SGD 2 LBM 5
ANGGOTA KELOMPOK :
LAPORAN TUTORIAL
SGD 2 LBM 5
2
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................................................. 2
Daftar Isi ................................................................................................................................................ 3
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
A. Latar belakang ............................................................................................................................. 4
B. Skenario ...................................................................................................................................... 4
C. Identifikasi Masalah .................................................................................................................... 4
BAB II .................................................................................................................................................... 5
A. Landasan Teori............................................................................................................................ 5
B. Peta konsep ................................................................................................................................. 9
BAB III................................................................................................................................................. 10
Daftar Pustaka .................................................................................................................................... 11
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pasien lansia adalah pasien dengan umur lebih dari 60 tahun, pasien lansia wajarnya
memiliki perubahan fisiologi yang terjadi pada seluruh tubuhnya, khususnya rongg mulut.
Adapun perubahan fisiologi endodontik pasien lansia seperti menyempitnya ruang pulpa,
dengan adanya penyempitan ruang pulpa ini makan akan menyebabkan perubahan fisiologis
pada endodontik yang lainnya.
Perwatan pada lansia tentu beda dengan pasien yang dewasa lebih muda dari lansia,
karena lansia sendiri sudah tidak bisa menerima informasi dengan baik, sehingga
membutuhkan bantuan seperti anaknya. Dengan memperhatikan indikasi dan kontraindikasi
dari perwatan yang di lakukan merupakan keharusan sebelum melakukan perawatan, sehingga
tidak menyebabkan makin parahnya perubahan fisiologis yang terjadi pada lansia
B. Skenario
Pasien lanisa mengeluhkan sakit pada gigi geraham kanan sejak 2 hari yang lalu. Rasa
sakit ini membuat pasien sulit untuk tidur. Pada pemeriksaan intraoral diketahui terdapat
kavitas pada bagian oklusal gigi 24, kedalaman pulpa, CE- , perkusi +, dan palpasi. Hasil Ro
periapikal terlihat karies dengan perforasi pada gigi 24 serta terlihat saluran akar menyempit
dan terputus-putus. Pasien menolak tindakan pencabutan karena menginginkan gigi tetap
dipertahankan.
C. Identifikasi Masalah
1. Apa saja klasifikasi dari kelainan periapikal?
2. Standar pengukuran vitalitas ?
3. Mekanisme pembentukan dentin skunder yg menyebabkan penyempitan pada r.pulpa?
4. Bagaimana penatalaksanaan dari skenario ( triad endodontik ) ?
5. Bagaimana evaluasi pasca treatment endodontik ?
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Apa saja klasifikasi dari kelainan periapikal?
a. Periodontitis apikalis akut : peradangan lokal yang terjadi pada ligamen periodontal
di daerah apikal. Penyebab utama iritasi yang berdifusi dari nekrotik pulpa jar.
Apikal, spt bakteri dan debris. Penyebab lain ada 3
- perluasan penyakit pulpa ke dalam jar periapikal
- Prosedur endodontik : spt pengisian saluran akar melewati slaluran periapikal
- Trauma oklusa; resotasi yg tinggi, bruxism
Jika di perkusi sakit. Terjadi inflamasi di sekitar apeks di sertai gigi karies dan jika
di lakukan p. Radiografi tampak ligamen periodontal yang apikal melebar.
Karakteristik utama : sakit konstan, periodenya sebentar, stimulus dingin sakit
berkurang, di beripanas makin sakit. Sulit di bedakan dari gambaran radiologi
antara kronis dan akut.
Bisa aja misal di dua akar, satu kronis satu akut. Dan yang diambil yg paling parah.
b. Periodontitis apikalis kronis : menunjukan gambaran dasar radiolusen periapikal.
Yang berawal dari penebalan ligamen periodontal dan resorbsi lamina dura yg
kemudia terjadi destruksi tulang periapikal. Diawali akut/ abses apikalis.
c. Abses apikalis akut : merupakan proses inflamasi pada jaringan apikal gigi yang di
sertai pembentukan eksudat. Disebabkan masuknya bakteri, di tandai dengan nyeri
spontan , pembentukan nanah, dan pembengkakan. Pemeriksaan di perkusi
mengalami sakit , namun tes vitalitas tdk merasakan (seolah tidak vital ). Gambaran
radiografi terdapat pelebaran sampai apikal. Pembengkan di vestibulum bukal, lingual
/palatal.
d. Abses apikalis kronis : berkembang tanpa gejala objektif, hanya bisa di ketahui
dengan pemeriksaan radiogrfi, dan adanya fistula di daerah gigi. Lebih lama dari
yang akut. Putus lamina dura, dan kerusakan periadikuler dan interradikuler. Abses
bisa jadi kista
e. Osteosklerosi periapikal / condensing osteitis
Mineralisasi tulang yang berlebihan di sekitar apeks yang di sebabkan karena
inflamai pulpa. Relatif asimtomatik . reaksi pertahanan dari tulang sebab adanya
abses, gambaran radio opak di sekitar lesi, namun dari tulang bukan dari apikal
akarnya.
f. Granuloma, tidak bisa jadi kista
Proses terjaidnya Granuloma
Sembuh abses lagi granuloma ( bisa )
5
Lesi periapikal dapat dari dua sebab
- Pulpa
- Jaringan periodontal
g. Kista
a. Tes termal, merupakan tes kevitalan gigi yang meliputi aplikasi panas dan dingin
pada gigi untuk menentukan sensitivitas terhadap perubahan termal (Grossman,
dkk, 1995).
b. Tes dingin, dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan, yaitu etil
klorida, salju karbon dioksida (es kering) dan refrigerant (-50oC). Aplikasi tes
dingin dilakukan dengan cara sebagai berikut.
Apabila pasien merespon ketika diberi stimulus dingin dengan keluhan nyeri
tajam yang singkat maka menandakan bahwa gigi tersebut vital. Apabila tidak ada respon
atau pasien tidak merasakan apa-apa maka gigi tersebut nonvital atau nekrosis pulpa.
Respon dapat berupa respon positif palsu apabila aplikasi tes dingin terkena gigi
sebelahnya tau mengenai gingiva. Respon negatif palsu dapat terjadi karena tes dingin
diaplikasikan pada gigi yang mengalami penyempitan (metamorfosis kalsium).
Triad endodontik
7
a. Pembukaan akses yang lurus
b. Preparasi biomekanis saluran akar ( pembersihan dan pembentukan sal. Akar )
c. Obsutasi
- Langkap pertama, untuk pembersihan dan pembentukan saluran akar adalah membuat
jalan masuk yang benar ke kamar pulpa yang menghasilkan penetrasi garis lurus ke oritis
sal.akar
- Langkah selanjutnya eksplorasi sal akar ekstirpasi jar. Pulpa yang masih tertinggal dan
debridemen jaringan nekrotik serta verifikasi kedalaman instrumen
- Langkah tsb diikuti dengan instrumentasi, irigasi dan debridemen yg benar serta
desinfeksi sal.akar.
- Setelah orifis di temukan, dilakukan preparasi saluran akar dengan teknik crown.down
pressureless dengan instrumen hand use (protaper ) untuk memudahkan keluar masuknya
instrumen dari dan keluar sal.akar, memudahkan penetrasi debris ke periapeks.
- Langkah terakhir pengisian sal.akar untuk mencegah masuknya mikroorganisme kedalam
saluran akar melalui koronal masuknya mikrooganisme kedalam saluran akar melalui
koronal, Mencegah masuknua cairan jar ke pulpa melalui foramen apikal karena dapat
menjadi media bakteri dan menciptakan lingkungan biologis yang sesuai untuk proses
penyembuhan jaringa.
5. Bagaimana evaluasi pasca treatment endodontik ?
Kriteria keberhasilan
b. Radiografi
- Ligamen periodontal normal
- Tidak ada radiolusen di apeks dan lamina dura normal (untuk melihat ada/ tidak
perforasi pada akar )
- Tidak ada Perforasi gigi, preforasi gigi terjadi karena terdapat jalur yg
menyebabkan adanya hubungan blood vesicle , dengan bahan endodontik kurang
baik
c. Histologi
- Dapat di lakukan jika, untuk penelitian
d. Gigi pasca PSA harus di kontrol secar periodik, 6 bulan sekali
8
B. Peta konsep
GERIATRI
Perforasi
Abses akut
Kista
9
BAB III
KESIMPULAN
10
Daftar Pustaka
- Deepak Nayak U.S. 2014. Endodontic considerations in the elderly. ENDODONTOLOGY
Volume: 26 Issue 1
- M Johnstone. 2015. Endodontics and the ageing patient. Australian Dental Journal. 60:(1
Suppl): 20–27
- SM Balaji. 2013. Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery, 2nd ed, Elsevier : New Delhi
- Mehmet Omer Gorduysus. 2016. Geriatric Endodontics, Clinical Changes and Challenges.
EC Dental Science 7.1: 38-40
- Mitchell, Laura. Dkk. 2014. Kedokteran gigi klinik. Jakarta: ECG. Hal 286 Triharsa, Surya.
Dkk. 2013. Perawatan Saluran Akar Satu Kunjungan Pada Pulpa Nekrosis Disertai Restorasi
Mahkota Jaket Porselin Fusi Metal dengan Pasak Fiber Reinforced Composit (Kasus Gigi
Insisivus Sentralis Kanan Maksila). Program Studi Konservasi Gigi PPDGS Fakultas
Kedokteran Gigi Univeristas Gadjah Mada. Maj Ked Gi.20(1): 71-77. Bachtiar, Zulfi Amalia.
2016. Perawatan saluran akar pada gigi permanen anak dengan bahan gutta percha.
Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Anak, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara, Medan : Jurnal PDGI 65 (2) Hal. 60-67
11