MODUL 6.1
Commented [rsh1]: Tulis miring semua Bahasa dan istilah asing
ORAL SURGERY
1
Printed in
Semarang
Edisi: 1
Designed by: team Blok
Cover Designed by: team Blok
Published by Faculty of Dentistry, Islamic Sultan Agung University
All right reserved
This publication is protected by Copyright law and permission should be obtained from
publisher prior to any prohibited reproduction, storage in a retrieval system, or transmission in
any form by any means, electronic, mechanical, photocopying, and recording or likewise
Tim Modul :
1. Drg. Eko Hadianto MDSc.
2. Drg. Adisty Restu Poetry Sp.Orth.
Reviewer :
1. Drg. Recita Indraswary MSc.
Tutor Modul :
1. SGD 1: Drg. Tahta
2. SGD 2: Drg. Shella I Sp.Orth
3. SGD 3: Drg. M. Yusuf Sp.Rad.Om
4. SGD 4: Drg. M. Muhtar S.
5. SGD 5: Drg. Budi S Sp.Orth
6. SGD 6: Drg. Niluh RP Mkes.
7. SGD 7: Drg. Rahmat Hidayat Sp.Prost
8. SGD 8: Drg. M Dian F MSc (DMS)
KONTRIBUTOR
1. Drg. M. Yusuf Sp.Rad.Om
2
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT Rob yang telah memberikan
karunia kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan blok Oral Surgery. Pada blok ini akan
dibahas tentang manajemen perawatan bedah di kedokteran gigi, yang terdiri dari pembuatan flap,
perawatan kista, tindakan ekstraksi dengan penyulit, tindakan odeontektomi, ginggivectomi,
alveolectomi dan perawatan fraktur alveolar yang akan mendasari keterampilan mahasiswa di
dalam penatalaksanaan yang akan dilakukan terhadap kelainan-kelainan tersebut.
Keterampilan bedah mulut dasar dan bedah periodontal merupakan basis ilmu utama yang
diajarkan pada blok ini. Dalam modul ini melibatkan banyak pengetahuan dari kuliah pakar karena
tindakan bedah di kedokteran gigi bersifat kompleks dan membutuhkan keterampilan spesialis,
namun sebagai mahasiswa kedokteran gigi perlu memahami dan memiliki ketrampilan tersebut.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan modul ini. Oleh
karena itu, saran-saran dari tutor, pengampu kuliah pakar maupun dari mahasiswa akan kami
terima dengan terbuka.Semoga apa yang kami sampaikan di dalam blok ini, dapat memberi bekal
yang bermanfaat bagi pendidikan kedokteran gigi dan juga kelak ketika menjadi dokter gigi.
3
1. Mahasiswa harus hadir di ruang skill lab/praktikum pada waktu yang telah ditentukan
dengan batas toleransi keterlambatan maksimal 20 menit.
2. Mahasiswa WAJIB berpakaian dan bersepatu rapi serta memakai jas praktikum.
3. Mahasiswa tidak diperkenankan meninggalkan ruangan tanpa seizin pembimbing.
4. Mahasiswa yang tidak hadir harus izin pada pembimbing.
5. Sebelum skills lab/ praktikum dilakukan, mahasiswa WAJIB membaca petunjuk
praktikum/skilllab.
6. Setiap praktikum/skills lab harus membawa kain bersih (putih) +/- ukuran 40 x 40 cm yang
akan digunakan untuk alas pada meja praktikum.
7. Selama skills lab berlangsung, mahasiswa WAJIB menjaga kebersihan dan ketenangan
ruangan.
8. Mahasiswa wajib menjaga peralatan yang disediakan
9. Kerusakan / kehilangan yang terjadi harus segera dilaporkan kepada petugas. Bila tidak
dilaporkan, kemudian diketahui oleh petugas/pembimbing, mahasiswa yang bersangkutan
akan menerima sanksi tambahan.
10. Sebelum bekerja menggunakan alat-alat, wajib mempelajari terlebih dahulu serta mengerti
cara penggunaannya
SANKSI
Mahasiswa yang tidak mematuhi tata tertib diatas akan diberikan sanksi akademik sesuai dengan
jenis pelanggarannya.
4
Kelulusan OSCE didasarkan pada kelulusan tiap station. Jika mahasiswa tidak lulus pada
station tertentu, mahasiswa diwajibkan mengulang dan nilai skill belum dapat dikeluarkan
sebelum mahasiswa lulus skill tersebut.
Kaprodi PSPDG
ACC form
penggantian KBM
5
DAFTAR SKILL LAB MODUL 6.1
Durasi
No Materi Skill Lab Departemen
(menit)
1 Pembuatan Flap Dan Suturing Bedah Mulut 170
6
PETUNJUK SKILL LAB
MODUL 6.1
7
LBM 1
TEMA 1 : DESAIN FLAP INTRAORAL
1. Suplaidarah
a. Basis lebih besar dibanding tepi bebasnya
8
KETERANGAN GAMBAR
A. Dimensi dasar flap (x) tidak boleh kurang dari dimensi tinggi (y), dan sebaiknya tutup harus memiliki x = 2y.
B. Saat dilepaskan, sayatan digunakan untuk membuka flap dari dua sisi, sayatan harus dirancang agar suplai darah
maksimum dengan membuatdasar yang lebar. Desain di sebelah kiri adalah benar, desain di sebelah kanan adalah
salah.
C. Ketika “buttonhole” muncul dekat tepi bebas flap, suplai darah ke jaringan pada sisi lubang sangat rentan.
2. Persarafan : Desain diusahakan menghin dari saraf yang terletak di dalam terutama n.
mentalis (Pederson, 2012).
3. Tepi flap harus didukung tulang, untuk mencegah dehiensi
4. Ukuran adekuat (Ukuran tidak boleh terlalu kecil/besar)
5. Ketebalan adekuat untuk flap periosteal
Handling instrument
Ketrangan Gambar :
A. Metode pembuatan sayatan dengan pisau bedah no.15. pada gambar gerakan scalpel dibuat dengan
menggerakkan pergelangan tangan tanpa menggerakkan keseluruhan lengan.
B. Saat membuat lapisan jaringan yang kemudian akan di jahit kembali pisau harus selalu berada pada posisi
perpendicular terhadap permukaan jaringan untuk menghasilkan tepi luka yang tegak lurus. Menggenggam
pisau pada sudut manapun selain sudut 90oterhadap permukaan jaringan menghasilkan potongan yang obliq
yang akan sulit untuk ditutup dengan baik dan menghalangi suplai darah dan tepi penyembuhan luka
9
Penggunaan alat
Cara memasang skelpel
1. Pakai Alat 2. Pakai Tangan
10
Skalpel besar
2. Pinset
Gambar: Cara memegang pinset yang benar (kiri) cara memegang pinset yang salah (kanan).
11
DESAIN FLAP
Terdapat tiga jenis flap envelope, yaitu:
1) Triangular flap
2) Rectangular flap
3) Contiguous
b. Semilunar
Gambar Flap semilunar, dibuat untuk menghindari margin gingiva cekat saat
bekerja pada apeks gigi. Saat berguna saat dibutuhkan akses yang kecil.
12
Keterangan Gambar :
(A). Ilustrasi oroantral fistula regio molar kedua prosessus alveolaris maksila kanan. Outline iInsisi untuk penutupan
fistula dengan bukal flap. Traktus fistula secara otomatis akan ikut tereksisi, tepi flap cukup luas untuk menutup tulang
yang mengalami kerusakan
(B) Elevated buccal flap. Flap disingkap ke arah vestibula labial jika diperlukan periosteum akan diinsisi untuk
membantu meregenerasi jaringan lunak pada penutupan tulang yang mengalami kerusakan.
(C) edvanced and sutured buccal flap. Flap diposisikan dengan tekanan minimal, tepinya didukung oleh tulang di
bawahnya untuk penutupan fistula yang efektif.
( D) Bukal flap telah disingkap dan perioteum di bawahnya diinsisi untuk meningkatkan mobilitas flap
( E) Bukal flap telah menutupi prosssus alveolaris dan disuturing ke mukosa palatal untuk menutup traktus fistula.
Pengurangan tulang alveolar pada permukaan fasial alveolus dilakukan untuk menempatkan flap pada posisi barunya.
Kerugian penutupan bukal flap adalah berkurangnya kedalam labio vestibular.
(F), gambaran klinis dari kerusakan oroantral yang terjadi selama pencabutan gigi molar kedua. (G) bukal flap telah
diangkat dan menyisakan prosessus alveolaris dan kerusakan tulang oroantral.
(H) bukal flap telah menutupi kerusakan tulang di prosessus alveolaris dan dijahitkan ke mukosa palatal. Tepi flap
didukung oleh tulang alveolar.
(A) ilustrasi traktus fistula oroantral di prosessus alveolaris gigi molar kedua kanan atas yang akan ditutup dengan rotasi palatal
flap. Arteri palatinus anterior harus disertakan dalam flap untuk menyediakan suplai darah yang akan ditransposisikan ke jaringan
lunak.
(B) Jaringan lunak di sekitar pembukaan oroantral dieksisi , memperlihatkan tulang alveolar di sekelilng kerusakan tulang.
Dilakukan insisi pada palatal flap kemudian palatal flap diangkat dari anterior ke posterior. Mukoperiosteum diangkat seluruhnya,
dasar flap harus lebih luas, dan melibatkan arteri palatinus anterior. Lebar flap harus cukup untuk menutup kerusakan tulang di
sekitar pembukaan oroantral , panjangnya harus cukup untuk rotasi flap dan mereposisi flap tanpa tekanan.
(C) palatal flap telah dirotasi menutupi kerusakan tlang di prosessus alveolaris dan dijahit kembali ke posisinya. Tulang yang
terekspos di palatal sesudah rotasi flap akan sembuh dengan ketidaknyamanan minimal dan sedikit/tanpa perubahan anatomi
jaringan lunak normal.
13
TEKNIK SUTURING
Prinsip-prinsip suturing
Handling instrument pada teknik suturing Needle Holder
Jarum dipegang tidak dengan jari tetapi dengan memakai needle holder. Jarum dipegang pada
sepertiga pangkal kurang lebih 1-2 mm dari ujung needle holder. Posisi needle holder dapat berada
dalam:
- Pronasi, pada waktu menusuk dan mengambil jarum
- Mid Position, pada waktu pengambilan jarum siap pakai
- Supinasi, tidak dianjurkan dipakai untuk pengambilan jarum
Gambar. Cara memegang jarum dengan needle holder, jarum dipegang pada sepertiga pangkal
14
Gambar. Alur mekanik needle holder
15
Gambar. Needle Hoder- Cara Menjahit
Dianjurkan pada penutupannya dimulai di tengah dan dilanjutkan setiap pertengahan dari
incisi yang tersisa. Arah jarum yang tegak lurus dengan permukaan kulit dan juga tegak
lurus sayatan kulit. Jarak masuk dan keluarnya jarum dari tepi sayatan sama dengan dalamnya
jaringan yang diambil (x) dan jarak antar jahitan sama dengan dua kali jarak tersebut.
16
Gambar. Kedalaman dan jarak tusukan dengan garis insisi pada insisi linear.
b. Insisi Elips
Cara menjahit insisi elips tidak boleh dimulai dari tengah tetapi harus dari kedua ujung
insisi, berakhir di tengah, jahitan tidak boleh sekaligus tetapi harus duakali karena arah
jarum harus tegak lurus dengan tepi insisi, dan untuk menghin dari regangan dapat
17
C. Jenis-Jenis Suturing
1) Jahitan Terputus/Interrupted
a. Simple Interrupted
2. Mattress Interrupted
18
Teknik Vertikal Mattress Interrupted
2) Teknik Continues
19
3. Mattress Continous
20
Gambar. Cara melepas jahitan (menggunting benang)
DAFTAR PUSTAKA
Urolagin, S.B., Kale, T.P., Patil, S., 2012, Intraoral Incision, Design of Flaps and Managementof
Soft Tissue, www.guident.net.htm, diunduh tanggal 12/3/2013
22
PETUNJUK SKILL LAB
MODUL 6.1
Mahasiswa Kampus
24
Prosedur Enukleasi Kista
1. Lakukan prosedur pembuatan flap
2. Lakukan desain rectangular mucoperiosteal flap
3. Lakukan akses ke kista melalui labial/bukal plate of bone, dan meninggalkan alveolar
crest tetap utuh untuk memastikan tinggi tulang adekuat setelah penyembuhan.
4. Lakukan akses ke kista melalui pembuatan osseus window menggunakan bur tulang
round hingga didapatkan akses yang cukup
5. Lakukan enukleasi kista menggunakanthin-bladed curettage untuk memotong
conective tissue layer dinding kista dari kavitas tulang. Dilakukan tanpa menyobek
atau menusuk jaringan kista
6. Permukaan cekung kuret harus selalu menghadap ke kavitas tulang, sedangkan bagian
yang cembung melakukan pemotongan/pelepasan kista. Tahap ini harus dilakukan
dengan sangat hati-hati untuk menghindari hancurnya kista. Terlebih lagi, kista akan
lebih mudah terlepas dari kavitas tulang saat intracystic pressure dijaga.
7. Saat kista telah berhasil diangkat, lakukan pemeriksaan kembali pada kavitas untuk
menghindari adanya jaringan kista yang tertinggaldengan cara mengirigasi dan
mengeringkan kavitas dengan gauze. Jaringan kista yang tersisa diangkat dengan
kuret.
8. Lakukan penghalusan daerah-daerah tepi kavitas tulang dengan bone file sebelum
ditutup.
9. Lakukan prosedur suturing pada daerah operasi.
10. Kavitas tulang akan berisi blood clots, yang akan menghilang seiring berjalannya
waktu. Gambaran radiografis akan pertumbuhan tulang akan tampak dalam waktu 6
hingga 12 bulan.Diperlukan perawatan ekstraksi/endodonti jika kista melibatkan gigi.
11. Kontrol
Jahitan dibuka kurang lebih 10 hari setelah operasi, dimana oedema pada tepi luka
telah menghilang.
b. Marsupialisasi
25
1) Definisi
Marsupialisasi adalah membuat suatu “jendela” pada dinding kista dalam
pembedahan, mengambil isi kistanya dan memelihara kontinuitas antara kista dengan
rongga mulut, sinus maksilaris atau rongga hidung.
2) Indikasi
Faktor-faktor ini harus diperhatikan sebelum memutuskan perawatan
marsupialisasi :
a) Jumlah kerusakan jaringan jika letak kista berdekatan dengan struktur anatomis
yang vital, perawatan dengan enukleasi akan mengakibatkan kerusakan jaringan
yang tidak perlu. Sebagai contoh, jika enukleasi akan menyebabkan fistula pada
sekitar rongga hidung atau dapat menyebabkan kerusakan jaringan saraf (saraf
alveolar inferior), serta dpat menyebabkan devitalisasi dari gigi yang vital.; maka
marsupialisasi diperlukan.
b) Akses pembedahan jika akses pembedahan sulit dicapai, maka biasanya bagian
dari dinding kista akan tertinggal, menyebabkan rekurensi. Karena hal itu,
marsupialisasi dapat dipertimbangkan
c) Membantu erupsi gigi jika gigi yang belum bererupsi terlibat dengan kista
(dentigerous cyst) dan gigi tersebut dibutuhkan untuk kestabilan lengkung dental,
maka marsupialisasi dapat membanu akses erusi gigi tersebut
d) Besar/tidaknya tindakan bedah jika pasien kista memiliki penyakit sistemik atau
tingkat stress yang tinggi, dapat dipilih marsupialisasi, karena caranya mudah dan
tidak menimbulkan stress yang besar
e) Ukuran kista pada ukuran kista yang sangat besar, enukleasi dapat menyebabkan
resiko patahnya tulang rahang. Maka itu dapat dipilihkan marsupialisasi dan
dilakukan enukleasi setelah adanya pengisian kembali oleh tulang gigi
f) Kerugian dari marsupialisasi adalah kemungkinan tertinggalnya jaringan yang
patologis, tanpa adanya pemeriksaan histopatologi. Walaupun setelah pengeluaran
isi kista dapat dilakukan pemeriksaan histopatologi, tetapi lesi yang lebih agresif
dapat tertinggal pada jaringan kista yang tersisa. Selain itu pasie n juga harus
memperhatikan kebersihan rongga kista, karena biasanya debri makanan
terperangkap disana. Untuk itu, pasien harus rutin mengirigasi kavitas kista bebrapa
kali dalam sehari, sampai bebrapa bulan selanjutnya, tergantung pada besarnya
ukuran kista dan laju pengisian tulang.
26
3) Prosedur Marsupialisasi
a. Lakukan prosedur anestesi infiltrasi
b. Lakukan Insisi inisial dengan bentuk sirkular atau eliptik (1 cm atau lebih) pada
kavitas kista.
c. Jika tulang telah terekspansi dan menjadi tipis karena kista, maka insisi dilakukan
dari tulang menuju kavitas kista.
d. Bila sisa tulang masih tebal, osseous window dibuat dengan bur tulang atau rongeur.
e. Isi kista dibuang/dirujuk untuk pemeriksaan PA dan bila mungkin dilakukan
pemeriksaan visual pada lapisan jaringan kista yang tersisa.
f. Lakukan irigasi kista dilakukan untuk membuang sisa fragmen dan debris.
g. Lakukan suturing pada dinding kista bila ada ketebalan yang cukup dari dinding
kista, daerah di sekitar dinding kista dapat dijahit pada mukosa mulut.
h. Lakukan deept pada kavitas menggunakan gauze yang telah dioleskan betadine atau
salep antibiotik.
i. (Tidak dilakukan pada skillab ini) Setelah terjadi initial healing (+/- 1 minggu),
lakukan pencetakan pada rongga mulut untuk membuat obturator dari akrilik.
Tujuan penggunaan obturator ini ialah untuk mencegah masuknya makanan ke
dalam kavitas. Obturator ini dilepas saat tidur untuk mencegah agar tidak tertelan.
Obturator ini harus dikurangi ukurannya seiring dengan terisinya kavitas oleh
tulang.
j. Marsupialisasi jarang digunakan sebagai bentuk tunggal perawatan kista.Biasanya
diikuti dengan enukleasi ketika lesi kista sudah mengecil.
27
BIOPSI
Prinsip Biopsi
Biopsi adalah pengambilan specimen baik total maupun sebagian untuk pemeriksan
mikroskopis dan diagnosis. Merupakan pemeriksaan diagnostic terakhir setelah pemeriksaan
klinis, radiologis, laboratoris, sitologi mulut, namun belum dapat ditegakkan diagnosis. Semakin
lengkap informasi yang disampaikan kepada ahli patologi, biasanya meliputi diagnosis klinis,
deskripsi lesi berdasarkan lokasi, durasi, warna, tekstur, konfigurasi, konsistensi, mobilitas,
patologi atau limfadenopati dan gambaran radiografis, maka laporan akan lebih akurat.
TAHAPAN PEKERJAAN
a. Biopsi Eksisi
Digunakan untuk pengambilan lesi kecil dengan diameter lesi sekitar 1 cm yang secara
klinis merupakan lesi jinak
1. Anaestesi daerah biopsi dengan melakukan suntikan pada pinggir dan dasar lesi
2. Lakukan insisi elips horizontal kurang lebih 3 mm dibawah pinggiran lesi Insisi cukup
dalam untuk mengikut sertakan dasar lesi
3. Diseksi mukosa dan submukosa sampai dasar lesi sehingga seluruh lesi bisa terangkat
dan masukkan kedalam formalin 10% secara hati-hati, jangan sampai jaringan biopsi
rusak
4. Kemudian luka dijahit dan lakukan instruksi paska tindakan
28
b. Biopsi insisi
Digunakan untuk pengambilan lesi kecil dengan diameter lesi sekitar >1 cm yang secara
klinis merupakan lesi jinak
1. Anaestesi daerah biopsi dengan melakukan suntikan pada pinggir dan dasar lesi
2. Lakukan insisi horizontal kurang lebih 3 mm dibawah pinggiran lesi Insisi cukup
dalam untuk mengikut sertakan dasar lesi
3. Diseksi mukosa dan submukosa sampai dasar lesi sehingga sebagian lesi bisa terangkat
dan masukkan kedalam formalin 10% secara hati-hati, jangan sampai jaringan biopsi
rusak
4. Kemudian luka dijahit.
29
Diisi oleh Petugas
La yan an Bi opsi
Depar t em en Pen ya ki t Mul ut Nomer Spesimen Tanggal spesimen diterima
RSIGM Sul tan Agung
Jl. Raya Kaligawe Km.4 Semarang, Telp (024) 658 1803
Dat a Pasi en
Nama Lengkap
Telepon/HP:
Laki-laki
Alamat Rumah
Perempuan
Dat a Spesim en 4
Alamat Fax
Riwayat Lesi:
Gambaran Klinis:
Lokasi:
Diagnosa Klinis:
Tan ggal :
Tt d :
Nama :
30
PETUNJUK SKILL LAB
MODUL 6.1
31
OPEN METHODE EXTRACTION
Mahasiswa Kampus
Bone File
32
2. SURGICAL CURETTE
3. SCALPEL
Handle and Blade
4. PERIOSTEAL ELEVATORS
5. SCISSOR
Gum Scissors
Suture Scissors
6. SUTURING INSTRUMENTATION
Needle Holder
Needles
33
a) Cross-sectional view of needles: (1), oval tapered (2), cutting (3, triangular with oneof the three
cutting edges on the inside of the semicircle), reverse-cutting (4, triangular with two cutting
edges on the inside of the semi-circle).
b) Size of needle compared to regular circle: one-quarter of a circle (1), three-eighths of a circle(2),
half a circle (3), three-quarters of a circle (
Sutures
7. BONE BURS
TAHAPAN PEKERJAAN
1. Pembuatan flap mukoperiosteal
a. Menentukan design flap
Envelop atau trapezium flap digunakan untuk gigi maksila akar ganda, sedangkan triangular flap
digunakan untuk ekstraksi gigi berakar tunggal
b. Insisi dilakukan dengan scalpel secara continous, ujung skalpel secara konstan berkontak dengan
tulang.
c. Insisi vertikal dibuat mulai dari vestibulum bukal mengarah ke gingiva papila interdental
d. Lebar flap disesuaikan sehingga operator dapat melihat dengan jelas daerah operasi
34
e. Basis flap dibuat lebih lebar dibandingkan apex (free gingival margin). Hal ini bertujuan menjaga
blood supply gingiva
f. Insisi dibuat sepanjang sulkus gingiva untuk pertimbangan estetik (jika pada gigi anterior)
g. Selama prosedur tidak boleh menarik dan menghancurkan flap, karena aliran darah dan proses
penyembuhan akan terganggu
3. Pembelahan gigi dilakukan menggunakan bur diamond fissure. Pembelahan gigi dilakukan dengan
membuat groove vertikal dari bifurkasi ke arah mahkota
5. Pembersihan soket dengan kuretase dan penghalusan tulang dengan menggunakan bone file, irigasi
dengan saline
6. Suturing
35
PETUNJUK SKILL LAB
MODUL 6.1
36
ODONTEKTOMI MOLAR 3 BAWAH (I)
Sasaran Pembelajaran Skillab :Mampumelaksanakan tatalaksana open method extraction
-
benang
25. . Spongostan
26. aquadest
37
27. Spuit 10 ml untuk drainage
28. Spuit 3 cc
29. Pehacain adrenalin 2%
30. 39. Bone file no. 25
Gambaran kelas
I:
horisontal
distoangular
mesioangular
KELAS II:
mesioangular
horisontal
38
vertikal
KELAS III
mesioangular • vertikal
horisontal
Preodontektomi :
-Klinis : * Status Lokalis: intra oral & ekstra oral
* Status generalis: keadaan umum, vital sign, sistemik
* Radiografis
- Kepastian impaksi
- Klasifikasi
- Dimensi bukolingual
- Akar : bentuk, ukuran, jumlah, posisi
- Struktur sekeliling
- Ketebalan tulang
- Relasi kanalis mandibularis
-Rencana Menyeluruh :
- pola flap
-pengurangan tulang
- arah dan tehnik
- arah pengeluaran gigi
PROSEDUR TINDAKAN
1. Prinsip dasar bedah: Kondisi asepsis meliputi alat, bahan, operator, area pembedahan.
39
Tehnik
Dimulai dari pusat
Gerakan melingkar sentripetal
Dari dalam secara bertahap ke arah luar ( membawa paket debris ),
tidak boeh diulang-ulang
Berlawanan arah jarum jam
Dengan tekanan yang memadai
2. Anaestesi
Lakukan prosedur anestesi lokal (blok dan infiltrasi bukal).
3. Prosedur Odontektomi 38 ; 48
1. Pasien dianaestesi lokal
2. Tutup mata
3. Disinfeksi daerah operasi : intra oral dan ekstra oral
4. Pasang doek steril atas
5. Pasang doek streril bawah
6. Pastikan stadium anaestesi
7. Suction daerah orofaring
8. Cuci rongga mulut
9. Olesi vaselin
10. Insisi : Blade 15
Handle no 3
11. Insisi vertical region distobukal 37; 47 menyusur marginal sampai distal 38; 48
Insisi envelope/amplop sdigunakan untuk membuka jaringan lunak mandibula dalam pencabutan
gigi impaksi molar tiga. Perluasan insisi ke posterior harus divergen ke arah lateral agar tidak
terjadi perlukaan saraf lingual.
Jika digunakan flap tiga-sudut, insisi bebas dibuat pada aspek mesial gigi molar dua.
40
Insisi envelope dibuka ke arah lateral sehingga tulang yang menutupi gigi impaksi terbuka.
Saat flap jaringan dibuka pada insisi pembebas, akan diperoleh lapangan pandang yang lebih
luas, terutama pada aspek apikal daerah pembedahan
14. Bur tulang + irigasi Nacl O,9%
Setelah jaringan lunak dibuka, tulang yang menutupi permukaanoklusal gigi dibuang
menggunakan bur fissure atau chisel tangan
Kemudian, tulang pada aspek bukal dan distal gigi impaksi dibuang menggunakan bur.
41
- bengkak - perdarahan
- trismus - dry socket
- Komplikasi :
- Infeksi - Lepas atau rusak gigi tetangga
- Gangguan sensasi ; - Fraktur angulus mandibula
- kanalis Mandibularis
- trauma n. Lingualis
- Melukai vaskuler sekitar
- Faktor Penyulit
- bentuk akar abnormal - hipersementosis
- dekat kanalis mandibularis - pasien manula
- ketebalan tulang berlebihan
- ruang folikuler terisi tulang
- faktor lain :
- mulut kecil
- lidah besar
- hipersalivasi
- bukaan mulut tidak bisa lebar
- perdarahan berlebihan
42
PETUNJUK SKILL LAB
MODUL 6.1
GINGGIVECTOMY
LBM 3
TEMA 1 : Ginggivectomy
Mahasiswa Kampus
Gingivektomi: teknik bedah periodontal yang bertujuan untuk mengeliminasi adanya poket
gingiva, yang meliputi tindakan eksisi gingiva serta pembentukan kembali gingiva
pada kontur normalnya
Gingivoplasti: teknik pembentukan gingiva kembali, hingga dapat mencapai bentuk kontur
fisiologis (rekonturing)
44
Indikasi Gingivektomi:
Kontraindikasi Gingivektomi:
Keterangan
45
A. Discontinuous incision apical to bottom of the pocketbegins on the molar and indicated by pinpoint
markinganteriorly without interruption
B. Continuous incisionextend
4. Lakukan insisi gingiva
Macam sediaan:
46
PETUNJUK SKILL LAB
MODUL 6.1
ALVEOLECTOMY
Tipe-Tipe Alveolektomi:
1. Alveolektomi pada Gigi Tunggal (dimana gigi yang lain sudah tidak ada)
Dilakukan karena daerah yang lama tak bergigi sudah mengalami resorbsi, sehingga bila
gigi tersebut dicabut tampak proc alveolaris yang lebih menonjol. Alveolektomi pada gigi tunggal
dimana yang lain sudah tidak ada.
Tahap – tahap:
1. (gigi dalam kondisi sudah tercabut) Lakukan prosedure pembuatan flap bentuk Envelope
2. lakukan pembukaan flap dengan rasparatorium
48
3. Lakukan pemotongan processus alveolaris yang menonjol dengan knabel tang arah pararel
hingga rata dengan bagian yang resorbsi
4. Lakukan penghalusan dengan bone file
5. Lakukan irigasi dengan NaCl steril
6. Lakukan rekonturing flap
7. Lakukan penjahitan flap
2. Alveolektomi setelah Pencabutan Multiple (Alveolectomy Dean’s)
Dilakukan karena tulang antar akar tampak menonjol setelah gigi-gigi dicabut
sehingga dapat dilakukan pencetakan dengan baik. Meliputi pengurangan tulang intraseptal
dan reposisi tulang kortikal bagian bukal. Teknik ini baik digunakan untuk ridge dengan
bentuk normal, tinggi cukup, tetapi terdapat undercut pada bagian vestibulum di labial.
Adapun kerugian adalah mengurangi ketebalan ridge.
Tahap-tahap Alveolectomy Dean’s:
a. b.
c.
d.
e.
f.
Tahap-tahap:
Tahap-tahap:
50
6. Instruksi kepada pasien pasca dilakukan tindakan alveolectomy.
7. Berikan resep obat.
a. b.
c. d.
e.
51
a. b. c.
a.
b.
c.
52
PETUNJUK SKILL LAB
MODUL 6.1
53
TEMA 3 : Wire Composite Splinting
Mahasiswa Kampus
b) Merubah tekanan yang diterima oleh gigi yang dulu bersifat patologis menjadi fisiologis yang
merupakan tekanan yang bersifat stimulasi
Indikasi Splint:
a) Jaringan pendukung gigi sekurang-kurangnya 1/3 akar merupakan jaringan yang masih sehat
b) Estetika lebih baik
c) Tidak mengganggu oklusi
d)Stabil dan efisien
e)Jumlah minimal gigi yang harus dilakukan splint
f) Tidak menyebabkan iritasi dan mudah dibersihkan
Tahap pekerjaan Wire Composite Splint
1. Semprotkan air (distile water), chlorhexidine atau saline dengan menggunakan syringe / spuit
untuk membersihkan gigi geligi yang akan dilakukan splinting
2. Reposisi gigi menggunakan ujung jari atau menggunakan tang
54
3. Apabila dirasa ada perubahan posisi pada tulang alveolar sekitar gigi, maka reposisi tulang
alveolar dilakukan dengan menekan bagian bukal dan lingual.
4. Apabila ada gingival yang robek, dijahit dulu.
5. Lakukan etching pada 2 atau 1 gigi sebelah distal atau 1 gigi sebelah mesial dari gigi yang
goyang dan gigi yang goyang. Etching dilakukan pada bagian bukal gigi, setinggi ½ mahkota
gigi
6. Biarkan cairan etsa selama 20 detik, kemudian bilas dengan air hingga bersih
7. Semprotkan udara pada gigi geligi yang sudahdilakukan etching hingga enamel gigi kering dan
nampak berwarna putih
8. Ukurlah kawat stainless steel sepanjang gigi geligi yang akan dilakukan splinting, dan bentuk
lah sesuai dengan lengkung gigi geligi tersebut dan melewati pada bagian enamel yang telah
dilakukan etching. Untuk membentuk kawat gigunakan tang adams dan tang koil. Ujung-ujung
kawat berakhir pada bagian aksial gigi dan dibentuk bulat.
9. Aplikasikan bonding pada gigi geligi yang telah dilakukan etching dan lakukan light curing
Aplikasikan composite pada gigi geligi yang sudah dilakukan bonding
10. Letakkan kawat pada gigi yang sudah diberi composite dan lakukan light curing.
55
PETUNJUK SKILL LAB
MODUL 6.1
DENTAL WIRING
56
TEMA : DENTAL WIRING
FIKSASI GIGI PADA FRAKTUR RAHANG
57
5. Kawat aktif dibentuk mirip jepit rambut.
6. Kawat aktif dimasukkan dari arah palatinal/lingual sebelah apikal dan incisal dari kawat
pasif ke arah labial melalui daerah titik kontak.
7. Kedua ujung kawat aktif ditautkan dan diplintir
searah jarum jam sambil ditarik.
8. Potong kawat aktif dari ujungnya yang diplintir
sepanjang 3-4 mm dan selempitkan ke arah
interdental supaya tidak melukai bibir dan
gingiva.
9. Lakukan cara yang sama pada ke 4 kawat aktif yang
lainnya.
58
3. Potong kawat 3-4 mm, bengkokkan dan selempitkan pada interdental.
59
PETUNJUK SKILL LAB
MODUL 6.1
60
Tema 3: Radiograph Evaluation Of Facial Fracture
SasaranPembelajaran :Mahasiswa Mampu melakukan interpratasi radiografi fraktur fasial
Tujuan Pembelajaran :
1. Melatih mahasiswa dalam melakukan analisis dan pembacaan fraktur rahang
2. Melatih mahasiswa dalam mengidentifikasi fraktur berdasarkan klasifikasinya
Alat dan bahan
Disediakan mahasiswa Disediakan Kampus
Alat tulis dan kantor 1. Viewer radiograf
2. Foto radiografi
KETERAMPILAN YANG HARUS DISELESAIKAN
1. Melakukan penilaian terhadap kualitas radiograf
2. Melakukan evaluasi radiograf pada fraktur wajah
Prosedur Skillab
1. Dalam 1 SGD dibagi menjadi 5 kelompok
2. Lakukan analisis radiografi yang telah disediakan
3. Analisis dilakukan di lembar kerja yang sudah disediakan dalam waktu 90 menit
4. Lakukan presentasi hasil diskusi di setiap kelompok dalam waktu 70 menit
61