Anda di halaman 1dari 61

Edisi 1

BUKU PETUNJUK SKILLS LAB MODUL 6.1


ORAL SURGERY

MODUL 6.1
Commented [rsh1]: Tulis miring semua Bahasa dan istilah asing
ORAL SURGERY

BUKU PETUNJUK SKILLS LAB

Fakultas Kedokteran Gigi


Universitas Islam Sultan Agung
2019

Copyright @ by Faculty of Dentistry, Islamic Sultan Agung University.

1
Printed in
Semarang
Edisi: 1
Designed by: team Blok
Cover Designed by: team Blok
Published by Faculty of Dentistry, Islamic Sultan Agung University
All right reserved

This publication is protected by Copyright law and permission should be obtained from
publisher prior to any prohibited reproduction, storage in a retrieval system, or transmission in
any form by any means, electronic, mechanical, photocopying, and recording or likewise

Tim Modul :
1. Drg. Eko Hadianto MDSc.
2. Drg. Adisty Restu Poetry Sp.Orth.
Reviewer :
1. Drg. Recita Indraswary MSc.

Tutor Modul :
1. SGD 1: Drg. Tahta
2. SGD 2: Drg. Shella I Sp.Orth
3. SGD 3: Drg. M. Yusuf Sp.Rad.Om
4. SGD 4: Drg. M. Muhtar S.
5. SGD 5: Drg. Budi S Sp.Orth
6. SGD 6: Drg. Niluh RP Mkes.
7. SGD 7: Drg. Rahmat Hidayat Sp.Prost
8. SGD 8: Drg. M Dian F MSc (DMS)

KONTRIBUTOR
1. Drg. M. Yusuf Sp.Rad.Om

2
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT Rob yang telah memberikan
karunia kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan blok Oral Surgery. Pada blok ini akan
dibahas tentang manajemen perawatan bedah di kedokteran gigi, yang terdiri dari pembuatan flap,
perawatan kista, tindakan ekstraksi dengan penyulit, tindakan odeontektomi, ginggivectomi,
alveolectomi dan perawatan fraktur alveolar yang akan mendasari keterampilan mahasiswa di
dalam penatalaksanaan yang akan dilakukan terhadap kelainan-kelainan tersebut.
Keterampilan bedah mulut dasar dan bedah periodontal merupakan basis ilmu utama yang
diajarkan pada blok ini. Dalam modul ini melibatkan banyak pengetahuan dari kuliah pakar karena
tindakan bedah di kedokteran gigi bersifat kompleks dan membutuhkan keterampilan spesialis,
namun sebagai mahasiswa kedokteran gigi perlu memahami dan memiliki ketrampilan tersebut.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan modul ini. Oleh
karena itu, saran-saran dari tutor, pengampu kuliah pakar maupun dari mahasiswa akan kami
terima dengan terbuka.Semoga apa yang kami sampaikan di dalam blok ini, dapat memberi bekal
yang bermanfaat bagi pendidikan kedokteran gigi dan juga kelak ketika menjadi dokter gigi.

Tim Penyusun Modul

TATA TERTIB SKILLS LAB DAN PRAKTIKUM

3
1. Mahasiswa harus hadir di ruang skill lab/praktikum pada waktu yang telah ditentukan
dengan batas toleransi keterlambatan maksimal 20 menit.
2. Mahasiswa WAJIB berpakaian dan bersepatu rapi serta memakai jas praktikum.
3. Mahasiswa tidak diperkenankan meninggalkan ruangan tanpa seizin pembimbing.
4. Mahasiswa yang tidak hadir harus izin pada pembimbing.
5. Sebelum skills lab/ praktikum dilakukan, mahasiswa WAJIB membaca petunjuk
praktikum/skilllab.
6. Setiap praktikum/skills lab harus membawa kain bersih (putih) +/- ukuran 40 x 40 cm yang
akan digunakan untuk alas pada meja praktikum.
7. Selama skills lab berlangsung, mahasiswa WAJIB menjaga kebersihan dan ketenangan
ruangan.
8. Mahasiswa wajib menjaga peralatan yang disediakan
9. Kerusakan / kehilangan yang terjadi harus segera dilaporkan kepada petugas. Bila tidak
dilaporkan, kemudian diketahui oleh petugas/pembimbing, mahasiswa yang bersangkutan
akan menerima sanksi tambahan.
10. Sebelum bekerja menggunakan alat-alat, wajib mempelajari terlebih dahulu serta mengerti
cara penggunaannya

TATA TERTIB PERMINTAAN BAHAN DAN PEMINJAMAN ALAT


1. Permintaan bahan praktikum dilakukan maksimal 2 kali aplikasi/permintaan, jika lebih dari
itu maka mahasiswa WAJIB menyediakan sendiri.
2. Bahan dapat diambil pada petugas.
3. Mahasiswa harus menulis nota peminjaman alat yang dibutuhkan dan mengambilnya pada
petugas yang telah ditunjuk. Jika mengembalikan harus tanda tangan pada nota
pengembalian. Setiap peminjaman dan pengembalian alat, dilakukan pengecekan alat oleh
petugas dan disaksikan mahasiswa.
4. Selama pemakaian / praktikum, alat menjadi tanggung jawab mahasiswa sepenuhnya,
apabila terdapat kerusakan atau kehilangan maka mahasiwa WAJIB menghadap Kepala
Laboratrium dan MENGGANTI alat yang hilang/rusak.

SANKSI
Mahasiswa yang tidak mematuhi tata tertib diatas akan diberikan sanksi akademik sesuai dengan
jenis pelanggarannya.

BOBOT NILAI SKILL LAB


Selama kegiatan ketrampilan medik harian, mahasiswa akan dinilai penguasaan tekhniknya
(sistematis dan lege artis). Hasil penilaian harian ketrampilan medik akan dipakai sebagai syarat
untuk mengikuti ujian OSCE yang pelaksanaannya akan dilaksanakan pada akhir semester.

4
Kelulusan OSCE didasarkan pada kelulusan tiap station. Jika mahasiswa tidak lulus pada
station tertentu, mahasiswa diwajibkan mengulang dan nilai skill belum dapat dikeluarkan
sebelum mahasiswa lulus skill tersebut.

Ketentuan bagi mahasiswa :


1. Bobot nilai Skill Lab
a. Nilai skills lab harian 50% dari nilai akhir skill lab
b. Nilai ujian OSCE 50% dari total nilai akhir skill lab
2. Mahasiswa dapat mengikuti ujian OSCE setelah menyelesaikan administrasi.
3. Apabila mahasiswa berhalangan hadir pada kegiatan Skills Lab dikarenakan:
a. Menjadi delegasi atau utuan mewakili institusi dalam sebuah acara dengan
menunjukkan Surat Tugas dari Fakultas
b. Rawat inap di rumah sakit dengan menunjukkan Surat Keterangan Rawat Inap
c. Melaksanakan ibadah Umroh/Haji dengan menunjukkan surat keterangan peserta
Umroh/haji dari biro yang digunakan serta menunjukkan copy paspor setelah
pelaksanaan ibadah umroh/haji
d. Duka cita dengan menunjukkan copy surat keterangan Kematian dari RT/RW
setempat
Maka mahasiswa diberikan penggantian kegiatan sesuai dengan prosedur yang berlaku.
4. Prosedur penggantian KBM
Pengajuan permohonan penggantian dilakukan maksimal 1 minggu setelah ketidakhadiran dengan
regulasi sbb:

Mengambil form Surat keterangan (Surat


penggantian di TU Tugas/SKRI/dll)

Kaprodi PSPDG

ACC form
penggantian KBM

Pengajuan penggantian KBM


oleh PJ modul/pengampu
mata kuliah

5
DAFTAR SKILL LAB MODUL 6.1

Durasi
No Materi Skill Lab Departemen
(menit)
1 Pembuatan Flap Dan Suturing Bedah Mulut 170

Manajemen Bedah dari Kista dan cystlike lesions dari


2 Bedah Mulut 170
Rahang
3 Biopsi (Incisi dan eksisi) Bedah Mulut 170

Open Methode Extraction 170


4 Bedah Mulut

5 Odontectomy molar 3 (I) Bedah Mulut 170

6 Odontectomy molar 3 (II) Bedah Mulut 170

7 Gingivectomy Periodonsi 170

8 Alveolectomy Periodonsi 170

9 Wire Composite Splinting Periodonsi 170

10 Interdental Splinting Periodonsi 170

11 Intermaxilary Splinting Periodonsi 170

12 Radiography Evaluation Of Facial Fracture Radiologi 170

6
PETUNJUK SKILL LAB
MODUL 6.1

DESAIN FLAP INTRAORAL

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019

7
LBM 1
TEMA 1 : DESAIN FLAP INTRAORAL

Sasaran Pembelajaran Skillab: Mampu melakukan prosedur macam-macam flap


Tujuan Pembelajaran Skillab: Melatih kemampuan prosedural skill pembuatan flap
Alat dan Bahan :
Mahasiswa Kampus

1. alat diagnostic 1. Set Anastesi local (Ampul+spet)


2. bengkok/pean/nierbeken 2. Scalpel ( no.11/15 blade) +
3. Pinset bedah handle
4. Pinset anatomi 3. Needle
5. Nidle holder 4. Benang chromic 3,0 atau 4,0

5. Respatorium no. 1-3

6. Model Flap (Phantom ginggiva


lunak)
7. Povidoniodine
8. Kapas
9. gunting

KETERAMPILAN YANG HARUS DISELESAIKAN


1. Menentukan desai flap sesuai kasus yang diberikan
2. Melakukan prosedur flap
3. Melakukan suturing untuk penutupan flap

TAHAP PROSEDURAL SKILL

Mengetahui Persyaratandan Prinsip Desain Flap

1. Suplaidarah
a. Basis lebih besar dibanding tepi bebasnya

8
KETERANGAN GAMBAR
A. Dimensi dasar flap (x) tidak boleh kurang dari dimensi tinggi (y), dan sebaiknya tutup harus memiliki x = 2y.
B. Saat dilepaskan, sayatan digunakan untuk membuka flap dari dua sisi, sayatan harus dirancang agar suplai darah
maksimum dengan membuatdasar yang lebar. Desain di sebelah kiri adalah benar, desain di sebelah kanan adalah
salah.
C. Ketika “buttonhole” muncul dekat tepi bebas flap, suplai darah ke jaringan pada sisi lubang sangat rentan.

b. Mempertahankan suplai darah (Tidak boleh sampai memotong arteri)


c. Hindari retraksi flap yang terlalu lama.
d. Hindari ketegangan, jahitan yang berlebihan atau keduanya

2. Persarafan : Desain diusahakan menghin dari saraf yang terletak di dalam terutama n.
mentalis (Pederson, 2012).
3. Tepi flap harus didukung tulang, untuk mencegah dehiensi
4. Ukuran adekuat (Ukuran tidak boleh terlalu kecil/besar)
5. Ketebalan adekuat untuk flap periosteal

Handling instrument

1. Pisau scalpel (No.11/15)

Gambar: Cara Memegang dan Fiksasi Scalpel

Ketrangan Gambar :
A. Metode pembuatan sayatan dengan pisau bedah no.15. pada gambar gerakan scalpel dibuat dengan
menggerakkan pergelangan tangan tanpa menggerakkan keseluruhan lengan.
B. Saat membuat lapisan jaringan yang kemudian akan di jahit kembali pisau harus selalu berada pada posisi
perpendicular terhadap permukaan jaringan untuk menghasilkan tepi luka yang tegak lurus. Menggenggam
pisau pada sudut manapun selain sudut 90oterhadap permukaan jaringan menghasilkan potongan yang obliq
yang akan sulit untuk ditutup dengan baik dan menghalangi suplai darah dan tepi penyembuhan luka

9
Penggunaan alat
Cara memasang skelpel
1. Pakai Alat 2. Pakai Tangan

Cara melepas scalpel


1. Pakai Alat 2. Pakai Tangan

Cara memegang alat


Pen grip: seperti memegang pena/pensil → Stabil, Terarah, Tekanan ringan

Alat Yang Digunakan


1. Pisau bedah/Skalpel/Mees/Bistouri /Blade

2. Gagang skalpel/ Bard-Parker Handle


Skalpel kecil (13 cm)

10
Skalpel besar

Paling sering di gunakan Ujung runcing Bilah melengkung


Perut bilah dekat Daya tembus lebih Bagian tajam terbalik
sudut potong bertambah Untuk insisi abses, frenektomi Untuk insisi daerah
Untuk insisi melengkung Mengiris jaringan tebal tuberositas
maksilarisMemerlukan kecermatan

2. Pinset

Gambar: Cara memegang pinset yang benar (kiri) cara memegang pinset yang salah (kanan).

Keterangan Gambar Flap Envelope.


A.Flap Envelope dibuat dengan membuat insisi pada leher gingiva dan kemudian flap disingkapkan ke arah apikal.
B. Panjang gingival dari flap kalau diperlukan bisa dikurangi dan jalan masuk apikal tambahan diperoleh dengan
membuat insisi tambahan yang serong ke anterior.
C. Apabila masih diperlukan lagi perluasan ke arah superior bisa ditambah dengan insisi tambahan serong ke bagian
posterior.

11
DESAIN FLAP
Terdapat tiga jenis flap envelope, yaitu:

1) Triangular flap

Gambar. Triangular Flap

2) Rectangular flap

Gambar. Rectangular Flap

3) Contiguous

Merupakandua flap yang disingkapkandarisatusisi, misaluntukalveoplasti.

b. Semilunar

Gambar Flap semilunar, dibuat untuk menghindari margin gingiva cekat saat
bekerja pada apeks gigi. Saat berguna saat dibutuhkan akses yang kecil.

12
Keterangan Gambar :
(A). Ilustrasi oroantral fistula regio molar kedua prosessus alveolaris maksila kanan. Outline iInsisi untuk penutupan
fistula dengan bukal flap. Traktus fistula secara otomatis akan ikut tereksisi, tepi flap cukup luas untuk menutup tulang
yang mengalami kerusakan
(B) Elevated buccal flap. Flap disingkap ke arah vestibula labial jika diperlukan periosteum akan diinsisi untuk
membantu meregenerasi jaringan lunak pada penutupan tulang yang mengalami kerusakan.
(C) edvanced and sutured buccal flap. Flap diposisikan dengan tekanan minimal, tepinya didukung oleh tulang di
bawahnya untuk penutupan fistula yang efektif.
( D) Bukal flap telah disingkap dan perioteum di bawahnya diinsisi untuk meningkatkan mobilitas flap
( E) Bukal flap telah menutupi prosssus alveolaris dan disuturing ke mukosa palatal untuk menutup traktus fistula.
Pengurangan tulang alveolar pada permukaan fasial alveolus dilakukan untuk menempatkan flap pada posisi barunya.
Kerugian penutupan bukal flap adalah berkurangnya kedalam labio vestibular.
(F), gambaran klinis dari kerusakan oroantral yang terjadi selama pencabutan gigi molar kedua. (G) bukal flap telah
diangkat dan menyisakan prosessus alveolaris dan kerusakan tulang oroantral.
(H) bukal flap telah menutupi kerusakan tulang di prosessus alveolaris dan dijahitkan ke mukosa palatal. Tepi flap
didukung oleh tulang alveolar.

Keterangan Gambar Penutupan fistula oroantral.

(A) ilustrasi traktus fistula oroantral di prosessus alveolaris gigi molar kedua kanan atas yang akan ditutup dengan rotasi palatal
flap. Arteri palatinus anterior harus disertakan dalam flap untuk menyediakan suplai darah yang akan ditransposisikan ke jaringan
lunak.

(B) Jaringan lunak di sekitar pembukaan oroantral dieksisi , memperlihatkan tulang alveolar di sekelilng kerusakan tulang.
Dilakukan insisi pada palatal flap kemudian palatal flap diangkat dari anterior ke posterior. Mukoperiosteum diangkat seluruhnya,
dasar flap harus lebih luas, dan melibatkan arteri palatinus anterior. Lebar flap harus cukup untuk menutup kerusakan tulang di
sekitar pembukaan oroantral , panjangnya harus cukup untuk rotasi flap dan mereposisi flap tanpa tekanan.

(C) palatal flap telah dirotasi menutupi kerusakan tlang di prosessus alveolaris dan dijahit kembali ke posisinya. Tulang yang
terekspos di palatal sesudah rotasi flap akan sembuh dengan ketidaknyamanan minimal dan sedikit/tanpa perubahan anatomi
jaringan lunak normal.

13
TEKNIK SUTURING

Prinsip-prinsip suturing
Handling instrument pada teknik suturing Needle Holder

Jarum dipegang tidak dengan jari tetapi dengan memakai needle holder. Jarum dipegang pada
sepertiga pangkal kurang lebih 1-2 mm dari ujung needle holder. Posisi needle holder dapat berada
dalam:
- Pronasi, pada waktu menusuk dan mengambil jarum
- Mid Position, pada waktu pengambilan jarum siap pakai
- Supinasi, tidak dianjurkan dipakai untuk pengambilan jarum

Gambar. Cara memegang jarum dengan needle holder, jarum dipegang pada sepertiga pangkal

Cara memasukkan benang ke jarum

14
Gambar. Alur mekanik needle holder

Gambar. Handling Instrument (Supinasi

Gambar. Handling Instrument (Pronasi)

15
Gambar. Needle Hoder- Cara Menjahit

2. Teknik Suturing Insisi Linear

Dianjurkan pada penutupannya dimulai di tengah dan dilanjutkan setiap pertengahan dari

incisi yang tersisa. Arah jarum yang tegak lurus dengan permukaan kulit dan juga tegak

lurus sayatan kulit. Jarak masuk dan keluarnya jarum dari tepi sayatan sama dengan dalamnya

jaringan yang diambil (x) dan jarak antar jahitan sama dengan dua kali jarak tersebut.

Gambar. Teknik Suturing Insisi Linear

16
Gambar. Kedalaman dan jarak tusukan dengan garis insisi pada insisi linear.

Gambar. Suturing Interupted Technique pada Insisi Linear

Gambar. Urutan Suturing Interupted Technique pada Insisi Linear

b. Insisi Elips

Cara menjahit insisi elips tidak boleh dimulai dari tengah tetapi harus dari kedua ujung

insisi, berakhir di tengah, jahitan tidak boleh sekaligus tetapi harus duakali karena arah

jarum harus tegak lurus dengan tepi insisi, dan untuk menghin dari regangan dapat

dikerjakan teknik “undermining”

Gambar. Teknik Interupted pada Insisi Elips

17
C. Jenis-Jenis Suturing

1) Jahitan Terputus/Interrupted

a. Simple Interrupted

Gambar. Teknik Simple Interrupted

2. Mattress Interrupted

Teknik Horizontal Mattress Interrupte

Gambar. Teknik Mattress Horizontal

18
Teknik Vertikal Mattress Interrupted

2) Teknik Continues

Gambar. Teknik Simple Continous

2. Continous Lock Stich

Gambar. Teknik Continous Lock Stich

19
3. Mattress Continous

Gambar. Teknik Mattress Continous


3) Figure Eight

Gambar. Teknik Figure Eight

20
Gambar. Cara melepas jahitan (menggunting benang)

Gambar. Cara melepas jahitan (menarik benang)

TAHAP PEKERJAAN SKILL


A. Pembuatan Flap
1. Persiapan alat dan bahan (Anestesy, Pembuatan Flap, Suturing)
-Persiapan larutan anestesi
Periksa, spiut injeksi masih dalam kondisi steril dan terbungkus rapi
Kencangkan nidle dan cek mobilitas pluger di dalam spuit
Patahkan ampul dan masukkan larutan anestesi ke dalam spuit
Tidak boleh ad udara yang terjebak di dalam spuit
2. Keringkan daerah oprasi dengan menggunakan kapas
3. Lakukan desinfeksi menggunakan povidon iodin dengan gerakan centrifugal
4. Lakukan anestesi infiltrasi disekitar daerah operasi dengan bevel menghadap tulang
5. Tunggu hingga anestesi bekerja sempurna
6. Pembuatan desain flap dan di ACC-kan kepada istruktur
7. Lakukan pembuatan flapmucuperiosteal/full thicness (bentuk sesuai arahan instruktur)
a. Incisi/Sayatan blade sekali potong/ jika lebih lakukan pada tempat sayatan yang
sama.
b. Insisi dilakukan dengan scalpel secara continous, ujung skalpel secara konstan
berkontak dengan tulang.
c. Insisi vertikal dibuat mulai dari vestibulum bukal mengarah ke gingiva papila
interdental
d. Lebar flap disesuaikan sehingga operator dapat melihat dengan jelas daerah
operasi
e. Basis flap dibuat lebih lebar dibandingkan apex (free gingival margin). Hal ini
bertujuan menjaga blood supply gingiva
f. Insisi dibuat sepanjang sulkus gingiva untuk pertimbangan estetik (jika pada gigi
anterior)
21
g. Selama prosedur tidak boleh menarik dan menghancurkan flap, karena aliran
darah dan proses penyembuhan akan terganggu
8. Pembuatan flap selesai
B. Suturing
1. Desain suturing sesuai instruksi tutor (Minimal 4 simpul interupted)
2. Lakukan suturing sesuai desain flap yang telah di-ACC oleh tutor
 Suturing dimulai dari daerah yang cekat ke daerah bebas
 Jahitan tidak boleh terlalu kecang/kendor
 Simpul diletakkan di daerah cekat dengan metode 2-1-1
 Simpul terikat kencang dan sisa benang dipotong
 Kontrol pengambilan jahitan 3-5 hari
3. Melakukan instruksi paska tindakan

DAFTAR PUSTAKA

Fragiskos, D., 2007,Oral Surgery. Springer-Verlag Berlin, Heidelberg, Germany.


Pedersen, G.W.,2012,BukuAjar PraktisBedahMulut (OralSurgery), Alihbahasa: Purwanto,
Peterson, Larry J., 2006, Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. Fourth Edition,
Mosby,St.Louis, Missouri.

Urolagin, S.B., Kale, T.P., Patil, S., 2012, Intraoral Incision, Design of Flaps and Managementof
Soft Tissue, www.guident.net.htm, diunduh tanggal 12/3/2013

22
PETUNJUK SKILL LAB
MODUL 6.1

MANAJEMEN BEDAH DARI KISTA DAN CYSTLIKE


LESIONS DARI RAHANG

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019
Manajemen Bedah dari Kista dan cystlike lesions dari
Rahang

Sasaran Pembelajaran Skillab : Mampumelaksanakan tatalaksana kista

Tujuan Pembelajaran Skillab :Melatih kemampuan prosedural enukleasi, marsupialisasi, eksisi

Alat dan Bahan :

Mahasiswa Kampus

1. alat diagnostic 1. Set Anastesi lokal


2. bengkok 2. Scalpel ( no.11/15 blade) +
3. Pinset bedah handle
4. Pinset anatomi 3. Needle holder, needle
5. Nidle holder 4. Benang chromic 3,0 atau 4,0
5. Respatorium no. 1-3
6. Model Flap (PVC sponge +
model phantom)
7. Povidoniodine
8. Kapas
9. Gunting
10. Periodontal pack
11. Botol biopsi botol berisi
formalin 10%

KETERAMPILAN YANG HARUS DISELESAIKAN


1. Melakukan incisi pada daerah kista
2. Melakukan prosedur enukleasi
3. Melakukan suturing untuk penutupan daerah incisi
4. Melakukan rujukan spesimen

TAHAPAN PROSEDURAL SKILL

1. Manajemen Bedah dari Kista dan cystlike lesions dari Rahang


a. Enukleasi
Enukleasi merupakan suatu proses dimana dilakukan pembuangan total dari lesi kista.
Indikasi Indikasi
Odontogenik keratocyst yang memiliki tingkat rekurensi yang tinggi.
Teknik enukleasi

24
Prosedur Enukleasi Kista
1. Lakukan prosedur pembuatan flap
2. Lakukan desain rectangular mucoperiosteal flap
3. Lakukan akses ke kista melalui labial/bukal plate of bone, dan meninggalkan alveolar
crest tetap utuh untuk memastikan tinggi tulang adekuat setelah penyembuhan.
4. Lakukan akses ke kista melalui pembuatan osseus window menggunakan bur tulang
round hingga didapatkan akses yang cukup
5. Lakukan enukleasi kista menggunakanthin-bladed curettage untuk memotong
conective tissue layer dinding kista dari kavitas tulang. Dilakukan tanpa menyobek
atau menusuk jaringan kista
6. Permukaan cekung kuret harus selalu menghadap ke kavitas tulang, sedangkan bagian
yang cembung melakukan pemotongan/pelepasan kista. Tahap ini harus dilakukan
dengan sangat hati-hati untuk menghindari hancurnya kista. Terlebih lagi, kista akan
lebih mudah terlepas dari kavitas tulang saat intracystic pressure dijaga.
7. Saat kista telah berhasil diangkat, lakukan pemeriksaan kembali pada kavitas untuk
menghindari adanya jaringan kista yang tertinggaldengan cara mengirigasi dan
mengeringkan kavitas dengan gauze. Jaringan kista yang tersisa diangkat dengan
kuret.
8. Lakukan penghalusan daerah-daerah tepi kavitas tulang dengan bone file sebelum
ditutup.
9. Lakukan prosedur suturing pada daerah operasi.
10. Kavitas tulang akan berisi blood clots, yang akan menghilang seiring berjalannya
waktu. Gambaran radiografis akan pertumbuhan tulang akan tampak dalam waktu 6
hingga 12 bulan.Diperlukan perawatan ekstraksi/endodonti jika kista melibatkan gigi.
11. Kontrol
Jahitan dibuka kurang lebih 10 hari setelah operasi, dimana oedema pada tepi luka
telah menghilang.

b. Marsupialisasi
25
1) Definisi
Marsupialisasi adalah membuat suatu “jendela” pada dinding kista dalam
pembedahan, mengambil isi kistanya dan memelihara kontinuitas antara kista dengan
rongga mulut, sinus maksilaris atau rongga hidung.
2) Indikasi
Faktor-faktor ini harus diperhatikan sebelum memutuskan perawatan
marsupialisasi :
a) Jumlah kerusakan jaringan  jika letak kista berdekatan dengan struktur anatomis
yang vital, perawatan dengan enukleasi akan mengakibatkan kerusakan jaringan
yang tidak perlu. Sebagai contoh, jika enukleasi akan menyebabkan fistula pada
sekitar rongga hidung atau dapat menyebabkan kerusakan jaringan saraf (saraf
alveolar inferior), serta dpat menyebabkan devitalisasi dari gigi yang vital.; maka
marsupialisasi diperlukan.
b) Akses pembedahan  jika akses pembedahan sulit dicapai, maka biasanya bagian
dari dinding kista akan tertinggal, menyebabkan rekurensi. Karena hal itu,
marsupialisasi dapat dipertimbangkan
c) Membantu erupsi gigi  jika gigi yang belum bererupsi terlibat dengan kista
(dentigerous cyst) dan gigi tersebut dibutuhkan untuk kestabilan lengkung dental,
maka marsupialisasi dapat membanu akses erusi gigi tersebut
d) Besar/tidaknya tindakan bedah  jika pasien kista memiliki penyakit sistemik atau
tingkat stress yang tinggi, dapat dipilih marsupialisasi, karena caranya mudah dan
tidak menimbulkan stress yang besar
e) Ukuran kista  pada ukuran kista yang sangat besar, enukleasi dapat menyebabkan
resiko patahnya tulang rahang. Maka itu dapat dipilihkan marsupialisasi dan
dilakukan enukleasi setelah adanya pengisian kembali oleh tulang gigi
f) Kerugian dari marsupialisasi adalah kemungkinan tertinggalnya jaringan yang
patologis, tanpa adanya pemeriksaan histopatologi. Walaupun setelah pengeluaran
isi kista dapat dilakukan pemeriksaan histopatologi, tetapi lesi yang lebih agresif
dapat tertinggal pada jaringan kista yang tersisa. Selain itu pasie n juga harus
memperhatikan kebersihan rongga kista, karena biasanya debri makanan
terperangkap disana. Untuk itu, pasien harus rutin mengirigasi kavitas kista bebrapa
kali dalam sehari, sampai bebrapa bulan selanjutnya, tergantung pada besarnya
ukuran kista dan laju pengisian tulang.

26
3) Prosedur Marsupialisasi
a. Lakukan prosedur anestesi infiltrasi
b. Lakukan Insisi inisial dengan bentuk sirkular atau eliptik (1 cm atau lebih) pada
kavitas kista.
c. Jika tulang telah terekspansi dan menjadi tipis karena kista, maka insisi dilakukan
dari tulang menuju kavitas kista.
d. Bila sisa tulang masih tebal, osseous window dibuat dengan bur tulang atau rongeur.
e. Isi kista dibuang/dirujuk untuk pemeriksaan PA dan bila mungkin dilakukan
pemeriksaan visual pada lapisan jaringan kista yang tersisa.
f. Lakukan irigasi kista dilakukan untuk membuang sisa fragmen dan debris.
g. Lakukan suturing pada dinding kista bila ada ketebalan yang cukup dari dinding
kista, daerah di sekitar dinding kista dapat dijahit pada mukosa mulut.
h. Lakukan deept pada kavitas menggunakan gauze yang telah dioleskan betadine atau
salep antibiotik.
i. (Tidak dilakukan pada skillab ini) Setelah terjadi initial healing (+/- 1 minggu),
lakukan pencetakan pada rongga mulut untuk membuat obturator dari akrilik.
Tujuan penggunaan obturator ini ialah untuk mencegah masuknya makanan ke
dalam kavitas. Obturator ini dilepas saat tidur untuk mencegah agar tidak tertelan.
Obturator ini harus dikurangi ukurannya seiring dengan terisinya kavitas oleh
tulang.
j. Marsupialisasi jarang digunakan sebagai bentuk tunggal perawatan kista.Biasanya
diikuti dengan enukleasi ketika lesi kista sudah mengecil.

27
BIOPSI
Prinsip Biopsi
Biopsi adalah pengambilan specimen baik total maupun sebagian untuk pemeriksan
mikroskopis dan diagnosis. Merupakan pemeriksaan diagnostic terakhir setelah pemeriksaan
klinis, radiologis, laboratoris, sitologi mulut, namun belum dapat ditegakkan diagnosis. Semakin
lengkap informasi yang disampaikan kepada ahli patologi, biasanya meliputi diagnosis klinis,
deskripsi lesi berdasarkan lokasi, durasi, warna, tekstur, konfigurasi, konsistensi, mobilitas,
patologi atau limfadenopati dan gambaran radiografis, maka laporan akan lebih akurat.

TAHAPAN PEKERJAAN

a. Biopsi Eksisi
Digunakan untuk pengambilan lesi kecil dengan diameter lesi sekitar 1 cm yang secara
klinis merupakan lesi jinak
1. Anaestesi daerah biopsi dengan melakukan suntikan pada pinggir dan dasar lesi
2. Lakukan insisi elips horizontal kurang lebih 3 mm dibawah pinggiran lesi Insisi cukup
dalam untuk mengikut sertakan dasar lesi
3. Diseksi mukosa dan submukosa sampai dasar lesi sehingga seluruh lesi bisa terangkat
dan masukkan kedalam formalin 10% secara hati-hati, jangan sampai jaringan biopsi
rusak
4. Kemudian luka dijahit dan lakukan instruksi paska tindakan

28
b. Biopsi insisi
Digunakan untuk pengambilan lesi kecil dengan diameter lesi sekitar >1 cm yang secara
klinis merupakan lesi jinak
1. Anaestesi daerah biopsi dengan melakukan suntikan pada pinggir dan dasar lesi
2. Lakukan insisi horizontal kurang lebih 3 mm dibawah pinggiran lesi Insisi cukup
dalam untuk mengikut sertakan dasar lesi
3. Diseksi mukosa dan submukosa sampai dasar lesi sehingga sebagian lesi bisa terangkat
dan masukkan kedalam formalin 10% secara hati-hati, jangan sampai jaringan biopsi
rusak
4. Kemudian luka dijahit.

29
Diisi oleh Petugas
La yan an Bi opsi
Depar t em en Pen ya ki t Mul ut Nomer Spesimen Tanggal spesimen diterima
RSIGM Sul tan Agung
Jl. Raya Kaligawe Km.4 Semarang, Telp (024) 658 1803

Dat a Pasi en

Nama Lengkap
Telepon/HP:

 Laki-laki
Alamat Rumah
 Perempuan

Kota, Kode Pos Nomer Identitas Nomer BPJS/Asuransi

Dat a Spesim en 4

Tanggal pengambilan biopsi Nama Dokter Gigi Telepon/HP

Alamat Fax

 Disertai Rontgen State


Zip
 Disertai Foto Klinis
Kota, Kode Pos E-mail

Riwayat Lesi:

Gambaran Klinis:

Lokasi:

Diagnosa Klinis:

Pengambilan spesimen: ApicoectomyCurettageEnucleationExcisionExtractionIncisionPunchRetrofill


Other: ..............................

Tan ggal :
Tt d :

Nama :

30
PETUNJUK SKILL LAB
MODUL 6.1

OPEN METHODE EXTRACTION

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019

31
OPEN METHODE EXTRACTION

Sasaran Pembelajaran Skillab : Mampu melaksanakan tatalaksana open method extraction

Tujuan Pembelajaran Skillab : Melatih kemampuan prosedural pencabutan dengan penyulit

Alat dan Bahan :

Mahasiswa Kampus

1. alat diagnostic 1. Phantom


2. bengkok 2. Alcohol
3. Pinset bedah 3. Kapas
4. Pinset anatomi 4. Masker
5. Gunting bedah 5. Sarung tangan
6. Scalpel no 15
7. Scalpel handle
8. Ampul Lidokain
9. Jarum + spuit injeksi
10. Periosteal elevator
11. Elevator
12. Forcep
13. Bur tulang
14. Bone file
15. Kuret periapikal
16. Needle holder
17. Handpiece straight (low speed)
18. Tensi meter
19. Stetoskop
20. PhKain
21. Betadine
22. Benang jahit
23. Jarum Jahit
24. High speed contra anggle
25. Bur tappered panjang
26. Salin

KETERAMPILAN YANG HARUS DISELESAIKAN


1. Menentukan desai flap sesuai kasus yang diberikan
2. Melakukan prosedur flap
3. Melakuakan tindakan pencabutan gigi dengan penyulit
4. Melakukan suturing untuk penutupan flap

1. INSTRUMENTATION FOR BONE REMOVAL

Chisels and Mallet Bone Roenguer

Bone File

32
2. SURGICAL CURETTE

3. SCALPEL
Handle and Blade

4. PERIOSTEAL ELEVATORS

5. SCISSOR
Gum Scissors

Suture Scissors

6. SUTURING INSTRUMENTATION
Needle Holder

Needles

33
a) Cross-sectional view of needles: (1), oval tapered (2), cutting (3, triangular with oneof the three
cutting edges on the inside of the semicircle), reverse-cutting (4, triangular with two cutting
edges on the inside of the semi-circle).
b) Size of needle compared to regular circle: one-quarter of a circle (1), three-eighths of a circle(2),
half a circle (3), three-quarters of a circle (

Sutures

Silk, Nonresorbable surgical sutures Cat gut, Resorbable surgical sutures

7. BONE BURS

TAHAPAN PEKERJAAN
1. Pembuatan flap mukoperiosteal
a. Menentukan design flap
Envelop atau trapezium flap digunakan untuk gigi maksila akar ganda, sedangkan triangular flap
digunakan untuk ekstraksi gigi berakar tunggal

Trapezium flap Triangular flap

Envelope flap Semilunar flap

b. Insisi dilakukan dengan scalpel secara continous, ujung skalpel secara konstan berkontak dengan
tulang.
c. Insisi vertikal dibuat mulai dari vestibulum bukal mengarah ke gingiva papila interdental
d. Lebar flap disesuaikan sehingga operator dapat melihat dengan jelas daerah operasi

34
e. Basis flap dibuat lebih lebar dibandingkan apex (free gingival margin). Hal ini bertujuan menjaga
blood supply gingiva
f. Insisi dibuat sepanjang sulkus gingiva untuk pertimbangan estetik (jika pada gigi anterior)
g. Selama prosedur tidak boleh menarik dan menghancurkan flap, karena aliran darah dan proses
penyembuhan akan terganggu

2. Pembuangan tulang bukal menggunakan bur tulang.


Tulang bukal dikurangi sampai bifurkasi terlihat

3. Pembelahan gigi dilakukan menggunakan bur diamond fissure. Pembelahan gigi dilakukan dengan
membuat groove vertikal dari bifurkasi ke arah mahkota

4. Pengambilan bagian mesial/distal gigi dengan menggunakan forcep atau bein/elevator

5. Pembersihan soket dengan kuretase dan penghalusan tulang dengan menggunakan bone file, irigasi
dengan saline
6. Suturing

35
PETUNJUK SKILL LAB
MODUL 6.1

ODONTEKTOMI MOLAR 3 BAWAH

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019

36
ODONTEKTOMI MOLAR 3 BAWAH (I)
Sasaran Pembelajaran Skillab :Mampumelaksanakan tatalaksana open method extraction

Tujuan Pembelajaran Skillab : Melatih kemampuan prosedural pencabutan dengan penyulit

Alat dan Bahan


Mahasiswa Kampus

1. alat diagnostic 1. Perangkat kamar operasi


2. bengkok 2. Perlengkapan team operasi
3. Pinset bedah 3. Sarana antiseptikum
4. Pinset anatomi
4. Kain penutup pasien/doek (atas dan
5. Gunting bedah
bawah)
5. Doek klem
6. Aparatus pengisap cairan/suction
7. Tongue spatula
8. Pinset : dental, anatomi,
sirurgis/bedah
9. Kasa dental kecil
10. Retractor Langenbeck
11. Scalpel no 15 + handle no 3
12. Raspatorium
13. Perangkat bur tulang
a. Handpiece straight
b. Burs : - round 23, 21. 18
c. fissure 6, 8
d. inverted
14. Vasel
15. Knobel tang
16. Bone file
17. Bone wax
18. Klem Pean
19. Elevator : BEIN dan CRYER
20. Tang ekstraksi :
a. Rahang bawah : - mahkota :
Molar, Betet
b. akar
21. Sarana irigasi :
22. - Spuit 20 cc -H2O2 3%
a. Jarum no 18 ( ujung dipotong
dilengkungkan )
23. Kuret : lurus, lengkung (double end)
24. 23. Perlengkapan suturing : - needle
holder - gunting benang
a. - pinset
sirurgis

-
benang
25. . Spongostan
26. aquadest

37
27. Spuit 10 ml untuk drainage
28. Spuit 3 cc
29. Pehacain adrenalin 2%
30. 39. Bone file no. 25

Gambaran kelas
I:
 horisontal

 distoangular

 mesioangular
KELAS II:
 mesioangular

 horisontal

38
 vertikal

KELAS III
 mesioangular • vertikal

 horisontal

Beberapa indikasi odontektomi:


1. Kurangnya fungsi
2. Profilaksis infeksi
3. Profilaksis ortodonti
4. Indikasi prostetik
6. Kerusakan pada gigi tetangga
7. Perikoronitis
8. Karies dan kelainan pulpa
9. Dugaan adanya tumor
10. Sakit neuralgia
11. Sepsis fokal

Preodontektomi :
-Klinis : * Status Lokalis: intra oral & ekstra oral
* Status generalis: keadaan umum, vital sign, sistemik
* Radiografis
- Kepastian impaksi
- Klasifikasi
- Dimensi bukolingual
- Akar : bentuk, ukuran, jumlah, posisi
- Struktur sekeliling
- Ketebalan tulang
- Relasi kanalis mandibularis
-Rencana Menyeluruh :
- pola flap
-pengurangan tulang
- arah dan tehnik
- arah pengeluaran gigi

KETERAMPILAN YANG HARUS DISELESAIKAN


1. Menentukan desai flap sesuai kasus yang diberikan
2. Melakukan prosedur flap
3. Melakukan tindakan pencabutan gigi M3 bawah
4. Melakukan suturing untuk penutupan flap

PROSEDUR TINDAKAN
1. Prinsip dasar bedah: Kondisi asepsis meliputi alat, bahan, operator, area pembedahan.

39
Tehnik
 Dimulai dari pusat
 Gerakan melingkar sentripetal
 Dari dalam secara bertahap ke arah luar ( membawa paket debris ),
tidak boeh diulang-ulang
 Berlawanan arah jarum jam
 Dengan tekanan yang memadai
2. Anaestesi
Lakukan prosedur anestesi lokal (blok dan infiltrasi bukal).
3. Prosedur Odontektomi 38 ; 48
1. Pasien dianaestesi lokal
2. Tutup mata
3. Disinfeksi daerah operasi : intra oral dan ekstra oral
4. Pasang doek steril atas
5. Pasang doek streril bawah
6. Pastikan stadium anaestesi
7. Suction daerah orofaring
8. Cuci rongga mulut
9. Olesi vaselin
10. Insisi : Blade 15
Handle no 3

11. Insisi vertical region distobukal 37; 47 menyusur marginal sampai distal 38; 48

Insisi envelope/amplop sdigunakan untuk membuka jaringan lunak mandibula dalam pencabutan
gigi impaksi molar tiga. Perluasan insisi ke posterior harus divergen ke arah lateral agar tidak
terjadi perlukaan saraf lingual.

Jika digunakan flap tiga-sudut, insisi bebas dibuat pada aspek mesial gigi molar dua.

12. Buat flap mukoperiosteal dengan respatorium


13. Retraksi flap : Langenbeck

40
Insisi envelope dibuka ke arah lateral sehingga tulang yang menutupi gigi impaksi terbuka.

Saat flap jaringan dibuka pada insisi pembebas, akan diperoleh lapangan pandang yang lebih
luas, terutama pada aspek apikal daerah pembedahan
14. Bur tulang + irigasi Nacl O,9%

Setelah jaringan lunak dibuka, tulang yang menutupi permukaanoklusal gigi dibuang
menggunakan bur fissure atau chisel tangan

Kemudian, tulang pada aspek bukal dan distal gigi impaksi dibuang menggunakan bur.

15. Lakukan elevasi menggunakan bein


16. Ektraksi gigi impaksi : tang
17. Setelah gigi tercabut, haluskan tulang
tajam menggunakan bone file
selanjutnya lakukan irigasi daerah
operasi menggunakanNacl 0,9%,
20. Lakukan Aplikasikan Spongostan
21. Lakukan Reposisi flap
22. Lakukan prosedur suturing
23. Aplikasi Tampon

Prosedur Pasca Odontektomi


- Monitoring keadaan/ komplikasi
- Pengobatan :
-Antibiotika -Antiinflamasi
-Analgetika -Roboransia
-Gargle
- Perawatan : Rehabilitasi
- Keluhan / Keadaan:
- sakit - echimosis

41
- bengkak - perdarahan
- trismus - dry socket
- Komplikasi :
- Infeksi - Lepas atau rusak gigi tetangga
- Gangguan sensasi ; - Fraktur angulus mandibula
- kanalis Mandibularis
- trauma n. Lingualis
- Melukai vaskuler sekitar
- Faktor Penyulit
- bentuk akar abnormal - hipersementosis
- dekat kanalis mandibularis - pasien manula
- ketebalan tulang berlebihan
- ruang folikuler terisi tulang
- faktor lain :
- mulut kecil
- lidah besar
- hipersalivasi
- bukaan mulut tidak bisa lebar
- perdarahan berlebihan

42
PETUNJUK SKILL LAB
MODUL 6.1

GINGGIVECTOMY

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


43
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019

LBM 3
TEMA 1 : Ginggivectomy

Sasaran Pembelajaran Skillab : Mampumelaksanakan tatalaksana gingivectomy

Tujuan Pembelajaran Skillab : Melatih kemampuan prosedural gingivectomy

Alat dan Bahan

Mahasiswa Kampus

1. Lap putih 1. spuit injeksi


2. alat diagnostic 2. periodontal pack
3. bengkok 3. pocket marker
4. spatula 4. panthom
5. probe 5. scalpel no 15
6. handle scalpel
7. glass plate
8. gliserin
9. splatula
10. handscoon
11. masker
12. Lidokain
13. Kapas
14. Iod
15. alkohol Commented [rsh2]: keterampilan yang harus diselesaikan mulai
skill ini sampai selanjutnya belum ada
KETERAMPILAN YANG HARUS DISELESAIKAN
1. Melakukan prosedur probing
2. Melakukan prosedur anestesi infiltrasi
3. Melakukan tindakan gingivectomi
4. Melakukan prosedur packing

GINGIVEKTOMI, GINGIVOPLASTI DAN PEMASANGAN PERIODONTAL PACK


PADA MODEL

Gingivektomi: teknik bedah periodontal yang bertujuan untuk mengeliminasi adanya poket
gingiva, yang meliputi tindakan eksisi gingiva serta pembentukan kembali gingiva
pada kontur normalnya

Gingivoplasti: teknik pembentukan gingiva kembali, hingga dapat mencapai bentuk kontur
fisiologis (rekonturing)

44
Indikasi Gingivektomi:

 Eliminasi supraboni pocket dengan kedalaman kedalaman > 4 mm


 Eliminasi enlargement gingiva
 Eliminasi abses periodontal

Kontraindikasi Gingivektomi:

 OHI selalu jelek


 Inflamasi akut
 Jika diperlukan bedah tulang alveolar
 Dasar poket dibawah mucogingival junction
 Frekuensi karies tinggi
 Frekuensi malposisi yang tinggi
 Kontra indikasi penyakit sistemik
Prosedur Ginggivectomi

1. Lakukan pengukuran kedalaman poket dengan menggunakan probe

2. Lakukan prosedur anestesi local


3. Tandai batas tepi gingiva (terhadap kedalaman poket) yang akan dieksisi, dengan menggunakan
pocket marker

Keterangan

45
A. Discontinuous incision apical to bottom of the pocketbegins on the molar and indicated by pinpoint
markinganteriorly without interruption
B. Continuous incisionextend
4. Lakukan insisi gingiva

A. Apical to bleeding point B. 45° bevel to the root

5. Scaling kalkulus subgingiva, kuretase dan root planning


6. Recontouring gingiva dengan menggunakan scalpel dan gunting
7. Irigasi area operasi menggunakan saline kemudian dikeringkan
8. Pemasangan Periodontal Pack ( reinforcement )
Periodontal pack diaduk dengan perbandingan base dan katalis 1:1. Tangan dibasahi dengan
gliserin, lalu periodontal pack diaplikan

Macam sediaan:

MANIPILASI BAHAN & APLIKAS

Pack Regio Anterior Pack Regio Posterior

9. Instruksi pasca operasi dan pemberian resep


10. Kontro pasca operasi pada hari ke 7 ( tidak dilakukan dalam tahapan preklinik

46
PETUNJUK SKILL LAB
MODUL 6.1

ALVEOLECTOMY

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019
47
TEMA 2 : Alveolectomy
Sasaran Pembelajaran
 Mahasiswa mampu melakukan alveolectomy.
Tujuan Pembelajaran
 Mahasiswa mengetahui indikasi dilakukan alveolectomy.
 Mahasiswa mampu menentukan teknik alveolectomy
 Mahasiswa mampu melakukan prosedur kerja alveolectomy dengan benar.

Alat dan Bahan


Mahasiswa Kampus

1. Lap putih 1. spuit injeksi


2. alat diagnostic 2. periodontal pack
3. bengkok 3. pocket marker
4. spatula 4. panthom
5. probe 5. glass plate
6. Gunting benang 6. gliserin
7. Nidle holder 7. splatula
8. handscoon
9. masker
10. Lidokain
11. Kapas
12. Iod
13. Micromotor+handpiece
14. Alcohol
15. Spuit injeksi ukuran 3 cc
16. Spuit irigasi
17. HandleScalpel No. 15
18. Bur tulang
19. Bone file
20. Rongeur (knable tang)
21. Jarum
22. Pinset cirurgis
23. Rasparatorium
KETERAMPILAN YANG HARUS DISELESAIKAN
1. Melakukan prosedur anestesi infiltrasi
2. Melakukan tindakan incisi
3. Melakukan prosedur alveolectomi
4. Melakukan prosedur suturing

Tipe-Tipe Alveolektomi:
1. Alveolektomi pada Gigi Tunggal (dimana gigi yang lain sudah tidak ada)
Dilakukan karena daerah yang lama tak bergigi sudah mengalami resorbsi, sehingga bila
gigi tersebut dicabut tampak proc alveolaris yang lebih menonjol. Alveolektomi pada gigi tunggal
dimana yang lain sudah tidak ada.

Tahap – tahap:

1. (gigi dalam kondisi sudah tercabut) Lakukan prosedure pembuatan flap bentuk Envelope
2. lakukan pembukaan flap dengan rasparatorium

48
3. Lakukan pemotongan processus alveolaris yang menonjol dengan knabel tang arah pararel
hingga rata dengan bagian yang resorbsi
4. Lakukan penghalusan dengan bone file
5. Lakukan irigasi dengan NaCl steril
6. Lakukan rekonturing flap
7. Lakukan penjahitan flap
2. Alveolektomi setelah Pencabutan Multiple (Alveolectomy Dean’s)
Dilakukan karena tulang antar akar tampak menonjol setelah gigi-gigi dicabut
sehingga dapat dilakukan pencetakan dengan baik. Meliputi pengurangan tulang intraseptal
dan reposisi tulang kortikal bagian bukal. Teknik ini baik digunakan untuk ridge dengan
bentuk normal, tinggi cukup, tetapi terdapat undercut pada bagian vestibulum di labial.
Adapun kerugian adalah mengurangi ketebalan ridge.
Tahap-tahap Alveolectomy Dean’s:

1. (Gigi sudah tercabut) Lakukan desain flap trapesium


2. Lakukan Insisi membentuk flap trapesium
3. Lakukan pembukaan flap dengan rasparatorium
4. Lakukan pemotongan septum tulang yang terlihat terlalu tinggi dengan knabel tang
5. Plate labial ditekan dengan ibu jari ke arah palatinal hingga rapat membentuk ’V-shape
ridge’
6. Lakukan penghalusan tulang menggunakan bone file
7. Lakukan irigasi dengan NaCl steril
8. Lakukan rekonturing flap
9. Lakukan penjahitan flap

a. b.

c.

d.

e.

f.

Gambar. Tahapan kerja Alveolectomy Dean’s.


49
3. Alveolektomi untuk Mengurangi Protusi Maksila
Dilakukan pada kasus labial protrusi dari incisivus rahang atas dan processus
alveolaris yang ekstrim digunakan teknik alveolektomi menurut Obwegeser.

Tahap-tahap:

 Pencabutan gigi-gigi anterior


 Semua soket dari C kanan ke C kiri dihubungkan satu sama lain dengan bone bur
 Small cutting disk dimasukkan ke tulang melalui soket dan palatal cortex dipotong dan
dipatahkan
 Labial kortek tidak dipotong
 Kedua bagian palatinal dan labial plate ditekan
 Gingiva dijahit untuk mempertahankan stabilitas kedua fragmen
4. Alveolektomi pada Kortikal atau Labial/Bukal
Dilakukan bila ada eksostosis pada tulang yang dapat mengganggu stabilitas protesa dan
memudahkan pencetakan

Tahap-tahap:

 Insisi membentuk flap trapezium


 Flap dibuka dengan rasparatorium
 Processus alveolaris yang menonjol dipotong dengan knabel tang arah pararel hingga rata
dengan bagian yang normal
 Dihaluskan dengan bone file
 Irigasi dengan larutan steril
 Flap dikembalikan dan dijahit

Tahapan Kerja Skills Lab

Prosedur Kerja Alveolectomy:


1. Lakukan anestesi infiltrasi.
2. Membuat flap mukoperiosteal dengan cara insisi di atas crest alveolar yang diperlebar 1-
1,5 cm di area yang hendak di kontur.
3. Bone reconturing dengan menggunakan alat sebagai berikut:
a. Bur tulang (bone bur)
b. Bone file digunakan untuk menghaluskan tulang alveolar
c. Rongeur (knable tang) digunakan untuk memotong tulang alveolar
Area luka di irigasi menggunakan larutan salin (NaCl) dan tekan dengan kasa
steril.
5. Area luka di tutup dengan jahitan "continous" atau "interupted".

50
6. Instruksi kepada pasien pasca dilakukan tindakan alveolectomy.
7. Berikan resep obat.

a. b.

c. d.

e.

51
a. b. c.

a.

b.

c.

Gambar. Tahapan bone reconturing pada alveolectomy.

52
PETUNJUK SKILL LAB
MODUL 6.1

WIRE COMPOSITE SPLINTING

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019

53
TEMA 3 : Wire Composite Splinting

Sasaran Pembelajaran Skillab : Mampumelaksanakan tatalaksana wire composite splinting

Tujuan Pembelajaran Skillab : Melatih kemampuan prosedural wire composite splinting

Alat dan Bahan

Mahasiswa Kampus

1. alat diagnostic 1. Panthom


2. bengkok 2. wire 0,6
3. bur finishing (pita kuning) 3. komposit flowable
4. tang potong 4. light cure unit
5. tang universal 5. etsa
6. spidol permanen 6. bonding
7. articulating paper

KETERAMPILAN YANG HARUS DISELESAIKAN


1. Melakukan prosedur wire composite splinting

Prinsip Biologis Splint:

a) Mengurangi tekanan pada jaringan periodontium.

b) Merubah tekanan yang diterima oleh gigi yang dulu bersifat patologis menjadi fisiologis yang
merupakan tekanan yang bersifat stimulasi

Indikasi Splint:

a) Jaringan pendukung gigi sekurang-kurangnya 1/3 akar merupakan jaringan yang masih sehat
b) Estetika lebih baik
c) Tidak mengganggu oklusi
d)Stabil dan efisien
e)Jumlah minimal gigi yang harus dilakukan splint
f) Tidak menyebabkan iritasi dan mudah dibersihkan
Tahap pekerjaan Wire Composite Splint
1. Semprotkan air (distile water), chlorhexidine atau saline dengan menggunakan syringe / spuit
untuk membersihkan gigi geligi yang akan dilakukan splinting
2. Reposisi gigi menggunakan ujung jari atau menggunakan tang

54
3. Apabila dirasa ada perubahan posisi pada tulang alveolar sekitar gigi, maka reposisi tulang
alveolar dilakukan dengan menekan bagian bukal dan lingual.
4. Apabila ada gingival yang robek, dijahit dulu.
5. Lakukan etching pada 2 atau 1 gigi sebelah distal atau 1 gigi sebelah mesial dari gigi yang
goyang dan gigi yang goyang. Etching dilakukan pada bagian bukal gigi, setinggi ½ mahkota
gigi
6. Biarkan cairan etsa selama 20 detik, kemudian bilas dengan air hingga bersih
7. Semprotkan udara pada gigi geligi yang sudahdilakukan etching hingga enamel gigi kering dan
nampak berwarna putih
8. Ukurlah kawat stainless steel sepanjang gigi geligi yang akan dilakukan splinting, dan bentuk
lah sesuai dengan lengkung gigi geligi tersebut dan melewati pada bagian enamel yang telah
dilakukan etching. Untuk membentuk kawat gigunakan tang adams dan tang koil. Ujung-ujung
kawat berakhir pada bagian aksial gigi dan dibentuk bulat.
9. Aplikasikan bonding pada gigi geligi yang telah dilakukan etching dan lakukan light curing
Aplikasikan composite pada gigi geligi yang sudah dilakukan bonding
10. Letakkan kawat pada gigi yang sudah diberi composite dan lakukan light curing.

Gambar Hasil Spliting wire komposit

55
PETUNJUK SKILL LAB
MODUL 6.1

DENTAL WIRING

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019

56
TEMA : DENTAL WIRING
FIKSASI GIGI PADA FRAKTUR RAHANG

PERTEMUAN 1 dan 2: Metode essig dan Metode Stout


Sasaran Pembelajaran :Mahasiswa Mampu MelakukanFiksasi Gigi Pada Fraktur Rahang
Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi alat dan bahan untuk fiksasi gigi pada fraktur
rahang.
2. Mahasiswa mampu melakukan tahapan kerja fiksasi interdental (IDW) dengan
metode Essig.
3. Mahasiswa mampu melakukan tahapan kerja fiksasi intermaksila (IMW) dengan
metode Stout.

Alat dan Bahan


Mahasiswa Kampus

1. alat diagnostic 1. Sonde hook


2. bengkok 2. Tang ortho polos
3. tang potong 3. Kawat stainless steel
4. tang universal (berdiameter 0,4 mm dan 0,3
5. Klem pean panjang (ukuran 16 cm) mm)
6. Klem pean pendek (ukuran 12 cm) 4. Model splinting
7. Klem kocher (ukuran 12 cm)
8. Tucker/Amalgam plugger
KETERAMPILAN YANG HARUS DISELESAIKAN
1. Melakukan prosedur essig wiring
2. Melakukan prosedur stout wiring

TAHAPAN KERJA MAHASISWA


Skills lab pada LBM ini hanya akan mengajarkan kepada mahasiswa tentang cara fiksasi gigi
yang paling banyak digunakan pada kasus fraktur rahang dengan metode Essig dan Stout
multiple loop wiring.
Prosedur Kerja Fiksasi Metode Essig
1. Potong kawat berdiameter 0,4 mm
sepanjang 15 cm sebagai kawat primer/
kawat pasif.
2. Adaptasikan kawat pasif pada semua gigi
geligi yang terlibat menyusuri cingulum
pada bagian labial dan palatinal/lingual
(biasanya dari gigi kaninus kanan ke gigi
kaninus kiri).
3. Kedua ujung ditautkan dan dibuat simpul pada
distal gigi kaninus kiri.
4. Potong kawat berdiameter 0,3 mm sepanjang 4-5 cm sebanyak 5 buah sebagai kawat
sekunder/kawat aktif.

57
5. Kawat aktif dibentuk mirip jepit rambut.
6. Kawat aktif dimasukkan dari arah palatinal/lingual sebelah apikal dan incisal dari kawat
pasif ke arah labial melalui daerah titik kontak.
7. Kedua ujung kawat aktif ditautkan dan diplintir
searah jarum jam sambil ditarik.
8. Potong kawat aktif dari ujungnya yang diplintir
sepanjang 3-4 mm dan selempitkan ke arah
interdental supaya tidak melukai bibir dan
gingiva.
9. Lakukan cara yang sama pada ke 4 kawat aktif yang
lainnya.

Prosedur Kerja Fiksasi Metode Stout


Langkah 1
1. Potong kawat berdiameter 0,4 mm sepanjang 20 cm.
2. Fiksasi biasanya dimulai dari gigi molar 1 sampai kaninus (tergantung bagian yang
mengalami fraktur rahang).
3. Kawat berdiameter 0,4 mm ditempatkan sedemikian rupa:
a. Kawat disebelah bukal/labial sebagai kawat pasif (kawat stationer atau primer).
b. Kawat disebelah lingual/palatinal sebagai kawat aktif (kawat
kerja atau kawat sekunder) sepanjang kurang lebih 2 kali kawat
pasif.
4. Masukkan kawat aktif dari distal gigi molar 1 menuju ke arah bukal dan
melewati bagian apikal kawat pasif sehingga melingkari gigi molar 1.
5. Dilengkungkan kawat aktif ke arah oklusal, ujungnya dilewatkan ke
sebelah mesial gigi molar 1 →melewati oklusal kawat pasif dan ditarik
ke lingual.
6. Kawat aktif pada bagian bukal diplintir dan ditarik sehingga membentuk loop.
7. Ujung kawat aktif dimasukkan lagi pada mesial gigi premolar 2 menuju ke arah bukal dan
melewati bagian apikal kawat pasif sehingga melingkari gigi premolar 2.
8. Dilengkungkan kawat aktif ke arah oklusal, ujungnya
dilewatkan ke sebelah mesial gigi premolar 2 →
melewati oklusal kawat pasif dan ditarik ke lingual.
9. Kawat aktif pada bagian bukal diplintir dan ditarik
sehingga membentuk loop.
10. Lakukanlah prosedur yang sama persis sampai ke gigi
kaninus dan gigi pada kuadran lainnya.

Langkah 2 (Reposisi Maksila dan Mandibula)


1. Potong kawat berdiameter 0,3 mm sepanjang 5 cm sebanyak jumlah loop.
2. Masukkan antar loop maksila dan mandibula satu per satu diplintir dan ditarik kencang.

58
3. Potong kawat 3-4 mm, bengkokkan dan selempitkan pada interdental.

59
PETUNJUK SKILL LAB
MODUL 6.1

RADIOGRAPH EVALUATION OF FACIAL FRACTURE

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019

60
Tema 3: Radiograph Evaluation Of Facial Fracture
SasaranPembelajaran :Mahasiswa Mampu melakukan interpratasi radiografi fraktur fasial
Tujuan Pembelajaran :
1. Melatih mahasiswa dalam melakukan analisis dan pembacaan fraktur rahang
2. Melatih mahasiswa dalam mengidentifikasi fraktur berdasarkan klasifikasinya
Alat dan bahan
Disediakan mahasiswa Disediakan Kampus
Alat tulis dan kantor 1. Viewer radiograf
2. Foto radiografi
KETERAMPILAN YANG HARUS DISELESAIKAN
1. Melakukan penilaian terhadap kualitas radiograf
2. Melakukan evaluasi radiograf pada fraktur wajah

Prosedur Skillab
1. Dalam 1 SGD dibagi menjadi 5 kelompok
2. Lakukan analisis radiografi yang telah disediakan
3. Analisis dilakukan di lembar kerja yang sudah disediakan dalam waktu 90 menit
4. Lakukan presentasi hasil diskusi di setiap kelompok dalam waktu 70 menit

61

Anda mungkin juga menyukai