda dan gejala yang mungkin bisa terjadi menurut (Suriadi & Yuliani.
2010) antara lain :
i. Serangan akut dan membahayakan
ii. Demam tinggi (pneumonia virus bagian bawah)
iii. Batuk
iv. Rales (ronki)
v. Wheezing
vi. Sakit kepala, malaise, myalgia (pada anak)
8. Pencegahan
Menurut Wong, Donna. L (2013), penggunaan vaksin polisakarida
pneumokokus dianjurkan pada individu tertentu, seperti anak-anak yang
berusia lebih dari 2 tahun yang berisiko menderita infeksi pneumokokus
atau berisiko menderita penyakit serius. Bayi atau anak yang menderita
pneumonia kambuhan harus dievaluasi lebih lanjut untuk adanya fibrosis
kistik.
2. Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau
masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga (Padila
2012). Biasanya keluarga yang mempunyai balita dengan infeksi
saluran pernafasan akut mempunyai jumlah anggota keluarga yang
banyak sehingga kebutuhan tidak terpenuhi.
3. Sistem pulmonal
Biasanya sesak nafas, dada tertekan, pernafasan cuping hidung,
hiperventilasi, batuk (produktif/nonproduktif), sputum banyak,
pernafasan diafragma dan perut meningkat, laju pernafasan
meningkat dan anak biasanya cengeng.
4. Sistem kardiovaskuler
Biasanya anak mengalami sakit kepala, denyut nadi meningkat,
takikardi/bradikardi, dan disritmia, pemeriksaan CRT.
5. Sistem neurosensori
Biasanya anak gelisah, terkadang ada yang mengalami penurunan
kesadaran, kejang, refleks menurun/normal, letargi.
6. Sistem genitourinaria
Biasanya produksi urine normal dan tidak mengalami gangguan.
7. Sistem digestif
Biasanya anak mengalami mual, kadang muntah, konsistensi feses
normal.
8. Sistem muskuloskeletal
Biasanya lemah, cepat lelah, tonus otot menurun, nyeri otot/normal,
retraksi paru, penggunaan otot aksesoris pernafasan.
9. Sistem integumen
Biasanya balita mempunyai turgor kulit menurun, kulit pucat,
sianosis, banyak keringat, suhu tubuh meningkat dan kemerahan.
Tabel 2.4 Intervensi Keperawatan pada Keluarga dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut
3. Resiko Setelah 1. Setelah Keluarga mampu a. Gizi kurang atau a. Gali pengetahuan
ketidakseimbanga dilakukan dilakukan menjelaskan kurang gizi (sering keluarga tentang gizi
n nutrisi kurang kunjungan kunjungan 1 pengertian gizi kali tersebut kurang
dari kebutuhan sebanyak 5 x x 45 menit kurang, malnutrisi) muncul b. Diskusikan bersama
tubuh 45 keluarga menyebutkan dua akibat asupan energi keluarga tentang
berhubungan menitkeluarga mampu penyebab gizi dan makronutrien pengertian gizi kurang
dengan mampu mengenal, kurang dan yang tidak memadai. c. Jelaskan kepada
ketidakmampuan mengenal, memutuska menyebutkan 2 b. Penyebab gizi keluarga penyebab gizi
keluarga merawat memutuskan, n, dan tanda dan kurang yaitu kurang
anggota keluarga dan merawat merawat gejala gizi kurangnya asupan d. Jelaskan tanda dan
yang sakit anggota anggota kurang. nutrisi, pola makan gejala gizi kurang pada
keluarga keluarga asuhan anak kurang balita
dengan dengan memadai,yankes e. Jelaskan dampak yang
ketidakseimba ketidakseim kurang memadai ditimbulkan pada
ngan nutrisi : bangan c. Tanda dan gejala balita dengan gizi
kurang dari nutrisi : gizi kurang yaitu kurang
kebutuhan kurang dari badan kurus, rambut f. Beri kesempatan pada
tubuh kebutuhan kecoklatan, BB pada keluarga untuk
tubuh KMS berada bertanya
BGK/BGM g. Bantu keluarga untuk
d. Dampak yang mengulangi apa yang
ditimbulkan, balita telah dijelaskan
mengalami h. Beri pujian atas
keterlambatan prilaku yang benar
tumbuh kembang
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi berdasarkan pada seberapa efektif intervensi yang dilakukan
keluarga, perawat dan lainnya. Keberhasilan lebih ditentukan oleh hasil
pada sistem keluarga dan anggota keluarga (bagaimana anggota berespons)
daripada intervensi yang diimplementasikan. Evaluasi merupakan kegiatan
bersama antara perawat dan keluarga. Evaluasi merupakan proses terus
menerus yang terjadi setiap saat perawat memperbarui rencana asuhan
keperawatan (Friedman, 2010). Sedangkan menurut Ayu (2010), evaluasi
merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi merupakan
sekumpulan metode dan keterampilan untuk menentukan apakah program
sudah sesuai dengan rencana dan tuntutan keluarga.
1.1 Kesimpulan
Berdasarkan urain diatas dapat disimpulkan bahwa bahwa keluarga adalah
sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk
menciptakan, memepertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga.
1.2 Saran
1. Semoga makalah ini dapat bermamfaat bagi yang pembaca, terutama mahasiswa
keperawatan
2. Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan
dalam keperawatan keluarga khususnya
DAFTAR PUSTAKA
Friedman, Marilyn M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori dan Praktek.
Jakarta : EGC
Setiadi. (2008). Konsep & Proses Keperawatan Keluarga. Jogjakarta : Graha Ilmu.
Setiawati & Dermawan. (2008). Asuhan Keperawatan Keluarga, edisi 2. Jakarta: Trans Info
Media
Agrina, dkk. 2014. Analisa Aspek Balita Terhadap Kejadian Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) Dirumah. Jurnal Keperawatan. Diakses 08 Januari
2017
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2340
Alimul, Aziz Hidayat. 2012. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah
Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.
Dewi, Ratna Pudiastuti. 2011. Waspadai Penyakit Pada Anak. Jakarta : PT.
Indeks.
Dinas Kesehatan Kota Padang. 2015. Laporan Tahunan Tahun 2015. Padang :
DKK.
Friedman, Marilyn M dkk. 2010. Buku Ajar : Keperawatan Keluarga Riset, Teori &
Praktik. Jakarta : EGC.
Kemenkes RI. 2010. Pusat Data & Surveilans Epidemiologi, Buletin Pneumonia.
Kemenkes RI. 2013. Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta. Diakses :
08 Januari 2017 dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil
%20Riskesdas
%202013.pd
Kemenkes RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015. Jakarta. Diakses 12
Januari 2017 http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-Indonesia-2015.pdf
Kusuma, Kelana Dharma. 2015. Metodologi Penelitian Keperawatan (Pedoman
Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian). Jakarta : Anggota IKAPI
Kyle, Terri & Carman, Susan. 2015. Buku Praktik Keperawatan Pediatri. Jakarta
: EGC.
Nelson. 2014. Ilmu Kesehatan Anak Esensial Edisi Keenam. Jakarta : EGC.
Saryono & Anggraeni, Mekar Dwi. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
2338-9117
Suriadi & Yuliani, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : Sagung
Seto.
Susilaningrum, Rekawati dkk. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak ; untuk
Perawat dan Bidan Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.
Wahid, Abd & Suprapto Imam. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, Asuhan
Keperawatan pada Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta : Anggota IKAPI.