Anda di halaman 1dari 13

MODUL CONSEVATIVE DENTISTRY

SELF LEARNING REPORT


CASE STUDY (CS)
KAVITAS KELAS I

Tutor :

drg. Mahindra Awwaludin Romdlon, M.H

Disusun Oleh :
Wizni A'dila A'ziza
(G1B019020)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PURWOKERTO

2020
Case Study: Kavitas Kelas I

Seorang pasien perempuan berusia 22 tahun datang ke Poli Gigi untuk memeriksakan
gigi geraham belakang bawah kanan/kiri yang berlubang dan sering terasa ngilu saat minum
dingin. Rasa ngilu tersebut hilang sesat setelah minuman tertelan. Pasien ingin gigi tersebut
ditambal dengan tumpatan sewarna gigi. Satu tahun yang lalu pasien pernah menambalkan
gigi depannya yang berlubang. Setelah dilakukan pemeriksaan, terdapat kavitas dengan
kedalaman mencapai dentin pada permukaan oklusal gigi 46 / 36. Dinding bukal, mesial,
distal dan lingual masih utuh. Pasien merasakan ngilu ketika dilakukan tes vitalitas
menggunakan chlor ethyl (CE). Perabaan pada mukosa gingival gigi 46/36 tidak ditemukan
adanya lesi inflamasi dan tes perkusi tidak terasa sakit. Pasien meupakan seorang mahasiswi
FKG semester akhir.

A. Cara Diagnosis Pasien Tersebut


Tahapan penegakkan diagnosa diambil setelah melakukan rangkaian pemeriksaan berikut,
1. Pemeriksaan Subjektif
a. Chief of complain (CC)
Gigi geraham belakang bawah kanan/ kiri berlubang dan sering terasa ngilu saat
minum dingin
b. Present illness (PI):
Lokasi : gigi geraham belakang bawah kanan/ kiri
Durasi : ketika meminum minuman yang dingin dan segera hilang setelahnya
Faktor memperberat dan meperingan: ngilu saat minum dingin dan hilang setelah
minuman tertelan
c. Past medical history (PMH): -
d. Past dental history (PDH)
Konservasi gigi anterior yang mengalami kavitas.
e. Family history (FH) : -
f. Social history (SH)
Mahasiswi FKG semester akhir
2. Pemeriksaan Objektif
a. Pemeriksaan ekstra oral: -
b. Pemeriksaan intra oral
1) Pemeriksaan visual
Kavitas pada permukaan oklusal gigi 46/ 36
Dinding bukal, mesial, distal, dan lingual utuh
2) Pemeriksaan palpasi
Mukosa gingival gigi 46/ 36 tidak ditemukan inflamasi
3) Pemeriksaan perkusi: negatif
Tidak terasa sakit yang menunjukkan bahwa jaringan periodontal tidak
megalami keradangan
4) Pemeriksaan vitalitas
a) Tes elektris: -
b) Tes thermal: positif
digunakan pengaplikasian suhu dingin yaitu chlor ethyl (CE) dan pasien
merasa ngilu, sehingga giginya masih vital.
c) Tes kavitas: -
d) Tes jarum: -
3. Pemeriksaan Penunjang: foto rontgen
a. Radiografi perapikal dan panoramik

B. Diagnosis Pasien

Berdasarkan hasil pemeriksaan di atas diduga pasien mengalami puppitis


reversibel pada gigi 26/ 46 dengan kondisi klinis terdapat cavitas kelas I berdasarkan
klasifikasi G. V. Black. Gejala khasnya berupa nyeri sesaat ketika terdapat rangsangan
dingin dan hilang begitu rangasangan tersebut berhenti. Secara visual terdapat karies pada
daerah tersebut dengan vitalitas gigi yang positif dan perkusi negatif (Singh, 2020).

C. Klasifikasi karies pasien tersebut


1. Klasifikasi Baumes: pit dan fissur
2. Klassifikasi berdasarkan keparahan: karies ringan
3. Klasifikasi berdasarkan kedalaman: karies media – sedalam dentin
4. Klasifikasi WHO: D3 – karies yang mecapai dentin
5. Klasifikasi G V Black : kelas I
Yaitu kavitas yang berada pada permukaan oklusal premolar dan molar. Kavitas pada
dua per tiga oklusal permukaan facial dan lingual molar. Permukaan palatal pada gigi
incisiv maksila.
Pada kasus ini kavitas yang terjadi adalah pada permukaan oklusal gigi molar (36/
46)
6. Klasifikasi berdasarkan lokasi dan ukuran lesinya: 1.2
Site 1: menggambarkan semua lesi yang berasal dari pit dan fissur serta defek lain
pada permukaan halus enamel. Ini semua termasuk, pit buccal pada molar rahang
bawah, palatal groove pada molar rahang atas dan defek yang sama seperti lesi erosi
pada incisal edge gigi anterior dan permukaan oklusal gigi posterior (gigi 36/46).
Ini tidak hanya pada semua lesi yang diidentifikasi pada kavitas kelas I G V Black
tapi juga mencakup permukaan halus yang lainnya.
Size 2: lesi yang lebih besar dari lesi permukaan. Namun, masih ada struktur gigi/
retensi yang cukup untuk mendukung restorasi tanpa medikasi lebih lanjut pada
kavitas, selain menghilangkan kariesnya.
7. Klasifikasi International caries detection and assesmen system (ICDAS)
Termasuk karies pada permukaan halus, pit dan fissur dengan kode D4 – 5.
4: kavitas mencapai dentin. Terdapat bayangan gelap dari dentin
5: kavitas yang jelas dengan dentin yang terlihat
D. Rencana Perawatan pasien tersebut

Berdasarkan hasil pemeriksaan dan mempertimbngkan keinginan pasien yang


menginginkan giginya ditumpat sewarna gigi. Maka, rencana perawatan yang akan
dilakukan adalah penumpatan dengan bahan resin komposit.

Restorasi komposit untuk kavitas kelas I dan II, dengan indikasi sebagai berikut:

1. Lesi karies kecil dan moderate


2. Gigi pada zona yang sensitif secara estetika
3. Gigi bisa diisolasi secara efektif
4. Terdapat akses untuk cahaya masuk bila dalam perawatannya menggunakan cahaya
5. Bukan merupakan area yang yang mendapat tekanan oklusal yang berat
6. Pasien tidak alergi resin komposit

Kelebihan dari restorasi resin komposit diantaranya adalah:

1. Preparasi konservasi gigi bisa dilakukan


2. Bisa mempertahankan estetika gigi
3. Perlekatannya baik karena ikatan mikromekanikal
4. Lebih ekonomis
5. Lebih mudah
6. Komposit mudah diperbaiki kembali
7. Bisa digunakan pada kedua gigi yang berkontak

E. Tahapan Kerja secara Detail


Brikut tahapan kerja restorasi kavitas kelas I dengan resin komposit dalam Singh (2020)
1. Isolasi daerah kerja
Hal pertama dan faktor terpenting adalah untuk mencapai isolasi yang tepat
menggunakan rubber dam, cotton roll, dll. Ini bisa memastikan lingkungan tindakan/
perawatan tanpa intervensi dari air liur, sehingga bisa mencapai pekerjaan yang
maksimal, efisien, dan mendapatkan hasil klinis yang luar biasa. Langkah ini
dilakukan sebelum persiapan preparasi kavitas selesai.
2. Memilih shades
Bagi pasien yang mementingkan estetika giginya pemilihan warna natural sewarna
gigi dilakukan sebelum preparasi gigi, pemilihan warna ini dilakukan di siang hari
dan tidak boleh di bawah cahaya dental chair karena cahaya kuningnya bisa
mengintervensi warna yang sesuai.
3. Membersihkan kavitas
Teknik preparasi kelas I
a. Membuta outlineform kavitas kelas I. buka kavitas dengna menggunakan round
bur. Buang area email yang tidak didukung dentin dengan tapered bur dengna
kedalaman 0.2-0.8 mm.
b. Lantai pulpa disiapkan hingga kedalaman awal 1,5 mm yang dari sentral groove.
Grooves dan fissur karies termasuk dalam preparasi
c. Perluasan ke marginal ridges harus menghasilkan tebal sekitar 1.6 mm pada
struktur gigi premolar dan setebal 2 mm untuk molar.
d. Prinsip dasar menjaga kekuatan cuspal dan marginal ridges sebagai berikut.
e. Setelah memperluas bentuk outline pada struktur gigi jika ada karies atau restorasi
lama yang tertinggal di dasar pulpa maka harus dilepas dengan bur bulat
kecepatan lambat atau menggunakan sharp spoon excavator.
Pastikan permukaan kavitas dibersihkan setelah karies dihilangkan.
4. Etsa asam
Etsa yang digunakan biasanya etsa cair dan gel yang mengandung 37% asam posfat.
Sediaan gel lebih banyak digunakan karena alirannya bisa dikontrol. Kemasannya
tersedia dalam bentuk botol dan syringe. Etsa diaplikasikan secara langsung baik
dengan jarum halus atau syringe atau brush. Lakukan dengan ekstra hati-hati untuk
tidak mengenai gigi yang berdekatan atau melukai jaringan lunak. Etsa bisanya
dilakukan selama 15-20 detik penambahan waktu dibutuhkan untuk gigi berflor dan
gigi desidui.

5. Mencuci etsa
Etsa dicuci secara menyeluruh kemudian dikeringkan. Enamel yang dietsa akan
terlihat putih dan buram. Jangan menyentuk permukaan yang dietsa dengna kapas,
instrumen atau tangan. Pada kasus yang terkontaminasi oleh cairan oral atau gingival
fluid, seluruh prosedur harus diulangi.
Area tersebut harus dibiarkan sedikit lembab jangna sampai kering karena dapat
menyebabkan serat kolagen menjadi collapse dan kemampuan adhesiv untuk
berpenetrasi pada dentin dan kekuatan pengikatan akan terpengaruh.
6. Aplikasi dentin boding agent
Dengan munculnya sistem perekat baru, aplikasi kation agen pengikat telah menjadi
satu langkah prosedurbaik primer dan perekatnya. Boding agent generasi kelima
diaplikasikan di atas permukaan etsa secara hati-hati dengan applicator tip dan dibuat
mengalir seragam dengan dinding kavitas dan dibiarkan selama 10 detik untuk
memungkinkan penetrasi ke dentin.

7. Curing the bonding agent


Light curing dilakukan sekitar 20 detik. Curing light yang biasa digunakan adalah
QTH. Isolasi yang baik dan pencegahan kontaminasi harus dihaga. Tekni ini yang
diawali oleh etsa dan diikuti pengaplikasian bonding agent disebut teknik etsa total.

8. Aplikasi matric
Matric metal atau polyester penggunaannya ditujukan untuk mendapatkan kontak dan
kontur gigi yang tepat. Jika dibutuhkan, wedges (biasanya light-trans mitting ones
used here) bisa digunakan dengan sesuai
9. Penempatan resin komposit
Materi komposit ditempatkan pada permukaan gigi, lebih disukai menggunakan teflon
coated instrumen atau ditempatkan secara langsung menggunakancomposite
compules yang dipasngkan ke pistol. Instrumen yang digunakan harus selalu bersih
dan kering dan tidak boleh terkontaminasi. Selalu setiap ketinggian sekitar 1-2 mm
lakukan light cure selama 20 detik atau sesuai saran pabrikan.
a. Metode menmpatkan resin komposit
Berbagai metode penempatan telah disarankan seperti three increment design,
horizontal layering design, u-shapped layering design, vertical layering design,
dan oblique layering design.
Dari semuanya, desai layering oblique adalah yang paling populer dan paling
umum digunakan. Lapisan komposit ditempatkan dalam pola miring dan light
cured. Untuk lapisan selanjutnya ditempatkan lagi secara miring dengna arah
sebaliknya lalu light curing. Prosedur ini terus diulang hingga seluruh kavitas
terisi. Desai ini membantu memastikan rongga minimal antar lapisan dan
komplikasi pasca tindakan sangat kecil. Kompresi setiap lapisan untuk
menghindari timbulnya celah. Penggunaan agen pengikat dalam setiap lapisan
tergantung preferensi meskipun umumnya tidak direkomendasikan.

b. Curing composite
Selain QTH, LED juga bisa digunakan untuk mengeringkan komposit dengan
waktu yang lebih sedikit yaitu sekitar 10 detik tiap lapisan. Selain itu, laser juga
bisa digunakan sebagai alternatif, dengan keuntungan penetrasi yang lebih dalam,
polimerasasi yang uniform dan waktu yang lebih singkat dibanding cahaya
halogen konvensional.
c. Finishing and polishing
Buang sisa resin komposit yang berlebih dengan bur pita kuning yang berbentuk
pear atau taper. Lalo poles dengan menggunakan enhance bur/ pogo bur.
Kelebihan komposit pada margin cavosurface adalah dikikis menggunakan scalpel
atau pisau emas tajam. Untuk kontur kasar pada permukaan oklusal digunakan
diamond points atau fluted carbid bur/ bur karbid bergalur. Sebagai tambahan,
untuk finishing lebih lanjut, cakram dilapisi dengan alumunium oksida atau
silikon dioksida dengan kecepatan yang lambat. Fexible disc tersedia dalam
beberapa diameter dan tekstur abrasif dari kasar ke halus dan digunakan secara
berurutan. Cakram tipis dengan diameter kecil khusus digunakan untuk embrasure
area. Gunakan vaselin atau jeli lubrikan sebagai pelumas saat menggunakan disc
ini. Silicone polisher bisa juga digunakan untuk keperrluan finishing dan diamond
polishing point bisa digunakan untuk polishing.
d. Obtaining final lustre/ kilau akhir
Kilau akhir dapat diperoleh dengna menggunakan pasta pemoles yang
mengandung batu apung atau silika atau partikel berlian dan dignakan bersama
dengan polishing cup (Kenda, coltene) dengan kecepatan yang lambat.
e. Glaze
Glasir (fortify, bisco) dapat diaplikasikan pada permukaan gigi dan light cured.
Glasir meningkatkan resistensi keausan dengan mengalir melalui permukaan dan
defek penetrasi mikrostruktural pada material retoratif.
F. Ciri anatomis gigi yang dipreparasi (uraikan dan gambarkan!)
Dalam () berikut ciri anatomis Gigi 36/ 46
Aspek oklusal:

1. Outline-nya hexagonal
2. Dimensi buccolingual lebih pada sisi mesial daripada sisi distal
3. Dimensi mesiodistal lebih panjang dari dimensi buccolingual
4. Terlihat ada 5 cusp: mesiobuccal, distobuccal, mesiolingual, distolingual, dan distal.
5. Tidak ada fossa major: central fossa berada di antara buccal dan lingual cusp ridges
6. Terdapat dua fossa minor pada triangular fossa mesial dan distal. Triangular fossa
mesial berada pada distal sampai memesial marginal ridge dan triangular fossal distal
berada di marginal ridge mesial ke distal.
7. Terdapat developmental central groove mesiobuccal, distubuccal, dan lingual.

Aspek bukal

1. Bentuknya trapezoid
2. Terdapat dua cusp bukal dan tiga lingual cusp, cuspis lingual biasanya lebih tinggi.
3. Terdapat dua grooves bukal, mesobuccal dan distobuccal.
4. Cusp mesiobukal merupak cusp yang paling lebar secara mesiodistal dan cusp distal
yang paling kecil.
5. Terdapat dua akar, satu di mesial dan satu di distal jika dilihat dari aspek bukal. Akar
mesial lebih berkurva dari distal.

Aspek lingual

1. Terdapat tiga csupis: mesiolingual, distolingual, dan bagian lingual dari distal cusp.
2. Cusp mesiolingual paling lebar secara mesiodistal dengan cusp tips yang lebih tinggi
dari cusp distal.
3. Developmental groove lingual membatasi mesiolingual, distolingual cusp

Aspek mesial

1. berbentuk rhomboid
2. terlihat 2 cusp; mesiobukal dan mesiolinngual
3. ukuran mesial yang lebih luar dari distal tidak akan terlihat dari aspek ini
4. mahkota memiliki kemiringan lingual sehubungan dengan sumbu akar yang panjang
5. ada kelengkungan di atas ketiga servikal mahkota bukal disebut buccal cervical ridge
6. marginal ridge bertemu dengan mesial ridge dari kuspis mesiobuccal dan
mesiolingual.

Aspek distal

1. sebagian besar mahkota bisa terlihat pada aspek ini


2. semua cusp bisa terlihat
3. distolingual cusp lebih tinggi dari distobuccal cusp
4. distal cusp, berlokasi pada distobuccal angle pada mahkota merupakan cusp paling
kecil
5. marginal ridge distal pendek dan membuat terlihatnya cusp ridge distal dari distal
cusp dan distolingual cusp ridge dari cusp distolingual
6. permukaan oklusal menunjukkan distal tipping.
DAFTAR PUSTAKA

Nelson, S. J., Ash, M. M., 2010. Wheeler’s Dental Anatomy, Physiology, and Occlusion.
Edisi kesembilan. China. Saunders Elsevier.

Singh, Harpreet, 2020. Essentials of Preclinical Conservative Dentistry.India. Wolters


Kluwer.

Garg, N., Garg, A., 2011. Textbook of Preclinical Conservative Dentistry. India. Jaypee
Brothers Medical Publishers

Anda mungkin juga menyukai