Anda di halaman 1dari 19

SEMINAR KASUS PROSTHODONSIA

LAPORAN KASUS GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

UNMAS DENPASAR

Oleh:
Luh Putu Sari Widyayanti Gunarta
2106129010051

Dosen Pembimbing:
drg. Ade Agus Indrayoga

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

DENPASAR

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
memberikan karunia dan rahmatnya sehingga kami bisa menyelesaikan laporan
kasus mengenai gigi tiruan sebagian lepasan dengan apa yang diharapkan.

Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua yang telah
membantu kami serta memberi ilmu maupun literatur mengenai laporan kasus gigi
tiruan sebagian lepasan.

Besar harapan saya mengenai makalah ini bisa bermanfaat baik sebagai
bahan bacaan maupun sebagai bahan referensi. Kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan, sehingga dalam penulisan laporan dan karya tulis ilmiah
selanjutnya bisa lebih baik lagi.

Denpasar, 22 Juli 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Identitas Penderita


Nama : Ni Ketut Sukerti
Umur : 44 Tahun
Alamat : Banjar Dinas Batuu Ringgid Kelod, Karangasem
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Karyawan Swasta

1.2 Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik


Seorang pasien perempuan berusia 44 Tahun datang ke Rumah Sakit Gigi dan
Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar (RSGM
UNMAS Denpasar) dengan keluhan pasien merasa tidak nyaman saat giginya
digunakan mengunyah makanan dan pasien ingin dibuatkan gigi tiruan.
Pasien sebelumnya pernah memeriksakan dan membersihkan gigi ke dokter
gigi sekitar 2 Tahun yang lalu. Tidak ditemukan kelainan ekstraoral sedangkan
dari pemeriksaan intraoral terdapat missing tooth pada gigi 14,24,25,36,46 dan 47
serta terdapat kalkulus dibeberapa gigi pasien pada gigi 17,35, dan 45. Pasien
tidak memiliki riwayat penyakit sistemik dan pasien siap menerima perawatan.

1.3 Diagnosis dan Prognosis


1. Edentulous ridge pada gigi 14,24,25,36,46 dan 47
Prognosis: Baik
2. Gingivitis ok bakteri plak tanpa faktor lokal lain pada gigi 17,35 dan 45
Prognosis: Baik

1.4 Rencana Perawatan


1. Fase Prelimenary :-
2. Fase I (Etiotropik) :
- DHE (Dental Health Education)
- Kontrol Plak
- Scaling dan root planning RA dan RB
3. Fase II (Surgical) :-
4. Fase III (Restoratif) :
- Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan pada rahang atas dan rahang
bawah
5. Fase IV (Maintenance):
- Kontrol OHI-S
- Kontrol periodic seperti plak dan kalkulus, kondisi gingiva, oklusi,
mobilitas gigi dan keadaan patologis lainnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Edentulous Ridge dan Perawatannya


2.1.1 Definisi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL)
Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL) adalah gigi tiruan yang
menggantikan satu atau lebih gigi asli, tetapi tidak seluruh gigi asli dan atau
struktur pendukungnya. Didukung oleh gigi serta mukosa, yang dapat dilepas dari
rongga mulut dan dipasangkan kembali oleh pasien sendiri (The Glossary of
Prosthodontic, 2005).
GTSL dapat didefinisikan sebagai alat untuk mengganti gigi dan jaringan
pendukung yang telah hilang dengan menggunakan piranti tiruan yang didesain
dapat dilepas pasang sendiri oleh penggunanya (Dangkeng Zulkarnain 2016).
GTSL merupakan alternatif perawatan prostodontik yang tersedia dengan biaya
yang lebih terjangkau untuk sebagian besar pasien dengan kehilangan gigi
(Wahjuni Sri 2017).
2.1.2 Indikasi dan Kontraindikasi GTSL
a. Indikasi pembuatan GTSL
1. Hilangnya satu atau lebih sebagian gigi
2. Gigi yang masih ada dalam keadaan baik dan memenuhi syarat
sebagai gigi penyangga
3. Keadaan processus alveolaris yang masih baik
4. Kesehatan umum dan kebersihan rongga mulut pasien baik
5. Pasien mau dibuatkan GTSL
6. Bila tidak memenuhi syarat untuk pembuatan gigi tiruan cekat
(GTC/GTJ)
b. Kontraindikasi pembuatan GTSL
1. Penderita tidak kooperatif, tidak menghargai perawatan gigi tiruan
2. Umur lanjut, mempertimbangkan sifat dan kondisi pasien sebaiknya
dibuatkan gigi tiruan temporer
3. Penyakit sistemik (epilepsi, DM tidak terkontrol)
4. Oral hygine buruk
2.1.3 Fungsi GTSL
a. Pemulihan fungsi estetik
b. Peningkatan fungsi bicara
c. Perbaikan dan peningkatan fungsi pengunyahan
d. Mempertahankan jaringan mulut
e. Pencegahan migrasi gigi
2.1.4 Macam-Macam GTSL
Terdapat 3 jenis GTSL yang dibedakan menurut bahan gigi tiruannya, yaitu:
a. Gigi tiruan sebagian lepasan kerangka logam (GTSKL)
Kobalt kromium merupakan bahan untuk pembuatan gigi tiruan berbasis
logam. Basis gigi tiruan logam ini diperkenalkan oleh E. Haynes pada tahun
1907, tetapi baru popular setelah tahun 1937 karena cukup tipis, harga
cukup murah, tahan terhadap noda atau korosi, dan memiliki modulus
elastisitas yang tinggi. Kekurangan GTSKL adalah tidak bisa digunakan
pada pasien yang memiliki riwayat alergi terhadap nikel dan kesulitan
dalam penyesuain (Dangkeng Zulkarnain 2016).
b. Gigi tiruan sebagian akrilik
Polymethyl methacylate (PMMA) atau biasa disebut akrilik merupakan
bahan pembuat basis gigi tiruan lepasan yang paling banyak digunakan saat
ini. PMMA diperkenalkan oleh Rohm & Hass pada tahun 1936 dalam
bentuk sediaan lembaran dan Nemours pada tahun 1937 dalam bentuk
sediaan bubuk.
Pada tahun 1937 Dr. Walter Wright memperkenalkan PMMA sebagai
bahan pembuatan basis gigi tiruan dan menjadi polimer yang paling banyak
digunakan 10 tahun kemudian. Bahan ini dibagi menjadi 2 tipe berdasarkan
cara aktivasinya yaitu Heat-activated PMMA atau heat curing dan
Chemical-activated PMMA atau self curing (Dangkeng Zulkarnain 2016).
2.1.5 Klasifikasi Kennedy Berdasarkan Kehilangan Gigi
Klasifikasi Kennedy pertama kali dikenalkan oleh Dr. Edward Kennedy
pada tahun 1925. Kennedy berupaya mengklasifikasikan lengkung tak bergigi
supaya dapat membantu pembuatan desain gigi tiruan sebagian lepasan. Kennedy
membagi klasifikasi menjadi 4 kelas yaitu:
1. Kelas I
Daerah tak bergigi terletak dibagian posterior dari gigi yang masih ada
dan berada pada kedua sisi rahang (bilateral) (Gambar a.)
2. Kelas II
Daerah tak bergigi terletak dibgian posterior dari gigi yang masih ada,
tetapi berada hanya pada salah satu sisi rahang saja (unilateral) (Gambar
b.)
3. Kelas III
Daerah tak bergigi terletak diantara gigi-gigi yang masih ada dibagian
posterior maupun anteriornya dan unilateral (Gambar c.)
4. Kelas IV
Daerah tak bergigi terletak pada bagian anterior dari gigi-gigi yang
masih ada dan melewati garis midline (Gambar d.)

Gambar 2.1 Klasifikasi Kennedy Kelas 1,2,3,4 (Carr dan Brown 2011)

2.2 Gingivitis dan Perawatannya


2.2.1 Definisi Gingivitis
Gingivitis merupakan suatu inflamasi yang melibatkan jaringan lunak di
sekitar gigi yaitu jaringan gingiva (Manson & Eley 2013). Gambaran klinis
gingivitis adalah munculnya warna kemerahan pada margin gingiva, pembesaran
pembuluh darah di jaringan ikat subepitel, hilangnya keratinisasi pada permukaan
gingiva dan pendarahan yang terjadi pada saat dilakukan probing (Diah 2018).
Penyebab gingivitis dibagi menjadi dua, yaitu penyebab utama dan
penyebab predisposisi. Penyebab utama gingivitis adalah penumpukan
mikroorganisme yang membentuk suatu koloni kemudian membentuk plak gigi
yang melekat pada tepi gingiva. Penyebab sekunder gingivitis berupa faktor lokal
dan faktor sistemik. Faktor lokal meliputi karies, restorasi yang gagal, tumpukan
sisa makanan, gigi tiruan yang tidak sesuai, pemakaian alat ortodonti dan susunan
gigi geligi yang tidak teratur. Sedangkan faktor sistemik meliputi faktor
nutrisional, faktor hormonal, hematologi, gangguan psikologi dan obat-obatan
(Mnson & Eley 2013
).
2.2.2 Perawatan Gingivitis
Scaling merupakan tindakan perawatan untuk menghilangkan plak, kalkulus
dan stain pada permukaan mahkota dan akar gigi. Sedangkan root planing
merupakan suatu tindakan untuk membersihkan dan menghaluskan permukaan
akar dari jaringan nekrotik maupun sisa bakteri dan produknya yang melekat pada
permukaan akar (sementum). Tindakan scaling perlu diikuti dengan root planing
dengan harapan permukaan akar menjadi halus sehingga menghambat akumulasi
plak dan perlekatan kalkulus. Scaling dan root planing merupakan terapi mendasar
untuk perawatan penyakit periodontal. 
Teknik scaling yaitu teknik scaling supra gingiva, kalkulus supragingiva
tidak sekeras kalkulus subgingiva. Keuntungan lain adalah pada kalkulus
subgingiva tidak dibatasi oleh jaringan yang mengelilinginya. Hal ini merupakan
kemudahan dalam aplikasi dan penggunaan alat. Sickle lebih umum digunakan
untuk scaling supragingiva, sedangkan hoe dan chisel lebih jarang digunakan.
Teknik Scaling subgingiva jauh lebih kompleks dan rumit dibandingkan scaling
supragingiva. Kalkulus subgingiva umumnya lebih keras daripada supragingiva,
selain itu kalkulus subgingiva kadang melekat pada permukaan akar yang sulit
dijangkau (misalnya daerah bifurkasi). Jaringan lunak yang membatasi kalkulus
subgingiva juga merupakan masalah, karena pandangan operator menjadi
terhalang, terutama jika saat tindakan scaling, darah yang keluar cukup banyak
maka pandangan menjadi semakin tidak jelas. Oleh karena itu operator dituntut
menggunakan kepekaan perasaan dengan bantuan scaler untuk mengetahui
keberadaan dan posisi kalkulus subgingiva. 
BAB III
TATALAKSANA KASUS

3.1 Tata Laksana Gigi Tiruan Sebagian Lepasan


3.1.1 Alat dan Bahan
a. Pisau Gips
b. Bowl
c. Alginat Spatel
d. Alat OD (Oral Diagnostik)
e. Sendok Cetak
f. Beagle
g. Lecron

3.1.2 Prosedur Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan


a. Pencetakan Anatomis Rahang Atas dan Rahang Bawah
- Pasien duduk di dental chair lurus menghadap ke depan
- Mulut pasien berada antara bahu dan siku operator
- Inspeksi dengan kaca mulut apakah pasien bernafas melalui mulut, lalu
instruksikan pasien fokus bernafas melalui hidung
- Posisi kepala pasien: untuk mencetak rahang atas, garis frankurt harus
sejajar dengan lantai. Untuk rahang bawah, garis chamfer harus sejajar
dengan lantai atau permukaan oklusal rahang bawah sejajar lantai
- Pasien berkumur terlebih dahulu
- Lakukan percobaan sendok cetak
b. Posisi Operator
- Rahang Bawah: operator berdiri di depan kanan pasien, mulai dari
memasukkan sendok cetak, proses mencetak, fiksasi, sampai dengan
melapaskan sendok cetak
- Rahang Atas: operator berdiri di depan kanan pasien, setelah posisi
sendok cetak tepat, sendok cetak difiksir dan operator pindah ke
samping kanan belakang pasien.
c. Pencetakan dengan Alginat
- Masukkan bubuk alginate ke dalam bowl sesuai takaran dan aduk
bubuk alginate dengan air secara cepat dengan tekanan membentuk
angka 8 ke dinding bowl selama 1 menit (hingga homogen)
- Masukkan adonan ke dalam sendok cetak dengan menggunakan
spatula, pengisian dari kiri ke kanan
- Lakukan pengecoran segera dengan gips. Gips yang sudah di aduk
dengan air dimasukkan ke dalam cetakan dari salah satu sisi ke sisi
yang lain sambil diketuk atau menggunakan vibraator agar tidak ada
udara yang terjebak
- Jika sudah terisi penuh, diamkan 30-60 menit
- Setelah mengeras, bersihkan kelebihan bahan pada sendok cetak agar
tidak mengganggu pelepasan model
- Lepas model perlahan pada air mengalir dan lepas bagian anterior
perlahan lalu model gigi dilepas searah sumbu gigi anterior

d. Merapihkan Model
Merapihkan dan membersihkan model kerja agar memperlancar dalam
proses pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan. Merapihakn model
dilakukan menggunakan trimmer dan dibersihkan menggunakan lecron.

e. Survey
Prosedur ini yaitu menentukan lokasi dan garis luar dari kontur terbesar
serta undercut dan posisi gigi serta jaringan disekitarnya pada model
rahang. Survey dilakukan menggunakan surveyor untuk mengetahui
batas survey dan undercut pada model kerja.
f. Blockout
Blockout merupakan proses menutup daerah undercut dengan
menggunakan gips putih agar undercut yang tidak menguntungkan tidak
menghalangi keluar masuknya protesa gigi tiruan.
g. Desain
Desain merupakan rencana awal yang berfungsi sebagai panduan dalam
proses pembuatan gigi tiruan. Desain dibuat dengan menggambar pada
model kerja dengan menggunakan pensil (Itjingningsih,1991:45).
h. Pembuatan Bite Rim
Bite rim berfungsi menggantikan gigi untuk mendapatkkan hubungan
maksila dan mandibula dengan membuat bite rim dan bentuk landasan
dari malam (Itjiningsih, 1991:57).
i. Penanaman Model Kerja pada Okludator
Okludator adalah alat yang digunakan untuk meniru gerakan tinggi
bidang oklusal. Penanaman okludator dengan menyesuaikan bentuk
oklusi, garis median okludator harus berhimpitan dengan garis median
pada model, bidang oklusal sejajar dengan bidang datar, serta gips pada
model kerja rapih atau tidak menutupi batas anatomi model kerja.
Pemasangan okludator bertujuan untuk membantu proses penyusunan
elemen gigi.
j. Pembuatan Cengkram/Klamer
Cengkram dibuat mengelilingi gigi dan menyentuh sebagian besar kontur
gigi untuk memberikan retensi, stabilisasi serta sebagai support untuk
gigi tiruan sebagian lepasan. Pada pembuatan cengkeram harus
memenuhi syarat yaitu lengan cengkeram harus melewati garis survei,
sandaran dan badan tidak boleh mengganggu oklusi, ujung lengan
cengkeram harus dibulatkan dan tidak menyentuh gigi tetangga. (Gunadi
dkk,1991:161-162)
k. Penyusunan Elemen Gigi Tiruan
Penyusunan elemen gigi tiruan adalah salah satu yang paling penting,
karena hubungan antara gigi-gigi tersebut dengan gigi yang masih ada.
Penyusunan gigi dilakukan secara bertahap yaitu gigi anterior atas, gigi
anterior bawah, gigi posterior atas, gigi molar satu bawah dan gigi
posterior bawah lainnya (Itjingningsih,1991:85).
l. Wax Contouring
Wax contouring merupakan membentuk dasar dari geligi tiruan malam
sedemikian rupa sehingga harmonis dengan otot-otot orofasial penderita
dan semirip mungkin dengan anatomis gusi dan jaringan lunak mulut.
Adapun anatomis gusi dan jaringan lunak yang harus dibentuk antara lain
membentuk kontur servikal dengan membentuk sudut 45º menggunakan
lecron, membentuk alur tonjolan akar dari setiap gigi alurnya makin ke
arah apikal semakin sempit kadang-kadang tidak jelas, daerah
interproksimal harus sedikit cekung meniru daerah-daerah interdental
papilla sehingga higienis serta mencegah pengendapan sisi makanan dan
plak (Itjingningsih,1991:135).
m. Flasking
Flasking adalah suatu proses penanaman model malam dalam suatu kuvet
untuk mendapatkan suatu mould space dan bahan yang biasanya sering
digunakan adalah gips (plaster of paris) (Itjingningsih,1991:147). Ada 2
metode flasking dalam gigi tiruan, yaitu:
- Pulling the casting Dimana setelah boiling out, elemen gigi tiruan
akan ikut pada kuvet bagian atas, sedangkan model kerja tetap
berada pada kuvet bagian bawah.
- Holding the casting Model beserta seluruh elemen gigi tiruan berada
di kuvet bawah dan ditutup dengan gips, sehingga setelah boiling out
akan terlihat seperti ruangan kecil. Pada waktu packing adonan
akrilik harus melewati bagian bawah gigi untuk mencapai daerah
sayap (Itjingningsih, 1991:153).
n. Boiling Out
Boiling out bertujuan untuk menghilangkan wax dari model yang telah
ditanam di kuvet untuk mendapatkan mould space. Boilling out
dilakukan dengan cara memasukan ke dalam air mendidih selama 5-10
menit, kemudian kuvet diangkat lalu dibuka, sisa malam dibersihkan
dengan disiram air panas, rapihkan mould space dari gips yang tajam dan
olesi CMS sampai merata (Itjingningsih,1991:151).
o. Packing
Packing ialah suatu proses pencampuran antara polimer dan monomer
resin akrilik, dengan perbandingan antara polimer dan monomer yaitu
3:1. Ada 2 metode packing, yaitu dry method adalah cara mencampur
monomer dan polimer langsung di dalam mold. Wet method adalah cara
mencampur monomer dan polimer di luar mould dan bila sudah
mencapai stadium dough stage baru di masukkan ke dalam mould
(Itjingningsih,1991:155).
p. Curing
Curing adalah proses polimerisasi antara monomer yang bereaksi dengan
polimernya bila dipanaskan atau ditambah zat kimia lain. Pada
pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan, polimerisasi dilakukan secara
thermis yaitu disebut heat curing acrylic (memerlukan pemanasan dalam
proses polimerisasinya) yaitu dengan cara merebus protesa di kuvet
tersebut pada air dalam keadaan dingin sampai naik pada suhu 100º
celcius perebusan kuvet dilakukan ± selama 1 jam kemudian tunggu
hingga kuvet berada pada suhu ruangan(Itjingningsih,1991:163).
q. Deflasking
Deflasking ialah proses melepaskan protesa gigi tiruan resin akrilik dari
kuvet dan bahan tanamnya, dengan cara memotong-motong gips
sehingga dapat dikeluarkan secara utuh (Itjingningsih,1991:170).
r. Finishing
Finishing dalah proses menyempurnakan bentuk akhir gigi tiruan dengan
membuang sisa-sisa resin akrilik pada batas gigi tiruan dn membersihkan
sisasisa bahan tanam yang masih menempel pada gigi tiruan. Finishing
dapat dilakukan menggunakan mata bur round untuk membersihkan sisa
gips pada daerah interdental gigi dan mata bur frezer untuk merapihkan
dan menghaluskan permukaan basis gigi tiruan (Itjingningsih,1991:183).
s. Polishing
Polishing adalah proses pemolesan gigi tiruan. Pemolesan gigi tiruan
terdiri dari proses menghaluskan dan mengkilapkan gigi tiruan tanpa
mengubah konturnya. Polishing dilakukan menggunakan sikat hitam
dengan bahan pumice untuk menghaluskan dan sikat putih dengan bahan
CaCO3 untuk mengkilapkan basis gigi tiruan (Itjingningsih,1991:187)

3.2 Tata Laksana Scaling Rahang Atas dan Rahang Bawah


3.2.1 Alat dan Bahan
- Alat OD (Oral diagnostic)
- Lap dada pasien
- Ultrasonic scaller
- Deppen glass
- Obat kumur
- Cotton roll dan cotton pellet
- Saliva ejector
- Rubber cup
- Bahan poles (pasta poles)
- Probe periodontal
- Handpiece (low speed dan high speed)
- Masker, handscoon, gown, faceshield

3.2.2 Prosedur Perawatan


1. Memakai APD lengkap untuk operator seperti masker, handscoon dan
face shield.
2. Posisikan Pasien dengan baik.
3. Aplikasi larutan antiseptik pada permukaan gigi dan gingiva yang akan
dilakukan perawatan scalling.
4. Eksplorasi seluruh regio gigi dengan sonde halfmoon untuk mengetahui
letak kalkulus supragingiva atau subgingiva.
5. Siapkan alat Ultrasonic Scaller. Alat Scaller harus steril dan tajam
6. Pegang scaller menggunakan teknik modified pen grasp.
7. Mata scaller diadaptasikan ke permukaan gigi membentuk angulasi 45-90
derajat.
8. Lakukan tekanan ke arah lateral yang kuat.
9. Tekanan lateral berangsur-angsur dikurangi sampai permukaan gigi
terbebas dari kalkulus.
10. Pasien di instruksikan unutk kumur dengan povidone iodine yang
dilarutkan dalam air kumur.
11. Setelah scalling gigi selesai dilakukan, tahap terakhir adalah pemolesan
dengan rubber cup dan pasta poles.
12. Lakukan Dental Health Education kepada pasien.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pada laporan kasus diatas, terdapat beberapa kasus seperti adanya kalkulus
dan adanya gigi yang hilang sebagian dapat disimpulkan bahwa kesadaran pasien
dalam menjaga rongga mulut masih rendah. Penyebab adanya kalkulus pada gigi
dikarenakan pasien kurang menjaga oral hygine dengan rajin menggosok gigi,
menggunakan dental flosh dan kontrol periodik ke dokter gigi dan adanya
kehilangan sebagian gigi juga diakibatkan karena adanya penyakit periodontal
pada pasien dan karies gigi yang berangsur-angsur menyebabkan gigi pasien
keropos.
Pada kasus diatas dapat dilakukan perawatan untuk mengembalikan
kepercayaan diri pasien seperti kalkulus pada gigi dapat dihilangkan dengan cara
scaling gigi, scaling gigi merupakan tindakan perawatan untuk menghilangkan
plak, kalkulus dan stain pada permukaan mahkota dan akar gigi. Kehilangan
sebagian gigi dapat dilakukan pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan.

4.2 Saran
Pada masa pandemi ini sebaiknya motivasi pasien tentang menjaga
kesehatan gigi dan mulut harus ditingkatkan. Meningkatkan motivasi masyarakat
dapat dilakukan dengan DHE atau Dental Health Education, mengajak rajin untuk
kontrol ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali dan meningkatkan imunitas tubuh.
DAFTAR PUSTAKA

Carr, A. dan D.T. Brown . 2011. McCracken’s Removable Partial prosthodontics.


12th(ed). Elseiver Mosby.
Dangkeng Zulkarnain Wahid, 2016, Pengaruh Asap Rokok Filter Dan Rokok
Elektrik Terhadap Perubahan Warna Pada Lempeng Basis Gigi Tiruan
Berbahan Thermosens, Skripsi Sarjana, Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Hasanuddin Makassar, Makassar, 57 halaman.
Diah, Widodorini T., Nugraheni N.E., 2018, “Perbedaan Angka Kejadian
Gingivitis Antara Usia Pra-Pubertas dan Pubertas di Kota Malang”, E-
Prodenta Journal of Dentistry 2(1), 108-115.
Gunadi Haryanto A, dkk, 1991, Ilmu Gigi Tiruan Sebagian Lepasan, jilid I,
Hepokrates, Jakarta, 241 halaman.
Itjingningsih, W.H, 1991. Geligi Tiruan Lengkap Lepas. Jakarta: Buku
Kedokteran Gigi EGC. 209 halaman.
Manson JD, Eley BM, 2013. Buku ajar periodonti. Jakarta: Hipokrates

Phoenix R.D., Cagna D.R, DeFreest C.F., 2008, “Stewart’s Clinical Removable
Partial Prosthodontics Fourth Edition”, Hanover Park, IL 60133:
Quintessence Publishing Co, inc
Wahjuni Sri, Mandanie Sefy Ayu, 2017, Pembuatan Protesa Kombinasi Dengan
Castable Extracoronal Attachments, Departement Of Health Faculty Of
Vocation Universitas Airlangga, Surabaya, 81 halaman.
.

Anda mungkin juga menyukai