Anda di halaman 1dari 10

DISKUSI KELOMPOK PEMICU 2

BLOK 19 FKG USU


“SI GIGI GOYANG”

DISUSUN OLEH ;
Nama : M. Rizki Kurniawan Syahputra
NIM : 180600116
Kelompok : 5
Kelas :A
Fasilitator :
Ricca Chairunnisa, drg., Sp., Pros (K).

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
PEMICU 2
Nama pemicu : Si Gigi Goyang
Penyusun : Drg. Siti Wahyuni, MDSc., Cut Nurliza, drg., M. Kes., Sp.KG., Dr. Pitu
Wulandari, drg., Sp. Perio
Hari/Tanggal : Jum’at, 19 Februari 2021.

Skenario :
Seorang perempuan berusia 58 tahun datang ke RSGM USU dengan keluhan gigi goyang
pada regio kiri dan kesulitan mengunyah. Pasien juga mengeluhkan gigi depan berubah
warna karena pasien pernah jatuh 2 tahun yang lalu dan sekarang tidak sakit lagi. Setelah
dilakukan pemeriksaan intra oral terlihat:
1. Gigi yang hilang 16, 36, 37, 38, 46, 47, 48.
2. Gigi 11 berubah warna dan pada ro foto terlihat adanya daerah radiolusen pada periapikal
3. Gigi 24, 25, 26 radiks
4. Gigi 23 karies profunda di bagian mesial dan migrasi ke distal serta mobiliti 3
5. Gigi 35 dan 45 miring ke distal
6. Gigi 17 Karies dentin bagian oklusal yang meluas ke distal
7. Gigi 17, 18 elongasi + 1 mm (Kordinasi ke drg Irma mengenai OA)
8. Ditemukan resesi dan kalkulus hampir pada semua gigi yang tersisa
9. OHIS buruk

Produk / Pertanyaan :
1. Jelaskan diagnosis kelainan periodontal pada kasus tersebut!
Jawaban:
a. Berdasarkan International Workshop for a Classification of Periodotal Diseasaes and
Condition 1999
 Diagnosis : Periodontitis Kronis Generalisata
Periodontitis kronis didifenisikan sebagai penyakit infeksi akibat terjadinya inflamasi
pada jaringan lunak gigi, terjadinya kehilangan jaringan ikat secara progresif dan kehilangan
tulang. Umumnya pravelensi dan keparahan dari periodontitis kronis sejalan dengan usia,
pravelensi tertinggi terjadi pada orang dewasa namun dapat juga ditemukan pada anak – anak
dan orang tua.

Gambar 1: Periodontitis Kronis Generalisata


Periodontitis kronis berhubungan dengan akumulasi plak dan kalkulus yang umunya
bersifat kronis, kumulatif dan memiliki progresifitas yang berjalan lambat. Periodontitis
kronis generalisata, didiagnosis secara klinis berdasarkan kasus menunjukkan :
- Daerah yang terlibat lebih dari 30%
- Adanya faktor lokal berupa akumulasi plak dan kalkulus
- Adanya inflmasi kronis pada marginal gingival
- Adanya poket periodontal dan terjadi kehilangan perlekatan
- Besar destruksi sejalan dengan besarnya faktor lokal
- Mobiliti gigi
- Resesi gingiva
- Halitosis (OH buruk)

b. Berdasarkan klasifikasi Staging and Grading Periodontitis oleh Academy of


Periodontology 2017

Stage 4 Grade A
Stage 4 Grade A
Kehilangan ≥5 gigi : 7 gigi (kasus) Tidak ada kehilangan tulang 5 tahun
[48,47,46,38,37,36,16] terakhir
Derajat mobility gigi ≥2 : gigi 23 mobiliti Deposit biofilm yang berat dengan
derajat 3 tingkat kerusakan rendah
Drifting : gigi 23 bergerak ke arah distal Tidak memiliki kebiasaan merokok
Disfungsi pengunyahan Tidak memiliki penyakit sistemik yang
memperberat, seperti hipertensi/diabetes

Sumber : ● Lang NP, Bartold PM. Periodontal health. J Clin Periodontol. 2018;45(Suppl
20): S230–S6
● Lindhe J, Ranney R, Lamster I, et al. Consensus report: chronic periodontitis.
Ann Periodontol. 1999; 4: 38

2. Jelaskan rencana perawatan pendahuluan untuk kasus tersebut


Jawaban:
Perawatan pendahuluan adalah tindakan yang dilakukan terhadap gigi, jaringan lunak
maupun keras, dalam rangka mempersiapkan mulut untuk menerima gigi tiruan. Tujuan
perawatan pendahuluan selain untuk mengadakan sanitasi mulut, juga untuk menciptakan
kondisi oklusi normal, yang menjamin kesehatan gigi dan jaringan pendukungnya. Perawatan
ini, meliputi:
a. Tindakan – tindakan yang berhubungan dengan perawatan bedah
Umumnya pembedahan mencakup jaringan keras dan lunak yang memerlukan waktu
penyenbuhan yang cukup sebelum pembuatan gigitiruan, antara lain:
 Pencabutan: pada gigi 24, 25, 26 yang radiks; gigi 23 dengan prognosa yang buruk.
 Bedah periodontal
 Penyingkiran saku gusi, dapat dilakukan dengan cara kuretase.
 Penanganan resesi gingiva, melakukan cangkok gingiva bebas melalui bedah
mucogingival dengan penjahitan coronally positional flap.

b. Tindakan – tindakan yang berhubungan dengan perawatan jaringan pendukung


Berguna untuk mendapatkan jaringan yang sehat pada gigi yang ada sehingga dapat
memberikan dukungan dan fungsi yang baik pada gigi tiruan, antara lain:
 Menghilangkan kalkulus pada semua gigi yang tersisa dengan scalling dan root
planning.
 Perawatan kontrol plak

c. Tindakan konservasi
Sebelum merencanakan gigi tiruan harus diketahui perbaikan yang akurat terhadap gigi
yang ada, antara lain:
 Gigi 17: penambalan klas II RK
 Gigi 11: PSA dengan restorasi akhir RK
Kemudian dilakukan perawatan untuk diskolorisasinya dengan bleaching, yaitu teknik
walking bleach menggunakan bahan gel hydrogen peroxide 10% dan carbomide
peroxide 6 % atau dengan 6% hydrogen peroxide bersamaan dengan bleaching tray
bagian palatal.
 Gigi 17 dan 18: occlusal adjustment, dengan mengurangi dataran oklusal sebanyak 1
mm dan membentuk anatomi gigi.
 Gigi 35 dan 45: penggrindingan dengan modifikasi bentuknya agar dapat mengurangi
daerah undercut.

Sumber : ● Jain, R dan Aggarwal, S., 2017, Precision Attachments-An Overview, Annals of
Prosthodontics and Restorative Dentistry, 3(1):6-9
● Carr, A.B., McGivney, G.P., danBrown D.T., 2011, McCracken's Removable
Partial Denture, 12th ed., Elsevier, Canada.

3. Jelaskan klasifikasi kehilangan gigi menurut Kennedy dan Apllegate pada kasus diatas
Jawaban:
Klasifikasi adalah alat identifikasi kasus yang sangat sederhana. Tujuan utama
penggolongan kasus dengan klasifikasi adalah untuk menyederhanakan kombinasi antara gigi
yang hilang dan ridge sehingga dapat dibina komunikasi yang cepat antara para dokter dan
tekniker gigi, Setiap kelas mempunyai diagnosis, prognosis, dan desain tersendiri sehingga
dapat mempelajari prinsip desain yang dapat diterapkan pada setiap kelas. Sebagai tambahan,
dengan pengelompokkan menurut klasifikasi insidens dari kelas-kelas gigi tiruan sebagian
lepas dapat diikuti longitudinal. Dengan demikian diketahui apakah pengajaran prostodonsia
sudah sesuai dengan kasus yang ditemukan di lapangan.
Sebuah klasifikasi harus dapat diterima secara universal, menggambarkan hubungan
gigi dengan lengkung rahang, dan menjadi pedoman untuk desain gigi tiruan. Klasifikasi ini
harus dapat berkontribusi dalam memilih seni desain dari gigi tiruan dan membantu dalam
diskusi serta belajar mengajar.
Apllegate membuat 8 aturan untuk memudahkan aplikasi atau penerapan klasifikasi
yang dibuatnya, antara lain yaitu:
a. Penentuan klasifikasi dilakukan setelah semua pencabutan gigi selesai dilaksanakan.
b. Apabila gigi molar III hilang dan tidak ingin diganti, maka gigi ini tidak dilibatkan
dalam penentuan klasifikasi.
c. Apabila gigi molar III masih ada dan digunakan sebagai gigi penyangga, maka gigi ini
dilibatkan dalam penentuan klasifikasi.
d. Apabila gigi molar II sudah hilang dan tidak ingin diganti, maka gigi ini tidak
dilibatkan dalam penentuan klasifikasi.
e. Area edentulous paling posterior selalu menentukan klas utama dalam klasifikasi
f. Area edentulous lain dari yang sudah ditetapkan dalam klasifikasi masuk dalam
modifikasi dan disebut sejumlah daerah atau ruangan edentulousnya.

Gambar 2: Kondisi gigi geligi pasien

Diagnosis Pada Kasus:

Rahang Atas : Klasifikasi Apllegate-Kennedy kelas V modifikasi 1P


Daerah edentulus paradental (sama dengan klas III kennedy), dimana gigi asli anterior
tidak dapat sebagi gigi penahan atau tak mampu menahan daya kunyah. Kasus ini banyak
dijumpai di rahang atas karena gigi caninus dicabut karena malposisi atau terjadinya
kecelakan. Secara klinis dijumpai:
 Daerah tidak bergigi sangat panjang
 Daya kunyah pasien berlebihan
 Bentuk atau panjang akar gigi penahan kurang memadai
Gambar 3: Klasifikasi Apllegate-Kennedy kelas V modifikasi 1P

Rahang Bawah : Klasifikasi Applegate-Kennedy Klas I


Area edentulous sama seperti klasifikasi kehilangan gigi menurut Kennedy. Kondisi
klas I lebih sering dijumpai pada pasien yang telah beberapa tahun kehilangan giginya dan
pada rahang bawah. Kondisi klinis dari klas I antara lain terdapat variasi pada derajat resorpsi
dari residual ridge, terjadi pengurangan jarak antar lengkung rahang bagian posterior dan
stabilitas dari gigi tiruan yang akan dipasang dipengaruhi oleh tenggang waktu pasien tak
bergigi. Gigi tiruan sebagian lepasan dengan desain bilateral dan perluasan basis distal
menjadi pilihan perawatan prostodontik untuk klas ini. Secara klinis dijumpai:
 Gigi asli yang masih ada sudah migrasi dalam beberapa posisi
 Gigi antagonis sudah ekstrusi dalam berbagai derajat
 Jumlah gigi yang tertinggal di anterior biasanya 6 – 10 gigi saja.

Gambar 4: Klasifikasi Applegate-Kennedy Klas I

Sumber : Aruna B, Bhandari A. (2014). A simplified classification system for partially


edentulous spaces. International Journal of Medical Research and Health Sciences.
3. 436 – 40.

4. Jelaskan rencana perawatan secara prostodontik untuk kasus tersebut


Perawatan prostodontik bertujuan untuk memperbaiki dan memelihara kesehatan umum
pasien, memperbaiki fungsi, meliputi fungsi pengunyahan dan fungsi bicara, memperbaiki
estetik sehingga menambah kepercayaan diri pasien dalam penampilan, merestorasi dan
memelihara kesehatan gigi dan jaringan yang masih ada seta mencegah terjadinya kerusakan
lebih lanjut dari struktur rongga mulut.
Rencana perawatan secara prostodontik yang dapat dilakukan pada kasus di atas berupa
pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan, baik dengan basis akrilik ataupun kerangka logam
tergantung kesepakatan pasien dan dokter gigi.
Pada kasus ini, kami memilih GTSL kerangka logam, dengan tindakan perawatan
meliputi :
a. Prosedur diagnostik
Untuk menegakkan diagnosa terlebih dahulu dilakukan anamnesa terhadap keluhan
pasien, riwayat kesehatan umum, riwayat kesehatan gigi dan mulut khususnya pengalaman
pasien terhadap perawatan prostodontik sebelumnya serta harapan pasien terhadap gigitiruan
yang akan dibuat. Dokter gigi juga harus mengevaluasi sikap mental pasien terhadap
perawatan gigitiruan.
b. Pencetakan Anatomis
Pencetakan anatomis dilakukan sebelum preparasi mulut dengan menggunakan bahan
irreversible hidrokolloid. Sendok cetak harus dipilih dengan ukuran 4-5 mm lebih besar dari
ukuran rahang yang akan dicetak. Hasil cetakan harus segera diisi dengan bahan dental stone
dan dilakukan trimming untuk mendapatkan model studi.
c. Pencetakan Fisiologis

Gambar 5: Sendok cetak fisiologis

Pencetakan fisiologis dilakukan setelah preparasi mulut berfungsi untuk mendapatkan


model kerja. Sendok cetak fisiologis dibuat dari bahan resin akrilik swapolimerisasi atau
visible light cured resin akrilik.
d. Penentuan Hubungan Rahang
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan dimensi vertikal
dan relasi sentrik pada kehilangan gigi sebagian yang sangat bergantung pada gigi geligi dan
jaringan yang masih tersisa.
e. Penentuan dukungan gigi GTSL
Pada rahang atas : tooth suported
Pada rahang bawah : tooth and tissue supported
f. Perencanaan desain cangkolan
 Rahang Atas :
Gigi 27 : cangkolan berjalan dari arah mesial ke distal
Gigi 17 : cangkolan berjalan dari arah mesial ke distal
Gigi 15 : cangkolan berjalan dari arah distal ke mesial
 Rahang bawah :
Gigi 35 : cangkolan berjalan dari arah mesial ke distal
Gigi 45 : cangkolan berjalan dari arah mesial ke distal
g. Penetuan arah pasang dan lepas saat dilakukan survey model
Rahang atas : tilting posterior untuk menghilangkan mesial undercut
Rahang bawah : tilting anterior untuk menghilangkan distal undercut
h. Penentuan desain GTSL kerangka logam
Terdiri dari :
 Konektor mayor : rahang atas dengan plat palatal penuh dan rahang bawah dengan
double lingual bar.
 Retainer : pada rahang atas gigi 27, 17, 15 dan rahang bawah 35 dan 45
menggunakan akers clasp
 Sadel
 Anasir gigi tiruan
i. Pemilihan warna anasir GTSL
Penentun warna anasir gigitiruan sebagian lepasan, dapat disesuaikan dengan warna
gigi yang masih ada serta usia pasien. Pemilihan warna gigi dilakukan dengan bantuan shade
guide dan dibawah cahaya yang berasal dari sinar matahari karena sinarnya merupakan sinar
alamiah.
j. Pasang Percobaan Gigitiruan Sebagian Lepasan
Pemeriksaan pertama dilakukan pada model kerja dalam keadaan terpasang pada
artikulator untuk memastikan bahwa konstruksi, kecekatan dan penampilan gigitiruan yang
dibuat tekniker sesuai dengan desain yang diresepkan dokter gigi.
k. Pemasangan Gigitiruan Sebagian Lepasan
Setelah gigitiruan selesai diproses, perlu dilakukan pemeriksaan pada permukaan yang
menghadap ke jaringan mulut dan permukaan yang dipoles harus bebas dari gelembung serta
goresan tajam untuk menghindari trauma pada mukosa serta tumpukan plak. Pemeriksaan
juga dilakukan pada komponen gigitiruan meliputi konektor, retainer, cangkolan dan sadel,
bila tajam dapat melukai jaringan mulut.
l. Pemeriksaan Pasca Pemasangan Gigitiruan Sebagian Lepasan
Pemeriksaan dijadwalkan seminggu setelah pemasangan gigitiruan. Perlu ditanyakan
kepada pasien mengenai permasalahan kenyamanan dan fungsi gigitiruan, kemudian lakukan
pemeriksaan pada jaringan lunak rongga mulut apakah terdapat ulserasi atau eritema serta
oklusi dengan articulating paper.

Sumber : Thressia M. PROSES PEMBUATAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN


DARI BAHAN KOMBINASI LOGAM DAN AKRILIK. Jurnal Kesehatan
Perintis, Juni 2015; 1 (3): 1 – 4.
5. Jelaskan klasifikasi desain cangkolan menurut Miller dan Cummer pada kasus tersebut!
Jawaban:
Rahang Atas
Klas III Miller : Menggunakan 3 cangkolan, dengan letak yang sedemikian rupa
sehingga bila ditarik akan berbentuk segitiga yang letaknya berada di
tengah protesa.
Klas IV Cummer : Sama dengan desain cangkolan kelas III miller, yaitu dengan 3
cangkolan membentuk segitiga berada di tengah protesa.

Rahang Bawah = Klas I Miller & Klas II Cummer


Pada rahang bawah pasien dengan kasus GTSL berujung bebas (free end) sebaiknya
digunakan tipe pengungkit klas II (second class lever). GTSL berujung bebas dengan
menggunakan ungkitan klas II, memiliki fulkrum di ujung (sandaran oklusal), dengan bagian
yang terkena beban (basis gigi tiruan) dan bagian tahanan (ujung cangkolan) berada pada sisi
yang sama. Bagian yang terkana beban dan bagian tahanan bergerak searah, pada keadaan ini
bisa disamakan dengan prinsip alat pembuka tutup botol. Selama pengunyahan, bagian
tahanan cangkolan tidak mencengkram gigi penyangga maka ungkitan tidak akan berfungsi
dan tidak akan menyalurkan daya horizontal yang dapat merusak.

Gambar 6: Second Class Lever

Bila tipe ini diterapkan ke dalam desain cangkolan maka kesatuan cangkolan yaitu
lengan penahan, lengan pengimbang, dan sandaran oklusal berada di sebelah mesial untuk
gigi posterior dan lengan penahan di sebelah mesial ditambah plat lingual/palatal untuk gigi
anterior.
Gambar 7: Desain GTSL

Sumber : ● Rachman A, Prosiding, PERIL IKG 25-26 Mei 2007, Disain Gigi Tiruan
Sebagian Lepasan Frame: Kasus Berujung Bebas, Fakultas Kedokteran Gigi,
Universitas Padjadjaran, Bandung.
● Sutanti Y. Desain Cangkolan Kawat Pada Kasus Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
Berujung Bebas Di Klinik Bagian Prostodonsia FKG-USU Tahun 1999 s/d 2000.
(SKRIPSI). Fakultas Kedokteran Gigi: Universitas Sumatera Utara; 2002.

Anda mungkin juga menyukai