Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ARTHRITIS RHEUMATOID
STASE KEPERAWATAN KELUARGA

Neli Kalsum
S21130007

PRODI DIII KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN MUHAMMADIYAH
KALIMANTAN BARAT
2023/2024
A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergaung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup
dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain di dalam perannya masing
– masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Friedman, 2010).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal disuatu tempat dibawah satu
atap dalam keadaan saling ketergantungan. ( Dep. Kes RI,1988)
Beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga
merupakan sekumpulan orang yang terikat oleh ikatan perkawinan, darah serta
adopsi dan tinggal dalam satu rumah.
2. Tipe Keluarga
Tipe keluarga menurut Harmoko tahun (2012) yaitu sebagai berikut :
a. Nuclear Family (Keluarga Inti)
Keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari
keturunannya atau adopsi atau keduanya.
b. Extended Family (Keluarga Besar)
Keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai
hubungan darah, seperti kakek, nenek, paman, dan bibi.
c. Reconstitud Nuclear
Pemebentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali, suami /
istri tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak –anaknya, baik itu
bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru datu atau
keduanya dapat bekerja diluar rumah.
d. Niddle Age /Aging Couple
Keluarga dimana suami sebagai pencari uang dan istri di rmah atau kedua-
duanya bekerja di rumah, sedangkan anak-anak sudah meninggalkan rumah
karena sekolah / menikah / meniti karier.
e. Dyadic Nuclea
Keluarga dimana suami-istri sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang
keduanya atau salah satunya bekerja di luar umah.
f. Single Parent
Keluarga yang hanya mempunyai satu orang tua sebagai akibat perceraian
atau kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di
luar rumah.

g. Dual Carrier
Keluarga dengan suami – istri yang kedua-duanya orang karier dan tanpa
memiliki anak.
h. Three Generation
Keluarga yang terdiri atas tiga generasi atau lebih yang tinggal dalam satu
rumah.
i. Comunal
Keluarga yang dalam satu rumah terdiri dari dua pasangan suamiistri atau
lebih yang monogamy berikut anak-anaknya dan bersama-sama dalam
penyediaan fasilitas.
j. Cohibing Couple
Keluarga dengan dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa
ikatan perkawinan.
k. Composite
Keluarga dengan perkawinan poligami dan hidup/tinggal secara bersama-
sama dalam satu rumah.
l. Group Marriage
Satu perumahan terdiri atas orang tua dan keturunannya di dalam satu
kesatuan keluarga dan tiap individu adalah menikah dengan yang lain dan
semua adalah orang tua dari anak – anak.
m. Unmarried Parent and child
Ibu dan anak dimana perkawinannya tidak dikehendaki, anak diadopsi.
n. Institutional
Anak – anak atau orang dewasa tinggal dalam suatu panti.
o. Commuter Married
Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal berpisah pada jarak
tertentu keduanya saling mencari pada waktu – waktu tertentu.
3. Struktur Keluarga
a. Elemen-elemen keluarga menurut Freudman
1. struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing-masing anggota
keluarga baik didalam keluarganya sendiri maupun peran dilingkungan
masyarakat.
2. Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai atau norma yang
dipelajari dan diyakini dalam keluarga.
3. Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan pola
komunikasi diantara orang tua dan anak, diantara anggota keluarga
ataupun dalam keluarga besar.
4. Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan keluarga untuk
mengendalikan atau mempengaruhi orang lain dalam perubahan prilaku
kearah positif.

b. Ciri-ciri struktur keluarga


1. Terorganisasi, keluarga adalah cerminan organisasi, dimana masing-
masing anggota keluarga memiliki peran dan fungsi masing-masing
sehingga tujuan keluarga dapat tercapai.
2. Keterbatasan, Dalam mencapai tujuan, setiap anggota keluarga memiliki
peran dan tanggung jawabnya masing-masing sehingga dalam
berinteraksi setiap anggota tidak bisa semena-mena, tetapi mempunyai
keterbatasan yang dilandasi oleh tanggung jawab masing-masing anggota
keluarga.
3. Perbedaan dan kekhususan, Adanya peran yang beragam dalam keluarga
menunjukan masing-masing anggota keluarga mempunyai peran dan
fungsi yang berbeda dan khas seperti halnya peran ayah sebagai pencari
nafkah utama, peran ibu yang merawat anak- anak.
c. Dominasi Struktur keluarga
1. Dominasi Jalur Hubungan Darah
 Patrilineal, keluarga yang dubungkan atau disusun melalui jalur garis
ayah. Suku- suku di Indonesia rata-rata menggunakan struktur
keluarga patrilineal.
 Matrilineal, keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur
garis ibu. Salah satu contoh suku Padang.
2. Dominasi keberadaan tempat tinggal
 Patrilokal, Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal
dengan keluarga sedarah dari pihak suami.
 Matrilokal, Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal
dengan keluarga sedarah dari pihak istri.
3. Dominasi pengambilan Keputusan
 Patriakal, Pengambilan keputusan ada pada pihak suami.
 Matriakal, pengambilan keputusan ada pada pihak istri.
4. Tugas Keluarga
Menurut Friedman (2010) sesuai dengan Fungsi Pemeliharaan Kesehatan,
keluarga mempunyai tugas - tugas dalam bidang kesehatan yang perlu dipahami
dan dilakukan, yaitu :
a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggota keluarganya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga.
c. Memberikan perawatan bagi anggotanya yang sakit atau yang tidak mampu
membantu dirinya sendiri karena kecacatan atau usianya yang terlalu muda.
d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan dengan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada

5. Fungsi Keluarga
Menurut Friedmen (2010) fungsi keluarga sebagai berikut :
a. Fungsi afektif
Fungsi keluarga yang utama adalah untuk mengajarkan segala sesuatu untuk
mempersiapkan anggota keluarganya dalam berhubungan dengan orang lain.
Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial
keluarga.
b. Fungsi sosialisasi
Fungsi mengembangkan dan sebagai tempat melatih anak untuk
berkehidupan social sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan
dengan orang lain di luar rumah. Fungsi ini berguna untuk membina
sosialisasi pada anak, membentuk norma – norma tingkah laku sesuai
dengan tingkat perkembangan anak dan meneruskan nilai – nilai budaya
keluarga.
c. Fungsi reproduksi
Fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan
keluarga.
d. Fungsi ekonomi
Fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan
tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan
penghasilan dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi pemeliharaan kesehatan
Fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar
tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi
tugas keluarga di bidang kesehatan.

6. Tahap Perkembangan Keluarga


Menurut Harmoko (2012) perawat keluarga perlu mengetahui tentang
tahapan dan tugas perkembangan keluarga, untuk memberikan pedoman dalam
menganalisis pertumbuhan dan kebutuhan promosi kesehatan keluarga serta
untuk memberikan dukungan pada keluarga untuk kemajuan dari satu tahap ke
tahap berikutnya.

a. Tahap I, keluarga pemula atau pasangan baru


b. Tahap II, keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur 30
bulan)
c. Tahap III, keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua berumur 2-6
tahun)
d. Tahap IV, keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun)
e. Tahap V, keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20)
f. Tahap VI, keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak
pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah).
g. Tahap VII, orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiun)
h. Tahap VIII, keluarga dalam masa pensiun dan lansia

B. Konsep Arthritis Rematoid


1. Pengertian
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non-bakterial yang bersifat sistemik,
progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara
simetris (Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165).
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses
inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248).
Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia
lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson dalam
Budi Darmojo, 1999).
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui
penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial
yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut (Susan
Martin Tucker, 1998).
Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai
membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri
persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan (Diane C. Baughman,
2000).
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama
poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh (Arif Mansjour, 2001).

2. Etiologi
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor resiko
yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;
a. Usia lebih dari 40 tahun
b. Jenis kelamin wanita lebih sering
c. Suku bangsa
d. Genetik
e. Kegemukan dan penyakit metabolik
f. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
g. Kelainan pertumbuhan
h. Kepadatan tulang

3. Manifestasi klinis
Gejala utama dari artitris rematoid adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena,
terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula terasa
kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dnegan istirahat. Terdapat hambatan
pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan.
Lebih lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak menonjol dan timbul belakangan, mungkin
dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat
yang merata dan warna kemerahan, antara lain;
a. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan
dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang
menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang lain.
b. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan
bertambahnya rasa nyeri.
c. Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti duduk
dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.
d. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
e. Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan yang
paling sering) secara perlahan-lahan membesar
f. Perubahan gaya berjalan
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul
berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang
lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang umumnya tua
(lansia).

4. Patofisiologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti
vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial
menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian
ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk
ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan
gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau
dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis
setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa
adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari
serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain. terutama yang
mempunyai faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi
kronis yang progresif.

5. Pathway
6. Pemeriksaan penunjang
a. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan
lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan
awal) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan
subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
b. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
c. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi
d. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari
normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon inflamasi, produk-
produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan
viskositas dan komplemen (C3 dan C4).
e. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.
f. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau
atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan
kurang kental dibanding cairan sendi yang normal.Kriteria diagnostik Artritis
Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris yang mengenai sendi-
sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6
minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-
artikuler pada foto rontgen

7. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat simtomatik.
Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai analgesik dan
mengurangi peradangan, tidak mampu menghentikan proses patologis
b. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi
yang sakit.
c. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
d. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera
e. Dukungan psikososial
f. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang tepat
g. Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan
h. Kompres dengan es saat kaki bengkak dan kompres air hangat saat nyeri
i. Konsumsi makanan yang mengandung protein dan Vitamin
j. Diet rendah purin:
Tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi pembentukan asam urat dan
menurunkan berat badan, bila terlalu gemuk dan mempertahankannya dalam batas
normal.

8. Komplikasi
a. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya prosesgranulasi
di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
b. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
c. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
d. Terjadi splenomegali.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Hipertensi


1. Pengkajian
a. Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga: :
2. Umur :
3. Pendidikan :
4. Pekerjaan :
5. Alamat :
6. Komposisi Keluarga :

NO NAMA JK HUB DG KK UMUR PENDIDIKAN PEKERJAAN

7. Genogram :
Keterangan Genogram
8. Tipe Keluarga
Keluarga tradisional mis: nuclear family,extended famili maupun keluarga
non tradisional mis: pasangan tanpa menikah.
9. Suku Bangsa
Hubungan suku dengan kebiasaan keluarga mengatasi penyakit
10. Agama
Nilai, keyakinan dan pemahaman spiritual.
11. Status sosial ekonomi keluarga
Pendapatan dan pengeluaran dan tabungan keluarga,penghasilan tercukupi
atau tidak
12. Aktivitas rekreasi keluarga
Bentuk rekreasi mis: nonton tv, berkunjung ke rumah keluarga dan Jadwal
rekreasi dalam satu tahun.

b. Riwayat dan Tahapan Perkembangan Keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Sejauh mana keluarga melaksanakan tahapan perkembangan keluarga
yang dimulai dengan anak pertama. Mis keluarga dengan anak pra
sekolah dan tugas perkembangan keluarga
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Identifikasi tahapan perkembangan yang seharusnya sudah dipenuhi tetapi
tidak dapat dipenuhi. Misalnya anak berusia 6 tahun tetapi belum masuk
sekolah
3. Riwayat keluarga inti
Ditujukan kepada suami maupun istri dengan menanyakan awal mula
hubungan sampai terjadinya pernikahan atau riwayat terbentuknya
keluarga
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Misalnya kebiasan kawin cerai, dll
c. Linkungan
1. Karakteristik rumah
Yaitu tipe bangunan, ukuran rumah, jenis bangunan, kepemiikan, tata
letak alat rumah tangga, komposisi ruangan,lantai, kebersihan ruangan,
ventilasi, penerangan, toilet, sumber air, denah rumah
2. Karakateristik tetangga dan komunitas RW
Apakah masyarakat sekitar rumah sama asal daerahnya, sama
pekerjaannya, adakah hubungan kekerabatan dengan keluarga dan apakah
masyarakat sekitar bisa dijadikan support mental bagi keluarga dalam
pemecahan masalah.
3. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga sebagai penduduk yang menetap atau penduduk yang tinggal
sementara karena tugas pekerjaan yang berpindah-pindah.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keaktifan dalam kegiatan masyarakat misalnya pengajian,
kebaktian, arisan, kerja bakti.
5. Sistem pendukung keluarga
Yang memberikan dukungan pada keluarga
d.Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
Bagaimana komunikasi yang terbina antara anggotan keluarga, saling
terbuka, menasehati, kebebasan mengeluarkan pendapat, pengambilan
keputusan.
2. Struktur kekuatan keluarga
Anggota keluarga saling memberi kasih sayang, perhatian, dukungan
moral dan material
3. Struktur peran
Apakah ayah/suami sudah menjalankan perannya sebagai kepala
keluarga/pencari nafkah, pelindung keluarga.
Apakah ibu menjalankan perannya sebagai ibu bagi anak-anaknya,
pemberi kasih sayang, danpemberi tuntunan nilai pada anak-anaknya.
Anak menjalankan perannya sesuai tahapan tumbuh kembangnya.
4. Nilai atau norma budaya
Data tentang nilai, pemahaman dan norma budaya yang digunakan oleh
keluarga.
e. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif
Sikap masing-masing anggota keluarga menunjukan harmonis/tidaknya
hubungan antar anggota keluarga. Atau fungsi kasih sayang.
2. Fungsi sosialisasi : bagaimana interaksi antar anggota keluarga
3. Fungsi perawatan kesehatan
Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
Kemampuan keluarga mengambil keputusan
Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan
Kemampuan keluarga memanfaatkaan fasilitas kesehatan yang ada.
4. Fungsi Reproduksi
Jumlah anak, bagaiman keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga,
cara berKB
5. Fungsi Ekonomi
Bagaimana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan
serta cara memanfaatkan sumber daya yang ada untuk meningkatkan
status kesehatan keluarga.
f. Stres dan Koping Keluarga
1. Stressor jangka panjang dan jangka pendek
Stressor jangka panjang misalnya penyakit yang tidak
sembuh, kehilangan pekerjaan, ditinggal suami/istri,
kehilangan keluarga yang dicintai
Stressor jangka pendek misalnya kehilangan uang, sakit ataupun ditimpa
musibah
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Bagaimana keluarga berespon terhadap permasalahan yang diakibatkan
karena stres jangka panjang ataupun jangka pendek. Atau ketanggapan
keluarga mengatasi masalah
3. Strategi koping
Strategi atau cara keluarga mengatasi masalah yang sangat beragam dari
adaptif sampai mal adaptif.
4. Strategi adaptasi disfungsional
Strategi adaptasi yang bersifat maladaptif pada keluarga misalnya napza,
merokok,dll
g. Harapan Keluarga
Berkaitan dengan harapan atau keinginan keluarga terhadap kehidupan
selanjutnya atau harapan terhadap masalah yang dihadapi
h. Data Tambahan
1. Nutrisi
2. Eliminasi
3. Istirahat tidur
4. Aktivitas sehari-hari
5. Gaya hidup tidak sehat (merokok, minum-minuman keras, dll)
i. Pemeriksaan Fisik Head to Toe
Pemeriksaan Anak Ibu Bapak
Kepala
Tanda-tanda vital
BB, TB
Mata
Hidung
Mulut
Leher
Dada
Abdomen
Tangan
Kaki
Keadaan umum

2. Diagnosa Keperawatan Keluarga


a. Analisa Data
Data ( sign, symptom) Masalah( P) Penyebab (E)

Data Subjektif 5 tugas keluarga

DataObjektif:
lingkungan,
pemeriksaan
fisik

b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri Akut b/d Agen Pencedera Fisiologis
2) Gangguan Citra Tubuh b/d Perubahan Struktur/Bentuk Tubuh
3) Risiko Cedera Faktor Risiko Perubahan Fungsi Psikomotor

c. Skala prioritas masalah / scoring


Kriteria Nilai Bobot Scoring Pembenaran

Sifat Masalah
 Aktual
3
 Resiko Tinggi 1 Skor x angka
2
 Potensial tertinggi bobot
1
Kemungkinan masalah 2
untuk dirubah
 Mudah
 Sebagian 2
 Tidak dapat 1
0

Potensial masalah
untuk dicegah
 Tinggi 3 1
 Cukup 2
 Rendah
1

Menonjolnya masalah
2
 Segera diatasi
 Ada masalah tetapi 1
tidak segera diatasi 1
 Masalah tidak
dirasakan
0

d. Diagnosa Keperawatan Sesuai Prioritas


1.
2.
3.

e. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga


Dx Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
tindakan keperawatan Observasi
diharapkan tingkat nyeri  Identifikasi lokasi, karakteristik,
menurun: durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
Kemampuan nyeri
meningkatkan aktivitas  Identifikasi skala nyeri
meningkat  Identifikasi respon nyeri non verbal
Keluhan nyeri menurun  Identifikasi faktor yang
Meringis menurun memperberat dan memperingan
Sikap protektif menurn nyeri
Gelisah menurun  Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
 Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis, akupresure, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat atau
dingin, terapi bermain)
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab periode dan
pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
Gangguan Citra Setelah dilakukan Promosi Citra Tubuh
Tubuh tindakan keperawatan Observasi
diharapkan citra tubuh  Identifikasi harapan citra tubuh
meningkat: berdasarkan tahap perkembangan
Verbalisasi perasaan  Identifikasi budaya, agama, jenis
negatif tentang kelamin, dan umur terkait citra
perubahan tubuh tubuh
menurun  Identifikasi perubahan citra tubuh
Fokus pada bagian tubuh yang mengakibatkan isolasi sosial
menurun  Monitor frekuensi pernyataan kritik
Fokus pada penampilan terhadap diri sendiri
masa lalu menurun  Monitor apakah pasien bisa melihat
Respon nonverbal pada bagian tubuh yang berubah
perubahan tubuh Terapeutik
membaik  Diskusikan perubahan tubuh dan
fungsinya
 Diskusikan perbedaan penampilan
fisik terhadap harga diri
 Diskusikan perubahan akibat
pubertas, kehamilan dan penuaan
 Diskusikan kondisi stress yang
mempengaruhi citra tubuh (mis.
luka penyakit, pembedahan)
 Diskusikan cara mengembangkan
harapan citra tubuh secara realistis
 Diskusikan persepsi pasien dan
keluarga tentang perubahan citra
tubuh
Edukasi
 Jelaskan kepada keluarga tentang
perawatan perubahan citra tubuh
 Anjurkan mengungkapkan
gambaran diri terhadap citra tubuh
 Anjurkan menggunakan alat bantu
(mis. pakaian, wig, kosmetik)
 Anjurkan mengikuti kelompok
pendukung (mis. kelompok sebaya)
 Latih fungsi tubuh yang dimiliki
 Latih peningkatan penampilan diri
(mis. berdandan)
 Latih pengungkapan kemampuan
diri kepada orang lain maupun
kelompok
Risiko Cedera Setelah dilakukan Edukasi Keselamatan Linngkungan
tindakan keperawatan Observasi
diharapkan tingkat  Identifikasi kesiapan dan
cedera menurun: kemampuan menerima informasi
Tolerasi aktivitas  Identifikasi kebutuhan keselamatan
meningkat berdasarkan tingkat fungsi fisik,
Kejadian cedera kognitif dan kebiasaan
menurun  Identifikasi bahaya keamanan di
Ketegangan otot lingkungan (mis. fisik. biologis. dan
menurun kimia)
Ekspresi wajah Terapeutik
kesakitan menurun  Sediakan materi dan media
Gangguan mobilitas pendidikan kesehatan
menurun  Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
 Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
 Anjurkan menghilangkan bahaya
lingkungan
 Anjurkan menyediakan alat bantu
(mis. pegangan tangan, keset anti
slip)
 Anjurkan menggunakan alat
pelindung (mis. restrain, rel
samping, penutup pintu, pagar,
pintu gerbang)
 Informasikan nomor telepon darurat
 Anjurkan melakukan program
skrining lingkungan (mis. timah,
radon)
 Ajarkan individu dan kelompok
berisiko tinggi tentang bahaya
lingkungan
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Z. 2010. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC


PPNI. 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. DPP PPNI: Jakarta
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. DPP PPNI: Jakarta
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. DPP PPNI: Jakarta
Wahyuni Tri. 2023. Modul Praktikum & Klinik Mata Ajar Keperawatan Keluarga.
Pontianak: ITEKES Muhammadiyah KALBAR
Wijaya, Andra S &Putri, Yesi M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta:
Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai