Anda di halaman 1dari 30

JOURNAL READING

Evaluasi Kekuatan Ikat dari Beberapa Pasak Estetik di Berbagai Regio Saluran

Akar Setelah Aplikasi Adhesive Resin Cement

Sumber: Allaban., M., Youssef., et al. 2019. Evaluation of Bond Strength of Aesthetic Type of Posts at Different

Regions of Root Canal after Application of Adhesive Resin Cement. Macedonian Journal of Medical Sciences. 2019

Jul 15; 7(13):2167-2172.

Diajukan untuk memenuhi tugas Journal Reading

Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Padjadjaran

DOSEN PEMBIMBING:

DRG. VITA MULYA PASSA NOVIANTI, SP. PROS


DRG RINA CRISTINA EVELIANA MANURUNG

NUR ALIM (160112190046)

JASON TJOKRO (160112190047)


ARINDA FATHYA (160112190048)

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

BANDUNG

2020
2

Evaluasi Kekuatan Ikat dari Beberapa Pasak Estetik di Berbagai Regio Saluran

Akar Setelah Aplikasi Adhesive Resin Cement

Abstrak

Tujuan : Penelitian ini ditujukan untuk mengevaluasi kekuatan ikat antara pasak estetis dan

dentin di berbagai regio saluran akar dalam keadaan pasif maupun aktif.

Metode : Penelitian ini menggunakan 20 gigi premolar yang telah diekstraksi dengan satu

saluran akar. Gigi dibelah dibawah cemento-enamel junction. Akar gigi telah dirawat saluran

akar (endodontik). Glass fiber pasak (Glassix plus, Harald Nordin SA, Switzerland) dan

zirconia pasak (Zirix, Harald Nordin) kemudian disatukan secara adhesive dengan semen

resin total-etch (Variolink N, Ivoclar Vivadent, Schaan, Liechtenstein) and self-adhesive

(Multilink Speed, Ivoclar Vivadent). Akar dibagi kedalam dua kelompok utama yang

masing-masing terdiri dari 10 sampel, kemudian setiap kelompok utama dibagi kembali

menjadi 2 sub kelompok dengan masing-masing 5 sampel. Kedua subkelompok ini sesuai

dengan jenis semen yang digunakan. Spesimen dibelah secara transversal menjadi 3 bagian

irisan dengan ketebalan 2 mm untuk melakukan uji push-out. Tes push-out dilakukan pada

crosshead speed 0,5 mm/menit. Mode kegagalan dievaluasi dengan menggunakan

mikroskop elektron pada pembesaran (x150).

Hasil : Hasil penelitian menunjukan bahwa kekuatan ikat push-out secara signifikan

dipengaruhi oleh jenis agen luting dan jenis pasak (P<0,05). Nilai rata-rata kekuatan ikat

push-out pada pasak fiber secara signifikan lebih tinggi daripada nilai untuk pasak zirkonia

terlepas daripada cara luting yang digunakan. Nilai semen resin adhesif dengan total-etch

lebih tinggi dari semen resin self-adhesive terlepas dari berbagai variabel lain. Mengenai
3

efek dari segmen akar terhadap kekuatan ikat push-out, hasil mengungkapkan bahwa

kekuatan ikatan menurun dari koronal ke apikal. Permukaan semen-dentin ditemukan

sebagai bagian terlemah dari root-cement-pasak unit.

Kesimpulan : Pasak glass fiber menunjukkan hasil yang lebih baik di semua bagian akar

yang telah di etsa metode adhesif total-etch atau self etch adhesive resin semen dan

memberikan kekuatan ikat yang signifikan lebih kuat dibandingkan zirkonia.


BAB I

Pendahuluan

Gigi yang telah dirawat saluran akar, strukturnya kurang kuat terhadap tekanan

eksternal, tekanan mekanis, kurang tahan terhadap kekuatan pengunyahan. Hal ini akan

lebih diperjelas ketika struktur yang tersisa dari gigi tersebut tidak cukup untuk memberikan

ketahanan terhadap fraktur dan kerusakan. Oleh karena itu, rekonstruksi gigi secara tepat

merupakan langkah yang sangat penting sebelum penempatan bahan restorasi akhir atau

mahkota. Penggunaan pasak dan inti adalah salah satu aplikasi yang sukses untuk memberi

dukungan dan memberi kekuatan pada gigi yang telah dirawat saluran akar (endodontik),

namun pilihan jenis yang paling sesuai dari setiap kasus membutuhkan diagnosis yang tepat

dan kemampuan dokter gigi untuk melakukan prosedur ini dengan keterampilan yang tinggi.

Beberapa studi in-vitro telah dilakukan untuk menilai berbagai aspek pasak dan inti.

Studi ini menunjukan pentingnya menggunakan kombinasi dari beberapa bahan yang

kompleks (dentin, pasak logam, semen dan bahan inti) dengan berbagai tingkat rigiditas dan

kekakuan. Dengan meningkatnya tuntutan perawatan yang mengutamakan estetika, pasak

yang estetik semakin banyak digunakan oleh dokter gigi dibandingkan sebelumnya,

khususnya penggunaan metode non-logam , misalnya pasak zirkonia dan pasak fiber.

Pemilihan adhesif yang tepat dan prosedur luting untuk ikatan pasak pada akar dentin adalah

sebuah tantangan. Ikatan yang sebenarnya adalah kekuatan dari semen pasak dan permukaan

akar yang dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk tingkat dehidrasi dari saluran akar

dentin, jenis conditioning, tipe semen yang digunakan, adanya bentuk saluran akar yang

4
5

tidak menguntungkan, penggunaan sealer yang mengandung eugenol dan perbedaan anatomi

di dalam kepadatan dan orientasi tubulus dentin pada tingkatan yang berbeda dalam area

saluran akar.

Selain itu, kesulitan mengontrol kelembaban dan kurangnya visibilitas secara langsung

terhadap saluran akar akan merugikan prosedur bonding. Tes push-out telah digunakan untuk

mengukur retensi pasak pada area yang berbeda dari ruangan pasak. Metode ini telah terbukti

memiliki lebih sedikit kegagalan prematur pada sampel dan variabilitas distribusi datanya

lebih rendah dibandingkan dengan uji tarik konvensional. Hal ini dikarenakan sifat fraktur

yang terjadi pada uji push-out yang dilakukan sejajar dengan permukaan bonding dentin,

yang mana membuatnya menjadi uji geser yang ideal.

2.1 Material dan Metode

Sekitar 20 gigi premolar pertama rahang bawah dikumpulkan dan didapat dari sampel

pasien laki-laki berusia 35-45 tahun. Kemudian gigi dipilih berdasarkan kriteria penelitian

yakni serupa dalam ukuran, bentuk dan morfologi akar. Akar diobservasi dibawah

pencahayaan yang tepat dengan lensa pembesar untuk memastikan tidak adanya karies,

fraktur atau retak. Gigi dibersihkan dari debris, plak dan kalkulus dengan menggunakan

scaler (Martin, Germany). Selanjutnya gigi yang dipilih ditempatkan pada larutan saline

standar 0,9 % dan disimpan di suhu kamar.

1. Preparasi Spesimen

Mahkota setiap gigi dipotong secara horizontal 2 mm dari koronal ke CEJ, dalam

bidang perpendikular panjang sumbu gigi. Bur carbide fissure (Komet-Brasseler GmbH,

Lemgo, Germany) dipasangkan pada handpiece high-speed digunakan dengan air-water


6

spray yang berlimpah, untuk mendapatkan panjang akar 15 +/- 1 mm. Permukaan yang

sudah dibelah dihaluskan dengan menggunakan fine diamond disk. Pembukaan akses

koronal ditutup dengan bahan tambal sementara eugenol free Coltosol F (coltene AG,

Atlstaten, Swiss) dan gigi disimpan dalam larutan salin normal di suhu kamar sampai

dilakukannya perawatan endodontik. Saluran akar dapat ditentukan oleh K-File 15. Akarnya

secara endodontik diukur dengan panjang kerja 1 mm dari apeks menggunakan master apical

file 35. Semua saluran akar di instrumentasi oleh operator yang sama dan teknik preparasi

saluran akar yang digunakan adalah step-back. Pada teknik ini K-File diperbesar menjadi

file H-50. Setelah itu, irigasi dilakukan dengan menggunakan larutan natrium hipoklorit

(NaOCl) 5,25% menggunakan jarum suntik plastik dan diaplikasi setiap pergantian ukuran

file pada proses shaping. Kemudian, saluran akar dibersihkan dengan air suling, dikeringkan

dengan menggunakan paper point (Dentsply-Maillefer) ukuran 35. Selanjutnya siap untuk

di obturasi.

Mastercone dicoba sesuai dengan saluran yang telah dipreparasi dan mencapai

panjang kerja dengan tug-back action. Saluran yang disiapkan diisi dengan calcium

hydroxide sealer (Apex plus, Ivoclalr Vivadent) dengan bantuan intrakanal tips, gutta-percha

points (Dentsply-Maillefer) dilapisi dengan sealer dan ditempatkan di saluran akar. Finger

spreader dimasukan ke dalam saluran akar dengan 1 mm lebih pendek dari panjang kerja,

kemudian dilepas dengan diputar dan ditarik. Accessory point dipilih dan diterapkan. Proses

tersebut terus diulang sampai saluran terisi. Gutta-percha yang berlebih dibuang, bagian

coronal dipadatkan dengan plugger. Kemudian, kavitas diisi dengan bahan tambal

sementara Coltosol F. Akarnya ditanam didalam autopolymerizing acrylic resin (Acrosote

Dental Factory, Inggris) yang dikelilingi oleh custom-made silinder plastik dengan diameter
7

eksternal 25 mm dan tinggi 30 mm. Untuk memastikan posisi vertikal dan sentral secara

akurat dari masing-masing akar dan saluran dalam acrylic resin cylinder, sebuah perangkat

sentral didesain khusus yang dibangun untuk tujuan ini.

2. Prosedur Pasca Luting

Panjang sampel telah ditentukan menjadi 15 +/- 1mm. dengan meninggalkan 4 mm

gutta-percha di dalam saluran sebagai apical seal, panjang ruang pasak ditentukan menjadi

11 cm. Gutta-percha dibersihkan sesuai dengan kedalaman yang ditentukan dengan

menggunakan pilot reamer (Harald Nordin). Rubber stopper dimasukan dan disesuaikan

dengan panjang pasak. Saluran akar pada setiap spesimen kemudian diperbesar dengan bur

low-speed, menggunakan bur yang sesuai dengan pasak yang dipilih, yang disediakan satu

set dengan pasak oleh pabrik. Saluran dibersihkan dengan air steril dan dikeringkan dengan

paper point. Akar dikeringkan dengan paper point. Akar yang dibagi ke dalam 2 kelompok

secara acak, kelompok utama berjumlah 10 sampel, masing-masing sampel, sesuai dengan

jenis pasak yang digunakan (pasak fiber dan zirconia). 10 sampel tersebut dibagi lagi

menjadi dua kelompok, satu kelompok terdiri dari 5 sampel yang terbagi menggunakan jenis

semen resin total-etch dan self-adhesive.

3. Sementasi pasak dengan semen resin total-etch

Kanal di etsa dengan asam fosfat 37% (Total Etch, Ivoclar Vivadent). Gel etsa

dimasukkan ke dalam kanal dengan jarum, dan setelah 15 detik, ruang pasak dibilas dengan

air terdistilasi menggunakan syringe plastik dan dikeringkan dengan paper point.

Menggunakan micro-brush, adhesif dual-cure single component system (ExciTE F DSC,

Ivoclar Vivadent) diaplikasikan, larutan adhesif berlebihan diabsorpsi dengan paper point,
8

dikeringkan dengan lembut dan disinar selama 10 detik dari arah koronal . Jumlah yang

sama dari basa dan katalis Vriolink N (Ivoclar Vivadent) dengan viskositas rendah dicampur

pada mixing pad selama 10 detik menggunakan spatel semen dan dioleskan ke dalam kanal

dengan lentulo spiral (Dentsply-Maillefer) menggunakan handpiece low-speed. Selain itu,

permukaan eksternal setiap pasak dilapisi dengan semen sebelum penempatan ke dalam

kanal yang telah dipreparasi, pasak ditempatkan dengan kuat dan hati-hati ke dalam saluran

dalam 1-1,5 menit dari pengadukan awal, tekanan jari dipertahankan dan semen berlebihan

dihilangkan dengan microbrush. Sampel kemudian di light cure (lampu curing LED ,

Guangzhou, Cina) melalui bagian servikal dari akar selama 40 detik untuk mempercepat

proses curing.

4. Sementasi pasak dengan semen resin self-adhesive

Syringe auto-mixing semen resin Multilink Speed (Ivoclar Vivadent) disiapkan untuk

digunakan. Ini dilakukan dengan memeriksa level basa dan katalis semen di dua orifis

syringe untuk memastikan aliran merata dari basa dan katalis. Mixing tip dengan intra-oral

tip kemudian dilekatkan pada syringe. Semen itu diaplikasikan dengan hati-hati

menggunakan intraoral tip yang dimasukkan ke dalam kanal kemudian pasak ditempatkan

ke dalam saluran, dengan tekanan jari dipertahankan, dan semen berlebihan dihilangkan

dengan microbrush. Sampel kemudian di light-cure melalui bagian servikal dari akar selama

20 detik untuk mempercepat proses pengerasan. Semua pasak disemen oleh satu operator

yang mematuhi instruksi masing-masing pabrik. Untuk menstandarisasi aplikasi beban

selama prosedur penyemenan, masing-masing pasak dipertahankan di bawah beban 1 kg

selama 2 menit; semen itu kemudian di light-cure. Suatu perangkat pemuatan khusus

dirancang untuk tujuan ini. Setelah sementasi, semua sampel menjalani 1500 siklus termal
9

dalam alat thermo-cycling (MPM Instruments, Bernareggio MI, Italia) antara 5 ° C dan 55 °

C, dengan waktu diam 30 detik di setiap bak dan 10 detik transfer antara wadah yang berbeda

suhu. Suhu diperiksa setiap 15 menit menggunakan termometer di setiap bak dan waktu

diperiksa dengan menggunakan stopwatch. Sampel kemudian disimpan dalam air suling

pada suhu kamar selama satu minggu.

5. Persiapan sampel untuk pengujian

Akar yang telah dipreparasi dari gigi yang diuji dibelah secara horizontal, dan tegak

lurus dengan panjang sumbu akar menjadi 2 mm per bagian menggunakan diamond saw

irigasi bawah air untuk uji push-out. Bagian apikal dipotong 4 mm dari apeks akar untuk

menghindari pemotongan melalui bahan obturasi. Bagian koronal awal 2 mm bersama

dengan 4 mm apikal akar dibuang. Tiga bagian dari pembagian dengan ketebalan 2 mm

(servikal, tengah, dan apikal) diperoleh (Gambar 1). Setiap bagian ditandai pada sisi

koronalnya dengan spidol permanen, dan ketebalan setiap bagian diukur dengan kaliper

digital.

Gambar 1.1 Skema preparasi spesimen untuk pengujian push-out


10

6. Uji kekuatan ikatan push-out

Setiap bagian diberikan muatan tekan melalui computer-controlled material testing

machine (Model LRX-plus; Lloyd Instruments Ltd., Fareham, UK) dengan load-cell 5 kN.

Data direkam menggunakan software komputer (Nexygen-MT; Lloyd Instruments). Setiap

sampel dimuat oleh 3 plunger dengan diameter berbeda (1, 0,75 & 0,5 mm). Plunger berpusat

pada segmen pasak, kontak dengan permukaan dentin sekitarnya dihindari. Beban diterapkan

dalam arah apikal ke servikal (Gambar 2).

Gambar1.2 Skema representasi prosedur pengujian push-out. Secara konsekuensi, kekuatan ikatan
geser MPa.

Gaya dalam Newton (N) yang diperlukan untuk debond pasak dicatat untuk semua

pasak. Untuk mengekspresikan kekuatan ikatan dalam MPa, beban saat gagal yang dicatat

dalam Newton dibagi dengan luas permukaan yang dihitung sebagaimana dihitung dengan

rumus berikut:

Bond = F/A A = πh (r1+r2)


11

Dimana: A; area permukaan kontak pasak / dentin, π; konstanta 3.14, r1; radius

koronal, r2; jari-jari apikal dan h; ketebalan irisan dalam mm, standarisasi pada 2 mm.

7. Scanning Electron Microscope

Sampel perwakilan untuk akar yang telah dibagi-bagi dilapisi emas dan digunakan

untuk mengevaluasi distribusi bahan luting di kanal dan untuk menilai zona inter-difusi resin

dentin, zona hybrid, pada perbesaran (X1000).

2.2 Hasil

Data disajikan sebagai nilai mean dan standar deviasi (SD). Analisis regresi

menggunakan pengukuran yang berulang Analisis Varians (ANOVA), digunakan untuk

mempelajari efek tipe pasak, tipe semen, segmen akar dan interaksinya pada kekuatan ikatan

push-out rata-rata. Tukey’s post-hoc test digunakan untuk perbandingan pairwise antara nilai

rata-rata ketika tes ANOVA signifikan. Perbandingan terperinci antara dua jenis pasak serta

antara dua jenis semen dilakukan dengan menggunakan Student’s t-test. Tingkat signifikansi

ditetapkan pada p ≤ 0,05. Analisis statistik dilakukan dengan IBM SPSS Statistics Versi 20

untuk Windows.

1. Tes push-out

Kekuatan ikatan push-out secara signifikan dipengaruhi oleh jenis agen luting dan jenis

pasak (P ≤ 0,05). Mean kekuatan ikatan push-out untuk pasak fiber (10,1 MPa) secara

signifikan lebih tinggi daripada pasak zirkonia (6,5 MPa) pada P ≤ 0,05 terlepas dari teknik

luting yang digunakan. Semen resin adhesif total-etch (13,8 MPa) memiliki nilai lebih tinggi

daripada semen resin self-adhesive (2,8 MPa) pada P ≤ 0,05 terlepas dari variabel lain. Hasil

juga mengungkapkan bahwa segmen koronal menunjukkan kekuatan ikatan push-out rata-
12

rata kuat signifikan secara statistik (10,9 MPa), diikuti oleh segmen tengah (7,9 MPa),

sedangkan segmen apikal menunjukkan kekuatan ikatan push-out rata-rata terendah

signifikan secara statistik (6,1 MPa) pada P ≤ 0,05, terlepas dari variabel lain. Efek dari

interaksi variabel yang berbeda pada kekuatan ikatan push-out disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1: Rata-rata, standard deviation (SD) nilai dan hasil perbandingan antara perbedaan
interaksi.

2. Pengamatan mikroskopis

Zona hybrid antara dentin radikular dan semen resin total-etch (Variolink N) di bagian

servikal mengungkapkan bahwa: Lapisan hybrid dibentuk dengan baik dengan formasi resin

tag yang melimpah, dan seal antar permukaan yang rapat, ekstensi resin tag ke permukaan

dentin dapat dilihat. Mereka tampak fit, tipis dan diatur dalam pola yang relatif paralel

(Gambar 3).
13

Gambar 1.3 Foto mikrografik SEM hybrid untuk segmentasi sampel servikal Variolink Nresin

Cement di (X1000).

Sebagai perbandingan, zona hybrid antara dentin radikuler dan semen resin self-

adhesive (Multilink speed) pada bagian servikal mengungkapkan bahwa: Lapisan hybrid

tidak terbentuk dengan baik. Tag resin tampaknya tidak teratur dan bercampur dengan dentin

di beberapa daerah. Celah antar permukaan dapat dilihat di sepanjang panjang spesimen

(Gambar 4).

Gambar 1.4 Foto mikrografik SEM zona hybrid untuk segmen servikal sampel resin semen
kecepatan Multilink (X1000).
14

2.3 Diskusi

Dalam penelitian ini, kekuatan ikatan push-out dari dua jenis pasak berbeda dengan

dua semen luting berbeda di tiga daerah akar yang berbeda diukur. Perbedaan signifikan

secara statistik dalam hasil kekuatan ikatan antara pasak glass fiber dan pasak zirconia

menunjukkan bahwa modulus elastis kira-kira mirip antara pasak fiber dengan dentin,

sehingga unit biomekanik homogen yang dihasilkan memungkinkan distribusi tegangan

yang lebih seragam, yang mana menjaga struktur gigi yang lemah dan mengurangi

kebocoran mikro pada interface dentin-semen, karies sekunder dan akibatnya meningkatkan

kekuatan ikatan. Juga pasak fiber mampu mengikat secara kimia dengan semen resin

adhesif, menunjukkan ikatan yang baik antara matriks resin pasak fiber dan agen luting

resin. Di sisi lain, membangun ikatan yang dapat diandalkan untuk bahan berbasis zirkonia

telah terbukti sulit, yang merupakan batasan utama terhadap pembuatan restorasi zirconia

adhesif. Stabilitas permukaannya menghasilkan masalah pembentukan bahan kimia yang

tahan lama atau ikatan mekanik yang telah terbukti menjadi tugas yang sulit. Terlepas dari

penciptaan retensi mikro pada pasak zirkonia, adhesi antara pasak dan zat luting resin tidak

seragam, sehingga menunjukkan bahwa sifat bahan pasak bertanggung jawab untuk ikatan

pasak ke struktur gigi. H3PO4 dan HF tidak dapat digunakan secara efektif pada keramik

berbasis non-silika, seperti ZrO2, sehingga menyulitkan permukaan untuk retensi

mikromekanis. Kurangnya silika juga menghilangkan ikatan kimia antara silika-silane yang

diperlukan untuk silanisasi. Juga, pasak keramik menyajikan modulus elastisitas lebih tinggi

daripada dentin dan semen resin. Perbedaan kekakuan ini dihasilkan dari konsentrasi

tegangan pada gigi selama fungsi pengunyahan, dimana, ketika beban diterapkan, itu

ditransmisikan ke bahan paling lunak, semen resin, dalam hal ini melemahkan ikatan.
15

Selanjutnya, semen resin total-etch menunjukkan kekuatan ikatan rata-rata yang secara

signifikan lebih tinggi daripada semen resin self-adhesive, terlepas dari jenis pasak yang

digunakan. Hal ini dapat dikaitkan dengan langkah etsa asam fosfat yang terpisah yang

menghilangkan smear layer permukaan tebal pada saluran akar dentin dan sumbat smear

layer pada tubulus dentin yang terbentuk selama preparasi ruang pasak, untuk

memungkinkan retensi mikromekanis yang lebih efektif dari semen berbasis resin. Di sisi

lain, methacrylate phosphoric esters dalam semen resin self adhesive tidak dapat menembus

secara adekuat melalui lapisan sisa smear layer yang sebagian terlarut pada kekuatan ikatan

akar. Temuan ini dikonfirmasi oleh evaluasi SEM pada gambar (Gambar 3 dan 4). Kekuatan

ikatan di bagian koronal lebih tinggi dari saluran akar pada umumnya dijelaskan oleh

kepadatan tubulus dentinal yang lebih tinggi dan resin tag yang lebih panjang terbentuk di

daerah ini. Dengan demikian, akan ada tanggapan yang tidak sama terhadap pengujian

mekanis masing-masing porsi dan variasi selanjutnya dalam sifat retensi. Poin lain yang

mungkin menjelaskan nilai kekuatan ikatan yang lebih rendah yang dicatat untuk daerah

apikal adalah kemampuan terbatas cahaya untuk berdifusi ke seluruh panjang semen resin

dengan demikian membahayakan polimerisasi semen di daerah apikal. Selain itu, semakin

sulit untuk mengontrol kelembapan dan aplikasi adhesif kearah daerah saluran akar daerah

apikal.

Kesimpulan: 1. Jenis pasak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap push-out

shear bond strength, yang lebih baik untuk pasak fiber dibandingkan dengan pasak zirconia

; 2. semen resin adhesif total-etch memberikan kekuatan ikatan push-out shear yang lebih

tinggi dibandingkan dengan semen resin adhesif self-etch; 3. Daerah saluran akar bagian
16

koronal secara signifikan lebih retentif daripada wilayah saluran akar apikal; dan 4.

permukaan kontak semen-dentin adalah bagian terlemah dari unit akar-pasak-semen.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mahkota Inti Pasak

Mahkota pasak merupakan perawatan salah satu jenis restorasi yang sering dilakukan

oleh dokter gigi. Indikasi perawatan mahkota pasak gigi biasanya karena kerusakan yang

cukup luas dan memerlukan perawatan saluran akar, sehingga dikhawatirkan tidak cukup

kuat apabila hanya ditambal atau hanya dibuatkan mahkota jaket. Pemasangan mahkota jaket

pada gigi non-vital merupakan tindakan yang tidak tepat karena adanya peningkatan

kerapuhan dentin dan karena hilangnya dentin pendukung akibat akses yang diperlukan

untuk perawatan saluran akar. Pada situasi demikian mahkota pasak merupakan perawatan

pilihan yang baik. (Bonifacus, Rais, 2012)

Pengertian sistem pasak adalah sebuah restorasi yang terbuat dari bahan logam dan

nonlogam yang dimasukan ke dalam saluran akar untuk menambah retensi mahkota dan

menyalurkan tekanan yang diterima secara merata ke sepanjang akar gigi (Widyastuti,

2011). Gigi yang dirawat endodontik akan menjadi lemah karena kekurangan kandungan air

dan kehilangan struktur dentin. Proses karies yang luas pada gigi akan melemahkan struktur

gigi dan meningkatkan kerapuhan pada gigi oleh karena itu struktur gigi yang tertinggal

membutuhkan dukungan tambahan yaitu dengan pasak yang dapat memberikan retensi dan

stabilitas bagi restorasi direct maupun indirect (Deliperi, 2008)

Martanto menyatakan bahwa struktur mahkota gigi anterior yang telah mengalami

perawatan saluran akar akan melemah karena terdapat kontinuitas dentin yang terputus

17
18

akibat pembuangan jaringan di permukaan lingual saat perawatan atau karena adanya karies

yang besar sehingga dentin akan menjadi rapuh. (Martanto, 19821)

Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk keberhasilan suatu mahkota pasak adalah

sebagai berikut :

a. Pada akar tidak boleh terdapat proses peradangan periapikal.

b. Jaringan pendukung harus dalam keadaan sehat, tidak ada resorpsi tulang

horizontal maupun vertikal yang berarti bahwa akar tidak goyah dan tidak sakit jika

diperkusi atau ditekan.

c. Jaringan akar masih padat dan keras dan dinding saluran akar cukup tebal.

d. Pengisian saluran akar yang lengkap sampai di ujung akar.

e. Posisi gigi lawan yang dalam segala kedudukan rahang bawah menyediakan

tempat bagi inti dan bahan mahkota yang cukup.

Beberapa waktu yang lalu, pasak metal tuang (casting) telah menjadi pilihan yang

umum terhadap restorasi yang telah dirawat endodontik. Banyak kerugian yang disebabkan

oleh pasak metal tuang konvensional seperti kehilangan retensi pada pasak ataupun pada

mahkota, fraktur pasak dan fraktur akar, dan resiko mengalami korosi. Selain itu sistem

pasak metal tuang memerlukan waktu perawatan yang lebih lama, keterlibatan prosedur

laboratorium yang meningkatkan biaya perawatan, resiko terkontaminasinya saluran akar

karena korosi, pembuangan struktur gigi yang sehat lebih banyak (Cheung, 2005). Selain itu,

fraktur akar yang sering terjadi pada sistem pasak inti logam disebabkan oleh logam
19

memiliki komponen yang lebih rigid sehingga dapat menahan tekanan yang lebih besar (Tay

dan Pashley, 2007; Gaspar dkk., 2009).

Beberapa tahun kemudian fiber reinforcement diperkenalkan dan mencoba

meningkatkan daya tahan resin kompositnya. Sedangkan fiber reinforced composite

diperkenalkan tahun 1990-an dan memiliki beberapa keuntungan apabila dibandingkan

dengan pasak metal konvensional. Adapun kelebihannya antara lain adalah memiliki estetis

yang baik, berikatan dengan struktur gigi, dan memiliki modulus elastisitas yang hampir

sama dengan dentin, namun masih membutuhkan preparasi dentin setelah perawatan saluran

akar (Deliperi dan Bardwell, 2009)

Gambar 2.1 Gambaran SEM Bentuk Pola Anyaman Pita Fiber Reinforced Resin : A.

Continuous Bidirectional Fiber, B. Continuous Unidirectional Fibres ( Garoushi dan Vallitu,

2006)

1. Fiber Reinforced Composite sebagai Bahan Pasak Saluran Akar

Fiber Reinforced Composite (FRC) diperkenalkan sebagai alternatif menggantikan

sistem pasak metal. Sistem ini digunakan pada gigi yang dirawat endodontik karena
20

memiliki sifat fisik yang lebih baik dibandingkan cast metal pasak dan dapat mencegah

fraktur vertikal ketika ada beban pengunyahan (Sadegi, 2006)

FRC merupakan material yang terdiri dari serat penguat yang menempel pada polymer

matrix. Serat-serat tersebut memberi kekuatan dan kekakuan ketika disatukan oleh polymer

matrix, membentuk sebuah fase yang berkelanjutan selama proses penguatan. Fase ini

mentransfer tekanan kepada serat-serat tersebut dan melindunginya dari kelembaban rongga

mulut. Supaya memiliki efek penguatan, serat-serat tersebut harus memiliki flexural

modulus yang lebih tinggi dibandingkan matrix polymer (Le Bell Ronlof, 2007)

FRC disemenkan ke saluran akar dengan menggunakan resin semen kemudian

dilakukan build up inti dengan menggunakan resin komposit. Banyak literatur yang

menyatakan bahwa sifat biomekanik dari fiber reinforced composite adalah mendekati

dentin (Beli, 2008)

Rigiditas dari pasak harus mirip dengan akar. Modulus elastisitas dari pasak harus

menyerupai dengan dentin dengan tujuan agar memungkinkan untuk menciptakan distribusi

tekanan secara efektif dari pasak ke struktur akar, mendistribusi tekanan oklusal dengan baik

di sepanjang akar, mengurangi konsentrasi tekanan, meningkatkan fracture resistance

(Sadegi, 2006).

1.1 Klasifikasi Pasak Fiber Reinforced Composite

Berdasarkan pembuatannya restorasi pasak fiber dibagi kedalam dua jenis, yakni

prefabricated reinforced composite pasak (pasak buatan pabrik) dan customized fiber pasak

(pasak buatan).

2.1.1 Pasak Prefabricated Fiber Reinforced Composite


21

Prefabricated fiber reinforced dikenalkan tahun 1990 an. Pasak ini terdiri dari

persentase volume yang tinggi dari serat penguat unidirectional kontinu pada polimerisasi

matriks polimer. Keuntungan pasak ini memiliki modulus elastisitas yang mendekati dentin

sehingga meminimalisasi terjadinya fraktur. Selain itu, pasak jenis ini mudah dilakukan

build up dan re treatment, juga memiliki estetis yang bai terutama dari bahan serat glass.

Kekurangan pasak buatan pabrik tetap memerlukan preparasi sehingga terjadi

pembungannya dentin (Le Bell, 2007).

Gambar 2.2 Non Metal pasak : Zirconium, Glass Fiber, Quartz Fiber, Carbon Fiber

(Schwant dan Robbins, 2004)


22

Gambar 2.3 Pasak Fibre Reinforced Resin dari Serat Penguat Continuos

Unidirectional dalam Struktur Cross Linked Polymer Matrix yang Tinggi (Le Bell, 2007)

Jenis-jenis pasak prefabricated fiber reinforced composite berdasarkan serat

1) Pasak Carbon fiber

Bahan ini mulai dikenal sejak tahun 1990-an. pasak ini terdiri dari 64% fiber

longitudinal dan 36% epoxy resin matrix. Keuntungan bahan ini adalah lebih fleksibel

dibandingkan dengan metal pasak dan memiliki modulus elastisitas yang hampir sama

dengan dentin. Kekurangan dari bahan ini adalah berwarna agak gelap sehingga memiliki

permasalahan dalam hal estetik. Pasak jenis ini meudah untuk dibongkar dan diperbaiki

dengan alat ultrasonik maupuk rotary instrumen (Le Bell, 2007).

2) Glass Fiber pasak

Glass fiber adalah jenis pasak yang sering digunakan baik dalam bidang kedokteran gigi

maupun dalam industri lain karena memiliki beberapa keuntungan seperti tensile strength

yang tinggi, kompresi dan sifat fisik yang baik, modulus elastisitas menyerupai dentin, dan

harga yang relatif tidak mahal. Pasak glass fiber terdiri dari 42% fiberglass, 29% filler, dan

18% resin (Freilich dkk, 2009). Sifat yang transparan membuat pasak ini baik digunakan

untuk kasus yang memerlukan estetis seperti restorasi pasak pada gigi anterior. Glass fiber

pasak memiliki modulus elastisitas yang lebih rendah dibandingkan carbon fiber pasak

(Saatian, 2006).

3) Quartz fiber pasak


23

Pasak ini bersifat translusen dan menyalurkan transmisi cahaya. Pasak ini memiliki sifat

biokompatibel, mudah diperbaiki jika dibutuhkan perawatan endodontik kembali,

radiopaque, tensile strength, flexural strength, compressive strength yang tinggi, memiliki

modulus elastisitas mirip dengan dentin (Glazer, 2002).

2. Bahan Fiber pasak

Pasak fiber sewarna gigi diperkenalkan pertama kali pada tahun 1990-an. Dibandingkan

pasak metal, memiliki beberapa keuntungan, diantaranya adalah estetis, berikatan pada gigi,

modulus elastisitasnya hampir sama dengan dentin, namun memerlukan preparasi dentin

dalam saluran akar.

Pasak fiber terdiri dari resin matriks dalam struktur fiber karbon atau quartz/glass yang

diperkuat. Pasak ini terdiri dari bahan fiber, matriks, dan isi dari fiber yang digunakan dengan

volume persentase dari fiber reinforced dalam matriks polimer yang telah dipolimerisasi.

Pasak fiber sediaan terdiri dari karbon atau glass (E-glass, S-glass, quartz/silica) fibers,

sedangkan matriks yang digunakan biasanya polimer epoxy atau campuran epoxy dan resin

dimethacrylate. Pasak endodontik sediaan yang terbuat dari fiber quartz atau glass FRC

mempunyai sifat biomekanik yag baik.

Beberapa keuntungan penggunaan FRC secara umum adalah modulus elastisitasnya

yang hampir sama dengan dentin, berkisar 20 GPa dibandingkan dengan pasak logam, core,

dan mahkota, memiliki flexural strength yang lebih baik dari bahan lain, atraumatik, sangat

retentif, resistensinya terhadap fraktur yang lebih baik dan resistance fatigue yang lebih baik

dibandingkan pasak stainless steel, titanium dan porselin.


24

Keuntungan lain dari pasak fiber adalah radiopak, memiliki konduktivitas dan light

transmission yang dapat mempercepat proses bonding, memiliki bentuk dan ukuran

bervariasi, dengan empat bentuk dasar, yaitu 2-stage, tapered, paralel dan pointed.

Banyak bahan sementasi yang dapat dijadikan pilihan pada penggunaan pasak fiber

yang sesuai bentuk pasak, opasitas fiber, atau pertimbangan lain misalnya penggunaan

komposit dual cure. Alternatif pertama adalah komposit light cure, atau self cure. Pada saat

sementasi perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu kontak permukaan pasak dengan resin

semen, resin semen dengan bonding adhesif, bonding adhesif dengan dentin saluran akar

serta pasak dengan core komposit.

3. Bahan Zirconia pasak

Zirconia pasak ditemukan pertama kali oleh kimiawan Jerman bernama Martin Heinrich

pada tahun 1789 dimana bahan ini dikenal sebagai oksida metal (ZrO2). Zirconia terkenal

sebagai bahan terbaik dari seluruh bahan ceramic pasak untuk pasak atau coren karena

kemiripan bahan dengan semua mahkota keramik. Zirconia murni tidak dapat digunakan

sebagai pasak apabila tidak ditambahkan stabilisasi. Zirconium oksida saat ini merupakan

keramik putih terkuat. Zirconia secara umum dikenal sebagai yttrium- yang distabilkan yakni

polikristal zirconia tetragonal dengan kandungan zirkonium oksida (94,9%) dan yttrium

oksida (5,1%). Zirkonium oksida memberikan kinerja tinggi. Fase kristal tetragonal diubah

menjadi fase monoklinik dan terjadi ekspansi volum (3-5%). Hal ini menghasilkan tekanan

internal mencegah adanya celah, dengan demikian meningkatkan resistensi material

terhadap retak propagasi. Oleh karena itu, stres diabsorbsi dan tidak ada pembentukan retak.
25

Zirconia oksida telah digunakan pula secara luas untuk implan ortopedi, hal ini terkait karena

zirconia adalah keramik terkuat dan terberat yang ada.

Bahan keramik yang kaya zirconia memiliki kekuatan lentur yang mirip dengan karbon

dan fiber pasak. Kekuatan lenturnya adalah 900 MPa. Bahan ini memiliki kekuatan dan

ketahanan retak yang luar biasa. Bahan ini juga memiliki modulus elastisitas yang tinggi dan

tingkat kegagalan adhesif selama mastikasi sangat kecil. Zirconia pasak memiliki estetika

yang tingi, ikatan yang baik dengan dentin dan membangun resin melalui semen berbasis

resin perekat. Bahan ini radiopaque dibandingkan dengan pasak non-logam lainnya, dan

kompatibel dengan keramik dan komposit. Kekurangan dari bahan zirconia adalah sulit

dikeluarkan dari saluran akar ketika perawatan ulang diperlukan. Bahan ini juga masih dalam

penelitian dan memiliki biaya yang cukup mahal. Zirconia pasak ideal diindikasikan untuk

kasus overbite/overjet 2-3 mm dari struktur gigi supragingiva yang tersisa tanpa penyakit

periapikal atau kelainan sinus (Nandini et all, 2007).

4. Total-Etch Adhesive System

Sistem adhesif total etch merupakan perkembangan bonding agent generasi ke-5 yang

terdiri dari komponen larutan etsa dan bonding agent, baru dilanjutkan dengan penggunaan

bahan adhesif semen resin. Setelah preparasi saluran akar, pada gigi akan terbentuk smear

layer, bertindak sebagai diffusion barrier yang dapat mengurangi permeabilitas dentin dan

mengurangi ikatan resin dengan substrat dentin secara mikromekanik sehingga perlu

dihilangkan. Aplikasi larutan etsa pada dentin dapat menghilangkan sebagian atau seluruh

smear layer dan mendemineralisasi jaringan dentin. Dalam percobaan in vitro, penghilangan

smear layer kemampuan adhesi menggunakan larutan etsa dapat meningkatkan ikatan resin
26

dengan dentin secara signifikan. Pada saat awal diperkenalkan, aplikasi larutan etsa

melibatkan jaringan dentin dan email, oleh sebab itu sistem adhesif ini dikenal dengan teknik

total etch. Aplikasi larutan etsa pada teknik ini dapat mendemineralisasi matriks inorganik

hidroksiapatit dan mengekspos serat kolagen, serta meningkatkan mikroporositas dentin.

Dentin dapat terdemineralisasi sampai 7,5 μm, tergantung tipe asam, waktu aplikasi, dan

konsentrasi asam yang digunakan. Setelah aplikasi larutan etsa permukaan dentin harus

dibilas untuk menghilangkan sisa asam dan kemudian dilanjutkan dengan aplikasi material

bonding agent yang membentuk hybrid layer dan resin tag. Setelah aplikasi bonding agent,

maka proses sementasi dengan semen resin dapat dilakukan. Material asam yang umum

digunakan adalah asam fosfat.

Gambar 2.4 Total etch

Restorasi gigi non vital seringkali dihubungkan dengan campuran antara pasak sediaan

atau pasak dan core metal satuan serta full crown. Pada mulanya, sebagian besar cara ini

dapat meningkatkan perforasi akar atau fraktur terhadap struktur mahkota dan akar gigi,
27

selain itu perawatan yang relatif mahal dan lama. Selanjutnya hal ini dikenal sebagai sistem

adhesif total etch dan perbaikan sifat fisik dan mekanik dari resin bonded composite (RBC).

Restorasi adhesif memungkinkan klinisi melakukan preparasi gigi seminimal mungkin

sehingga dapat mempertahankan struktur jaringan yang sehat.

5. Sistem Adhesif Self-Etch

Self etching primer system (SEPs) memiliki dua komponen primer dan bonding agent.

Dalam material primer ini terdapat molekul phosphonated resin yang memiliki dua fungsi

sekaligus, yaitu larutan etsa dan priming dentin dan enamel. Mekanisme ikatan SEPs

didapatkan dari larutan etsa dan priming dentin serta enamel, kemudian terbentuk hybrid

layer dan resin impregnated plug. Dalam self etch tidak diperlukan lagi pembilasan dan

pengeringan permukaan substrat, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadinya

overwetting dan overdrying yang dapat mempengaruhi perlekatan. Selain mudah

aplikasinya, penggunaan sistem adhesif self etch kurang sensitif bila dibandingkan sistem

adhesif total etch. Kedalaman demineralisasi dan infiltrasi resin yang didapatkan melalui

aplikasi sistem adhesif self etch tidak terlalu berbeda bila dibandingkan sistem adhesif total

etch. Dibalik kemudahan aplikasi yang dimilikinya, sistem adhesif ini juga memiliki

kelemahan. Hasil etsa yang didapatkan pada teknik self etch tidak sebaik teknik total etch,

sehingga ikatan yang didapatkan juga tidak sebaik teknik total etch.
28

Gambar 2.5 Self etch

6. Push out test

Sistem adhesi dari suatu bahan dapat diuji kemampuannya dengan menggunakan

beberapa metode uji diantaranya adalah conventional tensile test, microtensile test, pull out

test, dan pust out test. Push out test merupakan uji yang dianggap paling baik karena dapat

menggambarkan sesuai dengan kondisi klinis di dalam rongga mulut. pasak fiber dapat diuji

dengan spesimen yang utuh maupun hanya berupa potongan pasak fiber. Peneliti

sebelumnya menggunakan spesimen dengan ketebalan 1,0-3,0 mm karena dapat

mensimulasikan adhesi pada tiga bagian akar yang berbeda. Namun penggunaan spesimen

yang tipis tidak dapat mewakili kondisi klinis didalam mulut apabila dibandingkan dengan

spesimen yang tebal atau pasak yang utuh. Push out test dapat dilakukan dengan

menggunakan Universal Testing Machine. Pencatatan beban dalam satuan Kilogram Force

(KgF) juga dilakukan. Kemampuan adhesi pada uji ini dihitung melalui rumus

(Theodor,2013) :

P = F/ (A1+A2)
29

P : Kemampuan adhesi sistem adhesif (MPa)

F: Beban maksium yang dapat diterima (KgF)

Al: Luas permukaan kontak pasak dentuk parallel dengan dinding saluran akar (mm2)

A2: Luas permukaan kontak pasak bentuk tapered dengan dinding saluran akar (mm2)

Gambar 2.6 Push Out Test


DAFTAR PUSTAKA

Allaban., M., Youssef., Nejri., Dkk. 2019. Evaluation of Bond Strength of Aesthetic

Type of posts at Different Regions of Root Canal after Application of Adhesive

Resin Cement. Macedonian Journal of Medical Sciences. 2019 Jul 15; 7(13):2167-

2172.

Bonifacus. S., Rais. S. W. 2012. Restorasi Mahkota Pasak Pada Gigi dengan Jarak

Serviko-oklusal Pendek. Dentofasial, Vol. 11 No.3 hal 165-169

Martanto P. Teori dan praktek: Ilmu mahkota dan jembatan. Bandung: Alumni; 1982.

hal.40-1; 74-8.

Nandini, V.V., Venkatesh, V, K., Kandaswamy. 2007. Zirconia post-pressed ceramic core-

supported all-ceramic crown: Case reports and 4-year follow-up. Tamil. The Journal

of Indian Prosthodontic Society, October 2007, Vol 7, Issue 4

Theodor, Yeremia. 2013. Kemampuan Adhesi Sistem Total Etch, Self Etch, dan Self Adhesive
pada Sementasi Pasak Fiber. Skripsi. Jakarta : Universitas Indonesia

30

Anda mungkin juga menyukai