Evaluasi Kekuatan Ikat dari Beberapa Pasak Estetik di Berbagai Regio Saluran
Sumber: Allaban., M., Youssef., et al. 2019. Evaluation of Bond Strength of Aesthetic Type of Posts at Different
Regions of Root Canal after Application of Adhesive Resin Cement. Macedonian Journal of Medical Sciences. 2019
Universitas Padjadjaran
DOSEN PEMBIMBING:
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2020
2
Evaluasi Kekuatan Ikat dari Beberapa Pasak Estetik di Berbagai Regio Saluran
Abstrak
Tujuan : Penelitian ini ditujukan untuk mengevaluasi kekuatan ikat antara pasak estetis dan
dentin di berbagai regio saluran akar dalam keadaan pasif maupun aktif.
Metode : Penelitian ini menggunakan 20 gigi premolar yang telah diekstraksi dengan satu
saluran akar. Gigi dibelah dibawah cemento-enamel junction. Akar gigi telah dirawat saluran
akar (endodontik). Glass fiber pasak (Glassix plus, Harald Nordin SA, Switzerland) dan
zirconia pasak (Zirix, Harald Nordin) kemudian disatukan secara adhesive dengan semen
(Multilink Speed, Ivoclar Vivadent). Akar dibagi kedalam dua kelompok utama yang
masing-masing terdiri dari 10 sampel, kemudian setiap kelompok utama dibagi kembali
menjadi 2 sub kelompok dengan masing-masing 5 sampel. Kedua subkelompok ini sesuai
dengan jenis semen yang digunakan. Spesimen dibelah secara transversal menjadi 3 bagian
irisan dengan ketebalan 2 mm untuk melakukan uji push-out. Tes push-out dilakukan pada
Hasil : Hasil penelitian menunjukan bahwa kekuatan ikat push-out secara signifikan
dipengaruhi oleh jenis agen luting dan jenis pasak (P<0,05). Nilai rata-rata kekuatan ikat
push-out pada pasak fiber secara signifikan lebih tinggi daripada nilai untuk pasak zirkonia
terlepas daripada cara luting yang digunakan. Nilai semen resin adhesif dengan total-etch
lebih tinggi dari semen resin self-adhesive terlepas dari berbagai variabel lain. Mengenai
3
efek dari segmen akar terhadap kekuatan ikat push-out, hasil mengungkapkan bahwa
Kesimpulan : Pasak glass fiber menunjukkan hasil yang lebih baik di semua bagian akar
yang telah di etsa metode adhesif total-etch atau self etch adhesive resin semen dan
Pendahuluan
Gigi yang telah dirawat saluran akar, strukturnya kurang kuat terhadap tekanan
eksternal, tekanan mekanis, kurang tahan terhadap kekuatan pengunyahan. Hal ini akan
lebih diperjelas ketika struktur yang tersisa dari gigi tersebut tidak cukup untuk memberikan
ketahanan terhadap fraktur dan kerusakan. Oleh karena itu, rekonstruksi gigi secara tepat
merupakan langkah yang sangat penting sebelum penempatan bahan restorasi akhir atau
mahkota. Penggunaan pasak dan inti adalah salah satu aplikasi yang sukses untuk memberi
dukungan dan memberi kekuatan pada gigi yang telah dirawat saluran akar (endodontik),
namun pilihan jenis yang paling sesuai dari setiap kasus membutuhkan diagnosis yang tepat
dan kemampuan dokter gigi untuk melakukan prosedur ini dengan keterampilan yang tinggi.
Beberapa studi in-vitro telah dilakukan untuk menilai berbagai aspek pasak dan inti.
Studi ini menunjukan pentingnya menggunakan kombinasi dari beberapa bahan yang
kompleks (dentin, pasak logam, semen dan bahan inti) dengan berbagai tingkat rigiditas dan
yang estetik semakin banyak digunakan oleh dokter gigi dibandingkan sebelumnya,
khususnya penggunaan metode non-logam , misalnya pasak zirkonia dan pasak fiber.
Pemilihan adhesif yang tepat dan prosedur luting untuk ikatan pasak pada akar dentin adalah
sebuah tantangan. Ikatan yang sebenarnya adalah kekuatan dari semen pasak dan permukaan
akar yang dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk tingkat dehidrasi dari saluran akar
dentin, jenis conditioning, tipe semen yang digunakan, adanya bentuk saluran akar yang
4
5
tidak menguntungkan, penggunaan sealer yang mengandung eugenol dan perbedaan anatomi
di dalam kepadatan dan orientasi tubulus dentin pada tingkatan yang berbeda dalam area
saluran akar.
Selain itu, kesulitan mengontrol kelembaban dan kurangnya visibilitas secara langsung
terhadap saluran akar akan merugikan prosedur bonding. Tes push-out telah digunakan untuk
mengukur retensi pasak pada area yang berbeda dari ruangan pasak. Metode ini telah terbukti
memiliki lebih sedikit kegagalan prematur pada sampel dan variabilitas distribusi datanya
lebih rendah dibandingkan dengan uji tarik konvensional. Hal ini dikarenakan sifat fraktur
yang terjadi pada uji push-out yang dilakukan sejajar dengan permukaan bonding dentin,
Sekitar 20 gigi premolar pertama rahang bawah dikumpulkan dan didapat dari sampel
pasien laki-laki berusia 35-45 tahun. Kemudian gigi dipilih berdasarkan kriteria penelitian
yakni serupa dalam ukuran, bentuk dan morfologi akar. Akar diobservasi dibawah
pencahayaan yang tepat dengan lensa pembesar untuk memastikan tidak adanya karies,
fraktur atau retak. Gigi dibersihkan dari debris, plak dan kalkulus dengan menggunakan
scaler (Martin, Germany). Selanjutnya gigi yang dipilih ditempatkan pada larutan saline
1. Preparasi Spesimen
Mahkota setiap gigi dipotong secara horizontal 2 mm dari koronal ke CEJ, dalam
bidang perpendikular panjang sumbu gigi. Bur carbide fissure (Komet-Brasseler GmbH,
spray yang berlimpah, untuk mendapatkan panjang akar 15 +/- 1 mm. Permukaan yang
sudah dibelah dihaluskan dengan menggunakan fine diamond disk. Pembukaan akses
koronal ditutup dengan bahan tambal sementara eugenol free Coltosol F (coltene AG,
Atlstaten, Swiss) dan gigi disimpan dalam larutan salin normal di suhu kamar sampai
dilakukannya perawatan endodontik. Saluran akar dapat ditentukan oleh K-File 15. Akarnya
secara endodontik diukur dengan panjang kerja 1 mm dari apeks menggunakan master apical
file 35. Semua saluran akar di instrumentasi oleh operator yang sama dan teknik preparasi
saluran akar yang digunakan adalah step-back. Pada teknik ini K-File diperbesar menjadi
file H-50. Setelah itu, irigasi dilakukan dengan menggunakan larutan natrium hipoklorit
(NaOCl) 5,25% menggunakan jarum suntik plastik dan diaplikasi setiap pergantian ukuran
file pada proses shaping. Kemudian, saluran akar dibersihkan dengan air suling, dikeringkan
dengan menggunakan paper point (Dentsply-Maillefer) ukuran 35. Selanjutnya siap untuk
di obturasi.
Mastercone dicoba sesuai dengan saluran yang telah dipreparasi dan mencapai
panjang kerja dengan tug-back action. Saluran yang disiapkan diisi dengan calcium
hydroxide sealer (Apex plus, Ivoclalr Vivadent) dengan bantuan intrakanal tips, gutta-percha
points (Dentsply-Maillefer) dilapisi dengan sealer dan ditempatkan di saluran akar. Finger
spreader dimasukan ke dalam saluran akar dengan 1 mm lebih pendek dari panjang kerja,
kemudian dilepas dengan diputar dan ditarik. Accessory point dipilih dan diterapkan. Proses
tersebut terus diulang sampai saluran terisi. Gutta-percha yang berlebih dibuang, bagian
coronal dipadatkan dengan plugger. Kemudian, kavitas diisi dengan bahan tambal
Dental Factory, Inggris) yang dikelilingi oleh custom-made silinder plastik dengan diameter
7
eksternal 25 mm dan tinggi 30 mm. Untuk memastikan posisi vertikal dan sentral secara
akurat dari masing-masing akar dan saluran dalam acrylic resin cylinder, sebuah perangkat
gutta-percha di dalam saluran sebagai apical seal, panjang ruang pasak ditentukan menjadi
menggunakan pilot reamer (Harald Nordin). Rubber stopper dimasukan dan disesuaikan
dengan panjang pasak. Saluran akar pada setiap spesimen kemudian diperbesar dengan bur
low-speed, menggunakan bur yang sesuai dengan pasak yang dipilih, yang disediakan satu
set dengan pasak oleh pabrik. Saluran dibersihkan dengan air steril dan dikeringkan dengan
paper point. Akar dikeringkan dengan paper point. Akar yang dibagi ke dalam 2 kelompok
secara acak, kelompok utama berjumlah 10 sampel, masing-masing sampel, sesuai dengan
jenis pasak yang digunakan (pasak fiber dan zirconia). 10 sampel tersebut dibagi lagi
menjadi dua kelompok, satu kelompok terdiri dari 5 sampel yang terbagi menggunakan jenis
Kanal di etsa dengan asam fosfat 37% (Total Etch, Ivoclar Vivadent). Gel etsa
dimasukkan ke dalam kanal dengan jarum, dan setelah 15 detik, ruang pasak dibilas dengan
air terdistilasi menggunakan syringe plastik dan dikeringkan dengan paper point.
Ivoclar Vivadent) diaplikasikan, larutan adhesif berlebihan diabsorpsi dengan paper point,
8
dikeringkan dengan lembut dan disinar selama 10 detik dari arah koronal . Jumlah yang
sama dari basa dan katalis Vriolink N (Ivoclar Vivadent) dengan viskositas rendah dicampur
pada mixing pad selama 10 detik menggunakan spatel semen dan dioleskan ke dalam kanal
permukaan eksternal setiap pasak dilapisi dengan semen sebelum penempatan ke dalam
kanal yang telah dipreparasi, pasak ditempatkan dengan kuat dan hati-hati ke dalam saluran
dalam 1-1,5 menit dari pengadukan awal, tekanan jari dipertahankan dan semen berlebihan
dihilangkan dengan microbrush. Sampel kemudian di light cure (lampu curing LED ,
Guangzhou, Cina) melalui bagian servikal dari akar selama 40 detik untuk mempercepat
proses curing.
Syringe auto-mixing semen resin Multilink Speed (Ivoclar Vivadent) disiapkan untuk
digunakan. Ini dilakukan dengan memeriksa level basa dan katalis semen di dua orifis
syringe untuk memastikan aliran merata dari basa dan katalis. Mixing tip dengan intra-oral
tip kemudian dilekatkan pada syringe. Semen itu diaplikasikan dengan hati-hati
menggunakan intraoral tip yang dimasukkan ke dalam kanal kemudian pasak ditempatkan
ke dalam saluran, dengan tekanan jari dipertahankan, dan semen berlebihan dihilangkan
dengan microbrush. Sampel kemudian di light-cure melalui bagian servikal dari akar selama
20 detik untuk mempercepat proses pengerasan. Semua pasak disemen oleh satu operator
selama 2 menit; semen itu kemudian di light-cure. Suatu perangkat pemuatan khusus
dirancang untuk tujuan ini. Setelah sementasi, semua sampel menjalani 1500 siklus termal
9
dalam alat thermo-cycling (MPM Instruments, Bernareggio MI, Italia) antara 5 ° C dan 55 °
C, dengan waktu diam 30 detik di setiap bak dan 10 detik transfer antara wadah yang berbeda
suhu. Suhu diperiksa setiap 15 menit menggunakan termometer di setiap bak dan waktu
diperiksa dengan menggunakan stopwatch. Sampel kemudian disimpan dalam air suling
Akar yang telah dipreparasi dari gigi yang diuji dibelah secara horizontal, dan tegak
lurus dengan panjang sumbu akar menjadi 2 mm per bagian menggunakan diamond saw
irigasi bawah air untuk uji push-out. Bagian apikal dipotong 4 mm dari apeks akar untuk
dengan 4 mm apikal akar dibuang. Tiga bagian dari pembagian dengan ketebalan 2 mm
(servikal, tengah, dan apikal) diperoleh (Gambar 1). Setiap bagian ditandai pada sisi
koronalnya dengan spidol permanen, dan ketebalan setiap bagian diukur dengan kaliper
digital.
machine (Model LRX-plus; Lloyd Instruments Ltd., Fareham, UK) dengan load-cell 5 kN.
sampel dimuat oleh 3 plunger dengan diameter berbeda (1, 0,75 & 0,5 mm). Plunger berpusat
pada segmen pasak, kontak dengan permukaan dentin sekitarnya dihindari. Beban diterapkan
Gambar1.2 Skema representasi prosedur pengujian push-out. Secara konsekuensi, kekuatan ikatan
geser MPa.
Gaya dalam Newton (N) yang diperlukan untuk debond pasak dicatat untuk semua
pasak. Untuk mengekspresikan kekuatan ikatan dalam MPa, beban saat gagal yang dicatat
dalam Newton dibagi dengan luas permukaan yang dihitung sebagaimana dihitung dengan
rumus berikut:
Dimana: A; area permukaan kontak pasak / dentin, π; konstanta 3.14, r1; radius
koronal, r2; jari-jari apikal dan h; ketebalan irisan dalam mm, standarisasi pada 2 mm.
Sampel perwakilan untuk akar yang telah dibagi-bagi dilapisi emas dan digunakan
untuk mengevaluasi distribusi bahan luting di kanal dan untuk menilai zona inter-difusi resin
2.2 Hasil
Data disajikan sebagai nilai mean dan standar deviasi (SD). Analisis regresi
mempelajari efek tipe pasak, tipe semen, segmen akar dan interaksinya pada kekuatan ikatan
push-out rata-rata. Tukey’s post-hoc test digunakan untuk perbandingan pairwise antara nilai
rata-rata ketika tes ANOVA signifikan. Perbandingan terperinci antara dua jenis pasak serta
antara dua jenis semen dilakukan dengan menggunakan Student’s t-test. Tingkat signifikansi
ditetapkan pada p ≤ 0,05. Analisis statistik dilakukan dengan IBM SPSS Statistics Versi 20
untuk Windows.
1. Tes push-out
Kekuatan ikatan push-out secara signifikan dipengaruhi oleh jenis agen luting dan jenis
pasak (P ≤ 0,05). Mean kekuatan ikatan push-out untuk pasak fiber (10,1 MPa) secara
signifikan lebih tinggi daripada pasak zirkonia (6,5 MPa) pada P ≤ 0,05 terlepas dari teknik
luting yang digunakan. Semen resin adhesif total-etch (13,8 MPa) memiliki nilai lebih tinggi
daripada semen resin self-adhesive (2,8 MPa) pada P ≤ 0,05 terlepas dari variabel lain. Hasil
juga mengungkapkan bahwa segmen koronal menunjukkan kekuatan ikatan push-out rata-
12
rata kuat signifikan secara statistik (10,9 MPa), diikuti oleh segmen tengah (7,9 MPa),
signifikan secara statistik (6,1 MPa) pada P ≤ 0,05, terlepas dari variabel lain. Efek dari
interaksi variabel yang berbeda pada kekuatan ikatan push-out disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1: Rata-rata, standard deviation (SD) nilai dan hasil perbandingan antara perbedaan
interaksi.
2. Pengamatan mikroskopis
Zona hybrid antara dentin radikular dan semen resin total-etch (Variolink N) di bagian
servikal mengungkapkan bahwa: Lapisan hybrid dibentuk dengan baik dengan formasi resin
tag yang melimpah, dan seal antar permukaan yang rapat, ekstensi resin tag ke permukaan
dentin dapat dilihat. Mereka tampak fit, tipis dan diatur dalam pola yang relatif paralel
(Gambar 3).
13
Gambar 1.3 Foto mikrografik SEM hybrid untuk segmentasi sampel servikal Variolink Nresin
Cement di (X1000).
Sebagai perbandingan, zona hybrid antara dentin radikuler dan semen resin self-
adhesive (Multilink speed) pada bagian servikal mengungkapkan bahwa: Lapisan hybrid
tidak terbentuk dengan baik. Tag resin tampaknya tidak teratur dan bercampur dengan dentin
di beberapa daerah. Celah antar permukaan dapat dilihat di sepanjang panjang spesimen
(Gambar 4).
Gambar 1.4 Foto mikrografik SEM zona hybrid untuk segmen servikal sampel resin semen
kecepatan Multilink (X1000).
14
2.3 Diskusi
Dalam penelitian ini, kekuatan ikatan push-out dari dua jenis pasak berbeda dengan
dua semen luting berbeda di tiga daerah akar yang berbeda diukur. Perbedaan signifikan
secara statistik dalam hasil kekuatan ikatan antara pasak glass fiber dan pasak zirconia
menunjukkan bahwa modulus elastis kira-kira mirip antara pasak fiber dengan dentin,
yang lebih seragam, yang mana menjaga struktur gigi yang lemah dan mengurangi
kebocoran mikro pada interface dentin-semen, karies sekunder dan akibatnya meningkatkan
kekuatan ikatan. Juga pasak fiber mampu mengikat secara kimia dengan semen resin
adhesif, menunjukkan ikatan yang baik antara matriks resin pasak fiber dan agen luting
resin. Di sisi lain, membangun ikatan yang dapat diandalkan untuk bahan berbasis zirkonia
telah terbukti sulit, yang merupakan batasan utama terhadap pembuatan restorasi zirconia
tahan lama atau ikatan mekanik yang telah terbukti menjadi tugas yang sulit. Terlepas dari
penciptaan retensi mikro pada pasak zirkonia, adhesi antara pasak dan zat luting resin tidak
seragam, sehingga menunjukkan bahwa sifat bahan pasak bertanggung jawab untuk ikatan
pasak ke struktur gigi. H3PO4 dan HF tidak dapat digunakan secara efektif pada keramik
mikromekanis. Kurangnya silika juga menghilangkan ikatan kimia antara silika-silane yang
diperlukan untuk silanisasi. Juga, pasak keramik menyajikan modulus elastisitas lebih tinggi
daripada dentin dan semen resin. Perbedaan kekakuan ini dihasilkan dari konsentrasi
tegangan pada gigi selama fungsi pengunyahan, dimana, ketika beban diterapkan, itu
ditransmisikan ke bahan paling lunak, semen resin, dalam hal ini melemahkan ikatan.
15
Selanjutnya, semen resin total-etch menunjukkan kekuatan ikatan rata-rata yang secara
signifikan lebih tinggi daripada semen resin self-adhesive, terlepas dari jenis pasak yang
digunakan. Hal ini dapat dikaitkan dengan langkah etsa asam fosfat yang terpisah yang
menghilangkan smear layer permukaan tebal pada saluran akar dentin dan sumbat smear
layer pada tubulus dentin yang terbentuk selama preparasi ruang pasak, untuk
memungkinkan retensi mikromekanis yang lebih efektif dari semen berbasis resin. Di sisi
lain, methacrylate phosphoric esters dalam semen resin self adhesive tidak dapat menembus
secara adekuat melalui lapisan sisa smear layer yang sebagian terlarut pada kekuatan ikatan
akar. Temuan ini dikonfirmasi oleh evaluasi SEM pada gambar (Gambar 3 dan 4). Kekuatan
ikatan di bagian koronal lebih tinggi dari saluran akar pada umumnya dijelaskan oleh
kepadatan tubulus dentinal yang lebih tinggi dan resin tag yang lebih panjang terbentuk di
daerah ini. Dengan demikian, akan ada tanggapan yang tidak sama terhadap pengujian
mekanis masing-masing porsi dan variasi selanjutnya dalam sifat retensi. Poin lain yang
mungkin menjelaskan nilai kekuatan ikatan yang lebih rendah yang dicatat untuk daerah
apikal adalah kemampuan terbatas cahaya untuk berdifusi ke seluruh panjang semen resin
dengan demikian membahayakan polimerisasi semen di daerah apikal. Selain itu, semakin
sulit untuk mengontrol kelembapan dan aplikasi adhesif kearah daerah saluran akar daerah
apikal.
shear bond strength, yang lebih baik untuk pasak fiber dibandingkan dengan pasak zirconia
; 2. semen resin adhesif total-etch memberikan kekuatan ikatan push-out shear yang lebih
tinggi dibandingkan dengan semen resin adhesif self-etch; 3. Daerah saluran akar bagian
16
koronal secara signifikan lebih retentif daripada wilayah saluran akar apikal; dan 4.
TINJAUAN PUSTAKA
Mahkota pasak merupakan perawatan salah satu jenis restorasi yang sering dilakukan
oleh dokter gigi. Indikasi perawatan mahkota pasak gigi biasanya karena kerusakan yang
cukup luas dan memerlukan perawatan saluran akar, sehingga dikhawatirkan tidak cukup
kuat apabila hanya ditambal atau hanya dibuatkan mahkota jaket. Pemasangan mahkota jaket
pada gigi non-vital merupakan tindakan yang tidak tepat karena adanya peningkatan
kerapuhan dentin dan karena hilangnya dentin pendukung akibat akses yang diperlukan
untuk perawatan saluran akar. Pada situasi demikian mahkota pasak merupakan perawatan
Pengertian sistem pasak adalah sebuah restorasi yang terbuat dari bahan logam dan
nonlogam yang dimasukan ke dalam saluran akar untuk menambah retensi mahkota dan
menyalurkan tekanan yang diterima secara merata ke sepanjang akar gigi (Widyastuti,
2011). Gigi yang dirawat endodontik akan menjadi lemah karena kekurangan kandungan air
dan kehilangan struktur dentin. Proses karies yang luas pada gigi akan melemahkan struktur
gigi dan meningkatkan kerapuhan pada gigi oleh karena itu struktur gigi yang tertinggal
membutuhkan dukungan tambahan yaitu dengan pasak yang dapat memberikan retensi dan
Martanto menyatakan bahwa struktur mahkota gigi anterior yang telah mengalami
perawatan saluran akar akan melemah karena terdapat kontinuitas dentin yang terputus
17
18
akibat pembuangan jaringan di permukaan lingual saat perawatan atau karena adanya karies
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk keberhasilan suatu mahkota pasak adalah
sebagai berikut :
b. Jaringan pendukung harus dalam keadaan sehat, tidak ada resorpsi tulang
horizontal maupun vertikal yang berarti bahwa akar tidak goyah dan tidak sakit jika
c. Jaringan akar masih padat dan keras dan dinding saluran akar cukup tebal.
e. Posisi gigi lawan yang dalam segala kedudukan rahang bawah menyediakan
Beberapa waktu yang lalu, pasak metal tuang (casting) telah menjadi pilihan yang
umum terhadap restorasi yang telah dirawat endodontik. Banyak kerugian yang disebabkan
oleh pasak metal tuang konvensional seperti kehilangan retensi pada pasak ataupun pada
mahkota, fraktur pasak dan fraktur akar, dan resiko mengalami korosi. Selain itu sistem
pasak metal tuang memerlukan waktu perawatan yang lebih lama, keterlibatan prosedur
karena korosi, pembuangan struktur gigi yang sehat lebih banyak (Cheung, 2005). Selain itu,
fraktur akar yang sering terjadi pada sistem pasak inti logam disebabkan oleh logam
19
memiliki komponen yang lebih rigid sehingga dapat menahan tekanan yang lebih besar (Tay
dengan pasak metal konvensional. Adapun kelebihannya antara lain adalah memiliki estetis
yang baik, berikatan dengan struktur gigi, dan memiliki modulus elastisitas yang hampir
sama dengan dentin, namun masih membutuhkan preparasi dentin setelah perawatan saluran
Gambar 2.1 Gambaran SEM Bentuk Pola Anyaman Pita Fiber Reinforced Resin : A.
2006)
sistem pasak metal. Sistem ini digunakan pada gigi yang dirawat endodontik karena
20
memiliki sifat fisik yang lebih baik dibandingkan cast metal pasak dan dapat mencegah
FRC merupakan material yang terdiri dari serat penguat yang menempel pada polymer
matrix. Serat-serat tersebut memberi kekuatan dan kekakuan ketika disatukan oleh polymer
matrix, membentuk sebuah fase yang berkelanjutan selama proses penguatan. Fase ini
mentransfer tekanan kepada serat-serat tersebut dan melindunginya dari kelembaban rongga
mulut. Supaya memiliki efek penguatan, serat-serat tersebut harus memiliki flexural
modulus yang lebih tinggi dibandingkan matrix polymer (Le Bell Ronlof, 2007)
dilakukan build up inti dengan menggunakan resin komposit. Banyak literatur yang
menyatakan bahwa sifat biomekanik dari fiber reinforced composite adalah mendekati
Rigiditas dari pasak harus mirip dengan akar. Modulus elastisitas dari pasak harus
menyerupai dengan dentin dengan tujuan agar memungkinkan untuk menciptakan distribusi
tekanan secara efektif dari pasak ke struktur akar, mendistribusi tekanan oklusal dengan baik
(Sadegi, 2006).
Berdasarkan pembuatannya restorasi pasak fiber dibagi kedalam dua jenis, yakni
prefabricated reinforced composite pasak (pasak buatan pabrik) dan customized fiber pasak
(pasak buatan).
Prefabricated fiber reinforced dikenalkan tahun 1990 an. Pasak ini terdiri dari
persentase volume yang tinggi dari serat penguat unidirectional kontinu pada polimerisasi
matriks polimer. Keuntungan pasak ini memiliki modulus elastisitas yang mendekati dentin
sehingga meminimalisasi terjadinya fraktur. Selain itu, pasak jenis ini mudah dilakukan
build up dan re treatment, juga memiliki estetis yang bai terutama dari bahan serat glass.
Gambar 2.2 Non Metal pasak : Zirconium, Glass Fiber, Quartz Fiber, Carbon Fiber
Gambar 2.3 Pasak Fibre Reinforced Resin dari Serat Penguat Continuos
Unidirectional dalam Struktur Cross Linked Polymer Matrix yang Tinggi (Le Bell, 2007)
Bahan ini mulai dikenal sejak tahun 1990-an. pasak ini terdiri dari 64% fiber
longitudinal dan 36% epoxy resin matrix. Keuntungan bahan ini adalah lebih fleksibel
dibandingkan dengan metal pasak dan memiliki modulus elastisitas yang hampir sama
dengan dentin. Kekurangan dari bahan ini adalah berwarna agak gelap sehingga memiliki
permasalahan dalam hal estetik. Pasak jenis ini meudah untuk dibongkar dan diperbaiki
Glass fiber adalah jenis pasak yang sering digunakan baik dalam bidang kedokteran gigi
maupun dalam industri lain karena memiliki beberapa keuntungan seperti tensile strength
yang tinggi, kompresi dan sifat fisik yang baik, modulus elastisitas menyerupai dentin, dan
harga yang relatif tidak mahal. Pasak glass fiber terdiri dari 42% fiberglass, 29% filler, dan
18% resin (Freilich dkk, 2009). Sifat yang transparan membuat pasak ini baik digunakan
untuk kasus yang memerlukan estetis seperti restorasi pasak pada gigi anterior. Glass fiber
pasak memiliki modulus elastisitas yang lebih rendah dibandingkan carbon fiber pasak
(Saatian, 2006).
Pasak ini bersifat translusen dan menyalurkan transmisi cahaya. Pasak ini memiliki sifat
radiopaque, tensile strength, flexural strength, compressive strength yang tinggi, memiliki
Pasak fiber sewarna gigi diperkenalkan pertama kali pada tahun 1990-an. Dibandingkan
pasak metal, memiliki beberapa keuntungan, diantaranya adalah estetis, berikatan pada gigi,
modulus elastisitasnya hampir sama dengan dentin, namun memerlukan preparasi dentin
Pasak fiber terdiri dari resin matriks dalam struktur fiber karbon atau quartz/glass yang
diperkuat. Pasak ini terdiri dari bahan fiber, matriks, dan isi dari fiber yang digunakan dengan
volume persentase dari fiber reinforced dalam matriks polimer yang telah dipolimerisasi.
Pasak fiber sediaan terdiri dari karbon atau glass (E-glass, S-glass, quartz/silica) fibers,
sedangkan matriks yang digunakan biasanya polimer epoxy atau campuran epoxy dan resin
dimethacrylate. Pasak endodontik sediaan yang terbuat dari fiber quartz atau glass FRC
yang hampir sama dengan dentin, berkisar 20 GPa dibandingkan dengan pasak logam, core,
dan mahkota, memiliki flexural strength yang lebih baik dari bahan lain, atraumatik, sangat
retentif, resistensinya terhadap fraktur yang lebih baik dan resistance fatigue yang lebih baik
Keuntungan lain dari pasak fiber adalah radiopak, memiliki konduktivitas dan light
transmission yang dapat mempercepat proses bonding, memiliki bentuk dan ukuran
bervariasi, dengan empat bentuk dasar, yaitu 2-stage, tapered, paralel dan pointed.
Banyak bahan sementasi yang dapat dijadikan pilihan pada penggunaan pasak fiber
yang sesuai bentuk pasak, opasitas fiber, atau pertimbangan lain misalnya penggunaan
komposit dual cure. Alternatif pertama adalah komposit light cure, atau self cure. Pada saat
sementasi perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu kontak permukaan pasak dengan resin
semen, resin semen dengan bonding adhesif, bonding adhesif dengan dentin saluran akar
Zirconia pasak ditemukan pertama kali oleh kimiawan Jerman bernama Martin Heinrich
pada tahun 1789 dimana bahan ini dikenal sebagai oksida metal (ZrO2). Zirconia terkenal
sebagai bahan terbaik dari seluruh bahan ceramic pasak untuk pasak atau coren karena
kemiripan bahan dengan semua mahkota keramik. Zirconia murni tidak dapat digunakan
sebagai pasak apabila tidak ditambahkan stabilisasi. Zirconium oksida saat ini merupakan
keramik putih terkuat. Zirconia secara umum dikenal sebagai yttrium- yang distabilkan yakni
polikristal zirconia tetragonal dengan kandungan zirkonium oksida (94,9%) dan yttrium
oksida (5,1%). Zirkonium oksida memberikan kinerja tinggi. Fase kristal tetragonal diubah
menjadi fase monoklinik dan terjadi ekspansi volum (3-5%). Hal ini menghasilkan tekanan
terhadap retak propagasi. Oleh karena itu, stres diabsorbsi dan tidak ada pembentukan retak.
25
Zirconia oksida telah digunakan pula secara luas untuk implan ortopedi, hal ini terkait karena
Bahan keramik yang kaya zirconia memiliki kekuatan lentur yang mirip dengan karbon
dan fiber pasak. Kekuatan lenturnya adalah 900 MPa. Bahan ini memiliki kekuatan dan
ketahanan retak yang luar biasa. Bahan ini juga memiliki modulus elastisitas yang tinggi dan
tingkat kegagalan adhesif selama mastikasi sangat kecil. Zirconia pasak memiliki estetika
yang tingi, ikatan yang baik dengan dentin dan membangun resin melalui semen berbasis
resin perekat. Bahan ini radiopaque dibandingkan dengan pasak non-logam lainnya, dan
kompatibel dengan keramik dan komposit. Kekurangan dari bahan zirconia adalah sulit
dikeluarkan dari saluran akar ketika perawatan ulang diperlukan. Bahan ini juga masih dalam
penelitian dan memiliki biaya yang cukup mahal. Zirconia pasak ideal diindikasikan untuk
kasus overbite/overjet 2-3 mm dari struktur gigi supragingiva yang tersisa tanpa penyakit
Sistem adhesif total etch merupakan perkembangan bonding agent generasi ke-5 yang
terdiri dari komponen larutan etsa dan bonding agent, baru dilanjutkan dengan penggunaan
bahan adhesif semen resin. Setelah preparasi saluran akar, pada gigi akan terbentuk smear
layer, bertindak sebagai diffusion barrier yang dapat mengurangi permeabilitas dentin dan
mengurangi ikatan resin dengan substrat dentin secara mikromekanik sehingga perlu
dihilangkan. Aplikasi larutan etsa pada dentin dapat menghilangkan sebagian atau seluruh
smear layer dan mendemineralisasi jaringan dentin. Dalam percobaan in vitro, penghilangan
smear layer kemampuan adhesi menggunakan larutan etsa dapat meningkatkan ikatan resin
26
dengan dentin secara signifikan. Pada saat awal diperkenalkan, aplikasi larutan etsa
melibatkan jaringan dentin dan email, oleh sebab itu sistem adhesif ini dikenal dengan teknik
total etch. Aplikasi larutan etsa pada teknik ini dapat mendemineralisasi matriks inorganik
Dentin dapat terdemineralisasi sampai 7,5 μm, tergantung tipe asam, waktu aplikasi, dan
konsentrasi asam yang digunakan. Setelah aplikasi larutan etsa permukaan dentin harus
dibilas untuk menghilangkan sisa asam dan kemudian dilanjutkan dengan aplikasi material
bonding agent yang membentuk hybrid layer dan resin tag. Setelah aplikasi bonding agent,
maka proses sementasi dengan semen resin dapat dilakukan. Material asam yang umum
Restorasi gigi non vital seringkali dihubungkan dengan campuran antara pasak sediaan
atau pasak dan core metal satuan serta full crown. Pada mulanya, sebagian besar cara ini
dapat meningkatkan perforasi akar atau fraktur terhadap struktur mahkota dan akar gigi,
27
selain itu perawatan yang relatif mahal dan lama. Selanjutnya hal ini dikenal sebagai sistem
adhesif total etch dan perbaikan sifat fisik dan mekanik dari resin bonded composite (RBC).
Self etching primer system (SEPs) memiliki dua komponen primer dan bonding agent.
Dalam material primer ini terdapat molekul phosphonated resin yang memiliki dua fungsi
sekaligus, yaitu larutan etsa dan priming dentin dan enamel. Mekanisme ikatan SEPs
didapatkan dari larutan etsa dan priming dentin serta enamel, kemudian terbentuk hybrid
layer dan resin impregnated plug. Dalam self etch tidak diperlukan lagi pembilasan dan
aplikasinya, penggunaan sistem adhesif self etch kurang sensitif bila dibandingkan sistem
adhesif total etch. Kedalaman demineralisasi dan infiltrasi resin yang didapatkan melalui
aplikasi sistem adhesif self etch tidak terlalu berbeda bila dibandingkan sistem adhesif total
etch. Dibalik kemudahan aplikasi yang dimilikinya, sistem adhesif ini juga memiliki
kelemahan. Hasil etsa yang didapatkan pada teknik self etch tidak sebaik teknik total etch,
sehingga ikatan yang didapatkan juga tidak sebaik teknik total etch.
28
Sistem adhesi dari suatu bahan dapat diuji kemampuannya dengan menggunakan
beberapa metode uji diantaranya adalah conventional tensile test, microtensile test, pull out
test, dan pust out test. Push out test merupakan uji yang dianggap paling baik karena dapat
menggambarkan sesuai dengan kondisi klinis di dalam rongga mulut. pasak fiber dapat diuji
dengan spesimen yang utuh maupun hanya berupa potongan pasak fiber. Peneliti
mensimulasikan adhesi pada tiga bagian akar yang berbeda. Namun penggunaan spesimen
yang tipis tidak dapat mewakili kondisi klinis didalam mulut apabila dibandingkan dengan
spesimen yang tebal atau pasak yang utuh. Push out test dapat dilakukan dengan
menggunakan Universal Testing Machine. Pencatatan beban dalam satuan Kilogram Force
(KgF) juga dilakukan. Kemampuan adhesi pada uji ini dihitung melalui rumus
(Theodor,2013) :
P = F/ (A1+A2)
29
Al: Luas permukaan kontak pasak dentuk parallel dengan dinding saluran akar (mm2)
A2: Luas permukaan kontak pasak bentuk tapered dengan dinding saluran akar (mm2)
Allaban., M., Youssef., Nejri., Dkk. 2019. Evaluation of Bond Strength of Aesthetic
Resin Cement. Macedonian Journal of Medical Sciences. 2019 Jul 15; 7(13):2167-
2172.
Bonifacus. S., Rais. S. W. 2012. Restorasi Mahkota Pasak Pada Gigi dengan Jarak
Martanto P. Teori dan praktek: Ilmu mahkota dan jembatan. Bandung: Alumni; 1982.
hal.40-1; 74-8.
Nandini, V.V., Venkatesh, V, K., Kandaswamy. 2007. Zirconia post-pressed ceramic core-
supported all-ceramic crown: Case reports and 4-year follow-up. Tamil. The Journal
Theodor, Yeremia. 2013. Kemampuan Adhesi Sistem Total Etch, Self Etch, dan Self Adhesive
pada Sementasi Pasak Fiber. Skripsi. Jakarta : Universitas Indonesia
30