Anda di halaman 1dari 6

BLOK AESTHETIC DENTISTRY 1

RESUME

CASE STUDY 5

INLAY

Tutor:

drg. Mahindra Awwaludin Romdlon, M.H.

Disusun Oleh:

Nabilah Annisa Rahmah

G1B017017

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

JURUSAN KEDOKTERAN GIGI

PURWOKERTO

2020
INLAY

I. Tinjauan Pustaka
Restorasi gigi merupakan perawatan yang bertujuan untuk mengembalikan
fungsi dan morfologi struktur gigi yang hilang akibat karies atau trauma.
Restorasi dapat dilakukan secara direct (langsung dikerjakan pada gigi pasien)
dan indirect (tidak langsung dikerjakan pada pasien). Pemilihan restorasi
indirect didasarkan karena restorasi ini memiliki daya tahan dan kekuatan yang
lebih baik, dapat berikatan baik dengan dentin, serta menjadi pilihan pada kasus
yang membutuhkan bentuk, estetik, dan kontak proksimal yang adekuat
(Sutono dkk., 2017).
Restorasi inlay merupakan restorasi indirect yang dapat dilakukan pada
kavitas kelas I dan kelas II. Inlay dapat dilakukan pada gigi yang rusak ringan
sampai sedang, kavitasnya belum luas, dan kerusakan hanya melibatkan
sebagian cups. Indikasi inlay: untuk kavitas yang kecil dan belum melibatkan
banyak cups serta mengembalikan fungsi estetik gigi posterior. Kontraindikasi
inlay: frekuensi karies yang tinggi dan OH pasien buruk. Kelebihan inlay:
Waktu preparasi singkat dan dapat dilakukan dalam satu kali kunjungan.
Kekurangan: membutuhkan pengerjaan di laboratorium dan biaya yang lebih
mahal (Rochmad, 2017).

II. Case Study


Skenario:
Seorang Wanita (29 tahun) yang merupakan pelajar datang ke RSGM
Unsoed dengan keluhan tambalan logam pada gigi geraham bawahnya ada
bagian yang lepas 3 hari yang lalu dan sering terselip makanan. Gigi tersebut
sudah ditumpat 4 tahun yang lalu. Pasien ingin memperbaiki tumpatan tersebut
tanpa mempermasalah warna tumpatan yang nantinya akan dipakai. Enam
bulan yang lalu pasien membersihkan karang gigi ke dokter gigi. Pemeriksaan
intraoral menunjukkan terdapat tumpatan amalgam kelas II sisi mesial gigi
37/47 dan masih ada sedikit serpihan amalgam. Kavitas mencapai dentin. Tepi
tumpatan sisi lingual pecah. Terlihat pula lingual wall sisi mesial gigi tersebut
pecah hingga menghilangkan titik kontak dengan gigi depannya. Gigi tersebut
terasa linu saat minum dingin, namun linunya cepat hilang saat minman
tertelan. Perkusi pada gigi tersebut tidak teras sakit. Perabaan pada mukosa
bukal & lingual gigi tersebut dalam batas normal. Gambaran radiografi pada
bagian apikal gigi 37/47 dalam batas normal. Pasien berharap giginya dapat
ditumpat dengan bahan yang kuat dan tidak mudah lepas.

A. Cara diagnosis pasien tersebut.


1. Pemeriksaan Subjektif (Anamnesa)
a. Identitas pasien: Wanita, 29 tahun
b. CC: Tambalan logam pada gigi geraham bawahnya ada bagian yang
lepas 3 hari yang lalu dan sering terselip makanan
c. PI: Gigi tersebut sudah ditumpat 4 tahun yang lalu. Pasien ingin
memperbaiki tumpatan tersebut tanpa mempermasalah warna
tumpatan yang nantinya akan dipakai. Gigi tersebut terasa linu saat
minum dingin, namun linunya cepat hilang saat minuman tertelan
d. PMH: Tidak ada dalam skenario
e. PDH: 4 tahun yang lalu untuk menumpat gigi tersebut dan 6 bulan
yang lalu untuk pembersihan karang gigi
f. FH: Tidak ada dalam skenario
g. SH: Pelajar
2. Pemeriksaan Objektif
a. Visual: Terdapat tumpatan amalgam kelas II sisi mesial gigi 37/47
dan masih ada sedikit serpihan amalgam. Kavitas mencapai dentin.
Tepi tumpatan sisi lingual pecah. Terlihat pula lingual wall sisi
mesial gigi tersebut pecah hingga menghilangkan titik kontak
dengan gigi depannya.
b. Palpasi: Mukosa bukal & lingual gigi tersebut dalam batas normal
(-)
c. Perkusi: Perkusi tidak terasa sakit (-)
d. Mobiltias: Tidak ada dalam skenario
e. Vitalitas: Tidak ada dalam skenario
3. Pemeriksaan Penunjang (Radiografi): Bagian apikal gigi 37/47 dalam
batas normal

B. Diagnosis pasien tersebut.


Pulpitis reversible karena pasien merasa linu saat minum dingin, namun rasa
linu hilang saat minuman tertelan, tes perkusi (-), dan tes palpasi (-)

C. Klasifikasi karies pasien tersebut (dengan beberapa jenis klasifikasi)


1. GV. Black: Klas II (karies terletak pada proksimal gigi posterior)
2. GJ. Mount: Site 2, Size 2 (karies terletak pada proksimal dan telah
mencapai dentin)
3. Kedalaman: Karies Media (karies telah mencapai dentin)
4. Keparahan: Karies Moderat (karies terletak pada proksimal gigi
posterior)
5. WHO: D3 (karies telah mencapai dentin)
6. ICDAS: 5 (karies telah mencapai dentin)

D. Rencana perawatan pasien tersebut


Rencana perawatan pasien adalah membuka tumpatan amalgam pasien serta
melakukan restorasi indirect inlay

E. Tahapan kerja pasien tersebut (sebutkan alat yang digunakan pada tiap
tahapan kerja)
1. Melakukan isolasi daerah kerja menggunakan rubber dam
2. Membuka tumpatan amalgam pasien
3. Mengganti rubber dam
4. Melakukan preparasi kavitas kelas II dengan memperhatikan prinsip
preparasi menggunakan round bur dan tapered fissure bur
5. Membuat basis dengan zinc phosphate
6. Mengecek kavitas dengan menggunakan wax, untuk memastikan tidak
ada undercut
7. Membuat cetakan negatif gigi dengan bahan elastomer
8. Mengisi cetakan negatif dengan gips tipe 4
9. Melakukan carving malam pada model kerja dengan menggunakan blue
wax, lalu memasang kawat sprue pada tepi dekat titik kontak
10. Menanam carving malam pada bumbung tuang, dengan menggunakan
gips tipe 5
11. Memanaskan bumbung tuang sampai wax mencair
12. Melakukan casting dengan logam alloy
13. Melakukan trial inlay. Inlay dicoba kedalam kavitas, inlay harus stabil,
tidak ada trauma oklusal, dan overhanging
14. Melakukan finishing menggunakan rubber bur
15. Menginsersikan inlay kedalam kavitas menggunakan GIC
DAFTAR PUSTAKA

Rochmad, E. O. P. 2017. Teknik Pembuatan Restorasi Inlay dengan Nanokomposit


(Prosedur Laboratori). Tugas Akhir. Universitas Airlangga. Surbaya

Sutono, E., Rovani, C. A., Mattulada, I. K. 2017. When shrinkage is a problem, this
restoration can be a choice: a case study. Makassar Dental Journal. 6(2):45-
49

Anda mungkin juga menyukai