Anda di halaman 1dari 12

EFEK DESAIN PREPARASI KAVITAS ENDODONTIK PADA KEKUATAN FRAKTUR

GIGI YANG DILAKUKAN PERAWATAN SALURAN AKAR: PREPARASI


TRADISIONAL VERSUS KONSERVATIF

Journal Reading

Disusun Oleh:
Bernie Chang Sze Kuang 160112162507

Pembimbing:
Drg. Taufik Hidayat, Sp. KG

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2019
EFEK DESAIN PREPARASI KAVITAS ENDODONTIK PADA KEKUATAN FRAKTUR
GIGI YANG DILAKUKAN PERAWATAN SALURAN AKAR: PREPARASI
TRADISIONAL VERSUS KONSERVATIF

Rehabilitasi struktural, estetik, dan fungsional gigi yang telah dirawat saluran akar sangat
sulit. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa dengan mengurangi jumlah dentin, preparasi
akses kavitas endodontik menurunkan kekuatan fraktur gigi dan meningkatkan deflasi cuspal
selama fungsi. Preparasi traditional endodontic cavity (TEC) tradisional kavitas endodontic,
pengangkatan terkontrol dari struktur gigi didukung untuk mencegah komplikasi yang dapat terjadi
selama perawatan endodontik. Kehilangan dentin dan struktur anatomis, seperti puncak bonjol,
ridges, dan atap ruang pulpa, dapat menyebabkan fraktur gigi setelah restorasi akhir. Berbeda
dengan preparasi TEC, preparasi konservatif endodontic conservative endodontic cavity (CEC)
adalah prosedur invasif minimal yang dapat mempertahankan struktur gigi, seperti dentin
pericervical. Tidak ada aturan pasti untuk preparasi CEC; tujuannya adalah untuk
mempertahankan struktur gigi sebanyak mungkin dan untuk menemukan orifis kanal. Dalam
penelitian ini, CEC dipreparasi dengan mempertimbangkan lokasi kavitas pada mesial gigi.

Kemajuan teknologi adhesif telah memungkinkan restorasi pasca perawatan endodontic


yang konservatif dan estetik. Komposit konvensional dan komposit flowable bulk-fill, yang dapat
diisi secara massal dengan ketebalan hingga 4mmin, merupakan alternatif yang baik untuk
restorasi gigi posterior pasca perawatan endodontik. Contoh terkenal komposit berbasis bulk-fill
adalah SDR (Dentsply Caulk, Milford, DE). SDR memiliki peningkatan kedalaman cure karena
peningkatan tembus cahaya. SDR termasuk polimer fleksibel yang tidak mengikuti tegangan
shrinkage ke gigi. Dengan demikian, itu dihipotesiskan bahwa ini akan mengurangi kekuatan
komposit pada gigi.

Bahan berbasis resin komposit baru, termasuk polietilen dan serat kaca, juga tersedia untuk
digunakan dalam restorasi endodontic. Penggunaan komposit fiber-based yang baru
dikembangkan berarti kavitas besar yang terkena tekanan tinggi, terutama gigi posterior, dapat
lebih berhasil direstorasikan. EverX Posterior (GCDental, Tokyo, Jepang) telah diperkenalkan
untuk penggantian dentin dalam ukuran besar, dalam, dan desain kavitas dengan faktor-C tinggi.
EverX Posterior dapat digunakan dengan increment 4-mm di kavitas posterior yang luas untuk
meniru menyerap stress sifat dentin. Karena komposit ini memungkinkan tebal 4-5 mm increment
yang harus cure dalam satu langkah, komposit ini menghemat waktu dan penanganan komposit
ini mudah.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan kekuatan patah gigi molar
mandibula yang dipreparasi menggunakan teknik tradisional dan konservatif metode dan
direstorasi dengan menggunakan SDR dan EverX Posterior base composite. Hipotesis nol dari
penelitian ini adalah seperti berikut:

1. Metode preparasi akses kavitas tidak akan berpengaruh dengan kekuatan fraktur gigi molar
rahang bawah yang dirawat endodontik.
2. Bahan komposit dasar yang berbeda akan digunakan dalam restorasi tidak berpengaruh
pada kekuatan fraktur gigi molar mandibula yang dirawat secara endodontik.

MATERI DAN METODE

Estimasi Ukuran Sampel

Berdasarkan data dari studi sebelumnya (14), analisis kekuatan dilakukan dengan
menggunakan software G*Power 3.1 (Heinrich Heine University, Dusseldorf, Germany) dengan
memilih analisis uji varian F tests family. Error tipe-alpha sejumlah 0.05, kekuatan beta 0.95, dan
rasio N2/N1 dari 1 juga ditetapkan. Perhitungan daya menunjukkan bahwa ukuran sampel untuk
setiap kelompok minimal 20 gigi.

Seleksi Sampel

Setelah persetujuan komite etika (no. 2016/272), 100 gigi molar pertama mandibula
dimasukkan dalam penelitian ini. Gigi dikumpulkan dari pasien berusia antara 40 dan 60 tahun.
Semua gigi sudah selesai pengembangan akar tanpa ada celah atau cacat pada permukaan dan tidak
pernah ditambal. Residu jaringan lunak dan keras pada permukaan gigi diangkat menggunakan
skaler ultrasonik. Diameter Buccolingual (BL) dan mesiodistal (MD) gigi diukur menggunakan
caliper. Penelitian ini dilakukan dengan teliti untuk memastikan bahwa semua gigi memiliki
kesamaan dimensi untuk standardisasi. Selama penelitian, gigi disimpan di dalam air suling dalam
suhu kamar (25 C) saat tidak digunakan. Waktu penyimpanan maksimum untuk gigi adalah 6 bulan.
Gigi dipisah secara acak dan dibagi menjadi 5 kelompok (n = 20 /masing-masing kelompok), dan
prosedur berikut dilaksanakan:

1. Kelompok 1: Gigi pada kelompok ini tidak dirawat, dan gigi tersebut berfungsi sebagai
kelompok kontrol.
2. Kelompok 2: Pada kelompok ini, setelah preparasi TEC (Gbr. 1A), perawatan saluran akar
dilakukan. EverX Posterior diaplikasikan sebagai basis bahan (Gbr. 1B), tetapi kavitas
proksimal tidak ditambal semuanya. Restorasi akhir diselesaikan menggunakan Filtek
Z250 (3M ESPE, St Paul, MN) komposit resin (Gbr. 1C).
3. Kelompok 3: Setelah preparasi CEC, perawatan saluran akar dilakukan. Posterior EverX
diterapkan sebagai bahan dasar, tetapi kavitas proksimal tidak ditambal semuanya.
Penambalan terakhir dilakukan dengan menggunakan komposit resin Filtek Z250.
4. Kelompok 4: Setelah preparasi TEC, perawatan saluran akar dilakukan. SDR diaplikasikan
sebagai bahan dasar, dan kavitas proksimal ditambal penuh. Restorasi akhir dilakukan
dengan menggunakan komposit resin Filtek Z250.
5. Kelompok 5: Setelah preparasi CEC, perawatan saluran akar dilakukan (Gbr. 2A). SDR
diaplikasikan sebagai bahan dasar, dan kavitas proksimal sudah ditambal penuh (Gbr. 2C).
Restorasi terakhir dilakukan dengan menggunakan komposit resin Filtek Z250 (Gbr. 2D).

Figure 1 (A) TEC preparation, (B) EverX Posterior application to TEC, and (C) final restoration
of TEC
Figure 2 (A) CEC preparation, (B) a proximal view of CEC, (C) SDR application to CEC, and
(D) the final restoration of CEC.

PREPARASI TEC DAN CEC

Dalam preparasi TEC, kavitas endodontic kelas II mesio-oklusal dipreparasi. Email


oklusal dan jaringan dentin antara mesial dan orifis saluran akar distal telah diangkat.

Dalam preparasi CEC, kavitas kelas II mesio-oklusal dipreparasi. Berbeda dengan


preparasi TEC, email oklusal dan jaringan dentin antara lubang saluran akar di bagian mesial dan
distal tidak diangkat. Kavitas distal dalam preparasi CEC ditentukan dan distandarisasi menurut
ketebalan marginal ridge distal. Ketebalan marginal ridge distal di kedua-dua kavitas sebanyak
1.5 mm. Di sebelah mesial, jarak antara margin gingiva dan CEJ dipreparasikan menjadi 1 mm.
Ketebalan dinding antara dinding bukal dan lingual dan dinding interproksimal kavitas
dipastikan tidak melebihi 2 mm. Jaringan pulpa di ruang pulpa diangkat seluruhnya
menggunakan skaler ultrasonic. Prosedur-prosedur tersebut dilaksanakan oleh 2 dokter gigi
spesialis berpengalaman dalam perawatan endodontik dan restorasi kedokteran gigi.

PREPARASI SALURAN AKAR DAN OBTURASI

Setelah preparasi akses kavitas endodontik, file kanal tipe K #15 (Dentsply Sirona,
Ballaigues, Swiss) ditempatkan di dalam saluran akar gigi di bawah magnifikasi 2.5 sampai
foramen apical tercapai. Panjang kerja ditetapkan 1 mm lebih pendek dari panjangnya. File X1
dan X2 dari sistem instrumen rotari ProTaper Next (Dentsply Sirona) digunakan untuk
membentuk saluran akar mesial, dan file X1, X2, X3, dan X4 digunakan untuk membentuk
saluran akar distal. File dioperasikan pada kecepatan 300 rpm dan torsi 300-g/cm menggunakan
program ‘DR’S CHOICE’dari VDW Reciproc Gold (VDW, Munich, Jerman) motor endodontik
sesuai dengan rekomendasi dari produsen. Masing-masing file digunakan untuk membentuk
maksimal 4 saluran akar. Saat mengganti file, saluran akar diirigasi dengan 2 mL 5.25% solusi
natrium hipoklorit (CanalPro; Colt ene / Whaledent, Allstetten, Swiss). Untuk menghilangkan
smear layer, 2 mL 17% EDTA (CanalPro) diterapkan selama 2 menit, dan 2 mL natrium 5,25%
hipoklorit diterapkan pada irigasi akhir. Setelah dikeringkan dengan paper point, kanal diisi
dengan AH Plus (Dentsply DeTrey, Konstanz, Jerman) dan gutta-percha (Dentsply Sirona)
menggunakan teknik single cone. Gutta-percha berlebihan telah dikeluarkan dari orifis
menggunakan excavator panas. Akses kavitas kemudian dibersihkan menggunakan alcohol
ethylene.

MENSIMULASIKAN LIGAMEN PERIODONTAL

Sampel dilapisi dengan lilin cair sampai 2 mm apikal dari garis semento enamel.
Kemudian, menggunakan cetakan logam, semua sampel tertanam dalam resin self-curing hingga
2 mm apikal dari enamelcement baris. Selama prosedur ini, sebuah parallelometer digunakan
untuk menyelaraskan sumbu panjang gigi tegak lurus terhadap bidang tanah. Setelah awal
polimerisasi dikonfirmasi secara visual, gigi-gigi itu dihapus dari resin akrilik, dan lilin cair
dihilangkan menggunakan air panas. Untuk mensimulasikan ligamen periodontal, celah dalam
akrilik resin diisi dengan bahan cetakan silikon (Panasil Light Body; Kettenbach GmbH & Co
KG, Eschenburg, Jerman), dan gigi diganti di celah.

RESTORASI SAMPEL

Kecuali kelompok kontrol, semua sampel dietsa 15 detik menggunakan 37% asam
ortofosfat (Etch-37 w / BAC; Bisco, Schaumburg, IL) untuk etsa enamel selektif, dibilas selama
15 detik, dan kemudian dikeringkan dengan angin tekanan ringan. Setelah ini, etsa adhesif 2
tahap secara otomatis (Clearfil SE Bond; Kuraray Noritake Dental Inc, Tokyo, Jepang)
diterapkan selama 20 detik, diencerkan dengan udara, dan kemudian dipolimerisasi selama 10
detik menggunakan LED (Elipar S10, 3M ESPE).

Untuk sampel dalam kelompok 2 dan 3, Posterior EverX setebal 4 mm (GC Dental)
diaplikasikan sebagai bahan dasar untuk meniru jaringan dentin yang hilang dan kemudian
dipolimerisasi dengan perangkat lampu LED selama 40 detik. Selanjutnya, 2mm bahan restoratif
resin komposit (Gradia Direct Posterior, GC Dental) ditempatkan pada dasar dan dipolimerisasi
selama 40 detik menggunakan lampu LED.

Untuk sampel dalam kelompok 4 dan 5, seperti pada kelompok 2 dan 3, pengasaran dan
prosedur adhesif diimplementasikan; SDR setebal 4 mm (Dentsply Caulk) digunakan untuk
meniru jaringan dentin yang hilang dan kemudian dipolimerisasi selama 40 detik menggunakan
lampu LED. Setelah polimerisasi, 2 mm bahan restoratif resin komposit (Gradia Direct Posterior)
ditempatkan sebagai base dan dipolimerisasi selama 40 detik menggunakan lampu LED.
Anatomi oklusal dari sampel diproses sesuai dengan anatomi oklusal gigi molar mandibula.
Permukaan sampel yang direstorasi dipoles dengan menggunakan disk finishing dan polishing
SofLex (3M ESPE).

UJI KEKUATAN FRAKTUR

Gigi semua kelompok disimpan dalam air suling pada suhu kamar (25 C) selama 24 jam
sebelum uji kekuatan fraktur. Untuk pengujian fraktur, semua sampel ditempatkan pada Instron
Universal Mesin Uji (Instron, Buckinghamshire, UK), yang akan memberikan beban tekan pada
fossa sentral kea rah lingual, 15 derajat ke sumbu longitudinal gigi. Beban ini diterapkan pada
sampel dengan kecepatan 1-mm/menit menggunakan ujung bundar 6-mm sampai patah.
Kekuatan yang mengakibatkan patah dicatat dalam unit newton, dan jenis fraktur
diklasifikasikan oleh 2 pengamat independen menggunakan sebuah stereomicroscope. Kegagalan
termasuk patah akar vertikal di bawah tingkat simulasi tulang didefinisikan sebagai fraktur yang
tidak dapat direstorasi (Gbr. 3A). Kegagalan yang termasuk kegagalan adhesif di atas tingkat
simulasi tulang didefinisikan sebagai fraktur yang dapat direstorasi (Gbr. 3B).

Figure 3 (A) A nonrestorable fracture in the TEC group restored with EverX Posterior. (B) A
restorable fracture in the CEC group restored with EverX Posterior.

ANALISIS STATISTIK

Dimensi BL dan MD dan diameter BL × MD menjadi sasaran untuk uji statistik Shapiro-
Wilk untuk memeriksa normalitas continuous variables. Tes Kruskal-Wallis digunakan untuk
mengevaluasi perbedaan spesimen antara dimensi BL dan MD dan diameter BL × MD. Data
beban fraktur dianalisis menggunakan tes Kruskal-Wallis. Korelasi data fraktur dengan dimensi
BL dan MD dan diameter BL × MD dinilai menggunakan tes korelasi Pearson. Semua tes
dilakukan pada 95% confidence (P <0.05).
HASIL

Angka beban yang menyebabkan fraktur akar dan variabel lain dalam 5 kelompok
ditunjukkan pada Tabel 1. Analisis statistik mengkonfirmasi standarisasi akar di antara kelompok
dari segi BL, MD, dan BL× MD diameter (P> .05).

Kekuatan fraktur sampel pada kelompok kontrol lebih tinggi dari kelompok eksperimen (P
<0.05). Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik dalam akses kavitas endodontik yang
dipreparasi dengan menggunakan metode TEC dan CEC dan direstorasi menggunakan bahan dasar
komposit yang sama (P> .05). Bagaimanapun jenisnya metode yang digunakan untuk preparasi
akses kavitas endodontik, di antara kelompok eksperimental, kekuatan fraktur tertinggi diamati
pada kelompok 4 (TEC + SDR) dan kelompok 5 (CEC + SDR) direstorasi menggunakan bahan
dasar komposit SDR.

Korelasi resistensi fraktur gigi dengan BL, MD, dan BL × MD diameter ditunjukkan pada
Tabel 2. Fraktur resistensi gigi meningkat jika dimensi BL, MD, dan BL MD meningkat.

Persentase, frekuensi, dan mode kegagalan ditunjukkan pada Tabel 3. Terdapat lebih
banyak fraktur yang dapat direstorasikan pada kelompok kontrol dan kelompok 3 (CEC + EverX
Posterior) daripada kelompok lain (P <0,05). Sebaliknya, terdapat lebih banyak fraktur yang tidak
dapat direstorasi pada kelompok 2 (TEC + EverX Posterior) dan kelompok 4 (TEC + SDR) (P
<.05). Tidak ada perbedaan yang signifikan antara fraktur yang dapat direstorasi dan tidak dapat
direstorasi pada kelompok 5 (CEC + SDR) (P> .05).

DISKUSI

Pendekatan konservatif dan minimal invasif semakin populer dalam kedokteran gigi zaman
ini. Dalam penelitian ini, preparasi TEC dan CEC dibandingkan. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk membandingkan 2 jenis preparasi kavitas (TEC dan CEC) dan memeriksa efek bahan dasar
yang berbeda pada ketahanan sampel terhadap fraktur dalam kelompok TEC dan CEC. Penelitian
ini beda dengan yang sebelumnya yang menggunakan kavitas oklusal, penelitian ini bertujuan
untuk meniru kasus klinis perawatan endodontik karena karies interproksimal tidak mempengaruhi
seluruh bagian oklusal gigi (kelas II). Kasus seperti ini sering dilaporkan dalam literatur.

Dalam penelitian ini, gigi molar mandibula dipilih karena fraktur vertikal paling sering
diamati pada molar mandibula di antara gigi posterior yang dilakukan perawatan endodontik.
Dalam perawatan endodontik gigi posterior, masalah utama gigi berlubang yang dipreparasi
menggunakan metode TEC adalah lantai ruang pulpa juga merupakan lantai kavitas. Di antara
molar rahang bawah, oklusal email dan dentin yang terletak di tengah gigi akan mengalami tekanan
mengunyah tinggi. Dengan mempertahankan atap ruang pulpa dengan menggunakan preparasi
CEC, tujuannya adalah untuk mendistribusikan tekanan oklusal sebelum menyentuh lantai kamar
pulpa. Tujuan tambahan adalah untuk mempertahankan cervical dentin, hal ini penting supaya
fungsi gigi dalam keadaan optimal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gigi fraktur yang
memiliki desain CEC terdapat lebih banyak yang dapat direstorasi dibandingkan gigi yang
memiliki desain TEC. Desain CEC yang dapat direstorasi dengan baik mungkin karena atap kamar
pulpa dipertahankan. Dalam penelitian ini, hasil menggunakan desain CEC, semua kanal dapat
diakses melalui satu garis lurus, berbeda dengan penelitian sebelumnya yang menggunakan akses
endodontik ninja. Kelemahan utama preparasi CEC adalah keterbatasan dalam pemeriksaan ruang
pulpa dan kesulitan dalam debridemen area di bawah atap pulp yang tidak terpapar.

Menurut temuan penelitian ini, tidak ada statistic perbedaan signifikan dalam kekuatan
fraktur sampel yang disiapkan dengan metode tradisional (TEC) dan konservatif (CEC) ketika
dipulihkan dengan bahan dasar yang sama (P> .05). Dengan demikian, hipotesis nol pertama dari
penelitian ini diterima. Sama dengan temuan dari penelitian ini, Moore et al (12) dan Rover et al
(22) tidak menemukan perbedaan yang signifikan antara metode persiapan TEC dan CEC dalam
hal kekuatan patah. Di sisi lain, studi tentang fraktur kekuatan gigi molar dan premolar mandibula
setelah persiapan dengan metode TEC dan CEC melaporkan bahwa metode CEC dikaitkan dengan
resistensi fraktur yang jauh lebih tinggi daripada metode TEC (7) Demikian pula, Plotino et al (21)
menemukan bahwa kekuatan fraktur gigi disiapkan dengan metode TEC secara signifikan lebih
rendah daripada gigi disiapkan dengan metode CEC dan metode ultra-CEC. Sama Studi
melaporkan perbedaan yang signifikan antara kekuatan fraktur gigi disiapkan dengan metode CEC
dan ultra-CEC (21). Sumbang hasil dapat disebabkan oleh perbedaan metodologi yang digunakan
dalam studi ini.

Penurunan maksimum dalam ketahanan gigi terhadap fraktur terjadi karena hilangnya
integritas marginal ridge. Sebuah studi melaporkan penurunan 46% dalam kekuatan gigi karena
kehilangan integritas marginal ridge. Dalam penelitian ini, kami mengaitkan tidak adanya
perbedaan signifikan dalam kekuatan fraktur kelompok TEC dan CEC direstorasikan dengan
bahan dasar yang sama dan tipe akses kavitas endodontic (yaitu, kelas II) dipreparasikan. Selain
itu, manipulasi bahan dasar selama prosedur restorasi kavitas dipreparasikan menggunakan
metode CEC lebih sulit dibandingkan yang dipreparasikan menggunakan metode TEC. Bahan
dasar mungkin tidak ditempatkan dengan benar ke dalam kavitas selama preparasi secara CEC.
Selanjutnya, kami bertujuan untuk mempertahankan dentin sebanyak mungkin, dan ruang di
bawah oklusal email dan dentin mungkin telah menyebabkan area stres dan menurunkan ketahanan
gigi terhadap fraktur.
Menurut hasil penelitian ini, bagaimanapun metode kavitas endodontik, kekuatan fraktur
sampel yang direstorasikan dengan SDR lebih tinggi dari sampel yang direstorasi menggunakan
EverX Posterior (P <.05). Dengan demikian, hipotesis nol kedua penelitian ini ditolak. Penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa pilihan bahan restorasi memiliki efek signifikan pada ketahanan
gigi terhadap fraktur setelah perawatan saluran akar. Dalam penelitian ini, dibandingkan dengan
studi sebelumnya, ketahanan gigi terhadap fraktur pada gigi yang direstorasi dengan EverX
Posterior lebih rendah dibandingkan gigi yang direstorasi menggunakan SDR. Dalam sebuah studi
tentang ketahanan fraktur EverX Posterior dan komposit tradisional, Frater et al melaporkan bahwa
kekuatan terbaik diperoleh ketika EverX Posterior diaplikasikan pada layer oblique. Dalam
penelitian ini, ketahanan gigi terhadap fraktur EverX Posterior mungkin telah menurun karena
metode aplikasi (yaitu, diisi secara massal). Apalagi selama restorasi gigi dengan preparasi CEC,
semakin tinggi viskositas EverX Posterior dibandingkan dengan SDR dan hal ini mungkin
menyebabkan kurang adaptasi ke dinding kavitas.

Dalam penelitian ini, gigi pada kelompok kontrol dan kelompok CEC terdapat fraktur yang
dapat direstorasi secara signifikan lebih banyak dibandingkan dengan kelompok TEC (P <.05).
Selain memeriksa ketahanan gigi terhadap fraktur yang dirawat endodontik, tipe fraktur juga harus
diperiksa. Fraktur yang tidak dapat direstorasi dalam struktur gigi harus diekstraksi. Menurut hasil
penelitian ini, meskipun tidak ada perbedaan yang signifikan pada ketahanan gigi terhadap fraktur
yang dipreparasi menggunakan metode TEC dan CEC, jenisnya fraktur kurang serius pada
preparasi CEC. Keterbatasan dari penelitian ini adalah bahwa gaya statis daripada gaya dinamis
itu diterapkan pada sampel, dan faktor intraoral, seperti suhu dan perubahan pH, tidak
disimulasikan.

KESIMPULAN

Dalam keterbatasan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa preparasi CEC tidak
meningkatkan ketahanan gigi terhadap fraktur dengan kavitas kelas II dibandingkan dengan
preparasi TEC. Ketahanan gigi terhadap fraktur direstorasi dengan SDR bulk-fill composite lebih
tinggi dari gigi yang direstorasikan dengan EverX Posterior tidak mengkirakan tipe akses kavitas.

Anda mungkin juga menyukai