“Dampak Radiasi”
DISUSUN OLEH:
190600215
Kelompok 12
Lekosit : 2.100/mm3 dengan hitung jenis sel 1/0/0/46/12/13 dan sel muda 28%, Trombosit
105.000/mm3. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya suatu keganasan.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Kelainan darah apa yang mungkin terjadi akibat pekerjaannya sebagai operator di
intalasi radiologi dental?
Risiko bahaya yang mungkin terjadi pada pekerja radiasi yaitu efek deterministik dan
efek stokastik. Pengaruh sinar X dapat menyebabkan kerusakan haemopoetik (kelainan
darah) seperti: anemia, leukimia, dan leukopeni yaitu menurunnya jumlah leukosit. Selain itu,
efek determinisitik yang dapat ditimbulkan pada organ reproduksi atau gonad adalah
strerilitas atau kemandulan serta menyebabkan menopause dini sebagai akibat dari gangguan
hormonal system reproduksi (Dwipayana, 2015) 4
Pengaruh radiasi pada organ tubuh manusia dapat bermacam-macam bergantung pada
jumlah dosis dan luas lapangan radiasi yang diterima. Pada tahun 1950 Komisi Internasional
untuk perlindungan terhadap penyinaran menetapkan bahwa pengaruh sinar X adalah sebagai
berikut:
1. “Luka permukaan yang dangkal seperti: Kerusakan kulit (skin damage); Epilasi
(epilation); Kuku rapuh (brittleness of nails). Reaksi luka permukaan yang dangkal
dapat timbul segera atau setelah beberapa lama. Reaksi yang segera timbul dapat
menyerupai luka bakar. Dosis maksimal untuk kulit yang masih dapat diberikan tidak
diketahui, tetapi bagi para pekerja yang setiap harinya berhubungan dengan sinar X
diperkirakan dosisnya kurang dari 1R per hari. Radiasi sinar X yang berlangsung lama
(kronis) atau bertahun- tahun telah terbukti dapat menimbulkan karsinoma kulit.
2. Kerusakan hemopoetik: Limfopeni; Leukopeni; Anemi; Leukemi; dan Kehilangan
respons terhadap daya tahan spesifik (loss of specific immune response).
3. Induksi keganasan (induction of malignancy): Leukemi; Karsinoma kulit; Sarkoma.
4. Berkurangnya "kemungkinan hidup" (reduction of life span).
5. Aberasi genetik (genetic aberrations) seperti: Mutasi gen langsung; Perubahan
kromosom (chromosomal alteration).
6. Efek-efek lainnya (other deleterious effects) seperti:Katarak lentikuler; Obesitas;
Sterilitas sementara (temporary) maupun tetap (permanent).5
Keselamatan radiasi atau yang lazim disebut proteksi radiasi merupakan suatu cabang
ilmu pengetahuan atau teknik yang mempelajari masalah kesehatan manusia maupun
lingkungan dan berkaitan dengan pemberian perlindungan kepada seseorang atau sekelompok
orang ataupun kepada keturunananya. Tujuan dari keselamatan radiasi ini adalah mencegah
terjadinya efek deterministic yang merupakan efek radiasi yang mempunyai tingkat
keparahan bergantung pada dosis radiasi yang diterima dengan suatu nilai ambang, dan
mengurangi terjadinya efek stokastik yang merupakan efek radiasi dosis radiasi yang diterima
oleh seseorang tanpa suatu nilai ambang serendah mungkin.
Petugas yang berkontaminasi terhadap pasien akan mempengaruhi kesehatan dan
keselamatan kerja. Agar tidak terpengaruh kesehatan dan keselamatan kerjanya maka
berkontaminasi menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung berupa fasilitas
dan konsultasi kesehatan, artinya ketika petugas melakukan kontak terhadap pasien maka
diperlukan faktor pendukung misalnya handscoon (sarung tangan), masker (penutup mulut)
dan alas kaki, sehingga dapat menghindari kontak langsung dengan terbuka terhadap pasien.9
6. Jelaskan efek radiasi pengion dan non pengion. Apa satuan dosis radiasi
Berdasarkan efek radiasi yang ditimbulkannya, maka radiasi dapat dikelompokan
menjadi radiasi pengion dan radiasi non-pengion. Adapun yang temasuk ke dalam kelompok
radiasi pengion adalah cahaya matahari, sinar-x dan radiasi dari bahan radioaktif, sedangkan
radiasi yang termasuk radiasi non-pengion adalah seperti sinar ultraviolet, radiasi panas,
gelombang radio dan microwave.
Sinar radiasi pengion adalah sinar yang mempunyai sifat tidak dapat dilihat, tidak
berwarna, tidak dapat dirasakan, namun mempunyai sifat yang dapat merusak sel-sel tubuh
manusia dengan jalan bila mengenai dan menembus tubuh manusia, dalam besar dosis
tertentu serta periode jangka waktu tertentu dapat mengakibatkan terjadinya proses ionisasi
sel-sel tubuh manusia, dengan cara energi penyinaran yang diabsorpsi di dalam tubuh akan
membebaskan elektronelektron dari atom, dan atom yang telah mengalami ionisasi akan
menjadi unsur radikal bebas yang akan merusak materi genetik DNA. Proses ini seiring
dengan berjalannya waktu dapat mengakibatkan perubahan atau mutasi sel atau gen yang
kemudian dapat mempengaruhi sistem kerja biokimia enzim tubuh atau pun sistem tubuh
lainnya. Sedangkan radiasi sinar non pengion adalah jenis radiasi yang apabila melewati
bahan atau jaringan biologi tidak akan mengionkan bahan atau jaringan tersebut.
United States Nuclear Regulatory Commision (NRC) adalah salah satu sumber
informasi resmi yang dijadikan standar dibeberapa negara untuk penetapan garis pedoman
pada proteksi radiasi. NRC telah menyatakan bahwa dosis individu terpapar radiasi maksimal
adalah 0.05Sv atau 5 rem / tahun. Beberapa efek yang merugikan dari radiasi hanya
berlangsung singkat, sedangkan efek lainnya bisa menyebabkan penyakit menahun. Efek dini
dari dosis radiasi tinggai akan tampak jelas dalam waktu beberapa menit atau beberapa hari.
Efek lanjut mungkin baru tampak beberapa minggu, bulan atau bahkan bertahun tahun
kemudian Mutasi (pergeseran) bahan genetika dari sel-sel organ kelamin akan tampak jelas
pada keturunannya dengan adanya kelainan genetika pada keturunannya. Efek akut
menghasilkan kerusakan sel parenkim akibat disi yang besar dari radiasi ionisasi, dengan
ditandai adanya eritema, desquamasi kering, desquamasi lembab dan pengelupasan
kulit.Pemaparan terhadap organ radiosensitif lainnya seperti kelenjar tyroid, organ lymphoid,
usus dan ginjal dapat menyebabkan hilangnya sel parenkim yang mengarah pada gagal organ
dan disfungsi. Efek akut terhadap tubuh dapat mengakibatkan kerusakan yang berbeda
;Sindrom susm tulang belakang, jika terpapar dengan dosis 2.5 – 5 Gy, Sindrom
Gastrointestinal jika terpapar 5 – 12 Gy, Sindrom otak jika terpapar total radiasi sangat tinggi
> 20 Gy, dengan gejala mual dan muntah, lalu diikuti oleh ngantuk, lelah dan kandang koma.
Efek kronis akibat pemaparan berulang atau pemaparan jangka panjang oleh dosis rendah,
yang dapat berakibat terhentinya menstruasi (Amenore), berkurangnya kesuburan pada pria
dan wanita, berkurangnya gairah seksual (libido) pada wanita, katarak dan berkurangnya
jumlah sel darah merah (anemia), sel darah putih (leukopenia) dan trombosit
(trombositopenia).5
7. Bagaimana peraturan perundang-undangan keselamatan kerja radiasi untuk dokter,
pasien, operator dan lingkungan?
Pemerintah sebelumnya telah menerbitkan Peraturan Pemerintah nomor 63 Tahun
2000 tentang Keselamatan dan Kesehatan terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion sebagai
pelaksanaan ketentuan Pasal 16 Undang-Undang No.10 tahun 2000 tentang
Ketenaganukliran.
Namun berdasarkan pertimbangan pemerintah RI, peraturan tersebut sudah tidak
sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi saat ini yang
semakin menuntut adanya jaminan keselamatan pekerja, masyarakat serta perlindungan
terhadap lingkungan hidup dan keamanan sumber radioaktif, maka ditetapkan Peraturan
Pemerintah RI Nomor 33 tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan
Sumber Radioaktif. Berdasarkan peraturan tersebut setiap instansi yang menggunakan radiasi
pengion wajib menerapkan Keselamatan Radiasi sebagai usaha pencegahan dan
penanggulangan kecelakaan radiasi.10
8. Pemeriksaan kesehatan apa saja yang wajib di lakukan oleh seorang radiografer
setiap tahunnya?
Pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi diperlukan untuk mengetahui arah perkembangan
kesehatan pekerja dan kalau memungkinkan mencari hubungan kausal antara radiasi pengion
dengan gangguan yang bersifat patologik. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui
kondisi kesehatan pekerja radiasi baik sebelum, selama maupun sesudah masa kerja minimal
hingga 30 tahun data kesehatan disimpan. Ini akan berguna untuk mengetahui apakah
penyakit yang diderita oleh pekerja radiasi adalah penyakit akibat kerja di medan radiasi atau
bukan. Di samping itu juga berguna untuk menyesuaikan penempatan pekerja dengan kondisi
kesehatannya, membantu menegakkan diagnosis dan menentukan tindakan pengobatan
terhadap kecelakaan radiasi
Uji kesehatan mental pekerja juga dilakukan. Dalam uji medis, dokter harus memfokuskan
diri pada uji fisik pekerja yang berhubungan dengan tugas yang akan diemban, dan
menentukan kondisi sebelum bekerja yang berhubungan dengan efek radiasi seperti
dermatitis kronis, katarak, penyakit hematologik, antara lain keganasan sel darah atau pada
sistem limfe. Saat uji kulit, dokter harus melihat tanda- tanda radiodermatitis kronis seperti
atropi kulit, hiperkeratosis dan telangiectasia. Untuk pekerjaan yang berhubungan dengan
penanganan radioisotop, penggunaan rutin sarung tangan dan pencucian tangan mungkin
menjadi masalah bagi pekerja yang memiliki eksim atau alergi kulit lainnya. Lensa mata
harus diuji untuk memastikan ada tidaknya katarak dengan peralatan optalmoskop, dan jika
ada didukung dengan uji slit-lamp. Palpasi nodul limfe perifer, hati dan limpa serta uji fungsi
kelenjar tiroid juga dilakukan. Uji darah meliputi hemoglobin, hitung sel darah merah, hitung
sel darah putih, hitung diferensial dan hitung trombosit. Adanya ketidak normalan atau
jumlah berlebih dari sel darah muda (immature) harus dicatat. Leukemia mungkin diawali
dengan anemia, neutropenia dan trombositopenia. Harus dicatat juga hitung sel darah sangat
bervariasi baik oleh kondisi fisiologis, adanya penyakit atau proses di dalam laboratorium.11
A. KESIMPULAN
Radiografer merupakan tenaga kesehatan yang memberi kontribusi bidang radiografi dan
imejing dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.
Pengaruh radiasi pada organ tubuh manusia dapat bermacam-macam bergantung pada jumlah
dosis dan luas lapangan radiasi yang diterima.
Penggunaan radiasi ionisasi dapat menimbulkan kerusakan pada tubuh, terutama melalui
proses ionisasi atom-atom pembentuk jaringan. Perubahan jumlah darah merupakan contoh
klasik dari kerusakan organik akibat radiasi ionisasi.
Keselamatan radiasi atau yang lazim disebut proteksi radiasi merupakan suatu cabang ilmu
pengetahuan atau teknik yang mempelajari masalah kesehatan manusia maupun lingkungan
dan berkaitan dengan pemberian perlindungan kepada seseorang atau sekelompok orang
ataupun kepada keturunananya.
Sinar radiasi pengion adalah sinar yang mempunyai sifat yang dapat merusak sel-sel tubuh
manusia dengan jalan bila mengenai dan menembus tubuh manusia, akan membebaskan
elektronelektron dari atom, dan atom yang telah mengalami ionisasi akan menjadi unsur
radikal bebas yang akan merusak materi genetik DNA. Sedangkan radiasi sinar non pengion
adalah jenis radiasi yang apabila melewati bahan atau jaringan biologi tidak akan
mengionkan bahan atau jaringan tersebut.
Untuk keselamatan kerja radiasi untuk dokter, pasien, operator dan lingkungan, pemerintah
memebentuk Peraturan Pemerintah RI Nomor 33 tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi
Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif. Berdasarkan peraturan tersebut setiap instansi
yang menggunakan radiasi pengion wajib menerapkan Keselamatan Radiasi sebagai usaha
pencegahan dan penanggulangan kecelakaan radiasi.
Pemeriksaan kesehatan meliputi anamnesis riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan pendukung antara lain rontgen dan pemeriksaan laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA