Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

KELUARGA DENGAN DIABETES MELITUS

Disusun Oleh :

Nur Aini Zulaikhah Arrizqi

2010035039

PROGRAM STUDI D III KEPERWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2022
BAB I

PENDAHULUAN

 
A. Latar Belakang
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai

oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth,

2002). Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang

yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat

kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002). Diabetes militus

adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Jika telah berkembang

penuh secara klinis, maka diabetes militus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan

postprandial, aterosklerotik dan penyakit vascular mikroangiopati dan neuropati.

Manifestasi klinis hiperglikemia biasanya sudah bertahun-tahun mendahului

timbulnya kelainan klinis dari penyakit vaskularnya. Pasien dengan kelainan toleransi

glukosa ringan (gangguan glukosa puasa dan gangguan toleransi glukosa) dapat tetap

beresiko mengalami komplikasi metabolic diabetes (Price, 2006). Diabetes militus

adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolic akibat

gangguan hormonal yang menimbulkan komplikasi pada mata, ginjal, saraf dan

pembuluh darah (Nugroho, 2011)

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mempelajari secara menyeluruh dan menggali lebih dalam tentang asuhan
keperawatan keluarga dengan diabetes melitus.

2. Tujuan Khusus
a. Menggali secara rinci tentang pengkajian keperawatan keluarga dengan
diabetes melitus

1
b. Merumuskan diagnosis keperawatan keluarga yang muncul pada klien
diabetes melitus
c. Membuat perencanaan keperawatan keluarga yang tepat pada klien
diabetes melitus
d. Melaksanakan atau mengimplementasikan tindakan keperawatan keluarga
yang telah direncanakan pada klien diabetes melitus
e. Melakukan evaluasi keperawatan keluarga secara menyeluruh pada klien
diabetes melitus

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergaung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup
dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain di dalam perannya
masing – masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Friedman,
2010).
Konsep keluraga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh
ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum : meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional dan sosial dari tiap anggota. Keluarga merupakan aspek
terpenting dalam unit terkecil dalam masyarakat, penerima asuhan, kesehatan
anggota keluarga dan kualitas kehidupan keluarga saling berhubungan, dan
menempati posisi antara individu dan masyarakat (Harmoko, 2012).
Beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga
merupakan sekumpulan orang yang terikat oleh ikatan perkawinan, darah
serta adopsi dan tinggal dalam satu rumah.

2. Tipe Keluarga
Tipe keluarga menurut Harmoko tahun (2012) yaitu sebagai berikut :
a. Nuclear Family (Keluarga Inti)
Keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari
keturunannya atau adopsi atau keduanya.
b. Extended Family (Keluarga Besar)
Keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai
hubungan darah, seperti kakek, nenek, paman, dan bibi.

3
4

c. Reconstitud Nuclear
Pemebentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali, suami / istri tinggal
dalam pembentukan satu rumah dengan anak –anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan
lama maupun hasil dari perkawinan baru datu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.
d. Niddle Age /Aging Couple
Keluarga dimana suami sebagai pencari uang dan istri di rmah atau kedua-duanya bekerja
di rumah, sedangkan anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah / menikah /
meniti karier.
e. Dyadic Nuclea
Keluarga dimana suami-istri sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya
atau salah satunya bekerja di luar umah.
f. Single Parent
Keluarga yang hanya mempunyai satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian
pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.
g. Dual Carrier
Keluarga dengan suami – istri yang kedua-duanya orang karier dan tanpa memiliki anak.
h. Three Generation
Keluarga yang terdiri atas tiga generasi atau lebih yang tinggal dalam satu rumah.
i. Comunal
Keluarga yang dalam satu rumah terdiri dari dua pasangan suamiistri atau lebih yang
monogamy berikut anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
j. Cohibing Couple
Keluarga dengan dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa ikatan
perkawinan.
k. Composite
Keluarga dengan perkawinan poligami dan hidup/tinggal secara bersama-sama dalam satu
rumah.
l. Group Marriage
Satu perumahan terdiri atas orang tua dan keturunannya di dalam satu kesatuan keluarga
dan tiap individu adalah menikah dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak –
anak.
m. Unmarried Parent and child
Ibu dan anak dimana perkawinannya tidak dikehendaki, anak diadopsi.
5

n. Institutional
Anak – anak atau orang dewasa tinggal dalam suatu panti.
o. Commuter Married
Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal berpisah pada jarak tertentu keduanya
saling mencari pada waktu – waktu tertentu.

3. Peranan Keluarga  
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang
berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga
didasari oleh harapan dan pola perilaku dan keluarga, kelompok dan masyarakat. Menurut
Friedman (2010) berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
a. Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak – anak, berperan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari
kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkunganya.
b. Ibu sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus
rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik bagi anak – anaknya, pelindung dan sebagai
salah satu kelompok dari peranan sosial serta sebagai anggota masyarakat di
lingkungannya, disamping itu juga ibu perperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya.
c. Anak – anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya
baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

4. Tugas Keluarga
Menurut Friedman (2010) pada dasarnya ada delapan tugas pokok keluarga, tugas pokok
tersebut ialah :
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-
masing.
d. Sosialisasi antar anggota keluarga.
e. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
g. Membangkitkan dorongan dan semangat pada anggota keluarga.
6

5. Fungsi Keluarga
Menurut Friedmen (2010) fungsi keluarga sebagai berikut :
a. Fungsi afektif
Fungsi keluarga yang utama adalah untuk mengajarkan segala sesuatu untuk
mempersiapkan anggota keluarganya dalam berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini
dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial keluarga.
b. Fungsi sosialisasi
Fungsi mengembangkan dan sebagai tempat melatih anak untuk berkehidupan social
sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah. Fungsi
ini berguna untuk membina sosialisasi pada anak, membentuk norma – norma tingkah laku
sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan meneruskan nilai – nilai budaya keluarga.
c. Fungsi reproduksi
Fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi
Fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan dalam rangka
memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi pemeliharaan kesehatan
Fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang
kesehatan.

6. Tahap dan Perkembangan Keluarga


Menurut Harmoko (2012) perawat keluarga perlu mengetahui tentang tahapan dan tugas
perkembangan keluarga, untuk memberikan pedoman dalam menganalisis pertumbuhan dan
kebutuhan promosi kesehatan keluarga serta untuk memberikan dukungan pada keluarga untuk
kemajuan dari satu tahap ke tahap berikutnya.
a. Tahap I, keluarga pemula atau pasangan baru
Tugas perkembangan keluarga pemula antara lain membina hubungan yang harmonis
dan kepuasan bersama dengan membangun perkawinan yang saling memuaskan, membina
hubungan dengan orang lain dengan menghubungkan jaringan persaudaraan secara
harmonis, merencanakan kehamilan dan mempersiapkan diri menjadi orang tua.
b. Tahap II, keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur 30 bulan)
7

Tugas perkembangan keluarga pada tahap II yaitu membentuk keluarga muda sebagai
sebuah unit, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memperluas
persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua kakek dan
nenek dan mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar masing-masing pasangan.
c. Tahap III, keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua berumur 2-6 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap III yaitu memenuhi kebutuhan anggota
keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap
memenuhi kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan hubungan yang sehat dalam
keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai mengenalkan
kultur keluarga, menanamkan keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan bermain anak.
d. Tahap IV, keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap IV yaitu mensosialisasikan anak termasuk
meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya,
mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan
fisik anggota keluarga, membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat
menyelesaikan tugas sekolah.
e. Tahap V, keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20)
Tugas perkambangan keluarga pada tahap V yaitu menyeimbangkan kebebasan dengan
tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali
hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak,
memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab,
mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.
f. Tahap VI, keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama sampai
anak terakhir yang meninggalkan rumah)
Tahap perkembangan keluarga pada tahap VI yaitu memperluas siklus keluarga dengan
memasukkan anggota keluarga baru yang didapat melalui perkawinan anak, melanjutkan
untuk memperbaharui hubungan perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan sakit-
sakitan dari suami maupundari istri, membantu anak mandiri, mempertahankan
komunikasi, memperluas hubungan keluarga antara orang tua dengan menantu, menata
kembali peran dan fungsi keluarga setelah ditinggalkan anak.
g. Tahap VII, orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap VII yaitu menyediakan lingkungan yang
meningkatkan kesehatan, mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti para
orang tua dan lansia, memperkokoh hubungan perkawinan, menjaga keintiman,
8

merencanakan kegiatan yang akan datang, memperhatikan kesehatan masing-masing


pasangan, tetap menjaga komunikasi dengan anak-anak.
h. Tahap VIII, keluarga dalam masa pensiun dan lansia
Tugas perkembangan keluarga pada tahap VIII yaitu mempertahankan pengaturan hidup
yang memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan
hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan, mempertahankan
ikatan keluarga antar generasi, meneruskan untuk memahami eksistensi mereka, saling
memberi perhatian yang menyenangkan antar pasangan, merencanakan kegiatan untuk
mengisi waktu tua seperti berolahraga, berkebun, mengasuh cucu.

7. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan


Menurut Friedman (2010) sesuai dengan Fungsi Pemeliharaan Kesehatan, keluarga
mempunyai tugas - tugas dalam bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, yaitu :
a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggota keluarganya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga.
c. Memberikan perawatan bagi anggotanya yang sakit atau yang tidak mampu membantu
dirinya sendiri karena kecacatan atau usianya yang terlalu muda.
d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan
kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan dengan
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
B. Konsep Diabetes Melitus

1. Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai dengan

peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja

insulin atau keduanya (Smeltzer danBare, 2015). Diabetes melitus adalah sindroma gangguan

metabolisme dengan hiperglikemi kronik akibat defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya

efektifitas biologis dari insulin yang disertai berbagai kelainan metabolik lain akibat gangguan

hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh

darah ( Rendy danMargareth, 2012).Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme kronis

yangditandai dengan tingginya kadar gula darah sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Hal
9

tersebut dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel beta langerhans

kelenjar pankreas atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel tubuh terhadap insulin (Sunaryati

dalam Masriadi, 2016).

2. Etiologi

a. Penyebab Diabetes Melitus berdasarkan klasifikasi menurut WHO tahun 1995 adalah: DM Tipe I

(IDDM: DM tergantung insulin).

1) Faktor genetik / herediter Faktor herediter

menyebabkan timbulnya DM melalui kerentanan sel-sel beta terhadap penghancuran oleh virus

atau mempermudah perkembangan antibodi autoimun melawan sel-sel beta, jadi mengarah pada

penghancuran sel-sel beta.

2) Faktor infeksi virus

berupa infeksi virus coxakie dan Gondogen yang merupakan pemicu yang menentukan proses

autoimun pada individu yang peka secara genetik.

b. DM Tipe II (DM tidak tergantung insulin = NIDDM)

Terjadi paling sering pada orang dewasa, dimana terjadi obesitas pada individu obesitas dapat

menurunkan jumlah resoptor insulin dari dalam sel target insulin diseluruh tubuh. Jadi membuat

insulin yang tersedia kurang efektif dalam meningkatkan efek metabolik yang biasa.

c. DM Malnutrisi

1) Fibro Calculous Pancreatic DM (FCPD)

2) Terjadi karena mengkonsumsi makanan rendah kalori dan rendah protein sehingga klasifikasi

pangkreas melalui proses mekanik (Fibrosis) atau toksik (Cyanide) yang menyebabkan sel-sel beta

menjadi rusak.

3) Protein Defisiensi Pancreatic Diabetes Melitus (PDPD) karena kekurangan protein yang kronik

menyebabkan hipofungsi sel Beta pankreas.

d. DM Tipe Lain
10

1) Penyakit pankreas seperti : pancreatitis, Ca Pancreas dll

2) Penyakit hormonal

Seperti: Acromegali yang meningkat GH (growth hormon) yang merangsang sel-sel beta pankeras

yang menyebabkan sel-sel ini hiperaktif dan rusak.

3) Obat-obatan

a) Bersifat sitotoksin terhadap sel-sel seperti aloxan dan streptozerin.

b) Yang mengurangi produksi insulin seperti derifat thiazide, phenothiazine dll.

3. Manifestasi Klinis

Adanya penyakit diabetes mellitus ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan dan tidak

disadari oleh penderita. Manifestasi klinis Diabetes Melitus dikaitkan dengan konsekuensi

metabolik defisiensi insulin. Jika hiperglikemianya berat dan melebihi ambang ginjal untuk zat

ini, maka timbul glikosuria. Glikosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang

meningkatkan pengeluaran urine (poliuria) jika melewati ambang ginjal untuk ekskresi

glukosa yaitu 180 mg/dl serta timbulnya rasa haus (polidipsia). Rasa lapar yang semakin besar

(polifagia) mungkin akan timbul sebagai akibat kehilangan kalori (Price dan Wilson, 2012).

Pasien dengan diabetes tipe I sering memperlihatkan awitan gejalayang eksplosif dengan

polidipsia, pliuria, turunnya berat badan, polifagia,lemah, somnolen yang terjadi selama

beberapa hari atau beberapa minggu.

Pasien dapat menjadi sakit berat dan timbul ketoasidosis, serta dapat meninggal kalau

tidak mendapatkan pengobatan segera. Terapi insulin biasanya diperlukan untuk mengontrol

metabolisme dan umumnya penderita peka terhadap insulin. Sebaliknya pasien dengan

diabetes tipe 2 mungkin sama sekali tidak memperlihatkan gejala apapun, dan diagnosis hanya

dibuat berdasarkan pemeriksaan darah di laboratorium dan melakukan testoleransi glukosa.

Pada hiperglikemia yang lebih berat pasien tersebutmungkin menderita polidipsia, poliuria,

lemah dan somnolen. Biasanya mereka tidak mengalami ketoasidosis karena pasien ini tidak
11

defisiensi insulin secara absolut namun hanya relatif. Sejumlah insulin tetapdisekresi dan

masih cukup untuk mnenghambat ketoasidosis (Price danWilson, 2012).

Gejala dan tanda-tanda DM dapat digolongkan menjadi 2 yaitu gejala akut dan gejala kronik

(PERKENI, 2015) :

a. Gejala akut penyakit DM

Gejala penyakit DM bervariasi pada setiap penderita, bahkan mungkin tidak menunjukkan

gejala apa pun sampai saat tertentu. Permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi serba banyak

(poli) yaitu banyak makan (poliphagi), banyak minum (polidipsi), dan banyak kencing

(poliuri). Keadaan tersebut, jika tidak segera diobati maka akan timbul gejala banyak minum,

banyak kencing, nafsu makan mulai berkurang atau berat badan turun dengan cepat (turun 5-

10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah, dan bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa

mual.

b. Gejala kronik penyakit DM

Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM adalah kesemutan, kulit terasa panas

atau seperti tertusuk-tusuk jarum, rasatebal di kulit, kram, mudah mengantuk, mata kabur,

biasanya sering ganti kacamata, gatal di sekitar kemaluan terutama pada wanita, gigi mudah

goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun, dan para ibu hamil sering mengalami

keguguran atau kematian janin dalam kandungan, atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg .

3. Komplikasi

Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada pasien DM tipe 2 akan menyebabkan berbagai

komplikasi. Komplikasi DM tipe 2 terbagi dua berdasarkan lama terjadinya yaitu: komplikasi

akut dan komplikasi kronik.( PERKENI, 2015).

a. Komplikasi akut

1) Ketoasidosis diabetik (KAD)

KAD merupakan komplikasi akut DM yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah
12

yang tinggi (300-600 mg/dL), disertai dengan adanya tanda dan gejala asidosis dan plasma keton

(+) kuat. Osmolaritas plasmameningkat (300-320 mos/mL) dan terjadi peningkatan anion gap.

2) Hiperosmolar non ketotik (HNK)

Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600-1200 mg/dL), tanpa tanda

dan gejala asidosis, osmolaritas plasma sangat meningkat (330-380 mOs/mL), plasma keton (+/-),

anion gap normal atau sedikit meningkat .

3) Hipoglikemia

Hipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah mg/dL. Pasien DM yang tidak

sadarkan diri harus dipikirkan mengalami keadaan hipoglikemia. Gejala hipoglikemia terdiri dari

berdebar-debar, banyak keringat, gemetar, rasa lapar, pusing, gelisah, dan kesadaran menurun

sampai koma.

b. Komplikasi kronik

Komplikasi jangka panjang menjadi lebih umum terjadi pada pasien DM saat ini sejalan dengan

penderita DM yang bertahan hidup lebih lama. Penyakit DM yang tidak terkontrol dalam waktu

yang lama akan menyebabkan terjadinya komplikasi kronik.


13

BAB IV
SATUAN PEMBELAJARAN LAPANGAN

SATUAN PEMBELAJARAN LAPANGAN


KEPERAWATAN KELUARGA
PERTEMUAN KE 1

UNIT KOMPETISI:
Melakukan asuhan keperawatan keluarga Ny N dg masalah kesehatandiabetes melitus kontrak
awal dan pengkajian keluarga

TIU :
Peserta didik mampu Melakukan asuhan keperawatan keluarga : kontrak awal dan pengkajian
keluarga

TIK : Peserta didik mampu :


1. Menggunakan salam terapeutik

2. Menjelaskan maksud dan tujuan (keuntungan dan kerugian) asuhan keperawatan keluarga

3. Membuat kontrak (waktu, tempat dan topic) dengan keluarga

4. Mengumpulkan data – data yang mendukung keluarga

5. Melibatkan seluruh anggota keluarga pada saat pengkajian

6. Menganalisis data-data pengkajian

7. Memformulasikan diagnosis keperawatan keluarga

8. Mendokumentasikan hasil pengkajian pada keluarga

Pokok Bahasan :
BHSP dan Pengkajian

Metode Pembelajaran :
14

Observasi

Strategi Pembelajaran :
Pra Interaksi :
 Laporan Pendahuluan sudah di konsulltasikan
 Alat dan media sudah disiapkan mahasiswa
 Keluarga binaan sudah disiapkan oleh pembimbing

Interaksi
Mahasiswa
 Menyebutkan salam terapeutik
 Menjelaskan maksud dan tujuan termasuk keuntungan dan kerugian menjadi keluarga
binaan
 Membuat Kontrak (waktu, tempat dan topic)
 Melakukan pengkajian pada keluarga dengan hipertensi
 Melakukan pemeriksaan fisik pada seluruh anggota keluarga
 Menggunakan komunikasi terapeutik
 Memberikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya

Pembimbing
 Menjawab salam
 Mengobservasi kemampuan mahasiswa

Terminasi
 Menjelaskan waktu kunjungan telah selesai
 Membuat kontrak selanjutnya
 Salam trapeutik
Media :
Alat tulis, alat-alat pemeriksaan fisik, form pengkajian
Evaluasi :
1. Observasi

2. Komunikasi tertulis
Lampiran – Lampiran
15

1. Format pengkajian Keluarga

2. Check list penilaian pengkajian keluarga

3. Check list penilaian laporan kasus


16

SATUAN PEMBELAJARAN LAPANGAN


KEPERAWATAN KELUARGA
PERTEMUAN KE 2 & 3

UNIT KOMPETISI:

Melakukan asuhan keperawatan keluarga Ny.N dengan masalah kesehatandiabetes melitus


pengkajian keluarga dan pemeriksaan fisik

TIU :

Peserta dididk mampu Melakukan asuhan keperawatan keluarga : Pengkajian dan Pemeriksaan fisik

TIK : Peserta didik mampu :

1. Menggunakan salam terapeutik

2. Menjelaskan maksud dan tujuan Kunjungan

3. Mengingatkan kontrak sebelumnya (waktu, tempat dan topic) dengan keluarga

4. Mengumpulkan data – data penjajakan tahap II yang mendukung keluarga

5. Melakukan pemeriksaan fisik yang tepat pada keluarga

6. Melibatkan seluruh anggota keluarga pada saat pemeriksaan fisik

7. Menganalisis data pemeriksaan fisik

8. Memformulasikan diagnosis keperawatan keluarga

9. Mampu mendokumentasikan hasil pemeriksaan fisik

Pokok Bahasan :

Pengkajian lanjutan dan Pemeriksaan fisik

Metode Pembelajaran :

Observasi

Strategi Pembelajaran :

Pra Interaksi :
17

 Laporan Pendahuluan sudah di konsulltasikan

 Alat dan media sudah disiapkan mahasiswa

 Keluarga binaan sudah disiapkan oleh pembimbing

Interaksi

Mahasiswa

 Menyebutkan salam terapeutik

 Menjelaskan maksud dan tujuan termasuk keuntungan dan kerugian menjadi keluarga
binaan
 Membuat Kontrak (waktu, tempat dan topic)

 Melakukan pengkajian pada keluarga dengan hipertensi

 Melakukan pemeriksaan fisik pada seluruh anggota keluarga

 Menggunakan komunikasi terapeutik

 Memberikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya


Pembimbing
 Menjawab salam

 Mengobservasi kemampuan mahasiswa

Terminasi

 Menjelaskan waktu kunjungan telah selesai

 Membuat kontrak selanjutnya

 Salam trapeutik

Media :

Alat tulis, alat-alat pemeriksaan fisik, form pengkajian

Evaluasi :

1. Observasi
18

2. Komunikasi tertulis

Lampiran – Lampiran

1. Format Pengkajian Keluarga

2. Check list penilaian pengkajian keluarga

3. Check list penilaian laporan kasus


19

SATUAN PEMBELAJARAN LAPANGAN


KEPERAWATAN KELUARGA
PERTEMUAN KE 4

UNIT KOMPETISI:
Melakukan asuhan keperawatan keluarga Ny.N dengan masalah kesehatan diabetes melitus
Perencanaan dan Pembobotan

TIU :

Peserta dididk mampu Melakukan asuhan keperawatan keluarga : Pembobotan dan


Perencanaan

TIK : Peserta didik mampu :

1. Menggunakan salam terapeutik

2. Menjelaskan maksud dan tujuan kunjungan

3. Mengingatkan kontrak sebelumnya (waktu, tempat dan topic) dengan keluarga

4. Mengumpulkan data – data yang mendukung dalam perecanaan

5. Melakukan pembobotan dan perecanaan bersama keluarga

6. Melibatkan keluarga dalam perencanaan kegiatan

7. Menetapkan jadwal kegiatan dalam mengatasi masalah keperawatan keluarga

Pokok Bahasan :

Pembobotan dan perencanaan

Metode Pembelajaran :

Observasi

Strategi Pembelajaran :

Pra Interaksi :
20

 Laporan Pendahuluan sudah di konsulltasikan

 Alat dan media sudah disiapkan mahasiswa

 Keluarga binaan sudah disiapkan oleh pembimbing

Interaksi

Mahasiswa

 Menyebutkan salam terapeutik

 Menjelaskan maksud dan tujuan termasuk keuntungan dan kerugian menjadi keluarga
binaan
 Membuat Kontrak (waktu, tempat dan topic)

 Melakukan Pembobotan dan perencanaan tindakan keperawatan

 Menyepakati rencana tindakan keperawatan

 Menggunakan komunikasi terapeutik

 Memberikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya


Pembimbing
 Menjawab salam

 Mengobservasi kemampuan mahasiswa

Terminasi

 Menjelaskan waktu kunjungan telah selesai

 Membuat kontrak selanjutnya

 Salam trapeutik

Media :

Alat tulis, form perencanaan

Evaluasi :

1. Observasi

2. Komunikasi tertulis
21

Lampiran – Lampiran

1. Format Perencanaan

2. Check list penilaian Perencanaan

3. Check list penilaian laporan kasus


22

SATUAN PEMBELAJARAN LAPANGAN


KEPERAWATAN KELUARGA
PERTEMUAN KE 5

UNIT KOMPETISI:

Melakukan asuhan keperawatan keluarga Ny.N dengan masalah kesehatan diabetes melitus
Implementasi Keperawatan

TIU :

Peserta dididk mampu Melakukan asuhan keperawatan keluarga : Implementasi Keperawatan

TIK :
Peserta didik mampu :

1. Menggunakan salam terapeutik

2. Mengingatkan kontrak (waktu, tempat dan topic) dengan keluarga

4. Melakukan here and now

5. Melakukan penyuluhan kesehatan

6. Melibatkan seluruh anggota keluarga pada saat implementasi

7. Menyepakati kontrak berikutnya

8. Melakukan terminasi sementara

9. Mendokumentasikan hasil pengkajian pada keluarga dengan masalah

Pokok Bahasan :

Penyuluhan kesehatan

Metode Pembelajaran :

Observasi
23

Strategi Pembelajaran :

Pra Interaksi :

 Laporan Pendahuluan sudah di konsulltasikan

 Alat dan media sudah disiapkan mahasiswa

 Keluarga binaan sudah disiapkan oleh pembimbing

Interaksi

Mahasiswa

 Menyebutkan salam terapeutik

 Menjelaskan maksud dan tujuan termasuk keuntungan dan kerugian menjadi keluarga
binaan

 Membuat Kontrak (waktu, tempat dan topic)

 Melakukan pengkajian pada keluarga dengan hipertensi

 Melakukan pemeriksaan fisik pada seluruh anggota keluarga

 Menggunakan komunikasi terapeutik

 Memberikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya


Pembimbing
 Menjawab salam

 Mengobservasi kemampuan mahasiswa

Terminasi

 Menjelaskan waktu kunjungan telah selesai

 Membuat kontrak selanjutnya

 Salam trapeutik

Media :

Alat tulis, alat-alat pemeriksaan fisik, form pengkajian


24

Evaluasi :

1. Observasi

2. Komunikasi tertulis

Lampiran – Lampiran

1. Format Pengkajian Keluarga

2. Check list penilaian pengkajian keluarga

3. Check list penilaian laporan kasus


25

SATUAN PEMBELAJARAN LAPANGAN


KEPERAWATAN KELUARGA
PERTEMUAN KE 6

UNIT KOMPETISI:

Melakukan asuhan keperawatan keluarga Ny.N dengan Masalah kesehatandiabetes melitus


Evaluasi akhir dan Terminasi akhir

TIU :

Peserta dididk mampu Melakukan asuhan keperawatan keluarga : kontrak awal dan pengkajian
keluarga

TIK : Peserta didik mampu :

1. Menggunakan salam terapeutik

2. Membuat kontrak (waktu, tempat dan topic) dengan keluarga

3. Melakukan here and now

4. Melakukan Evaluasi akhir pada seluruh diagnosa keperatan yang ditemukan

5. Memberikan penjelasan pada item evaluasi yang belum di pahami keluarga

6. Melakukan terminasi akhir

Pokok Bahasan :

Evaluasi akhir dan Terminasi akhir

Metode Pembelajaran :

Observasi

Strategi Pembelajaran :

Pra Interaksi :

 Laporan Pendahuluan sudah di konsulltasikan


26

 Alat dan media sudah disiapkan mahasiswa

 Keluarga binaan sudah disiapkan oleh pembimbing

Interaksi

Mahasiswa

 Menyebutkan salam terapeutik

 Menjelaskan maksud dan tujuan termasuk keuntungan dan kerugian menjadi keluarga
binaan
 Membuat Kontrak (waktu, tempat dan topic)

 Melakukan pengkajian pada keluarga dengan hipertensi

 Melakukan pemeriksaan fisik pada seluruh anggota keluarga

 Menggunakan komunikasi terapeutik

 Memberikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya


Pembimbing
 Menjawab salam

 Mengobservasi kemampuan mahasiswa

Terminasi

 Menjelaskan waktu kunjungan telah selesai

 Membuat kontrak selanjutnya

 Salam trapeutik

Media :

Alat tulis, alat-alat pemeriksaan fisik, form pengkajian

Evaluasi :

1. Observasi

2. Komunikasi tertulis

Lampiran – Lampiran
27

1. Format Pengkajian Keluarga

2. Check list penilaian pengkajian keluarga

3. Check list penilaian laporan kasus


1
2

Anda mungkin juga menyukai