Anda di halaman 1dari 56

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA KELUARGA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga


semester enam, tahun ajaran 2021/2022

Di susun oleh :

Kelompok 1 (Absen 1 sampai 10)

S1 Keperawatan 6B
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang secara terus


menerus mengakibatkan tingkat pendidikan dan teknologi semakin maju. Orang
dengan mudah berobat dan tidak takut dengan penyakit berbahaya. Tapi hal ini
dipengaruhi oleh peningkatan biaya pengobatan sementara masyarakat, masih
banyak yang hidup dibawah garis kemiskinan. Oleh karena itu masyarakat Indonesia
harus sudah mengenal kesehatan keluarga dari sekarang agar masyarakat mengenal
arti pentingnya kesehatan dan oleh sebab itu disini akan dibahas tentang konsep
keperawatan keluarga dalam keperawatan di Indonesia. Agar masyarakat Indonesia
hidup sehat keperawatan keluarga merupakan salah satu area spesalis dalam
keperawatan yang berfokus kepada keluarga sebagai target pelayanan. Tujuan dari
keperawatan keluarga adalah untuk meningkatkan kesehatan keluarga secara
menyeluruh dan setiap anggota keluarga.

Salah satu aspek yang penting dalam keperawatan adalah keluarga. Keluarga
adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan.

Dalam teori sistem keluarga di pandang sebagai suatu sistem terbuka dengan
batas-batasnya. Sebuah sitem didefinisikan sebagai suatu unit kesatuan yang
diarahkan pada tujuan, dibentuk dari bagian-bagian yang berinteraksi dan
bergantungan satu dengan yang lainnya dan yang dapat bertahan dalam jangka waktu
tertentu. Teori sistem merupakan suatu cara untuk menjelaskan sebuah unit keluarga
sebagai sebuah unit yang berkaitan dan berinteraksi dengan sistem yang lain
(Harmoko, 2012).

Maka dari itu penulis akan meninjau beberapa tinjauan kepustakaan untuk
melengkapi teori teori dasar mengenai kosep dasar keluarga.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :

1. Apa konsep keluarga keluarga ?


2. Apa konsep penyakit ISPA pada anak?
3. Bagaimana asuhan keperawatan anak pada keluarga ?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah proses pembelajaran diharapkan mahasiswa dapat memahami dan
mengetahui tentang konsep keluarga
2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa mengetahui dan memahami tentang :
a. Konsep Keluarga
b. Konsep penyakit ISPA pada Balita
c. asuhan keperawatan anak pada keluarga
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Keluarga

1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu sama lain (Setiadi, 2008).

Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga
selalu berinteraksi satu sama lain. (Harmoko, 2012).

Menurut Duvall (1985), keluarga adalah sekumpulan orang yang


dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan
menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum: meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap anggota.

Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh


perkawinan adopsi dan lahir yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,
mental dan emosionaldan sosial dan individu-individu yang ada didalamnya
terlihat pada interaksi yang saling ketergantungan untuk menciptakan tujuan
bersama (Friedman, 2010).

Menurut Departemen Kesehatan RI, 1998 keluarga adalah unit terkecil


dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang
yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan
saling ketergantungan.

Sesuai dengan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa


karakteristik keluarga adalah :

1. Terdiri atas dua atau lebih individu yang di ikat oleh hubungan darah,
perkawinan, atau adopsi ;
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain ;
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing
mempunyai peran sosial sebagai suami, isteri, anak, kakak, dan adik ;
4. Mempunyai tujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya,
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.

2. Tipe Keluarga
Sesuai dengan perkembangan sosial, maka tipe keluarga berkembang
mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam
meningkatkan derajat kesehatan, maka perawat perlu memahami dan
mengetahui berbagai tipe keluarga. (Harmoko, 2012)

1. Nuclear Family. Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu , dan anak yang
tinggal dalam satu rumah di tetapkan oleh saksi-saksi legal dalam suatu
ikatan perawinan, satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah.
2. Extended Family. Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara,
misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan
sebagainya.
3. Reconstituted Nuclear. Pembentukan baru dari keluarga inti melalui
perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembetukan satu rumah
dengan anak-anaknya , baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun
hasil dari perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat bekerja di luar
rumah.
4. Middle Age/Aging Couple. Suami sebagai pencari uang, istri di rumah/
keduanya-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah meninggalkan
rumah karena sekolah/ perkawinan/ meniti karier.
5. Dyadic Nuclear. Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai
anak, keduanya/ salah satu bekerja di rumah.
6. Single Parent. Satu orang tua sebagai akibat perceraian/ kematian
pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah/ di luar rumah.
7. Dual Carier. Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.
8. Commuter Married. Suami istri/keduanya orang karier dan tinggal
terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu
tertentu.
9. Single Adult. Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak
adanya keinginan untuk menikah.
10. Three Generation. Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
11. Institutional. Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu
panti.
12. Comunal. Satu rumah terdiri dari dua/lebih pasangan yang monogami
dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
13. Group Marriage. Satu perumhan terdiri atas orang tua dan keturunannya
di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah menikah dengan
yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.
14. Unmarried Parent and Child. Ibu dan anak di mana perkawinan tidak di
kehendaki, anaknya di adopsi.
15. Cohibing Cauple. Dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama tanpa
pernikahan.

Di Indonesia di kenal dua tipe keluarga, yaitu tipe keluarga tradisional dan
tipe keluarga non tradisional.

1. Tipe Keluarga Tradisional


a. Keluarga inti : suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, sitri,
dan anak (kandung/angkat).
b. Keluarga besar : keluarga inti ditambah keluarga lain yang
mempunyai hubungan darah misal kakak, nenek, paman, bibi.
c. Single Parent : suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
denga anak ( kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
kematian/perceraian.
d. Single Adult : suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang
dewasa.
e. Keluarga lanjut usia : terdiri dari suami istri lanjut usia.
2. Tipe Keluarga Non Tradisional
a. Commune Family : kebih satu keluarga tanpa pertalian darah
hidup serumah.
b. Orangtua (ayah ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak
hidup bersama dalam satu rumah tangga.
c. Homosexual : dua individu yang sejenis hidup bersama dalam satu
rumah tangga. (Harmoko, 2012)
3. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (2010) ada 5 yaitu :
1. Fungsi afektif adalah fungsi untuk mempertahankan kepribadian.
2. Fungsi sosialisasi adalah fungsi sosialisasi menfasilitasi stabilisasi prime
anak yang bertujuan menjadikan anak sebagai anggota masyarakat yang
produktif serta memberikan status anggota pada keluarga.
3. Fungsi reproduksi bertujuan untuk mempertahankan kontinuitas keluarga
selama beberapa generasi dan untuk keberlangsungan hidup
dimasyarakat.
4. Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang
cukup, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai melalui proses
pengambilan keputusan.
5. Fungsi perawatan keluarga adalah fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh
orang tua yang menyediakan makanan, pakaian, tempat tingga, perawatan
kesehatan dan perlindungan terhadap bahaya.

Ada juga beberapa sumber menhelaskan tentang fungsi keluarga sebagai


berikut :
1. Fungsi biologis, yaitu fungsi untuk meneruskan keturunan, memelihara
dan membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
(Harmoko, 2012)
2. Fungsi psikologis, yaitu memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi
keluarga, memberikan perhatian di antara keluarga, memberikan
kedewasaan kepribadian anggota keluarga, serta memberikan identitas
pada keluarga. (Harmoko, 2012)
3. Fungsi sosialisasi adalah membina sosialisasi pada anak, membentuk
normanorma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan masing-
masing dan meneruskan nilai-nilai budaya (Harmoko, 2012). Fungsi
sosialisasi adalah fungsi yang mengembagkan proses interaksi dalam
keluarga yang dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan tempat
individu untuk belajar bersosialisasi (Setiawati, 2008).
4. Fungsi ekonomi adalah mencari sumber-sumber penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga saat ini dan menabung untuk memenuhi
kebutuhan keluarga dimana yang akan datang (Harmoko, 2012) . Fungsi
ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggota keluarga termasuk sandang, pangan dan papan (Setiawati, 2008).
5. Fungsi pendidikan adalah menyekolahkan anak untuk memberikaan
pengetahuan, keterampilan, membentuk perilaku anak sesuai dengan
bakat dan minat yang dimilikinya, mempersiapkan anak untuk kehidupan
dewasa yang akan datang dalam memenuhi perannya sebagai orang
dewasa serta mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembanganya
(Harmoko, 2012).

4. Dimensi Dan Struktur Keluarga


Menurut Setiadi (2008), struktur keluarga adalah :
1. Patrineal adalah keluarga yang terdiri dari sanak saudara dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.
2. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui
jalur ibu.
3. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
4. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama sedarah
istri.

Menurut Friedman (1998) struktur keluarga terdiri atas :


1. Pola dan Proses Komunikasi,
2. Struktur Peran,
3. Struktur Kekuatan
4. Struktur Nilai dan Norma

Struktur keluarga oleh Friedman di gambarkan sebagai berikut.


1. Struktur Komunikasi

Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan


secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai, dan ada hierarki
kekuatan. Komunikasi keluarga pengirim yakin mengemukakan pesan
secara jelas dan berkualitas, serta meminta dan menerima umpan balik.
Penerima pesan mendengarkan pesan, memberikan umpan balik, dan
valid.

Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila


tertutup, adanya isi atau berita negatif, tidak berfokus sendiri.
Komunikasi keluarga bagi pengirim bersifat asumsi, ekspresi perasaan
tidak jelas, judgemental ekspresi, dan komunikasi tidak sesuai. Penerima
pesan gagal mendengar, diskualifikasi, ofensif ( bersifat negatif), terjadi
miskomunikasi dan kurang atau tidak valid.

2. Struktur Peran

Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai


posisi sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal
atau informal. Posisi/status adalah posisi individu dalam masyarakat
misal status sebagai istri/suami.

3. Struktur Kekuatan

Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk


mengontrol, memengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain. Hak
(legitimate power), ditiru (referent power), keahlian (exper power),
hadiah (reward power), paksa (coercive power), dan efektif power.

4. Struktur Nilai dan Norma

Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat


anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola
perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu, lingkungan
keluarga, dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga.
 Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara sadar atau tidak
dapat mempesatukan anggota keluarga.
 Norma, pola perilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan
sistem nilai dalam keluarga
 Budaya, kumpuan daripada perilaku yang dapat dipelajari, dibagi
dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.

5. Tahap – Tahap Keluarga


Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall & Miliier ; Carter &
Megoldirck, Friedman (2010), mempunyai tugas perkembangan yang berbeda
seperti :

1. Tahap I, keluarga pemula atau pasangan baru


Tahap ini menunjuk kemasa dimana individu berusia 20 tahunan yang
telah mandiri secara finansial, dan secara fisik telah meninggalkan
keluarganya namun belum berkeluarga, tahap keluarga antara tidak
dianggap tahap siklus kehidupan keluarga. Tugas perkembangan
keluarga pemula antara lain membina hubungan yang harmonis dan
kepuasan bersama dengan membangun perkawinan yang saling
memuaskan, membina hubungan dengan orang lain dengan
menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis lain dengan
menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis, merencanakan
kehamilan dan mempersiapkan diri menjadi orang tua.

2. Tahap keluarga II, keluarga kelahiran anak pertama (child bearing)


Tahap kedua dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi
berusia 30 bulan. Biasanya orang tua tergetar hatinya dengan kelahiran
anak pertama mereka, tetapi kegembiraan yang tidak dibuat-buat ini
berakhir ketika seorang ibu baru tiba dirumah dengan bayinya setelah
tinggal dirumah sakit untuk beberapa waktu. Ibu dan ayah tiba-tiba
berselisih dengan semua peran-peran mereka. Tugas perkembangan
keluarga pada tahap II yaitu membentuk keluarga muda sebagai sebuah
unit, mempertahankan hubungan perkawinan yang besar dengan
manambahkan peran orang tua kakek dan nenek dan mensosialisasikan
dengan lingkungan keluarga besar masing-masing pasangan.

3. Tahap III, keluarga dengan anak usia pra sekolah (family with preschool)
Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak
pertama berusia 21/2 tahun dan berakhir ketika anak pertama berusia 5
tahun sekarang keluarga mungkin terdiri dari tiga hingga 5 orang dengan
posisi suami-ayah, istri-ibu, anak laki-laki-saudara, anak perempuan-
saudari, keluarga lebih majemuk dan berbeda. Tugas perkembangan
keluarga pada tahap III yaitu memenuhi kebutuhan anggota keluarga,
mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang baru sementara
tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan
hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan
nilai dan norma kehidupan, melalui mengenalkan kultur keluarga,
menanamkan keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan ber main anak.

4. Tahap IV, keluarga dengan anak usia sekolah (family with school
children)
Tahap ini dimulai ketika anak pertama berusia 6 tahun dan mul;ai
masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dan masa
remaja. Biasanya keluarga mencapai jumlah anggota maksimum, dan
hubungan keluarga diakhir tahap ini. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap IV yaitu mensosialisasikan anak termasuk meningkatkan presiasi
sekolah dan mengembangkan hubungan teman sebaya, mempertahankan
hubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan
fisik, anggota keluarga, membiasakan belajar teratur, mempertahankan
anak saat menyelesaikan tugas sekolah.

5. Tahap V, keluarga dengan anak remaja (family eith teenagers)


Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima dari
siklus kehidupan keluarga dimulai tahap ini berlangsung selama 6 hingga
7 tahun, meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan
keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih tinggal di rumah
hingga berumur 19 atau 20 tahun. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap V yaitu menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab
ketika remaja menjadi dewasa mandiri, memfokuskan kembali hubungan
perkawainan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dengan
anak-anak, memberikan perhatian, memberikan kebebasan dan batasan
tanggung jawab, mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.

6. Tahap VI, keluarga dengan melepas anak atau anak dewasa (launching
center families)
Permulaan dan fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak
pertama meninggalkan rumah orangtua dan berakhir dengan “rumah
kosong”. Ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini dapat
singkat atau agak panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang
belum menikah yang masih tinggal dirumah setelah tamat dari SMA atau
perguruan tinggi.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap VI yaitu memperluas
sirkulasi keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang dapat
melalui perkawinan anak-anak, melanjutkan untuk memperbaharui
hubungan perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan
dari suami maupun istri, membantu anak mandiri, mempertahankan
komunikasi, memperluas hubungan keluarga antara orang tua dengan
menantu, menata kembali peran dan fungsi keluarga setelah ditinggalkan
anak.

7. Tahap VII, keluarga usia pertengahan (nuddle age families)


Tahap ketujuh dari siklus kehidupan keluarga, tahap usia
pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir pada saat pension atau kematian salah satu pasangan.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap VII yaitu menyediakan
lingkungan yang meningkatkan kesehatan, mempertahankan hubungan
yang memuaskan dan penuh arti para orang tua dan lansia, memperkokoh
hubungan perkawinan, menjaga keintiman, merencanakan kegiatan yang
akan datang, memperhatikan kesehatan masing-masing pasangan, tetap
menjaga komunikasi dengan anak-anak.

8. Tahap VIII, keluarga usia lansia


Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah
satu atau kedua pasangan memasuki masa pension, terus berlangsung
hingga salah satu pasangan meninggal, dan berakhir dengan pasangan
lain meninggal.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap VIII yaitu
mempertahankan peraturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan
terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan hubungan
perkawinan, mempertahankan terhadap kehilangan pasangan,
mempertahankan ikatan keluarga antar generasi, meneruskan untuk
memahami eksistensi mereka, saling member perhatian yang
menyenangkan antara pasangan, merencanakan kegiatan untuk mengisi
waktu tua seperti berolahraga, berkebun, mengasuh cucu.

B. Konsep Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada Balita

1. Pengertian Infeksi Saluran Pernapasan Akut : Pneumonia


Infeksi pernafasan merupakan penyakit akut yang paling banyak terjadi
pada anak-anak (Wong, Donna L. 2013). Infeksi saluran pernafasan akut
menurut Sari (2013) adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun
bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus,
maupun reketsia tanpa atau disertai dengan radang parenkim paru. ISPA
adalah masuknya mikroorganisme (bakteri, virus, riketsi) ke dalam saluran
pernapasan yang menimbulkan gejala penyakit yang dapat berlangsung
sampai 14 hari.

Pneumonia merupakan penyakit yang sering terjadi pada masa kanak-


kanak, namun lebih sering terjadi pada masa bayi dan masa kanak-kanak
awal. Secara klinis, pneumonia dapat terjadi sebagai penyakit primer atau
sebagai komplikasi dari penyakit lain (Wong, Donna L. 2013). Sedangkan
menurut Nelson (2014), pneumonia adalah inflamasi pada parenkim paru
dengan konsolidasi ruang alveolar. Istilah infeksi respriratori bawah
seringkali digunakan untuk mencakup penyakit bronkitis, bronkolitis,
pneumonia atau kombinasi dari ketiganya. Gangguan pada sistem imunitas
tubuh pasien dapat meningkatkan resiko terjadinya pneumonia.
2. Klasifikasi Pneumonia
Berdasarkan pedoman MTBS 2008 dalam Susilaningrum (2013), pneumonia
dapat diklasifikasikan secara sederhana berdasarkan dengan gejala yang ada.
Klasifikasi ini bukan diagnosis medis, melainkan bertujuan untuk membantu
petugas kesehatan yang berada di lapangan untuk menentukan tindakan
yang perlu diambil, sehingga anak tidak terlambat mendapatkan
penanganan. Klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut :

a. Pneumonia berat atau penyakit sangat berat, apabila terdapat gejala


sebagai berikut :
1) Ada tanda bahaya umum, seperti anak tidak bisa minum atau
menyusu, selalu memuntahkan semuanya, kejang atau anak letargis /
tidak sadar.
2) Terdapat tarikan dinding dada ke dalam.
3) Terdapat stridor (suara nafas bunyi “grok-grok” saat inspirasi).
b. Pneumonia, apabila terdapat gejala nafas cepat. Batasan nafas cepat adalah
:
1) Anak usia 2-12 bulan apabila frekuensi nafas 50 kali per menit
atau lebih
2) Anak usia 12 bulan sampai 5 tahun apabila frekuensi nafas 40 kali
per menit atau lebih.
c. Batuk bukan pneumonia, apabila tidak ada tanda-tanda pneumonia
atau penyakit sangat berat.

Klasifikasi berdasarkan Reeves (2001) dalam Sari (2013) adalah sebagai


berikut :

a. Community Acquired Pneumonia dimulai sebagai penyakit pernafasan


umum dan bisa berkembang menjadi pneumonia. Pneumonia Streptococal
merupakan organisme penyebab umum. Tipe pneumonia ini biasanya
menimpa kalangan anak-anak atau kalangan orang tua.
b. Hospital Acquired Pneumonia dikenal sebagai pneumonia nosokomial.
Organisme seperti ini aeruginisa pseudomonas. Klibseilla atau aureus
stapilo-coccus, merupakan bakteri umum penyebab hospital acquired
pneumonia.
c. Lobar dan Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi
infeksi. Sekarang ini pneumonia diklasifikasikan menurut osganisme, bukan
hanya menurut lokasi anatominya saja.
d. Pneumonia viral, bakterial dan fungi dikategorikan berdasarkan pada agen
penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk mengidentifikasikan
organisme perusak.

3. Etiologi
a. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Osganisme
gram positif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan
streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus
influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
b. Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi
droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab
utama pneumonia virus.
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histopiasmosis menyebar
melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya
ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC).
biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi.
(Reeves, 2001 dalam Sari, 2013)

Etiologi Infeksi Saluran Pernapasan Akut lebih dari 300 jenis bakteri,
virus, dan jamur. Bakteri penyebabnya antar lain dari genus streptokokus,
stafilokokus, pnemokokus, hemofilus, bordetella dan korinebacterium.
Virus penyebabnya antara lain golongan mikovirus, adenovirus,
koronavirus, pikornavirus, mikroplasma dan herpervirus. Bakteri dan virus
yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri
stafilokokus dan sterptokokus serta virus influenza yang di udara bebas
akan masuk dan menempel pada saluran pernapasan bagian atas yaitu
tenggorokan dan hidung (Sari, 2013).
Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia di bawah 2
tahun yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan
musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan resiko serangan ISPA.
Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian
ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang,
dan buruknya sanitasi lingkungan (Sari, 2013).

4. Faktor Resiko
Menurut Dewi (2011), faktor resiko meningkatkan resiko penularan
pneumokokus diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Anak berusia di bawah lima tahun (balita).
b. Anak ada di tempat penitipan anak / playgroup, sehingga ia dapat
tertular oleh penderita batuk lain.
c. Anak tinggal di lingkungan polusi dan lingkungan perokok.
d. Bayi lahir prematur.
e. Bayi tidak mendapatkan ASI atau mendapat ASI tetapi tidak memadai,
kurang gizi, imunisasi tidak lengkap.
f. Anak tinggal di hunian padat atau di lingkungan yang tidak sehat.
g. Sedang terjadi pergantian cuaca, sehingga menyebabkan terhirupnya
asap / debu secara berulang-ulang.
h. Sedang terjadi musim hujan.
i. Anak merupakan penderita penyakit kronis seperti asma, HIV,
penyakit gangguan darah, jantung dan sistem imunologi.

Menurut Dewi (2011), keadaan semakin parah jika ditemui gejala berikut :
a. Anak batuk pilek dan tidak mau makan.
b. Nafasnya sesak.
c. Nafasnya cepat.
5. Patofisiologi
a. Virus pernafasan, Streptococus pneumoniae, atau Mycoplasma
pneumoniae menginvasi saluran nafas bawah, baik melalui saluran nafas
atas atau aliran darah.
b. Pneumonia viral biasanya menyebabkan reaksi inflamasi yang terbatas
pada dinding alveolar.
c. Pada pneumonia bakterial, mukus yang statis terjadi sebagai akibat dari
pembengkakan vaskular. Debris sel berkumpul dalam ruang alveolar.
Ekspansi yang sedikit berlebihan dengan udara yang terjebak mengikuti.
Inflamasi alveoli menyebabkan atelektasis, sehingga pertukaran gas
menjadi terganggu.
d. Infeksi bakteri sekunder sering kali terjadi setelah pneumonia viral atau
aspirasi dan memerlukan penanganan antibiotik.
(Kyle, Terri. 2015)

6.
7. Manifestasi Klinis
Usia merupakan faktor penentu dalam manifestasi klinis pneumonia.
Neonatus dapat menunjukkan hanya gejala demam tanpa ditemukannya
gejala-gejala fisis pneumonia. Pola klinis yang khas pada pasien
pneumonia viral dan bakterial umumnya berbeda antara bayi yang lebih
tua dan anak, walaupun perbedaan tersebut tidak selalu jelas pada pasien
tertentu. Demam, menggigil, takipneu, batuk, malaise, nyeri dada akibat
pleuritis dan iritabilitas akibat sesak respiratori, sering terjadi pada bayi
yang lebih tua dan anak (Nelson, 2014).

Pneumonia virus lebih sering berasosiasi dengan batuk, mengi, atau stidor
dan gejala demam lebih tidak menonjol dibanding pneumonia bakterial.
Pneumonia bakterial secara tipikal berasosiasi dengan demam tinggi,
menggigil, batul, dispneu dan pada auskultasi ditemukan adanya tanda
konsolidasi paru. Pneumonia atipikal pada bayi kecil ditandai oleh gejala
yang khas seperti takipneu, batuk, ronki kering (crackles) pada
pemeriksaan auskultasi dan seringkali ditemukan bersamaan dengan
timbulnya konjungtivitis chlamydial. Gejala klinis lainnya yang dapat
ditemukan adalah distres pernafasan termasuk nafas cuping hidung,
retraksi interkosta dan subkosta, dan merintih (grunting). Semua jenis
pneumonia memiliki ronki kering yang terlokalisir dan penurunan suara
respiratori. Adanya efusi pleura dapat menyebabkan bunyi pekak pada
pemeriksaan perkusi (Nelson, 2014).

Tanda dan gejala yang mungkin bisa terjadi menurut (Suriadi & Yuliani.
2010) antara lain :
i. Serangan akut dan membahayakan
ii. Demam tinggi (pneumonia virus bagian bawah)
iii. Batuk
iv. Rales (ronki)
v. Wheezing
vi. Sakit kepala, malaise, myalgia (pada anak)
8. Pencegahan
Menurut Wong, Donna. L (2013), penggunaan vaksin polisakarida
pneumokokus dianjurkan pada individu tertentu, seperti anak-anak yang
berusia lebih dari 2 tahun yang berisiko menderita infeksi pneumokokus
atau berisiko menderita penyakit serius. Bayi atau anak yang menderita
pneumonia kambuhan harus dievaluasi lebih lanjut untuk adanya fibrosis
kistik.

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA


pada anak menurut Sari (2013) antara lain :
a. Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik, diantaranya
dengan cara memberikan makanan kepada anak yang mengandung
cukup gizi.
b. Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan
tubuh terhadap penyakit baik.
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih.
d. Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA. Salah satu cara
adalah memakai penutup hidung dan mulut bila kontak langsung
dengan anggota keluarga atau orang yang sedang menderita penyakit
ISPA.

Sedangkan menurut Dewi (2011), lakukan tindakan berikut untuk


mencegah munculnya penyakit, antara lain :
a. Berikan ASI kepada bayi atau anak usia 0-2 tahun.
b. Jauhkan bayi dari penderita batuk.
c. Bersihkan lingkungan rumah. Usahakan ruangan memiliki udara bersih
dan ventilasi cukup.
d. Lakukan imunisasi atau vaksinasi lengkap.
e. Jauhkan bayi dari asap, debu atau asap dari tungku, asap dari obat
nyamuk bakar, asap kendaraan bermotor, dan udara tercemar lainnya.
9. Penatalaksanaan
Menurut Alimul (2012), tindakan yang dapat dilakukan pada masalah
pneumonia dalam manajemen terpadu balita sakit sebagai berikut apabila
didapatkan pneumonia berat atau penyakit sangat berat maka tindakan yang
pertama adalah :
1) Berikan dosis pertama antibiotika
Pilihan pertama adalah kotrimoksazol (trimetoprim + sulfametoksazol)
dan pilihan kedua adalah amoxsilin dengan ketentuan dosis sebagai
berikut :
Tabel 2.1 Pemberian Antibiotika pada Pneumonia
Amoxsilin
Kotrimoksazol (trimetoprim + sulfametoksazol) beri beri 3 kali
2 kali sehari selama 5 hari sehari untuk
5 hari

Umur atau Tablet dewasa Tablet anak 20 Sirup/per 5 ml Sirup 125


berat badan 80 mg mg trimetoprim 40 mg mg per 5 ml
trimetoprim + + 100 mg trimetoprim +
400 mg sulfametoksazol 200 mg
sulfametoksazol sulfametoksazol
2-4 bulan 2,5 ml
¼ 1 2,5 ml
(4-<6 kg)
4-12 bulan 5 ml
½ 2 5 ml
(6-<10 kg)
1-5 tahun 10 ml
1 3 7,5 ml
(10-<19 kg)
Sumer : Depkes (1999) dalam Alimul (2012)

2) Lakukan rujukan segera


Apabila hanya ditemukan hasil klasifikasi pneumonia saja maka
tindakannya adalah sebagai berikut : berikan antibiotika yang sesuai
selama 5 hari, berikan pelega tenggorokan dan pereda batuk, beri tahu
ibu atau keluarga walaupun harus segera kembali ke petugas kesehatan
dan lakukan kunungan ulang setelah 2 hari.
Sedangkan apabila hasil klasifikasi ditemukan batuk dan bukan
pneumonia maka tindakan yang dilakukan adalah pemberian pelega
tenggorokan atau pereda batuk yang aman, lakukan pemeriksaan
lebih lanjut, beri tahu kepada keluarga atau ibu kapan harus segera
kembali ke petugas kesehatan dan lakukan kunjungan ulang setelah 5
hari.

Sedangkan merurut Dewi (2011), perawatan balita di rumah adalah sebagai


berikut :
1) Tingkatkan pemberian makanan bergizi dan selalu berikan ASI.
2) Bila badan anak panas, kompres dengan air hangat. Jangan
dipakaikan selimut tebal.
3) Jika anak panas, beri minum obat paracetamol.
4) Jika batuk, beri obat batuk tradisional campuran 1/4 sendok teh
jeruk nipis ditambah 2/3 sendok teh kecap atau madu dan diberikan
3-4 kali sehari.
5) Jika hidung tersumbat karena pilek, bersihkan lubang hidung
dengan sapu tangan bersih.
6) Beri minum lebih banyak daripada biasanya.

Tabel 2.2 Pemberian Paracetamol menurut


Umur
Umur Balita Takaran Paracetamol yang diberikan setiap 6 jam

2 - 6 bulan 1/8 tablet

6 bulan - 3 tahun 1/4 tablet

3 - 5 tahun 1/2 tablet


C. Asuhan Keperawatan Pada Keperawatan Keluarga pada Kasus Infeksi
Saluran Pernapasan Akut
a. Pengkajian anggota keluarga dengan Infeksi Saluran Pernafasan
Akut : Pneumonia
Format pengkajian keluarga model Friedman yang diaplikasikan ke kasus
dengan masalah utama Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) menurut
Friedman (2010) meliputi :
i. Data umum
Menurut Friedman (2010), data umum yang perlu dikaji adalah :
1. Nama kepala keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis kelamin,
umur, pekerjaan dan pendidikan. Pekerjaan yang terlalu sibuk bagi
orang tua mengakibatkan perhatian orang tua terhadap tumbuh
kembang anak tidak ada dan keadaan rumah juga tidak terurus jika
orang tua terlalu sibuk dengan pekerjannya.

2. Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau
masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga (Padila
2012). Biasanya keluarga yang mempunyai balita dengan infeksi
saluran pernafasan akut mempunyai jumlah anggota keluarga yang
banyak sehingga kebutuhan tidak terpenuhi.

3. Status sosial ekonomi


Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan, baik
dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu,
status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-
kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang
yang dimiliki oleh keluarga (Padila, 2012). Pada pengkajian status
sosial ekonomi diketahui bahwa tingkat status social ekonomi
berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang. Dampak dari
ketidakmampuan keluarga membuat seseorang enggan
memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan (Harmoko, 2012).
Biasanya keluarga dengan infeksi saluran pernafasan akut
mempunyai sosial ekonomi yang rendah, sehingga kemampuan
untuk menyediakan rumah yang sehat, kemampuan untuk
pengobatan anggota keluarga yang sakit dan kemampuan
menyediakan makanan dengan gizi yang seimbang tidak terpenuhi.

ii. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Data ini ditentukan oleh anak tertua dari keluarga inti (Candra, 2014).
Biasanya keluarga dengan infeksi saluran pernafasan akut berada pada
tahap perkembangan keluarga dengan anak pra sekolah.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Data ini menjelaskan mengenai tugas dalam tahap perkembangan
keluarga saat ini yang belum terpenuhi dan mengapa belum terpenuhi
(Candra, 2014). Biasanya keluarga belum mampu memenuhi
kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi
dan rasa aman, mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam
maupun di luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar),
kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang anak.
3. Riwayat keluarga inti
Data ini menjelaskan mengenai penyakit keturunan, riwayat kesehatan
masing-masing anggota keluarga, status imunisasi, sumber kesehatan
yang biasa digunakan serta pengalamannya menggunakan pelayanan
kesehatan (Candra, 2014). Biasanya keluarga dengan infeksi saluran
pernafasan akut status imunisasi pada balita tidak terpenuhi dan tidak
mendapatkan ASI eksklusif yang memadai (Wahid dan Suprapto,
2013).
iii. Pengkajian lingkungan
1. Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat tipe rumah,
jumlah ruangan, jenis ruang, jumlah jendela, jarak septic tank
dengan sumber air, sumber air minum yang digunakan, tanda cat
yang sudah mengelupas, serta dilengkapi dengan denah rumah
(Friedman, 2010). Biasanya keluarga dengan infeksi saluran
pernafasan akut mempunyai keuangan yang tidak mencukupi
kebutuhan sehingga luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan,
jumlah jendela dan sumber air minum yang digunakan tidak sesuai
dengan jumlah anggota keluarga.
iv. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji seberapa jauh keluarga saling asuh dan saling
mendukung, hubungan baik dengan orang lain, menunjukkan rasa
empati, perhatian terhadap perasaan (Friedman, 2010). Biasanya
keluarga dengan infeksi saluran pernafasan akut jarang
memperhatikan kebutuhan akan kasih sayang dan perhatian pada
anak, serta tidak mau memperhatikan kondisi di sekitar lingkungan
tempat tinggal.
2. Fungsi sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh
mana anggota keluarga belajar disiplin, penghargaan, hukuman, serta
memberi dan menerima cinta (Friedman, 2010). Biasanya keluarga
dengan infeksi saluran pernafasan akut tidak disiplin terhadap
aktivitas bermain pada balita.
3. Fungsi keperawatan
a. Keyakinan, nilai, dan prilaku kesehatan :
menjelaskan nilai yang dianut keluarga,
pencegahan, promosi kesehatan yang dilakukan
dan tujuan kesehatan keluarga (Friedman, 2010).
Biasanya keluarga tidak mengetahui pencegahan
yang harus dilakukan agar balita tidak mengalami
infeksi saluran pernafasan akut.
b. Status kesehatan keluarga dan keretanan terhadap
sakit yang dirasa : keluarga mengkaji status
kesehatan, masalah kesehatan yang membuat
kelurga rentan terkena sakit dan jumlah kontrol
kesehatan (Friedman, 2010). Bisanya keluarga
tidak mampu mengkaji status kesehatan keluarga.
c. Praktik diet keluarga : keluarga mengetahui
sumber makanan yang dikonsumsi, cara
menyiapkan makanan, banyak makanan
yang dikonsumsi perhari dan kebiasaan mengkonsumsi makanan
kudapan (Friedman, 2010). Biasanya keluarga tidak terlalu
memperhatikan menu makanan, sumber makanan dan banyak
makanan yang tersedia.
d. Peran keluarga dalam praktik keperawatan diri :
tindakan yang dilakukan dalam memperbaiki
status kesehatan, pencegahan penyakit, perawatan
keluarga dirumah dan keyakinan keluarga dalam
perawatan dirumah (Friedman, 2010). Biasanya
keluarga dengan infeksi saluran pernafasan akut
tidak tau cara pencegahan penyakit dan mengenal
penyakit.
e. Tindakan pencegahan secara medis : status
imunisasi anak, kebersihan gigi setelah makan,
dan pola keluarga dalam mengkonsumsi makanan
(Friedman, 2010). Biasanya keluarga tidak
membawa anaknya imunisasi ke posyandu.
4. Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah :
berapa jumlah anak, apa rencana keluarga berkaitan dengan jumlah
anggota keluarga, metode yang digunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlah anggota keluarga (Padila, 2012).
5. Fungsi ekonomi
Data ini menjelaskan mengenai kemampuan keluarga dalam
memenuhi sandang, pangan, papan, menabung, kemampuan
peningkatan status kesehatan (Candra, 2014). Biasanya keluarga
belum bisa memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan balita.
v. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode
yang di gunakan pada pemeriksaan fisik head to toe untuk
pemeriksaan fisik untuk infeksi saluran pernafasan akut adalah sebagai
berikut :
1. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,
berat badan dan tanda - tanda vital. Bisanya balita mempunyai BB
rendah dan pernafasan yang cepat.

2. Kepala dan leher


Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada
leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan
pendengaran, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
berdarah. Biasanya balita yang mengalami infeksi saluran
pernafasan akut terlihat pucat karena penurunan pada nafsu
makannya.

3. Sistem pulmonal
Biasanya sesak nafas, dada tertekan, pernafasan cuping hidung,
hiperventilasi, batuk (produktif/nonproduktif), sputum banyak,
pernafasan diafragma dan perut meningkat, laju pernafasan
meningkat dan anak biasanya cengeng.

4. Sistem kardiovaskuler
Biasanya anak mengalami sakit kepala, denyut nadi meningkat,
takikardi/bradikardi, dan disritmia, pemeriksaan CRT.

5. Sistem neurosensori
Biasanya anak gelisah, terkadang ada yang mengalami penurunan
kesadaran, kejang, refleks menurun/normal, letargi.

6. Sistem genitourinaria
Biasanya produksi urine normal dan tidak mengalami gangguan.

7. Sistem digestif
Biasanya anak mengalami mual, kadang muntah, konsistensi feses
normal.
8. Sistem muskuloskeletal
Biasanya lemah, cepat lelah, tonus otot menurun, nyeri otot/normal,
retraksi paru, penggunaan otot aksesoris pernafasan.

9. Sistem integumen
Biasanya balita mempunyai turgor kulit menurun, kulit pucat,
sianosis, banyak keringat, suhu tubuh meningkat dan kemerahan.

b. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diagnosis ke
system keluarga dan subsistemnya serta merupakan hasil pengkajian
keperawatan. Diagnosis keperawatan keluarga termasuk masalah
kesehatan aktual dan potensial dengan perawat keluarga yang memiliki
kemampuan dan mendapatkan lisensi untuk menanganinya berdasarkan
pendidikan dan pengalaman (Friedman, 2010). Tipologi dari diagnosa
keperawatan adalah:
i. Diagnosa keperawatan keluarga aktual (terjadi defisit/gangguan
kesehatan).
ii. Diagnosa keperawatan keluarga resiko (ancaman) dirumuskan apabila
sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.
iii. Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera (potensial) merupakan suatu
keadaan dimana keluarga dalam kondisi sejahtera sehingga kesehatan
keluarga dapat ditingkatkan.

Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada keluarga dengan ISPA


menurut problem (NANDA, 2015-2017) adalah :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
b. Ketidakefektifan pola nafas
c. Gangguan pertukaran gas
d. Hipertemi
e. Kekurangan volume cairan
f. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
g. Intoleransi aktivitas
h. Defisit pengetahuan

Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga yang


mengalami ISPA dengan pneumonia mengacu pada problem (NANDA,
2015-2017) dan etiologi (Friedman, 2010) adalah :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah.
b. Hipertermia berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit.
c. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit.
d. Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
dalam mengenal masalah.

Tabel 2.3 Skala prioritas masalah keluarga

Kriteria Skor Bobot


1) Sifat masalah :
(1) Aktual (tidak/kurang sehat) 3
1
(2) Ancaman kesehatan 2
(3) Keadaan sejahtera 1
2) Kemungkinan masalah dapat diubah :
a. Mudah 2
2
b. Sebagian 1
c. Tidak dapat 0
3) Potensi masalah untuk dicegah :
a. Tinggi 3
b. Cukup 2 1
c. Rendah 1

Sumber : Baylon & Maglaya (1978) dalam Padila (2012)


Keterangan :
Total Skor didapatkan dengan : Skor (total nilai kriteria) x Bobot =Nilai
Angka tertinggi dalam skor
Cara melakukan Skoring adalah :
a. Tentukan skor untuk setiap kriteria
b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot
c. Jumlah skor untuk semua kriteria
d. Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor diagnosa
keperawatan keluarga
c. Rencana Keperawatan
Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosis keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan
keluarga, dengan merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternative dan sumber, serta menentukan prioritas,
intervensi tidak bersifat rutin, acak, atau standar, tetapi dirancang bagi keluarga tertentu dengan siapa perawat keluarga sedang
bekerja (Friedman, 2010).

Tabel 2.4 Intervensi Keperawatan pada Keluarga dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut

Diagnosa Tujuan Evaluasi


No Umum Khusus Kriteria Standar Rencana Keperawatan
Keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah 1. Setelah a. Keluarga a. Infeksi Saluran a. Kaji pengetahuan
bersihan jalan dilakukan dilakukan mampu Pernafasan Akut tentang Infeksi Saluran
nafas berhubungan kunjungan kunjungan 1 menyebutkan adalah masuknya Pernafasan Akut
dengan sebanyak 5 x x 45 menit defenisi Infeksi mikroorganisme b. Diskusikan dengan
ketidakmampuan 45 menit keluarga Saluran (bakteri, virus, keluarga tentang
keluarga dalam keluarga mampu Pernafasan Akut riketsi) ke dalam pengertian Infeksi
mengenal masalah mampu mengenal saluran pernapasan Saluran Pernafasan
mengenal masalah yang menimbulkan Akut dengan
masalah Infeksi gejala penyakit yang menggunakan leafleat/
kesehatan Saluran dapat berlangsung lembar balik
tentang Pernafasan sampai 14 hari c. Evaluasi kembali
Infeksi Akut pengertian Infeksi
Saluran Saluran Pernafasan
Pernafasan Akut pada keluarga
Akut d. Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban
yang benar

b. Keluarga mampu b. Penyebab : a. Mengakaji


menyebutkan rendahnya asupan pengetahuan tentang
penyebab dari antioksidan, status penyebab Infeksi
Infeksi Saluran gizi kurang, dan Saluran Pernafasan
Pernafasan Akut buruknya sanitasi Akut
lingkungan b. Diskusikan dengan
keluarga tentang
penyebab Infeksi
Saluran Pernafasan
Akut
c. Evaluasi kembali
penyebab dan faktor
resiko Infeksi Saluran
Pernafasan Akut
d. Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban
yang benar.
c. Keluarga c. Tanda dan gejala
mampu :Pilek biasa, keluar a. Kaji pengetahuan
menyebutkan sekret cair dan jernih tentang tanda dan
tanda dan gejala dari hidung, kadang gejala Infeksi Saluran
Infeksi Saluran bersin-bersin, sakit Pernafasan Akut
Pernafasan Akut tenggorokan, batuk, b. Diskusikan dengan
sakit kepala, sekret keluarga tentang tanda
menjadi kental, dan gejala Infeksi
Saluran Pernafasan
demam, mual, Akut dengan
muntah dan kurang menggunakan leaflet/
nafsu makan lembar balik
c. Evaluasi kembali tanda
dan gejala Infeksi
Saluran Pernafasan
Akut pada keluarga
d. Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban
yang benar.

2. Setelah Keluarga mampu Keluarga memberi a. Kaji keputusan yang


dilakukan memutuskan keputusan untuk diambil oleh keluarga
kunjungan 1 merawat keluarga merawat keluarga b. Diskusikan dengan
x 45 menit yang sakit yang sakit keluarga tentang
keluarga keputusan yang telah
mampu dibuat
mengambil c. Evaluasi kembali
keputusan tentang keputusan
untuk yang telah dibuat
merawat d. Berikan pujian pada
klien keluarga atas jawaban
yang benar

3. Setelah Keluarga mampu a. Keluarga dapat a. Jelaskan pada keluarga


dilakukan memberikan menjelaskan tentang cara membuat ramuan
kunjungan 1 ramuan obat untuk cara membuat obat untuk anggota
x 45 menit anggota keluarga ramuan obat dengan keluarga yang sakit
keluarga yang sakit campuran jeruk nipis b. Demonstrasikan
mampu dan kecap bersama keluarga cara
merawatang b. Keluarga dapat membuat ramuan obat
gota mendemontrasikan c. Beri kesempatan pada
keluarga kembali dengan keluarga untuk
yang sakit benar : cara mendemonstrasikan
dengan membuat ramuan kembali
mendemons obat dengan d. Beri pujian atas
trasikan cara campuran jeruk nipis keberhasilan keluarga
membuat dan kecap
ramuan obat
dengan
campuran
jeruk nipis
dan kecap

4. Setelah Keluarga mampu Keluarga a. Jelaskan pentingnya


dilakukan memodifikasi memperlihatkan lingkungan dalam
kunjungan 1 lingkungan lingkungan sekitar mencegah terjadinya
x 45 menit rumah yang telah di Infeksi Saluran
keluarga modifikasi Pernafasan Akut
mampu kembali
memodifika b. Mendiskusikan dengan
si keluarga cara
lingkungan memodifikasi
untuk lingkungan
mencegah c. Motivasi keluarga
terjadinya untuk memodifikasi
Infeksi lingkungan
Saluran d. Beri pujian atas
Pernafasan penataan yang telah
Akut dilakukan
kembali

5. Setelah Keluarga mampu Keluarga membawa a. Jelaskan pada keluarga


dilakukan membawa balita ke anak ke pelayanan tentang kondisi balita
kunjungan 1 fasilitas kesehatan kesehatan untuk di b. Motivasi keluarga
x 20 menit periksakan kondisi dan untuk membawa balita
keluarga mendapatkan ke pelayanan
mampu pengobatan kesehatan
memanfaatk c. Beri pujian atas
an fasilitas tindakan yang
kesehatan dilakukan keluarga

2. Hipertermia Setelah 1. Setelah a. Keluarga a. Infeksi Saluran a. Kaji pengetahuan


berhubungan dilakukan dilakukan mampu Pernafasan Akut tentang Infeksi Saluran
dengan kunjungan kunjungan 1 menyebutkan adalah masuknya Pernafasan Akut
ketidakmampuan sebanyak 5 x x 45 menit defenisi Infeksi mikroorganisme b. Diskusikan dengan
keluarga merawat 45 menit keluarga Saluran (bakteri, virus, keluarga tentang
anggota keluarga keluarga mampu Pernafasan Akut riketsi) ke dalam pengertian Infeksi
yang sakit mampu mengenal saluran pernapasan Saluran Pernafasan
mengenal masalah yang menimbulkan Akut dengan
masalah Infeksi gejala penyakit yang menggunakan leafleat/
kesehatan Saluran dapat berlangsung lembar balik
tentang Pernafasan sampai 14 hari c. Evaluasi kembali
Infeksi Akut pengertian Infeksi
Saluran Saluran Pernafasan
Pernafasan Akut pada keluarga
Akut d. Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban
yang benar
b. Keluarga b. Penyebab : a. Mengakaji
mampu rendahnya asupan pengetahuan tentang
menyebutkan antioksidan, status penyebab Infeksi
penyebab dari gizi kurang, dan Saluran Pernafasan
Infeksi Saluran buruknya sanitasi Akut
Pernafasan Akut lingkungan b. Diskusikan dengan
keluarga tentang
penyebab Infeksi
Saluran Pernafasan
Akut
c. Evaluasi kembali
penyebab dan faktor
resiko Infeksi Saluran
Pernafasan Akut
d. Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban
yang benar.
c. Tanda dan gejala
c. Keluarga mampu :Pilek biasa, keluar a. Kaji pengetahuan
menyebutkan sekret cair dan jernih tentang tanda dan
tanda dan gejala dari hidung, kadang gejala Infeksi Saluran
Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Pernafasan Akut bersin-bersin, sakit b. Diskusikan dengan
tenggorokan, batuk, keluarga tentang tanda
sakit kepala, sekret dan gejala Infeksi
menjadi kental, Saluran Pernafasan
demam, mual, Akut dengan
muntah dan kurang menggunakan leaflet/
nafsu makan lembar balik
c. Evaluasi kembali tanda
dan gejala Infeksi
Saluran Pernafasan
Akut pada keluarga
d. Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban
yang benar.

2. Setelah Keluarga mampu Keluarga memberi a. Kaji keputusan yang


dilakukan memutuskan keputusan untuk diambil oleh keluarga
kunjungan 1 merawat keluarga merawat keluarga b. Diskusikan dengan
x 45 menit yang sakit yang sakit keluarga tentang
keluarga keputusan yang telah
mampu dibuat
mengambil c. Evaluasi kembali
keputusan tentang keputusan
untuk yang telah dibuat
merawat d. Berikan pujian pada
klien keluarga atas jawaban
yang benar
3. Setelah Keluarga mampu a. Keluarga dapat a. Jelaskan pada keluarga
dilakukan memberikan menjelaskan tentang cara membuat ramuan
kunjungan 1 ramuan obat untuk cara membuat obat untuk anggota
x 45 menit anggota keluarga ramuan obat dengan keluarga yang sakit
keluarga yang sakit campuran jeruk nipis b. Demonstrasikan
mampu dan kecap bersama keluarga cara
merawatang b. Keluarga dapat membuat ramuan obat
gota mendemontrasikan c. Beri kesempatan pada
keluarga kembali dengan keluarga untuk
yang sakit benar : cara mendemonstrasikan
dengan membuat ramuan kembali
mendemons obat dengan d. Beri pujian atas
trasikan cara campuran jeruk nipis keberhasilan keluarga
membuat dan kecap
ramuan obat
dengan
campuran
jeruk nipis
dan kecap

4. Setelah Keluarga mampu Keluarga a. Jelaskan pentingnya


dilakukan memodifikasi memperlihatkan lingkungan dalam
kunjungan 1 lingkungan lingkungan sekitar mencegah terjadinya
x 45 menit rumah yang telah di Infeksi Saluran
keluarga modifikasi Pernafasan Akut
mampu kembali
memodifika b. Mendiskusikan dengan
si keluarga cara
lingkungan memodifikasi
untuk lingkungan
mencegah c. Motivasi keluarga
terjadinya untuk memodifikasi
Infeksi lingkungan
Saluran d. Beri pujian atas
Pernafasan penataan yang telah
Akut dilakukan
kembali

5. Setelah Keluarga mampu Keluarga membawa a. Jelaskan pada keluarga


dilakukan membawa balita ke anak ke pelayanan tentang kondisi balita
kunjungan 1 fasilitas kesehatan kesehatan untuk di b. Motivasi keluarga
x 20 menit periksakan kondisi dan untuk membawa balita
keluarga mendapatkan ke pelayanan
mampu pengobatan kesehatan
memanfaatk c. Beri pujian atas
an fasilitas tindakan yang
kesehatan dilakukan keluarga

3. Resiko Setelah 1. Setelah Keluarga mampu a. Gizi kurang atau a. Gali pengetahuan
ketidakseimbanga dilakukan dilakukan menjelaskan kurang gizi (sering keluarga tentang gizi
n nutrisi kurang kunjungan kunjungan 1 pengertian gizi kali tersebut kurang
dari kebutuhan sebanyak 5 x x 45 menit kurang, malnutrisi) muncul b. Diskusikan bersama
tubuh 45 keluarga menyebutkan dua akibat asupan energi keluarga tentang
berhubungan menitkeluarga mampu penyebab gizi dan makronutrien pengertian gizi kurang
dengan mampu mengenal, kurang dan yang tidak memadai. c. Jelaskan kepada
ketidakmampuan mengenal, memutuska menyebutkan 2 b. Penyebab gizi keluarga penyebab gizi
keluarga merawat memutuskan, n, dan tanda dan kurang yaitu kurang
anggota keluarga dan merawat merawat gejala gizi kurangnya asupan d. Jelaskan tanda dan
yang sakit anggota anggota kurang. nutrisi, pola makan gejala gizi kurang pada
keluarga keluarga asuhan anak kurang balita
dengan dengan memadai,yankes e. Jelaskan dampak yang
ketidakseimba ketidakseim kurang memadai ditimbulkan pada
ngan nutrisi : bangan c. Tanda dan gejala balita dengan gizi
kurang dari nutrisi : gizi kurang yaitu kurang
kebutuhan kurang dari badan kurus, rambut f. Beri kesempatan pada
tubuh kebutuhan kecoklatan, BB pada keluarga untuk
tubuh KMS berada bertanya
BGK/BGM g. Bantu keluarga untuk
d. Dampak yang mengulangi apa yang
ditimbulkan, balita telah dijelaskan
mengalami h. Beri pujian atas
keterlambatan prilaku yang benar
tumbuh kembang

2. Setelah Keluarga mampu Keluarga menyatakan a. Jelaskan pada keluarga


dilakukan memutuskan keputusan dalam mengenai tindakan
kunjungan 1 masalah mengatasi gizi yang harus dilakukan
x 45 menit kurang pada balita saat anak menderita
keluarga kekurangan gizi
mampu b. Bimbing dan motivasi
mengambil keluarga untuk
keputusan mengambil keputusan
untuk dalam menangani
Mengatasi masalah gizi kurang
kondisi c. Beri pujian atas
ketidakseim keputusan yang
bangan diambil untuk
nutrisi : mengatasi masalah gizi
kurang dari kurang pada balita
kebutuhan
tubuh

3. Setelah Keluarga mampu a. Keluarga dapat a. Jelaskan pada keluarga


dilakukan memberikan diit menjelaskan tentang cara meningkatkan
kunjungan 1 sesuai anjuran cara merawat balita nafsu makan anak :
x 45 menit dengan gizi kurang menyajikan makanan
keluarga yaitu dengan dalam bentuk yang
mampu pemberian diit tinggi menarik, memberikan
merawat energi tinggi protein makan sedikit tapi
anggota (TETP) sering, pelihara
keluarga b. Keluarga dapat kebersihan gigi dan
yang sakit mendemontrasikan mulut, sajikan
dengan kembali dengan makanan yang hangat
mendemontr benar : cara dan tingkatkan
asikan cara menyusun menu aktivitas anak
membuat makanan dan b. Demontasikan
makanan menyajikan bersama keluarga cara
menarik makanan membuat makanan
yang menarik
c. Beri kesempatan pada
keluarga untuk
mendemontrasikan
kembali
d. Beri pujian atas
keberhasilan keluarga

4. Setelah Keluarga mampu Keluarga a. Jelaskan pentingnya


dilakukan memodifikasi memperlihatkan lingkungan dalam
kunjungan 1 lingkungan dekorasi ruang makan memenuhi asupan
x 45 menit nutrisi balita
keluarga b. Mendiskusikan dengan
mampu keluarga cara
menciptaka memodifikasi ruang
n makan yang
lingkungan menyenangkan bagi
yang lebih balita
kondusif c. Motivasi keluarga
untuk untuk menata ruang
meningkatk makan
an nafsu d. Beri pujian atas
makan anak penataan yang telah
dilakukan

5. Setelah Keluarga mau Keluarga membawa a. Jelaskan pada keluarga


dilakukan membawa anak anak ke pelayanan tentang kondisi balita
kunjungan 1 ke fasilitas kesehatan untu b. Motivasi keluarga
x 45 menit kesehatan melakuakn untuk membawa balita
keluarga penimbangan BB dan ke pelayanan
Mampu kesehatan
membawa pengukuran TB c. Beri pujian atas
balita tindakan yang
kepelayanan dilakukan keluarga
kesehatan
terdekat

4. Defisit Setelah 1. Setelah a. Keluarga a. Infeksi Saluran a. Kaji pengetahuan


pengetahuan dilakukan dilakukan mampu Pernafasan Akut tentang Infeksi Saluran
berhubungan kunjungan kunjungan 1 menyebutkan adalah masuknya Pernafasan Akut
dengan sebanyak 5 x x 45 menit defenisi Infeksi mikroorganisme b. Diskusikan dengan
ketidakmampuan 45 menit keluarga Saluran (bakteri, virus, keluarga tentang
keluarga dalam keluarga mampu Pernafasan Akut riketsi) ke dalam pengertian Infeksi
mengenal masalah mampu mengenal saluran pernapasan Saluran Pernafasan
mengenal masalah yang menimbulkan Akut dengan
masalah Infeksi gejala penyakit yang menggunakan leafleat/
kesehatan Saluran dapat berlangsung lembar balik
tentang Pernafasan sampai 14 hari c. Evaluasi kembali
Infeksi Akut pengertian Infeksi
Saluran Saluran Pernafasan
Pernafasan Akut pada keluarga
Akut d. Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban
yang benar
b. Keluarga mampu b. Penyebab :
menyebutkan rendahnya asupan a. Mengakaji
penyebab dari antioksidan, status pengetahuan tentang
Infeksi Saluran gizi kurang, dan penyebab Infeksi
Saluran Pernafasan
Pernafasan Akut buruknya sanitasi Akut
lingkungan b. Diskusikan dengan
keluarga tentang
penyebab Infeksi
Saluran Pernafasan
Akut
c. Evaluasi kembali
penyebab dan faktor
resiko Infeksi Saluran
Pernafasan Akut
d. Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban
yang benar.
c. Keluarga c. Tanda dan gejala
mampu :Pilek biasa, keluar a. Kaji pengetahuan
menyebutkan sekret cair dan jernih tentang tanda dan
tanda dan gejala dari hidung, kadang gejala Infeksi Saluran
Infeksi Saluran bersin-bersin, sakit Pernafasan Akut
Pernafasan Akut tenggorokan, batuk, b. Diskusikan dengan
sakit kepala, sekret keluarga tentang tanda
menjadi kental, dan gejala Infeksi
demam, mual, Saluran Pernafasan
muntah dan kurang Akut dengan
nafsu makan menggunakan leaflet/
lembar balik
c. Evaluasi kembali tanda
dan gejala Infeksi
Saluran Pernafasan
Akut pada keluarga
d. Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban
yang benar.

2. Setelah Keluarga mampu Keluarga memberi a. Kaji keputusan yang


dilakukan memutuskan keputusan untuk diambil oleh keluarga
kunjungan 1 merawat keluarga merawat keluarga b. Diskusikan dengan
x 45 yang sakit yang sakit keluarga tentang
menitkeluar keputusan yang telah
ga mampu dibuat
mengambil c. Evaluasi kembali
keputusan tentang keputusan
untuk yang telah dibuat
merawat d. Berikan pujian pada
klien keluarga atas jawaban
yang benar

3. Setelah Keluarga mampu a. Keluarga dapat a. Jelaskan pada keluarga


dilakukan memberikan menjelaskan tentang cara membuat ramuan
kunjungan 1 ramuan obat untuk cara membuat obat untuk anggota
x 45 anggota keluarga ramuan obat dengan keluarga yang sakit
menitkeluar yang sakit campuran jeruk nipis b. Demonstrasikan
ga mampu dan kecap bersama keluarga cara
merawatang b. Keluarga dapat membuat ramuan obat
gota mendemontrasikan c. Beri kesempatan pada
keluarga kembali dengan keluarga untuk
yang sakit benar : cara mendemonstrasikan
dengan membuat ramuan kembali
mendemons obat dengan d. Beri pujian atas
trasikan cara campuran jeruk nipis keberhasilan keluarga
membuat dan kecap
ramuan obat
dengan
campuran
jeruk nipis
dan kecap

4. Setelah Keluarga mampu Keluarga a. Jelaskan pentingnya


dilakukan memodifikasi memperlihatkan lingkungan dalam
kunjungan 1 lingkungan lingkungan sekitar mencegah terjadinya
x 45 rumah yang telah di Infeksi Saluran
menitkeluar modifikasi Pernafasan Akut
ga mampu kembali
memodifika b. Mendiskusikan dengan
si keluarga cara
lingkungan memodifikasi
untuk lingkungan
mencegah c. Motivasi keluarga
terjadinya untuk memodifikasi
Infeksi lingkungan
Saluran d. Beri pujian atas
Pernafasan penataan yang telah
Akut dilakukan
kembali
5. Setelah Keluarga mampu Keluarga membawa a. Jelaskan pada keluarga
dilakukan membawa balita ke anak ke pelayanan tentang kondisi balita
kunjungan 1 fasilitas kesehatan kesehatan untuk di b. Motivasi keluarga
x 45 periksakan kondisi dan untuk membawa balita
menitkeluar mendapatkan ke pelayanan
ga mampu pengobatan kesehatan
memanfaatk c. Beri pujian atas
an fasilitas tindakan yang
kesehatan dilakukan keluarga
d. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah suatu proses pelaksanaan terapi keperawatan keluarga
yang berbentuk intervensi mandiri atau kolaborasi melalui pemanfaatan
sumber-sumber yang dimiliki keluarga. Implementasi di prioritaskan sesuai
dengan kemampuan keluarga dan sumber yang dimiliki keluarga
(Friedman, 2010). Sedangkan menurut Sudiharto (2007), implementasi
keperawatan keluarga adalah suatu proses aktualisasi rencana intervensi
yang memanfaatkan berbagai sumber di dalam keluarga dan memandirikan
keluarga dalam bidang kesehatan. Keluarga di didik untuk dapat menilai
potensi yang dimiliki mereka dan mengembangkannya melalui
implementasi yang bersifat memampukan keluarga untuk mengenal
masalah kesehatannya, mengambil keputusan berkaitan dengan persoalan
kesehatan yang dihadapi, merawat dan membina anggota keluarga sesuai
kondisi kesehatannya, memodifikasi lingkungan yang sehat bagi setiap
anggota keluarga, serta memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan
terdekat.

Menurut (Harmoko, 2012) guna membangkitkan minat keluarga dalam


berperilaku hidup sehat, maka perawat harus memahami teknik-teknik
motivasi. Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal di bawah ini:
i. Menstimulasi kesehatan atau penerimaan keluarga mengenai
kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi,
mengidentifikasi kehidupan dan harapan tentang kesehatan, serta
mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.
ii. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang
tepat dengan cara mengidentifikasi kensekuensi untuk tidak
melakukan tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang
dimiliki keluarga dan mendiskusikan konsekuensi setiap tindakan.
iii. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga
yang sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan,
menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah, dan
mengawasi keluarga melakukan perawatan.
iv. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan
menjadi sehat dengan menemukan sumber-sumber yang dapat
digunakan keluarga dan melakukan perubahan lingkungan
keluarga seoptimal mungkin.
v. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan
dengan cara mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada
dilingkungan keluarga cara menggunakan fasilitas tersebut.

e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi berdasarkan pada seberapa efektif intervensi yang dilakukan
keluarga, perawat dan lainnya. Keberhasilan lebih ditentukan oleh hasil
pada sistem keluarga dan anggota keluarga (bagaimana anggota berespons)
daripada intervensi yang diimplementasikan. Evaluasi merupakan kegiatan
bersama antara perawat dan keluarga. Evaluasi merupakan proses terus
menerus yang terjadi setiap saat perawat memperbarui rencana asuhan
keperawatan (Friedman, 2010). Sedangkan menurut Ayu (2010), evaluasi
merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi merupakan
sekumpulan metode dan keterampilan untuk menentukan apakah program
sudah sesuai dengan rencana dan tuntutan keluarga.

Menurut Sudiharto (2012), evaluasi keperawatan keluarga adalah proses


untuk menilai keberhasilan keluarga dalam melaksanakan tugas
kesehatannya sehingga memiliki produktivitas yang tinggi dalam
mengembangkan setiap anggota keluarga.
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Berdasarkan urain diatas dapat disimpulkan bahwa bahwa keluarga adalah
sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk
menciptakan, memepertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga.

Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersional, sifat, kegiatan,


yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu
dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan
masyarakat

1.2 Saran
1. Semoga makalah ini dapat bermamfaat bagi yang pembaca, terutama mahasiswa
keperawatan
2. Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan
dalam keperawatan keluarga khususnya
DAFTAR PUSTAKA

Friedman, Marilyn M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori dan Praktek.
Jakarta : EGC

Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga . Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Setiadi. (2008). Konsep & Proses Keperawatan Keluarga. Jogjakarta : Graha Ilmu.

Setiawati & Dermawan. (2008). Asuhan Keperawatan Keluarga, edisi 2. Jakarta: Trans Info
Media

Agrina, dkk. 2014. Analisa Aspek Balita Terhadap Kejadian Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) Dirumah. Jurnal Keperawatan. Diakses 08 Januari
2017
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2340

Alimul, Aziz Hidayat. 2012. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta :


Salemba Medika.

Alimul, Aziz Hidayat. 2012. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah
Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.

Ayu, Komang Henny Achjar. 2010. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan


Keluarga. Jakarta: Anggota IKAPI.

Candra, Faisalado Widyanto. 2014. Keperawatan Komunitas


dengan Pendekatan Praktis. Yogyakarta : Nuha Medika.

Dewi, Ratna Pudiastuti. 2011. Waspadai Penyakit Pada Anak. Jakarta : PT.
Indeks.

Dinas Kesehatan Kota Padang. 2015. Laporan Tahunan Tahun 2015. Padang :
DKK.

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat. 2014. Profil Kesehatan Provinsi


Sumatera Barat Tahun 2014.
Dion, Yohanes & Yasinta Betan. 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep
dan Praktik. Yogyakarta : Nuha Medika.

Friedman, Marilyn M dkk. 2010. Buku Ajar : Keperawatan Keluarga Riset, Teori &
Praktik. Jakarta : EGC.

Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Kemenkes RI. 2010. Pusat Data & Surveilans Epidemiologi, Buletin Pneumonia.

Jakarta. Diakses 12 Januari 2017 dari


http://www.depkes.go.id/download.php?file/buletin-pneumonia.pdf

Kemenkes RI. 2013. Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta. Diakses :
08 Januari 2017 dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil
%20Riskesdas

%202013.pd

Kemenkes RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015. Jakarta. Diakses 12
Januari 2017 http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-Indonesia-2015.pdf
Kusuma, Kelana Dharma. 2015. Metodologi Penelitian Keperawatan (Pedoman
Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian). Jakarta : Anggota IKAPI

Kyle, Terri & Carman, Susan. 2015. Buku Praktik Keperawatan Pediatri. Jakarta

: EGC.

NANDA. 2015. Diagnosa Keperawatan Defenisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi


10. (Budi Anna keliat dkk, penerjemah). Jakarta : EGC

Nelson. 2014. Ilmu Kesehatan Anak Esensial Edisi Keenam. Jakarta : EGC.

Ngastiyah. 2012. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta : EGC.

Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Nursalam. 2015. Metodologi penelitian ilmu keperawatan: pendekatan praktis


Ed.3. Jakarta : Salemba Medika.

Padila. 2012. Buku Ajar: Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sari, Kartika Wijayaningsih. 2013. Asuhan Keperawatan Anak.


Jakarta: Anggota IKAPI.

Sari, Kartika Wijayaningsih. 2013. Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta : Trans


Info Media.

Saryono & Anggraeni, Mekar Dwi. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sudiharto. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan


Keperawatan Transtruktual. Jakarta : EGC.

Sudiharto. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan


Keperawatan Transkultural. Jakarta : EGC.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung :


Alfabeta.
Sundari, Siti dkk. 2014. Perilaku Tidak Sehat Ibu yang Menjadi Faktor Resiko
Terjadinya ISPA Pneumonia pada Balita. Jurnal Pendidikan Sains.
Diakses 11 Januari 2017 dari http://journal.um.ac.id/index.php/jps/ISSN:

2338-9117

Suriadi & Yuliani, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : Sagung
Seto.
Susilaningrum, Rekawati dkk. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak ; untuk
Perawat dan Bidan Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.

Wahid, Abd & Suprapto Imam. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, Asuhan
Keperawatan pada Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta : Anggota IKAPI.

Wong, Donna L dkk. 2013. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik/Donna L. Wong ;


alih bahasa, Monica Ester ; editor edisi bahasa Indonesia, Sari Kurnianingsih.
Ed. 4. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai