Anda di halaman 1dari 122

Edisi 8

Fakultas Kedokteran Gigi


Universitas Islam sultan agung

BUKU PETUNJUK SKIILS LAB

BLOK 17

Management of Dental and Supporting Tissues Diseases

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Islam Sultan Agung


Alamat: JL. Raya Kaligawe Km. 4 Semarang 50112 PO Box 1054/SM
Telepon. (024) 6583584 ext. 592
Facsimile: (024) 6582455

1
Blok 17

Management of Dental and Supporting Tissues Diseases

Buku Blok

Copyright @ by Faculty of Dentistry, Islamic Sultan Agung University.


Printed in
Semarang
Frist printed: December 2010
Second printed: December 2011
Third printed: December 2012
Fourth printed: December 2013
Fifth printed November 2014
Sixth printed November 2015
Seventh printed November 2016
Eight printed November 2017
Designed by: team Blok
Cover Designed by: team Blok
Published by Faculty of Dentistry, Islamic Sultan Agung University
All right reserved

This publication is protected by Copyright law and permission should be obtained from publisher
prior to any prohibited reproduction, storage in a retrieval system, or transmission in any form by
any means, electronic, mechanical, photocopying, and recording or likewise

2
SKILL LAB BLOK 17

KOORDINATOR :

Drg. Ade Ismail, Msc, Sp.Perio


Drg. Moh.Yusuf, Sp.Rad.O.M

KONTRIBUTOR
1. Bagian Ilmu Konservasi Gigi
2. Bagian Ilmu Orthodonsia
3. Bagian Ilmu Bedah Mulut
4. Bagian Ilmu Periodonsia
5. Bagian Farmakologi
6. Bagian Radiologi Kedokteran Gigi

3
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala, Rob seluruh


alam yang telah memberikan karunia kepada kami hingga kami dapat menyelesaikan blok
Management of Dental and Supprting Tissues Diseases. Sholawat dan salam kepada rasulullah
Muhammad sholallahu alaihi wa salam beserta keluarga dan para sahabatnya.
Buku petunjuk skills lab ini disusun dengan maksud memberikan tuntunan kepada
mahasiswa dalam melaksakan skills lab pada blok 17 ini. Mahasiswa diharapkan telah
memahami dasar-dasar teori sebelum memulai skills lab.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan buku ini. Oleh
karena itu, saran-saran baik dari tutor maupun dari mahasiswa akan kami terima dengan
terbuka.
Semoga buku ini dapat bermanfaat, dan membantu siapa saja yang membutuhkannya.

Jazakumullhahi khoiron.

Tim Penyusun Blok

4
DAFTAR SKILL LAB BLOK 17

LBM Materi Skills lab Departemen Durasi


(menit)
1 Melakukan pemasangan rubber dam & Konservasi 4x50
open akses sesuai dengan outline form
Melakukan ekstirpasi, pengukuran Konservasi 4x50
panjang kerja dan preparasi gigi anterior
2 Melakukan ekstirpasi, pengukuran Konservasi 4x50
panjang kerja dan preparasi gigi posterior
Melakukan pengisian saluran akar gigi Konservasi
anterior dan posterior
3 Analisis orthodontik (Tracing Sefalometri) Ortodontik 4x50

Diskusi kasus ortodontik Ortodontik 4x50


4 Pencabutan gigi pada model Bedah mulut 4x50
Pencabutan dengan pembedahan dan Bedah mulut 4x50
Penanganan dry socket
5 Gingivektomi Periodonsia 4x50
6 Interpretasi Radiologi lesi periodontal dan Radiologi KG 4x50
periapikal
7 Scalling&Polishing periodonsia 4x50
Splinting periodonsia 4x50

TATA TERTIB SKILLS LAB


1. Mahasiswa harus hadir diruang skills lab pada waktu yang telah ditentukan
2. Mahasiswa harus berpakaian dan bersepatu rapi serta memakai jas praktikum
3. Mahasiswa tidak diperkenankan meninggalkan ruangan tanpa seijin pembimbing
4. Mahasiswa yang terlambat lebih dari 30 menit tanpa alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan, TIDAK diperkenankan mengikuti praktikum dan dianggap tidak
masuk
5. Mahasiswa yang tidak hadir harus ijin pada pembimbing
6. Sebelum skills lab dilakukan, mahasiswa WAJIB membaca petunjuk praktikum
7. Setiap praktikum harus membawa kain bersih (putih) ukuran 40 x 40 cm
8. Setiap akan praktikum, mahasiswa wajib mengumpulkan tugas yang tercantum pada
petunjuk praktikum
9. Selama skills lab berlangsung mahasiswa wajib menjaga kebersihan dan ketenangan
ruangan

5
10. Seluruh skills lab dikerjakan di Ruang skills lab Fakultas Kedokteran Gigi Unissula, tidak
ditempat lain
11. Mahasiswa wajib menjaga peralatan praktikum yang disediakan
12. Kerusakan / kehilangan yang terjadi harus segera dilaporkan kepada petugas. Bila tidak
dilaporkan, kemudian diketahui petugas/pembimbing, mahasiswa yang bersangkutan akan
menerima sanksi tambahan.
13. Mahsiswa harus menulis nota peminjaman alat yang dibutuhkan dan mengambilnya pada
petugas yang telah ditunjuk. Jika mengembalikan harus tanda tangan di nota
pengembalian.
14. Sebelum bekerja menggunakan alat-alat, wajib mempelajari terlebih dahulu serta mengerti
cara-cara penggunaannya

PENILAIAN SKILLS LAB


Penilaian ditentukan bedasarkan :
1. Tes masuk secara tertulis
2. Hasil skills berupa jumlah nilai
3. Presensi / kerajinan
4. Kedisiplinan memenuhi tata tertib skills lab
5. Perilaku (attitude) selama skills lab

SANKSI :
Pelanggaran skills lab akan dikenai sanksi sesuai kesalahan yang dilakukan mahasiswa yang
bersangkutan.

6
TUGAS MAHASISWA
Pra skill lab perawatan saluran akar
 Setiap mahasiswa menyiapkan elemen gigi :
o Incisivus (2 buah)
o Premolar (2 buah)
o Molar pertama/kedua atas (2 buah)
o Molar pertama/kedua bawah (2 buah)
 Elemen gigi tersebut ditunjukkan kepada koordinator blok untuk dilihat kelayakannya.
 Setelah di ACC elemen gigi kemudian ditanam pada phantom akrilik untuk dijadikan model
kerja.
 Untuk penanaman elemen dilakukan hal sebagai berikut :
 Pada dasar phantom akrilik diberi plastisin / malam mainan warna merah, setinggi ¼
phantom akrilik.
 Kemudian elemen gigi disusun pada phantom akrilik sesuai dengan susunan gigi
sebenarnya secara estetik.
 Kemudian phantom akrilik diisi dengan gips putih dicampur dengan serbuk gergaji,
dengan perbandingan 2 : 3
 Gips putih (yang sudah dicampur serbuk gergaji) dibentuk sesuai dengan bentuk gusi,
servikal gigi dan interdental gigi
 Kebersihan dan kerapian akrilik diperlukan sebelum melakukan skill lab.

7
LBM 1

Pemasangan rubber dam,


Preparasi akses kavitas gigi anterior &
posterior

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2017

8
KETRAMPILAN YANG HARUS DISELESAIKAN
1. Pre test
a. Pemasangan rubber dam & preparasi akses kavitas (skill lab 1)
b. Preparasi saluran akar gigi anterior (skill lab 2)
2. Pemasangan rubber dam
3. Preparasi akses kavitas pada gigi anterior dan posterior
4. Penghitungan panjang kerja gigi anterior
5. Preparasi saluran akar gigi anterior

9
PEMASANGAN RUBBER DAM

ALAT DAN BAHAN YANG DIPERLUKAN


Mahasiswa Kampus
1 Diagnostic set instrument 1. Rubber dam kit
2 Dental floss (tanpa gagang) 2. Model gigi phantom
3 Alat tulis 3. Chlorhexidine

Bahan yang digunakan

10
11. Rubberdam clamps
TAHAPAN KERJA:
Terdapat 3 metode pemasangan rubber dam :
1. Dam first technique
2. Clamp first technique
3. Clamp and dam together technique

DAM FIRST TECHNIQUE :


1. Lubangi rubber sheet menggunakan rubber punch, sesuaikan besar lubang dan letak lubang
dengan gigi yang akan di isolasi menggunakan rubber dam template. Tandai titik-titik dari
rubber dam template ke rubber sheet. Rubber punch memiliki 5 lubang. Lubang pertama
untuk gigi insisivus anterior mandibular, lubang kedua untuk gigi insisivus anterior maksila,
lubang ke tiga untuk gigi caninus dan premolar, lubang ke 4 untuk gigi molar dan lubang ke
lima untuk anchor tooth.

11
2. Bersihkan dan desinfeksi gigi yang akan di isolasi dengan chlorhexidine. Pastikan dinding
gigi tersebut masih intak dan masih dapat dipegang oleh rubber clamps.

3. Pilih clamps sesuai giginya, letakkan clamps pada gigi menggunakan forcep dengan cara
memasukkan ujung forcep ke dua lubang pada clamps. Pada saat memasukkan clamp pada
gigi, perhatikan inklinasi dan sumbu panjang gigi.Pada gigi posterior, letak bow berada di
distal gigi. Pada gigi anterior, area bow yang lebih lebar terletak di palatal/lingual. Cek
kestabilian clamp dengan cara sedikit menekan di atas clamps.

12
4. Lepaskan clamp, masukkan lubang yang dibuat pada rubber sheet ke gigi kemudian
letakkan clamp kembali.

5. Pasang frame di dalam rubber sheet.

6. Rapikan area mesial dan distal gigi dengan dental floss.

CLAMP FIRST TECHNIQUE :


1. Lubangi rubber sheet menggunakan rubber punch, sesuaikan besar lubang dan letak lubang
dengan gigi yang akan di isolasi menggunakan rubber dam template. Tandai titik-titik dari
rubber dam template ke rubber sheet. Rubber punch memiliki 5 lubang. Lubang pertama
untuk gigi insisivus anterior mandibular, lubang kedua untuk gigi insisivus anterior maksila,
lubang ke tiga untuk gigi caninus dan premolar, lubang ke 4 untuk gigi molar dan lubang ke
lima untuk anchor tooth.
2. Bersihkan dan desinfeksi gigi yang akan di isolasi dengan chlorhexidine. Pastikan dinding
gigi tersebut masih intak dan masih dapat dipegang oleh rubber clamps.
3. Pilih clamps sesuai giginya, letakkan clamps pada gigi menggunakan forcep dengan cara
memasukkan ujung forcep ke dua lubang pada clamps. Pada saat memasukkan clamp pada
gigi, perhatikan inklinasi dan sumbu panjang gigi.Pada gigi posterior, letak bow berada di

13
distal gigi. Pada gigi anterior, area bow yang lebih lebar terletak di palatal/lingual. Cek
kestabilian clamp dengan cara sedikit menekan di atas clamps.

4. Biarkan clamp pada gigi


5. Masukkan lubang yang telah dibuat pada rubber sheet melalui bownya terlebih dahulu.
Setelah lubang pada rubber sheet masuk kedalam clamp dan gigi, lepaskan rubber sheet
dari wing pada clamp menggunakan sonde. Pastikan tidak ada gingiva yang terlihat

6. Letakkan frame dibelakang rubber sheet


7. Rapikan area mesial dan distal gigi dengan dental floss

CLAMP AND DAM TOGETHER TECHNIQUE :


1. Lubangi rubber sheet menggunakan rubber punch, sesuaikan besar lubang dan letak lubang
dengan gigi yang akan di isolasi menggunakan rubber dam template. Tandai titik-titik dari
rubber dam template ke rubber sheet. Rubber punch memiliki 5 lubang. Lubang pertama
untuk gigi insisivus anterior mandibular, lubang kedua untuk gigi insisivus anterior maksila,
lubang ke tiga untuk gigi caninus dan premolar, lubang ke 4 untuk gigi molar dan lubang ke
lima untuk anchor tooth.
2. Bersihkan dan desinfeksi gigi yang akan di isolasi dengan chlorhexidine. Pastikan dinding
gigi tersebut masih intak dan masih dapat dipegang oleh rubber clamps.
3. Pilih clamps sesuai giginya, letakkan clamps pada gigi menggunakan forcep dengan cara
memasukkan ujung forcep ke dua lubang pada clamps. Pada saat memasukkan clamp pada
gigi, perhatikan inklinasi dan sumbu panjang gigi.Pada gigi posterior, letak bow berada di

14
distal gigi. Pada gigi anterior, area bow yang lebih lebar terletak di palatal/lingual. Cek
kestabilian clamp dengan cara sedikit menekan di atas clamps.
4. Lepaskan clamp
5. Ada 2 teknik dalam memasukkan clamp :
a. Wing technique
Masukkan kedua wing pada clamp kedalam lubang yang sudah dibuat pada rubber sheet.

- Letakkan clamp dan rubber sheet pada gigi. Lepaskan rubber sheet dari wing pada
clamp menggunakan sonde. Pastikan tidak ada gingiva yang terlihat.

b. Bow technique
- Masukkan bow kedalam lubang yang sudah dibuat pada rubber sheet.

- Letakkan clamp dan rubber sheet pada gigi. Masukkan sisa rubbersheet melalui bow ke
gigi dan sisa clamp.

15
6. Letakkan frame dibelakang rubber sheet.

Rapikan area mesial dan distal gigi dengan dental floss.

16
PREPARASI AKSES KAVITAS

ALAT DAN BAHAN YANG DIPERLUKAN


Mahasiswa Kampus
1 Elemen gigi yang ditanam di gips 1. Contra high speed
2 Diagnostic set instrument 2. Kapas
3 Sonde lurus 3. Cotton pellet /kapas
4 Ekscavator 4. Spuit
5 Endo akses bur (medium) 5. Bahan irigasi (NaOCl 2,5%)
6 Non cutting endo akses bur (diamendo) 6. Jarum irigasi (30 gauge)
7 Round bur
8 Jarum Miller
9 K- File no 15-40 dan 45-80 ( 25 mm)
10 Barbed broach / jarum ekstirpasi
11 Lap putih
12 Gates glidden drill

 Faktor yang dapat mempengaruhi bentuk dan ukuran dari kamar pulpa adalah :
1. Usia : semakin meningkat umur seseorang, kamar pulpa akan semakin mengecil karena
terjadi penebalan dentin sekunder kearah kamar pulpa (A)
2. Iritan : iritan yang berasal dari karies, penyakit periodontal, atrisi, abrasi, erosi, preparasi
kavitas dll dapat menstimulasi formasi dentin pada atap kamar pulpa sehingga merubah
anatomi internal dari kamar pulpa (dentin tesier)
3. Calcific metamorphosis : disebabkan karena trauma pada gigi yang baru erupsi
4. Kalsifikasi : kalsifikasi pada kamar pulpa dalam bentuk pulp stone dapat merubah bentuk
dan ukuran dari kamar pulpa (B)
5. Resorpsi : resorpsi internal karena inflamasi kronis dapat merubah bentuk kamar pulpa
menjadi lebih besar (C)

A B C

 Tujuan dari preparasi akses kavitas :


1. Mendapatkan akses lurus ke foramen apikal

17
2. Mengangkat semua atap kamar pulpa
3. Preparasi pada struktur gigi yang masih sehat seminimal mungkin (tidak berlebihan)
 Preparasi akess kavitas yang ideal harus memenuhi hal berikut :
1. Orifis terlihat jelas, tidak terhalang dari arah pandang oklusal/insisal
2. File harus masuk kedalam saluran akar tanpa menyentuh dinding kavitas pada mahkota
3. Kavitas bersih dari karies dan sisa tumpatan lama
4. Instrument obturasi masuk kedalam saluran akar tanpa menyentuh dinding kavitas
 Beberapa hal yang harus diperhatikan dan di evaluasi sebelum melakukan preparasi akses
kavitas :
 Morfologi gigi
 Anatomi system saluran akar
 Jumlah saluran akar
 Kurvatur dari percabangan dalam system saluran akar
 Panjang saluran akar
 Posisi dan ukuran dari kamar pulpa serta jaraknya dari permukaan oklusal
 Posisi foramen apical
 Ada tidaknya kalsifikasi, resorpsi dan kelainan lain.

18
 Alat ekstirpasi pulpa
- Ekstirpasi pulpa dapat dilakukan menggunakan barbed broach
- Barbed broach tidak dapat memotong dentin namun bisa digunakan untuk mengangkat
kapas atau paper point yang terjebak didalam saluran akar
- Saat dimasukkan kedalam saluran akar, barbed broach tidak boleh ditekan ke apical
atau ke dinding saluran akar karena bagian tepi barbed broach akan menyangkut pada
dentin dan beresiko patah.
- Ukuran barbed broach dibedakan berdasarkan warna yang sesuai dengan ukuran file,
seperti no 15 = warna putih = ukuran Kfile no 15.

TAHAPAN KERJA PREPARASI AKSES KAVITAS PADA GIGI ANTERIOR :

a. Pembuatan outline form : Tentukan outline form dengan pensil, pada permukaan
palatal/lingual gigi yang akan di PSA, lokasi akses kavitas terletak pada bagian tengah

19
permukaan palatal/lingual gigi anterior (A). Bentuk outline form dapat dilihat pada tabel
diatas. Gigi I1 maksila & mandibula, I2 maksila & mandibula, C maksila : triangular/ovoid.
Gigi C maksila dan mandibular : ovoid.

b. Preparasi outline form : Preparasi pada bagian palatal/lingual dibuat sesuai dengan outline
form menggunakan round bur dengan arah bur paralel terhadap permukaan lingual (C)
dari gigi menggunakan round bur no 2 dan 4. Kedalaman preparasi mencapai dentin (1 mm).

c. Penetrasi keatap kamar pulpa : Penetrasi ke atap kamar pulpa dilakukan menggunakan
round bur atau fissure bur, dengan arah bur diubah paralel terhadap aksis gigi (D).
Penetrasi ke dalam gigi dilanjutkan sampai mencapai kamar pulpa. Saat penetrasi kedalam
kamar pulpa, selalu lakukan evaluasi arah dan kedalaman bur. Lakukan eksplorasi letak
kamar pulpa menggunakan endodontic explorer (sonde lurus)

20
d. Pengambilan atap kamar pulpa : Setelah kamar pulpa terprenetasi, lakukan pengambilan
atap kamar pulpa menggunakan round bur atau endo access bur dengan arah keluar
kavitas. akses kavitas dihaluskan dengan noncutting tip diamond bur.

e. Lakukan pengecekan pengambilan atap kamar pulpa menggunakan edodontic eksplorer no


17. Jika atap kamar pulpa sudah terangkat semua, maka saat pengecekan akan terasa
smooth dan tidak ada tahanan.

f. Ekstirpasi kamar pulpa : Pada perawatan saluran akar gigi vital, perdarahan yang terjadi
setelah open akses akan menghalangi pandangan pada kavitas sehingga menyulitkan
melihat batasan preparasi akses. Kondisi ini dapat diatasi dengan melakukan ekstirpasi /
pengambilan jaringan pulpa pada kamar pulpa menggunakan ekskavator dan lakukan irigasi
pada kamar pulpa menggunakan NaOCl 2,5% sebanyak 2 ml selama 5 – 10 menit.
g. Eksplorasi orifis : lakukan eksplorasi untuk mengetahui letak dan kemiringan orifis
menggunakan jarum miler / smooth broach.
h. Ekstirpasi pada saluran akar : dilakukan menggunakan barbed broach. Caranya adalah
dengan memasukkan jarum dengan teknik watch winding kemudian ditarik keluar. Cara ini
dapat dilakukan berulang, hingga diyakini jaringan pulpa telah terambil seluruhnya. Lakukan
irigasi kembali dengan NaOCl 2,5% sebanyak 2 ml selama 5 – 10 menit.
i. Pengangkatan lingual shoulder dan coronal flaring orifis : Setelah orifis ditemukan, buang
halangan pada area koronal (incisal bevel dan lingual shoulder) menggunakan bur tapered

21
non cutting (C). Lingual shoulder (A) Arahkan tip bur 2mm dibawah orifis dan miringkan
kearah lingual saat bur berputar kemudian gerakkan keluar orifis, hal ini dilakukan untuk
menghindari pembentukan incisal bevel (B)

A B C
Ket gbr. A. lingual shoulder : merupakan dentin yang menonjol pada area cingulum
didalam saluran akar sepanjang 2 mm di bawah orifis. B. incisal bevel : dapat
meningkatkan resiko fraktur pada restorasi saat berfungsi. C. Pembuangan lingual
shoulder menggunakan bur diamond non cutting tip

j. Cek akses lurus : Setelah dilakukan pengambilan atap kamar pulpa dan lingual shoulder
pastikan sudah didapatkan akses lurus ke dalam saluran akar dengan cara mencoba
memasukkan file no 15 ke dalam saluran akar. Posisi file tersebut tidak boleh miring /
defleksi.

Ket gbr. A. masih terdapat lingual shoulder dan preparasi atap kamar pulpa tidak
maksimal, terjadi deviasi posisi file saat dimasukkan ke dalam saluran akar sehingga
terbentuk ledge diapikal. B. lingual shoulder sudah diangkat, akses sudah lurus dengan
terlihat file tidak membengkok kearah palatal/lingual

k. Inspeksi akses kavitas : jika lingual shoulder sudah terangkat, maka orifice akan terlihat pada
kavitas.

22
.
Ket Gbr. Akses kavitas pada : a) incisivus sentralis maksila, b) incisivus lateralis maksila,
c) caninus maksila, d) caninus mandibula

TAHAPAN KERJA PREPARASI AKSES KAVITAS PADA GIGI PREMOLAR :

a. Pembuatan outline form :

Lokasi akses kavitas & bentuk outline form :


- gigi premolar pertama dan kedua atas : lokasi akses kavitas berada di groove sentral,
bentuk outline form oval.

23
- gigi premolar bawah : kiri = P1 bawah : lokasi akses kavitas terletak di cusp bukal,
bentuk outline form oval, kanan = P2 bawah : lokasi akses kavitas terletak di cusp
bukal, bentuk outline form oval.

c. Penetrasi ke kamar pulpa & perluasan akses kavitas : preparasi awal dilakukan pada titik
yang sudah diberi tanda menggunakan round bur no 2 atau 4. Arah penetrasi bur paralel
dengan aksis gigi (pada gigi premolar bawah inklinasi gigi lebih miring kearah bukal).

Pada gigi premolar pertama atas dilakukan eksplorasi orifis di bukal dan lingual/palatal
kemudian dilakukan perluasan akses kavitas kearah bukal dan lingual menggunakan bur
taper atau non cutting taper bur. Arah perluasan akses ke bukal dibatasi sampai 2/3 dari
lebar arah bukopalatal puncak cups bukal sampai groove sentral. Perluasan akses ke palatal
sampai ½ dari lebar bukopalatal dari puncak cups palatal sampai groove sentral. Jika
terdapat 3 saluran akar, maka outline form berubah menjadi triangular. Pada gigi premolar
kedua atas bentuk kamar pulpa serupa dengan premolar pertama yaitu berbentuk oval.
Puncak kamar pulpa di bukal lebih tinggi dibanding di palatal.

24
Pada gigi premolar pertama bawah, perluasan akses kavitas kearah bukolingual
dengan batasan dari puncak tertinggi cusp bukal sampai cusp lingual untuk mencapai akses
yang lurus, hal ini disebabkan karena inklinasi premolar bawah lebih kearah lingual. Pada
gigi premolar kedua bawah, perluasan ke bukal lebih sedikit dibanding premolar pertama
bawah.

d. Pengambilan atap kamar pulpa : dilakukan menggunakan round bur atau non-cutting
tapered bur dengan meletakkan bur pada dinding aksial dari orifis diarahkan keluar kavitas.

e. Ekstirpasi kamar pulpa : Pada perawatan saluran akar gigi vital, perdarahan yang terjadi
setelah open akses akan menghalangi pandangan pada kavitas sehingga menyulitkan
melihat batasan preparasi akses. Kondisi ini dapat diatasi dengan melakukan ekstirpasi /
pengambilan jaringan pulpa pada kamar pulpa menggunakan ekskavator dan lakukan irigasi
pada kamar pulpa menggunakan NaOCl 2,5% sebanyak 2 ml selama 5 – 10 menit.
f. Eksplorasi orifis : Lakukan eksplorasi orifis dengan endodontic explorer. Premolar pertama
atas : memiliki 2 orifis (bukal dan palatal), orifis palatal biasanya lebih besar daripada orifis

25
bukal. Jika terdapat 3 saluran akar, maka orifisnya berupa mesiobukal, distobukal dan
palatal. Premolar kedua atas : bisa memiliki 1/2/3 orifis. Biasanya hanya memiliki 1 akar,
sehingga jika terdapat 2 orifis, maka letaknya hampir parallel.

g. Ekstirpasi pada saluran akar : dilakukan menggunakan barbed broach. Caranya adalah
dengan memasukkan jarum dengan teknik watch winding kemudian ditarik keluar. Cara ini
dapat dilakukan berulang, hingga diyakini jaringan pulpa telah terambil seluruhnya. Lakukan
irigasi kembali dengan NaOCl 2,5% sebanyak 2 ml selama 5 – 10 menit.
l. Cek akses lurus : Setelah dilakukan pengambilan atap kamar pulpa pastikan sudah
didapatkan akses lurus ke dalam saluran akar dengan cara mencoba memasukkan file no 15
ke dalam saluran akar. Posisi file tersebut tidak boleh miring / defleksi.
h. Inspeksi akses kavitas :

Ket gbr : P1 atas, P2 atas, P1 bawah, P2 bawah

26
TAHAPAN KERJA PREPARASI AKSES KAVITAS PADA GIGI MOLAR :

a. Pembuatan outline form :


Lokasi akses kavitas & bentuk outline form :
- gigi molar pertama dan kedua atas : batasan outline form di area mesial terletak pada
garis imajiner yang dibentuk dari cusp mesio bukal ke cusp mesiolingual. Batasan
outline form di area distal adalah oblique ridge.

27
- gigi molar pertama dan kedua bawah : batasan outline form di area mesial terletak pada
garis imajiner yang dibentuk dari cusp mesiobukal ke cusp mesiolingual. Batasan
outline form diarea distal adalah garis yang menghubungkan groove bukal dan lingual.
- Lokasi akses kavitas pada gigi molar adalah pada groove central di ½ antara batasan
outline form di area mesial dan distal

Ket gbr : a. gigi molar maksila, b. gigi molar mandibula


- Bentuk outline form : Gigi molar pertama dan kedua maksila memiliki 4 tanduk pulpa,
outline formnya berbentuk rhomboid. Gigi molar pertama dan kedua mandibula
memiliki outline form trabezoid/rhomboid.

Ket gbr: a. gigi molar maksila, b. gigi molar mandibula


b. Penetrasi ke kamar pulpa: preparasi awal dilakukan pada titik yang sudah diberi tanda
menggunakan round bur no 4 atau 6 dan tapered bur. Penetrasi awal kearah saluran akar
yang paling besar (palatal pada molar maksila, distal pada molar mandibular)

c. Pembuangan atap kamar pulpa : lakukan eksplorasi dengan sonde lurus untuk mengetahui
area yang masih menjadi halangan dan arah perluasan kavitas. Pembuangan atap kamar

28
pulpa dilakukan menggunakan round bur atau non-cutting tapered bur dengan meletakkan
bur pada dinding aksial dari orifis diarahkan keluar kavitas.

d. Ekstirpasi kamar pulpa : Pada perawatan saluran akar gigi vital, perdarahan yang terjadi
setelah open akses akan menghalangi pandangan pada kavitas sehingga menyulitkan
melihat batasan preparasi akses. Kondisi ini dapat diatasi dengan melakukan ekstirpasi /
pengambilan jaringan pulpa pada kamar pulpa menggunakan ekskavator dan lakukan irigasi
pada kamar pulpa menggunakan NaOCl 2,5% sebanyak 2 ml selama 5 – 10 menit.
e. Eksplorasi orifis : Lakukan eksplorasi orifis dengan endodontic explorer.
Pada gigi molar maksila : terdapat minimal 3-4 orifis (mesiobukal - mesiopalatal, distobukal,
palatal).
Pada gigi molar mandibular : terdapat minimal 3-5 orifis (mesiobukal, mesiolingual, middle
mesial, distobukal, distolingual)

29
f. Ekstirpasi pada saluran akar : dilakukan menggunakan barbed broach. Caranya adalah
dengan memasukkan jarum dengan teknik watch winding kemudian ditarik keluar. Cara ini
dapat dilakukan berulang, hingga diyakini jaringan pulpa telah terambil seluruhnya. Lakukan
irigasi kembali dengan NaOCl 2,5% sebanyak 2 ml selama 5 – 10 menit.
m. Pembuangan cervical dentin bulges / rak dentin ;
Rak dentin merupakan penonjolan dentin yang terletak di koronal orifis. Rak dentin dapat
dihilangkan dengan menggunakan gates glidden bur. Gates glidden bur digerakkan dari
dalam keluar menekan ke lateral menjauhi furkasi. Saat orifis sudah lebih besar, eksplorer
dapat masuk kedalam orifis tanpa hambatan.

30
n. Cek akses lurus : Setelah dilakukan pengambilan atap kamar pulpa pastikan sudah
didapatkan akses lurus ke dalam saluran akar dengan cara mencoba memasukkan file no 15
ke dalam saluran akar. Posisi file tersebut tidak boleh miring / defleksi.
g. Inspeksi akses kavitas :

Gigi m1 atas, m2 atas, m1 bawah, m2 bawah

PENENTUAN PANJANG KERJA

ALAT DAN BAHAN YANG DIPERLUKAN


Mahasiswa Kampus
1 Elemen gigi yang ditanam di gips 1. Contra high speed
2 Diagnostic set instrument 2. Spuit
3 Sonde lurus 3. Bahan irigasi (NaOCl 2,5%)
4 Jarum Miller 4. Foto utk Ro
5 K- File no 15-40 dan 45-80 ( 25 mm) 5. Jarum irigasi (30 gauge)
6 Sliding caliper
7 Lap putih

 Penentuan panjang kerja pada tahap perawatan saluran akar merupakan salah satu
tahapan kritis yang dapat mempengaruhi kesuksesan perawatan saluran akar. Preparasi
biomekanis dan obturasi tidak akan optimal jika panjang kerja tidak sesuai.
 Panjang kerja dapat ditentukan menggunakan :
1. radiograf
2. perhitungan matematis

31
3. sensasi taktil
4. sensitifitas periodontal di apikal
5. electronic apex locator (EAL).
 Metode yang akan dilakukan pada skill lab ini adalah menggunakan radiograf dan
perhitungan matematis.
 Pengertian dari panjang kerja adalah : jarak yang didapat dari reference point di koronal
sampai batas apikal konstriksi / penyempitan apikal sebagai patokan berhentinya preparasi
dan obturasi.
o Foramen apikal adalah pembukaan apikal utama pada saluran akar. Foramen apikal
tidak selalu terletak di ujung akar yang terlihat pada radiograf.
o Konstriksi apikal adalah bagian dari saluran akar di apikal yang memiliki diameter
terkecil. Biasanya terletak di 0,5 – 1 mm dari foramen apikal. Instrumentasi harus tepat
pada konstriksi apikal.

o Reference point adalah titik yang dijadikan panduan dalam menentukan panjang kerja
terletak pada permukaan oklusal atau insisal gigi.

Ket gbr. Penentuan reference point didasarkan pada titik tertinggi pada insisal edge, area
yang paling datar dan stabil untuk dudukan stopper, serta cusp buccal pada gigi posterior.
Reference point tidak boleh berubah selama perawatan saluran akar.

32
PENGUKURAN PANJANG KERJA DENGAN RADIOGRAF

TAHAPAN KERJA :

a. Penentuan panjang kerja estimasi : observasi langsung dari radiograf, dengan cara
mengukur panjang gigi pada radiograf dengan sliding caliper, kemudian dikurangi 1 mm
untuk menkompensasi distorsi pada foto radiograf (A), atau didapatkan dari panjang
kerja rata-rata pada tabel. Ukur file terkecil (no 15) sesuai panjang kerja estimasi dengan
sliding caliper kemudian tandai dengan stopper (B).
b. Penentuan panjang kerja sebenarnya : masukkan Kfile yang telah ditandai sesuai
panjang kerja estimasi ke dalam saluran akar. Fiksasi stopper pada permukaan incisal
gigi yang rata (sebagai reference point). Kemudian gigi di letakkan dalam malam
mainan yang berbentuk boks dan kemudian dilakukan radiograf periapikal.
c. Dari hasil radiograf dapat diketahui, apakah posisi ujung file tepat terletak atau kurang
menjangkau foramen apical. Jika kurang tepat maka sisa area saluran akar diukur
dengan sliding caliper kemudian ditambahkan pada panjang kerja estimasi (C). Setelah
itu dikurangi 1 mm untuk “safety factor”.

Tabel 1. Panjang rata-rata gigi (mm)

33
PANJANG GIGI RATA-RATA ( MM )
Rata-rata Maksimum Minimum
MAKSILA
Insisivus sentral 23,3 25,6 21
Insisivus lateral 22,8 25,1 20,5
Caninus 26 28,9 23,1
Premolar pertama 21,8 23,8 18,8
Premolar kedua 21 23 19
Molar pertama :
Mesio-bukal 19,9 21,6 18,2
Disto-bukal 19,4 21,2 17,6
Palatal 20,6 22,2 17,6
Molar kedua :
Mesio-bukal 20,2 22,2 18,2
Disto-bukal 19,4 21,3 17,5
Palatal 20,8 22,6 19,0
MANDIBULA
Insisivus central 21,5 23,4 19,6
Insisivus lateral 22,4 24,6 20,2
Caninus 25,2 27,5 22,9
Premolar pertama 21 25 19
Premolar kedua 22 25 19
Molar pertama :
Mesial 20,9 22,7 19,1
Distal 20,9 22,6 19,2
Molar kedua :
Mesial 20,9 22,6 19,2
Distal 20,8 22,6 19,0

PENGUKURAN PANJANG KERJA MATEMATIS


Penentuan panjang kerja dengan formulasi matematis dilakukan dengan cara :
a. Masukkan instrument kedalam saluran akar sesuai panjang kerja rata – rata dan cek
menggunakan radiograf.
b. Ukur panjang alat yang sesungguhnya yang masuk dalam saluran akar mulai dari stopper
hingga ujung alat menggunakan sliding caliper.
c. Ukur panjang alat pada radiograf dimulai dari stopper hingga ujung alat menggunakan sliding
caliper
d. Ukur panjang gigi dalam radiograf mulai dari ujung insisal hingga apikal gigi menggunakan
sliding caliper

Panjang gigi sebenarnya = panjang gigi pada radiograf


Panjang instrumen panjang instrumen pada radiograf

34
Panjang gigi sebenarnya = panjang instrumen x panjang gigi pada radiograf
Panjang instrumen pada radiograf

PREPARASI SALURAN AKAR GIGI ANTERIOR

ALAT DAN BAHAN YANG DIPERLUKAN


Mahasiswa Kampus
1 Elemen gigi yang ditanam di gips 1. Spuit
2 Diagnostic set instrument 2. Bahan irigasi (NaOCl 2,5%)
3 Sonde lurus 3. Cavit (tumpatan sementara)
4 Headstrom no 15-40 & 45-80 (25 mm) 4. Gutta percha (no 15-80)
5 K- File no 15-40 dan 45-80 ( 25 mm) 5. Salin
6 Sliding caliper 6. Glass plate
7 Lentulo 7. EDTA gel
8 Lap putih 8. Jarum irigasi (30 gauge)
9. Paper point (no 15-40)
10. Cotton pellet /kapas
11. Contraangle low speed
12. CaOH

 HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN SAAT PREPARASI SALURAN AKAR


1. Sebelum dimulai preparasi, akses ke dalam saluran akar harus lurus
2. Saluran akar harus selalu dalam keadaan basah oleh larutan irigasi saat preparasi
3. Setiap keluar masuk instrument selalu lakukan irigasi
4. Preparasi saluran akar harus selalu berada di dalam saluran akar (tidak boleh
overinstrumentasi atau underinstrumentasi).
5. Saat eksplorasi orifice selalu gunakan file terkecil untuk mengetahui konfigurasi saluran
akar.
6. File yang digunakan untuk preparasi harus urut sesuai dengan nomornya, tidak boleh ada
yang dilewati (misal : jika mulai dari file 20, maka dilanjutkan ke 25, 30, 35, 40 dst)

35
7. Selalu bersihkan instrument setiap keluar masuk dari saluran akar dan evaluasi
bentuknya (jika sudah distorsi, jangan digunakan karena rentan fraktur)
8. Selalu lakukan rekapitulasi untuk mengangkat debris di apikal dan memastikan panjang
kerja selalu sama.
9. Jangan pernah menekan instrument kedalam saluran akar terlalu berlebihan.

 Guidelines file :
1. Instrument diberi nomor dari 10-100 dan ditandai dengan warna. Setiap nomor
merepresentasikan diameter dari instrument dalam ukuran milimeter.

2. File yang bekerja dalam memotong dinding saluran akar dimulai dari tip / ujung file (D1)
dan memanjang sampai D2 dengan panjang 16 m pada file yang berukuran 25 mm.
Setiap penambahan 1 mm dari D1 ke D2 terdapat peningkatan diameter sebesar 0,02
mm.
3. Sudut instrument bervariasi antara 75 ± 150
4. Panjang instrument bervariasi dari 21, 25, 28, dan 30 mm

36
a. K-File
 K-file berbentuk triangular atau square dalam potongan melintang.
 K-file berbentuk triangular lebih fleksibel dan potongannya lebih efektif dibanding Kfile
berbentuk square
 Berbahan stainless steel

b. H-file
 H-file berbentuk seperti pohon cemara.
 Berbahan stainless steel
 H-file merupakan alat yang agresif, kuat dan tidak fleksibel serta mudah fraktur. H-file
hanya boleh digunakan dengan gerakan filing. Jika digunakan dengan gerakan
memutar, tepi H-file akan masuk kedalam dinding saluran akar dan menyebabkan
frakturnya alat.

37
GERAKAN FILE
Reaming Dilakukan menggunakan reamer. Gerakan
memutar searah jarum jam

Filing Gerakan tarik - dorong didalam saluran


akar. Gerakan ini dilakukan untuk
preparasi saluran akar.

Kombinasi File dimasukkan ¼ putaran searah jarum


reaming dan jam dengan tekanan ringan ke apical
filing (reaming) kemudian ditarik keluar (filing)

Balanced - Instrument dimasukkan ke dalam


force saluran akar sambil diputar ¼ putaran
searah jarum jam.
- Kemudian file diputar berlawanan arah
jarum jam dan ditekan sedikit ke apikal.
- Kemudian file diangkat keluar sal akar
dengan memutar searah jarum jam
- Teknik efisien untuk file dengan
penampang triangular  karena dapat
meningkatkan fleksibilitas file &
mengurangi tekanan instrumen pada
saluran akar yang bengkok.

38
Watch - Teknik ini efisien untuk K-File, digunakan
winding saat preparasi biomekanis
- Instrumen dimasukkan ke dalam saluran
akar sambil diputar ¼ putaran searah
jarumjam kemudian ¼ putaran
berlawanan jarum jam
- Gerakan ini tidak diikuti dengan
menekan file kearah apikal, sehingga
lebih aman

Watch - Instrument dimasukkan ke dalam


winding and saluran sambil diputar kekanan dan
pull motion kekiri. Saat terasa ada hambatan,
instrument ditarik keluar dari saluran
akar.
- Teknik ini biasanya digunakan pada H-
file, namun pada Hfile saat putaran awal
tidak akan memotong dentin, karena H-
file hanya akan memotong dentin saat
gerakan tarik.

TEKNIK DAN BAHAN IRIGASI


TUJUAN IRIGASI :
1. Mekanis & kimiawI :
- Mengangkat debris
- Lubrikasi saluran akar
- Melarutkan jaringan organic dan anorganik
- Mencegah formasi smear layer & mengangkat smear layer
2. Biologis :
- Memiliki kemampuan untuk membunuh bakteri anaerob dan mikroorganisme fakultatif
- Menginaktifkan endotoksin
- Tidak bersifat toksik terhadap jaringan
- Tidak menyebabkan reaksi anafilaktik

EFEKTIFITAS BAHAN IRIGASI DIPENGARUHI OLEH :


1. WAKTU : Perhatikan waktu irigasi, sesuaikan dengan waktu aktif tiap bahan irigasi
(dipengaruhi oleh persentase bahan irigasi, semakin besar persentasenya maka waktu
aktifnya semakin pendek)

39
2. KONTAK : bahan irigasi harus berkontak maksimal dengan dinding saluran akar, sehingga
saat preparasi saluran akar, jarum irigasi harus masuk ke dalam apical minimal 2/3 dari
panjang kerja sebenarnya.
3. JUMLAH : semakin banyak jumlah bahan irigasi maka akan semakin efektif.
4. KONSENTRASI LARUTAN IRIGASI :
5. DIAMETER SALURAN AKAR : diameter saluran akar mempengaruhi kedalaman penetrasi
dari jarum irigasi.
6. BENTUK BEVEL PADA JARUM IRIGASI : untuk mencegah terjadinya iritasi dan ektrusi
debris diapikal, bevel untuk jarum irigasi harus terletak di sebelah lateral dan tip ujungnya
membulat.

TAHAPAN KERJA :
Dilakukan dengan teknik step back, yaitu:
Penentuan Initial Apical File (IAF) :
- yaitu file terbesar yang dapat masuk sepanjang kerja sebelum preparasi saluran akar.
- Masuknya IAF harus terasa sesak pada apikal, BUKAN pada saluran akar.
- IAF berfungsi untuk mengetahui diameter apikal diawal sebelum dimulai preparasi sebagai
patokan mendapatkan MAF (Master Apical File)
- Cara : coba masukkan file secara pasif dengan gerakan watch winding dari yang paling
terkecil sesuai panjang kerja sebenarnya sampai didapatkan file yang terasa sesak namun
sesuai panjang kerja.

FASE I – preparasi pada 1/3 apikal


a. Basahi saluran akar dengan larutan irigasi NaOCl 2,5% menggunakan jarum irigasi

40
b. Ukur jarum irigasi dengan sliding caliper, sesuaikan dengan panjang kerja sebenarnya yang
dikurangi 3 mm. Tandai dengan stopper. Jarum irigasi harus bisa masuk minimal 2/3 dari
panjang kerja.

c. Selalu lubrikasi instrumen yang digunakan setiap sebelum masuk ke dalam saluran akar
menggunakan EDTA gel
d. Masukkan file IAF kedalam saluran akar dan preparasi dengan gerakan watch winding
dengan tekanan minimal ke apikal
e. Angkat file kemudian lakukan irigasi NaOCl 2,5% sebanyak 2 ml selama 5 – 10 menit.
f. Bersihkan file dari debris menggunakan NaOCl 2,5 % dan alkohol, kemudian evaluasi
bentuk file, harus dalam kondisi bersih dan tidak distorsi.
g. Masukkan kembali file 1 nomor diatas IAF dan lakukan preparasi kembali dengan gerakan
watch winding
h. Keluarkan file dari saluran akar dan irigasi kembali dengan NaOCl 2,5% sebanyak 2 ml
selama 5 – 10 menit.
i. Bersihkan file dari debris menggunakan NaOCl 2,5 % dan alkohol, kemudian evaluasi bentuk
file, harus dalam kondisi bersih dan tidak distorsi.
j. Rekapitulasi / masukkan kembali file sebelumnya dengan panjang kerja gerakan watch
winding untuk mengangkat debris diapikal & mejaga apical patency
k. Irigasi kembali dengan NaOCl 2,5 % sebanyak 2 ml selama 5 – 10 menit
l. Ulang kembali proses tersebut sampai tercapai syarat dibawah ini :
- Minimal 3 nomor diatas IAF
- Mencapai white dentin, saluran akar bebas dari dentin yang terinfeksi  dengan cara
melihat debris yang keluar dari saluran akar saat proses irigasi
- Minimal no 25  menyesuaikan dengan diameter minimal dari jarum irigasi, agar dapat
masuk sampai 1/3 saluran akar
- Didapatkan apical stop (dilakukan pengecekan dengan file terakhir  apical gauging)

41
m. File terakhir pada tahap ini dinamakan file MAF (Master Apical File) yang akan digunakan
sebagai alat rekapitulasi pada tahap selanjutnya

Fase II – preparasi badan saluran akar


a. Masukkan 1 K- file nomor diatas MAF dengan panjang kerja dikurangi 1 mm kedalam
saluran akar dengan gerakan watch winding, irigasi dengan cara diatas, dan rekapitulasi
dengan K-file MAF.
b. Ulangi prosedur diatas dengan menambahkan ukuran file sampai 3 nomor, dan mengurangi
1 mm dari panjang kerja file, lakukan rekapitulasi tiap penambahan K- file dengan K-file MAF
dan panjang kerja MAF. Rekapitulasi dilakukan untuk memeriksa panjang kerja agar tidak
berubah dan membersihkan 1/3 apeks dari serbuk dentin.

Fase II A - Coronal flaring


a. Lakukan coronal flaring dengan H-file dengan nomor diatas nomor K-file yang digunakan
terakhir dan dikurangi 1 mm dari panjang kerja terakhir dengan gerakan circumferential
filing. Angkat file kemudian lakukan irigasi NaOCl 2,5% sebanyak 2 ml selama 5 – 10
menit.
b. Bersihkan file dari debris menggunakan NaOCl 2,5 % dan alkohol, kemudian evaluasi
bentuk file, harus dalam kondisi bersih dan tidak distorsi.

Fase II B – Finishing
a. Lakukan finishing dengan saluran akar menggunakan K-file MAF dan panjang kerja MAF
dengan gerakan push-pull untuk mendapatkan dinding saluran akar yang halus.
b. Angkat file kemudian lakukan irigasi NaOCl 2,5% sebanyak 2 ml selama 5 – 10 menit.

42
STERILISASI SALURAN AKAR (tidak dilakukan di pre-klinik)
1. Irigasi diakhiri dengan larutan NaOCl 2,5%, salin, EDTA kemudian didesinfeksi kembali
dengan NaOCl 2,5%.
2. Keringkan saluran akar dengan paper point.
3. Campurkan kalsium hidroksida dengan saline sampai membentuk pasta
4. Masukkan campuran tersebut ke dalam saluran akar menggunakan lentulo
5. Kavitas ditutup dengan tumpatan sementara (cavit).

43
LBM 2

Preparasi saluran akar gigi posterior &


Obturasi saluran akar gigi anterior &
posterior

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2017

44
KETRAMPILAN YANG HARUS DISELESAIKAN
1. Pre test :
a. Preparasi saluran akar gigi posterior
b. Obturasi saluran akar gigi anterior & posterior
2. Penentuan panjang kerja gigi posterior
3. Preparasi saluran akar gigi posterior
4. Pengisian saluran akar gigi anterior dan posterior  Penilaian dilakukan denga melihat
hasil pengisian melalui rontgent

45
PREPARASI SALURAN AKAR GIGI POSTERIOR

ALAT DAN BAHAN YANG DIPERLUKAN


Mahasiswa Kampus
1. Elemen gigi yang ditanam di gips 1. EDTA gel
2 Diagnostic set instrument 2. Paper point (15-80)
3 Bengkok 3. spuit
4 Sonde lurus 4. Glass plate
5 Headstrome no. 15-40 & 45-80 (25 mm) 5. Cotton pellet /kapas
6 Kfile no 08 & 10 (25 mm) 6. Spuit
7 Kfile no 15-40 & 45-80 (25mm) 7. NaOCl 2,5 %
8 Sliding caliper 8. Salin
9 Lap putih 9. CaOH
10. Cavit (tumpatan sementara)
11. Jarum irigasi (30 gauge)
12. Contra angle low speed

TAHAPAN KERJA :
Dilakukan dengan teknik step back, yaitu:
Penentuan Initial Apical File (IAF) :
- yaitu file terbesar yang dapat masuk sepanjang kerja sebelum preparasi saluran akar.
- Masuknya IAF harus terasa sesak pada apikal, BUKAN pada saluran akar.
- IAF berfungsi untuk mengetahui diameter apikal diawal sebelum dimulai preparasi sebagai
patokan mendapatkan MAF (Master Apical File)
- Cara : coba masukkan file secara pasif dengan gerakan watch winding dari yang paling
terkecil sesuai panjang kerja sebenarnya sampai didapatkan file yang terasa sesak namun
sesuai panjang kerja.

FASE I – preparasi pada 1/3 apikal


a. Basahi saluran akar dengan larutan irigasi NaOCl 2,5% menggunakan jarum irigasi
b. Ukur jarum irigasi dengan sliding caliper, sesuaikan dengan panjang kerja sebenarnya yang
dikurangi 3 mm. Tandai dengan stopper. Jarum irigasi harus bisa masuk minimal 2/3 dari
panjang kerja.

46
c. Selalu lubrikasi instrumen yang digunakan setiap sebelum masuk ke dalam saluran akar
menggunakan EDTA gel
d. Masukkan file IAF kedalam saluran akar dan preparasi dengan gerakan watch winding
dengan tekanan minimal ke apikal
e. Angkat file kemudian lakukan irigasi NaOCl 2,5% sebanyak 2 ml selama 5 – 10 menit.
f. Bersihkan file dari debris menggunakan NaOCl 2,5 % dan alkohol, kemudian evaluasi
bentuk file, harus dalam kondisi bersih dan tidak distorsi.
g. Masukkan kembali file 1 nomor diatas IAF dan lakukan preparasi kembali dengan gerakan
watch winding
h. Keluarkan file dari saluran akar dan irigasi kembali dengan NaOCl 2,5% sebanyak 2 ml
selama 5 – 10 menit.
i. Bersihkan file dari debris menggunakan NaOCl 2,5 % dan alkohol, kemudian evaluasi bentuk
file, harus dalam kondisi bersih dan tidak distorsi.
j. Rekapitulasi / masukkan kembali file sebelumnya dengan panjang kerja gerakan watch
winding untuk mengangkat debris diapikal & mejaga apical patency
k. Irigasi kembali dengan NaOCl 2,5 % sebanyak 2 ml selama 5 – 10 menit
l. Ulang kembali proses tersebut sampai tercapai syarat dibawah ini :
- Minimal 3 nomor diatas IAF
- Mencapai white dentin, saluran akar bebas dari dentin yang terinfeksi  dengan cara
melihat debris yang keluar dari saluran akar saat proses irigasi
- Minimal no 25  menyesuaikan dengan diameter minimal dari jarum irigasi, agar dapat
masuk sampai 1/3 saluran akar
- Didapatkan apical stop (dilakukan pengecekan dengan file terakhir  apical gauging)
m. File terakhir pada tahap ini dinamakan file MAF (Master Apical File) yang akan digunakan
sebagai alat rekapitulasi pada tahap selanjutnya

47
Fase II – preparasi badan saluran akar
a. Masukkan 1 K- file nomor diatas MAF dengan panjang kerja dikurangi 1 mm kedalam
saluran akar dengan gerakan watch winding, irigasi dengan cara diatas, dan rekapitulasi
dengan K-file MAF.
b. Ulangi prosedur diatas dengan menambahkan ukuran file sampai 3 nomor, dan mengurangi
1 mm dari panjang kerja file, lakukan rekapitulasi tiap penambahan K- file dengan K-file MAF
dan panjang kerja MAF. Rekapitulasi dilakukan untuk memeriksa panjang kerja agar tidak
berubah dan membersihkan 1/3 apeks dari serbuk dentin.

Fase II A - Coronal flaring


c. Lakukan coronal flaring dengan H-file dengan nomor diatas nomor K-file yang digunakan
terakhir dan dikurangi 1 mm dari panjang kerja terakhir dengan gerakan circumferential
filing. Angkat file kemudian lakukan irigasi NaOCl 2,5% sebanyak 2 ml selama 5 – 10
menit.
d. Bersihkan file dari debris menggunakan NaOCl 2,5 % dan alkohol, kemudian evaluasi
bentuk file, harus dalam kondisi bersih dan tidak distorsi.

Fase II B – Finishing
a. Lakukan finishing dengan saluran akar menggunakan K-file MAF dan panjang kerja MAF
dengan gerakan push-pull untuk mendapatkan dinding saluran akar yang halus.
b. Angkat file kemudian lakukan irigasi NaOCl 2,5% sebanyak 2 ml selama 5 – 10 menit.

48
STERILISASI SALURAN AKAR (tidak dilakukan di pre-klinik)
1. Irigasi diakhiri dengan larutan NaOCl 2,5%, salin, EDTA kemudian didesinfeksi kembali
dengan NaOCl 2,5%.
2. Keringkan saluran akar dengan paper point.
3. Campurkan kalsium hidroksida dengan saline sampai membentuk pasta
4. Masukkan campuran tersebut ke dalam saluran akar menggunakan lentulo
5. Kavitas ditutup dengan tumpatan sementara (cavit).

49
OBTURASI SALURAN AKAR GIGI ANTERIOR DAN
POSTERIOR

ALAT DAN BAHAN YANG DIPERLUKAN


Mahasiswa Kampus
1. Elemen gigi yang ditanam di gips 1. Contra low speed
2 Diagnostic set instrument 2. Paper point (15-80)
3 Sonde lurus 3. Kapas
4 Round diamond bur low speed 4. Guttap point (15-80)
5 Ekscavator sedang 5. Cotton pellet /kapas
6 Plastis instrument 6. cairan spirtus
7 Spatula semen 7. GIC
8 plugger 8. Spuit (irigasi)
9 Spirtus burner 9. Bahan irigasi (NaOCl 2,5%)
10 Headstrome no.45-80 (25 mm) 10. Cavit
11 Jarum Miller 11. Endomethasone + eugenol
12 K- File no 15-40 dan 45-80 ( 25 mm) 12. Glass plate
13 Root canal plugger (medium) 13. Foto utk Ro
14 Jarum lentulo 14. EDTA gel
15 Spreader no 15-40 15. Chlorhexidine 2%
16 Gunting kecil
17 Sliding caliper
18 Lap putih

INSTRUMEN

TUJUAN OBTURASI
SYARAT OBTURASI :
1. Saluran akar kering

50
2. Saluran akar tidak berbau
3. Tidak ada keluhan rasa sakit

TAHAPAN KERJA :
1. Lakukan pembukaan tumpatan sementara menggunakan round diamond bur dan
ekskavator.
2. Lakukan pembersihan Ca(OH)2 dengan file ukuran MAF dan panjang kerja, dengan
gerakan circumferential filing, kemudian dilakukan irigasi menggunakan NaOCl 2,5% dan,
kemudian dikeringkan dengan paper point steril (tidak dilakukan di preklinik)
3. Penentuan ukuran spreader
Spreader yang digunakan harus dapat masuk ke dalam saluran akar dengan panjang 1-2
mm dari panjang kerja. Posisikan rubber stop pada spreader sesuai perhitungan tersebut.
Ukuran spreader yang digunakan sama atau 1 nomor lebih besar dari nomor MAF
4. Penentuan master apical cone (MAC)
a. Lakukan sterilisasi pada gutta percha yang akan digunakan dengan merendam pada
NaOCl 2,5% selama 10 menit, atau chlorhexidine 2% selama 5 menit, kemudian
keringkan gutta percha dengan kapas steril
b. Master apical cone merupakan gutta percha dengan ukuran yang sama dengan ukuran
MAF, ditandai sesuai panjang kerja dengan dibengkokkan atau ditusuk sedikit dengan
sonde atau ditandai dengan bolpoint. Masukkan MAC ke dalam saluran akar sesuai
panjang kerja.
Ada 4 cara untuk mengecek MAC :
1. Test visual
Tes visual dilakukan dengan memasukkan MAC ked dalam saluran akar sesuai
dengan panjang kerjanya, kemudian cek dimasukkan lebih dalam, jika MAC terlihat
lebih masuk ke apikal maka kemungkinan terjadi perforasi dan tidak terbentuk apical
stop. Jika hal ini terjadi, masukkan gutta percha 1 nomor diatas MAC dan diukur
sesuai panjang kerja, Jika tidak bisa masuk sesuai panjang kerja, maka potong
ujung MAC. Pemotongan dilakukan dengan scalpel untuk menghindari distorsi gutta
percha. Setiap pemotongan MAC 1 mm maka akan terjadi pembesaran diameter
0,02 mm.

51
2. Tes taktil
Tes taktil dilakukan dengan merasakan tahanan dari MAC saat akan dicabut dari
saluran akar, tahanan tersebut disebut dengan tugback. Jika tidak dirasakan
tugback, coba masukkan gutta percha 1 nomor diatas MAC atau potong sedikit
ujung MAC dengan scalpel.
3. Respon pasien (tidak dilakukan di preklinik)
Jika tidak dilakukan anastesi, maka pasien akan merasakan gutta percha masuk
melewati foramen apikal. Sisa jaringan pulpa atau tertekannya debris di apikal juga
dapat menyebabkan pasien merasakan sensasi sakit jika dimasukkan gutta percha
sampai apikal. Jika terdapat rasa sakit maka lakukan pengecekan dengan radiograf
apakah gutta percha masuk melebihi foramen apikal atau tidak.
4. Tes radiograf (tidak dilakukan di preklinik)
Tes radiograf menunjukkan apakah gutta percha sudah tepat pada saluran akar, dan
ada atau tidaknya perforasi.
Jika MAC tidak dapat masuk sampai panjang kerja maka ada beberapa kemungkinan
yang terjadi : 1) preparasi apikal kurang maksimal, 2) terdapat perbedaan ukuran yang
besar antara diameter gutta percha dank file yang digunakan, 3) debris tertumpuk di
apikal. Solusi dari masalah ini adalah : 1) lakukan preparasi ulang dengan file MAF
sesuai panjang kerja, atau 2) pilih gutta percha yang lebih kecil.
5. Pengeringan saluran akar
Keringkan saluran akar menggunakan lentulo dengan ukuran besar sampai ukuran kecil
dan mencapai panjang kerja.
6. Pengadukan dan peletakan sealer
a. Sterilisasi glass plate dan spatula dengan kapas yang telah dibasahi oleh alcohol
b. Lakukan pengadukan sealer yaitu endomethasone + eugenol pada glass plate
menggunakan semen spatula sampai membentuk pasta.

52
c. Pasta tersebut harus dapat diangkat dengan spatula dan tidak tumpah selama 10 detik,
serta dapat stretching ketika diangkat sampai 2 cm.

d. Masukkan pasta ke dalam saluran akar menggunakan jarum lentulo. Caranya : lentulo
diusapkan pada pasta diatas glass plate, kemudian dimasukkan ke dalam saluran akar,
putar searah jarum jam sambil ditarik keluar dan sambil dioleskan ke dinding saluran
akar.
7. Peletakkan gutta percha (teknik kondensasi lateral)
a. Oleskan MAC dengan sedikit sealer dan masukkan kedalam saluran akar dengan
gerakan memutar sampai sepanjang kerja

b. Spreader yang telah diukur sebelumnya dimasukkan antara MAC dan dinding saluran
akar dengan cara diputar tanpa tekanan ke apikal dan lateral. Jika spreader tidak dapat
masuk sesuai panjang kerja, tekan sedikit keapikal. Jika masih tidak dapat masuk, ganti
spreader yang berukuran lebih kecil. Tunggu 1 menit kemudian keluarkan spreader
dengan gerakan memutar.

53
c. Oleskan gutta percha tambahan yang berukuran sama atau lebih kecil dari spreader
yang digunakan terakhir dengan sealer kemudian masukkan ke dalam saluran akar
d. Langkah b dan c diulang hingga seluruh saluran akar terisi penuh.

e. Pengisian sudah dianggap selesai jika spreader sudah tidak dapat masuk melebihi
servikal gigi.
f. Potong gutta percha dan kondensasikan dengan menekan gutta percha di orifis
menggunakan plugger panas sampai 1-2 mm di apikal orifis.
g. Selanjutnya kavitas ditutup dengan Glass Ionomer Cements sebagai basis, ditambah
dengan cavit sebagai tumpatan sementara
h. Lakukan Rontgen foto untuk mengevaluasi hasil pengisian saluran akar

54
LBM 3

ANALISIS ORTHODONTIC
& DISKUSI KASUS ORTODONTIK
(Tracing Sefalometri)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2017

55
KETRAMPILAN YANG HARUS DISELESAIKAN
1. Pre test
a. Tracing sefalometri
b. Diskusi kasus ortodontik
2. Pengukuran dengan sefalometri
3. Diskusi kasus ortodontik

56
TRACING SEFALOMETRI

ALAT DAN BAHAN YANG DIPERLUKAN


Mahasiswa Kampus
1. Penggaris (busur) 1. Lampu tracing
2. Pensil H atau 2H 2. Ronsen sefalometri (2 anak 1 buah)
3. Penghapus

Sefalometri adalah teknik radiografi untuk mendapatkan gambaran kepala manusia


dalam skema geometrik. Sefalometri digunakan untuk menyatakan morfologi, pertumbuhan,
mendiagnosis anomali, merencanakan perawatan dan mengevaluasi hasil perawatan.
Perbandingan sefalometri digunakan untuk membandingkan subyek dengan standar, keadaan
ideal atau dengan subyek sendiri. Elemen dasar yang digunakan untuk analisis sefalogram
adalah titik, garis/bidang dan sudut.

57
TAHAPAN KERJA :
A.TRACING
Cetak gambaran radiografi sefalometri pada kertas (tracing), Lakukan tracing sesuai
dengan contoh dibawah :

58
B.PENENTUAN TITIK SEFALOMETRI
Titik-titik sefalometri pada kranium:
1. N (nasion) : Pada gambaran radiografi, dibawah dan didepan sinus frontalis berbentuk
menyerupai segitiga terdapat os nasalis. Diantara sinus frontalis dan os nasalis terdapat
sutura frontonasalis. Titik N terletak paling anterior.
2. S (sella) : merupakan titik yang berada ditengah dari outline fossa pituitary (sela tursika).
Pada gambaran radiografi, sela tursika merupakan gambaran berbentuk lonceng/U.
3. Po (Porion) : Titik bagian paling superior dari ear rod (batas superior dari meatus auditory
eksternal). Sedikit dibelakang prosesus condylaris
4. Ar (Articulare) : terletak pada pertemuan batas inferior dari basis kranii dan permukaan
posterior dari kondilus mandibula

Titik-titik sefalometri pada maksila :


1. O (orbita) : titik paling inferior dari outline tulang orbital. Sering pada gambaran radiografi
terlihat outline tulang orbital kanan dan kiri. Untuk itu maka titik orbital dibuat di pertengahan
dari titik orbital kanan dan kiri.
2. SNA ( spina nasalis anterior) : ujung anterior spina nasalis anterior
3. SNP (spina nasalis posterior) : batas posterior palatum ( titik paling posterior dari maksila )
4. A (subspinale) : terletak pada bagian paling posterior dari bagian depan tulang maksila.
Biasanya dekat dengan apeks akar gigi insisif sentral atas.

Titik-titik sefalometri pada mandibula :


1. Go (gonion) : titik tengah pada lengkungan mandibula di antara ramus dan korpus.
2. B (supramentale) : titik paling posterior dari batas anterior mandibula, biasanya dekat dengan
apeks akar gigi insisif sentral bawah
3. Pog (pogonion) : titik pada bagian paling anterior dari dagu. Titik ini bisa di dapat dengan
menarik garis lurus dari nasion menyinggung dagu
4. Me (menton) : titik bagian inferior dari dagu
5. Gn (gnation) : titik tengah Me dan Po

59
C.PENENTUAN GARIS / BIDANG PADA SEFALOMETRI

Beberapa garis / bidang yang digunakan pada sefalometri


 P – O : lebih dikenal dengan bidang FH ( Frankfort Horizontal plane)
 S – N : Sella-Nasion plane
 N-Pog : Facial plane
 Go – Me : mandibular plane
 Ramus plane: diperoleh dari permukaan inferior posterior ramus mandibula melalui titik
artikulare (Ar) ke titik Gonion

60
D.SUDUT PADA SEFALOMETRI

Sudut yang menjelaskan hubungan skeletal :


1. Sudut SNA : hubungan posisi anteroposterior dari basis apikal maksila terhadap garis yang
melalui basis kranii anterior
2. Sudut SNB : hubungan posisi anteroposterior dari basis apikal mandibula terhadap garis
yang melalui basis kranii anterior
3. Sudut ANB : hubungan posisi anteroposterior dari maksila terhadap posisi anteroposterior
dari mandibula.
4. FMIA : menunjukkan inklinasi insisif bawah terhadap bidang FHP
5. N-A-Pog : Menunjukkan kecembungan skeletal hubungan maksila dan mandibula
6. I-SN : menunjukkan inklinasi insisif atas terhadap basis kranium
7. I-MP : menunjukkan inklinasi insisif bawah terhadap mandibula
8. SN-MP: kemiringan sudut bidang mandibula terhadap bidang frankfurt horizontal

61
E.ANALISIS STEINER
Tahapan :
1. Penentuan sudut SNA yang bertujuan untuk evaluasi posisi anteroposterior maksila terhadap
basis kranii. Normal SNA adalah 82 ± 2 derajat. Jika SNA melebihi 84 derajat maka dapat
diartikan sebagai protrusi maksila, sedangkan jika SNA kurang dari 80 derajat, dapat
diartikan sebagai retrusi maksila.
2. Penentuan sudut SNB bertujuan untuk evaluasi posisi anteroposterior maksila terhadap
basis kranii. Normal SNB adalah 78 ± 2 derajat. Interpretasi ini valid hanya jika inklinasi
bidang SN normal terhadap horizontal dan posisi N normal.
3. Penentuan sudut ANB, merupakan sudut yang dibentuk oleh bidang SNA dan SNB. Sudut ini
menunjukkan besarnya diskrepansi rahang. Sehingga dapat diketahui rahang atas atau
bawah yang tidak normal. Besarnya sudut ANB ditentukan oleh 3 hal ;
a. Perbedaan anteroposterior dari posisi rahang
b. Tinggi wajah (vertical)  semakin jauh jarak vertical antara nasion dan titik A serta B,
maka sudut ANB akan semakin kecil
c. Posisi nasion  menentukan ukuran sudut ANB

4. Evaluasi hubungan antara insisivus atas terhadap garis NA dan insisivus bawah serta dagu
terhadap garis NB yang bertujuan untuk menentukan posisi gigi maksila dan mandibular
terhadap tulang maksila
Cara :

62
a. Hitung jarak dari permukaan paling labial insisivus maksila ke garis NA  bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar gigi inisisivus maksila terhadap tulang maksila
b. Hitung jarak dari permukaan paling labial insisivus mandibular ke garis NB  bertujuan
untuk mengetahui seberapa besar gigi inisisivus maksila terhadap tulang mandibula
c. Hitung sudut inklinasi gigi insisivus  bertujuan untuk mengetahui apakah posisi gigi
miring atau berpindah tempat secara bodily
d. Hitung jarak antara garis NB ke pogonion  bertujuan untuk mengetahui besarnya
penonjolan mandibula.

Ket gbr. Pada analisis steiner, hubungan ideal gigi insisivus terjadi bila sudut ANB 2 derajat
(angka teratas). Sudut inklinasi gigi insisivus atas terhadap garis NA serta besarnya penonjolan
gigi insisivus terhadap NA dituliskan pada garis kedua (ANB 2 derajat = 22 derajat dan 4 mm).
Inklinasi gigi insisivus bawah terhadap garis NB serta besarnya penonjolan gigi insisivus
terhadap NB dituliskan pada garis ketiga(ANB 2 derajat = 25 derajat dan 4 mm).

63
LBM 4

PENCABUTAN GIGI SEDERHANA &


PENCABUTAN GIGI DENGAN
PENYULIT

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2017

64
KETRAMPILAN YANG HARUS DISELESAIKAN
1. Pre test
a. Pencabutan gigi sederhana
b. Pencabutan gigi dengan penyulit
2. Pencabutan gigi sederhana pada model
3. Pencabutan gigi dengan penyulit pada model

65
PENCABUTAN GIGI SEDERHANA

ALAT DAN BAHAN YANG DIPERLUKAN


Mahasiswa Kampus
1. Phantom
2. Alcohol
3. Kapas
4. Tang cabut (1 set)
5. Bein / elevator
6. Masker
7. Sarung tangan
8. Iod
9. Alat diagnostik
10. Bengkok
11. Kasa steril

Teknik pencabutan gigi dibagi menjadi 2 kategori :


1. Pencabutan sederhana (simple extraction / close methods / forceps technique)
Pencabutan ini menggunakan instrument bedah tanpa dilakukan pembedahan. Instrument
yang digunakan adalah forceps (tang cabut gigi) dan elevator (pengungkit).
2. Pencabutan dengan pembedahan (surgical extraction / open method)
Pencabutan dengan pembedahan dilakukan apabila pencabutan dengan menggunakan
instrument bedah tidak mungkin dilakukan, gagal atau gigi impaksi.

ARMAMENTARIUM BEDAH MULUT


1. FORCEPS
Forcep terdiri atas 2 bagian yaitu handle, hinge dan beaks. Handle berfungsi untuk
memegang instrument, beaks merupakan komponen yang memegang area servikal gigi
dan mengangkatnya dari soket. Variasi bentuk dari beaks dipengaruhi oleh variasi anatomi
gigi.

66
MAKSILA
A. Forcep 6 gigi anterior maksila

B. Forcep premolar maksila

C. Forcep molar maksila pertama dan kedua


Terdapat 2 macam forcep molar maksila pertama dan kedua. Dibedakan dari bentuk
beak nya, untuk area palatal beak berbentuk konkaf, sementara untuk area bukal ada
area yang “pointed” untuk memegang area bifurkasi

Kanan Kiri

D. Forcep untuk gigi molar ketiga

MANDIBULA
A. Forcep 6 gigi anterior mandibula

67
B. Forcep premolar maksila

C. Forcep molar mandibula

SISA AKAR

Maksila

Mandibula

2. ELEVATOR
Bagian dari elevator adalah sebagai berikut: 1) handle, 2) shank, dan 3) blade. Bentuk blade
berbeda-beda tergantung fungsinya. Ada 3 jenis elevator yaitu: 1) bein lurus, 2) T-Shaped
elevator/cryer, dan 3) bein bengkok.

A. Bein lurus

68
B. Bein bengkok

C. Cryer

Set alat pencabutan sederhana :


1. Anastesi lokal syringe, jarum dan ampul.
2. Elevator
3. Alat diagnostik
4. Forcep (tergantung gigi yang akan dicabut)
5. kasa steril.
8. Kuret periapikal
9. tip suction.

69
PENCABUTAN GIGI

PENDAHULUAN
Stabilitas gigi dalam lengkung tergantung pada keutuhan proses alveolaris, ligament
periodontal, dan perlekatan gingiva. Keberhasilan pencabutan gigi, tergantung bagaimana kita
melonggarkan alveolus, memutuskan ligament periodontal, dan memisahkan perlekatan
gingiva. Ekspansi alveolus terjadi pada waktu menggoyahkan gigi dan biasanya diikuti dengan
sedikit fraktur pada jaringan tulang pendukung. Tekanan terkontrol yang dihantarkan dengan
tang dan elevator, harus cukup besar bekerja pada permukaan akar guna mengekspasi
alveolus dengan sesedikit mungkin fraktur tulang atau gigi. Tekanan terkontrol juga
mengandung pengertian bahwa tidak ada cedera yang berlebihan pada gigi didekatnya atau
struktur pendukung gigi.
Diperlukan pemeriksaan klinis dan radiografis untuk memberikan gambaran tentang
kesulitan pencabutan gigi.
A. Mahkota
Mahkota yang masih utuh akan memungkinkan adaptasi yang baik dari tang yang dipakai,
sedangkan mahkota yang rusak menambah kesulitan.
B. Struktur pendukung gigi
Kerusakan tulang dan resesi gingiva atau lesi periodontal, meningkatkan derajat kegoyahan
yang akan mempermudah longgarnya alveolus. Tetapi perlu diperhatikan mengenai adanya

70
jaringan granulasi yang akan menimbulkan pendarahan pasca bedah dan memperlambat
proses penyembuhan.
C. Struktur yang berdekatan
Adanya restorasi yang cukup besar pada gigi yang berdekatan dengan gigi yang akan
dicabut diperkirakan akan mengalami fraktur dan pergeseran yang harus diberitahukan
kepada pasien. Gigi malposisi dan berjejalan, yang berdekatan dengan gigi yang akan
dicabut, rentan terhadap fraktur atau luksasi.
D. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi menggunakan film periapikal dan panoramic (OPG) merupakan
kombinasi yang ideal. Film periapikal memperlihatkan struktur yang detail pada gigi yang
akan dilakukan pencabutan. Film panoramic memberikan gambaran lengkap dari struktur
sekitarnya, seperti sinus maksilaris atau kanalis mandibularis.

POSISI
Untuk menghantarkan tekanan terkontrol yang memadai, pasien dan operator menempai posisi
tertentu. Pasien dengan posisi duduk kursi rendah (dibaeah dataran siku) dan tegak lurus efektif
digunakan untuk pencabutan gigi-gigi bawah. Sedangkan penempatan kursi yang tinggi (diatas
dataran siku) dan posisi pasien berbaring diperlukan untuk pencabutan gigi-gigi atas karena
dapat membantu visualisasi.

Position of dental chair during extraction. a Maxilla: angle between dental chair and the horizontal
(floor) is 120°. b Mandible: angle between dental chair and the horizontal (floor) is 110°

71
Position of dentist during extraction. In this and all other figures, positions for right-handed dentists are
illustrated.For all maxillary teeth and posterior mandibular teeth, the dentist is to the front and right (and to the left, for
left-handed dentists) of the patient. For the anterior mandibular teeth (teeth 33–42 for right-handed, and teeth 32–43
for left-handed, dentists), the dentist is positioned in front of or behind and to the right (or to the left, for left-handed
dentists) of the patient

PENGGUNAAN ELEVATOR
Elevator digunakan untuk mengetes anastesi, memperkirakan mobilitas gigi, memisahkan
perlekatan gingival dan mengawali pelonggaran alveolus. Elevator lurus dengan bidang miring
dengan bidang miring diinsersikan pada region mesio gingival interproksimal, parallel dengan
permukaan akar gigi untuk mengawali suatu pencabutan. Mobilitas yang cukup dicapai apabila
elevator ditekan kearah apikal dan juga dirotasi ke bukal. Tekanan berlebih dapat
mengakibatkan fraktur atau melesetnya elevator yang akan mengakibatkan cidera pada
jaringan sekitar.

PENGGUNAAN TANG
- Posisi telapak tangan
Tang dipegang dengan posisi telapak tangan menghadap kebawah untuk pencabutan
gigi bawah dan menghadap keatas untuk gigi atas. Tindakan ini memungkinkan
terjadinya posisi pergelangan lurus dan siku yang mendekati badan.

72
- Pinch grasp
Teknik ini digunakan untuk pencabutan gigi atas, dengan cara memegang procesus
alvolaris diantara ibu jari dan telunjuk tangan dengan tang yang bebas. Ini akan
membantu retraksi gigi pipi, stabilisasi kepala, menahan prosesus alveolaris, dan
meraba tulang bukal. Perluasan dataran bukal alveolar (labial) mudah teraba, sehingga
dapat dinilai apakah tekanan perlu ditambah atau dikurangi.

- Sling grasp
Teknik ini digunakan untuk pencabutan gigi bawah, dengan cara memegang mandibula
diantara ibu jari telunjuk tangan yang bebas. Ini akan membatu retraksi pipi / lidah dan
memberikan tahanan terhadap mandibula, sehingga TMJ terlindung dari tekanan yang
berlebihan.

TEKNIK EKSTRAKSI GIGI SEDERHANA

Secara garis besar prosedur ekstraksi gigi terdiri atas 2 langkah, yaitu memisahkan gigi
dari jaringan lunak penyangga gigi dan mengeluarkan gigi dari soketnya. Ikatan jaringan lunak
penyangga gigi (gingiva dan ligamen periodontal) dengan gigi, dapat dipisahkan dengan
menggunakan elevator. Selanjutnya, elevator dan forceps, digunakan untuk mengeluarkan gigi
dari soketnya.

73
1. Pemisahan Gigi dari Jaringan Lunak Penyangga Gigi
a) Memisahkan ikatan ligamen periodontal terhadap gigi
Langkah utama yang perlu dilakukan dalam proses ekstraksi gigi adalah melepaskan
ikatan ligamen periodontal yang mengelilingi gigi. Menggunakan desmotom (sonde atau
ekskavator diperbolehkan) gerakan dilakukan secara kontinyu (tanpa terputus), mulai
dari sisi distobukal, bergerak mengelilingi gigi melalui sisi bukal terlebih dahulu (dan
selanjutnya lingual/ palatal), hingga mencapai sisi mesiobukal. Yang perlu diperhatikan
dalam tahap ini adalah, tetap menjaga posisi tumpuan jari dengan benar, untuk
menghindari terjadinya trauma pada lidah, pipi atau palatum.
b) Memisahkan perlekatan gingiva pada gigi
Dengan elevator, perlekatan gingiva yang mengelilingi gigi dipisahkan perlekatannya
dari gigi, untuk memudahkan insersi ujung forsep pada bagian serviks gigi, sehingga
pengambilan gigi dari soketnya bisa dilakukan dengan mudah.

2. Pengambilan Gigi dari Soketnya menggunakan Forsep


Untuk dapat mencapai keberhasilan ekstraksi dengan teknik ini, perlu diperhatikan hal-
hal antara lain: bagaimana cara memegang forsep dengan tepat, bagaimana aplikasi forsep
pada gigi, serta bagaimana gerakan forsep untuk dapat mengeluarkan gigi dari soketnya.
Forsep dipegang dengan tangan yang dominan bekerja (right or left handed), sementara
tangan yang lain (non dominan hand), digunakan untuk: meretraksi pipi, bibir dan lidah, agar
terhindar dari trauma saat ekstraksi, menyangga prosesus alveolaris, stabilisasi kepala
pasien, menyangga mandibula untuk menghindari cidera pada TMJ selama proses ekstraksi.
Setelah dilakukan retraksi gingiva dan pemisahan ikatan ligamen periodontal dari
sekeliling gigi, ujung kepala (paruh) forsep diposisikan pada bagian servikal, paralel terhadap
sumbu aksis gigi, tanpa menjepit tulang alveolar maupun gingiva. Lakukan gerakan awal
dengan hati-hati ke arah bukal. Aplikasikan gerakan dengan tekanan kuat tapi perlahan,
untuk mendapatkan pergerakan gigi ke bukal. Selanjutnya, gerakan dilakukan dengan cara
yang sama, ke arah palatal/ lingual.
Secara berangsur-angsur, operator dapat merasakan kegoyahan gigi yang semakin
besar. Tekanan forsep diaplikasikan lebih kuat ke arah bukal dibanding ke arah palatal/
lingual, karena tulang alveolar pada regio bukal jauh lebih tipis dan elastis, dibandingkan
pada regio palatal/ lingual. Pada kondisi anatomi akar yang memungkinkan (akar tunggal,
akar berbentuk kerucut), gerakan memutar (rotasi) bisa diaplikasikan setelah tekanan ke
arah bukopalatal/ bukolingual dilakukan.

74
Gerakan-gerakan diatas memungkinkan terjadinya pelebaran soket gigi, serta
terlepasnya ikatan ligamen periodontal terhadap gigi, sehingga menimbulkan kegoyahan gigi
dalam derajat yang lebih besar. Pada kondisi demikian, gerakan menarik dengan ringan,
dapat diplikasikan un untuk membantu mengeluarkan gigi dari soketnya. Gerakan menarik
gigi dengan kuat selama fasae akhir ekstraksi gigi sangat tidak dianjurkan, untuk
menghindari terjadinya trauma (benturan) pada gigi antagonis oleh gerakan forsep, jika tiba-
tiba gigi tertarik dari soket, sementara tangan opertor tidak dapat mengendalikan gerakan
forsep. Gerakan yang ideal saat mengeluarkan gigi dari soketnya adalah ke arah bukal atau
palatal/ lingual. Pada gigi maksila, secara outwards and upwards, serta outward and
downward pada gigi mandibula.

Ekstraksi Gigi Incisivus Sentral & lateral Maksila


Tahapan kerja :
1. Posisi operator berada di depan kanan pasien.
2. Jika operator tidak kidal, letakkan jari telunjuk pada bagian labial, dan ibu jari di palatal
memegang erat prosesus alveolaris gigi yang akan dicabut.
3. Bagian beaks dari elevator di adaptasikan pada gigi. Posisi beaks (paruh) harus parallel
terhadap aksis gigi.
4. Gerakkan gigi dengan perlahan kearah labial, kemudian palatal. Aplikasikan tekanan
semakin besar dan lakukan gerakan tersebut berulang kali. Tekanan terakhir diarahkan ke
labial kemudian gigi dapat dikeluarkan dari soketnya dari arah labial.
5. Gigi insisivus memiliki akar berbentuk konus, sehingga pencabutan juga dapat dilakukan
dengan gerakan memutar ke 1 arah, kemudian diputar kearah yang berlawanan sampai
ligament periodontal lepas dan gigi dapat diangkat dari soketnya.

Ekstraksi Gigi Premolar Maksila


Tahapan kerja :

75
1. Posisi operator berada di depan kanan pasien.
2. Pada gigi premolar maksila kiri : posisikan telunjuk pada bukal dan ibu jari pada palatal.
Pada gigi premolar maksila kanan : posisikan ibu jari pada bukal dan telunjuk pada palatal.
Berikan tekanan ringan pada bagian bukal dan palatal.
3. Bagian beaks dari elevator di adaptasikan pada gigi. Posisi beaks (paruh) harus parallel
terhadap aksis gigi.
4. Gerakkan gigi dengan perlahan kearah bukal, kemudian palatal. Aplikasikan tekanan
semakin besar dan lakukan gerakan tersebut berulang kali. Tekanan terakhir diarahkan ke
bukal. kemudian gigi dapat dikeluarkan dari soketnya dari arah bukal. Tidak boleh
melakukan gerakan rotasi pada gigi premolar.

Ekstraksi Gigi Molar Maksila


Tahapan kerja :
1. Posisi operator berada di depan kanan pasien.
2. Pada gigi molar maksila kiri : posisikan telunjuk pada bukal dan ibu jari pada palatal. Pada
gigi molar maksila kanan : posisikan ibu jari pada bukal dan telunjuk pada palatal. Berikan
tekanan ringan pada bagian bukal dan palatal.
3. Bagian beaks dari elevator di adaptasikan pada gigi. Posisi beaks (paruh) harus parallel
terhadap aksis gigi.
4. Gigi molar maksila memiliki 3 akar (2 di bukal dan 1 di palatal), seringkali membengkok ke
distal. Untuk mencabut gigi tersebut, pertama- tama berikan tekanan dengan gentle kearah
bukal kemudian palatal. Tambahkan gerakan dan tekanan kearah bukal. kemudian
keluarkan gigi dari soketnya kearah bukal.

76
Ekstraksi Gigi Incisivus Mandibula
Tahapan kerja
1. Posisi operator berada di depan kanan pasien atau dibelakang pasien, dengan tangan kiri
mengitari kepala pasien
2. Mandibula di stabilisasi dengan 4 jari yang diletakkan di area sub mandibular, sedangkan
ibu jari diletakkan di permukaan oklusal gigi.
3. Bagian beaks dari elevator di adaptasikan pada gigi. Posisi beaks (paruh) harus parallel
terhadap aksis gigi.
4. Gerakkan gigi dengan perlahan kearah labial, kemudian palatal. Aplikasikan tekanan
semakin besar dan lakukan gerakan tersebut berulang kali. Tekanan terakhir diarahkan ke
labial kemudian gigi dapat dikeluarkan dari soketnya dari arah labial.
5. Gigi insisivus bawah memiliki akar yang pipih, sehingga jika ingin melakukan gerakan
memutar, hanya dibolehkan sedikit dan 1 kali saja.

Ekstraksi Gigi Premolar Mandibula


Tahapan kerja :
1. Posisi operator berada di depan kanan pasien.
2. Pada gigi premolar mandibula kiri : mandibula distabilisasi dengan 4 jari pada area
submandibular, dan ibu jari diletakkan di permukaan insisal insisivus. Pada gigi premolar
mandibula kanan : posisi ibu jari dirubah pada permukaan oklusal gigi molar kanan

77
3. Bagian beaks dari elevator di adaptasikan pada gigi. Posisi beaks (paruh) harus parallel
terhadap aksis gigi.
4. Gerakkan gigi dengan perlahan kearah bukal, kemudian palatal. Aplikasikan tekanan
semakin besar dan lakukan gerakan tersebut berulang kali. Tekanan terakhir diarahkan ke
bukal. kemudian gigi dapat dikeluarkan dari soketnya dari arah bukal. Tidak boleh
melakukan gerakan rotasi pada gigi premolar mandibula.

Ekstraksi Gigi Molar Pertama Mandibula


Tahapan kerja :
1. Posisi operator berada di depan kanan pasien.
2. Pada gigi molar mandibula kiri : mandibula distabilisasi dengan 4 jari pada area
submandibular, dan ibu jari diletakkan di permukaan insisal insisivus. Pada gigi premolar
mandibula kanan : posisi ibu jari dirubah pada permukaan oklusal gigi premolar kanan.
3. Bagian beaks dari elevator di adaptasikan pada area paling apical dari gigi yang akan
dicabut, dibawah garis servikal gigi. Posisi beaks (paruh) harus parallel terhadap aksis gigi.
4. Gigi molar mandibula memiliki 2 akar (mesial dan distal), akar mesial lebih besar dan lebih
pipih daripada akar distal. Untuk mencabut gigi tersebut, pertama- tama berikan tekanan
dengan gentle kearah bukal kemudian lingual. Tambahkan gerakan dan tekanan kearah
bukal. kemudian keluarkan gigi dari soketnya kearah bukal

3. Pengambilan Gigi dari Soketnya menggunakan Elevator


Prinsip penggunaan elevator :
1. Elevator/bein lurus dipegang dengan posisi jari telunjuk terletak dekat dengan blade
yang berfungsi untuk menggerakkan gigi atau akar gigi

78
2. Selalu posisikan elevator pada area bukal gigi. Jangan pernah memposisikan elevator
dari arah lingual atau palatal
3. Permukaan elevator yang konkaf harus berkontak dengan permukaan mesial atau distal
gigi yang akan di ektraksi, serta diposisikan diantara gigi dan tulang alveolar. Jadikan
tulang alveolar sebagai tumpuan tekanan, bukan gigi sebelahnya karena beresiko
kerusakan jaringan pada akar gigi yang dijadikan tumpuan

4. Saat instrumen diletakkan diantara gigi posterior maksila, posisikan instrumen tegak
lurus terhada aksis gigi. Sedangkan untuk gigi lain, posisi instrumen bisa tegak lurus,
paralalel, atau bersudut
5. Selama luksasi dengan elevator, letakkan cotton roll atau gauze diantara jari dan area
palatal atau lingual untuk mencegah injuri pada jari/lidah akibat elevator.

6. Elevator lurus tidak boleh digunakan untuk mengekstraksi gigi dengan akar ganda,
karena adanya resiko fraktur pada akar.
7. Posisi tangan saat menggunakan elevator :
Maksila : Pada gigi premolar kanan – molar kanan ketiga : posisikan telunjuk tangan
kiri pada palatal, dan ibu jari di bukal gigi yang akan dicabut. Pada gigi caninus kanan
– molar kiri ketiga : posisikan telunjuk pada labial / bukal dan ibu jari pada palatal.

79
Mandibula : Pada gigi premolar kanan pertama - gigi molar kanan ketiga :
posisikan telunjuk pada bagian bukal, dan ibu jari di sebelah lingual. Pada gigi caninus
kanan – molar kiri ketiga : posisikan telunjuk pada lingual dan ibu jari pada labial atau
bukal.

Ekstraksi Akar Tunggal pada Gigi Anterior tanpa Mahkota


Tahapan kerja :
1. Posisikan blade elevator diantara akar dan tulang alveolar (tegak lurus atau menyudut),
dengan permukaan konkaf blade kontak dengan permukaan mesial atau distal akar

2. Dengan menggunakan tulang alveolar sebagai tumpuan, berikan tekanan dengan


memutarkan sedikit elevator di area mesial dan distal

80
Ekstraksi Akar Ganda pada Gigi Posterior tanpa Mahkota
Tahapan kerja :
1. Lakukan separasi pada akar gigi dengan fissure bur tegak lurus terhadap groove
bukolingual gigi. Separasi juga dapat dilakukan dengan elevator lurus.
2. Letakkan blade pada bifurkasi dengan permukaan konkaf instrument berkontak dengan
akar distal. Posisikan jari pada bukal dan lingual untuk melindungi jaringan lunak dari blade
elevator, jika elevator tergelincir.

3. Separasi akar dengan gerakan memutar dari elevator,

4. Angkat akar distal keluar soket dengan gerakan ke atas.

81
5. Akar mesial diangkat dengan cryer. Elevator diletakkan dengan posisi blade berada pada
permukaan distal dari akar mesial. Angkat tulang intraradikular terlebih dahulu (jika lebih
tinggi daripada akar),

6. Tip elevator berkontak dengan akar dan aplikasikan tekanan memutar keatas untuk
mengangkat akar mesial dari soketnya.

Ekstraksi Ujung Akar pada Gigi Posterior


Tahapan kerja :
1. Cryer diletakkan diantara tulang alveolar dan sisa akar. Instrumen di masukkan ke area
apikal kemudian dilakukan pengambulan tulang intra radikuler.

82
2. Kemudian dlakukan luksasi pada sisa akar sampai sisa akar bergerak. Jika sisa akar tidak
bergerak, lakukan luksasi pada area mesial dan distal dari soket sampai sisa akar dapat
bergerak. Hati – hati saat melakukan luksasi dan mendorong cryer pada sisa akar gigi
molar atas karena ada resiko sisa akar masuk kedalam sinus maksila.

Perawatan pasca ekstraksi


1. Lakukan kuretase
Setelah gigi terambil dari soketnya, perlu dilakukan kuretase pada dasar soket. Tindakan ini
terutama dilakukan pada ekstraksi gigi nonvital, untuk menghindari tertinggalnya jaringan
lesi periapikal (jika ada) yang dapat berkembang menjadi kista.
2. Haluskan tulang alveolar yang tajam
Proses ekstraksi yang sulit, terkadang menyebabkan rusaknya tulang alveolar serta
menghasilkan tepi yang runcing atau tidak rata. Jika pada perabaan, operator merasakan
adanya permukaan tulang yang runcing atau tidak rata, haluskan dengan rongeur atau
bone file hingga menghasilkan permukaan yang halus dan tidak melukai mukosa.
3. Lakukan kompresi pada soket gigi
Tekan soket gigi yang terbuka lebar dari arah bukal dan palatal/lingual secara bersamaan
dengan menggunakan jari tangan. Tindakan ini dilakukan untuk mengembalikan posisi
soket yang melebar pasca ekstraksi, juga sebagai upaya untuk mengurangi perdarahan.

83
4. Instruksikan pasien pasca pencabutan
a. Menggigit kasa / tampon steril yang ditempatkan diatas soket gigi yang diekstraksi
selama 30-45 menit. Tekanan kasa akan membantu proses pembekuan darah dan
melindungi blood cloth.
b. Hindarkanlah kerusakan daerah pencabutan, karena makan yang keras.
c. Jangan menghisap daerah bekas pencabutan.
d. Jangan mengunyah permen dan merokok.
e. Jangan memberikan rangsang panas pada daerah bekas pencabutan.

TEKNIK EKSTRAKSI GIGI DENGAN PENYULIT


ALAT DAN BAHAN YANG DIPERLUKAN
Mahasiswa Kampus
1. 1. Phantom
2. Alcohol
3. Kapas
4. Masker
5. Sarung tangan
6. Scalpel no 15
7. Scalpel handle
8. Ampul Lidokain
9. Jarum + spuit injeksi
10. Periosteal elevator
11. Elevator
12. Forcep
13. Bur tulang
14. Bone file

84
15. Kuret periapikal
16. Needle holder
17. Gunting
18. Handpiece straight (low speed)
19. Tensi meter
20. Stetoskop
21. PhKain
22. Betadine
23. Benang jahit
24. Jarum Jahit
25. salin

Faktor utama yang perlu diperhatikan dalam melakukan tindakan bedah adalah Asepsis
dan Antisepsis. Hal ini bertujuan untuk menghindari masuknya mikroorganisme patogen dari
luar, maupun dari penyakit infeksi yang ditularkan antar pasien, ke dalam tubuh kita. Oleh
karena itu, tindakan sterilisasi alat, serta proteksi pasien dan operator, mutlak diperlukan
sebelum dilakukannya tindakan bedah.
Pencabutan dengan pembedahan adalah salah satu metode pencabutan dengan menggunakan
flap dan mengurangi tulang disekitar gigi. Indikasi dilakukannya pencabutan dengan
pembedahan yaitu
 pencabutan dengan penyulit,
 gigi dengan morfologi akar yang abnormal,
 hipersementosis gigi,
 ankilosis akar
 impaksi,
 gigi desidui yang jika di cabut dengan teknik biasa menyebabkan ikut tercabutnya gigi
permanen dibawahnya
 akar yang patah didalam tulang alveolar
 pencabutan gigi maksila yang melibatkan sinus maksilaris
kontraindikasi dilakukan pencabutan dengan pembedahan yaitu
 fraktur akar asymtomatik, jika dilakukan pengambilan akar di khawatirkan terjadi
komplikasi yang serius
 masalah kesehatan sistemik pada pasien
 pasien tidak kooperatif

 Sterilisasi Alat

85
Sterilisasi alat, bisa dilakukan dengan beberapa metode (sesuai indikasi), antara lain
dengan dry heat, moist heat (autoclave), chemical sterilization, and syterilization with Ethylene
oxide. Setelah tahap sterilisasi selesai dilakukan, semua instrumen sebaiknya dibungkus
dengan pack disposible. Hal ini memungkinkan penyimpanan instrumen dalam waktu lama
sebelum digunakan, dalam kondisi tetap steril. Instrumen dalam pack yang telah terbuka, perlu
disterilkan kembali sebelum digunakan.
Sebelum tindakan operasi dimulai, semua instrumen yang akan digunakan dalam
prosedur operasi, disusun dengan rapi diatas tray dental chair, kemudian ditutup dengan
selubung yang steril.

 Persiapan Operator
Persiapan operator sebelum melakukan tindakan bedah, meliputi mencuci tangan
dengan cairan desinfektan, serta penggunaan pakaian bedah yang tepat. Pencucian tangan
dapat dilakukan menggunakan sabun desinfektan atau dengan cairan desinfektan lain yang
mengandung alkohol. Gosoklah terutama pada bagian-bagian tangan yang paling sering
berkontak dengan pasien. Diawali dari telapak tangan, lengan, hingga siku. Waktu yang
direkomendasikan untuk mencuci tangan ini adalah 3-5 menit. Setelah itu, gunakan sarung
tangan disposable, serta mengenakan perlengkapan pakaian bedah, seperti topi yang menutupi
rambut, masker, serta menggunakan sandal yang bersih.

86
Hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan pada proses ekstraksi gigi sederhana, adalah:
1. Informasi yang tepat, serta upaya memberikan keyakinan kepada pasien terhadap tindakan
yang akan dilakukan, untuk meminimalisir tingkat stress dan rasa takut pasien, sehingga
pasien bersikap kooperatif saat dilakukannya tindakan.
2. Mengetahui dengan baik, anatomi gigi yang bervariasi
3. Melakukan pemeriksaan klinis dan radiografis secara mendetail, untuk menentukan rencana
perawatan dan teknik yang akan digunakan, dengan tepat.
4. Persiapan-persiapan terhadap pasien, antara lain:
 Berkumur dengan cairan antiseptik
 Memposisikan dental chair secara benar

Set for surgical tooth extraction


1. Local anesthesia syringe, needle, and ampule.
2. Scalpel and blade.
3. Periosteal elevators.
4. Elevators.
5. Bone chisel.
6. Mallet.
7. Rongeur forceps.
8. Bone file.
9. Periapical curette.
10. Bone burs.
11. Needle holder.
12. Surgical forceps and anatomic forceps.
13. Scissors.
14. Suction tip.

87
15. Straight handpiece.
16. Needles and Sutures.
17. Sterile gauze.

3. INSTRUMENTATION FOR BONE REMOVAL

Chisels and Mallet

Bone Roenguer

Bone File

4. SURGICAL CURETTE

88
5. SCALPEL
Handle and Blade

6. PERIOSTEAL ELEVATORS

7. SCISSOR
Gum Scissors

Suture Scissors

8. SUTURING INSTRUMENTATION
Needle Holder

Needles

89
a) Cross-sectional view of needles: (1), oval tapered (2), cutting (3, triangular with
one of the three cutting edges on the inside of the semicircle), reverse-cutting (4,
triangular with two cutting edges on the inside of the semi-circle).
b) Size of needle compared to regular circle: one-quarter of a circle (1), three-eighths
of a circle (2), half a circle (3), three-quarters of a circle (

Sutures

Silk, Nonresorbable surgical sutures Cat gut, Resorbable surgical sutures

9. BONE BURS

TAHAPAN PEKERJAAN
1. Pembuatan flap mukoperiosteal
a. Menentukan design flap
Envelop atau trapezium flap digunakan untuk gigi maksila akar ganda, sedangkan
triangular flap digunakan untuk ekstraksi gigi berakar tunggal

90
Trapezium flap Triangular flap

Envelope flap Semilunar flap

b. Insisi dilakukan dengan scalpel secara continous, ujung skalpel secara konstan berkontak
dengan tulang.
c. Insisi vertikal dibuat mulai dari vestibulum bukal mengarah ke gingiva papila interdental
d. Lebar flap disesuaikan sehingga operator dapat melihat dengan jelas daerah operasi
e. Basis flap dibuat lebih lebar dibandingkan apex (free gingival margin). Hal ini bertujuan
menjaga blood supply gingiva
f. Insisi dibuat sepanjang sulkus gingiva untuk pertimbangan estetik (jika pada gigi anterior)
g. Selama prosedur tidak boleh menarik dan menghancurkan flap, karena aliran darah dan
proses penyembuhan akan terganggu

2. Pembuangan tulang bukal menggunakan bur tulang.


Tulang bukal dikurangi sampai bifurkasi terlihat

91
3. Pembelahan gigi dilakukan menggunakan bur tulang. Pembelahan gigi dilakukan dengan
membuat groove vertikal dari bifurkasi ke arah mahkota

4. Pengambilan bagian mesial/distal gigi dengan menggunakan forcep atau bein/elevator

5. Pembersihan soket dengan kuretase dan penghalusan tulang dengan menggunakan bone
file, irigasi dengan saline
6. Suturing

92
PEMBUATAN RESEP

93
LBM 5

PENANGANAN DRY SOCKET

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2017

94
DRY SOCKET (ALVEOLITIS)
Mahasiswa Kampus
1. alat diagnostic 1. alkohol
2. bengkok 2. kapas
3. probe
4. sickle
5. chisel
6. hoe
7. universal curette

KETRAMPILAN YANG HARUS DISELESAIKAN


1. Pretest
2. Melakukan penanganan dry socket

Dry socket (alveolitis) adalah rasa nyeri yang terjadi setelah ekstraksi gigi permanen.
Dry socket terjadi karena jendalan darah pasca ekstraksi gigi tidak terbentuk. Tulang dan saraf
yang terbuka/tidak terlindungi karena tidak adanya jendalan darah menyebabkan nyeri yang
luar biasa pada soket bekas pencabutan gigi. Rasa nyeri biasanya terjadi 1-3 hari setelah
pencabutan.

Tanda dan gejala :


o Rasa sakit yang hebat
o Bau mulut dan rasa yang tidak enak
o Tulang alveolus yang terbuka
o Blood cloth tidak ada pada soket gigi pasca pencabutan
o Radang gingiva
o Limfadenopati

Secara normal, terdapat jendalan darah setelah ekstraksi gigi. Dengan hilangnya
jendalan darah akan menyebabkan tidak terbentuknya jaringan baru di soket gigi. Selain itu
soket juga terpapar dengan udara, cairan, dan makanan. Sehingga dapat menyebabkan nyeri.
Beberapa faktor penyebab dr socket antara lain :
Beberapa factor penyebab dry socket antara lain :
o Kontaminasi bakteri
o Trauma yang besar pada daerah pencabutan karena ekstraksi gigi yang sulit

95
o Fragmen kecil dari akar atau tulang yang tertinggal pada luka pasca bedah
o Berkurangnya vaskularisasi local
o Pasien merokok atau menghisap daerah bekas pencabutan

Berikut perawatan dry socket :


1. Membersihkan debris yang terdapat pada soket dengan irigasi cairan steril / antiseptic
2. Aplikasi dressing pada soket.
3. Memberikan obat penghilang rasa nyeri, anti inflamasi dan antibiotic bila diperlukan
4. Menginstruksikan kepada pasien agar membersihkan soket dari debris untuk
mempercepat proses penyembuhan dengan obat kumur.
Dry socket akan sembuh sekitar 5-10 hari.

Berikut perawatan dari Dry Socket :

1. Membersihkan debris yang terdapat pada soket dengan irigasi cairan steril/antisptik.

2. Aplikasi dressing pada socket.

96
3. Memberikan obat pereda rasa nyeri
4. Menginstruksikan kepada pasien agar membersihkan soket dari debris untuk
mempercepat proses penyembuhan dengan air garam atau obat kumur.

Dry socket akan sembuh sekitar 5-10 hari.


Beberapa medikasi yang dapat mencegah terjadinya dry socket adalah :
1. Pemberian obat kumur anti bakteri sebelum dan sesudah pencabutan
2. Pemberian obat antibiotic per oral pada pasien dengan medically compromised
3. Pemberian kasa steril atau tampon dengan diberi cairan antiseptic pada luka bekas
pencabutan
4. Memberikan instruksi pasca pencabutan kepada pasien, apabila diperlukan diberikan
secara tertulis.

PEMBUATAN RESEP

97
LBM 6

GINGIVECTOMY

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2017

98
GINGIVECTOMY
ALAT DAN BAHAN YANG DIPERLUKAN
Mahasiswa Kampus
1. Lap putih 1. spuit injeksi
2. alat diagnostic 2. periodontal pack
3. bengkok 3. pocket marker
4. spatula 4. panthom
5. probe 5. scalpel no 15
6. handle scalpel
7. glass plate
8. gliserin
9. splatula
10. handscoon
11. masker
12. Lidokain
13. Kapas
14. Iod
15. alkohol

KETRAMPILAN YANG HARUS DISELESAIKAN


1. Melakukan probing
2. Melakukan marking pocket depth
3. Melakukan insisi gingival
4. Melakukan recontouring
5. Melakukani rigasi
6. Melakukan pembuatan resep

99
GINGIVEKTOMI, GINGIVOPLASTI DAN PEMASANGAN PERIODONTAL PACK
PADA MODEL

Gingivektomi: teknik bedah periodontal yang bertujuan untuk mengeliminasi adanya poket
gingiva, yang meliputi tindakan eksisi gingiva serta pembentukan kembali
gingiva pada kontur normalnya
Gingivoplasti: teknik pembentukan gingiva kembali, hingga dapat mencapai bentuk kontur
fisiologis (rekonturing)

Indikasi Gingivektomi:
 Eliminasi supraboni pocket dengan kedalaman kedalaman > 4 mm
 Eliminasi enlargement gingiva
 Eliminasi abses periodontal

Kontraindikasi Gingivektomi:
 OHI selalu jelek
 Inflamasi akut
 Jika diperlukan bedah tulang alveolar
 Dasar poket dibawah mucogingival junction
 Frekuensi karies tinggi
 Frekuensi malposisi yang tinggi
 Kontra indikasi penyakit sistemik

Teknik Gingivektomi
1. Ukur kedalaman poket dengan menggunakan probe

100
2. Anestesi local ( tidak dilakukan dalam preklinik)
3. Tandai batas tepi gingiva (terhadap kedalaman poket) yang akan dieksisi, dengan
menggunakan pocket marker

A. Discontinuous incision apical to bottom of the pocket B. Continuous incision begins on


the molar and indicated by pinpoint marking extends anteriorly
without interruption
4. Lakukan insisi gingiva

A. Apical to bleeding point B. 45° bevel to the root

5. Scaling kalkulus subgingiva, kuretase dan root planning ( tidak dilakukan dalam tahapan
preklinik)
6. Recontouring gingiva dengan menggunakan scalpel dan gunting
7. Irigasi area operasi menggunakan aline kemudian dikeringkan
8. Pemasangan Periodontal Pack ( reinforcement )

101
Periodontal pack diaduk dengan perbandingan base dan katalis 1:1. Tangan dibasahi
dengan gliserin, lalu periodontal pack diaplikan

Macam sediaan:

MANIPILASI BAHAN & APLIKASI

Pack Regio Anterior Pack Regio Posterior

9. Instruksi pasca operasi dan pemberian resep


10. Kontro pasca operasi pada hari ke 7 ( tidak dilakukan dalam tahapan preklinik

102
PEMBUATAN RESEP

LEMBAR PENILAIAN PRAKTIKUM


MELAKUKAN GINGIVEKTOMI DAN GINGIVOPLASTI PADA MODEL

103
INTERPRETASI KELAINAN DAN LESI
PERIODONTAL-PERIAPIKAL
SASARAN BELAJAR:
Menentukan diagnosis berdasar analisa hasil pemeriksaan (klinis,lab,radiografis, temuan lain)
Memastikan lokasi, perluasan, etiologi, kelainan periodontal serta kerusakannya
Membedakan pulpa sehat dan tidak sehat
Membedakan jaringan periodontal yang sehat dan tidak sehat

ALAT DAN BAHAN YANG DIPERLUKAN


Alat Bahan
1. Alat tulis 1. Print out
2. E-book/jurnal terbaru

Buku panduan yang bisa digunakan:


Whaites, Eric. 2002. Essential of Dental Radiography and Radiology 3th Edition. Churchill
Livingstone
White S.C. and Pharoah M.J. Oral Radiology: Principles and Interpretation, 5th ed. Mosby. St.
Louis. 2009

TEORI
Interpretasi foto radiografis periapikal
Ada beberapa bagian dari interpretasi Intraoral yang harus diperhatikan :
1. Mahkota
2. Akar
3. Membran Periodontal
4. Laminadura
5. Puncak Tulang alveolar
6. Furkasi
7. Periapikal
Kesan
Suspect Diagnosis / Diagnosa radiografis /diagnosa periapikal

Mahkota :

104
 Anatomi : semua mahkota klinis gigi yang terlihat secara rodiogarfi sampai ke cervical
 Diisi dengan :
1. Kondisi mahkota : dengan kata-kata radioopak / radiolusent di mahkota sampai batas
yang terlihat
2. Juga arah perjalanannya seperti dari oklusal ke sampai dentin, atau dari mesial sapai
mendekati pulpa
Akar :
 Anatomi : semua akar klinis gigi yang terlihat secara rodiogarfi cervical sampai
apikal
 Diisi dengan :
1. Jumlah akar, seperti dua buah, tunggal atau tiga buah
2. Bentuk akar seperti benkok kearah distal, mesial, konvergen atau divergen
3. Kondisi patologis seperti adanya garis fraktur, resobsi interna ataupun eksterna

Membran periodontal:
 Anatomi : selubung membran yang mengelilingi akar klinis gigi
 Diisi dengan :
1. Dalam batas normal : membran yang tidak ada kelainan di perlihatkan dalan bentuk
tidak adanya banyangan radiolusent sepanjang akar
2. Melebar : membran yang mengalami peradangan ditujukkan dengan garis radiolusent
sepanjang akar dapat sebagaian ataupun keseluruhan
3. Menghilang : ditunjukkan dengan tidak adanya membran digantikan oleh lesi yang jauh
lebih besar

Lamina dura :
 Anatomi : merupakan tulang alveolar terluar
 Diisi dengan :
1. Dalam batas normal : bila tidak tampak garis radiolusent disepanjang tulang alveolar
yang mengelilingi gigi
2. Terutus-putus : bila terdapat bayangan radioopak disepanjang tulang baik keseluruhan
ataupun sebagian
3. Menebal : apabila bayangan radioopak terlihat jelas disepanjang tulang alveolar
4. Menghilang : apabila laminadura telah tertutup oleh lesi ataupun lainnya yang berukuran
lebih besar

105
Furkasi
 Anatomi : daerah furkasi atau percabangan akar
 Diisi dengan :
1. Dalam batas normal : bila tidak terdapat kalainan
2. Bayangan radiolusent bila terdapat lesi ataupu furkasi yang terbuka (tidak terdukung
tulang lagi)
3. Radiopak apabila ada lesi yang radioopak

Puncak tulang alveolar


 Anatomi : Tulang yang mengelilingi akar gigi mulai dari CEJ sampai dengan foremen
apikal
 Diisi dengan :
1. Dalam batas normal : apabila tidak terdapat kelainan pada puncak tulang
2. Resorbsi : apabila puncak tulang mengalami penurunan baik secara horizontal, vertikal
ataupun bentuk lainnya

Periapikal
 Anatomi : daerah yang berapa dibawah foramen apikal gigi
 Diisi dengan :
1. Dalam batas normal : apabila tidak tampak adanya lesi ataupun kelainan

Kesan
Kesan radiografis merupakan kesimpulan dari semua point yang ada kelianannya. Diisi dengan
keterangan point yang bermasalah mulai dari 1(mahkota) sampai 7(periapial).
Contohnya :
kesan : terdapat kelainan pada mahkota, akar, membran periodontal, lamina dura tergantung
pada point yang menunjukkan kelainana secara radiografi yang telah dijelaskan.

Berisi tentang kemungkinan diagnosa radiografis yang dapat ditentukan berdasarkan


keterangan yang dijelaskan .
Contoh : periodontitis apikal ec nekrose pulpa
periodontitis marginalis dll
(keterangan mengenai diagnosa akan dibahas dibagian suspek diagnosa )

106
Jenis Radiograf
Intra oral : Periapikal tekhnik Choose an item.
Elemen gigi :
Interpretasi

Elemen gigi
Mahkota
Akar
Membran periodontal
Lamina dura
Alv. Crest
Furkasi
Periapikal
Kesan

Suspek Radiodiagnosis

Diagnosis banding

Tahapan kerja :
1. Lakukan interpretasi radiografis pada kasus-kasus tersebut!
2. Lakukanlah analisis pada pertanyaan dibawah berdasarkan sumber – sumber yang sudah
diberikan diatas. Untuk sumber diluar buku panduan, bisa menggunakan jurnal terbaru
berbahasa inggris (minimal tahun 2011).
3. Buatlah peta konsep terhadap seluruh penyakit tersebut!

Penyakit pulpa
1. Pulpitis Reversible
Definisi :
Etiologi:
Gejala klinis:
tampilan khas radiografis:
DD:

2. Pulpitis irreveribel
Definisi :
Etiologi:
Gejala klinis:
tampilan khas radiografis:

107
DD:

Penyakit Periapeks Akut


1. Periodontitis Apikal Akut
Definisi :
Etiologi:
Gejala klinis:
tampilan khas radiografis:
DD:

Penyakit Periapeks Kronis


1. Abses periapikal
Definisi :
Etiologi:
Gejala klinis:
tampilan khas radiografis:
DD:

2. Granuloma periapikal
Definisi :
Etiologi:
Gejala klinis:
tampilan khas radiografis:
DD:

3. Kista Radikular
Definisi :
Etiologi:
Gejala klinis:
tampilan khas radiografis:
DD:

Lesi periodontal :

108
1. Periodontitis akut :

Definisi :
Etiologi:
Gejala klinis:
tampilan khas radiografis:
DD:
2. Periodontitis kronis :

Definisi :
Etiologi:
Gejala klinis:
tampilan khas radiografis:
DD:

3. Agresive periodontitis:

Definisi :
Etiologi:
Gejala klinis:
tampilan khas radiografis:
DD:

109
LBM 7

WIRE SPLINTING COMPOSITE


& PERIODONTAL TREATMENT
NON SURGERY (SCALING &
POLISHING)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2016

110
WIRE COMPOSITE SPLINTING
ALAT DAN BAHAN YANG DIPERLUKAN
Mahasiswa Kampus
1. alat diagnostic 1. Panthom
2. bengkok 2. wire 0,6
3. bur finishing (pita kuning) 3. komposit flowable
4. tang potong 4. light cure unit
5. tang universal 5. etsa
6. spidol permanen 6. bonding
7. articulating paper

Splint merupakan alat stabilisasi dan immobilisasi gigi goyah karena suatu lesi, trauma, atau
penyakit periodontal. Perioodontal Splint berguna untuk menggabungkan sejumlah gigi yang
tidak stabil, dengan tujuan untuk memperbaiki stabilitas gigi.

Faktor yang Mengganggu Stabilitas Gigi, antara lain:


a) Kekurangan jaringan pendukung gigi
 Kekurangan jaringan pendukung gigi krn tulang alveolar yang mengalami krn tulang
alveolar yang mengalami absorbsi.
b) Gigi tak stabil karena terlalu banyak gigi “tetangga” yang hilang/ dicabut
c) Tekanan pengunyahan yang berlebih akibat tekanan pengunyahan yang tidak berkontak
sempurna

Prinsip Biologis Splint:


a) Mengurangi tekanan pada jaringan periodontium.
b) Merubah tekanan yang diterima oleh gigi yang dulu bersifat patologis menjadi fisiologis yang
merupakan tekanan yang bersifat stimulasi

Indikasi Splint:
a) Jaringan pendukung gigi sekurang-kurangnya 1/3 akar merupakan jaringan yang masih sehat
b)Estetika memuaskan
c) Tidak mengganggu oklusi
d)Stabil dan efisien

111
e)Jumlah minimal gigi yang harus dilakukan splint
f) Tidak menyebabkan iritasi dan mudah dibersihkan

Klasifikasi Splint:
I. PERMANENT SPLINT:
a) Removable external permanent splint
- cast metal continous splint
- acrylic continous splint night guard
b) Fixed internal permanent
- Interdental reinforded splint
- splint
- goal post
II.TEMPORARY SPLINT
*Silk ligature:
a) Wire ligature splint
b) Steel prsthodontic band
c) E xtra dental acrylic reinforced
d) Inter dental acrylic reinforced
e) Removable
- cast metal continous claps
- acrylic continous claps
- hawley retainer
- bite guard
- acrylic crown splint and modified
- fixed removable auxillary bar spli nt

Fungsi splint berdasarkan klasifikasi diatas:


TEMPORARY SPLINT
a)mengurangi kegoyahan gigi dan mempercepat proses penyembuhan gigi goyah
b) perawatan kerusakan tulang alveolar atau soket akibat kuretase→p en g isia n tulang dan
jaringan ikat sempurna
c)Penyembuhan acute periodontitis gigi extruden
d)Pengobatan gigi giyah yang kronis
e)Sebagai gigi pegangan splint permanen

112
PERMANENT SPLINT
Digunakan untuk mempertahankan kegoyahan gigi atau gigi secara permanen

WIRE COMPOSITE SPLINT

Displacement of the tooth other than axially. Displacement is accompanied by comminution or


fracture of either the labial or the palatal / lingual alveolar bone. Lateral luxation injuries, similar
to extrusion injuries, are characterized by partial or total separation of the periodontal ligament.
However, lateral luxations are complicated by fracture of either the labial or the palatal / lingual
alveolar bone and a compression zone in the cervical and sometimes the apical area. If both
sides of the alveolar socket have been fractured, the injury should be classified as an alveolar
fracture (alveolar fractures rarely affect only a single tooth). In most cases of lateral luxation the
apex of the tooth has been forced into the bone by the displacement, and the tooth is frequenty
nonmobile.
Lateral luxation – diagnostic signs
Description Displacement of the tooth other than axially. Displacement
is accompanied by comminution or fracture of either the
labial or the palatal / lingual alveolar bone. Lateral luxation
injuries, similar to extrusion injuries, are characterized by
partial or total separation of the periodontal ligament.
However, lateral luxations are complicated by fracture of
either the labial or the palatal / lingual alveolar bone and a
compression zone in the cervical and sometimes the
apical area. If both sides of the alveolar socket have been
fractured, the injury should be classified as an alveolar
fracture (alveolar fractures rarely affect only a single
tooth). In most cases of lateral luxation the apex of the
tooth has been forced into the bone by the displacement,
and the tooth is frequently nonmobile.
Visual signs Displaced, usually in a palatal / lingual or labial direction.
Percussion test Usually gives a high metallic (ankylotic) sound.
Mobility test Usually immobile. Sensibility tests will likely give a lack of

113
response except for teeth with minor displacements.
Sensibility test The test is important in assessing risk of healing
complications. A positive result at the initial examination
indicates a reduced risk of future pulp necrosis.
Radiographic findings Widened periapical ligament space best seen on oclusal
or eccentric exposures.
Radiographs As a routine : oklusal, periapical exposure and lateral view
recommended from the mesial or distal aspect of the tooth in question.

Treatment objective
To reposition and splint a displaced tooth to facilitate pulp and periodontal ligament healing.
Treatment
- Rinse the exposed part of the root surface with saline before repositioning
- Apply a local anesthesia
- Reposition the tooth with forceps or with digital pressure to disengage it from its bony
lock and gently reposition it into its original location.
- Stabilize the tooth for 4 weeks using a flexible splint. 4 weeks is indicated due to the
associated bone fracture.

Splint removal
After the fixation period (4 weeks) resin can be removed. If noncomposite resin is used it can be
peeled off with a dental scaler. If composite is used it should be removed with a bur. The tooth
must be supported with digital pressure during this procedure.
Patient instructions
Soft food for 1 week.
Good healing following an injury to the teeth and oral tissues depends, in part, on good oral
hygiene. Brushing with a soft brush and rinsing with chlorhexidine 0,1 % is beneficial to prevent
accumulation of plaque and debris.
Follow up
Clinical and radiographic control after 2 weeks. Clinical and radiographic control and splint
removal after 4 weeks. Clinical and radiographic control at 6-8 weeks, 6 months, 1 year and
yearly for 5 years.

114
Recommended splinting times are :
Type of injury Splinting time Splinting type
Subluxation 2 weeks Flexible
Extrusive luxation 2 weeks Flexible
Avulsion 2-4 weeks Flexible
Lateral luxation 4 weeks Flexible
Root fracture (middle third) 4 weeks Rigid
*Alveolar fracture 4 weeks Rigid
Root fracture (cervical 4 months Rigid
third)
In cases, when teeth are not present (avulsion), fixation may be obtained by using
firm pressure to realign the bone fragments and stabilizing the area by suturing the
gingival tissues.

Splinting guidelines for tooth / bone fractures and luxated/avulsed teeth recommend flexible,
non rigid splinting except in root fractures in the cervical third of the tooth and alveolar fractures
when rigid splinting is recommended.
Fabrication techniques :
Material :
Non rigid :
- .017 X .025 stainless steel wire, composite
- O18 round stainless steel wire, composite
- Monofilament nylon (20-30 lb test) with composite

Rigid splint :
- 030 stainless steel wire, composite
- Wire composite Splinting

Tahap pekerjaan Wire Composite Splint


1. Semprotkan air (distile water), chlorhexidine atau saline dengan menggunakan syringe / spuit
untuk membersihkan gigi geligi yang akan dilakukan splinting

115
2. Reposisi gigi menggunakan ujung jari atau menggunakan tang
3. Apabila dirasa ada perubahan posisi pada tulang alveolar sekita gigi, maka reposisi tulang
alveolar dilakukan dengan menekan bagian bukal dan lingual.
4. Bersihkan gigi geligi yang akan dilakukan slinting, dengan menyemprotkan air (distile water),
chlorhexidine atau saline dengan menggunakan syringe / spuit
5. Apabila ada gingival yang robek, dijahit dulu.
6. Lakukan etching pada 2 atau 1 gigi sebelah distal atau 1 gigi sebelah mesial dari gigi yang
goyang dan gigi yang goyang. Etching dilakukan pada bagian bukal gigi, setinggi ½ mahkota
gigi
7. Biarkan cairan etsa selama 20 detik, kemudian bilas dengan air hingga bersih
8. Semprotkan udara pada gigi geligi yang sudahdilakukan etching hingga enamel gigi kering
dan nampak berwarna putih
9. Ukurlah kawat stainless steel sepanjang gigi geligi yang akan dilakukan splinting, dan bentuk
lah sesuai dengan lengkung gigi geligi tersebut dan melewati pada bagian enamel yang telah
dilakukan etching. Untuk membentuk kawat gigunakan tang adams dan tang koil. Ujung-
ujung kawat berakhir pada bagian aksial gigi dan dibentuk bulat.
10. Aplikasikan bonding pada gigi geligi yang telah dilakukan etching dan lakukan light curing
(tergantung merk bonding yang digunakan)
11. Aplikasikan composite pada gigi geligi yang sudah dilakukan bonding
12. Letakkan kawat pada gigi yang sudah diberi composite dan lakukan light curing.

116
SCALING & POLISHING
Mahasiswa Kampus
1. alat diagnostic 1. alkohol
2. bengkok 2. kapas
3. probe
4. sickle
5. chisel
6. hoe
7. universal curette

KETRAMPILAN YANG HARUS DISELESAIKAN


1. Pretest
2. Melakukan Probing
3. Menghitung indeks Gingiva
4. Menghitung indeks Plak
5. Melakukan simulasi scaling manual

MATERI
Scaling adalah prosedur awal pembuangan kalkulus, plak, akumulasi materi dan stain dari
mahkota gigi dan permukaan akar.
Root planning adalah teknik untuk menghilangkan sementum atau dentin permukaan yang
berubah karena adanya penyakit.

INSTRUMENTASI
Ada beberapa instrument yang digunakan dalam scaling, antara lain :
a. Skeler : dirancang untuk menghilangkan deposit supra gingiva. Skeler mempunyai leher
yang kaku dan mata pisau yang tipis, agar mudah untuk memecah kalkulus terutama di
daerah interproksimal. Bentuk segitiga dan bagian belakang yang tajam menyebabkan
skeler tidak dapat dimasukkan lebih dalam ke bagian submarginal gingiva karena dapat
menimbulkan trauma jaringan lunak.T tersedia dalam bentuk
 bulan sabit yang lurus  (diantaranya adalah skeler Jacquete)

117
memiliki 2 sisi pemotong pada mata pisau lurus yang berujung runcing dan
penampang berbentuk segitiga. Dirancang untuk gigi anterior
 bulan sabit yang melengkung
memiliki 2 sisi pemotong dengan mata pisau berbentuk kurve yang berujung
tajam.. Dirancang untuk gigi posterior.
b. Hoe : digunakan untuk mengungkit deposit kalkulus supramarginal
c. File : digunakan untuk merontokkan dan menghilangkan deposit kalkulus yang tebal.
d. Chisel (pahat) : digunakan untuk mengungkit jembatan kalkulus pada gigi-gigi anterior
bawah.

GERAKAN DASAR
Terdapat 2 gerakan dasar dalam scaling dan root planning, yaitu ;
1. Gerakan eksplorasi  gerakan ini ditujukan untuk mencari letak deposit subgingiva.
Mata pisau instrument dilewatkan sepanjang permukaan akar atau deposit kalkulus, kea
rah apical hingga ke dasar poket. Bila terdapat hambatan selama gerakan eksplorasi,
mata pisau instrument sebaiknya digerakkan kea rah lateral dari permukaan akar da
apabila mungkin, digerakkan kembali kea rah apical dengan perlahan-lahan. Gerakan ini
membantu membedakan birai kalkulus dengan dasar poket.
2. Gerakan menarik  setelah kalkulus atau permukaan yang kasar ditemukan, sudut
instrument dibuat 80o terhadap permukaan akar dan kalkulus, dan dengan hati-hati
instrument digerakkan kea rah oklusal sepanjang permukaan akar untuk melepas

118
kalkulus tersebut. Gerakan ini diikuti dengan gerakan penghalusan dengan
pengendalian alat yang baik. Root planningI dilakukan dengan kuret yang tajam dan
gerakan yang pendek-pendek dan halus, berirama, serta continoue. Instrument
diletakkan pada tepi
deposit, kemudian
digerakkan ke
beberapa arah agar
seluruh
permukaan dapat
dikenai. Lakukan
dengan hati-hati
agar
permukaan akar tidak
tergores atau
tercungkil.

Pengerokan ini dilakukan hingga permukaan akar halus

Tahapan pekerjaan :
1. Probing
2. Penentuan gingival index
3. Oral hygiene index

119
Gingival Indeks

DIstal palatal Mesial Bukal D+P+M+B Elemen Distal Palatal Mesial Bukal D+P+M+B
4 4
11 21
12 22
13 23
14 24
15 25
16 26
17 27
18 28

A B

DIstal lingual Mesial Bukal D+P+M+B Elemen Distal Lingual Mesial Bukal D+P+M+B
4 4
41 31
42 32
43 33
44 34
45 35
46 36
47 37
48 38

C D

120
Kriteria :
0 Gingiva normal
1 Inflamasi ringan, sedikit perubahan warna, edema ringan, tidak terjadi perdarahan saat palpasi
2 Inflamasi sedang, merah, udem, mengkilap, perdarahan pada palpasi
3 Inflamasi berat, merah sekali, udem, ulserasi, perdarahan spontan

A B C D Skor Keadaan
Gingiva
GI = + + + . = 0,1-1,0 Gingivitis ringan
Jumlah gigi = ------------ 1,1-2,0 Gingivitis sedang
2,1-3,0 Gingivitis parah

Oral Higiene Index


Debris

Bukal
Palatal
lingual
KANAN ANTERIOR KIRI TOTAL
ATAS

BAWAH

TOTAL

DI = Total debris = ……… =


Total permukaan yang diperiksa

Kalkulus
Bukal
Palatal
lingual
KANAN ANTERIOR KIRI TOTAL
ATAS

BAWAH

TOTAL

CI = Total kalkulus = ……… =

121
Total permukaan yang diperiksa

OHI = DI + CI =
Kriteria OHI:
0,0 – 2,4 : baik
2,5 – 6,0 : Sedang
6,1 – 12 : buruk

PLAQUE CONTROL RECORD

Bukal Indeks awal, tgl


RA
Palatinal
Lingual
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
RB
Bukal
……… x100% = %
Skor :
Operator :
Jumlah gigi :

Bukal Kontrol 1, tgl


RA
Palatinal ……… x100% = %
Lingual
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
RB Operator :
Bukal

Skor :

Jumlah gigi :

Bukal Kontrol 2, tgl


RA
Palatinal ……… x100% = %
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
Lingual
RB Operator :
Bukal

Skor :

Jumlah gigi :

122

Anda mungkin juga menyukai