DISUSUN OLEH ;
Nama : M. Rizki Kurniawan Syahputra
NIM : 180600116
Kelompok : 5
Kelas :A
Fasilitator :
Ricca Chairunnisa, drg., Sp., Pros (K).
Skenario :
Seorang perempuan berusia 58 tahun datang ke RSGM USU dengan keluhan gigi goyang
pada regio kiri dan kesulitan mengunyah. Pasien juga mengeluhkan gigi depan berubah
warna karena pasien pernah jatuh 2 tahun yang lalu dan sekarang tidak sakit lagi. Setelah
dilakukan pemeriksaan intra oral terlihat:
1. Gigi yang hilang 16, 36, 37, 38, 46, 47, 48.
2. Gigi 11 berubah warna dan pada ro foto terlihat adanya daerah radiolusen pada periapikal
3. Gigi 24, 25, 26 radiks
4. Gigi 23 karies profunda di bagian mesial dan migrasi ke distal serta mobiliti 3
5. Gigi 35 dan 45 miring ke distal
6. Gigi 17 Karies dentin bagian oklusal yang meluas ke distal
7. Gigi 17, 18 elongasi + 1 mm (Kordinasi ke drg Irma mengenai OA)
8. Ditemukan resesi dan kalkulus hampir pada semua gigi yang tersisa
9. OHIS buruk
Produk / Pertanyaan :
1. Jelaskan diagnosis kelainan periodontal pada kasus tersebut!
Jawaban:
a. Berdasarkan International Workshop for a Classification of Periodotal Diseasaes and
Condition 1999
Diagnosis : Periodontitis Kronis Generalisata
Periodontitis kronis didifenisikan sebagai penyakit infeksi akibat terjadinya inflamasi
pada jaringan lunak gigi, terjadinya kehilangan jaringan ikat secara progresif dan kehilangan
tulang. Umumnya pravelensi dan keparahan dari periodontitis kronis sejalan dengan usia,
pravelensi tertinggi terjadi pada orang dewasa namun dapat juga ditemukan pada anak – anak
dan orang tua.
Stage 4 Grade A
Stage 4 Grade A
Kehilangan ≥5 gigi : 7 gigi (kasus) Tidak ada kehilangan tulang 5 tahun
[48,47,46,38,37,36,16] terakhir
Derajat mobility gigi ≥2 : gigi 23 mobiliti Deposit biofilm yang berat dengan
derajat 3 tingkat kerusakan rendah
Drifting : gigi 23 bergerak ke arah distal Tidak memiliki kebiasaan merokok
Disfungsi pengunyahan Tidak memiliki penyakit sistemik yang
memperberat, seperti hipertensi/diabetes
Sumber : ● Lang NP, Bartold PM. Periodontal health. J Clin Periodontol. 2018;45(Suppl
20): S230–S6
● Lindhe J, Ranney R, Lamster I, et al. Consensus report: chronic periodontitis.
Ann Periodontol. 1999; 4: 38
c. Tindakan konservasi
Sebelum merencanakan gigi tiruan harus diketahui perbaikan yang akurat terhadap gigi
yang ada, antara lain:
Gigi 17: penambalan klas II RK
Gigi 11: PSA dengan restorasi akhir RK
Kemudian dilakukan perawatan untuk diskolorisasinya dengan bleaching, yaitu teknik
walking bleach menggunakan bahan gel hydrogen peroxide 10% dan carbomide
peroxide 6 % atau dengan 6% hydrogen peroxide bersamaan dengan bleaching tray
bagian palatal.
Gigi 17 dan 18: occlusal adjustment, dengan mengurangi dataran oklusal sebanyak 1
mm dan membentuk anatomi gigi.
Gigi 35 dan 45: penggrindingan dengan modifikasi bentuknya agar dapat mengurangi
daerah undercut.
Sumber : ● Jain, R dan Aggarwal, S., 2017, Precision Attachments-An Overview, Annals of
Prosthodontics and Restorative Dentistry, 3(1):6-9
● Carr, A.B., McGivney, G.P., danBrown D.T., 2011, McCracken's Removable
Partial Denture, 12th ed., Elsevier, Canada.
3. Jelaskan klasifikasi kehilangan gigi menurut Kennedy dan Apllegate pada kasus diatas
Jawaban:
Klasifikasi adalah alat identifikasi kasus yang sangat sederhana. Tujuan utama
penggolongan kasus dengan klasifikasi adalah untuk menyederhanakan kombinasi antara gigi
yang hilang dan ridge sehingga dapat dibina komunikasi yang cepat antara para dokter dan
tekniker gigi, Setiap kelas mempunyai diagnosis, prognosis, dan desain tersendiri sehingga
dapat mempelajari prinsip desain yang dapat diterapkan pada setiap kelas. Sebagai tambahan,
dengan pengelompokkan menurut klasifikasi insidens dari kelas-kelas gigi tiruan sebagian
lepas dapat diikuti longitudinal. Dengan demikian diketahui apakah pengajaran prostodonsia
sudah sesuai dengan kasus yang ditemukan di lapangan.
Sebuah klasifikasi harus dapat diterima secara universal, menggambarkan hubungan
gigi dengan lengkung rahang, dan menjadi pedoman untuk desain gigi tiruan. Klasifikasi ini
harus dapat berkontribusi dalam memilih seni desain dari gigi tiruan dan membantu dalam
diskusi serta belajar mengajar.
Apllegate membuat 8 aturan untuk memudahkan aplikasi atau penerapan klasifikasi
yang dibuatnya, antara lain yaitu:
a. Penentuan klasifikasi dilakukan setelah semua pencabutan gigi selesai dilaksanakan.
b. Apabila gigi molar III hilang dan tidak ingin diganti, maka gigi ini tidak dilibatkan
dalam penentuan klasifikasi.
c. Apabila gigi molar III masih ada dan digunakan sebagai gigi penyangga, maka gigi ini
dilibatkan dalam penentuan klasifikasi.
d. Apabila gigi molar II sudah hilang dan tidak ingin diganti, maka gigi ini tidak
dilibatkan dalam penentuan klasifikasi.
e. Area edentulous paling posterior selalu menentukan klas utama dalam klasifikasi
f. Area edentulous lain dari yang sudah ditetapkan dalam klasifikasi masuk dalam
modifikasi dan disebut sejumlah daerah atau ruangan edentulousnya.
Bila tipe ini diterapkan ke dalam desain cangkolan maka kesatuan cangkolan yaitu
lengan penahan, lengan pengimbang, dan sandaran oklusal berada di sebelah mesial untuk
gigi posterior dan lengan penahan di sebelah mesial ditambah plat lingual/palatal untuk gigi
anterior.
Gambar 7: Desain GTSL
Sumber : ● Rachman A, Prosiding, PERIL IKG 25-26 Mei 2007, Disain Gigi Tiruan
Sebagian Lepasan Frame: Kasus Berujung Bebas, Fakultas Kedokteran Gigi,
Universitas Padjadjaran, Bandung.
● Sutanti Y. Desain Cangkolan Kawat Pada Kasus Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
Berujung Bebas Di Klinik Bagian Prostodonsia FKG-USU Tahun 1999 s/d 2000.
(SKRIPSI). Fakultas Kedokteran Gigi: Universitas Sumatera Utara; 2002.