Anda di halaman 1dari 18

1

Laporan Kasus

Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Dosen Pembimbing:
drg. Setiadi W. Logamarta, Sp. Ort

Disusun Oleh:
Hana Belinda Katriani
G4B017008

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

JURUSAN KEDOKTERAN GIGI

PURWOKERTO

2018
2

BAB I
PENDAHULUAN

Gigi geligi memiliki banyak fungsi bagi setiap orang diantaranya untuk
mengunyah, berbicara, dan meningkakan penampilan. Gigi geligi yang tidak
dirawat maka semakin lama akan menyebabkan timbulnya kerusakan kemudian
tanggal. Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh karies, penyakit periodontal,
ataupun trauma. Kehilangan gigi akan menyebabkan perubahan secara anatomis,
fisiologis, dan fungsional, bahkan dapat mempengaruhi aktivitas sosial dan keadaan
psikologis. Semakin bertambahnya usia maka semakin tinggi pula kerentanan
seseorang kehilangan gigi. Persentase kehilangan gigi di Indonesia pada usia 35-44
tahun sebesar 0,4% dan pada usia 65 tahun ke atas yaitu sebesar 17,6%. (Jatuadomi
dkk, 2016).

Perawatan gigi tiruan bertujuan untuk mengganti kehilangan gigi sehingga


dapat mengembalikan fungsi pengunyahan, bicara, estetis, membantu
mempertahankan gigi yang masih tersisa, dan mempertahankan jaringan lunak
mulut agar tetap sehat, serta dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Gigi tiruan
secara umum dibedakan menjadi dua macam yaitu gigi tiruan tetap dan lepasan.
Gigi tiruan tetap/fixed adalah gigi tiruan yang disemenkan pada gigi pasien secara
permanen (tidak dapat dilepas pasang oleh pasien), sedangkan gigi tiruan
lepasan/removable denture adalah gigi tiruan yang dapat dilepas pasang sendiri
oleh pasien. Gigi tiruan lepasan dibagi menjadi dua yaitu gigi tiruan lengkap dan
gigi tiruan sebagian. Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) menggantikan satu atau
beberapa gigi yang hilang yang didukung oleh gigi, mukosa, atau kombinasi gigi
dan mukosa. Perawatan gigi tiruan sebagian lepasan ini dilakukan apabila kondisi
rongga mulut tidak dapat dirawat dengan gigi tiruan cekat misalkan pada kasus
sebagian besar kehilangan gigi, selain itu GTSL juga merupakan alternatif
perawatan kehilangan gigi dengan harga yang lebih terjangkau dibandingkan
dengan gigi tiruan cekat (Wahjuni dan Mandanie, 2017).
3

Secara umum, komponen gigi tiriuan sebagian lepasan terdiri dari basis,
konektor, dan penahan. Basis merupakan bagian gigi tiruan yang terletak diatas
mukosa sebagai tempat elemen gigi tiruan diletakkan. Beberapa syarat basis gigi
tiruan yang harus dimiliki yaitu dapat beradaptasi dengan jaringan, tidak
mengiritasi jaringan, kuat menahan fraktur atau distorsi saat penggunaan, estetis
baik, mudah dibersihkan, memiliki konduktivitas termal yang baik. Bahan-bahan
yang dapat digunakan sebagai basis diantaranya resin akrilik, kerangka logam, dan
nilon termoplastik (Agustina, 2016).

Akrilik diindikasikan untuk pasien yang alergi terhadap logam, memiliki estetis
yang baik, warnanya menyerupai gingiva, ringan, harga relatif murah, tahan
terhadap fraktur, mudah direparasi, dan cukup stabil terhadap panas.
Kekurangannya adalah penyerapan airnya tinggi dan menimbulkan porositas
sehingga mempermudah menyebabkan retensi mikroba. Logam dindikasikan untuk
pasien dengan dukungan gigi dan jarak antar lengkungnya tidak memadai.
Kerangka logam lebih baik dibandingkan akrilik, karena dapat dibuat lebih sempit,
tipis, rigid, dan kuat. Kekurangan kerangka logam yaitu secara estetis kurang baik
dan proses pembuatannya lebih rumit sehingga biayanya lebih mahal (Wahjuni dan
Mandanie, 2017). Nilon termoplastik dapat diindikasikan pada pasien yang alergi
terhadap akrilik. Bahan ini lebih fleksibel, lebih tipis, ketahanan fraktur tinggi,
warna menyerupai gingiva dan tidak memerlukan kawat retensi sehingga secara
estetis lebih baik dibandingkan akrilik. Kekurangannya yaitu pengerutan,
perubahan dimensi, penyerapan air tinggi, dan sulit untuk direparasi (Naini, 2012)

Tujuan Penulisan Laporan

Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk menjelaskan penatalaksanaan


perawatan gigi tiruan sebagian lepasan pada pasien yang mengalami kehilangan
beberapa giginya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4

Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah gigi tiruan yang menggantikan satu
atau lebih gigi yang hilang pada rahang atas maupun bawah dan dapat dilepas
pasang oleh pasien. Perawatan dengan GTSL ini sangat dibutuhkan karena apabila
gigi tidak diperbaiki maka akan menimbulkan beberapa kondisi seperti migrasi dan
rotasi gigi sebelahnya, penurunan efisiensi daya kunyah, ekstrusi gigi antagonisnya,
dan gangguan sendi temporomandibular. Syarat GTSL diantaranya adalah mampu
memenuhi tujuan pembuatan GTSL, tidak menimbulkan kerusakan pada gigi yang
tersisa dan jaringan pendukung, dapat dilepas pasang oleh pasien, mudah
dibersihkan, mudah diperbaiki, stabil, dan retentif.

Kehilangan gigi pada beberapa kasus dikelompokkan menjadi beberapa kelas.


Hal ini untuk memudahkan komunikasi antar paktisi klinis dalam menentukan
keadaan rongga mulut yang akan dibuatkan gig tiruan. Beberapa klasifikasi yang
digunakan untuk menentukan jumlah gigi yang hilang dan berbagai variasinya
antara lain Beckett, Godfrey, Swenson, Friedman, Wilson, Skinner, Applegate dan
lain-lain. Syarat-syarat suatu klasifikasi antara lain harus memenuhi:

1. Menunjukkan dengan jelas dan cepat jenis keadaan tak bergigi


2. Memungkinkan perbedaan antara GTSL yang didukung oleh gigi atau
didukung mukosa atau pun kombinasi
3. Dapat menjadi petunjuk pembuatan desain gigi tiruan
4. Dapat diterima secara luas
Kalsifikasi yang sederhana misalnya klasifikasi Kennedy dan Applegate
Kennedy. Klasifikasi Kennedy membagi keadaan tak bergigi menjadi 4 kelas yaitu:
1. Kelas I: daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang masih
ada dan berada pada dua sisi rahang (bilateral)
2. Kelas II: daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang masih
ada dan hanya pada salah satu rahang saja (unilateral)
3. Kelas III: daerah tak bergigi terletak di antara gigi yang masih ada bagian
posterior atau anterior dan unilateral
4. Kelas IV: daerah tak bergigi terletak pada anterior dari gigi yang masih ada
dan melewati garis tengah rahang
5

Klasifikasi Applegate Kennedy membagi keadaan tak bergigi menjadi 6 kelas


yaitu:
1. Kelas I: Daerah yang tak bergigi sama dengan klasifikasi Kennedy
(bilateral free end). Keadaan ini sering dijumpai pada rahang bawah dan
biasanya telah beberapa tahun kehilangan gigi.
2. Kelas II: Daerah yang tak bergigi sama dengan kelas II Kennedy (unilateral
free end)
3. Kelas III: Daerah yang tak bergigi paradental dengan kedua gigi
tetangganya tidak lagi mampu memberi dukungan kepada gigi tiruan secara
keseluruhan (abutment).
4. Kelas IV: Daerah tak bergigi sama dengan kelas IV Kennedy, daerah tidak
bergigi terletak di bagian anterior dan melewati garis median.
5. Kelas V: Daerah tak bergigi para dental, dimana gigi tetangga anterior tidak
dapat dipakai sebagai gigi penyangga atau tak mampu menahan gaya
kunyah.
6. Kelas VI: Daerah yang tak bergigi para dental dengan kedua gigi penyangga
dapat digunakan sebagai penahan.
Selain klasifikasi tersebut, Applegate Kennedy juga memberikan modifikasi
untuk daerah takk bergigi tambahan. Misalnya tambahan terletak pada anterior,
maka penyebutannya kelas…modifikasi A, sedangkan untuk daerah posterior maka
penyebutannya modifikasi P. Penambahan ruang yang lebih dari satu maka
penyebutannya ditambahkan angka misalnya kelas…modifikasi 1A atau 2A, untuk
posterior 1P atau 2P dan seterusnya.
Peranti gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) memiliki beberapa komponen
untuk mengembalikan fungsi gigi yang sebenarnya dan masing-masing memiliki
fungsi yang berbeda. Komponen tersebut diantaranya penahan, elemen gigi,
sandaran oklusal, konektor, dan basis. Berikut penjelasan dari masing-masing
komponennya.

1. Penahan (retainer)
6

Penahan merupakan bagian yang berfungsi untuk memberi retensi sehingga


mampu menahan protesa tetap pada tempatnya. Menahan gaya-gaya yang
dapat terjadi saat kondisi istirahat atau saat melakukan fungsinya seperti
gaya gravitasi, gaya oklusal, dan lateral. Penahan dibagi menjadi 2
kelompok yaitu
a. Penahan langsung (direct retainer): penahan yang langsung berkontak
dengan permukaan gigi penyangga dan dapat berupa cengkeraman.
Cengkeram dapat digolongkan menjadi 3 berdasarkan.
1) konstruksi: cengkeram tuang, kawat, dan kombinasi
2) desain: cengkeram sirkumferensial dan batang
3) arah datangnya lengan: oklusal dan gingival

Beberapa bagian dari cengkeram diantaranya badan cengkeram (body),


lengan cengkeram (arm), bahu cengkeram (shoulder), ujung lengan
(terminal), sandaran (rest), konektor minor (minor connector)

b. Penahan tak langsung bekerja pada basis untuk melawan gaya yang
dapat melepas protesa ke arah oklusal dan berkerja pada basis. Retensi
diperoleh dari garis fulkrum tempat gaya tadi bekerja. Misalnya
dukungan ruggae dan perluasan basis.
2. Sandaran (rest)
Sandaran merupakan bagian yang bersandar pada permukaan gigi
penyangga yang berfungsi untuk memberikan dukungan vertikal pada
protesa. Sandaran dapat ditempatkan pada permukaan oklusal premolar,
molar, atau lingual anterior. Sandaran pada gigi posterior dapat berupa
sandaran oklusal, sandaran internal, sandaran onlay, dan sandaran kail,
sedangkan pada gigi anterior dapat berupa sandaran singulum, sandaran
insisal, sandaran restorasi, dan bahu lingual sirkumferensial.
3. Konektor
Konektor pada masing-masing rahang dibedakan menjadi 2 yaitu.
7

a) Konektor utama (major connection): komponen yang berfungsi untuk


menghubungkan bagian GTSL pada satu sisi rahang ke bagian sisi
lainnya.
b) Konektor minor (minor connection): komponen tambahan yang
berfungsi untuk menghubungkan konektor utama dengan bagian lain.
Misalnya penahan langsung yang dihubungkan ke konektor utama
dengan konektor minor.
4. Elemen gigi tiruan
Elemen gigi tiruan merupakan bagian GTSL yang akan menggantikan gigi
asli. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam memlilih gigi tiruan
yaitu ukuran, bentuk, tekstur permukaan, warna, dan bahan elemen gigi
tiruan.
5. Basis
Basis gigi tiruan merupakan bagian yang menggantikan tulang alveolar gigi
yang telah hilang. Basis berfungsi untuk mendukung elemen gigi tiruan,
menyalurkan tekananan oklusal ke jaringan pendukung gigi atau lingir sisa,
memberi stimulasi jaringan yang berada dibawah gigi tiruan, serta
meningkatkan estetis. Basis gigi tiruan dibagi menjadi 2 yaitu.
a. Basis dukungan gigi atau basis tertutup (bounded saddle): basis ini
merupakan span yang dibatasi gigi asli, lalu tekanan oklusal secara
langsung diteruskan pada gigi geligi penyangga melalui kedua sandaran
oklusal.
b. Basis dukungan jaringan atau kombinasi atau berujung bebas (free end):
basis yang berdekatan dengan gigi penyangga akan mendapat dukungan
dari gigi tersebut sedangkan basis yang jauh akan didukung oleh
jaringan linger sisa dibawah gigi tiruan. Dukungan jaringan diperlukan
supaya tekanan kunyah dapat disalurkan ke permukaan yang lebih luas
sehingga menghasilkan tekanan yang kecil.
8

BAB III

LAPORAN KASUS

Pasien perempuan usia 39 tahun datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut Unsoed
dengan keluhan ingin dibuatkan gigi palsu lepasan karena beberapa gigi bawahnya
yang hilang. Pasien merasa kesulitan pada saat mengunyah makanan. Sebelumnya
pasien telah menjalankan perawatan praprostetik berupa pembersihan karang gigi.
Pasien seorang ibu rumah tangga dan tidak memiliki riwayat penyakit sistemik.

A. Pemeriksaan Subjektif
1. Chief Complain : Pasien ingin dibuatkan gigi palsu lepasan karena
beberapa gigi bawahnya hilang.
2. Present Illness : Pasien merasa kesulitan saat mengunyah makanan
3. Post Medical History : Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik.
4. Post Dental History : Pasien melakukan pembersihan karang gigi satu
bulan yang lalu
5. Social History : Pasien adalah ibu rumah tangga
6. Family History : Tidak ada kelainan.
B. Pemeriksaan Objektif
1. Pemeriksaan Ekstraoral
a. Bentuk Wajah : Bulat
b. Profil muka : Lurus
c. Pupil : Simetris kanan dan kiri
d. Tragus : Simetris kanan dan kiri
e. Hidung : Simetris, pernafasan melalui hidung lancar
f. Bibir Atas : Simetris, normal
g. Bibir Bawah : Simetris, normal
h. Sendi rahang : Tidak ada kelainan
i. Kelainan Lain : Tidak ada kelainan
9

2. Pemeriksaan Intraoral
a. Pemeriksaan Umum
1) Saliva
a) Kuantitas : Normal
b) Konsistensi : Normal
2) Lidah
a) Ukuran : Normal
b) Posisi : Wright kelas I
c) Mobilitas : Normal
3) Refleks Muntah : Rendah
4) Gigitan : Ada, stabil, dengan hubungan rahang
ortgnati
5) Mukosa Mulut : Tidak ada kelainan
6) Kebiasaan buruk : Tidak ada
7) Vestibulum
a) Rahang Atas : Sedang
b) Rahang Bawah : Sedang
8) Prosesus Alveolaris
Rahang Atas :
a) Bentuk : Oval
b) Tahanan Jaringan : Rendah
c) Bentuk Permukaan : Bagian anterior dan posterior rata
d) Ketinggian : Sedang
Rahang Bawah :
a) Bentuk : Oval
b) Tahanan Jaringan : Sedang
c) Bentuk Permukaan : Bagian posterior rata.
d) Ketinggian : Sedang.
Relasi Rahang : Normal.
10

9) Frenulum
a) Labialis Superior : Sedang
b) Bukalis Superior Kanan : Sedang
c) Bukalis Superior Kiri : Sedang
d) Labialis Inferior : Sedang
e) Bukalis Inferior Kanan : Sedang
f) Bukalis Inferior Kiri : Sedang
g) Lingualis : Rendah.
10) Palatum
a) Bentuk : Oval
b) Kedalaman : Dalam
c) Torus Palatinus : Tidak ada
d) Palatum Molle : House Kelas I.
11) Tuberositas Maksilaris / Alveolaris : Kanan dan Kiri, kecil.
12) Ruang Retromilohioid : Sedang.
13) Bentuk Lengkung Rahang
a) Rahang Atas : Oval
b) Rahang Bawah : Oval
14) Lainnya :
Pasien mengalami kehilangan gigi pada elemen 36, 35, dan 46
3. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang pada pasien.
4. Sikap Mental
Filosofis
11

5. Model Studi

Sisi Kanan Sisi Kiri

Tampak Depan

Rahang Atas Rahang Bawah

6. Diagnosis
Rahang Bawah : Kelas VI modifikasi 1P.
7. Rencana perawatan
Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan dengan bahan akrilik.
12

8. Desain gigi tiruan

a. Jenis dukungan : Dukungan gigi


b. Gigi penyangga : 34, 37, 44, 47
c. Retainer : Direct retainer berupa cengkram 3 jari pada gigi 37
dan 47, Half Jackson pada gigi 34 dan 44 (rahang bawah).
d. Plat dasar : Akrilik.
e. Anasir : Gigi 35, 36, dan 46.
f. Tahapan perawatan :
1) Penentuan klasifikasi daerah tak bergigi pada kasus.
Kehilangan gigi pada rahang bawah termasuk dalam
klasifikasi Applegate-Kennedy Kelas VI modifikasi 1P.
2) Penentuan dukungan sadel pada kasus.
Dukungan yang digunakan pada kasus ini adalah dukungan
gigi atau tooth supported. Dukungan gigi dapat digunakan untuk
kondisi paradental.
3) Penentuan gigi penyangga yang digunakan
Pemilihan gigi penyangga yang digunakan gigi vital, gigi
non-vital pasca perawatan endodontik, gigi karies yang telah
ditumpat, dan gigi berakar ganda. Gigi penyangga yang digunakan
pada kasus ini adalah gigi 34, 37, 44, dan 47.
4) Penentuan komponen gigi tiruan sebagian lepasan yang digunakan
pada kasus.
13

Retensi yang digunakan pada kasus ini berupa direct retainer


(cengkram) berupa cengkram 3 jari pada gigi 37 dan 47 dan Half
Jackson pada gigi 34 dan 44. Anasir gigi yang digunakan pada
elemen gigi 35, 36, dan 46. Anasir ini berguna untuk menggantikan
gigi yang telah hilang.
g. Penatalaksanaan
1) Perawatan pra prostetik
Sebelumnya sudah dilakukan perawatan pra prostetik berupa
scaling pada semua regio pada rahang atas dan bawah.
2) Pengisian rekam medis prostodonsia
Rekam medis prostodonsia yang terdiri dari data pasien,
pemeriksaan subjektif, pemeriksaan objektif, diagnosis, rencana
perawatan sudah diisi sebelumnya. Kemudian pasien diinformasikan
mengenai rencana perawatan yang akan dilakukan berupa pembuatan
gigi tiruan sebagian lepasan, dan pasien telah membaca dan menyetujui
informed consent.
3) Pencetakan
Pencetakan dilakukan menggunakan cetakan mukostatik dengan
bahan alginat menggunakan sendok cetak. Hal ini bertujuan untuk
mencetak keadaan rongga mulut dalam keadaan statis (Jahongiri dkk.,
2011)
4) Model kerja
Model kerja berupa cetakan gigi anatomis dalam rongga mulut
pasien yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pembuatan gigi tiruan
sebagian lepasan (Jahongiri dkk., 2011).
5) Survei dan block out
Survei dilakukan menggunakan alat dental surveyor. Fungsi
melakukan survei antara lain:
a) Panduan menentukan arah pemasangan (path of insertion) dengan
baik
14

b) Menentukan lokasi dan besarnya daerah undercut pada permukaan


gigi.
c) Menentukan kesejajaran bidang
d) Menentukan penutupan daerah undercut yang tidak diinginkan

6) Lempeng dan galangan gigit


Lempeng dan galangan gigit terbuat dari malam merah.
Lempeng gigit dibuat mengikuti outline gigi tiruan. Galangan gigit
berfungsi untuk menentukan tinggi bidang oklusal, catatan awal
hubungan antar rahang pada arah vertikal dan horizontal, serta perkiraan
jarak interoklusal (Tamin dkk., 2012).
7) Penetapan gigit
Penetapan gigit digunakan sebagai kunci oklusi agar didapat
gigitan yang sesuai. Penetapan tinggi gigit yang tepat dapat diperoleh
dengan cara galangan gigit rahang atas dimasukkan terlebih dahulu
hingga ada kontak antara galangan dan gigi lawan, kemudian catat
kontak antara gigi lawan yang dapat digunakan sebagai panduang oklusi
(Tamin dkk., 2012).
8) Klamer
Klamer digunakan sebagai direct retainer pada gigi tiruan
sebagian lepasan. Syarat pembuatan klamer pada gigi tiruan sebagian
lepasan yaitu,
a) Ujung lengan klamer terletak pada daerah undercut atau dibawah
garis survei pada bagian bukal, palatal dan lingual.
b) Ujung dari klamer tidak boleh menekan dan menyentuh gigi sebelah.
c) Lengan dari klamer tidak boleh menyentuh gingiva.
d) Ujung dari klamer tidak boleh tajam agar tidak menyebabkan trauma
(Tamin dkk., 2012).
9) Penyusunan anasir gigi
Pada penyusunan anasir gigi, seleksi elemen gigi anterior dan
posterior harus memperhatikan ukuran, bentuk, tekstur permukaan,
15

warna dan bahan dari elemen anasir. Panduan dalam penyusunan anasir
gigi antara lain:
a) Gigi geligi harus disusun tepat pada puncak ridge.
b) Gigi geligi yang disusun harus kontak dengan gigi sebelahnya, serta
gigi antagonis, sehingga diperoleh oklusi gigi yang baik antar gigi
asli dengan anasir gigi tiruan atau antar anasir gigi tiruan (Tamin
dkk., 2012).
10) Kontur akhir
Kontur akhir dilakukan untuk membentuk kontur gigi dan
mukosa mulut sehingga menyerupai anatomis asli jaringan lunak yang
menyangga gigi geligi (Tamin dkk., 2012).
11) Hasil kasar akrilik
Hasil kasar akrilik didapatkan setelah gigi tiruan setelah di
kontur kemudian dilakukan proses packing. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu:
a) Akrilik tidak boleh terdapat porus.
b) Tidak boleh ada bagian yang kasar dan tajam pada pemukaan gigi
tiruan yang menghadap mukosa.
c) Kontur gingiva termasuk servikal gigi tetap dipertahankan
bentuknya.
d) Akrilik dibersihkan dari sisa-sisa gips yang menempel (Tamin dkk.,
2012).
12) Percobaan gigi tiruan dan selectif grinding
Percobaan gigi tiruan terlebih dahulu dicobakan pada pasien,
pada proses ini yang harus diperhatikan yaitu:
a) Retensi
Retensi diperiksa dengan cara menggerakan pipi dan bibir pasien.
Penempatan occlusal rest harus sesuai dengan rest seat dan lengan
retentif klamer terletak pada bagian undercut gigi penyangga.
b) Stabilisasi
16

Stabilisasi diperiksa pada saat rongga mulut berfungsi. Bagian basis


tidak boleh terlalu lebar hingga melukai mukobukofold, dan protesa
tidak boleh mengganggu proses pengunyahan, penelanan, fonetik
dan ekspresi.
c) Oklusi
Oklusi diperiksa dengan bantuan articulating paper. Bagian yang
mengalami premature contact harus dilakukan selective grinding.
Pengasahan pada gigi tidak boleh mengurangi tinggi cusp gigi dan
disesuaikan kontak dari gigi antagonis asli maupun anasir gigi tiruan
(Tamin dkk., 2012).
13) Insersi
Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain saat melakukan
insersi pada pasien yaitu, oklusi sentrik, artikulasi rahang, kenyamanan
pasien, estetik dan fungsi fonetik. Selain itu operator juga harus
mengajarkan cara memasang dan melepas gigi tiruan, serta perawatan
pada gigi tiruan sebagian lepasan kepada pasien. Intruksi yang diberikan
pada pasien antara lain:
a) Gigi tiruan sebagian lepasan dibersihkan dengan menggunakan sikat
berbulu halus dan sabun cair setelah pemakaian.
b) Gigi tiruan dilepas pada malam hari agar jaringan otot dibawahnya
dapat istirahat.
c) Gigi tiruan sebagian lepasan direndam dengan air bersih dalam suhu
kamar saat dilepas.
d) Pada awal pemakaian gigi tiruan sebaiknya makan makanan yang
lembut. Jika tidak ada keluhan dan sudah terbiasa, maka boleh
makan makanan yang biasa.
e) Instruksikan pasien untuk mengunyah dengan kedua sisi rahang
secara bersamaan.
f) Jika pasien merasa tidak nyaman, sakit, gangguan bicara, gigi tiruan
tidak stabil, rusak pada kawat maupun bagian lain pada gigi tiruan
dapat segera menghubungi operator (Tamin dkk., 2012).
17

14) Kontrol
Kontrol dilakukan seminggu setelah insersi, saat kontrol dapat
diperiksa adanya keluhan baik secara subjektif maupun objektif seperti
rasa sakit atau longgarnya gigi tiruan tersebut (Tamin dkk., 2012).
18

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, S., 2016, Hubungan Temporomandibular Disorder dengan Traumatik


Oklusi dan Pemakaian pada Pasien Pemakai Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
di RSGMP FKG USU, Skripsi, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Jahongiri, L., Moghadham, M., Choi, M., and Fergusm, M, 2011, Clinical Casesin
Prosthodontics (Terj), Singapore: Blackwell Publishing.
Jatuadomi, Gunawan, P.N, SIagian, K.V, 2016, Alasan Pemakaian Gigi Tiruan
Lepasan pada Pasien Poliklinik Gigi di BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado, Jurnal e-Gigi, 4(1): 40-45.

Naini, A., 2012, Perbedaan Stabilitas Warna Bahan Basis Gigi Tiruan Resin
Akrilik dengan Resin Nilon Termoplastis terhadap Penyerapan Cairan,
Stomatognatic J.K.G Unej, 9(1): 28-32.

Tamin, H. Z., Zulkarnain, M., dan Ariyani, 2012, Bahan Ajar Ilmu Gigi Tiruan
Sebagian Lepasan, Medan: Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran
Gigi Univeritas Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai