Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PEMICU

BLOK 10 SISTEM STOMATOGNASI

Pemicu 1
“Anakku Bicara Tidak Jelas”

Disusun Oleh :
BRILIANTI HADITYA LARESHYA
190600088

Dosen Pembimbing :
Dr. Ameta Primasari, drg., MDSc., M.Kes
Yendriwati, drg., M.Kes
Rehulina Ginting, drg., M.Si

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada
waktunya. Laporan ini merupakan laporan pemicu pertama yang berjudul
“Anakku Bicara Tidak Jelas”
Laporan ini tidak akan selesai tanpa bimbingan dari dosen pembimbing dan
begitu pula dengan fasilitator yang sudah membantu kami dalam diskusi dan
memberikan kami masukan-masukan yang berarti.
Untuk perbaikan dan peningkatan kualitas laporan ini di masa mendatang,
saran dan pendapat yang konstruktif dari pembaca sangat diharapkan. Semoga
laporan ini bermanfaat bagi mahasiswa selaku peserta didik serta juga bermanfaat
untuk pihak-pihak lain. Atas perhatiannya, kami mengucapkan terima kasih.

Medan, 12 Oktober 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2


DAFTAR ISI ......................................................................................................... 3
BAB 1 ................................................................................................................... 4
BAB 2 ................................................................................................................... 6
BAB 3 ................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 19

3
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Palatum adalah atap rongga mulut, secara anatomi palatum terbagi
menjadi palatum durum dan palatum mole. Dua pertiga anteriornya adalah
palatum durum, yang tersusun atas processus palatinus os maxillae dan pars
horizontalis ossi palatini, dan sepertiga posterior palatum adalah palatum
mole merupakan suatu jaringan fibromuskuler, dibentuk oleh beberapa otot
yang melekat pada bagian posterior palatum durum.
Pembentukan palatum dimulai pada akhir minggu kelima dari
perkembangan dan sempurna pada minggu kedua belas. Dikatakan sempurna
apabila telah terbentuk palatum primer dan palatum sekunder yang dibatasi
oleh foramen incisivus.
Celah palatum dapat terjadi karena kegagalan fusi total atau sebagian
dari palatal shelve. Hal ini dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu ada
kelainan pada gen yang mengatur diferensiasi sel, pertumbuhan, apoptosis,
adhesi antar sel, dan pensinyalan sel, serta adanya gangguan pada fungsi sel
yang disebabkan lingkungan yang teratogenik, atau gabungan keduanya.
Kelainan ini dapat menyebabkan berbagai variasi masalah yang
berhubungan dengan rongga mulut, bicara, pendengaran dan mungkin juga
mempengaruhi jumlah, ukuran, bentuk dan posisi gigi sulung maupun gigi
tetap. Pada kelainan ini membutuhkan evaluasi dini dari team dokter gigi
khususnya ahli bedah mulut dan maksilofasial yang biasa menangani bibir
dan lelangit sumbing.
Penting untuk mengetahui faktor risiko apa saja yang dapat menjadi
penyebab terjadinya kelainan ini, terutama dalam kasus nonsindromik di
mana faktor lingkungan berperan. Faktor lingkungan merupakan faktor yang
dapat dimodifikasi, untuk pencegahannya, kita dapat menghindari paparan
dari faktor lingkungan tersebut.

4
Deskripsi Topik

Nama Pemicu : Anakku Bicara Tidak Jelas


Penyusun : Dr. Ameta Primasari, drg., MDSc., M.Kes;
Yendriwati, drg., M.Kes; Rehulina Ginting, drg., M.Si

Seorang ibu dan ayah petani berumur 35 dan 40 tahun, datang ke klinik gigi
membawa anak lelakinya yang pemalu berumur 8 tahun. Keadaan umum anak lelaki
tersebut terlihat kurus dan terlihat adanya celah bibir pada anak laki-laki tersebut.
Pemeriksaan intraoral terlihat adanya celah pada rahang atas dan susunan gigi yang
tidak teratur serta lengkung gigi yang tidak teratur. Tidak ditemukan cacat ataupun
kelainan lainnya.

Pertanyaan :
1. Apakah penyebab yang mungkin dapat terjadi pada kelainan diatas?
2. Bagaimana mekanisme terjadinya bibir dan rahang atas yang sempurna?
3. Jelaskan patogenesa terjadinya celah bibir dan palatum!
4. Mengapa anak lelaki tersebut kalau berbicara sulit dimengerti serta vocal voice
apa saja yang terganggu?
5. Persiapan apa saja yang harus dilakukan sebelum anak tersebut mendapat
operasi pemulihan?
6. Jelaskan tim ahli apa saja yang dilibatkan untuk penyembuhan anak tersebut?
7. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis kelainan celah di rongga mulut dan wajah!
8. Apakah ada pencegahan terhadap terjadinya kelainan celah di rongga mulut dan
wajah?

5
BAB 2
PEMBAHASAN

1. Apakah penyebab yang mungkin dapat terjadi pada kelainan diatas?


Jawaban:

Herdiana A, Ismaniati NA. Perawatan Ortodonsia pada Kelainan Celah Bibir


dan Langit-Langit. Journal of Dentistry Indonesia. 2008;14(2).

Berdasarkan jurnal tersebut, dijelaskan bahwa kelainan celah bibir dan


palatum disebabkan oleh cacat bawaan dan faktor lingkungan. Kelainan ini
muncul akibat gangguan formasi pembentukan bibir dan proses penutupan
palatum yang tidak sempurna.
1. Faktor genetik
Menurut penelitian faktor genetik terjadi sebanyak 20%-30% pada
kelainan ini. Jika anak dilahirkan dengan kelainan ini maka bayi yang
dilahirkan berikutnya pada orang tua yang sama mempunyai resiko
terjadinya celah bibir dan langit-langit sebesar 5%, dan jika orang tua dan
satu anaknya mempunyai kelainan ini maka kemungkinan terjadinya
kelainan ini pada anak berikutnya sebesar 15%. Pada anak kembar
persentasenya 30-50% (monozygol) dan 5% (dizygot)
2. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan mempunyai peranan pada periode tahap
perkembangan embriologi ketika bibir dan palatum akan berfusi. Faktor
pemicu yang dapat menyebabkan kelainan celah bibir dan langit-langit ini
diantaranya adalah kekurangan nutrisi, radiasi (radiasi pada wanita hanil
dapat menyebabkan mutasi zon pembentuk wajah), hipoksia, kelebihan
atau kekurangan riboflavin dan asam folat, bahan kimia (ethanol), diabetes
melitus maternal, asap rokok, pemakaian obat-obatan (kotison, anti
histamin), infeksi (rubella, toksoplasmosis, dan sifilis) dan trauma pada
trisemester pertama kehamilan.

6
2. Bagaimana mekanisme terjadinya bibir dan rahang atas yang
sempurna?
Jawaban:

Cholid Z. CELAH PALATUM (PALATOSCIZIS) . Jurnal Stomatognatic


(JKG Unej) . 2013;10:99–104.

Palatum adalah atap rongga mulut, secara anatomi palatum terbagi


menjadi palatum durum dan palatum mole. Dua pertiga anteriornya adalah
palatum durum, yang tersusun atas processus palatinus os maxillae dan pars
horizontalis ossi palatini, dan sepertiga posterior palatum adalah palatum
mole merupakan suatu jaringan fibromuskuler, dibentuk oleh beberapa otot
yang melekat pada bagian posterior palatum durum.
Pembentukan palatum dimulai pada akhir minggu kelima dari
perkembangan dan sempurna pada minggu kedua belas. Dikatakan sempurna
apabila telah terbentuk palatum primer dan palatum sekunder yang dibatasi
oleh foramen incisivus.
Proses normal pembentukan palatum yaitu selama minggu kelima
kehamilan akan terjadi dua pertumbuhan ridge yang berlangsung dengan
cepat yaitu yaitu tonjolan lateral dan medial hidung. Tonjolan lateral akan
tumbuh menjadi alae dan tonjolan medial akan membentuk empat daerah
yaitu bagian medial hidung, bagian medial bibir atas, bagian medial maksila,
dan langit - langit primer yang lengkap. Tonjolan maksila secara simultan
akan mendekat kearah medial dan lateral hidung tetapi tetap terpisah oleh
adanya groove. Dua minggu sesudahnya atau minggu ketujuh, terjadi
perubahan pada wajah. Tonjolan maksila terus tumbuh kearah medial dan
mencapai tonjolan nasal medial hingga mideline. Kemudian secara simultan
tonjolan ini saling bertemu, kemudian tonjolan maksila terus berkembang
kearah lateral. Dengan demikian maka bibir atas terbentuk oleh dua tonjolan
hidung medial dan dua tonjolan maksila.
Pertemuan dua tonjolan medial tidak hanya terjadi di wajah tetapi juga
terjadi pada bagian dalam. Struktur yang terbentuk oleh pertemuan dua
tonjolan sebagai segmen intermaksilari yang terdiri dari tiga komponen yaitu

7
komponen labial membentuk filtrum bibir alas, komponen rahang atas
merupakan tempat keempat gigi insisivus, dan komponen palatal lerbentuk
dari prominensia frontalis.
Dua bagian yang tumbuh keluar dari tonjolan maksila akan
membentuk palalum sekunder. Palatina tumbuh pada minggu keenam dengan
arah oblik kebawah mendekali lidah. Pada minggu kelujuh, palatina naik
hingga mencapai posisi horisiontal dialas lidah dan bergabung dengan yang
lain membentuk palatum sekunder. Bagian anterior yang bergabung dengan
segitiga palatum primer dan foramen insisivus membentuk junction. Pada saat
yang bersamaan septum hidung tumbuh kebawah dan bergabung dengan
permukaan superior palatum yang baru terbentuk.
Penyatuan rongga palatum di kanan dan kiri terjadi pada minggu ke
8,5 kehidupan intrauterin. Awalnya kedua rongga palatum dilapisi oleh
lapisan epitel, karena mereka bergabung maka terjadilah degenerasi epitel dan
terbentuk jaringan penghubung antara rongga palatum dan terjadi hubungan
antara rongga-rongga palatum tersebut. Seluruh bagian palatum tidak
melakukan perubahan dalam waktu yang sama. Perubahan pertama terjadi
pada area medial palatum sekunder posterior sampai ke premaksila. Dari sini
perubahan melanjut ke anterior dan posterior palatum. Pada daerah tepi
terjadi perubahan antara bagian bawah septum nasal dan membagi menjadi
dua bagian yaitu nasofaring dan orofaring.
Ossifikasi palatum terjadi pada minggu ke 8 kehidupan intrauterin
dengan tipe intramembranous, ossifikasi palatum sebagian besar berasal dari
pembentukan tulang maksilla namun baggian posterior palatum tidak
terbentuk ossifikasi dan menjadi palatum mole, sutura palatum pada bagian
medial terbentuk 12-14 tahun.

8
3. Jelaskan patogenesa terjadinya celah bibir dan palatum!
Jawaban:

CLEFT LIP AND PALATE oleh DRG. MIA AYUSTINA PRASETYA, SP.
KGA 198007162010122002 PSPDG FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR BALI 2018

Bibir atas merupakan turunan dari prosesus medial nasal dan


maxillary. Kegagalan penggabungan prosesus medial nasal dan maksila pada
minggu kelima kehamilan, baik pada satu atau kedua sisinya, berakibat cleft
lip. Cleft lip biasanya terjadi pada pertemuan antara bagian sentral dan lateral
dari bibir atas. Cleft dapat memengaruhi bibir atas saja atau bisa juga melebar
lebih jauh ke maksila dan palatum primer. Jika terjadi kegagalan
penggabungan palatal shelves juga, terjadi cleft lip dengan cleft palatum,
yang membentuk kelainan Cleft Lip and Palate.
Normalnya, perkembangan palatum sekunder dimulai dari prosesus
palatal kanan dan kiri. Fusi palatal shelve dimulai pada minggu ke-8
kehamilan dan berlanjut sampai minggu ke-12 kehamilan. Cleft palate terjadi
karena kegagalan fusi total atau sebagian dari palatal shelve. Hal ini dapat
terjadi dengan beberapa cara, yaitu ada kelainan pada gen yang mengatur
diferensiasi sel, pertumbuhan, apoptosis, adhesi antar sel, dan pensinyalan sel,
serta adanya gangguan pada fungsi sel yang disebabkan lingkungan yang
teratogenik, atau gabungan keduanya

9
Herdiana A, Ismaniati NA. Perawatan Ortodonsia pada Kelainan Celah Bibir
dan Langit-Langit. Journal of Dentistry Indonesia. 2008;14(2).

Celah pada bibir terjadi terutama akibat defek sel mesenkim yang
gagal berproliferasi dan bermigrasi. Jika kerusakan terjadi di antara prosesus
maksilaris dan prosesus nasalis media, maka celah akan terjadi pada salah
satu sisi bibir. Jika defek terjadi di antara prosesus nasalis media, maka akan
terjadi celah median maksila. Dan jika terjadi antara prosesus mandibula
maka akan mengakibatkan celah median mandibula, namun kelainan ini
jarang terjadi.
Celah palatum dapat diakibatkan dari kondisi yang dapat menghambat
pertumbuhan dan fusi dari palatal shelves. Jika penghambatan ini terjadi pada
akhir tahap pertumbuhan dan perkembangan palatum, maka efek yang terjadi
masuk dalam kategori ringan yaitu hanya terjadi celah pada jaringan palatum
mole atau uvula saja. Namun jika terjadi pada awal perkembangan maka
kelainan yang terjadi akan semakin kompleks.
Celah palatum dapat disebabkan oleh beberapa alasan, diantaranya :
- kegagalan palatal shelves dan septum bergabung satu sama lain karena
tidak adanya pertumbuhan dari organ embrional tersebut atau adanya
gangguan mekanisme naiknya palatal shelves.
- kegagalan palatal shelves dan septum untuk berfusi setelah kontak
karena epitel yang membungkus palatal shelves tidak lepas atau tidak
terabsorbsi
- ruptur palatal shelves pada waktu fusi
- cacatnya jaringan mesenkim palatal shelves pada waktu fusi

10
4. Mengapa anak lelaki tersebut kalau berbicara sulit dimengerti serta
vocal voice apa saja yang terganggu?
Jawaban:

Putri YP. MODEL TERAPI PERILAKU PENDERITA MALOKLUSI


BIBIR SUMBING. Jurnal Arbiter. 2016;3(2): 169

Bayi dengan labio-palatoschisis biasanya juga memiliki abnormalitas


pada perkembangan otot-otot palatum mole. Saat palatum mole tidak dapat
menutup ruang/rongga nasal saat berbicara, maka didapatkan suara dengan
kualitas nada yang lebih tinggi (hypernasal quality of speech).
Meskipun telah dilakukan reparasi palatum, kemampuan otot-otot
tersebut diatas untuk menutup ruang/rongga nasal pada saat bicara mungkin
tidak dapat kembali sepenuhnya normal. Anak mungkin mempunyai kesulitan
untuk memproduksi suara/kata “p,b,d,t,h,k,g,s,sh, dan ch”. Terapi bicara
(speech therapy) biasanya sangat membantu.

5. Persiapan apa saja yang harus dilakukan sebelum anak tersebut


mendapat operasi pemulihan?
Jawaban:

Case Report PENATALAKSANAAN OPERASI BIBIR SUMBING PADA

11
PASIEN ANAK oleh Laelia Dwi Anggraini, Edwyn Saleh, Bahcrul
Lutfianto, School of Dentistry, Faculty of Medicine & Health Sciences,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Pelaksanaan operasi bibir sumbing diawali dengan pemeriksaan awal


berupa Triple Ten, ialah anak harus memenuhi umur lebih dari 10 minggu,
berat badan minimal 10 pound (5 kg), Hb lebih besar dari 10 mg%. Biasanya
diawali dengan pemeriksaan oleh Dokter Spesialis Anak, yang akan
mengecek darah lengkap, urine, foto thorax, serta kondisi umum anak.
Setelah memenuhi persyaratan ialah anak harus sehat, tidak menderita
penyakit atau kelainan sistemik, maka dilakukan persiapan pembedahan
meliputi puasa sebelum pembedahan, premedikasi sebelum operasi, dan
penyediaan darah sesuai golongan pasien. Selanjutnya anak disiapkan
menunggu di ruang tunggu pasien rawat inap, anak diajak bermain dan
bersenang-senang, hatinya dibuat riang sehingga tenang ketika dimasukkan
ruang operasi. Sebaiknya disediakan mainan yang cukup untuk hal ini.
Demikian juga orang tua pasien, dibuat tenang, secara metode hipnosis, jika
orang tua gelisah, biasanya anak akan merasa gelisah juga. Dokter gigi selaku
pendamping pasien, harus menenangkan kedua belah pihak dalam hal ini.
Selanjutnya pasien dibawa ke kamar operasi (OK), saatnya orang
terdekat mendampingi bayi di masa sulit ini. Sambil menunggu dimasukkan
ruang operasi. Selanjutnya pasien anak dimasukkan ruang operasi (OK). Tim
work terdiri dari Dokter Spesialis Bedah Mulut serta Dokter Spesialis
Anestesi berkolaborasi. Sedangkan Dokter Spesialis Anak sebagai konsulen,
demikian pula Dokter Gigi Anak sebagai konsulen.

Artikel Alodokter “BIBIR SUMBING”

Sebelum operasi bibir sumbing, dokter akan melakukan persiapan


dengan memasang alat khusus di bibir, mulut, atau hidung anak. Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan hasil perbaikan bibir sumbing. Di bawah ini
adalah beberapa alat yang digunakan oleh dokter sebelum operasi bibir

12
sumbing:

 Lip-taping regimen, yaitu sejenis alat yang digunakan untuk menyatukan


atau mempersempit dua celah di bibir
 Nasal elevator, yaitu alat yang digunakan agar celah tidak melebar sampai
ke hidung dan membantu membentuk hidung bayi
 Nasal-alveolar molding (NAM), yaitu alat seperti cetakan yang berfungsi
untuk membantu membentuk jaringan bibir sebelum operasi

6. Jelaskan tim ahli apa saja yang dilibatkan untuk penyembuhan anak
tersebut?
Jawaban:

Arindra PK, Prihartiningsih P, Rahardjo BD. Penatalaksanaan Repair


Palatoplasty dengan Teknik Furlow Double Opposing Z Plasty. Majalah
Kedokteran Gigi Indonesia. 2015;1(1):115.

Bibir dan palatum sumbing merupakan suatu kelainan kelahiran yang


terjadi di daerah mulut dan bibir. Kelainan ini dapat menyebabkan berbagai
variasi masalah yang berhubungan dengan rongga mulut, bicara, pendengaran
dan mungkin juga mempengaruhi jumlah, ukuran, bentuk dan posisi gigi
sulung maupun gigi tetap. Pada kelainan ini membutuhkan evaluasi dini dari
team dokter gigi khususnya ahli bedah mulut dan maksilofasial yang biasa
menangani bibir dan lelangit sumbing.
Penatalaksanaan kelainan celah bibir dan celah langit - Iangit
memerlukan penanganan berbagai multidisiplin. Hal ini merupakan masalah
yang kompleks, variatif, memerlukan waktu yang lama, serta membutuhkan
barbagai ilmu dan tenaga ahli, diantaranya dokter bedah plastik, dokter anak,
dokter bedah mulut, pediatric dentist, orthodontist, prosthodontist,
otolaryngologist, speech pathologist, geneticist, dan psikiater atau psikolog
untuk menangani masalah psikologi pasien.
Sebelum melakukan operasi, orangtua diharapkan mendapatkan
konselling yang baik. Hal ini penting untuk membantu mengurangi

13
kacemasan orangtua pasien dan memberikan informasi mengenai operasi
yang akan dilakukan dan bagaimana tampilan anak mereka setelah dilakukan
operasi. Konseling juga dilakukan bagi anak agar saat bertumbuh besar
mereka tidak terganggu psikologisnya.

7. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis kelainan celah di rongga mulut dan


wajah!
Jawaban:

Sharma G. Orthodontic Management of Cleft Lip and Palate Patients. Current


Treatment of Cleft Lip and Palate. 2020;

Kasus kelainan pada wajah yang cukup banyak dijumpai adalah celah
bibir dengan atau tanpa disertai celah langit-langit. Celah bibir dan langit-dia
langit disebabkan oleh cacat bawaan dan faktor lingkungan. Kelainan ini
muncul akibat gangguan formasi pembentukan bibir dan proses penutupan
langit-langit mulut yang tidak sempurna.
Celah bibir dan langit-langit terbagi menjadi beberapa tipe, hal ini
memperlihatkan variasi mulai dari ringan sampai berat. Klasifikasi yang
sering dipakai adalah klasifikasi menurut Kernahan dan Stark. Klasifikasi ini
meliputi kelainan pada bibir, alveolar dan langit-langit dengan variasinya.
Klasifikasi ini dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:
1. Celah pada palatum primer (complete incomplete).
Celah pada palatum primer meluas ke posterior ke foramen
incisivum, mengakibatkan defisiensi pada bagian dasar rongga
hidung. Lengkung alveolar pada sisi yang bercelah berotasi ke
mesiopalatal dan pada sisi yang tidak bercelah berotasi keluar karena
perlekatan otot wajah yang abnormal.
2. Celah pada palatum sekunder (complete dan incomplete).
Palatum sekunder meluas ke posterior dari foramen incisivum
ke uvula, terdiri dari palatum keras dan palatum lunak.
3. Celah pada palatum primer dan sekunder (complete dan
incomplete).

14
Bibir sumbing dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok
(Davis dan Ritchie, 1922). Sistem ini mengkategorikan bibir sumbing secara
luas menjadi tiga kelompok menurut posisi sumbing.
Kelompok I - Celah Pra alveolar: Bibir sumbing unilateral, bibir
sumbing bilateral, bibir sumbing Median.
Kelompok II - Celah post alveolar: Sumbing palatum keras saja,
sumbing palatum lunak saja, sumbing palatum lunak dan palatum keras,
Celah sub mukosa.
Kelompok III - Celah Alveolar: Sumbing alveolar unilateral, Sumbing
alveolar bilateral, Sumbing alveolar median.

Elnassry mengusulkan klasifikasi berikut di tahun 2007. Ia membagi


pasien dengan celah bibir dan palatum ke tujuh kelas.
Kelas I: bibir sumbing unilateral,
Kelas II: bibir sumbing unilateral dan alveolus,
Kelas III: bibir sumbing bilateral dan alveolus,
Kelas IV: celah bibir dan palatum unilateral lengkap,
Kelas V: celah bibir dan palatum bilateral lengkap,
Kelas VI: celah palatum keras,
Kelas VII: bifed uvula

15
8. Apakah ada pencegahan terhadap terjadinya kelainan celah di rongga
mulut dan wajah?
Jawaban:

Putri FM, Mariam MS, Rachmawati E, Maskoen AM. PENYULUHAN


MENGENAI PENYEBAB KELAINAN CELAH BIBIR DAN LANGIT-
LANGIT. Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat. 2019Apr;4:31–3.

Celah bibir dan langit-langit termasuk cacat lahir yang paling sering
terjadi, secara klinis bentuk kelainannya mempunyai variasi luas dari yang
ringan. Penyebab dari CB/L (celah bibir dan langit-langit) ini berhubungan
dengan perpaduan antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Penting untuk
mengetahui faktor risiko apa saja yang dapat menjadi penyebab terjadinya
kelainan ini, terutama dalam kasus nonsindromik di mana faktor lingkungan
berperan. Faktor lingkungan merupakan faktor yang dapat dimodifikasi,
untuk pencegahannya, kita dapat menghindari paparan dari faktor lingkungan
tersebut.
Promosi kesehatan adalah suatu proses untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Promosi kesehatan merupakan usaha bersama untuk memperkuat
keterampilan dan kemampuan individu, dan usaha langsung untuk mengubah
kondisi sosial, lingkungan, ekonomi yang berdampak pada kesehatan
masyarakat dan perorangan. Promosi kesehatan dapat dilakukan di institusi
atau instansi pelayanan kesehatan maupun tempat umum (Sheiham & Watt,
2000). Promosi kesehatan merupakan salah satu bentuk pencegahan primer
(Hiremat, 2007).
Adapun tahapan yang dilakukan antara lain: Pembuatan materi
mengenai faktor risiko atau penyebab kelainan celah bibir dan langit-langit
menggunakan media slide presentation. Pembuatan lembar kuesioner untuk
pre-post test. Kegiatan pemberian dan pengisian kuesioner pre-test untuk
mengetahui pengetahuan para peserta sebelum dilakukan penyuluhan.
Pemberian materi penyuluhan yang disampaikan langsung dengan media

16
menggunakan slide presentation. Setelah sesi penyuluhan, terdapat sesi
diskusi interaktif (tanya-jawab) dengan para peserta. Kegiatan pemberian dan
pengisian kuesioner posttest untuk mengetahui pengetahuan para peserta
setelah dilakukan penyuluhan. Analisis pre-post test dan evaluasi kegiatan.
Analisis hasil pre-post test berupa deskriptif (presentase/ frekuensi) untuk
melihat hasil sebelum dibandingkan dengan sesudah pemberian penyuluhan.

Prasetya MA. Cleft Lip and Palate. Fakultas Kedokteran Universitas


Udayana. 2018.

1. Berkonsultasi dengan konselor genetik jika memiliki riwayat keluarga


bibir sumbing dan celah langit-langit sebelum mendapatkan anak.
2. Pastikan imunisasi sudah diperbarui sebelum hamil.
3. Kurangi risiko untuk infeksi selama kehamilan.
4. Hindari mengonsumsi obat apa pun sebelum mendapatkan persetujuan
terlebih dahulu dari dokter.
5. Hindari merokok, penggunakan obat ilegal dan minuman beralkohol.
6. Hindari melakukan tes medis yang memaparkan terhadap radiasi.

17
BAB 3
PENUTUP

Kesimpulan
Celah palatum dapat terjadi karena kegagalan fusi total atau sebagian dari
palatal shelve. Hal ini dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu ada kelainan pada
gen yang mengatur diferensiasi sel, pertumbuhan, apoptosis, adhesi antar sel, dan
pensinyalan sel, serta adanya gangguan pada fungsi sel yang disebabkan
lingkungan yang teratogenik, atau gabungan keduanya.
Kelainan ini dapat menyebabkan berbagai variasi masalah yang
berhubungan dengan rongga mulut, bicara, pendengaran dan mungkin juga
mempengaruhi jumlah, ukuran, bentuk dan posisi gigi sulung maupun gigi tetap.
Pada kelainan ini membutuhkan evaluasi dini dari team dokter gigi khususnya ahli
bedah mulut dan maksilofasial yang biasa menangani bibir dan lelangit sumbing.
Promosi kesehatan adalah suatu proses untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Promosi
kesehatan merupakan usaha bersama untuk memperkuat keterampilan dan
kemampuan individu, dan usaha langsung untuk mengubah kondisi sosial,
lingkungan, ekonomi yang berdampak pada kesehatan masyarakat dan
perorangan. Promosi kesehatan dapat dilakukan di institusi atau instansi
pelayanan kesehatan maupun tempat umum. Promosi kesehatan merupakan salah
satu bentuk pencegahan primer yang dapat dilakukan.

Saran
Kami membuat laporan ini untuk pembelajaran bersama. Kami
mengambil dari berbagai sumber, jadi apabila pembaca menemukan kesalahan
dan kekurangan, maka kami sarankan untuk mencari referensi yang lebih baik.
Apabila pembaca merasa ada kekurangan, dapat membaca buku yang menjadi
referensi secara lengkap.

18
19
DAFTAR PUSTAKA

1. Herdiana A, Ismaniati NA. Perawatan Ortodonsia pada Kelainan Celah Bibir


dan Langit-Langit. Journal of Dentistry Indonesia. 2008;14(2).
2. Cholid Z. CELAH PALATUM (PALATOSCIZIS) . jurnal Stomatognatic
(JKG Unej) . 2013;10:99–104.
3. Putri YP. MODEL TERAPI PERILAKU PENDERITA MALOKLUSI
BIBIR SUMBING. Jurnal Arbiter. 2016;3(2): 169
4. Arindra PK, Prihartiningsih P, Rahardjo BD. Penatalaksanaan Repair
Palatoplasty dengan Teknik Furlow Double Opposing Z Plasty. Majalah
Kedokteran Gigi Indonesia. 2015;1(1):115.
5. Sharma G. Orthodontic Management of Cleft Lip and Palate Patients. Current
Treatment of Cleft Lip and Palate. 2020;
6. Putri FM, Mariam MS, Rachmawati E, Maskoen AM. PENYULUHAN
MENGENAI PENYEBAB KELAINAN CELAH BIBIR DAN LANGIT-
LANGIT. Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat. 2019Apr;4:31–3.
7. Prasetya MA. Cleft Lip and Palate. Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana. 2018.

20

Anda mungkin juga menyukai