Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

Konsep Asuhan Keperawatan Pada Bayi dan Anak Dengan


Gangguan Labiopalatoschzisis & Hipospadia

Dosen Pengampu : Ns.Yenni Lukita, M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 12

1. Aulia Ayu Ningtyas ( S21130028 )


2. Nuraini ( S21130020 )

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN

MUHAMMADIYAH KALIMANTAN BARAT

TAHUN ANGKATAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT kami ucapkan karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyusun makalah dengan judul “Konsep Asuhan
Keperawatan Pada Bayi dan Anak Dengan Gangguan Labiopalatoschzisis &
Hipospadia” untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak.

Terimakasih penulis ucapkan kepada anggota kelompok yang telah


berkontribusi secara finansial maupun non-finansial dalam pembuatan makalah
ini. Serta tidak lupa terima kasih kami ucapkan kepada Ns.Yenni Lukita, M.Pd
selaku dosen mata kuliah Keperawatan Anak karena berkat bimbingan beliaulah
makalah ini dapat terselesaikan secara tepat waktu.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis serta pembaca dalam


mengembangkan ilmu pengetahuan. Kami menyadari bahwasanya dalam
penyusunan makalah ini tentunya masih banyak kesalahan dan kekurangan yang
kami lakukan. Sehingga kami memohon kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sekalian.

Pontianak, 19 Februari 2023

Kelompok 12
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan Umum...............................................................................................2

D. Tujuan Khusus..............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Konsep Asuhan Keperawatan Anak Dengan Labiopalatoschcizis...............3

B. Konsep Asuhan Keperawatan Anak Dengan Hispospadia...........................6

BAB III PENUTUP..............................................................................................10

A. Kesimpulan.................................................................................................10

B. Saran............................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kelainan bawaan atau kelainan kongenital adalah kondisi tidak normal
yang terjadi pada masa perkembangan janin. Kelainan ini dapat memengaruhi
fisik atau fungsi anggota tubuh anak sehingga menimbulkan cacat lahir. Pada
banyak kasus, kelainan kongenital terjadi pada 3 bulan pertama
kehamilan,yaitu saat organ pada tubuh bayi baru mulai terbentuk. Kelainan
kongenitalumumnya tidak berbahaya, namun ada pula yang harus segera
ditangani.Kelainan bibir dan langit-langit atau biasa disebut dengan bibir
sumbing atau labioschizis adalah kelainan bawaan adanya celah di antara
kedua sisikanan dan/atau kiri bibir. Kelainan ini terjadi saat pembentukan
janin, yang proses penyatuan tersebut normalnya terjadi pada trimester
pertamakehamilan, kadang kala meluas mencapai langit-langit bahkan
merusak estetika cuping hidung yang disebut dengan labiopalatoschizis atau
labiognatoschizis. Pasien dengan bibir sumbing dan/atau langit-langit bukan
kelompok yang homogen. Mereka dapat dibagi menjadi bibir sumbing
(Labioschisis), sumbing atau celah pada langit-langit rongga mulut
(Palatoschisis), atau pungabungan dari keduanya berupa sumbing bibir dan
langitan (Labiopalatoschisis), dan sumbing bibir sampai gusi dan langit-langit
(Labiogenatopalatoschisis). Kelainan tersebut juga biasa terjadi pada satu
sisirahang (unilateral) ataupun pada kedua sisi yaitu kanan dan kiri (bilateral).

Belakangan ini banyak penulis melaporkan angka kejadian hipospadia


yang bervariasi berkisar antara 1 : 350 per kelahiran laki-laki. Bila ini kita
asumsikan ke negara Indonesia karena Indonesia belum mempunyai data pasti
berapa jumlah penderita hipospadia dan berapaangka kejadian hipospadia.
Maka berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik tahun 2000 menurut
kelompok umur dan jenis kelamin usia 0 – 4 tahun yaitu 10.295.701 anak
yang menderita hipospadia sekitar 29 ribu anak yang memerlukan

1
penanganan repair hipospadia. Penatalaksanaan hipospadia pada bayi dan
anak dilakukan dengan prosedur  pembedahan. Tujuan utama pembedahan ini
adalah untuk merekontruksi penis menjadi lurus dengan meatus uretra
ditempat yang normal atau dekat normal sehingga pancaran kencing arahnya
kedepan. Umumnya di Indonesia banyak terjadi kasus hipospadia dan
epispadia karena kurangnya pengetahuan para bidan saat menangani
kelahiran karena seharusnya anak yang lahir itu laki-laki namun karena
melihat lubang kencingnya di bawah maka di bilang anak itu perempuan.
Oleh karena itu kita sebagai seorang tenanga medis harus menberikan
informasi yang adekuat kepada para orang tua tentang penyakit ini. Para
orang tua hendaknya menghindari faktor- faktor yang dapat menyebabkan
hipospadia dan mendeteksi secara dini kelainan pada anak mereka sehingga
dapat dilakukan penanganan yang tepat.

B. Rumusan Masalah
Makalah menjelaskan Konsep Asuhan Keperawatan Pada Bayi dan Anak
Dengan Gangguan Labiopalatoschzisis & Hipospadia ?

C. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan menambah wawasan tentang Konsep Asuhan
Keperawatan Pada Bayi dan Anak Dengan Gangguan Labiopalatoschzisis &
Hipospadia

D. Tujuan Khusus
1. Menjelaskan Konsep Asuhan Keperawatan Anak Dengan
Labiopalatoschzisis
2. Menjelaskan Konsep Asuhan Keperawatan Anak Dengan Hipospadia

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Asuhan Keperawatan Anak Dengan Labiopalatoschcizis


1. Definisi
Labiopalatoshcizis atau sumbing bibir langitan adalah cacat
bawaan berupa celah pada bibir atas, gusi, rahang dan langit-langit. Labio
palatoshcizis merupakan suatu kelainan yang dapat terjadi pada daerah
mulut palato shcizis (sumbing palatum) labio shcizis (sumbing pada bibir)
yang terjadi akibat gagalnya perkembangan embrio (Hidayat, 2012).
Labiopalatoshcizi Adalah kelainan bawaan berupa bibir belah atau
palatum belah akibat dari kegagaln proses penutupan maxilla dan
premaxilla selama masa embrio.
Labiopalatoshcizi adalah kelainan bawaan berupa bibir palatum
(langit-langit) sumbing, akibat dari kegagalan proses penutupan maxila
dan premaxila selaam embrio, kelainan ini diduga terjadi akaibat infeksi
cirusyang diterima ibu pada kehamilan trimester I tepatnya minggu ke 7
sampai12. (Dwienda R, dkk. 2014).
Berdasarkan ketiga pengertian di atas maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa labiopalatoschizis adalah suatu kelainan congenital
berupa celah pada bibir atas,gusi, rahang dan langit-langit yang terjadi
akibat gagalnya perkembanganembrio.
2. Etiologi
Umumnya kelainan congenital ini berdiri sendiri dan penyebabnya
tidak diketahui dengan jelas. Selain itu dikenal beberapa syndrome atau
malformasi yang disertai adanya sumbing bibir, sumbing palatum atau
keduanya yang disebut kelompok syndrome clefts dan kelompok sumbing
yang berdiri sendiri non syndromik clefts. Beberapa cindromik clefts
adalah sumbing yang terjadi pada kelainan kromosom (trysomit 13, 18
atau 21) mutasi genetik atau kejadian sumbing yang berhubungan dengan

3
akibat toksikosis selama kehamilan (kecanduan alkohol), terapi fenitoin,
infeksi rubella, sumbing yang ditemukan pada syndrome pierrerobin,
penyebab non sindromik clefts dapat bersifat multifaktorial seperti
masalah genetik dan pengaruh lingkungan.
3. Manifestasi Klinis
a. Pada labio Skisis:
1) Distorsi pada hidung
2) Tampak sebagian atau keduanya
3) Adanya celah pada bibir
b. Pada Palato skisis:
1) Tampak ada celah pada tekak (uvula), palato lunak, dan Pada palato
keras dan atau foramen incisive
2) Adanya rongga pada hidung
3) Distorsi hidung
4) Teraba ada celah atau terbukanya langit langit saat diperiksa dengan
jari
5) Kesukaran dalam menghisap atau makan
4. Klasifikasi
a. Celah bibir (Labioschisis)
1) Celah bibir satu sisi
a) Celah bibir satu sisi tidak lengkap. Terjadi pada satu sisi dan
terlihat sebagai suatu celah kecil pada bibir.
b) Celah bibir satu sisi lengkap
2) Celah bibir dua sisi
a) Celah bibir dua sisi tidak lengkap. Hanya terkena bibir saja
b) Celah bibir dua sisi lengkap
b. Celah langit-langit (palatochisis)
1) Celah langit-langit tidak lengkapBagian langit-langit lunak
2) Celah langit-langit lengkapTerjadi di daerah palatum sampai
dengan
c. Celah bibir dan celah langit-langit (Labio-palatoschisis)

4
1) Unilateral: cacat celah bibir dan celah langit-langit yang hanya di
satu sisi kiri atau kanan pasien saja.
2) Bilateral: cacat celah bibir dan langit-langit yang ada di dua sisi kiri
dan kanan pasien.
3) Campuran: Labiogenatoschisis, terjadi di daerah bibir, langit-langit
dan hidung terbelah.
3. Patofisiologi
a. Kegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak dan atau
tulang selama fase embrio pada trimester pertama
b. Sumbing adalah terbelahnya /bibir dan atau hidung karena kegagalan
proses nasal medial dan maksilaris untuk menyatu selama masa
kehamilan. 6 8 minggu.
c. Palato skisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang
disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan palato pada masa
kehamilan 7 12 minggu.
d. Penggabungan komplit garis tengah atas bibir antara 7 dan 8 minggu
masa kehamilan
4. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada pasien dengan Labio palatoschizis adalah:
a. Kesulitan berbicara – hipernasalitas, artikulasi, kompensatori.
Dengan adanya celah pada bibir dan palatum, pada faring terjadi
pelebaran sehingga suara yang keluar menjadi sengau.
b. Masalah pendengaran – otitis media rekurens sekunder.
Dengan adanya celah pada paltum sehingga muara tuba eustachii
terganggu akibtnya dapat terjadi otitis media rekurens sekunder.
c. Distress pernafasan.
Dengan terjadi aspirasi yang tidak dapat ditolong secara dini, akan
mengakibatkan distress pernafasan
d. Pertumbuhan dan perkembangan terlambat.
Dengan adanya celah pada bibir dan palatum dapat menyebabkan
kerusakan menghisap dan menelan terganggu. Akibatnya bayi menjadi

5
kekurangan nutrisi sehingga menghambat pertumbuhan dan
perkembangan bayi.
e. Perubahan harga diri dan citra tubuh. Adanya celah pada bibir dan
palatum serta terjadinya asimetri wajah menyebabkan perubahanharga
diri da citra tubuh
7. Penatalaksanaan
Penuhi kebutuhan nutrisi bayi dengan memperhatikan:
a. Posisi bayi jangan terlentang tapi kepala bayi harus ditegakkan sedikit
b. Berikan makanan/minuman menggunakan sendok atau pipet
c. Jaga jangan sampai makanan tertelan ke paru-paru (aspirasi) Untuk
selanjutnya rujuk bayi untuk penanganan lebih lanjut.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Anak Dengan Hispospadia


1. Definisi
Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan congenital dimana meatus
uretra externa terletak di permukaan ventral penis dan lebih ke proksimal
dari tempatnya yang normal (ujung glans penis). (Arif Mansjoer, 2000 :
374).
Hipospadia adalah suatu keadaan dimana terjadi hambatan penutupan
uretra penis pada kehamilan miggu ke 10 sampai ke 14 yang
mengakibatkan orifisium uretra tertinggal disuatu tempat dibagian ventral
penis antara skrotum dan glans penis. (A.H Markum, 1991: 257).
Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan berupa lubang uretra yang
terletak di bagian bawah dekat pangkal penis. (Ngastiyah, 2005 : 288).
2. Etiologi
Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang
belum diketahui penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa
faktor yang oleh para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain :
a. Gangguan dan ketidakseimbangan hormon.
b. Genetika.
c. Lingkungan.

6
3. Patofisiologi
Fusi dari garis tengah dari lipatan uretra tidak lengkap terjadi sehingga
meatus uretra terbuka pada sisi ventral dari penis. Ada berbagai derajat
kelainan letak meatus ini, dari yang ringan yaitu sedikit pergeseran pada
glans, kemudian disepanjang batang penis, hingga akhirnya di perineum.
Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai topi yang menutup
sisi dorsal dari glans. Pita jaringan fibrosa yang dikenal sebagai chordee,
pada sisi ventral menyebabkan kurvatura (lengkungan) ventral dari penis.
4. Manifestasi Klinis
a. Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di
bagian bawah penis yang menyerupai meatus uretra eksternus.
b. Preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di
bagian punggung penis.
c. Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan
membentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan
sekitar.
d. Kulit penis bagian bawah sangat tipis.
e. Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak ada.
f. Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans
penis.
g. Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis
menjadi bengkok.
h. Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke
kantung skrotum).
i. Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal.
5. Klasifikasi
Tipe hipospadia berdasarkan letak orifisium uretra eksternum/meatus :
a. Tipe sederhana/Tipe anterior Terletak di anterior yang terdiri dari tipe
glandular dan coronal. Pada tipe ini, meatus terletak pada pangkal

7
glands penis. Secara klinis, kelainan ini bersifat asimtomatik dan tidak
memerlukan suatu tindakan. Bila meatus agak sempit dapat dilakukan
dilatasi atau meatotomi.
b. Tipe penil/Tipe Middle
Middle yang terdiri dari distal penile, proksimal penile,dan pene-
escrotal. Pada tipe ini, meatus terletak antara glands penis dan
skrotum. Biasanya disertai dengan kelainan penyerta, yaitu tidak
adanya kulit prepusium bagian ventral, sehingga penis terlihat
melengkung kebawah atau glands penis menjadi pipih. Pada kelainan
tipe ini, diperlukan intervensi tindakan bedah secara bertahap,
mengingat kulit di bagian ventral prepusium tidak ada maka sebaiknya
pada bayi tidak dilakukan sirkumsisi karena sisa kulit yang ada dapat
berguna untuk tindakan bedah selanjutnya.
c. Tipe Posterior
Posterior yang terdiri dari tipe scrotal dan perineal. Pada tipe ini,
umumnya pertumbuhan penis akan terganggu, kadang disertai dengan
skrotum bifida, meatus uretra terbuka lebar dan umumnya testis tidak
turun.
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik berupa pemeriksaan fisik. Jarang dilakukan
pemeriksaan tambahan untuk mendukung diagnosis hipospadi. Tetapi
dapat dilakukan pemeriksaan ginjal seperti USG mengingat hipospadi
sering disertai kelainan pada ginjal. kadang disertai dengan skrotum bifida,
meatus uretra terbuka lebar dan umumnya testis tidak turun.
7. Komplikasi
Komplikasi dari hypospadia yaitu :
 Infertility.
 Risiko hernia inguinalis.
 Gangguan psikososial.
8. Penatalaksanaan

8
Penatalaksanaan hipospadia adalah dengan jalan pembedahan. Tujuan
prosedur pembedahan pada hipospadia adalah:
 Membuat penis yang lurus dengan memperbaiki chor-dee.
 Membentuk uretra dan meatusnya yang bermuara pada ujung penis
(Uretroplasti).
 Untuk mengembalikan aspek normal dari genitalia eksterna
(kosmetik).
Pembedahan dilakukan berdasarkan keadaan malformasinya. Pada
hipospadia glanular uretra distal ada yang tidak terbentuk, biasanya
tanpa recurvatum, bentuk seperti ini dapat direkonstruksi dengan flap
lokal (misalnya, prosedur Santanelli, Flip flap, MAGPI [meatal
advance and glanuloplasty], termasuk preputium plasty).

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Labiapaloskizis adalah kelainan bawaan berupa bibir palatum (langit-
langit) sumbing, akibat dari kegagalan proses penutupan maxila dan
premaxila selaam embrio, kelainan ini diduga terjadi akaibat infeksi
cirusyang diterima ibu pada kehamilantrimester I tepatnya minggu ke 7
sampai 12.

Hipospadia adalah suatu keadaan dengan lubang uretra terdapat pada


penis bagian bawah, bukan diujung penis. Beratnya hipospadia bervariasi,
kebanyakan lubang uretra terletak didekat ujung penis yaitu pada glans penis.
Bentuk hipospadia yang lebih berat terjadi jika luubang uretra terdapat
ditengah batang penis atau pada pangkal penis, dan kadang pada skrotum atau
dibawah skrotum. Kejadian ini sering berhubungan kordi, yaitu suatu jaringan
vibrosa yang kencang yang menyebabkan penis melengkung kebawah saat
ereksi.

B. Saran
Semoga Makalah ini dapat berguna bagi penulis dan pembaca.
Khususnya untuk memperluas pengetahuan mengenai Konsep Asuhan
Keperawatan Pada Bayi dan Anak Dengan Gangguan Labiopalatoschzisis &
Hipospadia.

10
DAFTAR PUSTAKA

Djitowiyono, Sugeng & Kristiyanasari, Weni. 2011. Asuhan Keperawatan


Neonatus dan Anak. Yogyakarta. Nuha Medika.
Kartika Sari Wijayaningsih, S.Kep., Ners. 2021. Asuhan Keperawatan Anak.
Jakarta . CV Trans Info Media
Sudarti. 2010. Kelainan dan Penyakit Pada Bayi dan Anak. Yogyakarta. Nuha
Medika.
Suriadi & Yuliani, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta. CV.
Sagung Seto

Sani, N., Febriyani, A. dan Budiarta, I.N. 2020. Hubungan Antara Ibu

HamilUsia≥ 35 Tahun dengan Kejadian Labioschizis.

11

Anda mungkin juga menyukai