MODUL 4.2
Risk Asessment and Operative Dentistry 2
This publication is protected by Copyright law and permission should be obtained from
publisher prior to any prohibited reproduction, storage in a retrieval system, or transmission in
any form by any means, electronic, mechanical, photocopying, and recording or likewise
Tim Modul :
1. Drg. Rizky Amalina,, M.Si
2. Drg. Shella Indri Novianty, Sp.Ort
Reviewer :
1. drg. Andina Rizkia Putri Kusuma, Sp.KG
Tutor Modul :
1. SGD 1 : Drg. Mutia
2. SGD 2 : Drg. Ken Saras
3. SGD 3 : Drg. Linda S
4. SGD 4 : Drg. Erdianto Setya Wardhana, M.H.Kes
5. SGD 5 : Drg. Eko Hardianto, M.Sc
6. SGD 6 : Drg. Adisty Restu Poetry, MDSc, Sp.Perio
7. SGD 7 : Drg. Rina K., Sp.PM
8. SGD 8 : Drg. R. Rama, M.Kes, PhD
KONTRIBUTOR
1. IKGA
2. Ortodonsia
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT, Robb seluruh alam yang telah
memberikan karunia kepada kami hingga kami dapat menyelesaikan Buku Petunjuk Skill Lab
Modul Risk Assessment and Operative Dentistry 2. Sholawat dan salam kepada Rasulullah
Muhammad sholallahu alaihi wa salam beserta keluarga dan paa sabatnya.
Buku petunjuk skill lab ini disusun dengan maksud memberikan tuntunan kepada
mahasiswa dalam melaksanakan skill lab pada modul 4.2 ini. Modul Risk Assessment and
Operative Dentistry 2 adalah modul yang mempelajari proses perkembangan psikologi anak
dalam menunjang perawatan operative dentistry terhadap penyakit jaringan keras gigi dan
jaringan keras selain gigi pada anak, serta mempelajari tahapan dalam perawatan ortodonsia.
Mahasiswa fiharapkan telah memahami dasar-dasar teori sebelum memulai skill lab.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan buku ini. Oleh karena
itu, saran-saran dari tutor maupun dari mahasiswa akan kami terima dengan terbuka.
Semoga Petunjuk Skills Lab dalam modul 4.2 ini dapat bermanfaat dan membantu siapa saja
yang membutuhkannya.
Jazakumullhahi khoiron.
SANKSI
Mahasiswa yang tidak mematuhi tata tertib diatas akan diberikan sanksi akademik sesuai dengan
jenis pelanggarannya.
BOBOT NILAI SKILL LAB
Selama kegiatan ketrampilan medik harian, mahasiswa akan dinilai penguasaan
tekhniknya (sistematis dan lege artis). Hasil penilaian harian ketrampilan medik akan dipakai
sebagai syarat untuk mengikuti ujian OSCE yang pelaksanaannya akan dilaksanakan pada
akhir semester.
Kelulusan OSCE didasarkan pada kelulusan tiap station. Jika mahasiswa tidak lulus pada
station tertentu, mahasiswa diwajibkan mengulang dan nilai skill belum dapat dikeluarkan
sebelum mahasiswa lulus skill tersebut.
Kaprodi PSPDG
ACC form
penggantian KBM
Durasi
LBM Materi Skill Lab Departemen
(menit)
Dental Management pada pasien anak KGA 1 x 170
1
Pemeriksaan IO gigi bercampur KGA 1 x 170
Melakukan perawatan klas I pada phantom gigi decidui KGA 1 x 170
2
Melakukan perawatan klas III pada phantom gigi decidui KGA 1 x 170
Melakukan pencetakan studi model antar teman dan
Ortho 1 x 170
3 pengisian hasil pencetakan dengan dental stone
Pembuatan basis model studi dan trimming model studi Ortho 1 x 170
Melakukan tracing sefalogram dan penentuan titik
Ortho 1 x 170
sefalometri pada kertas tracer
4 Melakukan analisis ekstra oral dan intra oral pada perawatan
Ortho 1 x 170
ortodonti
Melakukan analisis study model Ortho 1 x 170
PETUNJUK SKILL LAB
MODUL 4.2
LBM 1
SEMARANG
2019
SASARAN BELAJAR
Mahasiswa mampu menentukan tipe perilaku anak dan jenis manajemen perawatan pada
pasien anak
TAHAPAN KETERAMPILAN
Management Dental Child
1) Kelompok SGD dibagi menjadi kelompok kecil yang terdiri dari 2-3 orang mahasiswa,
masing-masing kelompok kecil akan mendapatkan
1. Satu video dan 1 Jurnal mengenai “Management Dental Pada Anak yang
Kooperatif”
2. Satu Video dan 1 Jurnal mengenai “Management Dental pada Anak di Bawah 3
tahun”
3. Satu video dan 1 Jurnal mengenai “Management Dental pada Anak Tidak
Kooperatif”
4. Satu Video dan 1 Jurnal Mengenai “Manajemen Dental Pada Anak Autism”
5. Dua Jurnal mengenai “Manajemen Dental Pada Anak Down Syndrome”
6. Dua Jurnal mengenai “Manajemen DentalPada Anak Tuna Rungu”
2) Mahasiswa diinstruksikan untuk memahami video dan jurnal yang didapat
3) Mahasiswa melakukan presentasi mengenai manajemen dental pada kondisi anak
berdasarkan media yang diberikan didepan anggota SGD lainnya.
4) Susunan Powerpoint:
a) Judul dan Nama Penyaji (beserta NIM)
b) Jenis Perilaku/Kondisi Anak yang akan dibahas
c) Menampilkan Video (apabila ada video)
d) Overview perilaku/kondisi anak (apabila ada case report maka ditampilkan kronologis
kasusnya)
e) Pemaparan manajemen dental terkait kondisi anak.
f) Menuliskan Sumber Pustaka.
PETUNJUK SKILL LAB
MODUL 4.2
LBM 1
SEMARANG
2019
SASARAN BELAJAR
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan IO gigi bercampur
TAHAPAN KETERAMPILAN
1. Mahasiswa sesuai kelompok SGD memasuki ruang periksa lantai 3 RSIGM Sultan
Agung dan menuju kursi dental yang telah ditentukan. Satu kursi dental akan digunakan
tegak.
terdapat pada bagian kaki. Controller ini ditekan menggunakan kaki kiri, sesuai
pemeriksaan). Mahasiswa harus bekerja dengan duduk pada kursi operator, mulut pasien
sejajar dengan siku operator, dan asisten berada di sebelah kiri. Mahasiswa akan berganri
6. Memberi penjelasan kepada siswa maksud dan tujuan datang untuk melakukan
pemeriksaan gigi (menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan menarik untuk
anak-anak).
7. Mahasiswa diwajibkan melakukan gerakan cuci tangan menurut WHO terlebih dahulu
menggunakan sabun antiseptik yang telah dibawa, dan memakai APD lengkap (Jas lab,
9. Menuliskan hasil pemeriksaan pada kertas Odontogram dan hasil pemeriksaan harus
10. Menuliskan kesimpulan hasil pemeriksaan pada lembar yang akan dibawakan ke siswa,
11. Setelah selesai melakukan pemeriksaan, kursi dental harus bersih dan diposisikan seperti
semula. Masker, Gelas Kumur, Kapas terpakai, tissue terpakai, dan handscoon dibuang
MODUL 4.2
LBM 2
SEMARANG
2018
SASARAN BELAJAR
Mahasiswa mampu melakukan perawatan klas I pada gigi decidui
3. Preparasi Kavitas
Preparasi kavitas menggunakan diamond bur fissure dengan kedalaman preparasi 0,5 mm –
1 mm (setengah dari panjang kepala bur)..
4. Pengisian/penumpatan kompomer
a. Bersihkan permukaan gigi yang telah dipreparasi dengan pumice dan air untuk
meningkatkan adhesi, kemudian keringkan sampai lembab, jangan overdrying.
b. Aplikasikan liner yang sesuai sebagai basis untuk menggantikan dentin apabila
preparasi yang dilakukan mencapai dentin yang dalam. Sebelum penenpatan liner,
dilakukan aplikasi dentin conditioner selama 10 detik, bersihkan dengan aliran air dan
keringkan. Liner yang digunakan bisa berupa resin-modified glass ionomer dengan
aktivasi simar selama 30-40 detik.
c. Aplikasikan etsa menggunakan microbrush selama 15 detik kemudian bilas dengan air
dan keringkan (moist), lalu aplikasikan bonding menggunakan microbrush dan
angin-anginkan 2-5 detik, lalu light cure selama 10 detik. Fungsi tahapan ini adalah
untuk melekatkan compomer pada enamel gigi dan liner
d. Injeksikan bahan kompomer yang sudah tersedia dalam bentuk pasta ke dalam kavitas.
e. Pada kavitas yang besar, penambalan dilakukan selapis demi selapis
f. Pada setiap lapisan kompomer yang kita tumpatkan ke dalam kavitas, di
light-cure selama 30-40 detik.
2. Cameron, A.C., Widmer, R.P, 2013, Handbook of Pediatric Dentistry 4th Ed, Mosby.
PETUNJUK SKILL LAB
MODUL 4.2
LBM 2
SEMARANG
2019
SASARAN BELAJAR
Mahasiswa mampu melakukan perawatan klas III pada gigi decidui
29
TAHAPAN KETERAMPILAN
1. Mahasiswa menanam gigi pada model akrilik yang telah disediakan, sesuai regio gigi yang
digunakan. Bagian bawah model akrilik diberi malam, kemudian gigi di tancapkan ke malam
tersebut, dan bagian atas diberi gips putih (bagian mahkota tidak tertanan dalam gips).
Pekerjaan ini dilakukan 1-2 hari sebelum preparasi dilakukan.
Model Akrilik
2. Membuat outline kavitas klas III. Preparasi di desain dari bagian palatal. Bagian insisal dari
titik kontak tidak dibuang.
30
3. Preparasi kavitas
a. Bentuk kavitas. Arah akses awal preparasi dibuat dari bagian palatal/ lingual. Jika bagian
labial dibiarkan utuh, nilai estetik nya lebih baik (bila email masih tebal). Penetrasi
dilakukan dengan memakai round bur, hindari cedera pada gigi sebelahnya.
7. Tempatkan seluloid strip di interproximal gigi. Letakkan wedge dari arah fasial.
31
8. Aduk material restorasi
a. Ambil 1 sendok penuh glass ionomer, ratakan kemudian letakkan pada paper pad yang
dialasi plat kaca
b. Letakkan liquid, dimiringkan kemudian diteteskan dengan posisi lurus (mengurangi
terjebaknya udara), 2 tetes pada paper pad
c. Pengadukan bahan tidak boleh lebih dari 30 detik, basahi powder, bukan dilarutkan.
d. Powder dibagi menjadi dua. Aduk sebagian pertama selama 10-15 detik, sampai
konsistensi milky. Campurkan dengan bagian kedua, aduk sampai 15 detik
9. Masukkan semen yang telah diaduk ke dalam kavitas dengan ball applicator dan
dikondensasikan dengan semen kondensor. Setelah padat, material restorasi dapat dibentuk
dengan plastis instrument
10. Lepas seluloid strip dan wedge
11. Finishing dilakukan dengan membuang kelebihan dari tumpatan hingga tidak ada step, dan
tumpatan dibentuk sesuai anatomi gigi. Finishing menggunakan bur diamond pita kuning.
32
12. Polishing untuk menghaluskan dan mengkilatkan tumpatan. Polishing menggunakan bur
poles silicon/ enhance. Pada area proksimal dipoles menggunakan finishing & polishing
strip.
3. Lakukan penumpatan kelas III menggunakan GIC pada gigi anterior desidui tersebut.
Referensi
2. Cameron, A.C., Widmer, R.P, 2013, Handbook of Pediatric Dentistry 4th Ed, Mosby.
33
PETUNJUK SKILL LAB
MODUL 4.2
LBM 3
SEMARANG
2019
34
SASARAN BELAJAR
Mahasiswa mampu melakukan pencetakan antar teman
TAHAPAN KETERAMPILAN
A. Persiapan pasien:
a) Memberikan penjelasan kepada pasien tentang prosedur yang akan dilakukan dan
meminta inform consent.
b) Atur posisi penderita pada kursi dental unit. Penderita duduk dalam posisi tegak
dengan sandaran kepala sejajar dengan tubuh penderita. Posisi mulut pasien sejajar
dengan siku operator.
35
c) Lap dada dipasang supaya baju penderita tidak kotor.
B. Persiapan alat dan bahan
a) Siapkan bowl (mangkuk karet), spatula, sendok cetak untuk rahang bergigi; gelas
dan sendok ukur, kapas, alat diagnostik dan bahan cetak alginat..
b) Meja kerja dialasi dengan lap kerja/alas koran
C. Menggunakan APD (masker dan sarung tangan)
D. Mencobakan sendok cetak Rahang atas dan rahang bawah yang tepat untuk pasien.
a) Rahang Atas : sendok cetak dipilih dengan ukuran sesuai dengan ukuran rahang
( lebih besar 2-3 mm untuk memberi tempat bagi bahan cetak) dan mencapai batas
palatum mole dan paltum durum serta hamular notch. Batas tepi sendok cetak
rahang atas terhadap vestibulum adalah sekitar 2 mm.
b) Rahang Bawah: sendok cetak dipilih dengan ukuran sesuai dengan ukuran rahang
( lebih besar 2-3 mm untuk memberi tempat bagi bahan cetak) dan mencapai
retromolar pad. Batas tepi sendok cetak rahang bawah terhadap vestibulum adalah
sekitar 2 mm.
E. Melakukan pencetakan Rahang Atas
1. Posisi operator saat mencetak RA yaitu berdiri sedikit di belakang dan sisi kanan
penderita (arah jam 9 atau 10) sehingga operator dapat mengontrol sendok cetak dan
menempatkannya tepat di bagian tengah rongga mulut dan tangkai sendok cetak
segaris dengan hidung pasien atau garis median wajah.
2. Penderita diinstruksikan kumur-kumur terlebih dahulu. Saliva yang mucous pada
palatum dibersihkan dengan cotton roll.
3. Dibuat adonan alginate sesuai dengan aturan pabrik:
a) Air diletakkan di dalam rubber bowl dengan jumlah sesuai aturan pabrik
b) Tuangkan alginat ke dalam ruber bowl yang berisi air, dengan jumlah sesuai
dengan aturan pabrik.
c) Aduk campuran alginat dan air dengan gerakan seperti angka 8 (figure of 8)
menggunakan spatula alginat sampai homogen (mixing time disesuaikan aturan
pabrik)
36
4. Adonan yang telah homogen diletakkan pada bagian palatum sendok cetak lalu
ratakan.
5. Masukkan sendok cetak ke dalam mulut penderita.
Yang perlu diperhatikan :
a.Posisi operator berada pada arah jam 8 atau 9 pasien
b. Sendok cetak dimasukkan ke dalam mulut penderita secara miring menggunakan
tangan kanan. Tangan kiri memegang kaca mulut untuk retraksi pipi. .
c.Bagian belakang (posterior) yang ditekan terlebih dahulu agar bahan cetak
mengalir kedepan. Jari telunjuk dan tengah tangan kiri mengangkat bibir atas.
Sendok cetak bagian depan ditekan.
d. Sendok cetak difiksir sampai alginat mengeras.
e.Setelah sendok cetak masuk dan posisi tepat, tangan kiri menarik bibir atas ke arah
atas, depan dan ke bawah agar dapat mencetak bagain frenulum dan vestibulum
6. Melepaskan cetakan dari mulut penderita dengan satu arah tarikan, tidak boleh
diungkit-ungkit.
F. Mencetak Rahang Bawah
1. Saat mencetak RB, operator berdiri di depan dan sisi kanan penderita (arah jam 7
atau 8).
2. Penderita diinstruksikan kumur-kumur terlebih dahulu. Saliva yang mucous pada
palatum dibersihkan dengan cotton roll.
3. Membuat adonan alginat seperti poin 3 pada pencetakan Rahang atas.
4. Meletakkan adonan pada sendok cetak Rahang Bawah.
5. Masukkan sendok cetak ke dalam mulut penderita.
Yang perlu diperhatikan :
a. Posisi operator di samping kanan dan depan penderita.
37
b. Sendok cetak dimasukkan ke dalam mulut penderita secara miring dengan
tangan kanan operator memegang kaca mulut.
c. Bagian belakang (posterior) yang ditekan terlebih dahulu agar bahan cetak
mengalir kedepan. Jari telunjuk dan tengah tangan kanan & kiri operator
menekan sendok cetak secara bersama-sama di bagian posterior dan anterior.
d. Penderita diinstruksikan menaikkan lidah keatas dan digerakkan kanan dan kiri
serta menjulurkan lidah ke depan. Tangan kiri menarik bibir bawah ke arah
bawah, depan dan ke atas agar dapat mencetak bagain frenulum dan vestibulum
e. Sendok cetak difiksir sampai alginat mengeras.
f. Melepaskan cetakan dari mulut penderita dengan satu arah tarikan, tidak
boleh diungkit-ungkit.
G. Setelah dikeluarkan dari mulut penderita, cetakan RA dan RB dibersihkan
dengan air dari water spray syringe atau di bawah pancuran kran.
H. Cetakan dikeringkan dari sisa air secepatnya dengan ”air spray syringe” atau
kertas penyerap.
I. Hasil cetakan ditunjukkan pada instruktur dengan diletakkan pada kain putih
dan dalam keadaan bersih.
Hasil Cetakan Alginat Rahang Atas Hasil Cetakan Alginat Rahang Bawah
38
i. Tahap I: adonan gips dibuat lebih encer, pengisian dimulai dari bagian terdistal
cetakan dan di alirkan ke seluruh bagian cetakan. Pada tahap ini adonan
mengisi kurang lebih 1/2 mahkota gigi. Tahap ini bertujuan untuk menghindari
gelembung udara yang terjebak. Pengisian dilakukan di atas vibrator, apabila
tidak ada bisa diketuk-ketuk secara manual.
ii. Tahap II: adonan dibuat lebih kental, menutupi semua bagian pada cetakan
alginat sampai penuh. Pengisian dilakukan di atas vibrator, apabila tidak ada
bisa diketuk-ketuk secara manual.
iii. Tahap III: adonan dibuat lebih kental dari adonan tahap II. Tahap ini bertujuan
untuk membuat basis hasil cetakan. Basis ini memiliki ketebalan maksimal 10
mm.
d. Adonan gips diisikan pada cetakan selalu dari satu arah/tempat.
39
e. Cetakan diisi sampai bagian tepi.
f. Dibiarkan sampai gips mengeras.
g. Setelah gips mengeras (kurang lebih dalam waktu 1 jam), dikeluarkan/dilepaskan dari
cetakan.
40
NB : MODEL CETAKAN GIPS DIGANDAKAN 2 X ( CETAKAN ALGINAT BISA DI COR /
DIISI LAGI DENGAN GIPS BILA MASIH BAGUS. APABILA SUDAH RUSAK, BISA DI
CETAK ULANG.
Referensi
1. Couborne, M.T., DiBiase, A.T., 2010, Handbook Of Orthodontic, Mosby
2. Iyyer, B.S., 2014, Orthodontics: The Art and Science, Arya (Medi) Publishing House
41
PETUNJUK SKILL LAB
MODUL 4.2
LBM 3
SEMARANG
2019
42
SASARAN BELAJAR
Mahasiswa mampu melakukan pembuatan model studi
43
TAHAPAN KETERAMPILAN:
1. MEMBUAT GIGITAN SENTRIK
Sebelum dilakukan pembuatan basis model studi, dierlukan pengambilan catatan gigitan
pada keadaan oklusi sentrik, sehingga disebut centric bite record dengan menggunakan malam
merah. Fungsi gigitan sentrik record ini adalah untuk memindah oklusi sentrik pasien pada
model studi.
Cara membuat:
a) Selapis malam merah dipotong sesuai dengan ukuran rahang atas pasien.
b) Lunakkan malam merah di atas api spiritus. Dalam keadaan hangat, masukkan ke dalam
mulut pasien ( Rahang Atas) lalu tekan malam merah mengikuti kontur palatum dan
permukaan oklusal dan insisal gigi atas.
c) Instruksikan pasien untuk mengigit malam tersebut (sesuai dengan gigitan sentrik pasien).
d) Keluarkan malam merah dari mulut pasien.
e) Cuci di bawah air mengalir
44
Frankfurt Horizontal Plane (FHP)
c) Sisi siku yang panjang menggambarkan bidang orbital (garis Simon) pasien, yang tegak
lurus terhadap FHP.
Bidang Orbita
d) Pasien diinstruksikan untuk meringis dalam keadaan oklusi sentrik. Amati dan catatlah
proyeksi vertikal sisi siku menggaris pada permukaan bukal gigi-gigi pasien:
Hubungan rahang Normal : Garis simon melewati 1/3 distal gigi C Atas dan tepat
pada distal gigi C bawah.
Hubungan Rahang protrusif: garis Simon pada pasien lebih ke distal dari posisi
normal
Hubungan Rahang retrusif: garis Simon pada pasien lebih ke mesial dari posisi
normal
e) Transfer posisi bidang orbital pasien sesuai dengan proyeksi penggaris pada permukaan
bukal gigi-gigi pasien, dengan memindahkan bidang orbital ada model studi, dapat
45
disimpulkan apakah kasus maloklusi pasien bersifat dental, skeletal atau kombinasi
dentoskeletal.
46
f. Setelah gips cukup keras, keluarkan model studi dari cetakannya. Lepaskan kapas yang
menutupi forniks, lalu bersihkan sisa-sisa gips yang tidak diperlukan.
g. Tinggi model studi RA dari permukaan oklusal gigi-gigi sampai dasar basis model kira-kira
35 mm
47
4. FINISHING
A. Trimming.
Sebelum dilakukan pemotongan, rendamlah terlebih dulu basis model agar pada waktu dipotong
basis model tidak rusak. Sebelum melakukan pemotongan basis model RB perlu diperhatikan
bahwa semua dinding tepi basis model RA dan RB harus terletak pada satu bidang datar,
sehingga dalam setiap posisi kedua model studi tetap dalam keadaan oklusi sentrik, kecuali untuk
tepi anterior karena tepi basis mempunyai bentuk yang berbeda. Prosedur pemotongan sebagai
berikut :
a. Siapkan malam gigitan sentrik. Malam gigitan ini berguna untuk menjaga agar kedua
model studi dalam keadaan terkunci ( tidak mudah menggeser ) sewaktu dilakukan
pemotongan. Untuk menjaga agar tepi insisal gigi-gigi anterior tidak rusak / patah maka
pada bagian anterior malam gigitan dipotong. Redamlah basis model RB sebentar di
dalam air. Kedua model studi kemudian dioklusikan dengan malam gigitan diantara
kedua model tersebut.
b. Agar tepi-tepi basis model RA dan RB dapat terletak pada satu bidang datar, harus
dilakukan pemotongan dengan trimmer ( grenda ). Pemotongan basis model selalu
dilakukan dalam keadaan basah dan air harus mengalir melalui batu trimmer untuk
membuang sisa-sisa pemotongan.
c. Letakkan model studi RA di bagian bawah dengan dasar / alas basis model tepat
menempel pada meja trimmer, sedang model studi RB terletak di bagian atas. Potonglah
tepi belakang basis model RB dengan berpedoman pada tepi belakang baris model RA,
sampai dinding kedua tepi belakang basis model terletak pada satu bidang datar.
48
d. Kemudian pisahkan model studi RA dan RB. Potonglah alas basis model RB dengan
meletakkan tepi belakang model menempel pada meja trimmer. Dengan demikian
dinding belakang model akan saling tegak lurus dengan alas model studi dan permukaan
oklusal gigi-gigi RB sejajar dengan alas basis model. Tinggi model studi RB dari alas
sampai permukaan oklusal gigi-gigi kira-kira 35 mm.
e. Kedua model studi dioklusikan lagi. Letakkan model RB di bagian bawah dengan basis
model persis menempel pada meja trimmer. Potonglah tepi bukal basis model RB sisi kiri
dan kanan dengan berpedoman pada tepi bukal basis model RA. Dengan demikian akan
diperoleh dinding-dinding basis model RA dan RB yang sebidang.
f. Proyeksikan batas tepi bukal dengan tepi anterior basis model RA ( diinterpretasikan
sebagai paris Simon yang melewati model RA ) ke basis model RB, berilah tanda dengan
pensil. Tarik garis vertikal dan titik tersebut sampai alas basis model RB. Garis ini
merupakan garis Simon yang melewati model RB.
Proyeksikan pula ujung anterior basis model Ra ke basis model RB, berilah tanda dengan
pensil. Titik ini merupakan titik terdepan dari basis model RB. Potonglah tepi anterior
basis model RB membentuk busur lingkaran mulai dari garis Simon di sisi kiri sampai
garis Simon di sisi kanan, melewati titik terdepan basis model. Bentuk lengkungan tepi
anterior basis ,odel RB harus simetris antara sisi kiri dan kanan.
Alat Trimmer
49
B. Penghalusan Model Studi
a) Mula-mula keroklah permukaan dalam basis model antara tepi-tepi basis sampai daerah
forniks ( vestibulum ) dengan menggunakan pisau laboratoris ( crownmess ) yang tajam.
Lakukan pula pada permukaan dalam model RB di daerah lingual. Jagalah agar tidak
merusak / memotong daerah anatomis, misalnya perlekatan frenulum, perlekatan
otot-otot di sekitar mulut, daerah forniks, daerah alveolar dan gigi-gigi. Untuk model
RA, keroklah pula bagian belakang model sehingga dari arah posterior akan terlihat
jelas permukaan palatum. Seandainya terdapat celah-celah pada batas antara model
rahang dengan basis model, tutuplah celah tersebut dengan adonan gips yang agak
encer.
b) Menggunakan ampelas haluskan seluruh permukaan basis model. Selama penghalusan
basis model studi dengan kertas ampelas harus selalu dilakukan dalam keadaan basah,
dan sering di cuci dibawah air mengalir. Tindakan ini dilakukan untuk membuang
sisa-sisa gips agar tidak menempel lagi pada model. Permukaan yang diampelas harus
halus dan tidak boleh ada goresan yang tertinggal. Jangan mengampelas daerah-daerah
anatomis.
c) Menghaluskan permukaan luar basis model menggunakan ampelas. Mula-mula dinding
posterior kedua basis model dihaluskan dengan ampelas basah pada posisi oklusi sentrik.
Penghalusan dilakukan di atar kertas yang diletakkan di atas permukaan datar, dengan
cara menarik kedua model perlahan-lahan di permukaan ampelas, hanya pada satu arah
( tidak bolak-balik ). Demikian pula dinding-dinding bukal dan distobukal kedua model
dihaluskan dengan cara yang sama, dalam keadaan oklusi sentrik. Untuk penghalusan
50
dinding anterior masing-masing model dilakukan secara terpisah. Alas basis model RA
maupun RB dihaluskan dengan cara gerakan memutar di atas kertas ampelas.
d) Setelah proses penghalusan dengan ampelas selesai, model studi dicuci di bawah air
yang mengalir untuk membuang sisa-sisa gips yang masih menempel. Model studi lalu
dikeringkan
51
Untuk Mahasiswa :
Model Studi diberi Identitas Pasien (ditempel pada
basis RA)
Contoh :
Nama Pasien :
Jenis kelamin :
Nama Mahasiswa :
Nim Mahasiwa :
IMPORTANT NOTE!
Dalam keadaan oklusi sentrik, maka model studi rahang atas dan rahang bawah harus
memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut :
a. Tinggi model studi RA – RB kira-kira 70 mm ( masing-masing model = 35 mm )
b. Semua tepi basis model baik tepi posterior, tepi bukal dan tepi distobukal model RA dan
RB harus terletak pada satu bidang datar, kecuali tepi anterior karena tepi anterior basis
model RA berbentuk sudut lancip, sedang basis model RB tumpul. Batas antara tepi
bukal dan tepi anterior menggambarkan garis Simon ( bidang orbital ) dari model studi.
52
Tugas untuk mahasiswa:
1. Lakukan pembuatan gigitan sentrik antar teman
2. Lakukan pengamatan Garis Simon antar teman
3. Lakukan pembuatan basis model stud sampai tahap finishing.
4. Lakukan pemasangan nomor model studi.
Referensi
1. Couborne, M.T., DiBiase, A.T., 2010, Handbook Of Orthodontic, Mosby
2. Iyyer, B.S., 2014, Orthodontics: The Art and Science, Arya (Medi) Publishing House
53
PETUNJUK SKILL LAB
MODUL 4.2
LBM 4
SEMARANG
2019
54
SASARAN BELAJAR
Mahasiswa mampu melakukan tracing dan analisis sefalometri
TAHAPAN KETERAMPILAN
A.TRACING
Cetak gambaran radiografi sefalometri pada kertas (tracing), Lakukan tracing sesuai dengan
contoh dibawah :
55
56
B.PENENTUAN TITIK SEFALOMETRI (SESUAI ANALISIS STEINER)
Titik-titik Sefalometri pada Kranium:
1. N (nasion) : Pada gambaran radiografi, dibawah dan didepan sinus frontalis berbentuk
menyerupai segitiga terdapat os nasalis. Diantara sinus frontalis dan os nasalis terdapat sutura
frontonasalis. Titik N terletak paling anterior.
2. S (sella) : merupakan titik yang berada ditengah dari outline fossa pituitary (sela tursika).
Pada gambaran radiografi, sela tursika merupakan gambaran berbentuk lonceng/U.
3. Po (Porion) : Titik bagian paling superior dari ear rod (batas superior dari meatus auditory
eksternal). Sedikit dibelakang prosesus condylaris
4. O (orbita) : titik paling inferior dari outline tulang orbital. Sering pada gambaran radiografi
terlihat outline tulang orbital kanan dan kiri. Untuk itu maka titik orbital dibuat di pertengahan
dari titik orbital kanan dan kiri.
57
C.PENENTUAN GARIS / BIDANG PADA SEFALOMETRI (SESUAI ANALISIS
STEINER)
Beberapa garis / bidang yang digunakan pada sefalometri
S – N : Sella-Nasion plane
Go – Gn : mandibular plane
Overlapping tonjol P1 bawah dan Molar: Occlusal Plane
2. Sudut SNB : hubungan posisi anteroposterior dari basis apikal mandibula terhadap
garis yang melalui basis kranii anterior. Dibentuk dari pertemuan garis S-N dan
58
N-B. Nilai Normalnya adalah 800. Nilai yang lebih besar menunjukkan
mandibula prognatik, dan nilai lebih kecil menunjukkan mandibula retrognatik.
4. Mandibular Plane Angle: dibentuk oleh pertemuan garis S-N dan Mandibular
Plane (G0-Gn). Sudut ini menggambarkan pola pertumbuhan mandibula. Nilai
normal adalah 320. Nilai yang lebih besar menandakan pertumbuhan mandibula ke
arah vertikal lebih besar daripada kearah horizontal (hyperdivergent). Nilai yang
lebih kecil menunjukkan pertumbuhan yang sebaliknya.
59
5. Occlusal Plane Angle: Dibentuk dari pertemuan garis S-N dan occlusal plane.
Sudut ini menunjukkan relasi bidang oklusal ke kranium dan wajah. Nilai
normalnya adalah 14.50. Nilai yang lebih besar menandakan pertumbuhan
mandibula ke arah vertikal lebih besar daripada kearah horizontal (hyperdivergent).
Nilai yang lebih kecil menunjukkan pertumbuhan yang sebaliknya.
60
2. Upper incisor to N-A (linier): merupakan pengukuran linier dari garis aksis
insisivus atas ke garis N-A. NIlai normal adalah 4 mm. Nilai yang lebih besar
menunjukkan insisvus proklinasi, dan nilai lebih kecil menunjukkan insisivus
retroklinasi.
3. Upper incisor to N-B (sudut): dibentuk dari pertemuan aksis Insisivus bawah dan
garis N-B untuk menunjukkan inklinasi relatif dari insisivus bawah. Nilai
normalnya adalah 250. Nilai lebih besar dari normal menunjukkan inklinasi
insisivus bawah adalah proklinasi, dan nilai yang lebih kecil menunjukkan
retroklinasi insisivus bawah.
61
.
4. Upper incisor to N-B (linier); merupakan pengukuran linier dari garis aksis
insisivus bawah ke garis N-B. NIlai normal adalah 4 mm. Nilai yang lebih besar
menunjukkan insisvus proklinasi, dan nilai lebih kecil menunjukkan insisivus
retroklinasi.
5. Interincisal angle: dibentuk dari pertemuan garis aksis insisivus atas dan insisvus
bawah untuk menunjujan relasi insisivus atas dan bawah. Nilai normalnya adaah
1310. Nilai lebih besar menunjukkan relasi retroklinasi dan nilai lebih kecil
menunjukkan relasi proklinasi.
62
Ket gbr. Pada analisis steiner, hubungan ideal gigi insisivus terjadi bila sudut ANB 2 derajat (angka
teratas). Sudut inklinasi gigi insisivus atas terhadap garis NA serta besarnya penonjolan gigi insisivus
terhadap NA dituliskan pada garis kedua (ANB 2 derajat = 22 derajat dan 4 mm). Inklinasi gigi insisivus
bawah terhadap garis NB serta besarnya penonjolan gigi insisivus terhadap NB dituliskan pada garis
ketiga(ANB 2 derajat = 25 derajat dan 4 mm).
63
Tugas untuk mahasiswa:
1. Lakukan Tracing Sefalometri
2. Lakukan Analisis Sefalometri dengan menggunakan metode Steiner
Referensi
1. Couborne, M.T., DiBiase, A.T., 2010, Handbook Of Orthodontic, Mosby
2. Iyyer, B.S., 2014, Orthodontics: The Art and Science, Arya (Medi) Publishing House
64
PETUNJUK SKILL LAB
MODUL 4.2
LBM 4
PERAWATAN ORTHODONTIK)
SEMARANG
2019
65
SASARAN BELAJAR
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan ekstra oral dan intra oral pada perawatan ortodontik
untuk pengisian rekam medik ortodontik
TAHAPAN KETERAMPILAN
A. Mengisi lembar identitas pasien
1. No. Rekam Medis : Isi nomer rekam medis pasien.
2. No. Model Studi : Isi nomer model studi pasien. Tata cara penulisan telah dijelaskan
sebelumnya.
3. Nama Pasien: Isi nama lengkap pasien
4. Suku : Isi sesuai dengan suku atau kelompok etnik pasien
5. Umur : Isi sesuai dengan umur pasien pada saat pemeriksaan
6. Jenis Kelamin : coret salah satu, sesuai dengan jenis kelamin pasien
66
7. Pekerjaan : isi sesuai dengan pekerjaan atau profesi pasien
8. Alamat : isi sesuai dengan alamat pasien pada saat pemeriksaan atau alamat yang
paling mudah dihubungi.
9. Nomor Telpon : isi sesuai dengan nomor telpon pasien atau nomor yang paling mudah
untuk dihubungi
10. Nama Ayah : Isi dengan nama lengkap Ayah pasien, Suku : Isi sesuai dengan umur ayah
pasien, Pekerjaan :Isi sesuai dengan pekerjaan orang tua pasien
11. Nama Ibu : Isi dengan nama lengkap Ibu pasien, Suku : Isi sesuai dengan umur ibu
pasien, Pekerjaan :Isi sesuai dengan pekerjaan orang tua pasien
12. Alamat Orang tua : isi sesuai dengan alamat orang tua pasien.
67
Periode gigi Bercampur : apakah ada gigi yang karies? Adakah gigi yang
kesundulan? Gigi yang goyah dicabutkan ke dokter gigi, dicabut sendiri, atau lepas
sendiri?
Periode gigi Permanen : pernah mendapatkan perawatan gigi apa saja?
3. Kebiasaan Jelek (bad Habit) yang berkaitan dengan keluhan pasien:
Isi dengan kebiasaan yang dilakukan pada masa pertumbuhan gigi dan rahang, serta
dicurigai sebagai etiologi maloklusi
Jenis Durasi Frekuensi Intensitas Keterangan
Kebiasaan
1. ................... ...................... ........................ ...................... ........................
2. ................... ...................... ....................... ....................... ........................
Jenis kebiasaan : Menhisap ibu jari, menggit bibir bawah, menggigit-gigit pensil dll
Durasi : Dari kapan sampai kapan kebiasaan buruk tsb berlangsung
Frekuensi : Seberapa sering kebiasaan tersebut dilakukan (berapa kali per hari)
Intensitas : Keras/tidaknya melakukan kebiasaan tersebut
Keterangan : di isi dengan posisi atau lokasi kebiasaan buruk itu dilakukan.
4. Riwayat keluarga yang berkaitan dengan keluhan pasien:
Riwayat keluarga ini dimaksudkan untuk mencari etiologi maloklusi yang dikeluhkan pasien,
apakah bersumber dari sifat genetik yang diturunkan dari orang tua. Kolom ini diisi dengan
informasi kondisi gigi geligi orang tua, saudara atau keluarga terdekat lain yang mungkin
memiliki kemiripan susunan gigi geligi atau rahang dengan pasien.
B. Pemeriksaan Obyektif
1. UMUM
Status Gizi :
Pemeriksaan status gizi dimaksudkan untuk mengetahui apakah keadaan gizi pasien
merupakan faktor etiologi maloklusi pasien atau untuk mengetahui apakah keadaan gizi
pasien menjadi salah satu faktor penghambat keberhasilan perawatan ortodontik.
Pemeriksaan dilakukan dengan menghitung status gizi pasien dengan Rumus berikut:
Indeks Masa Tubuh : BB(kg)/TB2(m) x 100 : _______________
Keterangan : < 18.5 status gizi kurang, kategori kurus
68
18.5-25.0 status gizi normal, kategori normal
>25.0 status gizi lebih, kategori gemuk
Ket : Indeks masa tubuh digunakan untuk melihat status gizi pada orang dewasa.
2. LOKAL
a) Ekstraoral
Pengukuran bentuk kepala dan bentuk wajah langsung dilakukan pada pasien.
Bentuk Kepala :
Tahapan kerja :
1) Dengan menggunakan Spreading Caliper mengukur :
1. Panjang kepala (Glabella-Occipital ) = ..... mm
2. Lebar kepala (Jarak horizontal terlebar antara puncak supramastoidea dan
zygomatik kanan dan kiri) = ..... mm
3) Tentukan kesimpulan bentuk kepala pasien berdasarkan besar indeks kepala yang
didapatkan dari rumus.
Kesimpulan:
<74.9 dolikosefali (bentuk kepala lonjong dan sempit)
75.0-79.9 mesosefali (bentuk kepala normal)
>80.0 brakisefali (bentuk kepala lebar dan pendek)
69
Bentuk Wajah :
Tahapan Kerja:
1) Dengan menggunakan Sliding Caliper mengukur:
1. Panjang muka (Nasion-Gnation) = .... mm
2. Lebar muka (jarak antara zygomatic kanan dan kiri) = ... mm
4) Tentukan kesimpulan bentuk wajah pasien berdasarkan besar indeks wajah yang
didapatkan dari rumus.
Kesimpulan:
80.0 – 84.9 euriprosop (bentuk wajah lebar dan pendek)
85.0 – 89.9 mesoprosop (bentuk wajah normal)
90.0 – 94.9 leptoprosop(bentuk wajah sempit dan lonjong)
70
Gambar 3. Macam Bentuk wajah
71
Analisis proposi wajah pasien dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
1) Analisis wajah berdasarkan bidang vertikal
Proposi wajah yang seimbang dapat dibagi menjadi tiga bagian sama besar (1/3)
menggunakan 4 garis horizontal, yang masing-masing melewati : Garis tepi rambut pada
dahi (Trichion), Glabela, Subnasal dan Menton
2) Analisis wajah berdasarkan bidang horizontal
Proposi wajah yang seimbang dapat juga dibagi menjadi lima bagian sama besar (1/5)
menggunakan 6 garis vertikal yang melewati tepi luar daun telinga (kiri dan kanan), tepi
mata bagian luar (kiri dan kanan), dan tepi mata bagian dalam (kiri dan kanan)
72
b) Pasien duduk tegak pada kursi dengan posisi kepala natural, pandangan lurus
ke depan sejajar lantai, dan wajah menghadap samping.
c) Telinga harus terlihat (kecuali pasien yang menggunakan hijab).
d) Gigi geligi pasien mengatup sempurna (Maximal intercuspation), bibir juga
menutup sempurna, dan tidak tersenyum.
73
Kesimpulan : Profil wajah Cembung/Lurus/Cekung* (dilingkari salah satu)
Sendi Temporomandibular (TMJ) : Normal/Tidak Normal, Pemeriksaan TMJ
pada pasien dimaksudkan untuk mencari gangguan pada TMJ pada saat gerakan
membuka dan menutup mulut seperti clicking, krepitasi, nyeri, keterbatasan
pembukaan rahang (diukur dari jarak interinsisal pada saat pasien membuka mulut
maksimal (Nilai normalnya adalah 40-45 mm), hyper-mobility, dan abnormalitas
morfologi. Pemeriksaan dilakukan dengan cara :
a. Pasien duduk tegak dan rileks.
b. Kedua jempol operator ditempelkan pada kondilus pasien kanan dan kiri
(palpasi), kemudian pasien diinstruksikan untuk melakukan gerakan
membuka dan menutup mulut secara perlahan. Pemeriksaan juga dapat
menggunakan metode auskultasi untuk mencari kelainan TMJ seperti
clicking dan krepitasi.
c. Catat hasil pemeriksaan dan beri keterangan.
Bibir Posisi Istirahat : Kompeten/Inkompeten. Bibir kompeten adalah kondisi
dimana bibir dapat menutup secara rileks. Bibir inkompeten adalah kondisi dimana
bibir atas dan bawah tidak dapat mengatup dan pertemuan bibir atas dan bawah
hanya dapat tercapai apabila terjadi kontraksi aktif dari otot-otot bibir dan mentalis.
74
Cara pengukuran free way space:
1. Pasien duduk tegak dan pandangan lurus ke depan sejajar lantai
2. Dengan spidol beri tanda posisi titik : Ujung Hidung dan Pogonion (Pog).
3. Pengukuran pertama dilakukan pada saat pasien posisi istirahat (Rest vertical
Dimension/RVD. Dengan jangka sorong (sliding caliper) ukurlah jarak Ujung
hidung-Pogonion.
4. Pengukuran kedua dilakukan pada saat pasien oklusi sentrik (Occlusion Vertical
Dimension/OVD). Dengan jangka sorong (sliding caliper) ukurlah jarak Ujung
Hidung-Pogonion
5. Catalah selisih pengukuran tersebut (RVD - OVD). Besar Free way space normal
adalah 2-4 mm.
75
b) Intraoral
Kebersihan rongga mulut pasien : OHI = ____
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tingkat kebersihan
mulut pasien akan menghambat perawatan ortodontik yang akan dilakukan.
Pemeriksaan menggunakan rumus sebagai berikut:
Rumus OHI-S = Debris Index + Calculus Index
76
menggunakan kaca mulut no. 4 yang diletakkan di palatum
pasien. Apabila palatum menutupi lebih dari setengah kaca
mulut, maka palatum dalam.
Gingiva : Normal/Tidak Normal, Keterangan : _______________
Pemeriksaan Gingiva bertujuan untuk :
1. Melihat bentuk dari gingiva, ada atau tidaknya inflamasi, resesi dan lesi pada
gingiva, sehingga dapat diketahui apakah kondisi gingiva akan mengganggu
jalannya perawatan ortodontik yang dilakukan. Kebersihan mulut yang buruk akan
menyebabkan terjadinya gingivitis menyeluruh dan merupakan kontraindiksi
perawatan ortodontik, sampai gingiva sembuh (melalui perawatan peridonsia).
2. Mendeteksi kebiasaan mulut pasien yang berkaitan dengan maloklusi yang terjadi
pada pasien, misalnya Gingivitis marginal pada regio anterior sering terjadi pada
pasien yang memiliki kebiasaan buruk bernafas melalui mulut.
3. Mendeteksi riwayat kesehatan umum pasien, misalnya Hiperplastik gingiva sering
terjadi pada pasien yang mengkonsumsi obat-obatan tertentu seperti Dilantin.
Mukosa : Normal/Tidak Normal, Keterangan : _______________
Pemeriksaan mukosa pada pasien dimaksudkan untuk mengetahui ada atau
tidaknya peradangan, lesi, dan tumor pada mukosa yang akan menghambat jalannya
perawatan ortodontik.
Frenulum :
Frenulum Labii Superior : Normal/Tidak Normal, Keterangan : ____
Frenulum Labii Inferior : Normal/Tidak Normal, Keterangan : ____
Frenulum Lingualis : Normal/Tidak Normal, Keterangan : ________
Pemeriksaan frenulum dimaksudkan untuk melihat apakah perlekatan
frenulum menjadi faktor penyebab maloklusi dan apakah dapat mengganggu
jalannya perawatan ortodontik. Hal yang diperiksa terkait pemeriksaan frenulum
adalah:
1. Ketebalan frenulum, yaitu normal, tipis atau tebal.
2. Perlekatan frenulum atas dan bawah, yaitu rendah (mendekati gingiva), normal,
atau tinggi (mendekati forniks). Perlekatan frenulum yang tidak normal dapat
diketahui dengan menggunakan Blanch Test, yaitu dengan cara menarik bibir
77
ke arah atas dan depan untuk beberapa saat. Apabila terlihat tanda kepucatan
sampai interdental papila, maka perlekatan frenulum adalah rendah dan
merupakan faktor penyebab terjadinya maloklusi (berupa diastema anterior).
Pada kasus frenulum rendah dan tebal perlu dilakukan tindakan frenectomy
terlebih dahulu sebelum perawatan ortodontik dimulai.
78
Fonetik: (Normal/Tidak Normal, Keterangan : ____________ )
Maloklusi dapat menyebabkan gangguan dalam melafalkan huruf-huruf tertentu.
Hal ini disebabkan oleh maloklusi mempengaruhi gerakan bibir dan lidah. Ganggguan
penlafalan huruf-huruf ini dapat dideteksi ketika berbicara dengan pasien.
Suara pelafalan huruf Masalah Maloklusi yang
berkaitan
/s/, /z/ (bunyi berdesis) Berdesis tidak sempurna
Open bite anterior, adanya
jarak yang besar antara
insisivus rahang atas dan
bawah
/t/, /d/ (linguoalveolar Kesulitan dalam produksi Crowding anterior,
stops) pelafalan huruf terutama posisi insisivus
maksila yang terlalu ke
palatal.
/L/, /v/ (labiodental Distorsi Kelas III skeletal
fricatives), bunyi desah.
/th/, /sh/, /ch/ (linguodental Distorsi Open bite anterior.
fricatives)
Tabel 1. Kesulitan pelafalan huruf terkait maloklusi
Pemeriksaan Gigi Geligi : Di isi sesuai dengan kondisi gigi geligi pasien pada saat
pemeriksaan. Pemeriksaan gigi geligi dimaksudkan untuk mengetahui:
1. Apakah ada gigi yang harus dirawat terlebih dahulu (pencabutan atau tindakan
konservasi) sebelum perawatan ortodontik dimulai.
2. Apakah ada gigi yang memakai jaket atau mahkota buatan yang mungkin akan
lepas atau rusak jika mendapat tekanan ortodontik.
3. Apakah ada gigi yang telah mendapatkan perawatan endodontik sehingga perlu
mendapatkan perhatian apabila pada gigi tersebut akan dikenakan gaya
ortodontik.
4. Apakah ada gigi yang impaksi dan harus dicabut terlebih dahulu.
5. Apakah masih ada gigi susu yang perlu dicabut terlebih dahulu.
6. Apakah ada kelainan lain yang akan menghambat jalannya perawatan
ortodontik yang akan dilaksanakan.
79
Tugas untuk mahasiswa:
1) Melakukan pemeriksaan ekstraoral dan intraoral untuk pengisian formulir pemeriksaan
ortodontik.
2) Membuat dan mengumpulkan laporan pemeriksaan ortodontik sesuai sistematika formulir
pemeriksaan ortodontik.
Referensi
1. Couborne, M.T., DiBiase, A.T., 2010, Handbook Of Orthodontic, Mosby
2. Iyyer, B.S., 2014, Orthodontics: The Art and Science, Arya (Medi) Publishing House
80
(LAMPIRAN)
FORMULIR PEMERIKSAAN DAN PERAWATAN ORTODONTIK
Pasien ke : ............................................
No. Model : .............................................
Nama Pasien : .............................................
Operator : .............................................
No. Mahasiswa : .............................................
Pembimbing : .............................................
81
I. IDENTITAS PASIEN:
1. No. Rekam Medis : ___________________
2. No. Model Studi : ___________________
3. Nama Pasien : _______________________________________________
4. Suku : _______________________________________________
5. Umur : _______thn _______bln
6. Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan*
7. Pekerjaan : _______________________________________________
8. Alamat : _______________________________________________
9. Nomor Telpon : _______________________________________________
10. Nama Ayah : __________ Suku : _________ Pekerjaan :_________
11. Nama Ibu : __________ Suku : _________ Pekerjaan :_________
12. Alamat Orang tua : _______________________________________________
82
B. Pemeriksaan Obyektif
1. UMUM
Status Gizi :
Indeks Masa Tubuh : BB(kg)/TB2(m) x 100 : _______________
Status Gizi : Kurang Normal Lebih
Kategori : Kurus Lebih Gemuk
2. LOKAL
A. Ekstraoral
Bentuk Kepala :
Indeks Kepala : Lebar kepala/Panjang Kepala x 100 = __________
Kesimpulan bentuk kepala:
Dolikosefali Mesosefali Brakisefali
Bentuk Wajah :
Indeks Wajah : Tinggi Wajah/Lebar wajah x 100 = ____________
Kesimpulan bentuk wajah:
Hipereuriprosop Euriprosop Mesoprosop
Leptoprosop Hiperleptoprosop
Analisis Proporsi wajah
83
Kesimpulan : Profil wajah Cembung/Lurus/Cekung*
Sendi Temporomandibular (TMJ) : Normal/Tidak Normal, Ket.:
(clicking/krepitasi)
Bibir Posisi Istirahat : Kompeten/Inkompeten/hipertonus/hipo
Free Way space : __________mm
Path of Closure : Normal/Tidak Normal, Ket.: ______
B. Intraoral
Kebersihan rongga mulut pasien : OHIs = ____
Lidah: Normal/Tidak Normal, Keterangan : makro/mikroglossia, scalloped tongue
Palatum : Dalam/Normal/Dangkal, Keterangan : _______________
Gingiva : Normal/Tidak Normal, Keterangan : _______________
Mukosa : Normal/Tidak Normal, Keterangan : _______________
Frenulum :
Frenulum Labii Superior : Normal/Tidak Normal, Keterangan : ____
Frenulum Labii Inferior : Normal/Tidak Normal, Keterangan : _____
Frenulum Lingualis : Normal/Tidak Normal, Keterangan : ________
Pola Atrisi : Normal/Tidak Normal, Keterangan : _________________
Fonetik: Normal/Tidak Normal, Keterangan : _________________
Pemeriksaan Gigi Geligi :
84
V IV III II I I II III IV V
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
V IV III II I I II III IV V
Keterangan:
K : Karies R: Radiks T : Tumpatan I: Inlay
X : Dicabut P: Persistensi O: Belum erupsi J: jaket
Im : Impaksi Ag: Agenese B: Bridge En: Perawatan Endodontik
85
PETUNJUK SKILL LAB
MODUL 4.2
LBM 4
SEMARANG
2019
86
SASARAN BELAJAR
Mahasiswa mampu melakukan analisis fungsional
TAHAPAN KETERAMPILAN
1) Menentukan bentuk lengkung gigi
Analisis bentuk lengkung gigi bertujuan untuk mengetahui apakah ada
keharmonisan antara bentuk lengkung gigi dengan bentuk muka pasien, serta untuk
mengetahui keharmonisan antara bentuk lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah.
Pengamatan bentuk lengkung gigi pasien berdasarkan foto model studi rahang atas
dan rahang bawah dari arah oklusal. Setelah menentukan bentuk lengkung gigi,
tetapkan apakah bentuk lengkung tersebut simetris atau tidak.
Macam bentuk lengkung gigi, yaitu:
1. Ovoid (parabola), dengan ciri-ciri puncak lengkung gigi pada bagian anterior
berbentuk melengkung. Kaki lengkung merupakan garis lurus (straight),
menyebar (divergent) dan jika diperpanjang tidak bertemu di sebelah posterior
(gigi M2 tidak berbelok ke posisi median line).
87
2. Square (Trapezoid), dengan ciri-ciri puncak lengkung gigi pada bagian anterior
berbentuk datar, kaki lengkung datar dan divergent.
3. Tapered (V form), dengan ciri-ciri puncak lengkung gigi pada bagian anterior
berbentuk lancip (membentuk sudut seperti huruf V).
88
Overjet = _______ mm
Overjet (jarak gigi) adalah jarak horizontal antara insisal edge gigi insisivus
rahang atas terhadap bidang labial gigi insisivus rahang bawah. Overjet di ukur
dengan menggunakan penggaris pada model studi. Nilai Normal 2-4 mm.
Overbite = _______ mm
Overbite (tinggi gigit) adalah jarak vertikal antara insisal edge rahang atas
sampai insisal edge rahang bawah. Overbite di ukur dengan menggunakan
jangka sorong pada model studi. Nilai normal : 2-4 mm
89
3) Klas III : Tonjol mesiobukal gigi molar pertama maksila berada pada
interdental gigi premolar kedua dan molar pertama madibula, ketika
beroklusi.
Relasi Kaninus :
1. Klas I (neutroklusi): Pada saat oklusi gigi kaninus maksila berada pada
interdental C dan P1 mandibula
2. Klas II (distoklusi): Pada saat oklusi gigi kaninus maksila berada lebih
ke mesial dari interdental C dan P1 mandibula
3. Klas III (mesioklusi): Pada saat oklusi gigi kaninus maksila berada lebih
ke distal dari interdental C dan P1 mandibula
90
Klas I : Tonjol mesiobukal gigi molar pertama maksila berada pada
groove bukal gigi molar pertama mandibula, pada saat oklusi.
Pada kolom ini juga diberikan keterangan kelas maloklusi berdasarkan
modifikasi Dewey, yaitu :
a) Tipe 1 : Kelas 1 maloklusi dengan gigi anterior berjejal.
b) Tipe 2 : Kelas 1 maloklusi dengan insisivus maksila proklinasi
c) Tipe 3 : Kelas 1 maloklusi dengan crossbite anterior
d) Tipe 4 : Kelas 1 maloklusi dengan crossbite posterior
e) Tipe 5 : gigi molar permanen bergerak ke arah mesial.
Klas II : Tonjol distobukal gigi molar pertama maksila berada pada
groove bukal gigi molar pertama mandibula, pada saat oklusi. Terdiri dari 2
divisi, yaitu :
a. Klas II divisi 1, dengan karakteristik insisvus maksila
proklinasi, overjet lebih besar dari normal, deep bite, abnormal
muscle activity dan bibir atas hipotonus.
91
Apabila relasi molar kelas II hanya unilateral dan sisi yang lain
relasi molar kelas I, maka ditambahkan kata ‘subdivisi’, misal klas II
divisi 1 subdivisi.
Klas III : Tonjol mesiobukal gigi molar pertama maksila berada pada
interdental gigi premolar kedua dan molar pertama madibula, ketika
beroklusi. Kelas III dapat diklasifikasikan menjadi True Class III dan
Pseudo class III. Sama seperti halnya pada relasi molar kelas II, apabila
relasi molar kelas III hanya unilateral dan sisi yang lain relasi molar
kelas I, maka ditambahkan kata subdivisi.
Pada kolom ini juga diberikan keterangan kelas maloklusi berdasarkan
modifikasi Dewey, yaitu :
a) Tipe 1 : Rahang atas dan rahang bawah apabila dilihat terpisah
berada dalam kondisi normal alignment, tetapi ketika oklusi
akan menunjukkan relasi edge to edge pada regio anterior.
b) Tipe 2 : Insisivus mandibula berjejal dan posisi lebih ke lingual
dari insisivus maksila.
c) Tipe 3 : Insisivus maksila berjejal dan terjadi crossbite anterior.
Curve of Spee: Normal/tidak normal, Keterangan : _______
Garis median:
Pemeriksaan garis median gigi dimaksudkan untuk mengetahui adanya
penyimpangan posisi garis tengah gigi terhadap garis tengah rahang dan
92
penyimpangan garis tengah gigi rahang atas terhadap garis tengah gigi rahang
bawah.
Pada model studi rahang atas diberi titik tepat pada sutura palatina mediana,
salah satu di daerah inter premolar pertama dan lainnya di intermolar pertama.
Dengan penggaris sejajar permukaan oklusal gigi melalui kedua titik tersebut
tarik garis pada tepi insisal gigi insisivus sentral atas, hal ini merupakan posisi
normal garis tengah gigi terhadap rahang. Oklusikan model studi pada posisi
sentrik dan transfer posisi garis median normal gigi insisvus pertama atas ke
gigi bawah.
Malrelasi :
Malrelasi gigi geligi terhadap gigi antagonisnya dilakukan melalui
pengamatan pada model studi dalam kondisi oklusi sentrik. Malrelasi tersebut
dapat berupa :
Open bite anterior/posterior
Deep bite
93
Cross bite anterior/posterior
Scissor bite
94
4) Menentukan perhitungan analisis model studi (Pont, Korkhous, Howes)
1) Pont (dilakukan/tidak, keterangan : analisis pont tidak dapat dilakukan
apabila ada gigi-gigi yang diperlukan dalam perhitungan tidak ada
(misal karena telah dicabut))
Dasar dari analisis Pont adalah dalam lengkung gigi dengan susunan gigi
teratur, terdapat hubungan antara jumlah lebar mesiodistal ke empat gigi insisivus
atas dengan lebar lengkung inter premolar pertama dan inter molar pertama.
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui apakah suatu lengkung gigi dalam
keadaan kontraksi, distraksi atau normal.
Tahapan perhitungan adalah sebagai berikut:
1. Lebar Mesiodistal 12 11 21 22 = ____mm
Jarak distal pit 14 – 24 (pasien) = ____mm Diukur dengan Sliding
Caliper
Jarak sentral fossa 16 – 26 (pasien) = ____mm pada studi model
95
3. Indeks Pont 16 – 26 = jml MD 12 11 21 22 X 100 = ____mm
64
96
Gambar 19. Pengukuran Korkhous
Jarak I-(P1-P1) berdasarkan tabel Korkhous : ____ mm
Diskrepansi : ____ mm (didapatkan dari hasil pengurangan jarak
I-(P1-P1) pengukuran terhadap Jarak I-(P1-P1) berdasarkan tabel
Korkhous.
Kesimpulan: Inklinasi gigi pada regio anterior dalam keadaan proklinasi,
retroklinasi, atau normal. Inklinasi gigi anterior dikatakan Retroklinasi bila
selisih yang didapat adalah minus (-). Inklinasi gigi anterior dikatakan
proklinasi bila selisih yang didapat adalah plus (+).
3) Howes (dilakukan/tidak, Keterangan : analisis Howes tidak dapat
dilakukan apabila ada gigi-gigi yang diperlukan dalam perhitungan
tidak ada (misal karena telah dicabut))
Dasar dari analisis Howes adalah terdapat hubungan antara lebar lengkung
gigi dengan panjang perimeter lengkung gigi dan terdapat hubungan lengkung
basal dengan lengkung gigi (keseimbangan lengkung basal dengan lebar
mesiodistal gigi).
Pada susunan gigi yang teratur, seharusnya lebar inter P1 (dari titik bagian
dalam puncak tonjol bukal 14-24) adalah sebesar 43% dari ukuran mesiodistal
M1-M1 dan lebar interfossa canina adalah sebesar 44% dari ukuran mesiodistal
M1-M1.
Bila lebar interfossa canina lebih kecil dari 37%, maka hal ini sebagai
indikasi defisiensi lengkung basal sehingga pencabutan harus dilakukan untuk
pencarian ruang. Kasus-kasus dengan lebar interfossa canina antara 37%-44%,
maka keadaan ini dikategorikan dalam kasus meragukan (border line) apakah
akan dilakukan pencabutan atau ekspansi. Bila lebar interfossa canina lebih besar
dari 44% maka kontraindikasi pencabutan.
97
Diagram perhitungan Howes
Tahapan perhitungan Howes:
Jumlah lebar mesiodistal 16-26 : ____ mm
Jarak pucak tonjol bukal 14-24 : ____ mm
Jarak Interfossa Canina : ____ mm
__________ -
Diskrepansi : ____ mm
Indeks P: Jarak 14-24 x 100% : ____ %
Jml md 16-26
Indeks FC : Jarak IFC x 100% : ____%
Jml md 16-26
Kesimpulan :
1) Lengkung gigi untuk menampung gigi : cukup/tidak cukup/berlebih
2) Lengkung basal untuk menampung gigi : cukup/tidak
cukup/berlebih
3) Kasus pasien apakah indikasi pencabutan, kasus borderline, atau
kontraindikasi pencabutan.
4) Inklinasi gigi posterior ke arah oklusal : Divergen/konvergen
98
Bahan dan alat yang digunakan diantaranya adalah Model Studi, plat
gelas (ketebalan 2 mm), Plastik transparan (mika), kawat tembaga diameter
0.7 mm, Spidol F (fine), dan jangka sorong.
99
Tugas untuk mahasiswa:
1) Melakukan analsis model studi
2) Membuat laporan dengan sistematika sesuai formulir pemeriksaan ortodontik
(analsis model studi)
Referensi
1. Couborne, M.T., DiBiase, A.T., 2010, Handbook Of Orthodontic, Mosby
2. Iyyer, B.S., 2014, Orthodontics: The Art and Science, Arya (Medi) Publishing
House
100
(LAMPIRAN)
1. Analisis Model Studi
a) Foto Model Gigi dari arah oklusal
Kesimpulan :
_____________________________________________________
101
c) Analisis Model Studi
Overjet = _______ mm
Overbite = _______ mm
Relasi molar pertama permanen :
Kanan : Klas I Kiri : Klas I
Klas II Klas II
Klas III Klas III
Relasi Kaninus :
Kanan : Klas I Kiri : Klas I
Klas II Klas II
Klas III Klas III
Klasifikasi Angle
Klas I, Dewey tipe .....
Klas II Divisi ......
Klas III, Dewey tipe ....
Kurve of Spee : Normal/Tidak normal, Keterangan: ___________
Garis median :
Gigi Rahang Atas - normal Rahang
bawah - normal
- ke kiri : 0 mm - ke kiri : 0 mm
- ke kanan : 0 mm - ke kanan : 0 mm
Malrelasi :
Open bite anterior/posterior, Keterangan : _________
Edge to edge bite, Keterangan : ___________________
Cusp to cusp bite, Keterangan : ___________________
Deep bite, Keterangan : _________________________
Cross bite anterior/posterior, Keterangan : __________
Scissor bite, Keterangan : ________________________
Lain-lain, Keterangan : ___________________________
Malposisi gigi Individual :
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
d) Perhitungan-perhitungan
1) Pont (dilakukan/tidak, keterangan : _______________)
Lebar Mesiodistal 12 11 21 22 = ____mm
Jarak distal pit 14 – 24 (pasien) = ____mm
Jarak sentral fossa 16 – 26 (pasien) = ____mm
102
Indeks Pont 14 – 24 = jml MD 12 11 21 22 X 100 = ____mm
80
Kesimpulan: __________________________________________________
______________________________________________________________
2) Korkhous (dilakukan/tidak, Keterangan : ___________________)
Jumlah mesiodistal 12 11 21 22 : ____ mm
Jarak I-(P1-P1) pengukuran : ____ mm
Jarak I-(P1-P1) berdasarkan tabel Korkhous : ____ mm
Diskrepansi : ____ mm
Kesimpulan: __________________________________________________
______________________________________________________________
3) Howes (dilakukan/tidak, Keterangan : ________________)
Jumlah lebar mesiodistal 16-26 : ____ mm
Jarak pucak tonjol bukal 14-24 : ____ mm
Jarak Interfossa Canina : ____ mm
__________ -
Diskrepansi : ____ mm
Indeks P: Jarak 14-24 x 100% : ____ %
Jml md 16-26
Indeks FC : Jarak IFC x 100% : ____%
Jml md 16-26
Kesimpulan :
1. Lengkung gigi untuk menampung gigi : cukup/tidak cukup/berlebih
2. Lengkung basal untuk menampung gigi : cukup/tidak cukup/berlebih
3. Inklinasi gigi posterior ke arah oklusal : Divergen/konvergen
4. Kasus indikasi ekstraksi/borderline
103
4) Determinasi Lengkung Gigi
Keterangan:
Overjet awal : _____ mm
Retraksi/....
Overjet akhir: _____ mm
104