Anda di halaman 1dari 9

RESTORASI KELAS IV KOMPOSIT

PADA GIGI 21

Laporan Kasus Restorasi

Disusun Oleh:
Bernie Chang Sze Kuang 160112162507

Pembimbing:
Drg. Taufik Hidayat, Sp. KG

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2019
I. DATA PASIEN
Nama : Nn. IR

Agama : Islam

Telp : 0849xxxxxx

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 32 tahun

Alamat : Bandung

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Status : Menikah

NRM : 2018-01xxxx

II. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF


Pasien laki laki usia 32 tahun datang dengan keluhan gigi depan patah sejak 2 tahun yang
lalu karena jatuh. Pasien tidak pernah berasa sakit. Pasien belum pernah mendapat perawatan
terhadap keluhan tersebut. Riwayat penyakit pasien disangkal dan riwayat penyakit keluarga
pasien disangkal. Riwayat alergi obat disangkal. Pasien ingin giginya ditambal.

III. PEMERIKSAAN OBJEKTIF


Hasil pemeriksaan fisik dan tanda vital menunjukkan tekanan darah 120/80mmHg,
pernafasan 18 x / menit, dan nadi 82 x / menit.
Pemeriksaan ekstra oral menunjukkan wajah simetris, konjungtiva non-anemis, pupil
isokhor, sklera non ikterik, bibir tidak ada kelainan, kompeten, TMJ tidak ada kelainan di sebelah
kiri dan kanan, dan kelenja limfe tidak teraba, tidak bengkak dan tidak sakit di sebelah kiri dan
kanan.
Pemeriksaan intra oral menunjukan gigi depan pasien patah. Kebersihan mulut pasien baik,
mukosa rongga mulut tidak ada kelainan, frenulum normal, tonsil T1/T1, lidah tidak ada kelainan,
dasar mulut tidak ada kelainan, dan gingiva tidak ada kelainan.
Pada pemeriksaan klinis gigi 21 fraktur. Tes dingin menunjukkan respon positive dan tes
perkusi, tes tekan, tes mobiliti menunjukkan repon negatif. Jaringan sekitar gigi 21 tidak ada
kelainan.

Gambar 1. Gambaran diagnosik gigi 21.

IV. ODONTOGRAM

PE PE

Keterangan:
o Fraktur

V. DIAGNOSIS
Pulpitis reversible gigi 21.

VI. RENCANA PERAWATAN


Restorasi Kelas IV Komposit pada gigi 21.

VII. PROGNOSIS
Baik, karena pasien kooperatif, posisi gigi tidak menyulitkan untuk dilakukan perawatan,
usia pasien masih muda, berespon baik pada DHE serta tidak ada kelainan penyakit sistemik.
VIII. TATA LAKSANA KASUS
Kunjungan I (1 Mei 2018)
Persiapan alat dasar, baki, cooton roll, cotton pellet, alcohol, petridish, tempat sampah
meja, tissue, plastic wrap, polybib, suction tip, dental handpiece, instrument untuk preparasi gigi
seperti bor fissure, instrument untuk pembentukan anatomi tambalan seperti bor fine dan superfine,
esta, bonding, microbrush, komposit, light cure, telfon dan articulating paper
Pasien diperiksa secara subjektif dan objektif. Hasil pemeriksaan tersebut digunakan untuk
penentuan diagnosis dan rencana perawatan. Pasien kemudian diberikan informasi mengenai
keadaan giginya dan segala tindakan perawatan yang akan dilakukan serta komplikasi yang
mungkin terjadi. Setelah mengerti dan setuju, pasien diminta untuk menandatangani lembar
informed consent.
Gigi 21 diisolasi menggunakan cotton roll. Outline form dibuat sekonservatif mungkin.
Bevel 0.5-2mm dibuat pada bagian mesial inisal edge gigi 21 dengan flamed shaped bor diamond
dan dilakukan disinfeksi menggunakan Klorheksidin 2%. Kavitas dibersihkan dan dikeringkan
dari debris. Aplikasikan etsa menggunakan microbrush, untuk email selama 20 detik dan dentin
selama 10 detik. Bersihkan etsa dari kavitas menggunakan water syringe. Keringkan kavitas dari
air hingga permukaan kavitas terlihat lembab dan mengkilat. Isolasi gigi dan kavitas yang akan
dibonding. Aplikasikan bonding menggunakan microbrush ke seluruh permukkan kavitas.
Diamkan selama 20 detik, kemudian disinar selama 20 detik.
Isolasi gigi dan kavitas menggunakan cotton roll. Pemasangan Mylar strip pada gigi 21.
Aplikasi komposit secara incremental pada bagian palatal gigi menggunakan telfon. Setiap
increment kira kira 2mm. Komposit disinar selama 20 detik menggunakan light cure. Penghalusan
dan pembentukan anatomi tambalan menggunakan bor fine dan bor superfine. Oklusi pasien
diperiksa dengan articulating paper.

Gambar 2. Preparasi Kelas IV Komposit pada gigi 21.


Gambar 3. Penambalan Kelas IV Komposit pada gigi 21

Kunjungan II ( 26 Mei 2018)


Persiapan alat dasar, baki, cooton roll, cotton pellet, alcohol, petridish, tempat sampah meja,
tissue, plastic wrap, polybib, suction tip, dental handpiece, articulating paper, polishing strip dan
instrument untuk pemolesan gigi seperti polishing rubber, polishing cup, dan polishing brush.
Pasien dilakukan pemeriksaan vitalitas, perkusi, tekan, mobility pada gigi 21. Tes dingin
menunjukkan respon positive dan tes perkusi, tes tekan, tes mobiliti menunjukkan repon negatif.
Jaringan sekitar gigi 21 tidak ada kelainan. Pasien tidak ada keluhan lagi. Pemolesan komposit
dilakukan dengan polishing strip dan polishing rubber. Tidak terdapat step antara tambalan
komposit dan gigi pada tepi restorasi. Oklusi pasien diperiksa dengan articulating paper. Tambalan
halus dan mengkilat.

Gambar 4. Pemolesan Kelas IV Komposit pada labial gigi 21


IX. PEMBAHASAN
Pada laporan kasus ini diagnosis gigi 21 adalah pulpitis reversible, dimana merupakan

inflamasi pulpa yang akan kembali normal apabila penyebabnya dihilangkan. Nyeri pulpitis

reversibel dapat berupa nyeri tajam dan sementara. Aplikasi stimulus eksternal seperti termal dapat

mengakibatkan nyeri sementara. Rasa nyeri hilang dalam beberapa detik setelah stimulus

dihilangkan.1 Inflamasi hanya terbatas pada dentin dan tidak menjalar ke jaringan pulpa dan

periapikal, respon gigi terhadap tes palpasi dan perkusi berada dalam batas normal. Hal ini sesuai

dengan pemeriksaan klinis dimana papalsi dan perkusi negatif.2

Rencana perawatan gigi 21 akan dilakukan direct restorasi composite kelas IV. Indikasi

untuk restorasi komposit menawarkan alternatif perawatan yang efektif biaya di mana estetika

menjadi perhatian utama. Tingkat kelangsungan hidup komposit anterior ini dilaporkan sangat

memuaskan bahkan pada pasien dengan gigi yang aus.3

Preparasi gigi untuk restorasi direct komposit Kelas IV melibatkan (1) akses ke struktur

yang rusak (karies, fraktur, cacat non-karies), (2) pembuangan struktur yang rusak (karies, dentin

dan enamel yang rusak, restorasi dan dasar yang rusak material), dan (3) membuat convenience

form untuk restorasi. Preparasi gigi pada daerah proksimal insisivus yang besar membutuhkan

perhatian lebih pada bentuk retensi daripada untuk defek Kelas IV kecil. Jika sejumlah besar

struktur gigi hilang dan restorasi berada di daerah stres tinggi, bentuk retensi alur dapat

diindikasikan bahkan ketika pinggiran preparasi seluruhnya dalam enamel. Juga, bevel enamel 0.5

to 2 mm dapat ditingkatkan lebarnya untuk memberikan area permukaan yang lebih besar untuk

etsa, menghasilkan ikatan yang lebih kuat antara komposit dan gigi dan hasil estetika yang

berpotensi lebih baik.4

Perawatan gigi dengan fraktur koronal minor membutuhkan persiapan minimal. Jika

fraktur terbatas pada enamel, retensi yang memadai biasanya dapat dicapai dengan hanya beveled
margin cavosurface tajam di daerah fraktur dengan instrumen diamond berbentuk flame dan diikuti

dengan bonding (Gbr. 5).4

Gambar 5 Preparasi dan restorasi gigi Kelas IV. A, Pandangan ekstraoral, fraktur traumatis minor. B,
pandangan intraoral. C, enamel fraktur dibur dengan instrumen diamond berbentuk Flame. D, Persiapan
konservatif dietsa, sedangkan gigi yang berdekatan dilindungi dengan strip Mylar. E – F, Mengontur dan
memoles komposit. G, pandangan intraoral dari restorasi yang selesai. H, pandangan ekstraoral.

Pada tahapan restorasi, Mylar strip matrix harus dipasang pada gigi yang akan direstorasi.

Etsa diaplikasikan menggunakan microbrush, untuk email selama 20 detik dan dentin selama 10

detik. Bersihkan etsa dari kavitas menggunakan water syringe. Keringkan kavitas dari air hingga

permukaan kavitas terlihat lembab dan mengkilat. dentin yang dikeringkan secara berlebihan dapat

merusak dentin bonding. Aplikasikan bonding menggunakan microbrush ke seluruh permukakan

kavitas. Diamkan selama 20 detik, kemudian disinar selama 20 detik. 4

Penambalan komposit dengan menggunakan teknik incremental untuk memaksimalkan

kedalaman polimerisasi dan mengurangi efek negatif dari shrinkage polimerisasi. Ketebalan setiap

incremental harus kurang dari 2mm. Restorasi komposit harus ditempatkan secara incremental
untuk memfasilitasi light cure yang tepat dan pembentukan anatomi yang benar. Operator

menempatkan dan membentuk komposit sebelum dilight cure sehingga komposit mengembalikan

anatomi gigi. Operator menempatkan dan light cure setiap incremenet dan terus menempatkan

kenaikan berikutnya sampai preparasi diisi dan anatomi gigi dikembalikan. Spatula komposit halus

atau tine of explorer dapat digunakan untuk membentuki anatomi penambalan komposit yang

belum dilight cure. Microbrush juga dapat digunakan untuk menghaluskan komposit yang belum

dilight cure terhadap margin preparasi. Setelah komposit dilight cure, restorasi dapat dikontur dan

diselesaikan segera setelah increment yang terakhir.4

Mengontur dan memoles bagian restorasi ini memerlukan langkah-langkah prosedural

yang serupa tetapi penilaian dekat dari panjang dan ketebalan tepi insisal, serta makroanatomi

wajah dan mikroanatomi gigi yang direstorasi. Juga, hubungan oklusal potensial mungkin lebih

besar dan membutuhkan lebih banyak penyesuaian dan penyempurnaan. Daerah wajah, lingual,

dan proksimal berkontur dan selesai seperti yang dijelaskan sebelumnya.4

X. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan yang dilakukan, diagnosa pasien pada

laporan kasus ini adalah pulpitis reversibel pada gigi 21, dengan rencana perawatan yang akan

dilakukan adalah Direct Restorasi Kelas IV Komposit pada gigi 21. Pemeriksaan yang teliti

serta pengetahuan mengenai morfologi gigi, teknik preparai kelas IV, tahapan restorasi Kelas

IV Komposit menjadi faktor penting keberhasilan restorasi komposit.


DATAR PUSTAKA
1. Hargreaves KM, Berman LH. 2016. Cohen’s Pathway of the Pulp. Elsevier. 11th ed. 36pp.
2. Mahmoud Torabinejad, Ashraf Fouad, Richard E. Walton. 2014. Endodontics: Principles
and Practice. Elsevier Health Sciences. 4th ed. 27-28pp.
3. Dr.Abu-Hussein Muhamad, Dr. Abdulgani Azzaldeen, Dr.Abdulgani Mai. Journal of
Dental and Medical Sciences Volume 15, Issue 1 Ver. II (Jan. 2016), PP 61-66
4. Harald O. Heymann, Edward J.Swift, Andre V.Ritter. 2011. Sturdevant’s Art and Science
of Operative Dentistry. Elsevier. 6th ed. 242-246pp.

Anda mungkin juga menyukai