Disusun Oleh :
2010035039
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth,
2002). Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002). Diabetes militus
adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen
penuh secara klinis, maka diabetes militus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan
timbulnya kelainan klinis dari penyakit vaskularnya. Pasien dengan kelainan toleransi
glukosa ringan (gangguan glukosa puasa dan gangguan toleransi glukosa) dapat tetap
gangguan hormonal yang menimbulkan komplikasi pada mata, ginjal, saraf dan
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mempelajari secara menyeluruh dan menggali lebih dalam tentang asuhan
keperawatan keluarga dengan diabetes melitus.
2. Tujuan Khusus
a. Menggali secara rinci tentang pengkajian keperawatan keluarga dengan
diabetes melitus
1
b. Merumuskan diagnosis keperawatan keluarga yang muncul pada klien
diabetes melitus
c. Membuat perencanaan keperawatan keluarga yang tepat pada klien
diabetes melitus
d. Melaksanakan atau mengimplementasikan tindakan keperawatan keluarga
yang telah direncanakan pada klien diabetes melitus
e. Melakukan evaluasi keperawatan keluarga secara menyeluruh pada klien
diabetes melitus
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergaung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup
dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain di dalam perannya
masing – masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Friedman,
2010).
Konsep keluraga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh
ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum : meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional dan sosial dari tiap anggota. Keluarga merupakan aspek
terpenting dalam unit terkecil dalam masyarakat, penerima asuhan, kesehatan
anggota keluarga dan kualitas kehidupan keluarga saling berhubungan, dan
menempati posisi antara individu dan masyarakat (Harmoko, 2012).
Beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga
merupakan sekumpulan orang yang terikat oleh ikatan perkawinan, darah
serta adopsi dan tinggal dalam satu rumah.
2. Tipe Keluarga
Tipe keluarga menurut Harmoko tahun (2012) yaitu sebagai berikut :
a. Nuclear Family (Keluarga Inti)
Keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari
keturunannya atau adopsi atau keduanya.
b. Extended Family (Keluarga Besar)
Keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai
hubungan darah, seperti kakek, nenek, paman, dan bibi.
3
4
c. Reconstitud Nuclear
Pemebentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali, suami / istri tinggal
dalam pembentukan satu rumah dengan anak –anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan
lama maupun hasil dari perkawinan baru datu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.
d. Niddle Age /Aging Couple
Keluarga dimana suami sebagai pencari uang dan istri di rmah atau kedua-duanya bekerja
di rumah, sedangkan anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah / menikah /
meniti karier.
e. Dyadic Nuclea
Keluarga dimana suami-istri sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya
atau salah satunya bekerja di luar umah.
f. Single Parent
Keluarga yang hanya mempunyai satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian
pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.
g. Dual Carrier
Keluarga dengan suami – istri yang kedua-duanya orang karier dan tanpa memiliki anak.
h. Three Generation
Keluarga yang terdiri atas tiga generasi atau lebih yang tinggal dalam satu rumah.
i. Comunal
Keluarga yang dalam satu rumah terdiri dari dua pasangan suamiistri atau lebih yang
monogamy berikut anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
j. Cohibing Couple
Keluarga dengan dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa ikatan
perkawinan.
k. Composite
Keluarga dengan perkawinan poligami dan hidup/tinggal secara bersama-sama dalam satu
rumah.
l. Group Marriage
Satu perumahan terdiri atas orang tua dan keturunannya di dalam satu kesatuan keluarga
dan tiap individu adalah menikah dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak –
anak.
m. Unmarried Parent and child
Ibu dan anak dimana perkawinannya tidak dikehendaki, anak diadopsi.
5
n. Institutional
Anak – anak atau orang dewasa tinggal dalam suatu panti.
o. Commuter Married
Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal berpisah pada jarak tertentu keduanya
saling mencari pada waktu – waktu tertentu.
3. Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang
berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga
didasari oleh harapan dan pola perilaku dan keluarga, kelompok dan masyarakat. Menurut
Friedman (2010) berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
a. Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak – anak, berperan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari
kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkunganya.
b. Ibu sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus
rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik bagi anak – anaknya, pelindung dan sebagai
salah satu kelompok dari peranan sosial serta sebagai anggota masyarakat di
lingkungannya, disamping itu juga ibu perperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya.
c. Anak – anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya
baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
4. Tugas Keluarga
Menurut Friedman (2010) pada dasarnya ada delapan tugas pokok keluarga, tugas pokok
tersebut ialah :
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-
masing.
d. Sosialisasi antar anggota keluarga.
e. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
g. Membangkitkan dorongan dan semangat pada anggota keluarga.
6
5. Fungsi Keluarga
Menurut Friedmen (2010) fungsi keluarga sebagai berikut :
a. Fungsi afektif
Fungsi keluarga yang utama adalah untuk mengajarkan segala sesuatu untuk
mempersiapkan anggota keluarganya dalam berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini
dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial keluarga.
b. Fungsi sosialisasi
Fungsi mengembangkan dan sebagai tempat melatih anak untuk berkehidupan social
sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah. Fungsi
ini berguna untuk membina sosialisasi pada anak, membentuk norma – norma tingkah laku
sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan meneruskan nilai – nilai budaya keluarga.
c. Fungsi reproduksi
Fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi
Fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan dalam rangka
memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi pemeliharaan kesehatan
Fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang
kesehatan.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap II yaitu membentuk keluarga muda sebagai
sebuah unit, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memperluas
persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua kakek dan
nenek dan mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar masing-masing pasangan.
c. Tahap III, keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua berumur 2-6 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap III yaitu memenuhi kebutuhan anggota
keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap
memenuhi kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan hubungan yang sehat dalam
keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai mengenalkan
kultur keluarga, menanamkan keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan bermain anak.
d. Tahap IV, keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap IV yaitu mensosialisasikan anak termasuk
meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya,
mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan
fisik anggota keluarga, membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat
menyelesaikan tugas sekolah.
e. Tahap V, keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20)
Tugas perkambangan keluarga pada tahap V yaitu menyeimbangkan kebebasan dengan
tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali
hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak,
memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab,
mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.
f. Tahap VI, keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama sampai
anak terakhir yang meninggalkan rumah)
Tahap perkembangan keluarga pada tahap VI yaitu memperluas siklus keluarga dengan
memasukkan anggota keluarga baru yang didapat melalui perkawinan anak, melanjutkan
untuk memperbaharui hubungan perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan sakit-
sakitan dari suami maupundari istri, membantu anak mandiri, mempertahankan
komunikasi, memperluas hubungan keluarga antara orang tua dengan menantu, menata
kembali peran dan fungsi keluarga setelah ditinggalkan anak.
g. Tahap VII, orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap VII yaitu menyediakan lingkungan yang
meningkatkan kesehatan, mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti para
orang tua dan lansia, memperkokoh hubungan perkawinan, menjaga keintiman,
8
peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja
insulin atau keduanya (Smeltzer danBare, 2015). Diabetes melitus adalah sindroma gangguan
metabolisme dengan hiperglikemi kronik akibat defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya
efektifitas biologis dari insulin yang disertai berbagai kelainan metabolik lain akibat gangguan
hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh
yangditandai dengan tingginya kadar gula darah sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Hal
9
tersebut dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel beta langerhans
kelenjar pankreas atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel tubuh terhadap insulin (Sunaryati
2. Etiologi
a. Penyebab Diabetes Melitus berdasarkan klasifikasi menurut WHO tahun 1995 adalah: DM Tipe I
menyebabkan timbulnya DM melalui kerentanan sel-sel beta terhadap penghancuran oleh virus
atau mempermudah perkembangan antibodi autoimun melawan sel-sel beta, jadi mengarah pada
berupa infeksi virus coxakie dan Gondogen yang merupakan pemicu yang menentukan proses
Terjadi paling sering pada orang dewasa, dimana terjadi obesitas pada individu obesitas dapat
menurunkan jumlah resoptor insulin dari dalam sel target insulin diseluruh tubuh. Jadi membuat
insulin yang tersedia kurang efektif dalam meningkatkan efek metabolik yang biasa.
c. DM Malnutrisi
2) Terjadi karena mengkonsumsi makanan rendah kalori dan rendah protein sehingga klasifikasi
pangkreas melalui proses mekanik (Fibrosis) atau toksik (Cyanide) yang menyebabkan sel-sel beta
menjadi rusak.
3) Protein Defisiensi Pancreatic Diabetes Melitus (PDPD) karena kekurangan protein yang kronik
d. DM Tipe Lain
10
2) Penyakit hormonal
Seperti: Acromegali yang meningkat GH (growth hormon) yang merangsang sel-sel beta pankeras
3) Obat-obatan
3. Manifestasi Klinis
Adanya penyakit diabetes mellitus ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan dan tidak
disadari oleh penderita. Manifestasi klinis Diabetes Melitus dikaitkan dengan konsekuensi
metabolik defisiensi insulin. Jika hiperglikemianya berat dan melebihi ambang ginjal untuk zat
ini, maka timbul glikosuria. Glikosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang
meningkatkan pengeluaran urine (poliuria) jika melewati ambang ginjal untuk ekskresi
glukosa yaitu 180 mg/dl serta timbulnya rasa haus (polidipsia). Rasa lapar yang semakin besar
(polifagia) mungkin akan timbul sebagai akibat kehilangan kalori (Price dan Wilson, 2012).
Pasien dengan diabetes tipe I sering memperlihatkan awitan gejalayang eksplosif dengan
polidipsia, pliuria, turunnya berat badan, polifagia,lemah, somnolen yang terjadi selama
Pasien dapat menjadi sakit berat dan timbul ketoasidosis, serta dapat meninggal kalau
tidak mendapatkan pengobatan segera. Terapi insulin biasanya diperlukan untuk mengontrol
metabolisme dan umumnya penderita peka terhadap insulin. Sebaliknya pasien dengan
diabetes tipe 2 mungkin sama sekali tidak memperlihatkan gejala apapun, dan diagnosis hanya
Pada hiperglikemia yang lebih berat pasien tersebutmungkin menderita polidipsia, poliuria,
lemah dan somnolen. Biasanya mereka tidak mengalami ketoasidosis karena pasien ini tidak
11
defisiensi insulin secara absolut namun hanya relatif. Sejumlah insulin tetapdisekresi dan
Gejala dan tanda-tanda DM dapat digolongkan menjadi 2 yaitu gejala akut dan gejala kronik
(PERKENI, 2015) :
Gejala penyakit DM bervariasi pada setiap penderita, bahkan mungkin tidak menunjukkan
gejala apa pun sampai saat tertentu. Permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi serba banyak
(poli) yaitu banyak makan (poliphagi), banyak minum (polidipsi), dan banyak kencing
(poliuri). Keadaan tersebut, jika tidak segera diobati maka akan timbul gejala banyak minum,
banyak kencing, nafsu makan mulai berkurang atau berat badan turun dengan cepat (turun 5-
10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah, dan bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa
mual.
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM adalah kesemutan, kulit terasa panas
atau seperti tertusuk-tusuk jarum, rasatebal di kulit, kram, mudah mengantuk, mata kabur,
biasanya sering ganti kacamata, gatal di sekitar kemaluan terutama pada wanita, gigi mudah
goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun, dan para ibu hamil sering mengalami
keguguran atau kematian janin dalam kandungan, atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg .
3. Komplikasi
Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada pasien DM tipe 2 akan menyebabkan berbagai
komplikasi. Komplikasi DM tipe 2 terbagi dua berdasarkan lama terjadinya yaitu: komplikasi
a. Komplikasi akut
KAD merupakan komplikasi akut DM yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah
12
yang tinggi (300-600 mg/dL), disertai dengan adanya tanda dan gejala asidosis dan plasma keton
(+) kuat. Osmolaritas plasmameningkat (300-320 mos/mL) dan terjadi peningkatan anion gap.
Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600-1200 mg/dL), tanpa tanda
dan gejala asidosis, osmolaritas plasma sangat meningkat (330-380 mOs/mL), plasma keton (+/-),
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah mg/dL. Pasien DM yang tidak
sadarkan diri harus dipikirkan mengalami keadaan hipoglikemia. Gejala hipoglikemia terdiri dari
berdebar-debar, banyak keringat, gemetar, rasa lapar, pusing, gelisah, dan kesadaran menurun
sampai koma.
b. Komplikasi kronik
Komplikasi jangka panjang menjadi lebih umum terjadi pada pasien DM saat ini sejalan dengan
penderita DM yang bertahan hidup lebih lama. Penyakit DM yang tidak terkontrol dalam waktu
BAB IV
SATUAN PEMBELAJARAN LAPANGAN
UNIT KOMPETISI:
Melakukan asuhan keperawatan keluarga Ny N dg masalah kesehatandiabetes melitus kontrak
awal dan pengkajian keluarga
TIU :
Peserta didik mampu Melakukan asuhan keperawatan keluarga : kontrak awal dan pengkajian
keluarga
2. Menjelaskan maksud dan tujuan (keuntungan dan kerugian) asuhan keperawatan keluarga
Pokok Bahasan :
BHSP dan Pengkajian
Metode Pembelajaran :
14
Observasi
Strategi Pembelajaran :
Pra Interaksi :
Laporan Pendahuluan sudah di konsulltasikan
Alat dan media sudah disiapkan mahasiswa
Keluarga binaan sudah disiapkan oleh pembimbing
Interaksi
Mahasiswa
Menyebutkan salam terapeutik
Menjelaskan maksud dan tujuan termasuk keuntungan dan kerugian menjadi keluarga
binaan
Membuat Kontrak (waktu, tempat dan topic)
Melakukan pengkajian pada keluarga dengan hipertensi
Melakukan pemeriksaan fisik pada seluruh anggota keluarga
Menggunakan komunikasi terapeutik
Memberikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya
Pembimbing
Menjawab salam
Mengobservasi kemampuan mahasiswa
Terminasi
Menjelaskan waktu kunjungan telah selesai
Membuat kontrak selanjutnya
Salam trapeutik
Media :
Alat tulis, alat-alat pemeriksaan fisik, form pengkajian
Evaluasi :
1. Observasi
2. Komunikasi tertulis
Lampiran – Lampiran
15
UNIT KOMPETISI:
TIU :
Peserta dididk mampu Melakukan asuhan keperawatan keluarga : Pengkajian dan Pemeriksaan fisik
Pokok Bahasan :
Metode Pembelajaran :
Observasi
Strategi Pembelajaran :
Pra Interaksi :
17
Interaksi
Mahasiswa
Menjelaskan maksud dan tujuan termasuk keuntungan dan kerugian menjadi keluarga
binaan
Membuat Kontrak (waktu, tempat dan topic)
Terminasi
Salam trapeutik
Media :
Evaluasi :
1. Observasi
18
2. Komunikasi tertulis
Lampiran – Lampiran
UNIT KOMPETISI:
Melakukan asuhan keperawatan keluarga Ny.N dengan masalah kesehatan diabetes melitus
Perencanaan dan Pembobotan
TIU :
Pokok Bahasan :
Metode Pembelajaran :
Observasi
Strategi Pembelajaran :
Pra Interaksi :
20
Interaksi
Mahasiswa
Menjelaskan maksud dan tujuan termasuk keuntungan dan kerugian menjadi keluarga
binaan
Membuat Kontrak (waktu, tempat dan topic)
Terminasi
Salam trapeutik
Media :
Evaluasi :
1. Observasi
2. Komunikasi tertulis
21
Lampiran – Lampiran
1. Format Perencanaan
UNIT KOMPETISI:
Melakukan asuhan keperawatan keluarga Ny.N dengan masalah kesehatan diabetes melitus
Implementasi Keperawatan
TIU :
TIK :
Peserta didik mampu :
Pokok Bahasan :
Penyuluhan kesehatan
Metode Pembelajaran :
Observasi
23
Strategi Pembelajaran :
Pra Interaksi :
Interaksi
Mahasiswa
Menjelaskan maksud dan tujuan termasuk keuntungan dan kerugian menjadi keluarga
binaan
Terminasi
Salam trapeutik
Media :
Evaluasi :
1. Observasi
2. Komunikasi tertulis
Lampiran – Lampiran
UNIT KOMPETISI:
TIU :
Peserta dididk mampu Melakukan asuhan keperawatan keluarga : kontrak awal dan pengkajian
keluarga
Pokok Bahasan :
Metode Pembelajaran :
Observasi
Strategi Pembelajaran :
Pra Interaksi :
Interaksi
Mahasiswa
Menjelaskan maksud dan tujuan termasuk keuntungan dan kerugian menjadi keluarga
binaan
Membuat Kontrak (waktu, tempat dan topic)
Terminasi
Salam trapeutik
Media :
Evaluasi :
1. Observasi
2. Komunikasi tertulis
Lampiran – Lampiran
27